114
TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) BUDIYANTO DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT

DESA SEKITAR HUTAN

(Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten

Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)

BUDIYANTO

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 2: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT

DESA SEKITAR HUTAN

(Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten

Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)

BUDIYANTO

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kehutanan

Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 3: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

RINGKASAN

Budiyanto (E14104033). Tingkat Konsumsi Kayu Bakar Masyarakat Desa

Sekitar Hutan (Studi Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan,

Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat). Di bawah bimbingan Ir.

Sudaryanto dan Soni Trison S, Hut. M,Si.

Kayu bakar merupakan sumber energi yang telah lama digunakan untuk

keperluan manusia. Produksi kayu bakar cenderung menurun seiring dengan

berkurangnya areal penghasil kayu bakar seperti kebun dan hutan. Kebutuhan akan

kayu bakar semakin meningkat khususnya didaerah pedesaan hal ini karena

pertumbuhan penduduk, perkembangan industri dan adanya kelangkaan bahan bakar

minyak. Untuk mengetahui penggunaan kayu bakar di pedesaan dan faktor-faktor

yang mempengaruhi konsumsi kayu bakar maka penelitian ini perlu dilakukan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat konsumsi kayu

bakar masyarakat desa sekitar hutan yang meliputi volume, jenis, sumber, potensi

cara pengambilan dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi kayu bakar.

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada pemegang kebijakan sebagai

bahan pertimbangan untuk mengurangi tekanan masyarakat terhadap hutan

khususnya pengambilan kayu bakar.

Penelitian ini dilakukan pada lima dusun di Desa Hegarmanah yang

berbatasan langsung dengan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW). Metode

pengambilan contoh dilakukan dengan stratifikasi random sampling dengan alokasi

berimbang. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Desember 2008 – 5 januari 2009

dan tanggal 15 Maret – 5 Mei 2009. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam

penelitian meliputi orientasi lapang, pengumpulan, pengolahan dan analisis data. Data

yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer adalah hasil

wawancara dengan responden terhadap aktivitas penggunaan kayu bakar, sedangkan

data sekunder meliputi kondisi umum lokasi.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan walaupun konversi gas sudah ada

tetapi masyarakat masih tetap menggunakan kayu bakar sebagai sumber energi utama

keluarga. Konsumsi kayu bakar per kapita per tahun sebesar 0,99 m3. Sortimen kayu

yang digunakan berbentuk rencek dan belahan yang diperoleh dari HPGW dan lahan

milik. Kayu bakar yang digunakan dari HPGW sebesar 49,15% terdiri dari jenis

Puspa (Schima walichii), Damar (Agathis loranthifolia), Akasia (Acacia

auriculiformis), Pinus (Pinus merkusii), Afrika (Meisopsis eminii), Harendong raja

(Bellucia axinanthera), Sempur (Dillenia exelsa), dan Cente (Lantana camara)

kombianasi antara HPGW dan lahan milik sebesar 28,81% dan dari lahan milik

sebesar 22,03% terdiri dari jenis Sengon (Paraserianthes falcataria), Afrika

(Meisopsis eminii), Mahoni (Swietenia macrophylla), Duku (Lansium domesticum),

Durian (Durio zibethinus), Rambutan (Nephelium lappaceum), Nangka (Arthocarpus

integra), Jengkol (Pithecolobium jiringa) Bacang (Mangifera foetida), Jambu biji

(Psidium guajava), Kopi (Coffea sp) dan Teh ( Camellia sinensis).

Potensi kayu bakar yang ada di lahan milik sebesar 89,94 Sm/ha tidak

Page 4: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

mencukupi kebutuhan total kayu bakar per kapita pertahun sebesar 663 Sm.

Hal ini mengakibatkan masyarakat mengantungkan kebutuhan kayu bakar dari hutan.

Cara pengambilan tidak hanya memungut tetapi merencek dan melakukan penjarahan

pohon.

Berdasarkan analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi kayu

bakar (Y) dipengaruhi oleh jumlah anggota kelauarga (X1), pendapatan keluarga

(X2), potensi lahan milik (X3) harga barang substitusi (X4) dan jarak dari hutan (X5)

didapat persamaan Y = 1.01 + 0.0466 X1 - 0.000000 X2 - 0.00280 X3 - 0.000054 X4

+ 0.000126 X5

Page 5: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Tingkat Konsumsi

Kayu Bakar Masyarakat Desa Sekitar Hutan (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan

Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)” adalah benar-benar hasil

karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah

digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi

yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2009

Budiyanto

NRP E14104033

Page 6: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

Judul Penelitian : Tingkat Konsumsi Kayu Bakar Masyarakat Desa Sekitar

Hutan. (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan

Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)

Nama Mahasiswa : Budiyanto

NRP : E 14104033

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Ketua, Anggota,

Ir. Sudaryanto Soni Trison S. Hut, M.Si

NIP.19480310 198003 1 001 NIP. 19771123 200701 1 002

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kehutanan IPB

Dr. Ir. Hendrayanto, M. Agr

NIP. 19611126 198601 1 001

Tanggal Lulus:

Page 7: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

i

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT atas berkat

rahmat-Nya selama ini, maka penulis tetap dalam lindungan-Nya sehingga dapat

menyelesaikan karya ilmiah ini secara baik dan lancar. Judul yang dipilih pada

penelitian ini yaitu ” Tingkat Konsumsi Kayu Bakar Masyarakat Desa Sekitar

Hutan (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten

Sukabumi, Propinsi Jawa Barat ”.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang telah

membantu memberikan bimbingan, bantuan, dukungan dan doa sehingga penulisan

skripsi dapat diselesaikan dengan baik. Sebagai bentuk rasa syukur penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Ir. Sudaryanto dan Bapak Soni Trison S.Hut, M.Si selaku dosen

pembimbing skripsi yang telah banyak membantu mengarahkan dan

membimbing penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

2. Dosen-dosen Fakultas kehutanan yang telah memberikan bimbingan ilmu

yang sangat beharga kepada penulis.

3. Bapak, Ibu, Adik Keluarga besar dan teman-teman penulis yang banyak

memberikan doa serta semangat selama ini.

4. Keluarga besar Asrama Sylvasari selaku teman seperjuangan dan satu atap

yang telah memberikan bantuan serta nasehatnya selama ini.

5. Direktur HPGW serta Staf yang telah membantu dan mengarahkan di

lapangan.

6. Kepala Desa Hegarmanah yang telah meluangkan waktunya dan memberikan

informasi kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

Bogor, September 2009

Budiyanto

NRP E14104033

Page 8: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

ii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tegal, Propinsi Jawa Tengah pada tanggal 24 September

1985, sebagai putra ketiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Khumaedi dan Ibu

Umiyati. Pendidikan formal penulis dimulai pada tahun 1992 di SD Muhammadiyah

dan selesai pada tahun 1998. Jenjang pendidikan menengah pertama dilaksanakan di

SLTP Negeri 10 Tegal hingga selesai tahun 2001 kemudian penulis melanjutkan ke

SMU Negeri 1 Tegal hingga tamat pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis

diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

(USMI) dan ditetapkan sebagai mahasiswa Departemen Manajemen Hutan, Fakultas

Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti perkuliahan penulis mengikuti Praktek Pengenalan dan

Pengelolaan Hutan pada bulan Juli sampai Agustus 2007 di kampus praktek umum

Universitas Gajah Mada KPH Getas, BKPH Banyumas Barat dan BKPH Banyumas

Timur. Pada tahun 2008 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) selama

dua bulan di PT. Inhutani II, Pulau Laut, Kalimantan Selatan. Penulis pernah menjadi

asisten Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) selama dua periode yaitu pada tahun 2008

dan 2009. Selama kuliah penulis aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan

diantaranya adalah sebagai, Anggota PSDM LDK Al Hurriyyah, Staf Kewirausahaan

Asrama Sylvasari, dan Sekretaris Umum Asrama Sylvasari,

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan IPB

penulis melakukan penelitian dan menyusun karya ilmiah dengan judul Tingkat

Konsumsi Kayu Bakar Masyarakat Desa Sekitar Hutan (Kasus Desa Hegarmanah,

Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) dibawah

bimbingan Ir. Sudaryanto dan Soni Trison S.Hut, M.Si.

Page 9: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2 Tujuan Penelitian ....................................................................... 2

1.3 Manfaat Penelitian ..................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Kayu Bakar ................................................................................ 4

2.3.1 Sumber Kayu Bakar......................................................... 4

2.3.2 Pemanfaatan Kayu Bakar ................................................ 6

2.3.3 Konsumsi Kayu Bakar ..................................................... 7

2.3.4 Jenis-jenis Kayu Bakar .................................................... 9

2.4 Masyarakat Desa Sekitar Hutan ................................................. 12

2.5 Rumah Tangga ........................................................................... 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian .................................................. 14

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 16

3.2 Bahan dan Alat ........................................................................... 16

3.3 Batasan Penelitian ...................................................................... 17

3.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................ 17

3.5 Metode Penentuan Dusun dan Responden ................................ 18

3.6 Jenis Data ................................................................................... 19

3.7 Metode Pengolahan Data ........................................................... 20

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Keadaan Umum Desa Hegarmanah ........................................... 22

4.2.1 Letak dan Batas ................................................................. 22

4.2.2 Kondisi Fisik Wilayah ....................................................... 22

4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan Lahan .............. 23

4.2.4 Kependudukan ................................................................... 24

4.2.5 Mata Pencaharian ............................................................... 24

4.2.6 Pendidikan ......................................................................... 25

4.2 Keadaan Umum HPGW .............................................................. 26

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristrik responden ............................................................. 29

Page 10: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

iv

5.1.1 Kelompok Umur ................................................................ 29

5.1.2 Mata Pencaharian ............................................................... 30

5.1.3 Tingkat Pendidikan ............................................................ 30

5.1.4 Jumlah Anggota Keluarga ................................................. 31

5.1.5 Keadaan Tempat Tinggal ................................................... 32

5.1.6 Kepemilikan Lahan ........................................................... 34

5.1.7 Kepemilikan Ternak .......................................................... 36

5.2 Kondisi Perekonomian Responden ........................................... 37

5.2.1 Pendapatan Rumah Tangga ............................................... 37

5.2.2 Pengeluaran Rumah Tangga .............................................. 38

5.2.3 Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga .............................. 39

5.3 Pola Konsumsi Kayu Bakar ........................................................ 41

5.3.1 Konsumsi Kayu Bakar ....................................................... 41

5.3.2 Bentuk Kayu Bakar ............................................................ 42

5.3.3 Waktu Pengambilan Kayu Bakar ....................................... 43

5.3.4 Alat Pengambilan Kayu Bakar .......................................... 44

5.3.5 Sumber dan Jenis Kayu Bakar .......................................... 44

5.3.6 Cara Pengambilan dan Pengangkutan Kayu Bakar ........... 48

5.3.7 Cara Penyimpanan Kayu Bakar ......................................... 49

5.4 Dampak Kenaikan Harga BBM Terhadap Konsumsi

Kayu Bakar ................................................................................. 50

5.5 Pengamanan HPGW ................................................................... 51

5.6 Perdagangan Kayu Bakar ............................................................ 53

5.7 Nilai Manfaat Kayu Bakar .......................................................... 55

5.8 Potensi Kayu Bakar ..................................................................... 55

5.8.1 Potensi Tegakan ................................................................. 55

5.8.2 Potensi Hasil Jatuhan ......................................................... 57

5.8 Beberapa Masalah Yang di Hadapi dalam Pemanfaatan

Kayu Bakar ................................................................................. 58

5.8.1 Faktor Internal .................................................................... 58

5.8.2 Faktor Eksternal ................................................................. 59

5.9 Hubungan Variabel yang Berpengaruh Terhadap

Konsumsi Kayu Bakar ................................................................ 62

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan .................................................................................. 65

6.2 Saran ............................................................................................ 66

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 67

Page 11: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Distribusi dan Persentase Responden Berdasarkan Asal Dusun ...... 19

Tabel 2. Tata Guna Lahan di Desa Hegarmanah .......................................... 23

Tabel 3. Struktur Kepemilikan Lahan Pertanian di Desa Hegarmanah ........ 23

Tabel 4. Distribusi Penduduk Desa Hegarmanah Menurut Umur ................ 24

Tabal 5. Distribusi matapencaharian penduduk Desa Hegarmanah .............. 25

Tabel 6. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Hegarmanah ........................... 26

Tabel 7. Sarana Pendidikan di Desa Hegarmanah ......................................... 26

Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Utama. ..................... 30

Tabel 9. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan

Tingkat Pendidikan .......................................................................... 31

Tabel 10. Jumlah Anggota Keluarga Responden ............................................. 31

Tabel 11. Keadaan Rumah Responden ............................................................ 33

Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Luas lahan ........... 34

Tabal 13. Rata-rata Luas Pengunaan Lahan Responden .................................. 34

Tabel 14. Jenis Tanaman dan Fungsi Tanaman di Lahan Milik ...................... 35

Tabal 15. Jumlah Responden Berdasarkan Banyaknya

Kepemilikan Ternak ........................................................................ 36

Tabel 16. Pendapatan rata-rata Rumah Tangga per Tahun .............................. 37

Tabel 17. Pengeluaran Rata-rata Rumah Tangga per Tahun ........................... 38

Tabel 18. Tingkat Kesejahteraan Responden ................................................... 41

Tabel 19. Keseimbangan Pendapatan dan Pengeluaran Responden ................ 41

Tabel 20. Konsumsi Kayu Bakar Rumah Tangga ............................................ 42

Tabel 21 Komparasi Jenis, Cara dan Persentase Kayu Bakar dari HPGW .... 46

Tabel 22. Jenis dan Sumber Kayu Bakar ......................................................... 47

Tabel 23. Gambaran Pengambilan kayu Bakar di HPGW

Selama Kenaikan BBM .................................................................... 51

Tabel 24. Jenis dan Harga Jual Kayu Pertukangan dan Kayu Bakar ............... 54

Page 12: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

vi

Tabel 25. Nilai Manfaat Kayu Bakar ............................................................... 55

Tabel 26. Volume Aktual Standing Stok Kebun ............................................. 56

Tabel 27. Potensi Kayu Bakar Pada Beberapa Jenis Pohon di HPGW ............ 57

Tabel 28. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Konsumsi Kayu Bakar ................................................................... 63

Page 13: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 15

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian .................................................................. 16

Gambar 3. Stratifikasi Responden Berdasarkan Jarak ................................... 18

Gambar 4. Distribusi Responden Berdasarkan Umur .................................... 29

Gambar 5. Kondisi Dusun dan Rumah Responden ........................................ 32

Gambar 6. Sumber Kayu Bakar . ................................................................... 45

Gambar 7. Peta Tekanan pengambilan Kayu Bakar ...................................... 46

Gambar 8. Pengangkutan kayu Bakar dengan Pikulan Terbaring (a) dan

Dengan Cara disunggi (b) ............................................................ 49

Gambar 9. Penyimpanan Kayu Bakar Belakang Rumah (a)

dan Diatas Tungku (b) .................................................................. 50

Gambar 10. Pemotongan Kayu Yang Telah Roboh (a) dan

Perempasan Cabang, Ranting Pohon Berdiri (b) ......................... 52

Gambar 11. Pola Perdagangan kayu Bakar ...................................................... 53

Gambar 12. Potensi Kayu Bakar Jenis Puspa di HPGW (a)

dan Potensi Kayu Bakar Jenis Agathis di HPGW. ........................ 58

Page 14: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Karakteristrik Responden .......................................................... 70

Lampiran 2. Struktur dan Pola Penggunaan Lahan Responden ..................... 72

Lampiran 3. Pendapatan Usaha Tani Responden ........................................... 74

Lampiran 4. Pendapatan Non Usaha Tani Responden ................................... 76

Lampiran 5. Pendapatan Per Kapita Responden ............................................ 78

Lampiran 6. Pengeluaran Rumah Tangga Responden .................................. 81

Lampiran 7. Pengeluaran Per Kapita Responden .......................................... 83

Lampiran 8. Kriteria Kemiskinan Sayogyo .................................................. 86

Lampiran 9. Sumber, Pelaku dan Bentuk Kayu Bakar .................................. 88

Lampiran 10. Konsumsi Kayu Bakar ............................................................... 91

Lampiran 11. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Kayu Bakar .... 94

Lampiran 12. Analisis Regresi Persamaan Konsumsi Kayu Bakar ................. 95

Lampiran 13. Jenis-jenis Vegetasi yang ada di HPGW. .................................. 96

Lampiran 14. Potensi Lahan Milik................................................................... 98

Lampiran 15. Data Curah Hujan dan jumlah hari hujan per bulan

Tahun 2003-2004 di HPGW ...................................................... 104

Page 15: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Diantara berbagai jenis energi, kayu bakar diperkirakan merupakan sumber

energi yang paling tua yang digunakan manusia. Kayu bakar dikonsumsi oleh

masyarakat pedesaan yang jauh dari kota karena bahan bakar ini lebih mudah

didapatkan daripada minyak tanah dan gas. Kayu bakar termasuk energi yang sifatnya

dapat diperbaharui melalui cara permudaan dan teknik budidaya. Berbeda dengan

minyak bumi dan gas keduanya dapat habis tereksploitasi. Karakteristrik energi kayu

bakar ini dapat menjamin kesinambungan produksi dan konsumsi apabila antara

konsumsi dan produksi seimbang. Hutan dan kebun merupakan tumpuan dan harapan

bagi pengguna kayu bakar masa sekarang dan yang akan datang.

Permasalahan penggunaan kayu bakar adalah produksinya yang tidak

mencukupi kebutuhan karena konsumsinya yang tinggi. Berdasarkan hasil survei

konsumsi kayu bakar pada rumah tangga di enam propinsi adalah 2,55 kg/kapita/hari

(P3HH dan Sosek Kehutanan, 1999). Dibandingkan dengan tahun sebelum krisis

ekonomi tahun 1997 yang melanda Indonesia, jumlah konsumsi ini meningkat pada

kisaran 3,6% - 68,63%. Diperkirakan konsumsi kayu bakar akan meningkat lagi

sebanyak dua kali pada tahun 2025 dibandingkan dengan tahun 1990.

Beberapa survei konsumsi kayu bakar yang telah dilakukan bertujuan untuk

mengatasi permasalahan kekurangan kayu bakar, pada umumnya ditujukan pada

responden pemakai kayu bakar di rumah tangga seperti halnya yang dilakukan pada

tahun 1998/1999. Produksi kayu bakar cenderung menurun seiring dengan semakin

berkurangnya areal penghasil kayu bakar seperti kebun, pekarangan dan hutan,

karena areal-areal ini telah banyak berubah fungsi menjadi areal pemukiman dan

lainnya. Sementara itu kebutuhan kayu bakar akan semakin meningkat seiring dengan

bertambahnya jumlah penduduk, kenaikan orang yang menganggur, perkembangan

industri pedesaan (industri kapur, batu-bata dan genteng) dan adanya kenaikan bahan

bakar minyak.

Page 16: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

2

Kayu bakar mempunyai peranan penting bagi sumber energi masyarakat

pedesaan. Konsumen kayu bakar umumnya adalah masyarakat dengan tingkat

pendapatan rendah. Berdasarkan data desa 46% masyarakat Desa Hegarmanah yang

berbatasan dengan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) IPB tergolong miskin.

Sempitnya kepemilikan lahan dan sedikitnya potensi kayu bakar di lahan milik

mengakibatkan masyarakat menggantungkan kebutuhan energi dari hutan.

Berdasarkan penelitian Roslinda (2002), sebesar 68,67% sumber kayu bakar yang

digunakan masyarakat Desa Hegarmanah berasal dari hutan. Oleh karena itu masalah

penyediaan kayu bakar harus segera ditanggulangi untuk mencegah terjadinya

eksploitasi sumber-sumber kayu bakar secara berlebihan yang dapat menyebabkan

semakin luasnya lahan kritis.

Pengetahuan konsumsi kayu bakar akan sangat membantu dalam penentuan

arah kebijakan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kebijakan jangka

panjang karena masyarakat desa sekitar hutan akan selalu menggunakan kayu bakar

sebagai sumber energi. Permasalahan yang muncul adalah bagaimana dapat diperoleh

keseimbangan antara produksi dan konsumsi kayu bakar di pedesaan untuk

merumuskan kebijakan. Salah satu caranya adalah dengan mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhi kebutuhan kayu bakar rumah tangga sehingga dapat dianalisis

ketersediaan dan konsumsi agar terjadi keseimbangan. Untuk itu diperlukan

penelitian untuk mengetahui tingkat konsumsi kayu bakar masyarakat desa yang

tinggal sekitar hutan.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui volume, sumber, jenis, potensi dan cara pengambilan kayu bakar

yang dikonsumsi oleh masyarakat Desa Hegarmanah.

2. Mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhi konsumsi kayu bakar

masyarakat Desa Hegarmanah.

Page 17: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

3

1.3 Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan/sumbangan pikiran sebagai bahan pertimbangan untuk

pemenuhan kebutuhan kayu energi dan mengurangi tekanan masyarakat

terhadap hutan.

2. Memberikan informasi bagi para pemegang kebijakan, penyuluh maupun

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam membantu pemenuhan

kebutuhan kayu bakar.

Page 18: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kayu Bakar

2.1.1 Sumber Kayu Bakar

Kayu merupakan sumber energi yang pertama kali dikenal dan digunakan

manusia secara universal. Di samping untuk memasak kayu juga digunakan untuk

pemanasan di daerah beriklim dingin. Sampai saat ini di banyak negara yang sedang

berkembang kayu bakar masih merupakan bahan energi untuk memasak bagi

penduduk pedesaan. Di Indonesia diperkirakan peranan kayu bakar yang dibantu oleh

limbah pertanian sebagai energi untuk memasak sangat besar, terutama untuk daerah

pedesaan (Coto, 1979).

Masyarakat desa dalam memenuhi kebutuhan kayu bakar dibagi menjadi dua

macam yaitu kayu yang berasal dari lahan milik dan hutan sebagai sumber kayu

bakar. Menurut Singer (1977) dalam Soemarwoto et al. (1979), sebesar 45% dari

seluruh kayu bakar diperoleh dari hutan dan sisanya berasal dari pekarangan, kebun,

talun serta areal pertanian yang lainMasyarakat desa dalam memenuhi kebutuhan

kayu bakar dibagi menjadi dua macam yaitu kayu yang berasal dari lahan milik dan

hutan sebagai sumber kayu bakar. Menurut (Nasendi 1985), masyarakat desa

berdasarkan luas kepemilikan tanahnya dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :

1. Kelompok yang mempunyai tanah diatas 1 ha.

2. Kelompok yang mempunyai tanah 0-1 ha

3. Kelompok yang tidak mempunyai tanah garapan

Masyarakat yang memiliki lahan cenderung untuk memanfaatkan lahan yang

dimilikinya selain sebagai sumber pendapatan keluarga juga dimanfaatkan sebagai

sumber energi. Sedangkan kelompok masyarakat di sekitar hutan yang mempunyai

lahan dibawah 1,0 ha atau yang tidak memiliki lahan garapan, hidupnya tergantung

dari energi kayu bakar di hutan.

Menurut Soekmadi (1986), cara-cara pengambilan kayu bakar secara garis

Page 19: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

5

besar adalah :

1. Merencek ranting-ranting yang mati bekas tanaman sela (lamtoro), tanaman

pinus, mahoni, jati dan lainya.

2. Memangkas ranting-ranting yang masih hidup dari tanaman pokok dan

tanaman pagar.

3. Mencuri dengan menebang tanaman pokok Perum Perhutani dengan lambat-

lambat secara sporadis

Sementara itu menurut Nasendi (1985), cara masyarakat dalam mendapatkan

kayu bakar secara garis besar dapat dinyatakan sebagai berikut:

1. Merencek ranting-ranting yang mati bekas tanaman pokok dan lainnya

2. Merencek ranting-ranting tanaman yang masih hidup dari tanaman pokok

3. Mencuri dengan menebang secara berangsur-angsur terhadap tanaman pokok

4. Mendapatkan kayu bakar dari kebun/pekarangan lainya.

Mashar (1979), dalam studinya tentang pembinaan kebun kayu bakar untuk

memenuhi kebutuhan energi di Jawa Barat, menyatakan bahwa kebanyakan cara yang

dilakukan dalam mengambil kayu bakar adalah melalui pemangkasan dan

perencekan, karena bagian pohon yang diambil sebagian besar berupa cabang, ranting

dan hal ini dilakukan pada pohon bertunas.

Perilaku masyarakat dalam memanfaatkan hasil hutan dapat menimbulkan

kerusakan pada ekosistemnya. Menurut Soekmadi (1986), pengambilan kayu secara

illegal selain memberikan manfaat, juga mengakibatkan terjadinya kerusakan-

kerusakan. Kerusakan ini dapat berupa rusak/punahnya vegetasi dan satwa tertentu

atau terdesaknya habitatnya sehingga akan mengganggu keseimbangan ekosistem

yang dilindungi. Kerusakan dapat digolongkan menjadi tiga kriteria berdasarkan

derajat kerusakan yang dialami oleh vegetasi, yaitu:

1. Rusak berat, yaitu kerusakan yang dapat menimbulkan kematian pada jumlah

jenis vegetasi, antara lain berupa: penebangan pohon, pemotongan vegetasi

pada tingkat anakan, pancang ataupun tiang, pengambilan umbi-umbian dan

peneresan pohon.

Page 20: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

6

2. Rusak sedang, adalah rusak yang dapat menimbulkan terganggunya

pertumbuhan pada jenis vegetasi, yaitu berupa penorehan pada tingkat tiang

dan pancang serta pemangkasan pada tingkat pohon (cabang dan ranting).

3. Rusak ringan, ialah rusak yang tidak menyebabkan kematian pada pohon-

pohon dan lama kelamaan dapat terpulihkan oleh cara alami, yaitu pengecetan

pada tingkat tiang dan pancang.

2.1.2 Pemanfaatan Kayu Bakar

Kayu bakar di daerah pedesaan merupakan istilah yang umum untuk seluruh

bentuk bahan non komersial, seperti potongan-potongan dahan, ranting dan semak-

semak kayu. Kecuali itu sulit pula untuk membedakan antara kayu bakar yang

sebenarnya dengan limbah pertanian, seperti batang ketela pohon, sabut dan

tempurung kelapa, atau bahkan pelepah daun yang kering (Wiersum 1979 dalam

Soemarwoto at al. 1979).

