16
BAB I PENDAHULUAN Gerakan yang dianggap orang awam sebagai gerakan abnormal, ialah gerakan yang timbul tidak sesuai dengan kemauan, tidak dikehendaki dan tidak bertujuan. Oleh karena itu gerakan tersebut dikenal juga sebagai gerakan involunter. Gangguan gerak adalah kondisi neurologis yang mempengaruhi kecepatan, kelancaran, kualitas, dan kemudahan gerakan. Gangguan ini diklasifikasikan sebagai gerakan abnormal seperti dyskinesia, bradikinesia atau akinesia, dan ataksia. Salah satu tipe dyskinesia yang sering dijumpai yaitu tic facialis. Tic adalah konraksi otot berulang dan cepat yang menghasilkan gerakan atau vokalisasi yang dirasakan sebagai sesuatu yang involunter. Anak dan remaja bisa menunjukkan perilaku tic yang terjadi setelah suatu stimulus atau sebagai respon sebagai dorongan internal. Gangguan Tic merupakan kelompok gangguan neuropsikiatrik yang umumnya dimulai pada masa kanak atau remaja dan dapat konstan atau memburuk-membaik sepanjang waktu. Meskipun tic tidak atas kemauan 1

Tic Refrat Edit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jiwa

Citation preview

Page 1: Tic Refrat Edit

BAB I

PENDAHULUAN

Gerakan yang dianggap orang awam sebagai gerakan abnormal, ialah

gerakan yang timbul tidak sesuai dengan kemauan, tidak dikehendaki dan tidak

bertujuan. Oleh karena itu gerakan tersebut dikenal juga sebagai gerakan

involunter.

Gangguan gerak adalah kondisi neurologis yang mempengaruhi kecepatan,

kelancaran, kualitas, dan kemudahan gerakan. Gangguan ini diklasifikasikan

sebagai gerakan abnormal seperti dyskinesia, bradikinesia atau akinesia, dan

ataksia. Salah satu tipe dyskinesia yang sering dijumpai yaitu tic facialis.

Tic adalah konraksi otot berulang dan cepat yang menghasilkan gerakan

atau vokalisasi yang dirasakan sebagai sesuatu yang involunter. Anak dan remaja

bisa menunjukkan perilaku tic yang terjadi setelah suatu stimulus atau sebagai

respon sebagai dorongan internal. Gangguan Tic merupakan kelompok gangguan

neuropsikiatrik yang umumnya dimulai pada masa kanak atau remaja dan dapat

konstan atau memburuk-membaik sepanjang waktu. Meskipun tic tidak atas

kemauan sendiri, pada beberapa orang, tic dapat ditekan untuk suatu periode

waktu.

Tic sering menyerang hingga 24% dari anak-anak usia sekolah. Salah satu

studi di swedia melaporkan angka prevalensi 6,6% untuk gangguan tic pada anak

usia 7-15 tahun. Tic motorik kronis 0,8%, tic fokal kronis pada 0,5% dan transient

tic 4,8%. Prevalensi tersebut diperkirakan 1-10/ 1000 anak dan remaja, dengan

perbandingan laki-laki : perempuan yaitu 3:1, dan usia rata-rata onset 6-7 tahun

(BMJ Evident Center, 2013).

Kelainan gerakan ini masih belum diketahui penyebabnya dengan pasti.

Namun sering dihubungkan dengan tingkat stress yang tinggi, termasuk

kecemasan, gelisah, serta beban aktivitas yang tinggi dari individu tersebut.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka pencegahan dan pengobatan

yang tepat pada penderita tic merupakan hal yang sangat penting, dan

1

Page 2: Tic Refrat Edit

pengetahuan tetang patofisiologi tic sangat berguna untuk menentukan

pencegahan dan pengobatan tersebut agar dapat menurunkan angka kesakitan dan

kecacatan. Melihat fakta-fakta mengenai tic tersebut, maka penulis akan

memberikan gambaran tentang tic melalui penulisan tinjauan pustaka ini.

2

Page 3: Tic Refrat Edit

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi (Sidharta, 2009)

‘Tik’ merupakan istilah perancis yang sudah mempunyai status

internasional. Dengan istilah tersebut diartikan gerakan involuntar yang berupa

kontraksi otot setempat, sejenak, namun berkali-kali dan adakalanya selalu

serupa atau berbentuk majemuk.

Definisi etiologi tic telah diberikan oleh Leo Kanner (1935), yaitu kejang

kebiasaan (jelek) yang timbul tiba-tiba, cepat, involuntary dan sebagai letupan

kontraksi sekelompok otot. tic dapat timbul dalam bentuk gerakan involuntary

apa saja, misalnya gerakan pita suara sehingga timbul ‘tic’ yang berupa ‘suara

menggeram-geram’ atau suatu letupan kata-kata, sehingga dinamakannya juga

sebagai eyakulasio kata-kata. otot-otot leher dan bahu dapat juga berkontraksi

sebagai manifestasi tic.

