Upload
vunguyet
View
229
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT
DESA SEKITAR HUTAN
(Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten
Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)
BUDIYANTO
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT
DESA SEKITAR HUTAN
(Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten
Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)
BUDIYANTO
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kehutanan
Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
RINGKASAN
Budiyanto (E14104033). Tingkat Konsumsi Kayu Bakar Masyarakat Desa
Sekitar Hutan (Studi Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan,
Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat). Di bawah bimbingan Ir.
Sudaryanto dan Soni Trison S, Hut. M,Si.
Kayu bakar merupakan sumber energi yang telah lama digunakan untuk
keperluan manusia. Produksi kayu bakar cenderung menurun seiring dengan
berkurangnya areal penghasil kayu bakar seperti kebun dan hutan. Kebutuhan akan
kayu bakar semakin meningkat khususnya didaerah pedesaan hal ini karena
pertumbuhan penduduk, perkembangan industri dan adanya kelangkaan bahan bakar
minyak. Untuk mengetahui penggunaan kayu bakar di pedesaan dan faktor-faktor
yang mempengaruhi konsumsi kayu bakar maka penelitian ini perlu dilakukan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat konsumsi kayu
bakar masyarakat desa sekitar hutan yang meliputi volume, jenis, sumber, potensi
cara pengambilan dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi kayu bakar.
Penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada pemegang kebijakan sebagai
bahan pertimbangan untuk mengurangi tekanan masyarakat terhadap hutan
khususnya pengambilan kayu bakar.
Penelitian ini dilakukan pada lima dusun di Desa Hegarmanah yang
berbatasan langsung dengan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW). Metode
pengambilan contoh dilakukan dengan stratifikasi random sampling dengan alokasi
berimbang. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Desember 2008 – 5 januari 2009
dan tanggal 15 Maret – 5 Mei 2009. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
penelitian meliputi orientasi lapang, pengumpulan, pengolahan dan analisis data. Data
yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer adalah hasil
wawancara dengan responden terhadap aktivitas penggunaan kayu bakar, sedangkan
data sekunder meliputi kondisi umum lokasi.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan walaupun konversi gas sudah ada
tetapi masyarakat masih tetap menggunakan kayu bakar sebagai sumber energi utama
keluarga. Konsumsi kayu bakar per kapita per tahun sebesar 0,99 m3. Sortimen kayu
yang digunakan berbentuk rencek dan belahan yang diperoleh dari HPGW dan lahan
milik. Kayu bakar yang digunakan dari HPGW sebesar 49,15% terdiri dari jenis
Puspa (Schima walichii), Damar (Agathis loranthifolia), Akasia (Acacia
auriculiformis), Pinus (Pinus merkusii), Afrika (Meisopsis eminii), Harendong raja
(Bellucia axinanthera), Sempur (Dillenia exelsa), dan Cente (Lantana camara)
kombianasi antara HPGW dan lahan milik sebesar 28,81% dan dari lahan milik
sebesar 22,03% terdiri dari jenis Sengon (Paraserianthes falcataria), Afrika
(Meisopsis eminii), Mahoni (Swietenia macrophylla), Duku (Lansium domesticum),
Durian (Durio zibethinus), Rambutan (Nephelium lappaceum), Nangka (Arthocarpus
integra), Jengkol (Pithecolobium jiringa) Bacang (Mangifera foetida), Jambu biji
(Psidium guajava), Kopi (Coffea sp) dan Teh ( Camellia sinensis).
Potensi kayu bakar yang ada di lahan milik sebesar 89,94 Sm/ha tidak
mencukupi kebutuhan total kayu bakar per kapita pertahun sebesar 663 Sm.
Hal ini mengakibatkan masyarakat mengantungkan kebutuhan kayu bakar dari hutan.
Cara pengambilan tidak hanya memungut tetapi merencek dan melakukan penjarahan
pohon.