Umumnya kayu yang baik untuk kayu bakar adalah kayu-kayu yang

mempunyai berat jenis besar. Balai Penelitian Kehutanan Bogor telah menetapkan

kelas kayu bakar yang didasarkan pada berat jenis (b.j) kayu sebagai berikut:

1. Kelas 1(luar biasa) b.j 0,90 keatas

2. Kelas II (baik sekali) b.j 0,75-0,90

3. Kelas III (baik) b.j 0,60-0,75

4. Kelas IV (sederhana) b.j 0,45-0,60

5. Kelas V (buruk) b.j kurang dari 0,45

Dari angka b.j di atas kelihatan semakin besar b.j kayu semakin baik

digunakan untuk kayu bakar. Kayu bakar yang mempunyai b.j tinggi umumnya keras

dan berat. Nilai kalori dan baik tidaknya kayu bakar juga di pengaruhi oleh

kandungan getah dan tanin.

Menurut Wolff Von Wulfing (1921) dalam Hamzah (1979), macam kayu

bakar yaitu:

1. Kayu bakar 1A : kayu bakar ranting dan cabang dengan diameter 3-7 cm

2. Kayu bakar 1B : kayu bakar tebal dengan diameter 7-15 cm

Page 21: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

7

3. Kayu tatal adalah limbah industri berupa potongan-potongan kecil kayu tanpa

bentuk tertentu.

4. Kayu brongkol (Wortolbrandhout), potongan dari tunggak dan akar tanpa

bentuk tertentu

Menurut Nasendi (1985), Pemanfaatan dari kayu bakar/sumber energi hutan

mempunyai dampak lingkungan dan sosial ekonomi yang menguntungkan

diantaranya:

1. Abu dari sisa pembakaran kayu dapat langsung dimanfaatkan kembali dalam

tanah sebagai sumber unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman.

2. Pemakaian kayu sebagai bahan bakar tidak akan mengganggu keseimbangan

karbon bumi karena tanaman termasuk yang menghasilkan oksigen.

3. Hutan energi merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui.

4. Pengadaan energi asal biomassa melalui pembangunan hutan energi

menunjang usaha konservasi hutan, tanah dan air.

Keuntungan dibidang sosial-ekonomi diantaranya ialah:

1. Melalui usaha-usaha pemanfaataan dan pengadaan hutan untuk energi secara

tertib dan teratur/lestari dapat meningkatkan lapangan kerja untuk

meningkatkan taraf hidup masyarakat.

2. Menunjang usaha diversifikasi dibidang energi dan konservasi dibidang

energi yang tidak terbaharukan

3. Menunjang pembangunan wilayah pedesaan

2.1.3 Konsumsi Kayu Bakar

Menurut Irawan (1990), perkembangan jumlah industri pengguna kayu bakar

terus meningkat dari tahun ke tahun. Meskipun jumlah konsumsi per unit industri

pada kelompok industri kecil mengalami penurunan namun kebutuhan kayu bakar

untuk keperluan industri secara total meningkat. Hal yang sama terjadi pada

kebutuhan kayu bakar untuk keperluan rumah tangga akibat meningkatnya jumlah

penduduk (terutama di pedesaan) maupun faktor lain seperti kenaikan harga minyak

tanah.

Page 22: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

8

Menurut Hamzah (1979), kebutuhan kayu bakar akan cenderung meningkat

berhubungan dengan:

1. Kenaikan harga bahan bakar minyak

2. Bertambahnya jumlah penduduk

3. Kenaikan jumlah orang yang menganggur

4. Kenaikan kebutuhan masyarakat yang tinggal di dekat hutan,

5. Kenaikan kebutuhan kapur, bata dan genteng sebagai peningkatan

kemakmuran penduduk kota.

Kenaikan harga bahan bakar minyak merupakan faktor yang sangat

mempengaruhi tingkat konsumsi kayu bakar di masyarakat. Menurut Sumardjani

(2007), kebutuhan kayu bakar untuk substitusi minyak tanah keperluan domestik

(memasak) setiap kapita akan memerlukan kayu bakar sebesar 2,54 m3 per tahun.

Jumlah pemakai kayu bakar di Indonesia dapat didekati dari dua pendekatan yaitu (1)

jumlah penduduk miskin, menurut BPS pada tahun 2006 mencapai 36,99 juta jiwa,

maka jumlah kayu bakar yang diperlukan masyarakat mencapai 94,02 juta m3

per

tahun. (2) Sementara itu jika menghitung jumlah persentase penduduk yang

menggunakan kayu bakar yaitu sebesar 116,274 juta jiwa maka diperoleh konsumsi

kayu bakar nasional sebesar 295,502 juta m3 per tahun.

Berdasarkan dua pendekatan tersebut secara sederhana akan diperoleh rata-

rata konsumsi kayu bakar nasional sebesar 194,760 m3 per tahun. Kebutuhan kayu

bakar yang besar ini dapat memberikan dampak terhadap hutan yaitu pengambilan

kayu bakar yang meningkat. Kebutuhan kayu bakar yang meningkat saat ini

menyebabkan terjadinya pemanfaatan kayu bakar diluar daya dukung hutan yang

mengakibatkan kerusakan hutan.

Faktor tingkat pendapatan di daerah pedesaan merupakan suatu faktor yang di

perhitungkan, seperti yang dinyatakan oleh Haeruman (1979), bahwa penduduk yang

mempunyai tingkat pendapatan rendah mempunyai kenaikan pendapatan yang rendah

dan mereka yang mempunyai tingkat pendapatan tinggi mempunyai kenaikan

pendapatan yang tinggi. Penduduk yang mempunyai tingkat pendapatan di bawah Rp

400.000,00/keluarga/tahun, kenaikan pendapatannya hanya 3,5%. Jadi dapat

Page 23: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

9

digambarkan kecenderungan kemampuan mereka untuk membeli energi seandainya

energi itu disediakan. Hal yang ekstrim adalah mereka yang mempunyai kenaikan

pendapatan sebesar 13,7% dan 10,5%. Jumlah penduduk yang mempunyai kenaikan

pendapatan kurang dari 10,5% hampir 75% dari penduduk desa. Jadi disini kita

melihat adanya kecenderungan ”disposible income”. Bagi golongan bawah ini kalau

tingkat harga kebutuhan pokok naik maka bagian yang dapat disediakan untuk kayu

bakar makin lama makin rendah. Mereka tidak dapat membeli kayu bakar kalau kayu

bakar itu dijadikan sebagai barang ekonomi.

Selanjutnya mengenai tingkat kepadatan penduduk, dinyatakan bahwa

daearah-daerah yang mempunyai kepadatan penduduk 45 orang/ha kebawah, kayu

bakar tidak mempunyai nilai ekonomi, sedang daerah yang mempunyai kepadatan

penduduk diatas 70 orang/ha tanah kering, kelihatan adanya penghargaan kayu bakar.

Menurut Mashar (1979), pada daerah yang tinggi kepadatan penduduknya, tanah

pekarangan dan kebun yang dimiliki rakyat dalam memenuhi kebutuhan kayu bakar

semakin sempit sehingga tidak mampu memberikan suplai kayu bakar, yang

akhirnya beralih ke penggunaan minyak yang mudah di dapat walaupun harus

membeli.

Berdasarkan hasil studi di Daerah Istimewa Aceh, diperoleh bahwa kayu

bakar yang didapat dari hutan di kabupaten sebesar 13,7% masih relatif tinggi

dibandingkan kotamadya sebesar 2,6%. Keadaan ini disebabkan karena sumber hutan

masih dapat dijangkau dari tempat pemukiman penduduk meskipun jarak tersebut

semakin jauh. Faktor-faktor lain seperti tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga

dan harga kayu bakar memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi kayu

Kotamadya Aceh sedangkan di kabupaten tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata

(Dwiprabowo et al. 1980)

2.1.3 Jenis-Jenis Kayu Bakar

Menurut Rostiwati et al. (2006), silvikultur jenis-jenis pohon potensial

penghasil kayu bakar adalah :

1. Akasia (Acacia auriculiformis)

Page 24: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

10

Akasia tumbuh pada ketinggian 0-500 m dpl, rata-rata curah hujan minimum

1.500 mm/tahun dengan musim kering 4-5 bulan, suhu 24-290 C. Jenis ini

dapat tumbuh pada berbagai kondisi kesuburan tanah dan akarnya dapat

mengikat nitrogen, pH asam-netral (5-7). Jenis ini sangat butuh cahaya penuh.

Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan generatif. Jenis ini dapat

tumbuh cepat dengan kemampuan trubus rendah. Jenis ini memiliki berat

jenis 0,65 dengan nilai kalori 4.037 kkal/kg

2. Kaliandra (Calliandra calothyrsus)

Kaliandra tumbuh baik pada daerah tropik basah dengan ketinggian tempat

1.800 m dpl dengan curah hujan 2.000-4.000 mm/tahun. Tanaman ini dapat

bertahan hidup pada musim kering 3-6 bulan tanpa menggugurkan daunnya.

Jenis ini dapat di perbanyak secara generatif dan vegetatif dengan stump. Jenis

ini memiliki sifat tumbuh cepat dan kemampuan trubus juga cepat. Jenis ini

memiliki berat jenis 0,645 dengan nilai kalori 4.617 kkal/kg. Kayu jenis ini

digunakan untuk memasak, industri kecil keramik dan batu bata.

3. Gamal (Gliricidae maculata)

Gamal dapat tumbuh pada berbagai keadaan curah hujan dan tinggi tempat

serta pada beberapa jenis tanah pada derajat kemasaman yang berlainan. Jenis

ini mudah dibiakan secara vegetatif dengan stek yang berasal dari cabang

yang lurus dan sehat. Jenis ini memiliki sifat tumbuh cepat dan kemampuan

trubus tinggi. Jenis ini memiliki berat jenis 0,461 dengan nilai kalori 3.948

kkal/kg.

4. Jati putih (Gmelina arborea)

Jati putih tumbuh secara alami pada ketinggian 0-800 m dpl dengan curah

hujan 1.200-3.000 mm/tahun. Jati putih tumbuh subur pada tanah berdrainase

baik, dapat tumbuh pada tanah masam, asalkan tidak pada tanah berdrainase

jelek. Jati putih dapat dibiakan secara generatif maupun vegetatif dengan stek

batang dan stek pucuk. Jenis ini memiliki sifat tumbuh cepat dan kemampuan

trubus sedang. Jenis ini pada kondisi optimum dapat mencapai tinggi 30 m

dan diameter 60 cm dengan rotasi tebang 5-8 tahun. Jenis ini memiliki berat

Page 25: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

11

jenis berkisar antara 0,42-0,64 dan nilai kalorinya 4.800 kkal/kg. Kayu jenis

ini selain digunakan sebagai kayu bakar juga dapat digunakan untuk produksi

papan partikel, plywood, furniture dan untuk packing

5. Lamtoro (Leucaena leucocephala)

Lamtoro tumbuh secara alami pada ketinggian 0-800 mdpl dengan curah

hujan 600-1.000 mm/tahun, dengan musim kering 2-6 bulan. Jenis ini tumbuh

pada tanah ber pH netral-basa pada tanah bereaksi masam tumbuh kurang

baik. Jenis ini membutuhkan cahaya penuh, tetapi waktu tingkat semai

membutuhkan naungan ringan untuk menghasilkan tanaman yang baik.

Perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara generatif. Jenis ini memiliki

sifat tumbuh cepat dan kemampuan trubus tinggi. Jenis ini pada kondisi

optimum dapat mencapai tinggi 20 m dan bercabang pada ketinggian kurang

dari 5 m dari permukaan tanah. Jenis ini memiliki berat jenis 0,50 dengan

nilai kalori 4.272 kkal/kg . Kayu jenis ini sangat baik untuk kayu bakar, dibuat

arang, bahan baku pulp dan kertas serta untuk kayu kontruksi.

6. Bakau (Rhizophora sp)

Bakau tumbuh secara alami pada ketinggian 0-50 m dpl, tipe iklim A,B,C

dengan suhu 29-33 oC. Jenis ini tumbuh pada tanah pH asam-basa, dan

berdrainase sangat terhambat. Jenis ini bersifat intoleran pada tapak yang

berlumpur dalam atau tanah yang agak berpasir, sekurang-kurangnya 1/3 dari

lokasi terbuka pada waktu air surut. Jenis ini lebih tahan terhadap arus dan

ombak dengan frekuensi penggenangan sebanyak 40-50/bulan. Tanaman ini

dapat diperbanyak secara generatif, sifat tumbuh tanaman cepat. Jenis kayu

mangrove sangat baik untuk kayu bakar dan arang, Kayu bakau memiliki

berat jenis 0,70-1,00 dengan nilai kalori 5.050 kkal/kg.

7. Turi (Sesbania grandiflora)

Turi dapat tumbuh pada berbagai variasi curah hujan, tinggi tempat 0-600 m

dpl dengan jenis tanah pada derajat kemasaman yang berbeda. Jenis ini perlu

cahaya kuat untuk pertumbuhannya. Jenis ini dapat mencapai tinggi 10 m

dengan diameter 30 cm. Jenis ini memiliki berat jenis 0,42 dengan nilai kalori

Page 26: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

12

4.610 kkal/kg.

8. Sengon (Paraserianthes falcataria)

Sengon dapat tumbuh mulai pantai sampai 1.600 m dpl, optimum 0-800 m

dpl, dengan curah hujan 2.400-4.800 mm/tahun dengan bulan kering sampai 4

bulan. Jenis ini dapat ditanam pada daerah yang tidak subur tanpa dipupuk,

tidak tumbuh subur pada tanah yang berdrainase jelek. Termasuk jenis yang

memerlukan cahaya. Jenis ini merupakan salah satu jenis spesies yang cepat

tumbuh, mampu tumbuh 8 m/tahun dalam tahun pertama penanaman,

kemampuan trubus sedang. Jenis ini dapat diperbanyak dengan cara generatif

maupun vegetatif dengan cara cangkok dan stump. Jenis ini memiliki berat

jenis 0,24 dengan nilai kalor 4.104 kkal/kg

2.2 Masyarakat Desa Sekitar Hutan

Berdasarkan petunjuk pelaksanaan Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama

Masyarakat (PHBM) tahun 2004, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur yang

dimaksud desa hutan adalah wilayah desa yang secara geografis dan administratif

berbatasan dengan kawasan hutan atau sekitar kawasan hutan. Adapun yang

dimaksud dengan masyarakat desa hutan adalah orang-orang yang bertempat tinggal

di desa hutan dan melakukan kegiatan yang berinteraksi dengan sumberdaya hutan

untuk mendukung kehidupanya.

Dalam kehidupanya masyarakat desa sekitar hutan selalu berinteraksi dengan

hutan mereka memanfaatkan segala bentuk sumberdaya yang ada di dalam kawasan

hutan untuk kepentingan ekonominya. Interaksi merupakan sebuah keterkaitan antara

komponen dalam sistem yang dapat bersifat saling meniadakan, saling mendukung

dan saling ketergantungan satu sama yang lainya. Mangandar (2000), menjelaskan

bahwa keterkaitan/interaksi masyarakat dengan hutan telah berlangsung lama karena

keberadaan hutan telah memberikan banyak manfaat bararti untuk keberlangsungan

hidupnya, mereka tergantung pada sumberdaya-sumberdaya yang ada di hutan seperti

kayu bakar, bahan makanan, bahan bangunan dan hasil hutan lainya yang akan

memberikan nilai tambah bagi kehidupanya. Interaksi sosial masyarakat desa dengan

Page 27: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

13

hutan, dapat terlihat dari ketergantungan masyarakat desa sekitar hutan akan sumber-

sumber kehidupan seperti air, sumber energi (kayu bakar dan bahan-bahan makanan

yang dihasilkan dari hutan), bahan bangunan, dan sumberdaya lainya.

2.3 Rumah Tangga

Rumah tangga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau

seluruh bangunan fisik dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur atau

seseorang yang mendiami sebagian seluruh bangunanan serta mengurus keperluan

sendiri. Orang yang tinggal di rumah tangga ini disebut anggota keluarga, sedangkan

yang bertanggungjawab atau dianggap bertanggungjawab terhadap rumah tangga

adalah kepala keluarga (BPS, 2003 ).

Ciri-ciri umum rumah tangga di daerah pedesaan menurut White (1976)

dalam Kartasubrata (1986), adalah sebagai berikut :

1. Rumah tangga memiliki fungsi rangkap yaitu unit produksi, konsumsi, reproduksi

(dalam arti luas), interaksi sosial, ekonomi, dan politik.

2. Tujuan rumah tangga di pedesaan adalah untuk mecukupi kebutuhan-kebutuhan

para anggotanya.

3. Implikasi penting bagi pola penggunaan waktu antara lain :

a. Rumah tangga petani miskin akan selalu bekerja keras untuk mendapatkan

produk meskipun kecil.

b. Mereka sering kali terpaksa harus menambah kegiatan bertani dengan

pekerjaan-pekerjaan lain walaupun hasilnya lebih kecil dibandingkan dengan

hasil bertani.

c. Rumah tangga petani menunjukan ciri-ciri self eksploitation

Page 28: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

Kayu bakar merupakan sumber energi sangat esensial bagi masyarakat

pedesaan digunakan bagi keperluan sehari-hari terutama memasak. Hal ini karena

kayu bakar mudah didapat dibandingkan sumber energi lain seperti minyak tanah dan

gas. Keberadaan desa yang jauh dari kota akan sulit dijangkau oleh saluran distribusi

minyak tanah dan gas menyebabkan harga bahan bakar ini lebih mahal. Sebagian

masyarakat ada yang mengkombinasikan gas dan kayu bakar sebagai sumber energi

dan sebagian besar menggunakan kayu bakar. Penggunaan minyak tanah sekarang

sudah langka di masyarakat. Hal ini karena harga minyak tanah yang mahal.

Kecenderungan memilih sumber energi dipengaruhi oleh pendapatan, biaya hidup,

jumlah anggota keluarga dan selera. Untuk itu perlu diketahui masyarakat yang

menggunakan kayu bakar saja dan masyarakat yang menggunakan kayu bakar serta

gas. Setelah diketahui rumah tangga yang menggunakan kayu bakar saja dan

kombinasi kayu bakar serta gas sebagai sumber energi maka perlu diketahui dan

dikumpulkan data-data yang mempengaruhi pola konsumsi kayu bakar sebagai

energi.

Pekerjaan penduduk Desa Hegarmanah umumnya adalah buruh tani dan

petani yang memiliki sawah dan kebun tetapi lahan yang ada sempit serta

kepemilikan lahan tidak merata. Areal tersebut biasanya merupakan salah satu

sumber kayu bakar bagi mereka. Selain itu mereka juga mempunyai pekarangan yang

ditanamai berbagai jenis tanaman penghasil kayu bakar serta buah buahan.

Sempitnya kepemilikan lahan, semakin berkurangnya areal sumber kayu

bakar di masyarakat, bertambahnya jumlah penduduk dan adanya kelangkaan bahan

bakar minyak menyebabkan kebutuhan kayu bakar semakin meningkat. Desa

Hegarmanah yang berbatasan langsung dengan HPGW akan mengantungkan

kebutuhan kayu bakar pada HPGW sebagai sumber kayu bakar hal ini akan

menyebabkan tekanan terhadap HPGW.

Page 29: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

15

m3

Sm

Dari kegiatan penggunaan kayu bakar oleh masyarakat akan dilihat sumber,

potensi, jenis, volume, cara pengambilan dan faktor-faktor yang mempengaruhi

konsumsi kayu bakar.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Kayu Bakar

Sumberdaya Energi

(biomassa)

Faktor- faktor yang

mempengaruhi :

1. Jumlah anggota

keluarga

2. Pendapatan keluarga

3. Potensi lahan milik

4. Substitusi (gas)

5. Jarak dari hutan

Survei

Potensi

Lahan Milik

HPGW

Survei

Potensi

Analisis regresi

Konsumsi Kayu Bakar

Rekomendasi

Page 30: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

16

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan,

Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada

tanggal 20 Desember 2008 – 5 Januari 2009 dan tanggal 15 Maret - 5 Mei 2009.

Gambar 2 Peta lokasi penelitian

3.3 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu bakar yang

dikonsumsi masyarakat sebagai sumber energi rumah tangga. Penelitian dilakukan

terhadap rumah tangga yang memanfaatkan kayu bakar. Alat yang digunakan dalam

penelitian ini antara lain :

a. Kuisioner (panduan pertanyaan)

b. Alat tulis

c. Kamera

d. Alat hitung

e. Meteran

Page 31: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

17

f. Hagameter

g. Tali

3.4 Batasan Penelitian

1. Kayu bakar adalah kayu yang dapat dijadikan bahan sebagai pembangkit

energi untuk keperluan memasak, pengolahan makanan, bahan bukan

makanan dan untuk keperluan lain. Konsumsi kayu bakar dalam penelitian ini

dibatasi hanya untuk keperluan memasak sehari-hari saja.

2. Obyek penelitian adalah rumah tangga Desa Hegarmanah yang memanfaatkan

kayu bakar.

3. Rumah tangga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau

seluruh bangunan fisik dan biasanya tinggal bersama dan makan dari satu

dapur atau seseorang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan serta

mengurus keperluan sendiri.

4. Anggota rumah tangga adalah seluruh orang yang berada dalam satu rumah

dan merupakan tanggung jawab kepala keluarga.

5. Faktor-faktor yang dianggap berpengaruh terhadap konsumsi kayu bakar

adalah jumlah anggota keluarga, pendapatan, harga barang substitusi, potensi

lahan milik dan jarak dari hutan.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara:

1. Teknik Observasi

Data yang dikumpulkan diperoleh dengan melihat langsung kehidupan

masyarakat desa pada umumnya dan responden pada khususnya dalam kegiatan-

kegiatan yang berkaitan dengan konsumsi kayu bakar secara langsung.

2. Teknik Wawancara.

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung dengan responden,

Responden adalah penduduk yang menggunakan kayu bakar sebagai sumber

energi. Wawancara dilakukan dengan dua teknik yaitu wawancara secara

Page 32: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

18

terstruktur dilakukan dengan menggunakan daftar kuisioner yang ada, sedangkan

wawancara bebas dilakukan tanpa kuisioner mengenai hal-hal yang masih

berhubungan dengan penelitian.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan data-data pendukung yang

didapat dari pemerintahan setempat atau dari publikasi-publikasi lain.

3.6 Metode Penentuan Dusun dan Responden

Dalam penelitian ini pemilihan dusun didasarkan pada jarak terdekat dengan

HPGW. Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah 60 KK (kepala keluarga)

dari total 554 KK yang tersebar di enam dusun. Sebanyak 30% (18 responden)

berasal dari Dusun Cipeureu, 16,6% berasal dari Dusun Bojongwaru dan Dusun

Sampay masing-masing 5 responden, 10% (6 responden) dari Dusun Sindang, 15% (9

responden) berasal dari Dusun Citalahab dan 28,3% (17 responden) berasal dari

Dusun Nanggerang. Penentuan responden dilakukan dengan stratifikasi random

sampling berdasarkan jarak dengan alokasi berimbang berdasarkan banyaknya kepala

keluarga di setiap dusun.

Gambar 3 Stratifikasi responden berdasarkan jarak

Page 33: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

19

Setiap dusun memiliki karakteristrik wilayah dan kondisi sosial ekonomi

yang tidak berbeda jauh antara satu dusun dengan dusun yang lain. Hal ini karena

dusun yang menjadi obyek penelitian masih berada dalam satu desa. Rata-rata

disetiap dusun terdiri dari 94 KK. Batas antar dusun dipisahkan oleh kebun atau

sawah yang luas. Distribusi responden berdasarkan dusun dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Distribusi dan persentase responden berdasarkan asal dusun

Dusun Populasi (KK) Sampel (KK) Persentase (%)

Cipeureu 166 18 30,00

Bojongwaru 46 5 8,33

Sindang 52 6 10,00

Citalahab 86 9 15,00

Sampay 42 5 8,33

Nanggerang 162 17 28,33

Total 554 60 100,00

3.7 Jenis Data

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari sumber data, dalam hal ini adalah

rumah tangga yang memanfaatkan kayu bakar. Data primer yang diperlukan antara

lain:

1. Karakteristik pengguna kayu bakar (umur, jumlah keluarga, tingkat

pendidikan, mata pencaharian, kepemilikan lahan, perekonomian keluarga)

2. Jenis, volume, sumber, potensi, metode pengambilan, pengangkutan dan

penyimpanan kayu bakar yang di konsumsi.

3. Biaya pengadaan kayu bakar dihitung berdasarkan harga pasar dan biaya

berdasarkan konversi upah buruh harian yang berlaku di lokasi penelitian.

Data sekunder adalah data yang menyangkut keadaan lingkungan baik fisik,

sosial ekonomi masyarakat dan data lain yang berhubungan dengan obyek penelitian

yang tersedia baik di tingkat desa, kecamatan maupun instansi lain.

Data sekunder diperoleh melalui literatur, terdiri dari :

a. Keadaan umum lokasi penelitian meliputi : letak, keadaan fisik lingkungan.

Page 34: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

20

b. Keadaan umum pendududuk, meliputi : pendididikan, kebudayaan, jumlah

pendududuk, tingkat kesejahteraan petani.

c. Dinas atau instansi terkait seperti : pemerintah desa dan pengelola Hutan

Pendidikan Gunung Walat.

3.8 Metode Pengolahan Data

Analisis data dilakukan secara desktriptif yaitu untuk mengetahui pola

konsumsi kayu bakar, sumber pemenuhan kayu bakar oleh rumah tangga dan

hubungan kondisi sosial ekonomi rumah tangga dengan konsumsi kayu bakar.

1. Volume kayu bakar yang digunakan

Penetapan jumlah konsumsi dan jenis yang dipakai untuk bahan bakar di

tetapkan dengan pengamatan langsung. Penetapan angka volume dilakukan dengan

mengukur dimensi kayu yang siap dijadikan bahan bakar dalam bentuk ikatan. Satu

ikat setara dengan 0,097 Sm.