Tic merupakan gerakan yang involunter, mendadak, cepat, berulang,

tidak ritmis atau vokalisasi yang stereotip. Gerakan involuntar yang sifatnya

berulang, cepat, singkat, stereotipik, kompulsif, dan tak berirama, dapat

merupakan bagian dari kepribadian normal.

B. Epidemiologi

Tic paling sering terjadi pada anak-anak usia 9-11 tahun, tetapi dalam

beberapa kasus, tic dapat menetap sampai usia dewasa. Tic terjadi 3-4 kali

lebih sering pada anak laki-laki daripada perempuan.

C. Manifestasi Klinis

Terjadi gerakan involunter otot yang berulang dan cepat, seperti gerakan

menutup mata secara cepat dan berlebihan, gerakan mengerutkan hidung,

3

Page 4: Tic Refrat Edit

gerakan sudut bibir dan lain-lain. Tic dapat diperburuk oleh keadaan stres,

cemas, dan kelelahan. Tik dapat terjadi ketika penderita sedang tidur dengan

intensitas yang ringan. Namun ada beberapa pendapat yang mengatakan tik

tidak terjadi ketika penderita tidur.

D. Diagnosis

Pedoman diagnosis menurut PPDGJ-III adalah yang meliputi hal berikut :

Tic adalah suatu gerakan motorik (yang lazimnya mencakup suatu

kelompok otot khas tertentu) yang tidak dibawah pengendalian,

berlangsung cepat, dan berulang-ulang, tidak berirama, ataupun suatu

hasil vocal yang tumbuh mendadak dan tidak ada tujuannya yang

nyata. Tic jenis motorik dan jenis vocal mungkin dapat dibagi dalam

golongan sederhana dan komplek.

Ciri khas terpenting yang membedakan Tic dengan gangguan motorik

yang lainnya ialah gerakannya mendadak, cepat, sekejab, dan terbatas

gerakannya, tanpa bukti gangguan neurologis lain yang mendasari;

sifatnya berulang-ulang; (biasanya) terhenti saat tidur; mudah

ditimbulkan kembali dan ditekan dengan kemauan.

Kurang beriramanya Tic itu yang membedakan dengan dari gerakan

stereotipik berulang yang tampak pada beberapa kasus autisme dan

RM (aktivitas motorik manneristik yang tampak adalah lebih rumit dan

bervariasi dari gejala Tic)

Gerakan Obsesif Kompulsif sering menyerupai Tic yang kompleks

namun berbeda karena bentuknya cenderung ditentukan oleh tujuannya

(misalnya menyentuh atau memutar benda secara berulang) daripada

oleh kelompok otot yang terlibat

Tic seringkali sebagai fenomena tunggal namun tidak jarang disertai

variasi gangguan emosional yang luas, khususnya, fenomena obsesi

dan hipokondrik. Namun ada pula beberapa hambatan perkembangan

khas disertai Tic. Tidak ada garis pemisah yang jelas antara gangguan

4

Page 5: Tic Refrat Edit

Tic dengan berbagai gangguan emosional dan gangguan emosional

disertai Tic. Diagnosisnya mencerminkan gangguan utamanya.

E. Klasifikasi

1. Gangguan Tourette

Menurut DSM-IV merupakan tic motorik multiple dengan satu

atau lebih Tic vocal. Tic terjadi beberapa dalam sehari selama lebih

dari 1 tahun. Gangguan ini memiliki onset sebelum usia 18 tahun,

dan tidak disebabkan oleh sutu zat atau keadaan medis umum.

Untuk menegakkan diagnosis sesuai PPDGJ-III:

Tic motorik multiple dengan satua atau beberapa Tic vocal

yang tidak harus timbul secara serentak dan dalam riwayatnya

hilang timbul,

Onset hamper selalu ada pada masa anak atau remaja.

Lazimnya ada riwayat Tic motorik sebelum timbulnya Tic

vocal. Sindrom ini sering memburuk pada usia remaja dan

lazim pula menetap sampai usia dewasa.

Tic vocal sering bersifat multiple dengan letupan vokalisasi

yang berulang-ulang, seperti suara mendehem, bunyi ngorok,

dan ada kalanya diucapkan kata-kata atau kalimat-kalimat

cabul. Ada kalanya diiringi gerakan isyarat ekopraksia, yang

dapat juga bersifat cabul (copropraksia). Seperti juga pada Tic

motorik, Tic vocal mungkin ditekan dengan kemauan untuk

jangka waktu singkat, bertambah parah karena stress dan

berhenti saat tidur.