Berdasarkan analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi kayu
bakar (Y) dipengaruhi oleh jumlah anggota kelauarga (X1), pendapatan keluarga
(X2), potensi lahan milik (X3) harga barang substitusi (X4) dan jarak dari hutan (X5)
didapat persamaan Y = 1.01 + 0.0466 X1 - 0.000000 X2 - 0.00280 X3 - 0.000054 X4
+ 0.000126 X5
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Tingkat Konsumsi
Kayu Bakar Masyarakat Desa Sekitar Hutan (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan
Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)” adalah benar-benar hasil
karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah
digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2009
Budiyanto
NRP E14104033
Judul Penelitian : Tingkat Konsumsi Kayu Bakar Masyarakat Desa Sekitar
Hutan. (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan
Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)
Nama Mahasiswa : Budiyanto
NRP : E 14104033
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Ketua, Anggota,
Ir. Sudaryanto Soni Trison S. Hut, M.Si
NIP.19480310 198003 1 001 NIP. 19771123 200701 1 002
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kehutanan IPB
Dr. Ir. Hendrayanto, M. Agr
NIP. 19611126 198601 1 001
Tanggal Lulus:
i
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT atas berkat
rahmat-Nya selama ini, maka penulis tetap dalam lindungan-Nya sehingga dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini secara baik dan lancar. Judul yang dipilih pada
penelitian ini yaitu ” Tingkat Konsumsi Kayu Bakar Masyarakat Desa Sekitar
Hutan (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten
Sukabumi, Propinsi Jawa Barat ”.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang telah
membantu memberikan bimbingan, bantuan, dukungan dan doa sehingga penulisan
skripsi dapat diselesaikan dengan baik. Sebagai bentuk rasa syukur penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Ir. Sudaryanto dan Bapak Soni Trison S.Hut, M.Si selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah banyak membantu mengarahkan dan
membimbing penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
2. Dosen-dosen Fakultas kehutanan yang telah memberikan bimbingan ilmu
yang sangat beharga kepada penulis.
3. Bapak, Ibu, Adik Keluarga besar dan teman-teman penulis yang banyak
memberikan doa serta semangat selama ini.
4. Keluarga besar Asrama Sylvasari selaku teman seperjuangan dan satu atap
yang telah memberikan bantuan serta nasehatnya selama ini.
5. Direktur HPGW serta Staf yang telah membantu dan mengarahkan di
lapangan.
6. Kepala Desa Hegarmanah yang telah meluangkan waktunya dan memberikan
informasi kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
Bogor, September 2009
Budiyanto
NRP E14104033
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tegal, Propinsi Jawa Tengah pada tanggal 24 September
1985, sebagai putra ketiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Khumaedi dan Ibu
Umiyati. Pendidikan formal penulis dimulai pada tahun 1992 di SD Muhammadiyah
dan selesai pada tahun 1998. Jenjang pendidikan menengah pertama dilaksanakan di
SLTP Negeri 10 Tegal hingga selesai tahun 2001 kemudian penulis melanjutkan ke
SMU Negeri 1 Tegal hingga tamat pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis
diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) dan ditetapkan sebagai mahasiswa Departemen Manajemen Hutan, Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti perkuliahan penulis mengikuti Praktek Pengenalan dan
Pengelolaan Hutan pada bulan Juli sampai Agustus 2007 di kampus praktek umum
Universitas Gajah Mada KPH Getas, BKPH Banyumas Barat dan BKPH Banyumas
Timur. Pada tahun 2008 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL) selama
dua bulan di PT. Inhutani II, Pulau Laut, Kalimantan Selatan. Penulis pernah menjadi
asisten Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) selama dua periode yaitu pada tahun 2008
dan 2009. Selama kuliah penulis aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan
diantaranya adalah sebagai, Anggota PSDM LDK Al Hurriyyah, Staf Kewirausahaan
Asrama Sylvasari, dan Sekretaris Umum Asrama Sylvasari,
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan IPB
penulis melakukan penelitian dan menyusun karya ilmiah dengan judul Tingkat
Konsumsi Kayu Bakar Masyarakat Desa Sekitar Hutan (Kasus Desa Hegarmanah,
Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) dibawah
bimbingan Ir. Sudaryanto dan Soni Trison S.Hut, M.Si.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ....................................................................... 2
1.3 Manfaat Penelitian ..................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Kayu Bakar ................................................................................ 4
2.3.1 Sumber Kayu Bakar......................................................... 4
2.3.2 Pemanfaatan Kayu Bakar ................................................ 6
2.3.3 Konsumsi Kayu Bakar ..................................................... 7
2.3.4 Jenis-jenis Kayu Bakar .................................................... 9
2.4 Masyarakat Desa Sekitar Hutan ................................................. 12
2.5 Rumah Tangga ........................................................................... 13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian .................................................. 14