2. Pengukuran potensi kayu bakar di kebun

Pengukuran ini dilakukan dengan membuat plot dengan luas 0,02 ha

(r = 7,98 m). Pengukuran dilakukan terhadap pohon yang berdimeter diatas 10 cm

keatas. Berdasarkan Gulbrandsen (1977) dalam Hamzah (1979), penyebaran

biomassa kayu terdiri dari kayu pucuk (10-15%), kayu dahan dan ranting (25-30%),

kayu tunggak atau akar (10-15%) dan kayu batang (50-55%). Melihat penyebaran

biomassa dapat ditentukan potensi kayu bakar adalah 50% dari potensi setiap pohon

yang ada.

Rumus yang digunakan

V = lbds x t x f

Keterangan :

V = Volume pohon

lbds = Luas bidang dasar pohon pada ketinggian 1,3 m

t = Tinggi pohon dari pangkal sampai ujung

f = Angka bentuk disini dipakai 0,6 untuk jenis buah dan 0,7 untuk kayu

pertukangan

Page 35: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

21

3. Model Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Kayu Bakar Rumah Tangga dan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi kayu bakar rumah tangga

dianalisis menggunakan regresi liner (liniear regresion model). Analisis ini

digunakan untuk meramalkan suatu variabel (variabel dependent) berdasarkan suatu

variabel lain (variabel independent) dalam persamaan linier. Model umum persamaan

sebagai berikut :

y=a+b1x1+b2x2+b3x3+b4x4+e

Keterangan :

y = Peubah tak bebas yaitu dugaan jumlah konsumsi kayu bakar per waktu

(Sm/bulan)

a = Intercept

b = Koefisien regresi variabel ke i

e = Pengaruh acak (disturbance term)

x = Peubah bebas (faktor-faktor yang berpengaruh terhadap jumlah konsumsi

kayu bakar

Peubah-peubah bebas (xi) yang dianggap berpengaruh terhadap peubah tak

bebas (jumlah konsumsi kayu bakar per satuan waktu) adalah sebagai berikut :

y = Konsumsi kayu bakar (sm/bulan)

x1 = Jumlah anggota keluarga (jiwa)

x2 = Pendapatan keluarga (Rp/bulan)

x3 = Potensi lahan milik (m3/ha)

x4 = Substititusi bahan bakar (gas) (Rp/bulan)

x5 = Jarak dari hutan (m)

Pengujian hipotesis dilakukan dengan varian (ANOVA). Cara pengujian

menggunakan statistik (Minitab 14) pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Jika F-

hitung lebih besar dari pada F tabel maka Ho ditolak, jika F hitung lebih kecil dari F

tabel maka Ho diterima dengan hipotesis sebagai berikut :

Ho = XI=X2=X3=X4=X5=0

HI = Xi ≠ 0, Untuk i tertentu atau setidaknya ada satu Xi ≠ 0

Page 36: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4. 1 Keadaan Umum Desa Hegarmanah

4.1.1 Letak Dan Batas

Desa Hegarmanah memiliki luas 1.488,33 ha yang terletak dibagian Selatan

HPGW termasuk dalam wilayah Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, yang

mengalami pemekaran wilayah. Adapun batas-batas Desa Hegarmanah adalah

sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Batununggal, Kecamatan Cibadak

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bojongkembar, Kecamatan

Cikembar

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cicantayan dan Sukadamai,

Kecamatan Cicantayan

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sukamulya dan Desa Sekarwangi,

Kecamatan Cikembar

4.1.2 Kondisi Fisik Wilayah

Topografi Desa Hegarmanah memiliki bentang lahan yang bervariasi mulai

dari datar sampai pegunungan, dengan persentase masing-masing yaitu dataran

rendah 29,96%, berbukit 1,88% dan dataran tinggi atau pegunungan 68,16%.

Sebagian lahan desa berupa perbukitan dan pegunungan dengan luas 1.042,33 ha dan

sisanya berupa dataran seluas 446 ha. Ketinggian tempat terletak pada 600-700 mdpl.

Desa Hegarmanah mempunyai iklim B (basah) dengan nilai Q = 14,3%-33%

dan banyaknya curah hujan tahunan berkisar antara 1600 – 4400 mm. Suhu mínimum

pada malam hari adalah 22o

C, sedangkan suhu maksimum pada siang hari adalah 30o

C. Adapun jenis tanah dilokasi penelitian adalah podsolik merah kuning, latosol dan

litosol dengan tekstur pasiran.

Page 37: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

23

4.1.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan Lahan

Fungsi utama lahan yang ada di Desa Hegarmanah adalah sebagai lahan

pertanian, perkebunan dan kehutanan yang meliputi sawah tadah hujan, perkebunan

rakyat, perkebunan swasta, perikanan darat dan hutan lindung. Penggunaan lahan

secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Tata guna lahan di Desa Hegarmanah

Pola penggunaan lahan Luas (ha) Persentase (%)

Perkampungan 23 1,55

Hutan lindung 359 24,12

Ladang dan kebun rakyat 828,46 55,66

Perkebunan swasta 130 8,73

Sawah 121 8,13

Sarana umum 26 1,75

Perikanan darat 0,87 0,06

Total 1488,33 100,00 Sumber : Potensi Desa Hegarmanah Tahun 2008

Kehidupan agraris melekat pada masyarakat Desa Hegarmanah, oleh sebab itu

kepemilikan lahan pertanian menjadi penentu pendapatan keluarga dan juga menjadi

ukuran kekayaan. Kepemilikan lahan pertanian di masyarakat relatif sempit bahkan

ada yang tuna kisma (tidak memiliki lahan pertanian) sebesar 31,07%, pemilik lahan

pertanian <1 ha sebesar 66,73% dan pemilik lahan pertanian 1-5 ha sebesar 2,2%.

Struktur kepemilikan lahan pertanian bisa dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Struktur kepemilikan lahan pertanian di Desa Hegarmanah

Pemilikan lahan Jumlah (KK) Persentase (%)

Tidak memiliki lahan 750 31,07

< 1 ha 1.611 66,73

1-5 ha 53 2,20

5-10 ha - -

> 10 ha - -

Total rumahtangga petani 2.414 100,00

Sumber : Potensi Desa Hegarmanah Tahun 2008

Page 38: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

24

4.1.4 Kependudukan

Jumlah penduduk Desa Hegarmanah pada tahun 2008 adalah 8.413 jiwa

terdiri dari (49,89%) 4.198 jiwa laki-laki dan (50,1%) 4.215 jiwa perempuan dengan

jumlah kepala keluarga (KK) 2.478 dan mempunyai kepadatan penduduk 480

jiwa/km2. Menurut BPS (2009), umur produktif adalah usia antara 15-64 tahun. Bila

diklasifikasikan kedalam usia sebesar 24,27% termasuk usia belum produktif (0-14

tahun), 64,88% termasuk dalam kategori usia produktif (15-64 tahun), dan 10,85%

termasuk dalam kategori tidak produktif (> 64 tahun). Banyaknya penduduk usia

produktif dapat berimplikasi pada kesempatan kerja yang tersedia, dimana

peningkatan atau pertumbuhan penduduk ternyata tidak diimbangi dengan

ketersediaan kesempatan kerja (lapangan pekerjaan) di desa. Adapun distribusi

jumlah penduduk Desa Hegarmanah menurut umur dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Distribusi penduduk Desa Hegarmanah menurut umur

Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

0 – 14 2.042 24,27

15 – 64 5.369 64,88

> 64 1.002 10,85

Total 8.413 100,00

Sumber : Potensi Desa Hegarmanah Tahun 2008

Rasio ketergantungan total adalah 56,7% artinya setiap 100 orang yang

berusia kerja mempunyai tangggungan sebesar 56,7 orang belum produktif dan tidak

produktif lagi. Rasio sebesar 56,7% disumbangkan oleh 38,03% rasio ketergantungan

penduduk muda dan 18,66% rasio kertergantungan penduduk tua.

4.1.5 Mata Pencaharian

Sebagian penduduk bermatapencaharian dibidang pertanian baik sebagai

petani maupun sebagai buruh tani sebesar 18,44%. Ada juga yang bekerja sebagai

guru swasta, pedagang, wiraswasta, karyawan swasta, pegawai negeri, peternak,

pensiunan, jasa pengobatan, perajin sebesar 24,62%. Gambaran penduduk Desa

Hegarmanah berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 5.

Page 39: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

25

Usia produktif Desa Hegarmanah sangat tinggi sebesar 64,88% tetapi tidak

diimbangi adanya lapangan kerja di desa. Hal ini menimbulkan masalah berupa

pengangguran sebesar 40,44%. Penduduk yang menganggur merupakan angkatan

kerja dengan jumlah laki-laki 1.497 jiwa dan 1.516 perempuan. Sementara itu untuk

mengatasi sempitnya lapangan kerja yang ada, banyak dari penduduk yang

melakukan transmigrasi, bekerja diluar desa disektor pertanian maupun non

pertanian, bahkan ada beberapa penduduk yang ikut sebagai Tenaga Kerja Indonesia

(TKI) dengan tujuan negara-negara timur tengah. Bagi penduduk yang menetap di

desa mereka dapat tetap bekerja disektor pertanian maupun non pertanian seperti:

buruh tani, guru, pedagang, perajin. Jumlah penduduk yang tidak mendapatkan

kesempatan kerja dan tidak merantau ketempat lain cukup banyak sehingga

menimbulkan berbagai masalah sosial, seperti banyaknya pengangguran.

Tabel 5 Distribusi matapencaharian penduduk Desa Hegarmanah

Jenis matapencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)

Petani 599 8,04

Buruh tani 775 10,40

Buruh non tani 46 0,62

Pegawai negeri 20 0,27

Guru swasta 115 1,54

Jasa pengobatan 62 0,83

Pedagang 190 2,55

Peternak 430 5,77

Perajin 125 1,68

Pensiunan 16 0,21

Wiraswasta 500 6,71

Karyawan swasta 330 4,43

Pengangguran 3.013 40,44

Pelajar dan mahasiswa 1.229 16,50

Total 7.450 100,00 Sumber : Potensi Desa Hegarmanah Tahun 2008

4.1.6 Pendidikan

Sebagian besar penduduk Desa Hegarmanah memiliki tingkat pendidikan

yang masih rendah, hal ini dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan Tabel tersebut

Page 40: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

26

persentase penduduk berpendidikan SD sebesar 32,17%, tamatan SLTP dan SLTA

atau sederajatnya sebesar 46%, sedangkan tamatan akademi dan perguruan tinggi

sebesar 0,74%, bahkan ada penduduk yang tidak pernah sekolah sebesar 4,13%

Tabel 6 Tingkat pendidikan penduduk Desa Hegarmanah

Jenis pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

Belum sekolah 552 7,56

Tidak pernah sekolah 302 4,13

Tidak tamat SD 646 8,84

Tamat SD 2350 32,17

Tamat SLTP/sederajat 1850 25,33

Tamat SLTA/sederajat 1550 21,22

Tamat akademi/sederajat 27 0,37

Tamat perguruan tinggi/sederajat 27 0,37

Total 7304 100,00 Sumber : Potensi Desa Hegarmanah Tahun 2008

Sarana pendidikan yang ada di desa cukup memadai namun ada beberapa

sekolah yang kondisinya cukup memprihatinkan (bangunanya rusak). Jumlah sarana

pendidikan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Sarana pendidikan di Desa Hegarmanah

Jenis Jumlah (unit) Persentase (%)

TK 1 4,76

SD/MI 5 23,81

SLTP/MTS 2 9,52

SLTA/MA 1 4,76

Diniyah 12 57,14

Total 21 100

Sumber : Potensi Desa Hegarmanah 2008

4.2 Keadaan Umum HPGW

Secara administratif wilayah HPGW termasuk dalam Kecamatan Cicanyatan,

Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Tepatnya secara astronomis terletak

6053’35’ – 6

0 55’ 10’ LS dan 106

0 47’55’ -

106

0 51’30’ BT. Berdasarkan wilayah

kehutanan termasuk dalam wilayah BKPH Gede Barat, KPH Sukabumi, Perum

Perhutani Unit III Jawa Barat. Desa-desa yang terletak dan berdekatan dengan

Page 41: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

27

HPGW adalah Desa Batununggal dan Sekarwangi (di bagian utara), Desa Cicantayan

(di bagian timur), Desa Hegarmanah (di bagian selatan) dan Desa Hegarmanah (di

bagian barat).

Luas wilayah HPGW adalah 359 ha yang terdiri dari tiga blok, yaitu blok

Cikatomas (areal sebelah timur) dengan luas 120 ha, blok Cimenyan (areal sebelah

barat) dengan luas 125 ha, dan blok Tanggalak/Seusupan (areal bagian tengah)

dengan luas 114 ha. Topografi areal HPGW berbukit dimana bagian utara memiliki

kelerengan yang cukup curam dan agak melandai ke sebelah barat dan selatan.

Berdasarkan peta tanah HPGW skala 1:10.000 tahun 1981, jenis tanah

Gunung Walat adalah keluarga Tropophumult Tipik (Lotosol merah kekuningan),

Tropodult (Latosol coklat), Dystropept Tipik (Podsolik merah kekuningan) dan

Troporpent Lipik (Latosol). Keadaan ini menunjukkan bahwa tanah di HPGW

bersifat heterogen. Tanah Latosol merah kekuningan adalah jenis tanah yang

terbanyak sedangkan di daerah berbatu hanya terdapat tanah Latosol dan di daerah

lembah terdapat tanah Podsolik.

Daerah HPGW mempunyai tipe Iklim B (basa) dengan nilai Q = 14,3%-33%

dan banyaknya curah hujan tahunan berkisar antara 1600 - 4400 mm (Lampiran 15).

Suhu minimum 220

C untuk malam hari, sedangkan suhu maksimum pada siang hari

300

C. HPGW memiliki beberapa aliran sungai yang umumnya mengalir ke arah

Selatan dan berair sepanjang tahun yaitu anak sungai Cipeureu, Citangkalak,

Cikabayan, Cikatomas dan Legok Pusar.

Sebagai kawasan hutan yang memiliki tujuan khusus sebagai hutan

pendidikan dan sarana praktek mahasiswa. HPGW ditunjang dengan potensi tegakan

yang terdiri dari berbagai jenis pohon diantaranya puspa (Schima walichii), pinus

(Pinus merkusii), (Pinus caribaea) (Pinus oocarpa), mahoni (Swietenia

macrophylla), damar (Agathis loranthifolia), sonokeling (Dalberigia latifolia),

rasamala (Altingia exselsa), akasia (Acacia auriculiformis) dan jenis yang lainya

(Lampiran 13) serta beberapa jenis tumbuhan asli.

HPGW terbagi kedalam tiga sub populasi, yaitu berupa tegakan pinus murni,

tegakan agathis murni dan tegakan campuran. Pengertian tegakan murni dalam hal ini

Page 42: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

28

apabila dalam tegakan tersebut volumenya ≥ 75% didominasi oleh salah satu jenis

pohon. Potensi tegakan dengan menggunakan metode systematic line sampling untuk

tegakan pinus adalah 344,15 m3/ha, tegakan agathis 369,18 m

3/ha dan tegakan

campuran sebesar 313,2 m3/ha (Arini, 2003).

Selain pepohonan terdapat juga jenis paku-pakuan, epifit dan berbagai jenis

rerumputan. Berbagai jenis paku-pakuan dapat dikonsumsi sebagai bahan pangan dan

beberapa spesies merupakan tanaman hias. Begitu pula jenis epifit beberapa

merupakan tanaman hias. Sementara itu beberapa rerumputan selain dimanfaatkan

sebagai pakan ternak juga ada yang berfungsi sebagai tanaman hias.

HPGW merupakan habitat dari berbagai jenis satwa liar diantaranya musang

(Paradoxurus hermaphroditus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), bajing

(Callosiurus sp.), babi hutan (Sus scropa) dan beberapa jenis burung seperti kutilang

(Pycononotus avrigaster), perkutut (Geopelia striata), burung madu (Rectania

jugularis peceolaris) (Sugiarto 1993 dalam Roslinda 2002)

Page 43: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristrik Responden

5.1.2 Kelompok Umur

Umur responden dalam penelitian ini berkisar antara 26-75 tahun. Jika dilihat

dari sebaran responden terlihat bahwa responden yang berusia antara 41-50 tahun

menempati urutan tertinggi dengan persentase sebesar 38,33% (23 responden). Hal

ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada usia produktif.

Menurut BPS (2009), umur produktif adalah usia antara 15-64 tahun, jadi dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar umur responden adalah usia produktif.

Gambar 4 Distribusi responden berdasarkan umur

Umur responden akan berpengaruh terhadap kemampuan fisik untuk bekerja

baik di sektor pertanian maupun non pertanian. Responden yang berusia 41–50 tahun

dapat meningkatkan hasil pendapatan rumah tangga dengan usaha sampingan.

Seorang dengan umur 41-50 tahun masih memiliki tenaga untuk berusaha pada

bidang lainnya. Responden dengan umur > 60 tahun dapat meningkatkan pendapatan

Page 44: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

30

dengan usaha sampingan walaupun usaha yang dilakukan tidak semaksimal usia 41-

50 tahun.

5.1.3 Mata Pencaharian

Mata pencaharian responden sangat beragam. Responden ternyata tidak

mengandalkan penghasilannya pada satu sumber melainkan mereka memiliki

pekerjaan sampingan. Mata pencaharian utama yang paling banyak digeluti oleh

responden adalah 56,67% (34 responden) sebagai buruh (buruh tani, penebang,

bangunan, dan perkebunan). Mata pencaharian sampingan yang paling banyak

digeluti adalah perajin bilik dan pedagang. Kerajinan bilik sudah turun temurun

merupakan pekerjaan warisan. Sementara itu hasil yang diperdagangkan adalah hasil

kebun berupa buah-buahan.

Tabel 8 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan utama.

Pekerjaan Utama Jumlah (KK) Persentase (%)

Buruh 34 56,67

Ojek 2 3,33

Pedagang 6 10,00

Petani 12 20,00

Perajin 6 10,00

Total 60 100,00

Banyaknya responden yang bekerja sebagai buruh menunjukan sempitnya

kepemilikan sumberdaya lahan. Kepemilikan lahan banyak dikuasai oleh keluarga di

luar dusun yang menjadi obyek penelitian. Berdasarkan Gambar 4, diketahui bahwa

umur responden berada pada usia produktif. Tetapi usia yang produktif tidak

ditunjang dengan adanya lapangan kerja yang memadai sehingga banyak kaum muda

lebih memilih merantau ke tempat lain. Mereka dapat bekerja sebagai buruh

bangunan karena rendahnya kualitas sumberdaya mereka.

5.1.4 Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor pembentuk pola pikir seseorang

dalam menyikapi perubahan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan

Page 45: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

31

memiliki daya adaptasi yang cepat terhadap perubahan yang ada. Tingkat pendidikan

juga menentukan kelas sosial dalam masyarakat. Semakin tinggi pendidikan maka

status sosialnya akan tinggi. Kemudahan dan peluang untuk mendapatkan pekerjaan

yang layak pun terbuka lebar.

Hasil wawancara dengan responden menunjukan bahwa tingkat pendidikan

responden masih rendah yaitu sebesar 72% (43 responden) tidak tamat SD, 28%

(17 responden) tamat SD dan tidak ada responden yang tamat SLTP atau sederajatnya

dan yang lebih dari itu. Perincian tingkat pendidikan responden disajikan pada Tabel

9.

Tabel 9 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah (KK) Persentase (%)

Tidak tamat SD 43 72,00

SD 17 28,00

Total 60 100,00

Keadaan sosial ekonomi keluarga sangat mempengaruhi tingkat pendidikan.

Biaya sekolah dan kondisi yang serba kekurangan menuntut mereka untuk bekerja

membantu perekonomian keluarga. Rendahnya tingkat pendidikan juga dipengaruhi

oleh rendahnya kesadaran masyarakat dan kurangnya sarana prasarana pendidikan

yang ada.

5.1.5 Jumlah Anggota Keluarga

Responden memiliki jumlah anggota keluarga antara 2-8 orang. Rumah

tangga yang memiliki jumlah anggota keluarga antara 3-6 orang sebesar 90% (54

responden). Rumah tangga yang memiliki jumlah anggota keluarga < 3 dan > 8

masing-masing 5% (3 responden). Distribusi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel

10.

Tabel 10 Jumlah anggota keluarga responden

Jumlah anggota keluarga (jiwa) Jumlah (KK) Persentase (%)

< 3 3 5,00

3 - 6 54 90,00

> 6 3 5,00

Total 60 100,00

Page 46: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

32

Besar kecilnya jumlah anggota keluarga sangat berpengaruh terhadap volume

kayu bakar yang digunakan. Hal ini karena semakin banyak anggota keluarga

konsumsi akan makanan semakin meningkat dalam hal kapasitas bahan makanan.

5.1.6 Keadaan Tempat Tinggal

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap rumah tangga di Desa

Hegarmanah diketahui bahwa responden mempunyai luas bangunan rata-rata sebesar

41 m2. Rumah sebagian besar bahan bangunannya terbuat dari kayu dan bambu

(rumah pangggung) sebesar 63,33%, sedangkan sisanya terbuat dari tembok dan

beton sebesar 36,67%. Perbedaan bentuk rumah ternyata tidak memberikan

perbedaan pendapatan ataupun perbedaan tingkat sosial, karena jika dilihat dari

pekerjaan dan pendapatan tidak jauh berbeda. Hal ini karena rumah responden yang

permanen adalah hasil yang didapat dari bekerja sebagai TKI.

Gambar 5 Kondisi dusun (a) dan Rumah responden (b)

(a) (b)

Page 47: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

33

Tabel 11 Keadaan rumah responden

Keadaan rumah responden Jumlah (KK) Persentase (%)

1. Bangunan

a. permanen 22 36,67

b. tidak permanen 38 63.33

2. Dinding rumah

a. tembok 16 26,67

b. bilik 38 63,33

c. setengah tembok 6 10,00

3. Lantai

a. plester 12 20,00

b. bilik 38 63,33

c. keramik 10 16,67

4. Asal perolehan

a. warisan - -

b. beli - -

c. membangun sendiri 60 100,00

5. Penerangan

a. listrik 57 95,00

b. minyak tanah 3 5,00

Sumber penerangan rumah responden berupa listrik sebesar 95% dan 5%

menggunakan lampu minyak tanah. Rumah tangga responden yang menggunakan

listrik sebesar 95% dan 5% menggunakan minyak tanah sebagai penerangan rumah.

Sumber air yang digunakan oleh responden adalah sumber mata air berupa sumur

31% dan mata air 69% yang langsung diperoleh dari mata air HPGW yang dialirkan

ke tempat umum seperti masjid atau mushola untuk dipakai bersama-sama.

Sementara itu untuk sarana Mandi Cuci Kakus (MCK) 100% responden

menggunakan sarana kelompok yang dikelola bersama seperti empang atau masjid

yang dilengkapi sarana MCK.

Bahan bakar yang digunakan sebagai energi rumah tangga adalah kayu bakar

dan gas. Jumlah rumah tangga yang hanya menggunakan minyak tanah tidak ada,

kombinasi kayu bakar dan gas 53,33% dan hanya kayu bakar 46,67%. Sebagai sarana

mobilitas dari satu tempat ketempat lain mereka menggunakan sepeda motor (ojek),

sisanya jalan kaki. Hal ini karena topografi yang bervariasi mulai dari datar sampai

gunung, dengan persentase masing-masing sebagai berikut dataran rendah 29,98%,

Page 48: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

34

berbukit 1,88% dan dataran tinggi atau pegunungan 68,16%.

5.1.7 Kepemilikan Lahan

Rata-rata responden memiliki lahan dengan luas 0,187 ha. Sebagian besar

responden mendapatkan lahan dari warisan orang tua mereka. Berdasarkan Tabel 12,

terlihat bahwa sebagian besar responden memiliki lahan dengan luas kurang dari

0,25 sebanyak 36 KK (60%). Responden yang memiliki lahan 0,25–0,5 ha sebanyak

17 KK (26,67%), 2 KK atau (3,33%) responden memiliki lahan > 0,5 ha dan 6 KK

tidak memiliki lahan (Lampiran 2).

Tabel 12 Jumlah dan persentase responden berdasarkan luas lahan

Luas lahan (ha) Jumlah (KK) Persentase (%)

Tidak memiliki 6 10,00

< 0,25 36 60.00

0,25 - 0,5 16 26.67

> 0,5 2 3,33

Total 60 100,00

Pemilikan lahan merupakan indikator kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Semakin besar kepemilikan aset maka semakin sejahtera suatu rumah tangga.