2. Gangguan Tic Vokal atau Motorik Kronis

Umumnya memenuhi kriteria untuk gangguan Tic motorik

atau vocal (namun bukan kedua-duanya) dan berlangsung

selama lebih dari 1 tahun

Tic dapat tunggal atau multiple (tapi lebih sering multiple)

5

Page 6: Tic Refrat Edit

Tik motor kronis

- Ciri khasnya:  1. Gerakannya kompleks.  2. Urutan

gerakannya jelas.  3. Muncul secara spontan atau tiba-tiba.  4.

Gerakannya lebih lama dibandingkan tik motor sederhana.  5.

Gerakannya seperti bertujuan, meskipun sebenarnya       tidak

bertujuan.- Contoh gerakannya: 1. Mendehem.  2. Gerakan wajah. 

3. Tubuh menjadi melengkung.  4. Menggeleng-gelengkan kepala. 

5. Menyentuh, memukul, mencium, melompat.

Tik vocal

- Muncul lebih lambat.- Berupa:  1. Batuk.  2. Bersin.  3.

Menyalak.  4. Ekolalia (mengulang apa yang didengar).  5.

Koprolalia (memaki dengan kata-kata kotor dan jorok)

3. Gangguan Tic Sementara

Gangguan ini pada umumnya memenuhi criteria untuk

diagnosis gangguan Tic teteapi tidak melalpaui 12 bulan.

Bentuk ini paling sering dijumpai pada anak usia 4-5 tahun.

Biasanya berupa kedipan mata, muka menyeringai, atau

kedutan kepala. Pada sebagian kasus, hanya berupa episode

tunggal, namun beberpa kasus lain hilang timbul selama

beberapa bulan.

F. Pemeriksaan

Menegakkan diagnosis tic dapat dengan pemeriksaan fisik saja, tidak ada

pemeriksaan penunjang khusus yang diperlukan. Namun pada keadaan khusus

diperlukan EEG untuk mengetahui kemungkinan adanya kejang yang menjadi

sebab dari timbulnya tic .

6

Page 7: Tic Refrat Edit

G. Diagnosis banding

Hemifasial spasme (penyakit neuromuscular yang ditandai dengan

gerakan yang tidak teratur kontraksi otot involunter di satu sisi wajah).

Gerakan Obsesif Kompulsif sering menyerupai Tic yang kompleks

namun berbeda karena bentuknya cenderung ditentukan oleh tujuannya

(misalnya menyentuh atau memutar benda secara berulang) daripada

oleh kelompok otot yang terlibat.

H. Terapi

Tic pada anak tidak perlu diberikan pengobatan. Prinsip terapi pada

penderita tik Tik motor ringan tidak memerlukan terapi, akan hilang dalam 12

bulan. Namun, apabila tic tersebut menyebabkan berkurangnya quality of live

dari seseorang maka obat-obatan seperti clonidine atau Risperdal atau

risperidone atau Benzodiazepin (untuk pasien tic sederhana) atau Haloperidol

(0,5-40 mg/hari atau 3 dd 1-2 mg) dapat diberikan untuk pasien-pasien tic

facialis.

Penderita sindrom Tourette yang tidak mengalami gangguan psikososial

atau fisik belum memerlukan terapi. Penderita tik tanpa sindrom Tourette harus

diobati bila:   rasa percaya diri berkurang dan sulit berpartisipasi dalam

kehidupan sosial.

1. Terapi yang diusulkan Singer (2001)

Lini pertama: klonidin, guanfasin, baklofen, dan klonazepam.

Lini kedua:

a. Neuroleptik tipikal: pimozid, flufenazin, haloperidol, trifluoperazin.

b. Neuroleptik atipikal: risperidon, olanzapin, ziprasidon.

Obat lainnya: tetrabernazin, pergolid, nikotin, mekamylamin,

donepezil, delta- 9-tetrahydrocannabinol, botulinum toxin.

2. Terapi yang diusulkan Higgins (2003)

a. Dopaminergik   

1) Antagonis, misalnya:

7

Page 8: Tic Refrat Edit

a) Haloperidol Dosis inisiasi: 0,25 mg. Dosis maintenance: 5-15

mg/hari.        

b) imozid Dosis inisiasi: 1 mg. Dosis maintenance: 5-10 mg/hari. 

c) Olanzapin Dosis inisiasi: 2,5 mg. Dosis maintenance: 5-10

mg/hari.

d) Ziprasidon Dosis inisiasi: 5 mg. Dosis maintenance: 20-40

mg/hari.  