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 16
3.2 Bahan dan Alat ........................................................................... 16
3.3 Batasan Penelitian ...................................................................... 17
3.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................ 17
3.5 Metode Penentuan Dusun dan Responden ................................ 18
3.6 Jenis Data ................................................................................... 19
3.7 Metode Pengolahan Data ........................................................... 20
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Keadaan Umum Desa Hegarmanah ........................................... 22
4.2.1 Letak dan Batas ................................................................. 22
4.2.2 Kondisi Fisik Wilayah ....................................................... 22
4.2.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan Lahan .............. 23
4.2.4 Kependudukan ................................................................... 24
4.2.5 Mata Pencaharian ............................................................... 24
4.2.6 Pendidikan ......................................................................... 25
4.2 Keadaan Umum HPGW .............................................................. 26
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristrik responden ............................................................. 29
iv
5.1.1 Kelompok Umur ................................................................ 29
5.1.2 Mata Pencaharian ............................................................... 30
5.1.3 Tingkat Pendidikan ............................................................ 30
5.1.4 Jumlah Anggota Keluarga ................................................. 31
5.1.5 Keadaan Tempat Tinggal ................................................... 32
5.1.6 Kepemilikan Lahan ........................................................... 34
5.1.7 Kepemilikan Ternak .......................................................... 36
5.2 Kondisi Perekonomian Responden ........................................... 37
5.2.1 Pendapatan Rumah Tangga ............................................... 37
5.2.2 Pengeluaran Rumah Tangga .............................................. 38
5.2.3 Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga .............................. 39
5.3 Pola Konsumsi Kayu Bakar ........................................................ 41
5.3.1 Konsumsi Kayu Bakar ....................................................... 41
5.3.2 Bentuk Kayu Bakar ............................................................ 42
5.3.3 Waktu Pengambilan Kayu Bakar ....................................... 43
5.3.4 Alat Pengambilan Kayu Bakar .......................................... 44
5.3.5 Sumber dan Jenis Kayu Bakar .......................................... 44
5.3.6 Cara Pengambilan dan Pengangkutan Kayu Bakar ........... 48
5.3.7 Cara Penyimpanan Kayu Bakar ......................................... 49
5.4 Dampak Kenaikan Harga BBM Terhadap Konsumsi
Kayu Bakar ................................................................................. 50
5.5 Pengamanan HPGW ................................................................... 51
5.6 Perdagangan Kayu Bakar ............................................................ 53
5.7 Nilai Manfaat Kayu Bakar .......................................................... 55
5.8 Potensi Kayu Bakar ..................................................................... 55
5.8.1 Potensi Tegakan ................................................................. 55
5.8.2 Potensi Hasil Jatuhan ......................................................... 57
5.8 Beberapa Masalah Yang di Hadapi dalam Pemanfaatan
Kayu Bakar ................................................................................. 58
5.8.1 Faktor Internal .................................................................... 58
5.8.2 Faktor Eksternal ................................................................. 59
5.9 Hubungan Variabel yang Berpengaruh Terhadap
Konsumsi Kayu Bakar ................................................................ 62
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan .................................................................................. 65
6.2 Saran ............................................................................................ 66
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 67
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Distribusi dan Persentase Responden Berdasarkan Asal Dusun ...... 19
Tabel 2. Tata Guna Lahan di Desa Hegarmanah .......................................... 23
Tabel 3. Struktur Kepemilikan Lahan Pertanian di Desa Hegarmanah ........ 23
Tabel 4. Distribusi Penduduk Desa Hegarmanah Menurut Umur ................ 24
Tabal 5. Distribusi matapencaharian penduduk Desa Hegarmanah .............. 25
Tabel 6. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Hegarmanah ........................... 26
Tabel 7. Sarana Pendidikan di Desa Hegarmanah ......................................... 26
Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Utama. ..................... 30
Tabel 9. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan
Tingkat Pendidikan .......................................................................... 31
Tabel 10. Jumlah Anggota Keluarga Responden ............................................. 31
Tabel 11. Keadaan Rumah Responden ............................................................ 33
Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Luas lahan ........... 34
Tabal 13. Rata-rata Luas Pengunaan Lahan Responden .................................. 34
Tabel 14. Jenis Tanaman dan Fungsi Tanaman di Lahan Milik ...................... 35
Tabal 15. Jumlah Responden Berdasarkan Banyaknya
Kepemilikan Ternak ........................................................................ 36
Tabel 16. Pendapatan rata-rata Rumah Tangga per Tahun .............................. 37
Tabel 17. Pengeluaran Rata-rata Rumah Tangga per Tahun ........................... 38
Tabel 18. Tingkat Kesejahteraan Responden ................................................... 41
Tabel 19. Keseimbangan Pendapatan dan Pengeluaran Responden ................ 41
Tabel 20. Konsumsi Kayu Bakar Rumah Tangga ............................................ 42
Tabel 21 Komparasi Jenis, Cara dan Persentase Kayu Bakar dari HPGW .... 46
Tabel 22. Jenis dan Sumber Kayu Bakar ......................................................... 47
Tabel 23. Gambaran Pengambilan kayu Bakar di HPGW
Selama Kenaikan BBM .................................................................... 51
Tabel 24. Jenis dan Harga Jual Kayu Pertukangan dan Kayu Bakar ............... 54
vi
Tabel 25. Nilai Manfaat Kayu Bakar ............................................................... 55
Tabel 26. Volume Aktual Standing Stok Kebun ............................................. 56
Tabel 27. Potensi Kayu Bakar Pada Beberapa Jenis Pohon di HPGW ............ 57
Tabel 28. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Konsumsi Kayu Bakar ................................................................... 63
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 15
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian .................................................................. 16
Gambar 3. Stratifikasi Responden Berdasarkan Jarak ................................... 18
Gambar 4. Distribusi Responden Berdasarkan Umur .................................... 29
Gambar 5. Kondisi Dusun dan Rumah Responden ........................................ 32
Gambar 6. Sumber Kayu Bakar . ................................................................... 45
Gambar 7. Peta Tekanan pengambilan Kayu Bakar ...................................... 46
Gambar 8. Pengangkutan kayu Bakar dengan Pikulan Terbaring (a) dan
Dengan Cara disunggi (b) ............................................................ 49
Gambar 9. Penyimpanan Kayu Bakar Belakang Rumah (a)
dan Diatas Tungku (b) .................................................................. 50
Gambar 10. Pemotongan Kayu Yang Telah Roboh (a) dan
Perempasan Cabang, Ranting Pohon Berdiri (b) ......................... 52
Gambar 11. Pola Perdagangan kayu Bakar ...................................................... 53
Gambar 12. Potensi Kayu Bakar Jenis Puspa di HPGW (a)
dan Potensi Kayu Bakar Jenis Agathis di HPGW. ........................ 58
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Karakteristrik Responden .......................................................... 70
Lampiran 2. Struktur dan Pola Penggunaan Lahan Responden ..................... 72
Lampiran 3. Pendapatan Usaha Tani Responden ........................................... 74
Lampiran 4. Pendapatan Non Usaha Tani Responden ................................... 76
Lampiran 5. Pendapatan Per Kapita Responden ............................................ 78
Lampiran 6. Pengeluaran Rumah Tangga Responden .................................. 81
Lampiran 7. Pengeluaran Per Kapita Responden .......................................... 83
Lampiran 8. Kriteria Kemiskinan Sayogyo .................................................. 86
Lampiran 9. Sumber, Pelaku dan Bentuk Kayu Bakar .................................. 88
Lampiran 10. Konsumsi Kayu Bakar ............................................................... 91
Lampiran 11. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Kayu Bakar .... 94
Lampiran 12. Analisis Regresi Persamaan Konsumsi Kayu Bakar ................. 95
Lampiran 13. Jenis-jenis Vegetasi yang ada di HPGW. .................................. 96
Lampiran 14. Potensi Lahan Milik................................................................... 98
Lampiran 15. Data Curah Hujan dan jumlah hari hujan per bulan
Tahun 2003-2004 di HPGW ...................................................... 104
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Diantara berbagai jenis energi, kayu bakar diperkirakan merupakan sumber
energi yang paling tua yang digunakan manusia. Kayu bakar dikonsumsi oleh
masyarakat pedesaan yang jauh dari kota karena bahan bakar ini lebih mudah
didapatkan daripada minyak tanah dan gas. Kayu bakar termasuk energi yang sifatnya
dapat diperbaharui melalui cara permudaan dan teknik budidaya. Berbeda dengan
minyak bumi dan gas keduanya dapat habis tereksploitasi. Karakteristrik energi kayu
bakar ini dapat menjamin kesinambungan produksi dan konsumsi apabila antara
konsumsi dan produksi seimbang. Hutan dan kebun merupakan tumpuan dan harapan
bagi pengguna kayu bakar masa sekarang dan yang akan datang.