Kepemilikan aset yang paling menentukan di Desa Hegarmanah adalah kepemilikan

lahan. Struktur kepemilikan lahan responden terdiri dari sawah, pekarangan, kebun

campuran dan empang. Penggunaan lahan responden terbesar dalam bentuk

pekarangan 81,67%, kebun campuran 66,67%, dan hanya sebagian berupa sawah

38,33% serta empang 5% ( Tabel 13 )

Tabel 13. Rata-rata luas pengunaan lahan responden

Tipe Penggunaan Lahan Jumlah

Luas rataan (ha) KK (%)

Sawah 23 38,33 0,034

Pekarangan 49 81,67 0,025

Kebun 40 66,67 0,196

Empang 3 5,00 0,010

Page 49: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

35

Komposisi tanaman yang ada di lahan milik sangat mendukung perekonomian

keluarga. Masyarakat tidak menanam satu jenis tanaman tertentu di lahan milik tetapi

mereka mengkombinasikan tanaman perkayuan, buah-buahan dengan tanaman

pangan. Jenis dan fungsi tanaman di lahan milik bisa dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Jenis tanaman dan fungsi tanaman di lahan milik

Tipe lahan Lokasi Jenis tanaman Fungsi

Pekarangan depan,

samping

dan

belakang

rumah

Rambutan (Nephelium lappaceum) Buah-buahan

Durian (Durio zibethinus) Buah-buahan

Alpukat (Avocado sp) Buah-buahan

Nangka (Arthocarpus integra) Buah-buahan

Pisang (Musa sp) Buah-buahan

Nanas (Ananas sp) Buah-buahan

Kopi (Coffea sp) Perkebunan

Hanjuang (Dracanea fragrans) Hiasan

Singkong (Manihot esculenta) Pangan

Kapol (Ammomum sp) Rempah- rempah

Jengkol (Pithecolobium jiringa) Sayuran

Suji (Ploemente sp) Hiasan

Kebun

Campuran

lahan

milik

sekitar

HPGW

Kelapa (Coconus nucifera) Buah-buahan

Rambutan (Nephelium lappaceum) Buah-buahan

Manggis (Garcinia manggostana) Buah-buahan

Bambu (Bambusa sp) Buah-buahan

Nanas (Ananas sp) Buah-buahan

Pala (Myristica fragrans) Rempah- rempah

Kapol (Ammomum sp) Rempah- rempah

Sengon (Paraserianthes falcataria) Kayu

Manii (Meisopsis eminii) Kayu

Mahoni (Swietenia macrophylla) Kayu

Bacang (Mangifera foetida) Buah-buahan

Aren (Arenga pinnata) Non kayu

Kopi (Coffea sp) Perkebunan

Singkong (Manihot esculenta) Pangan

Talas (Colocasia esculentum) Pangan Sumber : Data Primer, 2009 dan Data Sekunder (Rohilah, 2003)

Berdasarkan penelitian Hutomo (2002), profil kebun campuran yang ada di

Desa Hegarmanah terbagi dalam tiga strata. Pada strata terbawah (dibawah 3 meter)

di dominasi oleh tanaman singkong (Manihot esculenta), nanas (Ananas sp), teh

Page 50: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

36

(Camelia sinensia). Staratum kedua (4-15 m) di dominasi oleh tanaman pisang (Musa

sp), pala (Myristica fragrans), manggis (Garcinia manggostana), duku (Lansium

domesticum), kapulaga (Ammomum sp), jeruk (Citrus sp), jengkol (Pithecolobium

jiringa), kedongdong (Spondias dulcis) dan pepaya (Carica papaya). Stratum

tertinggi dapat mencapai (16-30 m), didominasi oleh tanaman keras seperti sengon

(Paraserianthes falcataria), kelapa (Cocos nucifera), aren (Arenga pinnata) dan

afrika (Meisopsis eminii).

Kehidupan masyarakat Hegarmanah sangat dipengaruhi oleh kondisi

lingkunganya. Kondisi fisik dan potensi sumberdaya lingkungan yang ada membuat

masyarakat menggantungkan hidupnya pada pengelolaan agroforestri baik di lahan

milik maupun di hutan. Selain sebagai salah satu sumber nafkah keluarga agroforestri

juga berperan dalam penyediaan bahan bakar, rumput, dan sumber air bagi

masyarakat setempat

5.1.8 Kepemilikan Ternak

Kehidupan masyarakat Desa Hegarmanah mengandalkan pada sektor

pertanian. Selain sawah, kebun campuran, pekarangan, dan empang terdapat

peternakan. Peternakan memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan

keluarga. Masyarakat memelihara ternak sebagian besar sebagai tabungan keluarga

walaupun ada yang bertujuan untuk konsumsi keluarga. Sebagai tabungan artinya

mereka akan menjual sewaktu-waktu apabila mereka membutuhkan uang dalam

jumlah besar. Sistem pemeliharaan ternak dalam masyarakat setempat berlaku sistem

maro/bagi hasil. Sistem ini memberikan tanggungjawab sepenuhnya kepada petani

pemelihara. Setelah beranak atau dijual, hasilnya dibagi dua antara pemilik dengan

pemelihara.

Tabel 15 Jumlah kepemilikan ternak responden

Jenis Ternak Jumlah (KK) Banyaknya Ternak

Milik Sendiri Bagi hasil

Kambing 20 61 25

Kelinci 2 5 0

Unggas 29 121 0

Total 51 187 25

Page 51: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

37

5.2 Kondisi Perekonomian Keluarga

5.2.1 Pendapatan Rumah Tangga

Pendapatan rata-rata usaha tani memberikan kontribusi sebesar Rp 4.528.849

per tahun (46,4%) dari total pendapatan rumah tangga (Lampiran 3). Kontribusi

pendapatan usaha tani terhadap pendapatan total rumah tangga mulai dari yang

terbesar hingga yang terkecil adalah sawah 18,63%, ternak 14,12%, pekarangan dan

kebun 12,35%, serta empang sebesar 1,30%. Hasil dari sawah berupa padi

memberikan kontribusi terbesar tetapi hasil yang ada tidak diperjualbelikan karena

hanya untuk konsumsi keluarga. Pendapatan dari pekarangan dan kebun terdiri dari

hasil buah-buahan dan hasil kayu. Sementara itu untuk pendapatan ternak yang

memberikan kontribusi besar adalah jenis ternak kambing tetapi usaha ini masih

berskala kecil. Pendapatan lainnya adalah empang yang diperoleh sepanjang tahun

tetapi ketika musim kemarau debit air dari HPGW kecil sehingga usaha ini hanya

dapat dilakukan masyarakat yang berdekatan dengan sumber mata air. Pendapatan

dari usaha pertanian selain sebagai konsumsi keluarga juga sebagai tabungan

keluarga.

Pendapatan usaha non pertanian memberikan kontribusi sebesar 53,60% dari

total pendapatan rumah tangga pertahun (Lampiran 4). Hal ini disebabkan jenis usaha

yang dikerjakan oleh responden cukup variatif sehingga setiap responden tidak

terpaku pada satu kegiatan. Disamping itu ada usaha tertentu yang bersifat borongan

dan melibatkan kelompok. Jenis usaha non tani yang diusahakan responden antara

lain: buruh, ojek, pedagang, pengrajin bilik, penjahit dan pembuat arang.

Tabel 16 Pendapatan rata-rata rumah tangga per tahun

Sumber pendapatan Pendapatan (Rp) Persentase (%)

Sawah 1.818.261 18,63

Pekarangan 126.161 1,29

Kebun 1.079.763 11,06

Ternak 1.378.000 14,12

Empang 126.664 1,30

Non usaha tani 5.230.666 53,60

Total 9.759.515 100,00

Page 52: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

38

Besarnya pendapatan perkapita per tahun dipengaruhi besarnya total

pendapatan dan jumlah anggota keluarga dalam rumah tangga. Semakin banyak

anggota keluarga, maka pendapatan perkapita semakin kecil. Rata-rata jumlah

anggota keluarga responden adalah 4,25 orang. Besarnya pendapatan perkapita

terbesar adalah Rp 4.525.000 per tahun dan pendapatan per kapita terkecil adalah Rp.

830.000 per tahun. Rata-rata pendapatan per kapita adalah Rp 1.875.760 per tahun

(Lampiran 5).

5.2.2 Pengeluaran Rumah Tangga

Pengeluaran rumah tangga responden dibedakan menjadi dua yaitu

pengeluaran rumah tangga pangan dan pengeluaran non pangan (Lampiran 6).

Pengeluaran rumah tangga pangan digunakan untuk membeli bahan kebutuhan pokok

seperti beras, lauk-pauk dan sayuran. Sementara itu pengeluaran non pangan

digunakan untuk keperluan sandang, pendidikan, transportasi, kesehatan, penerangan,

dan pajak.

Tabel. 17 Pengeluaran rata-rata rumah tangga per tahun

Jenis Pengeluaran Pengeluaran (Rp) Persentase (%)

Pangan 5.061.600 62,95

Sandang 313.000 3,89

Pendidikan 235.636 2,93

Kesehatan 59.000 0,73

Transportasi 1.271.466 15,81

Penerangan 189.100 2,35

Usaha tani 878.261 10,92

Pajak 32.936 0,41

Total 8.040.999 100,00

Berdasarkan tabel diatas pengeluaran rumah tangga terbesar adalah pangan

yaitu sebesar 62,95%. Pangan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi

setiap hari maka responden selalu mengalokasikan pengeluaran pangan sebagai

prioritas utama.

Page 53: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

39

Adanya anggota keluarga yang masih sekolah dan sering tidaknya anggota

rumah tangga sakit mempengaruhi pengeluaran non pangan. Pengeluaran kesehatan

sangat kecil yaitu 0,73%, karena sebagian besar responden memiliki bantuan

kesehatan yang diberikan pemerintah berupa (Jaminan Kesehatan Masyarakat)

Jamkesmas. Pengeluaran transportasi sebesar 15,81% digunakan anak-anak sekolah

dan suami, istri ataupun anak yang bekerja di industri garmen. Hal ini karena jarak

antara dusun responden dengan sekolah dan industri sangat jauh.

Pengeluaran perkapita per tahun adalah hasil bagi antara total pengeluaran

selama satu tahun dengan jumlah anggota keluarga. Rata-rata jumlah anggota

keluarga responden adalah 4,25 orang. Besarnya pengeluaran perkapita terbesar

adalah Rp 2.534.500 per tahun dan pengeluaran per kapita terkecil adalah

Rp. 876.625 per tahun. Rata-rata pengeluaran per kapita adalah Rp 1.512.024

(Lampiran 7).

5.2.3 Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga

Salah satu cara untuk merefleksikan status pembangunan manusia adalah

(Human Developmen index) atau disebut juga Index Pembangunan Manusia (IPM).

IPM mencakup suatu index komposit yang mencakup tiga bidang pembangunan

manusia yang dianggap sangat mendasar yaitu usia hidup (logetivity), pengetahuan

(knowledge), dan standar hidup layak (decent living) (Pemda Sukabumi, 2009).

IPM kabupaten Sukabumi tahun 2007 mencapai angka 69,42 yang berarti

bahwa IPM Kabupaten Sukabuni termasuk dalam kategori menengah keatas.

Pembangunan serta program yang dilakukan pemerintah telah menaikan IPM dari

69,20 pada tahun 2006 menjadi 69,42 pada tahun 2007. Peningkatan IPM tersebut

berkaitan erat dengan terjadinya peningkatan beberapa indikator komponen IPM

diantaranya: rata-rata lama sekolah mencapai 6,67 tahun, angka harapan hidup

mencapai 65,94 tahun, angka melek huruf mencapai 96,96% serta daya beli mencapai

Rp.562.000 (Pemda Sukabumi, 2009).

Dengan mengetahui nilai IPM kabupaten mengambarkan tingkat

kesejahteraan masyarakat Kabupaten Sukabumi termasuk menengah keatas. Tetapi

Page 54: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

40

masyarakat Desa Hegarmanah yang berbatasan dengan HPGW menunjukan tingkat

kesejahteraan yang kurang, hal ini terlihat dari pemenuhan kebutuhan pangan yang

seadanya dan pendidikan anggota keluarga yang rendah. Berdasarkan data potensi

desa menunjukkan sebesar 46% atau 1.111 kepala keluarga tergolong miskin menurut

Departemen Komunikasi dan Informasi (Depkominfo), hal ini terlihat dari 1.111

kepala keluarga mendapatkan kompensasi Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan

bantuan beras miskin dari pemerintah. Apabila melihat kriteria penerima BLT salah

satunya adalah penghasilan kepala keluarga kurang dari Rp 600.000 per bulan.

Kriteria garis kemiskinan menurut Sayogyo (1977), yaitu :

1. Sangat miskin, yaitu apabila pendapatan per kapita per tahun lebih rendah dari

nilai tukar 240 kg beras untuk penduduk pedesaan.

2. Miskin, yaitu apabila pendapatan per kapita per tahun setara dengan nilai tukar

240-320 kg beras untuk penduduk pedesaan.

3. Hampir cukup, yaitu apabila pendapatan per kapita per tahun setara dengan nilai

tukar 320–480 kg untuk penduduk pedesaan.

4. Cukup, yaitu apabila pendapatan per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar

480 kg beras untuk penduduk pedesaan.

Berdasarkan kriteria garis kemiskinan menurut Sayogyo (1977),

menunjukkan responden pada umumnya termasuk dalam kategori miskin.

Pengukuran untuk mengetahui tingkat kesejahteraan dengan menggunakan kriteria

Sayogyo dipandang masih relevan. Hal ini karena Sayogyo menggunakan beras

sebagai parameter dengan mengkonversi kedalam nilai yang berlaku di lokasi

penelitian. Beras merupakan kebutuhan pokok dan nilainya tidak tergantung pada

nilai kurs mata uang sehingga pengukuran ini memiliki bias yang relatif kecil.

Batas minimum ditentukan berdasarkan besarnya pendapatan per kapita per

tahun setara dengan konsumsi beras. Harga beras yang berlaku di lokasi penelitian

adalah Rp 5.300 per kilogram. Harga beras dikalikan dengan jumlah beras yang

dikonsumsi masyarakat pada konsep garis kemiskinan Sayogyo memberikan

gambaran hubungan antara tingkat pendapatan dengan tingkat kemiskinan yaitu

semakin tinggi tingkat pendapatan maka semakin rendah kemiskinanya, begitu juga

Page 55: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

41

sebaliknya dengan semakin rendah pendapatan, semakin tinggi tingkat kemiskinanya

Dari hasil penelitian terlihat bahwa rumah tangga yang tergolong sangat

miskin sebesar 17 responden (28,33%), dan 14 responden (23,33) tergolong miskin.

Hampir seperempat dari responden berdasarkan kriteria ini tergolong cukup 14

responden (23,33%) (Lampiran 8).

Tabel 18 Tingkat kesejahteraan responden

Kriteria Jumlah (KK) Persentase (%)

Sangat miskin 17 28,33

Miskin 14 23,33

Hampir miskin 15 25,00

Cukup 14 23,33

Total 60 100,00

Pengukuran tingkat kesejahteraan dengan hanya menggunakan satu sisi

sebagai pendekatan tentunya memiliki kelemahan. Oleh karena itu, sebagai

pembanding dalam penelitian ini akan dilihat struktur pendapatan dan pengeluaran

responden. Keseimbangan pendapatan dan pengeluaran diperoleh dari selisih antara

pendapatan dan pengeluaran responden selama satu tahun. Tabel 19 memberikan

gambaran meskipun selisih pendapatan dan pengeluaran responden sebesar 73,33%

keluarga surplus tetapi ada 26,67% responden yang tingkat pengeluaranya lebih

tinggi dari pada pendapatanya.

Tabel 19 Keseimbangan pendapatan dan pengeluaran responden

Keseimbangan Jumlah (KK) Persentase (%)

Surplus 44 73,33

Seimbang 0 0,00

Defisit 16 26,67

Total 60 100,00

5.3 Pola Komsumsi Kayu Bakar

Page 56: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

42

5.3.1 Konsumsi Kayu Bakar

Masyarakat Desa Hegarmanah sebagian besar adalah petani dan buruh tani,

hasilnya dikonsumsi secara pribadi (subsisten). Konsumsi energi utama rumah tangga

adalah kayu bakar dan gas. Kayu bakar dan gas terutama digunakan untuk keperluan

memasak nasi, sayur, lauk pauk dan air. Waktu yang diperlukan untuk memasak

mulai dari menyalakan api sampai selesai dalam sekali masak sekitar satu sampai satu

setengah jam. Hal ini karena masyarakat desa hanya mengkonsumsi lauk-pauk

seadanya berupa ikan asin dan sayuran dari kebun. Pola masak yang dilakukan

masyarakat dalam sehari rata-rata sebanyak dua kali, yaitu pada pagi pukul 05.00

WIB dan sore hari pada pukul 16.00 WIB sedangkan pola makan sebanyak dua

sampai tiga kali yaitu pagi, siang dan malam hari.

Proses menyalakan kayu menjadi bara api, biasanya dibantu menggunakan

minyak tanah. Mahalnya minyak tanah menyebabkan masyarakat hanya

menggunakan daun kelapa atau pelepah bambu untuk menyalakan kayu menjadi api.

Proses menyalakan api tidak membutuhkan waktu lama sekitar tiga menit karena

kayu yang digunakan umumnya memiliki kadar air yang rendah.

Konsumsi kayu bakar tidak hanya dikonsumsi oleh rumah tangga, tetapi

industri rumah tangga (gula aren, tape, arang dan batu bata di Desa Cicantayan).

Konsumsi kayu bakar yang digunakan rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Konsumsi kayu bakar rumah tangga

Dusun Sumber energi keluarga Konsumsi/kapita/tahun

kayu bakar Kombinasi

(kayu bakar dan gas) Sm m

3

Cipeurue 15 3 2,65 1,01

Bojongwaru 3 2 2,87 1,09

Sindang 3 3 2,33 0,89

Citalahab 1 8 2,07 0,79

Sampay 1 4 2,85 1,08

Nanggerang 5 12 2,82 1,07

Total 28 32 15,59 5,92

Rata-rata 2,60 0,99

Keterangan : 1 Sm setara dengan 0,38 m3

Kayu bakar : hanya menggunakan kayu bakar untuk energi rumah tangga

Page 57: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

43

Kombinasi : kombinasi antara kayu bakar dan gas dengan perbandingan 1:3

5.3.2 Bentuk Kayu Bakar

Bentuk kayu bakar yang dikonsumsi rumah tangga dan industri rumah

tangga adalah rencek berupa ranting dan cabang dengan diameter 2-8 cm, serta kayu

belahan. Kayu bakar ini diperoleh dari hutan dan kebun milik dengan cara

memanfaatkan pohon yang tumbang atau mati. Masyarakat tidak membeli kayu dari

industri penggergajian karena mahal harganya. Industri penggergajian lebih sering

menjual limbah gergajian pada industri batu bata yang berada di Desa Cicantayan dan

industri gula merah di Desa Salagombong, Kecamatan Cicantayan.

5.3.3 Waktu Pengambilan Kayu Bakar

Pengambilan kayu bakar di hutan umumnya dilakukan pada pagi hari setelah

mereka menyelesaikan pekerjaan rumah, yaitu sekitar pukul 07.00 WIB. Diperlukan

waktu dua sampai tiga jam untuk mendapatkan satu pikul kayu bakar. Volume yang

diperoleh bila pengambilan dilakukan kaum ibu sebanyak satu ikat sedangkan kaum

bapak sebanyak dua ikat. Bagi masyarakat penggarap lahan di HPGW mereka akan

mencari kayu bakar setelah aktifitas di lahan garapan selesai yaitu sekitar pukul 11.00

WIB.

Pengambilan kayu bakar akan mencapai jumlah terbesar pada musim kemarau

karena pada musim ini masyarakat tidak memiliki banyak kegiatan seperti bersawah.

Pada musim kemarau kayu yang dibawa adalah kayu kering sehingga lebih mudah

dan ringan. Masyarakat melakukan pengambilan selama satu minggu penuh apabila

mereka akan mengadakan hajatan seperti pernikahan anak atau acara lainnya.

Pengambilan kayu bakar di kebun atau di pekarangan tidak ditentukan

waktunya karena produksi kayu bakar di lantai kebun sangat jarang hanya ranting-

ranting kecil saja yang jatuh kelantai. Penebangan kayu untuk kebutuhan kayu bakar

jarang terjadi karena komposisi kebun sebagian besar adalah jenis buah-buahan yang

setiap musim menghasilkan dan dapat menambah pendapatan keluarga. Penebangan

hanya pada pohon yang mati atau yang tidak pernah berbuah setiap musim.

Page 58: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

44

Pengambilan kayu bakar di lahan milik biasanya dilakukan oleh ibu-ibu. Walaupun

demikian pengambilan kayu bakar bisa dilakukan siapa saja dalam keluarga baik

bapak, ibu maupun anak.

5.3.4 Alat Pengambilan Kayu Bakar

Dalam pengambilan kayu bakar di hutan masyarakat biasanya berkelompok.

Satu kelompok terdiri dari tiga sampai delapan orang. Anggota dalam kelompok

adalah keluarga atau tetangga. Mereka berkelompok karena pengambilan kayu di

hutan beresiko karena adanya binatang pengganggu seperti ular, babi, dan monyet.

Hal ini membuktikan bahwa pengambilan kayu bakar tidak lagi dilakukan di lokasi

yang dekat pemukiman tetapi telah memasuki daerah di tengah hutan.

Alat yang digunakan dalam pengambilan kayu bakar adalah golok dan

gergaji. Mereka menggunakan golok untuk merapikan kayu yang didapat dan mencari

kayu yang dapat dimanfaatkan dalam hal ini kayu yang masih hidup. Gergaji

digunakan untuk memotong cabang dan batang pohon yang tumbang maupun

memangkas cabang pohon yang masih hidup. Pada pohon tumbang masyarakat

memotongnya menjadi sortimen dengan panjang satu sampai dua meter untuk dibawa

pulang kemudian membelah sortimen menjadi kayu bakar. Mereka menggunakan

bambu tali atau jenis liana (akar-akaran) yang tubuh liar di dalam hutan sebagai alat

ikat.

5.3.5 Sumber dan Jenis Kayu Bakar

Kayu bakar yang digunakan masyarakat berasal dari dua sumber yaitu HPGW

dan lahan milik. Status milik diartikan sebagai kebun milik masyarakat dan tidak

selalu milik pribadi petani tetapi milik orang lain. Masyarakat yang menggunakan

kayu bakar dari HPGW sebesar 49,15% sedangkan yang menggunakan kombinasi

antara lahan milik dan hutan 28,81%. Pengambilan kayu bakar dikebun sebesar

22,03%, dilakukan dengan memanfaatkan limbah penebangan dan menebang kayu

yang mati atau yang tidak pernah berbuah, hanya ada 1,62% yang memperoleh dari

pembelian. Faktor daya beli barang substitusi dan sedikitnya sumber kayu bakar di

Page 59: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

45

kebun mendorong mereka untuk mengambil kayu bakar di HPGW. Bagi mereka yang

memiliki banyak uang akan melakukan pembelian dengan harga Rp 10.000/pikul satu

pikul setara dengan 0,194 Sm.

Gambar 6 Sumber kayu bakar

Tempat pengambilan jenis-jenis kayu bakar yang berasal dari HPGW hampir

dilakukan diseluruh wilayah HPGW yang meliputi 3 blok yaitu blok Cikatomas (120

ha), blok Cimenyan (125 ha) dan di blok Tanggalak (114 ha). Jika dilihat dari

aktifitas pengambilan terbesar oleh masyarakat Hegarmanah, terdapat dua blok utama

yaitu blok Cimenyan dan blok Tanggalak karena jaraknya lebih dekat dengan

pemukiman. Sementara itu untuk aktifitas pengambilan kayu bakar di blok Cikatomas

dilakukan oleh masyarakat dari Dusun Keradenan, Dusun Cijati dari Desa Cicantayan

yang jaraknya kurang lebih 1,5 km serta Dusun Genteng dari Desa Batununggal yang

berjarak kurang lebih1 km dari batas hutan.

Page 60: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

46

Gambar 7 Peta tekanan pengambilan kayu bakar.

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian terdahulu yang pernah di lakukan di

tempat yang sama dapat dilihat perbandingan jenis, cara dan persentase kayu

bakardari HPGW sebagai berikut :

Tabel 21 Komparasi jenis,cara dan persentase kayu bakar dari HPGW.

Tahun Jenis kayu bakar dari

hutan Cara pengambilan Persentase (%)

2002 damar,

pinus,puspa,sonokeling,

memungut ranting,

memotong bagian

pohon yang mati,

memakai galah

68,67% dari

HPGW; 16,33%

kombinasi dan 15%

dari luar HPGW

2009

puspa, damar, mahoni,

akasia, pinus, afrika,

sempur, cente dan

harendong

Memungut ranting,

menebang anakan,

memangkas ranting

dan cabang pohon

mati maupun hidup

penjarahan pohon

rebah,

49,15 % dari

HPGW; 28,81 %

kombinasi dan

22,03 dari luar

HPGW

Tahun 2002 : Penelitian Emi Roslinda

Tahun 2009 : Data primer penelitian

Page 61: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

47

Jenis yang digunakan bedasarkan data komparasi menunjukan terjadi

peningkatan jenis dan cara mendapatkan kayu bakar. Jenis yang paling banyak

dimanfaatkan adalah jenis puspa dan damar karena sebagian besar jenis ini

keberadaanya dekat dengan pemukiman, sehingga mudah didapat. Kayu puspa juga

memiliki berat jenis yang besar 0,69 hal ini berkorelasi dengan kadar kalori yang

tinggi 4773 kcal/kg dan tidak menimbulkan asap yang banyak seperti kayu pinus

karena mengandung resin. Sementara itu untuk jenis kebun yang dimanfaatkan adalah

jenis kayu buah-buahan dan kayu pertukangan. Kayu pertukangan yang paling

banyak dimanfaatkan adalah afrika, dan sengon. Sementara itu untuk jenis buah-

buahan yang paling banyak dimanfaatkan adalah rambutan.

Tabel 22 Jenis dan sumber kayu bakar

Jenis Pohon Jumlah

(KK)

Persentase

(%) Sumber Industri

Puspa (Schima walichii) 32 53,33 H √

Mahoni (Swietenia macrophylla) 3 5,00 M √

Damar (Agathis loranthifolia) 9 15,00 H ─

Akasia (Acacia auriculiformis) 3 5,00 H ─

Pinus (Pinus merkusii) 1 1,67 H ─

Afrika (Meisopsis eminii) 19 31,67 H,M √

Sengon (Paraserianthes falcataria) 12 20,00 M √

Harendong raja (Bellucia axinanthera) 6 10,00 H ─

Sempur (Dillenia exelsa) 1 1,67 H ─

Rambutan (Nephelium lappaceum) 11 18,33 M √

Nangka (Arthocarpus integra) 4 6,67 M √

Durian (Durio zibethinus) 3 5,00 M √

Duku (Lansium domesticum) 2 3,33 M √

Jengkol (Pithecolobium jiringa) 5 8,33 M √

Bacang (Mangifera foetida) 2 3,33 M √

Jambu biji (Psidium guajava) 1 1,67 M √

Cente (Lantana camara) 4 6,67 H ─

Kopi (Coffea sp) 1 1,67 M ─

Teh (Camellia sinensis) 1 1,67 M ─ Keterangan : H (Hutan), M ( Lahan Milik)

Page 62: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

48

5.3.6 Cara Pengambilan dan Pengangkutan Kayu Bakar

Berdasarkan cara pengambilan kayu bakar dari kebun dan hutan yang

dilakukan masyarakat secara garis besar dibedakan menjadi empat macam yaitu :

1. Memungut ranting maupun cabang yang jatuh di lantai hutan.

2. Merencek dengan cara menebang anakan yang tumbuh secara alami dan

memangkas cabang serta ranting pohon baik yang sudah kering maupun yang

masih hidup.