2) Agonis, misalnya: - Pergolid Dosis inisiasi: 0,025 mg. Dosis

maintenance: 0,15-0,30 g/hari.

3) Yang lainnya, misalnya: - Selegilin Dosis inisiasi: 5 mg. Dosis

aintenance: mg/hari.

b. Kolinergik   

1) Agonis, misalnya: - Patch (dosis inisiasi: 7 mg)

2) Antagonis, misalnya: -Mekamilamin Dosis inisiasi: 2,5 mg. Dosis

maintenance: 2,50-6,25 mg/hari.

Prinsip Farmakoterapi

1. Mulai dari dosis kecil, naikkan perlahan-lahan.

2. Evaluasi fektivitas dan efek samping.

3. Gunakan monoterapi.

4. Gunakan obat lini pertama terlebih dahulu.

5. Tak ada patokan kapan harus menghentikan obat. Bila akan menghentikan

obat, hentikan perlahan-lahan.

Perhatian Khusus

1. Mengobati anak dengan tik berarti menasihati orang tuanya untuk mendidik

anak secara bijaksana. Jangan banyak melarang anak, banyaklah memberi

contoh yang baik. Jangan banyak marah atau memarahi anak, banyaklah

bergaul dengan anak.

2. Banyak anak dengan tik memiliki orang tua yang:

8

Page 9: Tic Refrat Edit

a. Perfeksionis (ingin segalanya sempurna).

b. Sangat keras mendidik anaknya.

c. Sering/suka marah-marah, ngomel, bawel, atau cerewet.

Tik yang dialami anak sebenarnya merupakan "bahasa isyarat" untuk

memprotes orangtuanya.

3. Terapi obat tidak dapat menghilangkan semua gejala. Terapi obat bertujuan

untuk mengurangi gejala tik tanpa efek samping obat yang berat.

I. Prognosis

Tics pada anak akan hilang dengan sendirinya dalam hitungan bulan. Tics yang

kronis mungkin akan terus untuk jangka waktu yang lama. Terapi obat tidak

dapat menghilangkan semua gejala karena terapi obat bertujuan untuk

mengurangi gejala tik tanpa efek samping obat yang berat . Prognosis tik

fasialis ini adalah baik (Dubia ad bonam).

J. Komplikasi

Dalam kebanyakan kasus, tidak didapatkan adanya komplikasi.

9

Page 10: Tic Refrat Edit

BAB III

KESIMPULAN

Tic adalah gerakan yang involunter, mendadak, cepat, berulang,

tidak ritmis atau vokalisasi yang stereotip yang menyerang pada sekelompok

otot tertentu,. banyak kasus yang belum diketahui penyebab pastinya.

tingkat stress yang tinggi, termasuk kecemasan, gelisah, serta beban aktivitas

yang tinggi dari individu tersebut berpengaruh terhadap terjadinya tic facialis.

Penderita tic sering mengeluhkan gerakan-gerakan involunter seprti

dimulut, hidung, mata. Gerakan yang dirasakan timbul setiap waktu dan

dapat hilang saat tidur, pemeriksaan fisik dapat digunakan sebagai

penentu diagnosis namun pemeriksaan penunjang seperti EEG perlu

dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat gelombang abnormal yang

mencetuskan tik. Penatalaksanaan dengan terapi konservatif

medikamentosa dan non medikamentosa.

10

Page 11: Tic Refrat Edit

DAFTAR PUSTAKA

Fauci AS, Kasper DL, Braunwald E, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, Loscalzo J. Harrison's Principles of Internal Medicine. 17th Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. USA. 2008. Part 16. Chapter 367.

Harsono (Ed.). Buku Ajar Neurologi Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia-Gadjah Mada University Press. 2005:220-222.

Lumbantobing SM. Gangguan Gerak. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI). Jakarta. 2005:3-18.

Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. PT Dian Rakyat. Jakarta. 2003:162-163.

Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. PT Nuh Raya. Jakart. 2003:144-145.

Pusponegoro HD. Tic dan Sindrom Tourette. Dalam: Pediatric Neurology and Neuroemergency in Daily Practice. Pusponegoro HD, Handryastuti S, Kurniati N (Ed.). Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak (PKB IKA) XLIX FKUI-RSCM. 2006:103-108.

Sadock, Kaplan. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2010: 611-615.

Sidharta P. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. PT Dian Rakyat. Jakarta. 1979:379-380.

Singer HS. The Treatment of Tic. Curr Neurol Neurosci 2001;1(25)195-202.

Watts R, Koller W (eds): Movement Disorders: Neurologic Principles and Practice, 2d ed. New York, McGraw-Hill, 2004.

11