Permasalahan penggunaan kayu bakar adalah produksinya yang tidak
mencukupi kebutuhan karena konsumsinya yang tinggi. Berdasarkan hasil survei
konsumsi kayu bakar pada rumah tangga di enam propinsi adalah 2,55 kg/kapita/hari
(P3HH dan Sosek Kehutanan, 1999). Dibandingkan dengan tahun sebelum krisis
ekonomi tahun 1997 yang melanda Indonesia, jumlah konsumsi ini meningkat pada
kisaran 3,6% - 68,63%. Diperkirakan konsumsi kayu bakar akan meningkat lagi
sebanyak dua kali pada tahun 2025 dibandingkan dengan tahun 1990.
Beberapa survei konsumsi kayu bakar yang telah dilakukan bertujuan untuk
mengatasi permasalahan kekurangan kayu bakar, pada umumnya ditujukan pada
responden pemakai kayu bakar di rumah tangga seperti halnya yang dilakukan pada
tahun 1998/1999. Produksi kayu bakar cenderung menurun seiring dengan semakin
berkurangnya areal penghasil kayu bakar seperti kebun, pekarangan dan hutan,
karena areal-areal ini telah banyak berubah fungsi menjadi areal pemukiman dan
lainnya. Sementara itu kebutuhan kayu bakar akan semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk, kenaikan orang yang menganggur, perkembangan
industri pedesaan (industri kapur, batu-bata dan genteng) dan adanya kenaikan bahan
bakar minyak.
2
Kayu bakar mempunyai peranan penting bagi sumber energi masyarakat
pedesaan. Konsumen kayu bakar umumnya adalah masyarakat dengan tingkat
pendapatan rendah. Berdasarkan data desa 46% masyarakat Desa Hegarmanah yang
berbatasan dengan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) IPB tergolong miskin.
Sempitnya kepemilikan lahan dan sedikitnya potensi kayu bakar di lahan milik
mengakibatkan masyarakat menggantungkan kebutuhan energi dari hutan.
Berdasarkan penelitian Roslinda (2002), sebesar 68,67% sumber kayu bakar yang
digunakan masyarakat Desa Hegarmanah berasal dari hutan. Oleh karena itu masalah
penyediaan kayu bakar harus segera ditanggulangi untuk mencegah terjadinya
eksploitasi sumber-sumber kayu bakar secara berlebihan yang dapat menyebabkan
semakin luasnya lahan kritis.
Pengetahuan konsumsi kayu bakar akan sangat membantu dalam penentuan
arah kebijakan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kebijakan jangka
panjang karena masyarakat desa sekitar hutan akan selalu menggunakan kayu bakar
sebagai sumber energi. Permasalahan yang muncul adalah bagaimana dapat diperoleh
keseimbangan antara produksi dan konsumsi kayu bakar di pedesaan untuk
merumuskan kebijakan. Salah satu caranya adalah dengan mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi kebutuhan kayu bakar rumah tangga sehingga dapat dianalisis
ketersediaan dan konsumsi agar terjadi keseimbangan. Untuk itu diperlukan
penelitian untuk mengetahui tingkat konsumsi kayu bakar masyarakat desa yang
tinggal sekitar hutan.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui volume, sumber, jenis, potensi dan cara pengambilan kayu bakar
yang dikonsumsi oleh masyarakat Desa Hegarmanah.
2. Mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhi konsumsi kayu bakar
masyarakat Desa Hegarmanah.
3
1.3 Manfaat Penelitian
1. Memberikan masukan/sumbangan pikiran sebagai bahan pertimbangan untuk
pemenuhan kebutuhan kayu energi dan mengurangi tekanan masyarakat
terhadap hutan.
2. Memberikan informasi bagi para pemegang kebijakan, penyuluh maupun
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam membantu pemenuhan
kebutuhan kayu bakar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kayu Bakar
2.1.1 Sumber Kayu Bakar
Kayu merupakan sumber energi yang pertama kali dikenal dan digunakan
manusia secara universal. Di samping untuk memasak kayu juga digunakan untuk
pemanasan di daerah beriklim dingin. Sampai saat ini di banyak negara yang sedang
berkembang kayu bakar masih merupakan bahan energi untuk memasak bagi
penduduk pedesaan. Di Indonesia diperkirakan peranan kayu bakar yang dibantu oleh
limbah pertanian sebagai energi untuk memasak sangat besar, terutama untuk daerah
pedesaan (Coto, 1979).