3. Melakukan penjarahan pada pohon yang roboh. Sebelum ada pengamanan,

dalam waktu 5 jam apabila ada pohon roboh dengan diameter sekitar 50 cm

akan habis dijadikan kayu bakar. Setelah ada pengamanan mereka memotong

dan membawanya pulang untuk dibelah dirumah secara sembunyi-sembunyi.

Pengangkutan kayu bakar dari kebun dan hutan dilakukan dengan lima cara

yaitu:

1. Dipikul yaitu dua ikat kayu bakar dipikul seimbang dengan menggunakan

kayu atau bambu yang diperoleh dengan cara menebang pancang berdiameter

sekitar 6 cm. Metode ini dilakukan bapak-bapak, terdiri dari dua cara pikulan

yaitu dengan pikulan berdiri dan dengan pikulan terbaring.

2. Digendong yaitu seikat kayu bakar di letakan di punggung dengan alat ikat

berupa selendang dilakukan ibu-ibu.

3. Memakai keranjang yaitu kayu disusun rapi dan berdiri dalam keranjang

biasanya oleh bapak-bapak setelah berjualan memasarkan hasil kebun

4. Menyunggi, yaitu meletakan seikat kayu bakar diatas kepala, dilakukan oleh

bapak-bapak.

5. Memakai sundung yaitu alat pencari rumput yang terbuat dari bambu,

masyarakat bisanya mengisinya separuh dengan rumput dan separuh lagi

dengan kayu bakar atau mengisi dengan kayu bakar dua-duanya.

Page 63: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

49

Gambar 8 Pengangkutan kayu bakar dengan pikulan terbaring (a) dan

pengangkutan dengan cara disunggi (b)

5.3.7 Cara Penyimpanan Kayu Bakar.

Ada tiga sistem penyimpanan kayu bakar yang dilakukan masyarakat

sebelum digunakan yaitu :

1. Kayu bakar disimpan disamping kanan, kiri maupun belakang rumah dengan

membuat patok dengan panjang setengah sampai satu meter, dan tinggi dua

meter. Metode penyimpanan ini banyak dilakukan masyarakat yang memiliki

lantai rumah berupa plesteran atau bentuk rumah permanen.

2. Kayu bakar disimpan di bawah rumah panggung, masyarakat menyusunnya

dengan rapi dísela rumah panggung mereka. Penyimpanan ini lebih baik

karena jika hujan turun maka kemungkinan kayu terkena air sangat kecil,

berbeda bila kayu diletakan di samping rumah.

3. Penyimpanan kayu di dalam rumah yaitu dengan membuat para-para. Diatas

tungku dibuat para-para biasanya berbentuk persegi panjang dengan tinggi

dua meter, lebar setengah meter dan jarak satu meter dari tungku atau

disesuaikan dengan keadaan dapur. Sebelum kayu digunakan maka selalu

melewati penyimpanan ini, karena dengan metode ini masyarakat

mengeringkan kayu. Masyarakat menempatkan kayu diatas tungku untuk dua

sampai empat hari stok. Dalam penempatannya kayu belahan diletakan paling

bawah karena untuk mengeringkannya perlu panas yang cukup.

(a) (b)

Page 64: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

50

Gambar 9 Penyimpanan kayu bakar di belakang rumah (a) dan penyimpanan

diatas tungku (b)

5.4 Dampak Kenaikan Harga BBM Terhadap Konsumsi Kayu Bakar

Dampak naiknya BBM tahun 2005-2008 menimbulkan masalah bagi

pemenuhan kayu bakar sebagai sumber energi. Masyarakat yang dulunya

menggunakan kombinasi antara minyak tanah dan kayu bakar beralih menggunakan

kayu bakar. Walaupun penambahanya tidak terlalu besar tetapi berpengaruh terhadap

volume kayu yang dikonsumsi. Berdasarkan informasi dari pihak HPGW diketahui

bahwa tekanan yang sangat terasa dimulai sejak tahun 2008 ketika harga minyak naik

dari 2000/liter menjadi 5000/liter.

(a ) (b)

Page 65: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

51

Tabel 23 Gambaran pengambilan kayu bakar di HPGW selama kenaikan Harga

BBM

No Parameter Sebelum krisis

energi

Setelah kenaikan

BBM

Setelah adanya

Polhut

1 Jumlah orang 10-25 orang /hari

100 orang/ hari 5-10 orang/hari

2 Klasifikasi

pelaku

ibu-ibu, anak anak,

bapak-bapak

ibu-ibu, anak anak

didominasi oleh

bapak-bapak

Bapak-bapak tetapi

Didominasi oleh

ibu-ibu dan anak-

anak.

3 Volume kayu

bakar

35 ikat/ hari 100 ikat/hari 10-15 ikat/hari

4 Konsumsi kayu bakar

kayu bakar, dijual kayu bakar, dijual

5 Kualitas yang

diambil

ranting dan pohon

tumbang

Memungut ranting,

menebang anakan,

memangkas ranting

dan cabang pohon

mati maupun hidup

penjarahan pohon

rebah,

Memungut ranting,

menebang anakan,

memangkas ranting

dan cabang pohon

mati maupun hidup

penjarahan pohon

rebah,

6 Desa asal Hegarmanah,

Batununggal,

Cicantayan

Hegarmanah,

Batununggal,

Cicantayan

Hegarmanah,

Batununggal

Cicantayan

5.5 Pengamanan HPGW

Pengamanan merupakan salah satu dari bagian perlindungan hutan.

Pengamanan HPGW sebetulnya sudah ada sejak dulu tetapi anggota pengamanan

adalah para mandor yang dibantu oleh staf lainnya. Peranan pengamanan sangat

penting bagi kelestarian HPGW, karena HPGW merupakan kawasan terbuka yang

sangat mudah di akses oleh masyarakat baik dari sarana jalan maupun lokasi yang

dekat dengan pemukiman. Kondisi sosial ekonomi masyarakat desa hutan dalam hal

ini adalah Desa Hegarmanah yang miskin (berdasarkan data desa 46% termasuk

kategori miskin) sempitnya lapangan pekerjaan dan pemenuhan kebutuhan ekonomi

mendorong masyarakat melakukan pemanfaatan untuk tujuan ekonomi yang

melangar aturan.

Berbagai macam kasus pelanggaran yang terjadi di wilayah HPGW telah

Page 66: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

52

banyak terjadi seperti pencurian kayu, perburuan satwa dan tindakan asusila,

Penanganan kasus yang terjadi dalam hal ini adalah tindakan pengurus HPGW

kurang maksimal, karena tidak ada staf khusus yang menanganinya. Pengamanan

HPGW mulai diberlakukan sejak bulan Juli 2008 dimana direktur HPGW membentuk

Polisi Hutan (Polhut) terdiri dari empat personil yang bertanggung jawab

mengamankan kawasan HPGW. Pengamanan dimaksudkan untuk mengamankan

seluruh aset HPGW seperti sarana prasarana, tegakan, keutuhan kawasan dan

tindakan lainya yang mengganggu keamanan HPGW.

Adanya pengamanan menjadikan kondisi HPGW lebih aman dan tidak ada

lagi pencurian yang mengakibatkan kerugian yang besar. Areal HPGW dengan luas

359 ha dirasakan kurang maksimal untuk bisa mengamankannya, tetapi dengan

adanya kerjasama baik dengan pihak desa maupun pihak kepolisian menjadikan

pengamanan lebih mudah.

Pengaruh pengamanan terhadap aktifitas pemanfaatan kayu bakar yang

dilakukan masyarakat sekitar berdasarkan penelitian masih dilakukan tetapi sekarang

yang mengambil adalah ibu-ibu dan anak-anak. Pengambilan kayu bakar yang

merugikan masih terus berlangsung tetapi jumlah kerusakan semakin terkendali.

Gambar 10 Pemotongan kayu yang telah roboh (a), pemangkasan cabang dan

ranting pohon berdiri (b)

5.6 Perdagangan Kayu Bakar

(a) (b)

Page 67: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

53

Penjualan dan sumber kayu bakar yang diperdagangkan di masyarakat,

terdapat dua sumber yaitu berasal dari HPGW dan lahan milik (Gambar 12)

Pola 1 (Sumber HPGW)

Pola 2

Pola 1,2,3 (Sumber Lahan Milik)

Gambar 11 Pola perdagangan kayu bakar

Berdasarkan penelitian ada empat orang yang memperjualbelikan kayu bakar

dari hutan. Satu orang menjual untuk ditukar dengan kebutuhan pokok sedangkan tiga

orang menjual untuk mendapatkan uang sebagai penghasilan tambahan. Rata–rata

mereka menjual kayu bakar dengan harga Rp. 20.000/pikul atau Rp. 10.000/ikat

(harga diluar desa). Satu pikul setara dengan dua ikat kayu bakar atau setara dengan

0,194 Sm. Harga kayu bakar ditentukan berdasarkan tawar-menawar antara penjual

dan pembeli. Di Desa Hegarmanah jual beli kayu bakar jarang terjadi. Untuk

membeli kayu bakar pembeli harus memesan terlebih dahulu.

Keadaan ekonomi desa seperti kemiskinan, minimnya lapangan pekerjaan dan

sempitnya kepemilikan lahan mendorong masyarakat memanfaatkan kayu bakar

sebagai penghasilan tambahan. Pada pola yang pertama masyarakat mencari kayu

bakar dari HPGW kemudian menjualnya ke tetangga ditukar dengan beras. Satu ikat

HPGW Rumah tangga Barter beras

uang

Kebun

Pengumpul

Sawmill

Rumah

Tangga Limbah penebangan

Limbah Industri

Penebangan

Page 68: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

54

kayu dihargai dengan satu liter beras atau setara Rp. 4.000 – Rp 5.000. Mereka

menjual kepada masyarakat yang tidak memiliki kemampuan mencari kayu bakar di

lahan milik atau di hutan karena faktor pekerjaan maupun faktor usia.

Permintaan kayu bakar tidak datang dari Desa Hegarmanah saja, Desa

Batununggal juga memiliki permintaan terhadap kayu bakar. Terdapat tiga penjual

kayu bakar yang menjual ke Desa Batununggal. Mereka dapat menjual kayu tiga kali

dalam seminggu. Desa Batununggal merupakan pasar potensial kerena desa ini belum

mendapatkan konversi gas. Minyak tanah sebagai barang substitusi mahal dan sulit

mendapatkannya. Kondisi ini telah memaksa masyarakat menggunakan kayu bakar

untuk keperluan memasak. Mereka biasanya menawarkan kerumah warga. Apabila

ada keperluan hajatan masyarakat Batununggal akan meminta penjual untuk

menyediakan kayu bakar.

Pola yang kedua masyarakat yang memiliki pohon di kebun menjualnya

kepada pengumpul. Limbah hasil pemanenan di jual kepada masyarakat atau indistri

.Hasil penjualan kayu digunakan untuk sekolah anak, biaya berobat, atau hanya

sebatas membeli kebutuhan pokok. Harga pohon berdiri ditentukan berdasarkan

bentuk batang dan kubikasi menurut penaksiran penggumpul. Harga kayu

pertukangan dan kayu bakar bisa dilihat di bawah ini.

Tabel 24 Jenis dan harga jual kayu pertukangan dan kayu bakar

Jenis Kayu Harga 1 m3 Kayu Pertukangan Harga Kayu Bakar (1 Sm)

Puspa 500.000 40.000

Mahoni 500.000 40.000

Nangka 400.000 40.000

Sengon 400.000 40.000

Duku 400.000 40.000

Berdasarkan informasi dari pengumpul yang telah melakukan pekerjaan ini

selama 12 tahun, sebelum harga BBM naik apabila menebang kayu, limbah

penebangan jarang untuk dibawa pulang (ranting dan cabang). Tetapi sekarang semua

yang bisa dijadikan kayu bakar dibawa pulang atau dijual. Sulitnya mendapatkan

minyak tanah dan mahalnya gas menjadikan kayu bakar memiliki nilai ekonomi.

Page 69: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

55

5.7 Nilai Manfaat Kayu Bakar

Nilai manfaat kayu bakar dihitung melalui pendekatan nilai pasar dan nilai

waktu yang dikorbankan untuk mendapatkan kayu tersebut dengan mengkonversi

lamanya waktu dengan upah buruh dilokasi penelitian. Upah buruh dilokasi

penelitian sebesar Rp. 3000/jam.

Tabel 25 Nilai manfaat kayu bakar

Total konsumsi kapita/tahun Nilai (Rp) Total/tahun

Harga pasar Upah buruh

663 34.175.257 51.262.887

Harga pasar : 0.097 Sm seharga Rp. 5.000

Harga Upah Buruh : 0.097 Sm seharga dengan Rp. 7.500, lamanya waktu pengambilan 2,5 jam

Berdasarkan Tabel 24, terlihat bahwa kayu bakar memiliki nilai yang cukup

besar bagi masyarakat sekitar, nilai total konsumsi kapita/tahun kayu bakar dengan

pendekatan harga pasar sebesar Rp. 34.175.257/tahun. Sementara itu apabila kayu

bakar dihitung berdasarkan waktu yang diperlukan untuk mengambil kayu sebesar

Rp. 51.262.887/tahun nilai ini lebih tinggi dari pendekatan harga pasar. Akan tetapi,

pengambilan kayu bakar masih terus dilakukan karena merupakan kebutuhan pokok.

Sesunggguhnya waktu yang dicurahkan oleh masyarakat lebih rendah karena

pengambilan kayu bakar merupakan pekerjaan sambilan. Pengambilan kayu bakar

pun kebanyakan hanya untuk konsumsi sendiri.

5.8 Potensi Lahan Milik

5.8.1 Potensi Tegakan

Potensi lahan milik adalah isi atau volume kayu yang ada pada saat dirisalah

atau biasa disebut volume standing stok. Volume ini didasarkan pada volume kayu

dimana yang diukur hanyalah yang memiliki diameter 10 cm keatas. Pemilihan

diameter didasarkan karena pada diameter 10 cm sudah dapat dipanen untuk kayu

pertukangan dan menghasilkan limbah berupa kayu bakar.

Page 70: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

56

Tabel 26 Volume aktual standing stok kebun

Dusun

Luas

rata-rata

kebun

N

Pohon/Ha

Volume

/Ha

Volume

rata-

rata/Dusun

Konsumsi

/Rumah

tangga/tahun

(m3)

Cipeureu 0,082 181 37,43 3,07 93,93

Bojongwaru 0,141 225 57,34 8,08 23,98

Sindang 0,099 133 28,12 2,78 21,36

Citalahab 0,087 178 35,65 3,10 27,65

Sampay 0,197 225 43,12 8,49 19,44

Nanggerang 0,312 150 27,70 8,64 67,41

Total 0,916 1149 229,35 34,18 253,77

Rata-rata 0,153 191,50 38,22 5,70 42,30

Dari Tabel 25 terlihat bahwa jumlah pohon per hektar di lahan milik paling

tinggi di Dusun Sampay dan Bojongwaru yaitu 225 pohon/ha, sedangkan jumlah

pohon terkecil di Dusun Sindang yaitu 133 pohon/ha. Perbedaan jumlah pohon dan

potensi yang ada karena adanya perbedaan komposisi tanaman. Potensi kebun milik

rata-rata per dusun sebesar 38,22 m3/ha (Lampiran 14).

Hasil kayu bakar yang dimaksud disini adalah hasil kayu bakar yang

diturunkan dari volume kayu pertukangan yang akan diperoleh bila pohon ditebang

dalam hal ini adalah limbah penebang. Berdasarkan (Gulbrandsen 1977 dalam

Hamzah 1979) angka kayu bakar yang digunakan adalah 50% artinya apabila suatu

pohon ditebang maka akan diperoleh kayu pertukangan dan kayu bakar masing-

masing sebesar 50% dari volume yang ada.

Potensi kayu bakar total yang ada di lahan milik responden sebesar 34,18

m3/ha atau 89,94 Sm/ha ternyata tidak mencukupi kebutuhan kayu bakar total

responden sebesar 253,77 m3/tahun atau 663 Sm/tahun. Masyarakat masih

kekurangan kayu bakar sebesar 219,59 m3 atau 573,06 Sm. Hasil limbah penebangan

yang ada di lahan milik ternyata digunakan untuk pembuatan arang atau dijual ke

industri. Hal ini menunjukan sangat sedikit sekali kayu yang ada di kebun yang

dimanfaatkan sebagi sumber energi rumah tangga. Kondisi ini menyebabkan

masyarakat menggantungkan kebutuhan kayu bakar di HPGW.

Berdasarkan penelitian ternyata potensi kayu bakar yang ada di lahan milik

Page 71: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

57

yang mereka ambil dan dimanfaatkan sehari hari adalah kayu hasil pruning atau

bekas rambahan hijauan pakan ternak yang mereka ambil dengan memotong ranting

yang ada. Masyarakat sangat jarang sekali menggunakan kayu bakar dari limbah

penebangan. Mereka ternyata lebih sering menggunakan kayu bakar dari jenis puspa,

agathis, pinus yang diperoleh dari hutan. Mereka menggunakan limbah pertanian

hanya untuk menyalakan diawal saja.

5.8.2 Potensi Hasil Jatuhan

Hasil jatuhan yang terdapat pada lahan milik sangat sedikit dengan membuat

plot dengan luas 0,02 ha diperoleh hasil jatuhan di lantai kebun dengan rata-rata

sebesar 0,0136 Sm/ha. Rencek ini adalah ranting kecil yang tidak diambil untuk kayu

bakar sehingga potensi lantai kebun dapat dikatakan tidak ada. Hal ini karena rata-

rata umur pohon yang ada di kebun kurang dari 10 tahun dengan diameter rata-rata

10-30 cm, sehingga produksi rencek sangat jarang. Hasil rencek di lantai hutan

berdasarkan petak yang dibuat 0,25 ha dapat dilihat pada tebel dibawah ini.

Tabel 27 Potensi kayu bakar pada beberapa jenis pohon di HPGW

Jenis Kayu

Bakar

Diameter

(m)

Panjang

(m)

N

pohon Sm Keterangan

Puspa Cabang 0,25 0,99

69 0,05 diambil KB

Ranting 0,29 0,70 0,05 tidak diambil

Agathis Cabang 0,23 0,78

54 0,03 diambil KB

Ranting 0,14 0,54 0,01 tidak diambil

Pinus Cabang 0,18 0,78

56 0,02 diambil KB

Ranting 0,16 0,58 0,01 tidak diambil

KB ; Kayu bakar

Page 72: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

58

Gambar 11 Potensi kayu bakar di HPGW jenis puspa (a),

kayu bakar jenis agathis (b)

Cabang digunakan sebagai kayu bakar sedangkan ranting tidak digunakan

kayu bakar karena sulit dibawa dan cepat habis kalau digunakan. Jadi potensi rata-

rata sebenarnya yang bisa dimanfaatkan adalah 0,132 Sm/ha dan potensi ranting

0,089 Sm/ha. Jenis puspa mendominasi karena sebagian besar jenis ini dekat dengan

pemukiman sehingga pemakaian jenis ini lebih banyak. Jenis pinus jarang digunakan

karena jauh dari pemukiman dan memiliki kualitas api yang menimbulkan asap serta

jarang produksinya

5.8. Beberapa Masalah yang Dihadapi Dalam Pemanfaatan Kayu Bakar.

5.8.1 Faktor Internal

a. Pertumbuhan penduduk

Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat berarti pemenuhan

kebutuhan akan energi juga meningkat. Berdasarkan data monografi Desa

Hegarmanah pertambahan penduduk dari tahun 2001 (7101 jiwa) sampai

tahun 2008 (8413 jiwa) adalah sebesar 1.321 jiwa dengan jumlah penambahan

rata-rata tiap tahun sebesar 164 jiwa. Hal ini berkaitan dengan kondisi sosial

yang ada dimasyarakat bahwa rata-rata jumlah anggota keluarga responden

adalah 4,25 orang. Pertumbuhan penduduk yang cepat jika dibiarkan terus-

(a) (b)

Page 73: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

59

menerus akan menimbulkan permasalahan yang cukup serius terhadap

wilayah HPGW khususnya pemenuhan kebutuhan energi. Sehingga upaya

yang dilakukan adalah perlunya peningkatan produksi kayu bakar.

b. Produksi kayu bakar di lahan milik

Sempitnya kepemilikan lahan mengakibatkan produksi kayu bakar

tidak mencukupi kebutuhan per tahun. Produksi kayu bakar akan relatif tetap

bahkan akan semakin menurun akibat adanya alih fungsi lahan menjadi

pemukiman maupun lahan pertanian yang terjadi di masyarakat. Masyarakat

lebih memilih menanam komoditi tanaman buah-buahan dan pertanian dari

pada menanam jenis kayu yang di perdagangkan. Menurut mereka jenis

pertanian dan buah-buahan lebih menghasilkan dari pada kayu perdagangan.

c. Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan

Kondisi sosial ekonomi masyarakat erat hubunganya dengan lapangan

pekerjaan dan pendapatan. Kondisi topografi desa yang berbukit, minimnya

lapangan kerja di bidang pertanian dan perkebunan. Masyarakat hanya bekerja

jika musim sawah tiba dan akan menunggu musim sawah yang akan datang.

Masuknya teknologi berupa alat pengolah sawah (traktor) menjadi semakin

sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Hal ini menimbulkan angka

pengangguran yang tinggi. Rendahnya pendapatan masyarakat sekitar hutan

dan sempitnya lapangan kerja mendorong mereka berinteraksi dengan hutan

untuk mencukupi kebutuhanya. Interaksi ini akan menimbulkan efek yang

negatif apabila interaksinya berupa tujuan ekonomi seperti melakukan

pembalakan liar, perburuan satwa (burung) dan menjual kayu bakar untuk

memperoleh tambahan penghasilan.

5.8.2 Faktor Eksternal

a. Belum adanya peraturan tertulis tentang pemanfaatan hasil hutan di HPGW.

Sampai saat ini belum ada peraturan tertulis yang mengatur hasil hutan apa

saja yang boleh dimanfaatkan masyarakat.

Page 74: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

60

b. Kegagalan penanaman.

Kegagalan penanaman disini terjadi karena adanya pencabutan anakan yang

ditanam dilahan agroforestry (HPGW) dan adanya pemangkasan untuk pakan

ternak. Penanaman di lahan agroforestry (HPGW) dianggap akan menggangu

tanaman pertanian yang berakibat pada pencabutan tanaman muda. Kegagalan

penanaman juga dapat terjadi karena hama dan penyakit. Adanya hal ini akan

memberikan efek terhadap produksi kayu bakar yang ada.

c. Pengamanan yang ada belum menyeluruh.

Luas HPGW 359 Ha sedangkan petugas pengamanan empat orang, artinya

setiap orang akan mengamankan 89,75 ha. Hal ini dirasakan kurang dapat

mengawasi dengan insentif. HPGW merupakan kawasan terbuka sehingga

akses masyarakat sangat mudah karena HPGW berbatasan langsung dengan

pemukiman warga.

Masyarakat desa lebih menyukai kayu bakar sebagai sumber energi rumah

tangga dibandingkan minyak tanah dan gas. Hal ini karena minyak tanah dan gas

adalah barang ekonomi, harga dan keberadaanya sulit ditemui di desa. Memasak

menggunakan kayu bakar dirasa lebih cepat dari minyak tanah serta gas. Bagi

masyarakat kayu bakar dapat diperoleh dimana saja baik di pekarangan, kebun

maupun hutan.

Pemanfaatan kayu bakar di desa sangat tinggi berdasarkan informasi

perangkat desa bahwa 90% masyarakat masih memanfaatkan kayu bakar, walaupun

substitusi kayu bakar telah dilakukan seperti minyak tanah dan gas. Berbeda dengan

masyarakat kota subsitusi baik minyak tanah dan gas bergerak lambat di pedesaan.

Hanya ada 53,33% responden yang mengkombinasikan gas dengan kayu bakar

dengan perbandingan lebih besar penggunaan kayu bakar daripada gas. Adanya gas

yang merupakan satu wujud kompensasi konversi minyak tanah ternyata tidak

menyebabkan masyarakat beralih menggunakanya hanya 53,33% yang menggunakan

yang lain disimpan dan ada yang menjualnya kepada pengumpul dengan harga Rp.

100.000 - Rp130.000/buah. Hal ini terjadi karena tradisi yang kuat, tingkat

Page 75: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

61

pendidikan, pendapatan masyarakat yang rendah, dan rasa takut yang timbul karena

mendengar berita tentang kecelakaan pemakaian gas. Mereka lebih memilih

menggunakan kayu bakar dengan alasan sudah terbiasa, aman, murah, dan mudah

didapat.

Jenis tungku yang digunakan masyarakat desa merupakan tungku yang terbuat

dari batu yang dilekatkan tanah liat dan abu. Berdasarkan hasil penelitian (P3HH dan

Sosek Kehutanan, 1999) dengan menggunakan model ini, efisiensinya masih rendah

yaitu 5-10%. Pemborosan kayu bakar akan bertambah jika dalam penggunaanya

kayu tidak dalam keadaan kering. Hal ini karena panas yang dihasilkan akan

digunakan untuk menurunkan kadar air. Sehingga untuk mencapai tingkat panas yang

sama diperlukan volume kayu yang lebih banyak.

Pengetahuan dan persepsi masyarakat terhadap barang substitusi dapat di

mimimalisir dengan penyuluhan, penyadaran bahwa pemakaian barang substitusi

aman dan lebih mudah. Minimnya pendidikan, pendapatan, daya beli dan faktor

selera menjadikan daya adapsi teknologi memerlukan waktu dan penyesuaian.

Sementara itu faktor yang paling menentukan adalah adanya HPGW sebagai

penyedia kayu bakar bagi mereka. Berdasarkan keadaan itu Desa Hegarmanah tidak

dapat dilepaskan dari pemakaian kayu bakar sebagai sumber energi rumah tangga.

Solusi untuk menghadapi permasalahan diatas yang perlu dilakukan adalah

meningkatkan produksi kayu bakar seiring meningkatnya pemakaian kayu bakar

dengan membangun kebun energi.

Upaya peningkatan produksi kayu bakar dapat dilakukan dengan penanaman

tepi sungai, tepi jalan dan sekitar rumah. Hakikatnya semua pohon dapat dijadikan

kayu bakar. Dalam pemilihan jenis yang memang diperuntukan untuk energi yaitu

jenis yang memiliki kalori yang tinggi dan cepat tumbuh. Memiliki kemampuan cepat

bertunas setelah ditebang (trubusan), hal ini terkait dengan biaya penanaman dan

besar kecilnya produksi kayu bakar. Selain itu dalam pemilihan jenis yang

dipertimbangkan adalah daya tahan terhadap kekeringan, tahan hidup pada lahan

yang kurang subur dan tidak menghasilkan banyak asap (Nasendi, 1985).

Jenis pohon yang dipilih berdasarkan kriteria di atas adalah kaliandra

Page 76: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

62

(Calliandra callothyrsus). Jenis ini sangat mudah tumbuh pada tanah yang kurang

subur dan dapat bertahan hidup pada musim kemarau 3-6 bulan tanpa menggugurkan

daun. Permudaan dan riapnya dapat tumbuh dengan cepat. Kaliandra memiliki nilai

kalor yang tinggi yaitu 4.617 kkal/kg dengan berat jenis 0,645. Peran kaliandra akan

sangat tepat untuk memenuhi kebutuhan kayu bakar masyarakat apabila sistem

pemungutanya secara teratur serta berkala sesuai dengan riap.

5.9 Hubungan Variabel –Variabel yang Berpengaruh Terhadap Konsumsi

Kayu Bakar.

Dalam hal ini akan di analisis berdasarkan beberapa variabel yang diduga

berpengaruh terhadap konsumsi kayu bakar rumah tangga. Variabel yang digunakan

adalah jumlah anggota keluarga, pendapatan keluarga, luas lahan milik, harga batang

substititusi dan jarak dari hutan. Penjelasanya sebagai berikut :

a. Peubah jumlah anggota keluarga (X1), semakin banyak jumlah anggota

keluarga maka semakin banyak kayu bakar yang digunakan. Hal ini terkait

dengan volume bahan makanan dan jumlah makanan yang harus disediakan.

b. Pendapatan keluarga per bulan (X2), semakain besar pendapatan keluarga

maka masyarakat akan memiliki daya beli yang tinggi terhadap barang

substitusi. Maka semakin besar pendapatan konsumsi kayu bakar akan

semakin berkurang.

c. Potensi lahan milik (X3), semakain besar potensi lahan milik maka konsumsi

kayu bakar akan lebih banyak karena ketersedian kayu bakar di lahan milik.

d. Harga barang substitusi (X4), semakin murah harga barang substitusi maka

konsumsi kayu bakar akan semakin menurun begitu pula sebaliknya.

e. Jarak dari hutan (X5), semakin dekat dengan hutan diduga konsumsi kayu

bakar akan semaikin meningkat karena hutan sebagai sumber kayu bakar.

Dari hasil analisis regresi dengan menggunakan MINITAB 14 untuk Desa

Hegarmanah diketahui tingkat konsumsi kayu bakar (Y) dipengaruhi oleh jumlah

anggota keluarga (X1), pendapatan keluarga (X2), potensi lahan milik (X3), harga

Page 77: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

63

barang substitusi (X4) dan jarak dari hutan (X5) dengan model regresi linier

berganda sebagai berikut :

Y = 1.01 + 0.0466 X1 - 0.000000 X2 - 0.00280 X3 - 0.000054 X4 + 0.000126 X5

Tabel 28. Hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi kayu

bakar.

No Parameter Notasi Koefisien parameter Nilai T Nilai P

1 intersep α 1.00926 10.52 0.000

2 Jumlah anggota Keluarga XI 0.04658 2.88 0.006

3 Pendapatan X2 -0.00000017 -1.56 0.126

4 Potensi lahan milik X3 -0.002800 -0.71 0.481

5 Harga barang substitusi X4 -0.00005430 -11.32 0.000

6 Jarak dari hutan X5 0.00012646 1.56 0.124

R2 = 78,6%

R2 ajust = 76,6 %

Selang kepercayaan (a) = 95%

F-Hit = 39,65

P untuk uji F = 0,00 (α= 0.05) nyata

Model tersebut memiliki nilai P (0,00), R-Sq = 78,6%, R-Sq (adj) = 76,6 %

dan nilai S = 0,155904. Dari hasil analisis regresi secara parsial menunjukan bahwa

variabel yang berpengaruh nyata adalah variabel jumlah anggota keluarga (X1), harga

batang substitusi (X4). Akan tetapi semua faktor X akan berpengaruh nyata bila di uji

secara bersamaan (Lampiran 12).

Dari fungsi dugaan tersebut di peroleh koefisien determinasi (R-Sq) sebesar

78,6% angka tersebut menunjukan bahwa 78,6% informasi dari variable tak bebas

(konsumsi kayu bakar per bulan) telah dapat diterangkan oleh variable-variabel bebas

yang digunakan dalam model. Sisa informasi yaitu 21,4% dapat diterangkan oleh

Page 78: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

64

variabel lain yang tidak dimasukan dalam model. Secara rinci hasil analisis statistik

faktor-faktor yang mempengaruhi volume konsumsi kayu bakar dapat dilihat pada

Lampiran 11.

Hasil estimasi dalam model regresi terdapat nilai konstanta sebesar 1,00926.

Nilai konstanta positif menggambarkan tingkat nilai rata-rata konsumsi kayu bakar

per bulan pada rumah tangga cenderung naik ketika kelima variabel penjelas tetap.

Variabel jumlah anggota keluarga secara statistik berpengaruh positif terhadap

konsumsi kayu bakar rumah tangga perbulan sebesar 0,04658 berarti sesuai dengan

hipotesis awal. Artinya setiap penambahan jumlah anggota keluarga satu orang akan

mangakibatkan kenailkan konsumsi kayu bakar sebesar 0,04658 Sm per bulan. Jarak

dari hutan semakin jauh dari hutan tingkat konsumsinya semakin meningkat. Hal ini

karena berdasarkan responden yang ada masyarakat yang jauh dari hutan memiliki

lahan milik dan potensi yang besar.

Koefisien regresi pendapatan (X2), potensi lahan milik (X3) dan harga barang

substitusi (X4) justru mempunyai pengaruh yang negatif terhadap konsumsi kayu

bakar rumah tangga per bulan. Semakin tinggi pendapatan maka konsumsi kayu

bakar akan semakin berkurang, hal ini karena masyarakat yang memiliki pendapatan

lebih akan menyisihkan pendapatannya untuk membeli barang substitusi. Koefisien

regresi pendapatan sebesar -0.00000017 tetapi nilai ini pada tingkat kepercayaan 95%

tidak menunjukan angka yang nyata. Potensi lahan milik juga menunjukan angka

negatif artinya semakin banyak potensi di lahan milik maka konsumsi kayu bakar

akan berkurang. Hal ini dapat dianalisis bahwa masyarakat yang memiliki potensi

lahan milik luas, lahan itu sebagai penghasilan keluarga. Semakin banyak potensi

maka pendapatan dari lahanpun meningkat dan bisa disisihkan untuk membeli barang

substitusi. Harga barang substitusi semakin tinggi maka tingkat konsusmsi kayu

bakar semakin meningkat hal ini dapat dijelaskan bahwa masyarakat dalam

menggunakan gas hanya sebagai pelengkap.

Page 79: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Konsumsi kayu bakar di Desa Hegarmanah sebesar 2,60 Sm/kapita/tahun

setara dengan 0,99 m3

/kapita/tahun. Sumber kayu bakar yang digunakan

masyarakat adalah 49,15% dari HPGW, 28,81% kombinasi antara HPGW dan

lahan milik, 22,03 % hanya dari lahan milik dan ada satu responden yang

memperoleh dari pembelian.

2. Jenis yang digunakan dari HPGW adalah jenis jenis puspa (Schima walichii,

Damar (Agathis loranthifolia), Akasia (Acacia auriculiformis), Pinus (Pinus

merkusii), Harendong raja (Bellucia axinanthera), Afrika (Meisopsis eminii),

Sempur (Dillenia exelsa) dan cente (Lantana camara). Jenis yang paling

banyak digunakan adalah puspa. Jenis yang di dapat dari lahan milik adalah

jenis Sengon (Paraserianthes falcataria), Afrika (Meisopsis eminii), Mahoni

(Swietenia macrophylla), Duku (Lansium domesticum), Durian (Durio

zibethinus), Rambutan (Nephelium lappaceum), Nangka (Arthocarpus

integra), Jengkol (Pithecolobium jiringa), Bacang (Mangifera foetida), Jambu

biji (Psidium guajava), Kopi (Coffea sp) dan Teh (Camellia sinensis). Jenis

yang paling banyak digunakan adalah sengon.

3. Potensi kayu bakar di lahan milik sebesar 34,18 m3/ha

atau setara dengan

89,94 Sm/ha ternyata tidak mencukupi kebutuhan konsumsi kayu bakar per

tahun sebesar 253,77 m3/tahun atau 663 Sm/tahun. Hal ini menyebabkan

masyarakat menggantungkan kebutuhan kayu bakar pada HPGW.

4. Cara pengambilan kayu bakar di hutan dilakukan dengan memungut dilantai

hutan, merencek dan penjarahan pohon rebah. Pengambilan dilahan milik

dilakukan dengan penebangan pohon yang mati atau yang tidak berbuah.

5. Model analisisi regresi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi

kayu bakar adalah Y = 1.01 + 0.0466 X1 - 0.000000 X2 - 0.00280 X3 -

0.000054 X4 + 0.000126 X5 dengan variable X1 (jumlah anggota keluarga)

Page 80: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

66

dan X4 (harga barang substitusi) berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan

95%. Variabel X1 dan X4 secara terpisah dapat digunakan untuk menduga

konsumsi kayu bakar di desa ini. Model ini secara bersama-sama dapat

digunakan untuk menduga konsumsi kayu bakar.

Saran

1. Ketersedian kayu bakar untuk konsumsi keluarga perlu mendapatkan perhatian

dari HPGW karena dengan tingkat konsumsi yang tinggi dan berkurangnya

sumber dapat mengakibatkan kerusakan di hutan. Sebagai solusi perlu adanya

bantuan bibit pohon fast growing species, Multi Purpose Tree Species (MPTS),

dan memiliki nilai kalori tinggi yang dapat berfungsi sebagai buffer dalam

memenuhi kebutuhan kayu bakar.

2. Penghematan konsumsi kayu bakar perlu dilakukan dengan penggunaan

tungku hemat energi.

3. Perlu adanya suatu program dari HPGW maupun dari pihak pemerintah yang

dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat agar daya beli masyarakat

terhadap gas sebagai barang substitusi kayu bakar dapat berjalan untuk

mengurangi tekanan pemanfaatan kayu bakar terhadap HPG

Page 81: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

DAFTAR PUSTAKA

Arini, D R 2003. Studi Perbandingan Beberapa Metode Penduga Potensi Tegakan

Dengan Studi Kasus Pendugaan Potensi Tegakan Hutan Pendidikan Gunung

Walat Sukabumi. [Skripsi]. Bogor. Fakaultas Kehutanan, Institut Pertanian

Bogor.

[BPS]. 2003. Statistik Kesejahteraan Rakyat. Jakarta: Biro Pusat Statistik.

[BPS]. 2009. Rasio Ketergantungan. http//demografi.bps.go.id. [ 20 Mei 2009].

Coto, Z. 1979. Teknik Efisiensi Penggunaan Energi Kayu Bakar. Prosiding Seminar

Peningkatan Penyediaan dan Pemanfaatan Kayu Sebagai Sumber Energi.

Bogor 9 September. Bogor : Fakultas Kehutanan IPB. Hlm 89-90.

Dwiprabowo et al. 1980. Pola Konsumsi Kayu Bakar dan Energi Lain Oleh Rumah

Tangga dan Industri di Daerah Istimewa Aceh. Laporan No 155, BPHH.

Hlm 25-32

Haeruman, H. 1979. Kriteria Wilayah Supply dan Wilayah Demand Energi Pedesaan.

Prosiding Seminar Peningkatan Penyediaan dan Pemanfaatan Kayu Sebagai

Sumber Energi. Bogor, 9 September. Bogor : Fakultas Kehutanan IPB. Hlm

48-50.

Hamzah, Z. 1979. Situasi Kayu Bakar di Jawa Tempo Dulu, Sekarang dan Yang

Akan Datang. Prosiding Seminar Peningkatan Penyediaan dan Pemanfaatan

Kayu Sebagai Sumber Energi. Bogor, 9 September. Bogor : Fakultas

Kehutanan IPB. Hlm 39-47.

Hutomo, T. 2002. Sistem Pengelolaan dan Kontribusi Kebun Campuran Terhadap

Pendapatan Rumah Tangga di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan,

Kabupaten Sukabumi. [Skripsi]. Bogor. Fakaultas Kehutanan, Institut

Pertanian Bogor.

Irawan, B. 1990. Telaah Konsumsi Kayu Bakar. Duta Rimba 123-124/XVI/1990.

Kartasubrata, J. 1986. Partisipasi Rakyat dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan

di Jawa (Studi Kehutanan Sosial di Derah Kawasan Hutan Produksi, Hutan

Lindung dan Hutan Konservasi). [Disertasi]. Bogor: Fakultas Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor .

Page 82: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

68

Mangandar. 2000. Keterkaitan Sosial Masyarakat di Sekitar Hutan dengan Kebakaran

Hutan (Studi Kasus di Propinsi Daerah Tingkat I Riau). [Tesis]. Bogor.

Fakultas Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Mashar, M.CH. 1979. Pembinaan Kebun Kayu Bakar untuk Memenuhi Kebutuhan

Energi. Prosiding Seminar Peningkatan Penyediaan dan Pemanfaatan Kayu

Sebagai Sumber Energi. Bogor, 9 September. Bogor : Fakultas Kehutanan

IPB. Hlm 67-70.

Nasendi. B D. 1985. Sumberdaya Hutan dan Perananya dalam Konservasi Energi di

Indonesia. Prosiding Seminar PERSAKI. Madiun, 2 Maret. Jakarta :

PERSAKI. Hlm 254-261.

P3HH dan Sosek Kehutanan. 1999. Tekanan Konsumsi Kayu Bakar di Beberapa

Desa Padat Penduduk Pada Lingkungan Hidup dan Kemungkinan

Meringankannya. Bogor: P3HH dan Sosek Kehutanan.

Pemda Sukabumi. 2009. Amusrenbang tingkat kabupaten sukabumi tahun 2009.

http://www.kabupatensukabumi.go.id. [20 Mei 2009].

Perum Perhutani. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Sumberdaya Hutan

Bersama Masyarakat (PHBM). Surabaya. Perum Perhutani Unit II Jawa

Timur.

Roslinda, E. 2002. Nilai Ekonomi Hutan Pendidikan Gunung Walat dan

Kontribusinya Terhadap Masyarakat Sekitar. [Tesis]. Bogor. Fakultas Pasca

Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Rostiwati et al. 2006. Review Hasil Litbang Kayu Energi dan Turunannya. Bogor.

Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bogor

Sayogyo. 1977. Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan dalam 22 Tahun

Studi Pembangunan, Pengurangan Kemiskinan, Pembangunan Agribisnis

dan Revitalisasi Pertanian. Editor. Yoyoh Indaryanti. Pusat Studi Pertanian

dan Pedesaan Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat Institut

Pertanian Bogor. Bogor

Soemarwoto et al. 1979. Sistem ”Agroforestry” Taradisional Sebagai Sumber Kayu

Bakar. Prosiding Seminar Peningkatan Penyediaan dan Pemanfaatan Kayu

Sebagai Sumber Energi. Bogor, 9 September. Bogor : Fakultas Kehutanan

IPB. Hlm 27-33.

Soekmadi, R, 1986. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pencari Kayu Bakar di

Taman Nasional Baluran. [Skripsi]. Bogor. Fakaultas Kehutanan, Institut

Pertanian Bogor.

Page 83: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

69

Sumardjani, L. 2007. Potensi Eknomi Luar Biasa yang Terlupakan. http//

www.fahutan-unlam.ac.id. [20 Mei 2009].

Page 84: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

LAMPIRAN

Page 85: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

71

Lampiran 1. Karakteristrik Responden No

Resp Umur Pendidikan

JH

(m) Dusun Pekerjaan Utama Pekerjaan Sampingan JAK JT Sumber energi

1 48 Tidak tamat SD 300 Cipeureu Dagang Buruh Tani 8 6 KB

2 42 Tidak tamat SD 80 Cipeureu Penyadap Buruh Tani 5 3 KB

3 40 Tidak tamat SD 80 Cipeureu Buruh Bangunan - 8 6 KB + gas

4 52 Tidak tamat SD 100 Cipeureu Penyadap Bertani 5 2 KB

5 28 SD 70 Cipeureu Buruh Bangunan - 4 2 KB

6 32 SD 75 Cipeureu Buruh Bangunan - 5 3 KB

7 53 Tidak tamat SD 120 Cipeureu Buruh Tani Bikin Arang 4 2 KB

8 45 Tidak tamat SD 100 Cipeureu Buruh Perkebunan - 4 2 KB

9 37 SD 70 Cipeureu Buruh Bangunan - 5 3 KB + gas

10 30 SD 200 Cipeureu Karyawan swasta - 4 2 KB

11 34 SD 400 Cipeureu Buruh Bangunan - 5 3 KB + gas

12 39 Tidak tamat SD 420 Cipeureu Buruh Tani Buruh Tebangan 6 4 KB

13 40 Tidak tamat SD 70 Cipeureu Buruh Tani Dagang 5 3 KB

14 50 Tidak tamat SD 80 Cipeureu Buruh Tani - 6 4 KB

15 30 SD 300 Cipeureu Buruh Tani Pengrajin Bilik 5 3 KB

16 55 Tidak tamat SD 100 Cipeureu Buruh Pasar Bertani 4 2 KB

17 47 Tidak tamat SD 200 Cipeureu Buruh Bangunan - 7 5 KB

18 65 Tidak tamat SD 70 Cipeureu Bertani Dagang 3 1 KB

19 40 Tidak tamat SD 300 Sindang Bertani Buruh Tani 5 3 KB

20 29 SD 200 Sindang Buruh Tani - 3 1 KB + gas

21 26 SD 50 Sindang Buruh Tani - 3 1 KB + gas

22 55 Tidak tamat SD 150 Sindang Bertani Dagang 3 1 KB

23 37 Tidak tamat SD 50 Sindang Buruh Bangunan - 4 2 KB

24 47 SD 200 Sindang Karyawan Swasta - 6 4 KB + gas

25 48 Tidak tamat SD 350 Bojongwaru Buruh Penggergaji - 6 4 KB

26 55 Tidak tamat SD 150 Bojongwaru Buruh Tani - 3 1 KB

27 37 SD 400 Bojongwaru Dagang Penjahit 3 1 KB + gas

28 50 Tidak tamat SD 350 Bojongwaru Bertani Dagang 4 2 KB + gas

29 53 Tidak tamat SD 500 Bojongwaru Dagang Buruh Tani 6 3 KB

30 55 Tidak tamat SD 150 Citalahab Bertani - 3 1 KB + gas

31 45 Tidak tamat SD 120 Citalahab Tukang Bangunan - 4 2 KB + gas

Page 86: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

72

No

Resp Umur Pendidikan

JH

(m) Dusun Pekerjaan Utama Pekerjaan Sampingan JAK JT Sumber energi

32 40 Tidak tamat SD 100 Citalahab Bertani Dagang 6 4 KB + gas

33 50 Tidak tamat SD 150 Citalahab Bertani Dagang 4 2 KB + gas

34 50 Tidak tamat SD 300 Citalahab Dagang Buruh Tani 3 1 KB + gas

35 32 SD 200 Citalahab Buruh Tani - 4 2 KB + gas

36 48 Tidak tamat SD 100 Citalahab Bertani Buruh Tani 3 1 KB + gas

37 40 Tidak tamat SD 150 Citalahab Buruh Perkebunan - 5 3 KB + gas

38 45 Tidak tamat SD 30 Citalahab Bertani Buruh Tani 3 1 KB

39 70 Tidak tamat SD 10 Sampay Dagang - 2 1 KB

40 48 Tidak tamat SD 240 Sampay Buruh Tani - 5 3 KB + gas

41 54 Tidak tamat SD 40 Sampay Buruh Penebang - 5 2 KB + gas

42 55 Tidak tamat SD 35 Sampay Tukang Kayu - 4 2 KB + gas

43 75 Tidak tamat SD 250 Sampay Bertani - 2 1 KB + gas

44 54 SD 700 Nangerang Buruh Tani Pengrajin Bilik 5 3 KB

45 51 SD 200 Nangerang Bertani Dagang 3 1 KB + gas

46 49 Tidak tamat SD 350 Nangerang Buruh Tani Pengrajin Bilik 5 3 KB + gas

47 31 SD 80 Nangerang Buruh gergaji Pengrajin Bilik 3 1 KB + gas

48 41 Tidak tamat SD 350 Nangerang Buruh Tani Pengrajin Bilik 5 3 KB + gas

49 50 Tidak tamat SD 200 Nangerang Bertani Dagang 4 2 KB + gas

50 38 SD 600 Nangerang Ojek Pengrajin Bilik 4 2 KB + gas

51 42 Tidak tamat SD 620 Nangerang Pengrajin Bilik Buruh Tani 3 1 KB

52 48 Tidak tamat SD 850 Nangerang Pengrajin Bilik Buruh Tani 4 2 KB + gas

53 45 Tidak tamat SD 800 Nangerang Pengrajin Bilik - 3 1 KB + gas

54 55 Tidak tamat SD 600 Nangerang Pengrajin Bilik - 3 1 KB

55 29 SD 700 Nangerang Pengrajin Bilik Buruh Tani 3 1 KB

56 30 SD 800 Nangerang Ojek - 4 2 KB + gas

57 43 Tidak tamat SD 800 Nangerang Bertani - 3 1 KB + gas

58 50 Tidak tamat SD 1000 Nangerang Dagang Bertani 4 2 KB + gas

59 75 Tidak tamat SD 820 Nangerang Penyadap Bertani 2 0 KB

60 40 Tidak tamat SD 700 Nangerang Pengrajin Bilik - 5 3 KB + gas

Jumlah 255 134

Rata-rata 4,25 2,23

Page 87: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

73

Lampira 2. Stuktur dan Pola Penggunaan Lahan Responden No

Resp

Jenis Lahan (Ha) Total

(Ha)

Kepemilikan Ternak Status Kepemilikan

Rumah Sawah Pekarangan Kebun Empang Kambing Kelinci Unggas Kambing Kelinci Ayam

1 0,0032 0,000 0,035 0,000 0,000 0,0384 0 0 5 - - Milik

2 0,0028 0,010 0,027 0,000 0,010 0,0500 2 0 6 Kemitraan - Milik

3 0,0032 0,000 0,017 0,000 0,000 0,0200 1 0 1 Kemitraan - Milik

4 0,0040 0,010 0,016 0,120 0,000 0,1500 6 0 5 Milik - Milik

5 0,0040 0,000 0,016 0,000 0,000 0,0200 0 0 0 - - -

6 0,0032 0,000 0,000 0,000 0,000 0,0000 0 0 0 - - -

7 0,0048 0,020 0,035 0,000 0,000 0,0600 7 2 5 Milik Milik Milik

8 0,0040 0,000 0,016 0,000 0,000 0,0200 2 0 1 Milik 1 ekor - Milik

9 0,0040 0,000 0,016 0,000 0,000 0,0200 0 0 0 - - -

10 0,0040 0,000 0,016 0,060 0,000 0,0800 0 0 0 - - -

11 0,0040 0,000 0,036 0,000 0,000 0,0400 0 0 0 - - -

12 0,0040 0,000 0,046 0,000 0,000 0,0500 8 0 2 Milik 3 ekor - Milik

13 0,0032 0,000 0,017 0,060 0,000 0,0800 0 0 7 - - Milik

14 0,0032 0,000 0,037 0,040 0,000 0,0801 0 0 0 - - -

15 0,0030 0,000 0,000 0,000 0,000 0,0000 0 0 0 - - -

16 0,0032 0,060 0,017 0,280 0,000 0,3600 0 0 6 - - Milik

17 0,0032 0,000 0,000 0,000 0,000 0,0000 0 0 0 - - -

18 0,0040 0,040 0,016 0,320 0,000 0,3800 1 0 3 Milik - Milik

19 0,0032 0,020 0,017 0,100 0,000 0,1400 6 0 3 Milik - Milik

20 0,0072 0,000 0,000 0,000 0,000 0,0000 0 0 0 - - -

21 0,0032 0,000 0,000 0,000 0,000 0,0000 0 0 0 - - -

22 0,0032 0,050 0,027 0,100 0,010 0,1900 4 0 6 Milik - Milik

23 0,0032 0,000 0,017 0,000 0,000 0,0200 0 0 0 - - -

24 0,0032 0,000 0,010 0,040 0,000 0,0500 0 0 0 - - -

25 0,0040 0,000 0,036 0,000 0,000 0,0400 0 0 4 - - Milik

26 0,0036 0,000 0,057 0,000 0,000 0,0604 4 0 0 Kemitraan - -

27 0,0066 0,040 0,020 0,240 0,000 0,3066 0 0 0 - - -

28 0,0032 0,040 0,037 0,080 0,000 0,1600 2 0 4 Milik - Milik

29 0,0045 0,040 0,036 0,200 0,000 0,2800 0 0 2 - - Milik

30 0,0040 0,040 0,016 0,080 0,000 0,1400 4 0 5 Milik - Milik

31 0,0060 0,000 0,020 0,060 0,000 0,0860 6 0 - Milik - -

Page 88: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

74

No

Resp

Jenis Lahan (Ha) Total

(Ha)