Masyarakat desa dalam memenuhi kebutuhan kayu bakar dibagi menjadi dua
macam yaitu kayu yang berasal dari lahan milik dan hutan sebagai sumber kayu
bakar. Menurut Singer (1977) dalam Soemarwoto et al. (1979), sebesar 45% dari
seluruh kayu bakar diperoleh dari hutan dan sisanya berasal dari pekarangan, kebun,
talun serta areal pertanian yang lainMasyarakat desa dalam memenuhi kebutuhan
kayu bakar dibagi menjadi dua macam yaitu kayu yang berasal dari lahan milik dan
hutan sebagai sumber kayu bakar. Menurut (Nasendi 1985), masyarakat desa
berdasarkan luas kepemilikan tanahnya dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
1. Kelompok yang mempunyai tanah diatas 1 ha.
2. Kelompok yang mempunyai tanah 0-1 ha
3. Kelompok yang tidak mempunyai tanah garapan
Masyarakat yang memiliki lahan cenderung untuk memanfaatkan lahan yang
dimilikinya selain sebagai sumber pendapatan keluarga juga dimanfaatkan sebagai
sumber energi. Sedangkan kelompok masyarakat di sekitar hutan yang mempunyai
lahan dibawah 1,0 ha atau yang tidak memiliki lahan garapan, hidupnya tergantung
dari energi kayu bakar di hutan.
Menurut Soekmadi (1986), cara-cara pengambilan kayu bakar secara garis
5
besar adalah :
1. Merencek ranting-ranting yang mati bekas tanaman sela (lamtoro), tanaman
pinus, mahoni, jati dan lainya.
2. Memangkas ranting-ranting yang masih hidup dari tanaman pokok dan
tanaman pagar.
3. Mencuri dengan menebang tanaman pokok Perum Perhutani dengan lambat-
lambat secara sporadis
Sementara itu menurut Nasendi (1985), cara masyarakat dalam mendapatkan
kayu bakar secara garis besar dapat dinyatakan sebagai berikut:
1. Merencek ranting-ranting yang mati bekas tanaman pokok dan lainnya
2. Merencek ranting-ranting tanaman yang masih hidup dari tanaman pokok
3. Mencuri dengan menebang secara berangsur-angsur terhadap tanaman pokok
4. Mendapatkan kayu bakar dari kebun/pekarangan lainya.
Mashar (1979), dalam studinya tentang pembinaan kebun kayu bakar untuk
memenuhi kebutuhan energi di Jawa Barat, menyatakan bahwa kebanyakan cara yang
dilakukan dalam mengambil kayu bakar adalah melalui pemangkasan dan
perencekan, karena bagian pohon yang diambil sebagian besar berupa cabang, ranting
dan hal ini dilakukan pada pohon bertunas.
Perilaku masyarakat dalam memanfaatkan hasil hutan dapat menimbulkan
kerusakan pada ekosistemnya. Menurut Soekmadi (1986), pengambilan kayu secara
illegal selain memberikan manfaat, juga mengakibatkan terjadinya kerusakan-
kerusakan. Kerusakan ini dapat berupa rusak/punahnya vegetasi dan satwa tertentu
atau terdesaknya habitatnya sehingga akan mengganggu keseimbangan ekosistem
yang dilindungi. Kerusakan dapat digolongkan menjadi tiga kriteria berdasarkan
derajat kerusakan yang dialami oleh vegetasi, yaitu:
1. Rusak berat, yaitu kerusakan yang dapat menimbulkan kematian pada jumlah
jenis vegetasi, antara lain berupa: penebangan pohon, pemotongan vegetasi
pada tingkat anakan, pancang ataupun tiang, pengambilan umbi-umbian dan
peneresan pohon.
6
2. Rusak sedang, adalah rusak yang dapat menimbulkan terganggunya
pertumbuhan pada jenis vegetasi, yaitu berupa penorehan pada tingkat tiang
dan pancang serta pemangkasan pada tingkat pohon (cabang dan ranting).
3. Rusak ringan, ialah rusak yang tidak menyebabkan kematian pada pohon-
pohon dan lama kelamaan dapat terpulihkan oleh cara alami, yaitu pengecetan
pada tingkat tiang dan pancang.
2.1.2 Pemanfaatan Kayu Bakar
Kayu bakar di daerah pedesaan merupakan istilah yang umum untuk seluruh
bentuk bahan non komersial, seperti potongan-potongan dahan, ranting dan semak-
semak kayu. Kecuali itu sulit pula untuk membedakan antara kayu bakar yang
sebenarnya dengan limbah pertanian, seperti batang ketela pohon, sabut dan
tempurung kelapa, atau bahkan pelepah daun yang kering (Wiersum 1979 dalam
Soemarwoto at al. 1979).