Kepemilikan Ternak Status Kepemilikan

Rumah Sawah Pekarangan Kebun Empang Kambing Kelinci Unggas Kambing Kelinci Ayam

32 0,0048 0,050 0,015 0,050 0,000 0,1200 4 0 6 Milik - Milik

33 0,0072 0,030 0,013 0,200 0,000 0,2500 0 0 4 - - Milik

34 0,0060 0,000 0,000 0,100 0,000 0,1060 0 0 0 - - -

35 0,0040 0,000 0,036 0,000 0,000 0,0400 3 0 2 Milik - Milik

36 0,0032 0,020 0,017 0,120 0,000 0,1600 0 0 0 - - -

37 0,0032 0,000 0,017 0,050 0,000 0,0700 3 0 2 Milik - Milik

38 0,0040 0,030 0,026 0,040 0,000 0,1000 4 0 0 Kemitraan - -

39 0,0040 0,000 0,016 0,100 0,000 0,1200 0 3 2 - Milik Milik

40 0,0032 0,000 0,017 0,160 0,000 0,1800 0 0 0 - - -

41 0,0050 0,000 0,015 0,380 0,000 0,4000 0 0 3 - - Milik

42 0,0050 0,000 0,010 0,065 0,000 0,0800 0 0 5 - - Milik

43 0,0048 0,080 0,020 0,200 0,000 0,3048 4 0 5 Milik - Milik

44 0,0042 0,000 0,036 0,000 0,000 0,0400 0 0 6 - - Milik

45 0,0072 0,060 0,033 1,000 0,000 1,1000 0 0 6 - - Milik

46 0,0032 0,000 0,017 0,240 0,000 0,2600 2 0 0 Milik - Milik

47 0,0035 0,000 0,017 0,250 0,000 0,2700 0 0 0 - - -

48 0,0032 0,000 0,037 0,250 0,000 0,2900 0 0 0 - - -

49 0,0032 0,050 0,037 0,240 0,000 0,3300 4 0 0 - - -

50 0,0048 0,000 0,000 0,120 0,000 0,1248 3 0 0 Milik - -

51 0,0032 0,000 0,037 0,120 0,000 0,1600 0 0 0 - - -

52 0,0050 0,020 0,016 0,080 0,000 0,1205 0 0 0 - - -

53 0,0050 0,000 0,035 0,120 0,000 0,1600 0 0 0 - - -

54 0,0032 0,000 0,037 0,250 0,000 0,2900 0 0 0 - - -

55 0,0032 0,000 0,000 0,000 0,000 0,0000 0 0 0 - - -

56 0,0054 0,000 0,000 0,250 0,000 0,2554 0 0 0 - - -

57 0,0032 0,020 0,000 0,250 0,000 0,2732 0 0 4 - - Milik

58 0,0032 0,040 0,017 0,250 0,000 0,3100 2 0 5 Milik - Milik

59 0,0032 0,000 0,027 1,000 0,010 1,0400 0 0 0 - - -

60 0,0096 0,020 0,030 0,200 0,000 0,2600 8 0 6 Kemitraan - Milik

Jumlah 0,2480 0,790 1,220 7.835 0,030 10,100 90 5 121

Rata-ra 0,0041 0,034 0,025 0,196 0,010 0,187 1,50 0,08 2,02

Page 89: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

75

Lampiran 3. Pendapatan Usaha Tani Responden

NO Pendapatn Usaha Tani/Tahun Pendapatan

Kotor

Biaya

Produksi

Pendapatan

Bersih Sawah Pekarangan Empang Ternak Agroforestri

1 0 85000 0 100000 154992 339992 0 339992

2 600000 30000 99996 720000 112500 1562496 500000 1062496

3 0 62500 0 320000 114996 497496 0 497496

4 600000 40000 0 3700000 1323992 5663992 300000 5363992

5 0 57500 0 0 0 57500 0 57500

6 0 0 0 0 0 0 0 0

7 600000 171500 0 4360000 259992 5391492 300000 5091492

8 0 89500 0 920000 94992 1104492 0 1104492

9 0 0 0 0 210000 210000 0 210000

10 0 77500 0 0 349000 426500 0 426500

11 0 431250 0 0 0 431250 0 431250

12 0 124000 0 3140000 79992 3343992 0 3343992

13 0 129000 0 160000 264000 553000 0 553000

14 0 160000 0 0 647992 807992 0 807992

15 0 0 0 0 0 0 0 0

16 3000000 82500 0 120000 966196 4168696 1800000 2368696

17 0 0 0 0 0 0 0 0

18 1800000 124000 0 660000 1639496 4223496 750000 3473496

19 900000 97500 0 3660000 573000 5230500 300000 4930500

20 0 0 0 0 0 0 0 0

21 0 0 0 0 0 0 0 0

22 2500000 141750 180000 2460000 517496 5799246 2000000 3799246

23 0 62500 0 0 0 62500 0 62500

24 0 66500 0 0 265000 331500 0 331500

25 0 100000 0 80000 0 180000 0 180000

26 0 150000 0 1200000 0 1350000 0 1350000

27 1800000 292500 0 0 1509000 3601500 800000 2801500

28 1500000 179500 0 1280000 812496 3771996 900000 2871996

29 1800000 174500 0 40000 2069500 4084000 800000 3284000

30 1800000 163500 0 2500000 578996 5042496 800000 4242496

31 0 140250 0 3600000 560000 4300250 0 4300250

Page 90: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

76

NO Pendapatn Usaha Tani/Tahun Pendapatan

Kotor

Biaya

Produksi

Pendapatan

Bersih Sawah Pekarangan Empang Ternak Agroforestri

32 2400000 83500 0 2520000 321996 5325496 900000 4425496

33 1200000 154000 0 80000 1080250 2514250 600000 1914250

34 0 0 0 0 803500 803500 0 803500

35 0 164000 0 1840000 0 2004000 0 2004000

36 1200000 73000 0 0 2628496 3901496 750000 3151496

37 0 144000 0 40000 553500 737500 0 737500

38 1600000 111400 0 2400000 960000 5071400 600000 4471400

39 0 101250 0 130000 324000 555250 0 555250

40 0 134000 0 0 1650000 1784000 0 1784000

41 0 130000 0 60000 1419000 1609000 0 1609000

42 0 85000 0 100000 802492 987492 0 987492

43 4600000 210000 0 2500000 2340000 9650000 1800000 7850000

44 720000 301250 0 120000 0 1141250 0 1141250

45 3000000 100000 0 120000 3494496 6714496 1500000 5214496

46 0 40000 0 1200000 1866500 3106500 0 3106500

47 0 30000 0 0 1745496 1775496 0 1775496

48 0 62500 0 0 2476000 2538500 0 2538500

49 2400000 190000 0 2400000 2001000 6991000 1200000 5791000

50 0 0 0 1800000 1359000 3159000 0 3159000

51 0 90250 0 0 1570500 1660750 0 1660750

52 2400000 75500 0 0 1108000 3583500 1200000 2383500

53 0 70500 0 0 1183500 1254000 0 1254000

54 0 110000 0 0 600000 710000 0 710000

55 0 0 0 0 0 0 0 0

56 0 0 0 0 1570500 1570500 0 1570500

57 1400000 0 0 80000 1540500 3020500 700000 2320500

58 2400000 100000 0 1300000 1585000 5385000 900000 4485000

59 0 89000 99996 0 1279992 1468988 200000 1268988

60 1600000 300000 0 2520000 1381500 5801500 600000 5201500

Total 41820000 6181900 379992 48230000 50748846 147360738 20200000 127160738

rata-rat 1818261 126161 126664 1378000 1079763 2728903 878261 2354828

Lampiran 3. Pendapatan Usaha Tani Responden

(Lanjutan)

Page 91: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

77

Lampiran 4. Pendapatan Non Usaha Tani Responden

NO Pendapatan/Tahun

Total Pendapatan/Tahun Buruh Dagang Ojek Perajin Bilik Arang Dari Anak Penjahit

1 1800000 3600000 0 1056000 0 0 0 6456000

2 3600000 0 0 0 0 0 0 3600000

3 7200000 0 0 0 0 0 0 7200000

4 3792000 0 0 0 0 2400000 0 6192000

5 6000000 0 0 0 0 0 0 6000000

6 6000000 0 0 0 0 0 0 6000000

7 1800000 0 0 0 1080000 0 0 2880000

8 4680000 0 0 0 0 0 0 4680000

9 6000000 0 0 0 0 0 0 6000000

10 9000000 0 0 0 0 0 0 9000000

11 6000000 0 0 0 0 0 0 6000000

12 4560000 0 0 0 0 600000 0 5160000

13 2160000 3600000 0 0 0 0 0 5760000

14 5424000 0 0 0 0 0 0 5424000

15 2160000 0 0 3168000 0 0 0 5328000

16 2160000 0 0 0 0 1200000 0 3360000

17 6000000 0 0 0 0 0 0 6000000

18 0 3600000 0 0 0 0 0 3600000

19 2160000 0 0 0 0 0 0 2160000

20 9000000 0 0 0 0 0 0 9000000

21 3240000 0 0 0 0 0 0 3240000

22 0 4200000 0 0 0 0 0 4200000

23 6000000 0 0 0 0 0 0 6000000

24 10800000 0 0 0 0 0 0 10800000

25 4800000 0 0 0 0 0 0 4800000

26 2160000 0 0 0 0 0 0 2160000

27 0 4800000 0 0 0 0 1200000 6000000

28 0 6000000 0 0 0 0 0 6000000

29 2160000 3600000 0 0 0 0 0 5760000

30 2160000 0 0 0 0 0 0 2160000

31 12480000 0 0 0 0 0 0 12480000

Page 92: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

78

NO Pendapatan/Tahun

Total Pendapatan/Tahun Buruh Dagang Ojek Perajin Bilik Arang Dari Anak Penjahit

32 0 4800000 0 0 0 0 0 4800000

33 0 8400000 0 0 0 0 0 8400000

34 2160000 3000000 0 0 0 0 0 5160000

35 9000000 0 0 0 0 0 0 9000000

36 2160000 0 0 0 0 0 0 2160000

37 6240000 0 0 0 0 0 0 6240000

38 3240000 0 0 0 0 0 0 3240000

39 0 4800000 0 0 0 0 0 4800000

40 3240000 0 0 0 0 0 0 3240000

41 4800000 0 0 0 0 3000000 0 7800000

42 9600000 0 0 0 0 0 0 9600000

43 0 0 0 0 0 1200000 0 1200000

44 2160000 0 0 2112000 0 0 0 4272000

45 0 6000000 0 0 0 0 0 6000000

46 2160000 0 0 2112000 0 0 0 4272000

47 6000000 0 0 1056000 0 0 0 7056000

48 2160000 0 0 2112000 0 0 0 4272000

49 0 3000000 0 0 0 0 0 3000000

50 0 0 2160000 2112000 0 0 0 4272000

51 1800000 0 0 2112000 0 0 0 3912000

52 2160000 0 0 2112000 0 1999992 0 6271992

53 0 0 0 2112000 0 0 0 2112000

54 0 0 0 2112000 0 0 0 2112000

55 1080000 0 0 2112000 0 0 0 3192000

56 6840000 0 3000000 0 0 0 0 9840000

57 0 0 0 0 0 1999992 0 1999992

58 0 4800000 0 0 0 0 0 4800000

59 5304000 0 0 0 0 0 0 5304000

60 0 0 0 2112000 0 0 0 2112000

Jumlah 203400000 64200000 5160000 26400000 1080000 12399984 1200000 313839984

rata-rata 4622727 4585714 2580000 2558769 1080000 1771426 1200000 5230666,4

Page 93: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

79

Lampiran 5 Pendapatan Perkapita Responden NO

Resp

PENDAPATAN USAHA

TANI NON USAHA TANI TOTAL PENDAPATAN JAK PENDAPATAN PER KAPITA PER TAHUN

1 339992 6456000 6795992 8 849499

2 1062496 3600000 4662496 5 932499

3 497496 7200000 7697496 8 962187

4 5363992 6192000 11555992 5 2311198

5 57500 6000000 6057500 4 1514375

6 0 6000000 6000000 5 1200000

7 5091492 2880000 7971492 4 1992873

8 1104492 4680000 5784492 4 1446123

9 210000 6000000 6210000 5 1242000

10 426500 9000000 9426500 4 2356625

11 431250 6000000 6431250 5 1286250

12 3343992 5160000 8503992 6 1417332

13 553000 5760000 6313000 5 1262600

14 807992 5424000 6231992 6 1038665

15 0 5328000 5328000 5 1065600

16 2368696 3360000 5728696 4 1432174

17 0 6000000 6000000 7 857143

18 3473496 3600000 7073496 3 2357832

19 4930500 2160000 7090500 5 1418100

20 0 9000000 9000000 3 3000000

21 0 3240000 3240000 3 1080000

22 3799246 4200000 7999246 3 2666415

23 62500 6000000 6062500 4 1515625

24 331500 10800000 11131500 6 1855250

25 180000 4800000 4980000 6 830000

26 1350000 2160000 3510000 3 1170000

27 2801500 6000000 8801500 3 2933833

28 2871996 6000000 8871996 4 2217999

29 3284000 5760000 9044000 6 1507333

30 4242496 2160000 6402496 3 2134165

31 4300250 12480000 16780250 4 4195063

Page 94: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

80

NO

Resp

PENDAPATAN USAHA

TANI NON USAHA TANI TOTAL PENDAPATAN JAK PENDAPATAN PER KAPITA PER TAHUN

32 4425496 4800000 9225496 6 1537583

33 1914250 8400000 10314250 4 2578563

34 803500 5160000 5963500 3 1987833

35 2004000 9000000 11004000 4 2751000

36 3151496 2160000 5311496 3 1770499

37 737500 6240000 6977500 5 1395500

38 4471400 3240000 7711400 3 2570467

39 555250 4800000 5355250 2 2677625

40 1784000 3240000 5024000 5 1004800

41 1609000 7800000 9409000 5 1881800

42 987492 9600000 10587492 4 2646873

43 7850000 1200000 9050000 2 4525000

44 1141250 4272000 5413250 5 1082650

45 5214496 6000000 11214496 3 3738165

46 3106500 4272000 7378500 5 1475700

47 1775496 7056000 8831496 3 2943832

48 2538500 4272000 6810500 5 1362100

49 5791000 3000000 8791000 4 2197750

50 3159000 4272000 7431000 4 1857750

51 1660750 3912000 5572750 3 1857583

52 2383500 6271992 8655492 4 2163873

53 1254000 2112000 3366000 3 1122000

54 710000 2112000 2822000 3 940667

55 0 3192000 3192000 3 1064000

56 1570500 9840000 11410500 4 2852625

57 2320500 1999992 4320492 3 1440164

58 4485000 4800000 9285000 4 2321250

59 1268988 5304000 6572988 2 3286494

60 5201500 2112000 7313500 5 1462700

127160738 313839984 441000722 255 112545605

2354828 5230666 7350012 4.25 1875760

Page 95: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

81

Lampiran 6. Pengeluran Rumah Tangga Responden No

Resp

Pengeluaran/Tahun Total Pengeluaran

Pangan Pakaian Pendidikan Kesehatan Trasportasi Penerangan Pajak Rp/tahun

1 7992000 400000 200000 60000 0 120000 8000 8780000

2 7164000 500000 200000 36000 0 180000 15000 8095000

3 6030000 500000 300000 60000 0 120000 3000 7013000

4 5670000 200000 200000 60000 0 204000 25000 6359000

5 4536000 300000 220000 0 0 120000 3000 5179000

6 4896000 300000 200000 36000 0 288000 0 5720000

7 6444000 200000 220000 60000 0 120000 12000 7056000

8 4536000 0 0 36000 0 180000 5000 4757000

9 6696000 300000 200000 0 0 240000 3000 7439000

10 5202000 200000 0 0 2160000 288000 7000 7857000

11 4122000 300000 250000 0 0 180000 5000 4857000

12 6084000 200000 200000 0 0 192000 15000 6691000

13 6696000 200000 280000 0 1200000 240000 30000 8646000

14 4536000 200000 180000 0 0 288000 10000 5214000

15 4122000 300000 0 0 0 288000 0 4710000

16 4896000 200000 120000 0 600000 180000 50000 6046000

17 5670000 400000 200000 0 0 288000 0 6558000

18 4230000 0 80000 0 0 120000 75000 4505000

19 5256000 0 0 0 0 120000 15000 5391000

20 3348000 200000 0 0 2160000 120000 0 5828000

21 4122000 300000 0 0 0 180000 0 4602000

22 4896000 200000 120000 0 1248000 180000 20000 6664000

23 2988000 300000 180000 0 0 96000 3000 3567000

24 5670000 300000 220000 0 0 120000 10000 6320000

25 4896000 400000 200000 0 0 120000 10000 5626000

26 4176000 300000 0 0 0 108000 15000 4599000

27 5256000 300000 200000 60000 0 360000 65000 6241000

28 4896000 0 250000 0 0 300000 25000 5471000

29 5256000 300000 180000 0 0 168000 85000 5989000

30 3348000 0 0 0 0 108000 20000 3476000

31 4842000 400000 360000 0 1200000 240000 25000 7067000

Page 96: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

82

No

Resp

Pengeluaran/Tahun Total Pengeluaran

Pangan Pakaian Pendidikan Kesehatan Trasportasi Penerangan Pajak Rp/tahun

32 5670000 400000 200000 0 0 144000 15000 6429000

33 5256000 300000 240000 0 1248000 168000 15000 7227000

34 3762000 300000 160000 0 0 180000 10000 4412000

35 4896000 250000 200000 0 2160000 90000 6000 7602000

36 4896000 300000 0 0 0 300000 15000 5511000

37 4842000 250000 120000 0 1248000 192000 10000 6662000

38 5256000 200000 120000 0 1248000 144000 15000 6983000

39 4122000 0 0 60000 0 120000 50000 4352000

40 5310000 200000 200000 0 0 144000 40000 5894000

41 5616000 400000 200000 0 0 180000 25000 6421000

42 6084000 300000 200000 0 0 120000 10000 6714000

43 4122000 0 0 60000 0 120000 70000 4372000

44 6084000 300000 180000 0 0 144000 8000 6716000

45 4122000 200000 0 0 0 300000 150000 4772000

46 5616000 200000 220000 0 0 120000 40000 6196000

47 4482000 200000 60000 0 0 120000 70000 4932000

48 5256000 500000 180000 0 0 240000 50000 6226000

49 4896000 400000 220000 0 0 168000 40000 5724000

50 4896000 300000 140000 0 600000 300000 15000 6251000

51 4482000 0 0 0 0 144000 20000 4646000

52 4896000 350000 220000 0 0 180000 15000 5661000

53 6030000 500000 220000 0 0 240000 25000 7015000

54 4536000 0 0 0 0 108000 50000 4694000

55 3762000 300000 0 0 0 120000 0 4182000

56 6750000 500000 1248000 60000 1200000 300000 80000 10138000

57 4896000 400000 360000 0 600000 480000 70000 6806000

58 5670000 500000 720000 0 1599996 240000 70000 8799996

59 3708000 0 0 120000 0 144000 180000 4152000

60 5310000 400000 200000 0 600000 240000 55000 6805000

Jumlah 303696000 15650000 10368000 708000 19071996 11346000 1778000 362617996

Rata-

rata 5061600 313000 235636 59000 1271466 189100 32926 6043633

Page 97: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

83

Lampiran 7 Pengeluaran Perkapita Responden NO

Resp PENGELUARAN PANGAN NON PANGAN TOTAL PENGELUARAN JAK PENGELUARAN PER KAPITA PER TAHUN

1 6912000 788000 7700000 8 962500

2 7164000 931000 8095000 5 1619000

3 6030000 983000 7013000 8 876625

4 5670000 689000 6359000 5 1271800

5 4536000 643000 5179000 4 1294750

6 4896000 824000 5720000 5 1144000

7 6444000 612000 7056000 4 1764000

8 4536000 221000 4757000 4 1189250

9 6696000 743000 7439000 5 1487800

10 5202000 2655000 7857000 4 1964250

11 4122000 735000 4857000 5 971400

12 6084000 607000 6691000 6 1115167

13 6696000 1950000 8646000 5 1729200

14 4536000 678000 5214000 6 869000

15 4122000 588000 4710000 5 942000

16 4896000 1150000 6046000 4 1511500

17 5670000 888000 6558000 7 936857

18 4230000 275000 4505000 3 1501667

19 5256000 135000 5391000 5 1078200

20 3348000 2480000 5828000 3 1942667

21 4122000 480000 4602000 3 1534000

22 4896000 1768000 6664000 3 2221333

23 2988000 579000 3567000 4 891750

24 5670000 650000 6320000 6 1053333

25 4896000 730000 5626000 6 937667

26 4176000 423000 4599000 3 1533000

27 5256000 985000 6241000 3 2080333

28 4896000 575000 5471000 4 1367750

29 5256000 733000 5989000 6 998167

30 3348000 128000 3476000 3 1158667

31 4842000 2225000 7067000 4 1766750

Page 98: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

84

NO

Resp PENGELUARAN PANGAN NON PANGAN TOTAL PENGELUARAN JAK PENGELUARAN PER KAPITA PER TAHUN

32 5670000 759000 6429000 6 1071500

33 5256000 1971000 7227000 4 1806750

34 3762000 650000 4412000 3 1470667

35 4896000 2706000 7602000 4 1900500

36 4896000 615000 5511000 3 1837000

37 4842000 1820000 6662000 5 1332400

38 5256000 1727000 6983000 3 2327667

39 4122000 230000 4352000 2 2176000

40 5310000 584000 5894000 5 1178800

41 5616000 805000 6421000 5 1284200

42 6084000 630000 6714000 4 1678500

43 4122000 250000 4372000 2 2186000

44 6084000 632000 6716000 5 1343200

45 4122000 650000 4772000 3 1590667

46 5616000 580000 6196000 5 1239200

47 4482000 450000 4932000 3 1644000

48 5256000 970000 6226000 5 1245200

49 4896000 828000 5724000 4 1431000

50 4896000 1355000 6251000 4 1562750

51 4482000 164000 4646000 3 1548667

52 4896000 765000 5661000 4 1415250

53 6030000 985000 7015000 3 2338333

54 4536000 158000 4694000 3 1564667

55 3762000 420000 4182000 3 1394000

56 6750000 3388000 10138000 4 2534500

57 4896000 1910000 6806000 3 2268667

58 5670000 3129996 8799996 4 2199999

59 3708000 444000 4152000 2 2076000

60 5310000 1495000 6805000 5 1361000

302616000 58921996 361537996 255 90721464

5043600 982033 6025633 4.25 1512024

Page 99: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

85

Lampiran 8. Kriteria Kemiskinan Sayogyo

NO TOTAL

PENDAPATAN JAK

PENDAPATAN PER

KAPITA

KRITERIA

SAYOGYO

1 6795992 8 849499 1

2 4662496 5 932499 1

3 7697496 8 962187 1

4 11555992 5 2311198 3

5 6057500 4 1514375 2

6 6000000 5 1200000 1

7 7971492 4 1992873 3

8 5784492 4 1446123 2

9 6210000 5 1242000 1

10 9426500 4 2356625 3

11 6431250 5 1286250 2

12 8503992 6 1417332 2

13 6313000 5 1262600 1

14 6231992 6 1038665 1

15 5328000 5 1065600 1

16 5728696 4 1432174 2

17 6000000 7 857143 1

18 7073496 3 2357832 3

19 7090500 5 1418100 2

20 9000000 3 3000000 4

21 3240000 3 1080000 1

22 7999246 3 2666415 4

23 6062500 4 1515625 2

24 11131500 6 1855250 3

25 4980000 6 830000 1

26 3510000 3 1170000 1

27 8801500 3 2933833 4

28 8871996 4 2217999 3

29 9044000 6 1507333 2

30 6402496 3 2134165 3

31 16780250 4 4195063 4

32 9225496 6 1537583 2

33 10314250 4 2578563 4

34 5963500 3 1987833 3

35 11004000 4 2751000 4

36 5311496 3 1770499 3

37 6977500 5 1395500 2

38 7711400 3 2570467 4

39 5355250 2 2677625 4

40 5024000 5 1004800 1

41 9409000 5 1881800 3

42 10587492 4 2646873 4

43 9050000 2 4525000 4

44 5413250 5 1082650 1

45 11214496 3 3738165 4

46 7378500 5 1475700 2

47 8831496 3 2943832 4

48 6810500 5 1362100 2

Page 100: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

86

NO TOTAL

PENDAPATAN JAK

PENDAPATAN PER

KAPITA

KRITERIA

SAYOGYO

49 8791000 4 2197750 3

50 7431000 4 1857750 3

51 5572750 3 1857583 3

52 8655492 4 2163873 3

53 3366000 3 1122000 1

54 2822000 3 940667 1

55 3192000 3 1064000 1

56 11410500 4 2852625 4

57 4320492 3 1440164 2

58 9285000 4 2321250 3

59 6572988 2 3286494 4

60 7313500 5 1462700 2

441000722 255 112545605

7350012 4.25 1875760

SANGAT MISKIN 1 < 1272000 17

MISKIN 2 1272000 - 169000 14

HAMPIR MISKIN 3 169000 - 2544000 15

CUKUP 4 > 2544000 14

Dengan Harga Beras dilokasi penelitian 5300/kg

Lampiran 8. Kriteria Kemiskinan Sayogyo ( Lanjutan)

Page 101: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

87

Lampiran 9. Sumber, Pelaku dan Bentuk Kayu Bakar No

Resp

Sumber Kayu Bakar Pelaku Pengambilan

Bentuk Kayu Bakar Sumber

Pembelian Pengambilan Kombinasi Ranting Cabang Batang Utama

1 0 1 0 Bapak dan Ibu 1 1 0 Hutan

2 0 1 0 Bapak dan Ibu 1 1 0 Hutan

3 0 1 0 Ibu dan Anak 1 1 0 Hutan

4 0 1 0 Bapak 1 1 1 Hutan dan Kebun

5 0 1 0 Ibu 1 1 0 Hutan dan Kebun

6 0 1 0 Ibu 1 1 0 Hutan

7 0 1 0 Bapak dan Ibu 1 1 0 Hutan

8 0 1 0 Bapak 1 1 0 Hutan

9 0 1 0 Ibu 1 1 0 Hutan

10 0 1 0 Ibu 1 1 0 Hutan dan Kebun

11 0 1 0 Bapak dan Ibu 1 1 0 Hutan

12 0 1 0 Ibu 1 1 0 Hutan

13 0 1 0 Bapak 1 1 0 Hutan

14 0 1 0 Ibu 1 1 0 Kebun

15 0 1 0 Ibu 1 1 0 Hutan

16 0 1 0 Ibu 1 1 0 Hutan

17 0 1 0 Ibu 1 1 0 Hutan

18 0 1 0 Bapak 1 1 0 Hutan

19 0 1 0 Bapak 1 1 0 Hutan

20 0 1 0 Bapak 1 1 0 Hutan

21 0 1 0 Bapak 1 1 1 Kebun

22 0 1 0 Bapak 1 1 0 Hutan

23 0 1 0 Bapak dan Ibu 1 1 0 Hutan

24 0 1 0 Ibu 1 1 0 Hutan

25 0 1 0 Bapak 1 1 0 Hutan dan Kebun

26 0 1 0 Bapak 1 1 0 Hutan dan Kebun

27 0 1 0 Bapak 1 1 0 Kebun

28 0 1 0 Bapak dan anak 1 1 0 Hutan dan Kebun

29 0 1 0 Bapak 1 1 0 Kebun

30 0 1 0 Bapak dan Ibu 1 1 0 Hutan dan Kebun

31 0 1 0 Ibu 1 1 0 Hutan

Page 102: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

88

No Resp

Sumber Kayu Bakar Pelaku Pengambilan

Bentuk Kayu Bakar Sumber

Pembelian Pengambilan Kombinasi Ranting Cabang Batang Utama

32 0 1 0 Bapak dan Ibu 1 1 0 Hutan

33 0 1 0 Ibu 1 1 0 Hutan

34 0 1 0 Ibu 1 1 0 Hutan

35 0 1 0 Bapak 1 1 0 Hutan

36 0 1 0 Bapak 1 1 1 Hutan dan Kebun

37 0 1 0 Bapak dan Ibu 1 1 1 Hutan dan Kebun

38 0 1 0 Bapak dan Ibu 1 1 0 Hutan

39 0 1 0 Bapak 1 1 0 Hutan dan Kebun

40 0 1 0 Bapak 1 1 0 Kebun

41 1 0 0 - 1 1 1 Pembelian

42 0 1 0 Bapak 1 1 0 Hutan

43 0 1 0 Bapak 1 1 1 Kebun

44 0 1 0 Bapak 1 1 1 Kebun

45 0 1 0 Bapak 1 1 1 Hutan dan Kebun

46 0 1 0 Bapak,Ibu,Anak 1 1 1 Kebun

47 0 1 0 Bapak 1 1 0 Hutan

48 0 1 0 Bapak 1 1 0 Hutan dan Kebun

49 0 1 0 Bapak 1 1 1 Hutan dan Kebun

50 0 1 0 Bapak 1 1 0 Hutan

51 0 1 0 Bapak 1 1 0 Hutan

52 0 1 0 Bapak 1 1 1 Hutan dan Kebun

53 0 1 0 Bapak, Ibu, dan Anak 1 1 1 Kebun

54 0 1 0 Bapak, Ibu dan Anak 1 1 1 Kebun

55 0 1 0 Bapak, Ibu dan Anak 1 1 1 Kebun

56 0 1 0 Bapak, Ibu dan Anak 1 1 1 Kebun

57 0 1 0 Bapak, Ibu dan Anak 1 1 1 Kebun

58 0 1 0 Bapak,Ibu, dan Anak 1 1 1 Kebun

59 0 1 0 Bapak, Ibu, dan Anak 1 1 1 Kebun

60 0 1 0 Bapak, Ibu,dan Anak 1 1 1 Kebun

Page 103: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

89

Lampira 10. Konsumsi Kayu Bakar No

Resp

Konsumsi (Sm) JAK

Konsumsi Per Kapita Stok Kayu Bakar

(Sm) Hari/KK Bulan/KK Bulan /KK Tahun/KK

1 0,049 1,455 8 0,182 2,183 1

2 0,032 0,970 5 0,194 2,328 14

3 0,024 0,728 8 0,091 1,091 10

4 0,032 0,970 5 0,194 2,328 3

5 0,032 0,970 4 0,243 2,910 4

6 0,049 1,455 5 0,291 3,492 5

7 0,032 0,970 4 0,243 2,910 4

8 0,032 0,970 4 0,243 2,910 1

9 0,024 0,728 5 0,146 1,746 4

10 0,032 0,970 4 0,243 2,910 5

11 0,024 0,728 5 0,146 1,746 6

12 0,049 1,455 6 0,243 2,910 3

13 0,049 1,455 5 0,291 3,492 7

14 0,032 0,970 6 0,162 1,940 2

15 0,049 1,455 5 0,291 3,492 4

16 0,032 0,970 4 0,243 2,910 10

17 0,049 1,455 7 0,208 2,494 2

18 0,032 0,970 3 0,323 3,880 2

19 0,032 0,970 5 0,194 2,328 15

20 0,024 0,728 3 0,243 2,910 7

21 0,019 0,582 3 0,194 2,328 14

22 0,032 0,970 3 0,323 3,880 5

23 0,032 0,970 4 0,243 2,910 5

24 0,024 0,728 6 0,121 1,455 1

25 0,049 1,455 6 0,243 2,910 2

26 0,032 0,970 3 0,323 3,880 3

27 0,019 0,582 3 0,194 2,328 2

28 0,016 0,485 4 0,121 1,455 2

29 0,032 0,970 6 0,162 1,940 2

30 0,019 0,582 3 0,194 2,328 10

31 0,016 0,485 4 0,121 1,455 3

32 0,024 0,728 6 0,121 1,455 4

33 0,019 0,582 4 0,146 1,746 1

34 0,019 0,582 3 0,194 2,328 6

35 0,019 0,582 4 0,146 1,746 21

36 0,019 0,582 3 0,194 2,328 6

37 0,019 0,582 5 0,116 1,397 30

38 0,032 0,970 3 0,323 3,880 13

39 0,032 0,970 2 0,485 5,820 3

40 0,016 0,485 5 0,097 1,164 6

41 0,016 0,485 5 0,097 1,164 30

42 0,019 0,582 4 0,146 1,746 12

43 0,024 0,728 2 0,364 4,365 4

44 0,032 0,970 5 0,194 2,328 3

45 0,019 0,582 3 0,194 2,328 6

46 0,024 0,728 5 0,146 1,746 3

47 0,019 0,582 3 0,194 2,328 6

48 0,024 0,728 5 0,146 1,746 5

Page 104: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

90

No

Resp

Konsumsi (Sm) JAK

Konsumsi Per Kapita Stok Kayu Bakar

(Sm) Hari/KK Bulan/KK Bulan /KK Tahun/KK

49 0,019 0,582 4 0,146 1,746 10

50 0,019 0,582 4 0,146 1,746 1

51 0,049 1,455 3 0,485 5,820 3

52 0,016 0,485 4 0,121 1,455 10

53 0,019 0,582 3 0,194 2,328 9

54 0,049 1,455 3 0,485 5,820 3

55 0,049 1,455 3 0,485 5,820 5

56 0,016 0,485 4 0,121 1,455 7

57 0,019 0,582 3 0,194 2,328 14

58 0,024 0,728 4 0,182 2,183 3

59 0,032 0,970 2 0,485 5,820 2

60 0,014 0,416 5 0,083 0,998 2

Jumlah 1,711 51,341 255 13 156 386

Rata-

rata 0,029 0,856 4,250 0,216 2,60 6,433

Page 105: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

91

Lampiran 11. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Kayu Bakar

No

resp

Konsumsi

(Y)

Jumlah

anggota

keluarga (X1)

Pendapatan per

bulan (X2)

Potensi

lahan milik

Substitusi

(X4)

jarak

(X5)

1 1.455 8 566333 1.340 0 300

2 0.970 5 388541 1.018 0 80

3 0.728 8 641458 0.629 9000 80

4 0.970 5 962999 6.517 0 100

5 0.970 4 504792 0.599 0 70

6 1.455 5 500000 0.000 0 75

7 0.970 4 664291 1.317 0 120

8 0.970 4 482041 0.599 0 100

9 0.728 5 517500 0.599 9000 70

10 0.970 4 785542 2.712 0 200

11 0.728 5 535938 1.347 9000 400

12 1.455 6 708666 1.347 0 420

13 1.455 5 526083 0.972 0 70

14 0.970 6 519333 1.751 0 80

15 1.455 5 444000 0.000 0 300

16 0.970 4 477391 13.929 0 100

17 1.455 7 500000 0.000 0 200

18 0.970 3 589458 11.991 0 70

19 0.970 5 590875 1.310 0 300

20 0.728 3 750000 0.000 9000 200

21 0.582 3 270000 0.000 9000 50

22 0.970 3 666604 4.271 0 150

23 0.970 4 505208 0.473 0 50

24 0.728 6 927625 1.980 9000 200

25 1.455 6 415000 2.064 0 350

26 0.970 3 292500 3.257 0 150

27 0.582 3 733458 13.299 9000 400

28 0.485 4 739333 9.372 10800 350

29 0.970 6 753667 9.565 0 500

30 0.582 3 533541 2.076 9000 150

31 0.485 4 1398354 1.753 9000 120

32 0.728 6 768791 2.187 9000 100

33 0.582 4 859521 4.615 9000 150

34 0.582 3 496958 8.067 9000 300

35 0.582 4 917000 1.283 9000 200

36 0.582 3 442625 6.168 9000 100

37 0.582 5 581458 1.673 9000 150

38 0.970 3 642617 2.353 0 30

39 0.970 2 446271 4.006 0 10

40 0.485 5 418667 3.767 10800 240

41 0.485 5 784083 22.629 10800 40

42 0.582 4 882291 4.660 9000 35

43 0.728 2 754167 8.875 9000 250

44 0.970 5 451104 0.992 0 700

45 0.582 3 934541 25.815 9000 200

46 0.728 5 614875 5.331 9000 350

47 0.582 3 735958 6.573 9000 80

Page 106: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

92

No

resp

Konsumsi

(Y)

Jumlah

anggota

keluarga (X1)

Pendapatan per

bulan (X2)

Potensi

lahan milik

Substitusi

(X4)

jarak

(X5)

48 0.728 5 567542 10.753 9000 350

49 0.582 4 732583 22.359 9000 200

50 0.582 4 619250 2.927 9000 600

51 1.455 3 464396 2.804 0 620

52 0.485 4 721291 3.581 10800 850

53 0.582 3 280500 4.249 9000 800

54 1.455 3 235167 6.364 0 600

55 1.455 3 266000 0.000 0 700

56 0.485 4 950875 8.542 10800 800

57 0.582 3 360041 6.192 9000 800

58 0.728 4 773750 5.899 9000 1000

59 0.970 2 547749 13.463 0 820

60 0.416 5 609458 3.014 10800 700

Keterangan :

Y = Konsumsi kayu bakar (Sm/Bulan)

X1 = Jumlah anggota keluarga ( Jiwa)

X2 = Pendapatan keluarga (Rp/Bulan)

X3 = Potensi lahan milik (m3/Ha)

X4 = Substititusi (Rp/Bulan)

X5 = Jarak dari hutan (m)

Page 107: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

93

Lampiran : 12 Regresi Analisis

Regression Analysis: Y versus X1, X2, X3, X4, X5

The regression equation is

Y = 1.01 + 0.0466 X1 - 0.000000 X2 - 0.00280 X3 - 0.000054 X4 +

0.000126 X5

Predictor Coef SE Coef T P VIF

Constant 1.00926 0.09593 10.52 0.000

X1 0.04658 0.01619 2.88 0.006 1.1

X2 -0.00000017 0.00000011 -1.56 0.126 1.3

X3 -0.002800 0.003943 -0.71 0.481 1.2

X4 -0.00005430 0.00000480 -11.32 0.000 1.2

X5 0.00012646 0.00008088 1.56 0.124 1.1

S = 0.155904 R-Sq = 78.6% R-Sq(adj) = 76.6%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 5 4.81884 0.96377 39.65 0.000

Residual Error 54 1.31252 0.02431

Total 59 6.13136

Source DF Seq SS

X1 1 0.39533

X2 1 1.15425

X3 1 0.14733

X4 1 3.06250

X5 1 0.05943

Unusual Observations

Obs X1 Y Fit SE Fit Residual St Resid

31 4.00 0.4850 0.4790 0.0881 0.0060 0.05 X

51 3.00 1.4550 1.1405 0.0456 0.3145 2.11R

R denotes an observation with a large standardized residual.

X denotes an observation whose X value gives it large influence.

Residual Plots for Y Keterangan :a

Y = Konsumsi kayu bakar (Sm/Bulan) X1 = Jumlah anggota keluarga ( Jiwa) X2 = Pendapatan keluarga (Rp/Bulan) X3 = Potensi lahan milik m

3/(Ha)

X4 = Substititusi (Rp/Bulan) X5 = Jarak dari hutan (m)

Page 108: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

94

Lampiran 13. Jenis-jenis vegetasi yang ada di HPGW ( Tahun tanam 1951-

1981)

No Jenis Tegakan Hutan Tahun

Tanam Luas (Ha) Keterangan

1 Agathis 1951 52 Tangalak

2 Puspa 1957 35 Cimenyan

3 Pinus merkusii + P. oocarpa 1969/70 100 Cikatomas

4 Eboni 1970 1,01 Tanggalak

5 Sonokeling 1972 5 Tanggalak

6 Mahoni + Jeunjing 1972 5 Cimenyan

7 Pinus caribaea 1973 19 Cikatomas

8 Pinus oocarpa 1975 15,5 Cimenyan

9 Mahoni 1974 5 Cikatomas

10 Pinus oocarpa 1975 15,5 Cimenyan

11 Bungur 1975 1 Cikatomas

12 Entelobrum 1975 0,75 Cikatomas

13 Pinus oocarpa 1975 1,5 Cikatomas

14 Suren 1975 2,5 Cikatomas

15 Acacia auriculiformis 1975 0,25 Cikatomas

16 Albizia falcataria 1975 17 Cikatomas

17 Agathis 1975 7 Cikatomas

18 Pinus oocarpa 1975 3 Cikatomas

19 Pinus oocarpa 1975 1820 phn Cikatomas

20 Pinus merkusii 1975 190 phn Cikatomas

21 Bungur 1976 0,25 Cimenyan

22 Manii 1976 0,25 Cikatomas

23 Albizia falcataria 1976 0,5 Cikatomas

24 Agathis 1976 0,25 Cikatomas

25 Suren 1976 0,25 Cikatomas

26 Acacia auriculiformis 1976 0,25 Cikatomas

27 Pinus merkusii 1977 0,25 Cikatomas

28 Kaliandra 1977 1 Cikatomas

29 Pinus merkusii 1979 1081 phn Cimenyan

30 Pinus merkusii 1979 911 Cikatomas

31 Puspa 1979 484 phn Cikatomas

32 Pinus merkusii 1980 0,25 Cikatomas

33 Pinus merkusii 1980 0,25 Cikatomas

34 Pinus merkusii 1980 0,25 Cikatomas

35 Deris 1980 0,25 Cikatomas

36 Saga 1980 0,25 Cikatomas

37 Angsana 1980 0,25 Cikatomas Proyek P4T IPB

38 Mindi 1980 0,25 Cikatomas Proyek P4T IPB

39 Durian 1980 0,26 Cikatomas Proyek P4T IPB

40 Eboni 1980 0,25 Cikatomas Proyek P4T IPB

41 Bambu (bitung, andong, aur, tali

dan ampel) 1980 0,25 Cikatomas Proyek P4T IPB

42 Cengkeh 1980 0,25 Cikatomas Proyek P4T IPB

43 Bungur 1980 0,5 Cikatomas Proyek P4T IPB

44 Kayu manis 1980 0,5 Cikatomas Proyek P4T IPB

45 Kayu putih 1980 0,25 Cikatomas Proyek P4T IPB

Page 109: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

95

No Jenis Tegakan Hutan Tahun

Tanam Luas (Ha) Keterangan

46 Kopi 1980 0,5 Cikatomas Proyek P4T IPB

47 Puspa 1980 37 Cikatomas Reboisasi inpres 8/80

48 Sonokeling 1980 35 Cikatomas Reboisasi inpres 8/81

49 Suren 1980 1 Cikatomas Reboisasi inpres 8/82

50 Bungur 1980 1 Cikatomas Reboisasi inpres 8/83

Page 110: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

96

Lampiran 14. Potensi Lahan Milik

Dusun Cipeureu

Resp Lua

s Jenis D (m) T tot (m) Volume (m) Total volume (m

3) volume per Ha (m

3/ha)

18 plot 1 0.32 Bacang 0.18 15 0.22 Duku 0.24 10 0.26 Rambutan 0.13 10 0.08 Nangka 0.25 15 0.46 plot 2 sengon 0.17 13 0.20 Durian 0.21 14 0.30 Manii 0.19 15 0.30 Bacang 0.24 12 0.32 2.13 53.32 4 0.12 Manii 0.22 16 0.41 sengon 0.15 10 0.13 Duku 0.26 13 0.42 0.96 47.916 10 0.06 Rambutan 0.22 12 0.27 sengon 0.15 12 0.15 Manii 0.19 15 0.30 0.71 35.688 16 plot 1 0.25 Sengon 0.13 13 0.12 Rambutan 0.16 9 0.11 melinjo 0.18 10 0.14 melinjo 0.15 10 0.11 Bacang 0.35 12 0.69 plot 2 Jambu batu 0.17 9 0.12 sengon 0.21 12 0.28 Duku 0.27 10 0.34 sengon 0.17 12 0.18 2.09 52.208 14 0.04 Duku 0.15 15 0.16 sengon 0.13 13 0.12 manii 0.16 13 0.18 0.46 22.767 13 0.06 Rambutan 0.13 12 0.10 Duku 0.13 9 0.07

Jambu batu 0.15 8 0.08

0.25 12.653

jumlah 6.602 224.555

Rata-rata 1.100 37.426

Dusun Bojongwaru Resp Luas Jenis D (m) T(m) Volume (m

3) Total volume (m

3) Volume per Ha(m

3/ha)

27 plot 1 0.24 Sengon 0.18 13 0.24

jengkol 0.24 10 0.27

manii 0.13 13 0.12

Durian 0.24 15 0.39

plot 2 Sengon 0.18 13 0.21

jengkol 0.24 10 0.27

manii 0.16 13 0.16

Durian 0.24 15 0.39

2.046 51.150

28 0.08 Petai 0.28 15 0.55

Page 111: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

97

Rambutan 0.18 13 0.19

sengon 0.14 8 0.08

Bacang 0.32 12 0.58

Nangka 0.17 14 0.19

1.605 80.236

29 0.2 Kedondong 0.14 14 0.14

Sengon 0.11 13 0.09

Manii 0.22 13 0.34

Duku 0.15 13 0.14

Duku 0.15 10 0.11

0.812 40.617

jumlah 4.463 172.004

Rata-rata 1.488 57.335

Dusun Sindang Resp Luas Jenis D (m) T(m) Volume (m

3) Total volume (m

3) Volume per Ha(m

3/ha)

24 0.04 Sengon 0.21 15 0.30

Durian 0.25 16 0.49

0.79 39.596

22 0.1 Manii 0.22 15 0.39

sengon 0.14 12 0.14

Rambutan 0.13 11 0.09

Jambu batu 0.15 6 0.06

0.67 33.682

19 0.1 Manii 0.12 12 0.10

Sengon 0.13 13 0.13

0.22 11.219

Jumlah 1.690 84.497

Rata-rata 0.563 28.166

Dusun Citalahab Resp Luas Jenis D (m) T(m) Volume (m

3) Total volume (m

3) Volume per Ha(m

3/ha)

34 0.1 sengon 0.15 13 0.15

Petai 0.24 16 0.42

Rambutan 0.24 10 0.26

Durian 0.31 17 0.78

1.61 80.670

36 0.12 suren 0.22 15 0.35

Rambutan 0.18 9 0.14

Manggis 0.11 7 0.04

Duku 0.28 10 0.37

0.90 45.085

31 0.06 Mahoni 0.16 12 0.17

sengon 0.12 13 0.10

Duku 0.21 8 0.17

0.44 21.914

30 0.08 Jambu batu 0.17 9 0.12

sengon 0.14 12 0.14

Page 112: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

98

Resp Luas Jenis D (m) T(m) Volume (m3) Total volume (m

3) Volume per Ha(m

3/ha)

sengon 0.17 12 0.18

0.43 21.626

32 0.05 kedondong 0.22 11 0.24

Rambutan 0.22 12 0.28

Duku 0.20 8 0.15

0.67 33.539

37 0.05 Durian 0.18 14 0.22

Duku 0.21 7 0.15

suren 0.14 13 0.13

0.50 25.042

33 0.2 Durian 0.19 14 0.24

manggis 0.18 8 0.12

Manggis 0.14 8 0.08

0.43 21.688

jumlah 4.991 249.564

Rata-rata 0.713 35.652

Dusun Sampay

Resp Luas Jenis D (m) T(m) Volume (m3) Total volume (m

3) Volume per Ha(m

3/ha)

41 plot 1 0.395 sengon 0.17 12 0.18

Durian 0.28 15 0.57

Sengon 0.18 14 0.24

plot 2 sengon 0.17 12 0.16

duku 0.28 15 0.57

Sengon 0.18 14 0.20

manii 0.32 8 0.38

2.29 57.288

43 0.22 sengon 0.13 13 0.12

manggis 0.16 10 0.12

sengon 0.14 13 0.15

kedondong 0.22 11 0.24

Rambutan 0.12 12 0.08

Duku 0.17 8 0.10

0.81 40.343

42 0.075 Durian 0.28 16 0.59

Duku 0.23 15 0.38

Rambutan 0.21 11 0.22

manggis 0.11 8 0.05

1.24 62.129

39 0.116 Sengon 0.18 14 0.24

jambu batu 0.14 12 0.11

Rambutan 0.17 10 0.13

Page 113: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

99

Resp Luas Jenis D (m) T(m) Volume (m3) Total volume (m

3) Volume per Ha(m

3/ha)

Duku 0.21 10 0.21

0.69 34.531

46 0.117 manggis 0.15 8 0.08

manggis 0.11 8 0.05

Duku 0.18 12 0.18

sengon 0.13 13 0.12

0.43 21.304

jumlah 5.458 215.596

Rata-rata 1.092 43.119

Dusun Nanggerang Nama Luas Jenis D (m) T(m) Volume (m

2) Total volume(m

3) Volume per Ha

53 0.12 sengon 0.15 12 0.15 sengon 0.17 12 0.19 Petai 0.19 12 0.21 0.55 27.416 45 plot 1 1 sengon 0.17 13 0.20 Manii 0.16 15 0.20 Bacang 0.13 12 0.09 plot 2 Sengon 0.11 13 0.08 Manii 0.22 13 0.29 Duku 0.15 10 0.11 plot 3 manii 0.17 9 0.12 Durian 0.14 12 0.12 Sengon 0.25 10 0.31 1.50 24.995 46 0.24 Mahoni 0.13 15 0.13 Durian 0.10 15 0.07 Duku 0.21 10 0.21 0.42 20.761 47 plot 1 0.25 sengon 0.11 8 0.05 petai 0.21 16 0.32 manii 0.11 13 0.07 plot 2 Manii 0.22 13 0.29 Duku 0.15 13 0.14 Duku 0.15 10 0.11 0.99 24.664 41 plot 1 0.25 Rambutan 0.15 10 0.11 Duku 0.16 9 0.11 sengon 0.10 12 0.07 plot 2 sengon 0.12 15 0.12 Nangka 0.12 12 0.08 Manii 0.22 13 0.29 1.50 37.493 49 0.24 Duku 0.22 10 0.23 Manggis 0.13 8 0.06

Durian 0.39 16 1.18

Mahoni 0.14 15 0.15

1.62 80.778

50 0.12 Mahoni 0.11 13 0.08

Sengon 0.14 13 0.13

Durian 0.17 15 0.20

Rambutan 0.13 9 0.07

Page 114: TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20682/E09bud.pdf · 2.5 Rumah Tangga ... 4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan

100

Nama Luas Jenis D (m) T(m) Volume (m2) Total volume(m

3) Volume per Ha

0.49 24.390

51 0.12 Nangka 0.13 12 0.09

Rambutan 0.13 12 0.09

Manggis 0.10 6 0.03

sengon 0.14 13 0.15

0.36 17.885

54 plot1 0.25 sengon 0.15 15 0.19

Durian 0.12 15 0.10

Duku 0.13 8 0.06

Manii 0.22 15 0.33

plot 2 sengon 0.14 12 0.12

Rambutan 0.13 11 0.09

0.89 22.190

57 plot 1 0.25 sengon 0.15 13 0.17

manii 0.13 14 0.12

Manii 0.22 15 0.39

plot 2 sengon 0.14 12 0.14

Rambutan 0.13 11 0.10

Jambu batu 0.15 6 0.07

0.99 24.767

56 plot 1 0.25 Mahoni 0.12 15 0.12

Durian 0.22 15 0.35

sengon 0.11 13 0.08

plot 2 Petai 0.24 18 0.47

Duku 0.27 10 0.35

1.37 34.169

59 plot 1 1 Rambutan 0.19 9 0.16

Duku 0.25 10 0.31

plot 2 sengon 0.15 15 0.17

Rambutan 0.13 11 0.09

Jambu batu 0.15 6 0.06

0.79 13.111

58 plot 1 0.25 sengon 0.16 15 0.20

Manii 0.12 13 0.10

plot 2 Sengon 0.18 15 0.22

rambutan 0.20 15 0.28

Manii 0.12 13 0.09

0.88 22.110

60 0.2 Manggis 0.12 8 0.06

sengon 0.13 14 0.14

Rambutan 0.13 9 0.07

0.26 13.081

jumlah 12.588 387.810

Rata-rata 0.899 27.701