Umumnya kayu yang baik untuk kayu bakar adalah kayu-kayu yang
mempunyai berat jenis besar. Balai Penelitian Kehutanan Bogor telah menetapkan
kelas kayu bakar yang didasarkan pada berat jenis (b.j) kayu sebagai berikut:
1. Kelas 1(luar biasa) b.j 0,90 keatas
2. Kelas II (baik sekali) b.j 0,75-0,90
3. Kelas III (baik) b.j 0,60-0,75
4. Kelas IV (sederhana) b.j 0,45-0,60
5. Kelas V (buruk) b.j kurang dari 0,45
Dari angka b.j di atas kelihatan semakin besar b.j kayu semakin baik
digunakan untuk kayu bakar. Kayu bakar yang mempunyai b.j tinggi umumnya keras
dan berat. Nilai kalori dan baik tidaknya kayu bakar juga di pengaruhi oleh
kandungan getah dan tanin.
Menurut Wolff Von Wulfing (1921) dalam Hamzah (1979), macam kayu
bakar yaitu:
1. Kayu bakar 1A : kayu bakar ranting dan cabang dengan diameter 3-7 cm
2. Kayu bakar 1B : kayu bakar tebal dengan diameter 7-15 cm
7
3. Kayu tatal adalah limbah industri berupa potongan-potongan kecil kayu tanpa
bentuk tertentu.
4. Kayu brongkol (Wortolbrandhout), potongan dari tunggak dan akar tanpa
bentuk tertentu
Menurut Nasendi (1985), Pemanfaatan dari kayu bakar/sumber energi hutan
mempunyai dampak lingkungan dan sosial ekonomi yang menguntungkan
diantaranya:
1. Abu dari sisa pembakaran kayu dapat langsung dimanfaatkan kembali dalam
tanah sebagai sumber unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman.
2. Pemakaian kayu sebagai bahan bakar tidak akan mengganggu keseimbangan
karbon bumi karena tanaman termasuk yang menghasilkan oksigen.
3. Hutan energi merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui.
4. Pengadaan energi asal biomassa melalui pembangunan hutan energi
menunjang usaha konservasi hutan, tanah dan air.
Keuntungan dibidang sosial-ekonomi diantaranya ialah:
1. Melalui usaha-usaha pemanfaataan dan pengadaan hutan untuk energi secara
tertib dan teratur/lestari dapat meningkatkan lapangan kerja untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat.
2. Menunjang usaha diversifikasi dibidang energi dan konservasi dibidang
energi yang tidak terbaharukan
3. Menunjang pembangunan wilayah pedesaan
2.1.3 Konsumsi Kayu Bakar
Menurut Irawan (1990), perkembangan jumlah industri pengguna kayu bakar
terus meningkat dari tahun ke tahun. Meskipun jumlah konsumsi per unit industri
pada kelompok industri kecil mengalami penurunan namun kebutuhan kayu bakar
untuk keperluan industri secara total meningkat. Hal yang sama terjadi pada
kebutuhan kayu bakar untuk keperluan rumah tangga akibat meningkatnya jumlah
penduduk (terutama di pedesaan) maupun faktor lain seperti kenaikan harga minyak
tanah.
8
Menurut Hamzah (1979), kebutuhan kayu bakar akan cenderung meningkat
berhubungan dengan:
1. Kenaikan harga bahan bakar minyak
2. Bertambahnya jumlah penduduk
3. Kenaikan jumlah orang yang menganggur
4. Kenaikan kebutuhan masyarakat yang tinggal di dekat hutan,
5. Kenaikan kebutuhan kapur, bata dan genteng sebagai peningkatan
kemakmuran penduduk kota.
Kenaikan harga bahan bakar minyak merupakan faktor yang sangat
mempengaruhi tingkat konsumsi kayu bakar di masyarakat. Menurut Sumardjani
(2007), kebutuhan kayu bakar untuk substitusi minyak tanah keperluan domestik
(memasak) setiap kapita akan memerlukan kayu bakar sebesar 2,54 m3 per tahun.
Jumlah pemakai kayu bakar di Indonesia dapat didekati dari dua pendekatan yaitu (1)
jumlah penduduk miskin, menurut BPS pada tahun 2006 mencapai 36,99 juta jiwa,
maka jumlah kayu bakar yang diperlukan masyarakat mencapai 94,02 juta m3
per
tahun. (2) Sementara itu jika menghitung jumlah persentase penduduk yang
menggunakan kayu bakar yaitu sebesar 116,274 juta jiwa maka diperoleh konsumsi
kayu bakar nasional sebesar 295,502 juta m3 per tahun.
Berdasarkan dua pendekatan tersebut secara sederhana akan diperoleh rata-
rata konsumsi kayu bakar nasional sebesar 194,760 m3 per tahun. Kebutuhan kayu
bakar yang besar ini dapat memberikan dampak terhadap hutan yaitu pengambilan
kayu bakar yang meningkat. Kebutuhan kayu bakar yang meningkat saat ini
menyebabkan terjadinya pemanfaatan kayu bakar diluar daya dukung hutan yang
mengakibatkan kerusakan hutan.
Faktor tingkat pendapatan di daerah pedesaan merupakan suatu faktor yang di
perhitungkan, seperti yang dinyatakan oleh Haeruman (1979), bahwa penduduk yang
mempunyai tingkat pendapatan rendah mempunyai kenaikan pendapatan yang rendah
dan mereka yang mempunyai tingkat pendapatan tinggi mempunyai kenaikan
pendapatan yang tinggi. Penduduk yang mempunyai tingkat pendapatan di bawah Rp
400.000,00/keluarga/tahun, kenaikan pendapatannya hanya 3,5%. Jadi dapat
9
digambarkan kecenderungan kemampuan mereka untuk membeli energi seandainya
energi itu disediakan. Hal yang ekstrim adalah mereka yang mempunyai kenaikan
pendapatan sebesar 13,7% dan 10,5%. Jumlah penduduk yang mempunyai kenaikan
pendapatan kurang dari 10,5% hampir 75% dari penduduk desa. Jadi disini kita
melihat adanya kecenderungan ”disposible income”. Bagi golongan bawah ini kalau
tingkat harga kebutuhan pokok naik maka bagian yang dapat disediakan untuk kayu
bakar makin lama makin rendah. Mereka tidak dapat membeli kayu bakar kalau kayu
bakar itu dijadikan sebagai barang ekonomi.
Selanjutnya mengenai tingkat kepadatan penduduk, dinyatakan bahwa
daearah-daerah yang mempunyai kepadatan penduduk 45 orang/ha kebawah, kayu
bakar tidak mempunyai nilai ekonomi, sedang daerah yang mempunyai kepadatan
penduduk diatas 70 orang/ha tanah kering, kelihatan adanya penghargaan kayu bakar.
Menurut Mashar (1979), pada daerah yang tinggi kepadatan penduduknya, tanah
pekarangan dan kebun yang dimiliki rakyat dalam memenuhi kebutuhan kayu bakar
semakin sempit sehingga tidak mampu memberikan suplai kayu bakar, yang
akhirnya beralih ke penggunaan minyak yang mudah di dapat walaupun harus
membeli.
Berdasarkan hasil studi di Daerah Istimewa Aceh, diperoleh bahwa kayu
bakar yang didapat dari hutan di kabupaten sebesar 13,7% masih relatif tinggi
dibandingkan kotamadya sebesar 2,6%. Keadaan ini disebabkan karena sumber hutan
masih dapat dijangkau dari tempat pemukiman penduduk meskipun jarak tersebut
semakin jauh. Faktor-faktor lain seperti tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga
dan harga kayu bakar memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi kayu
Kotamadya Aceh sedangkan di kabupaten tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata
(Dwiprabowo et al. 1980)
2.1.3 Jenis-Jenis Kayu Bakar
Menurut Rostiwati et al. (2006), silvikultur jenis-jenis pohon potensial
penghasil kayu bakar adalah :
1. Akasia (Acacia auriculiformis)
10
Akasia tumbuh pada ketinggian 0-500 m dpl, rata-rata curah hujan minimum
1.500 mm/tahun dengan musim kering 4-5 bulan, suhu 24-290 C. Jenis ini
dapat tumbuh pada berbagai kondisi kesuburan tanah dan akarnya dapat
mengikat nitrogen, pH asam-netral (5-7). Jenis ini sangat butuh cahaya penuh.
Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan generatif. Jenis ini dapat
tumbuh cepat dengan kemampuan trubus rendah. Jenis ini memiliki berat
jenis 0,65 dengan nilai kalori 4.037 kkal/kg
2. Kaliandra (Calliandra calothyrsus)
Kaliandra tumbuh baik pada daerah tropik basah dengan ketinggian tempat
1.800 m dpl dengan curah hujan 2.000-4.000 mm/tahun. Tanaman ini dapat
bertahan hidup pada musim kering 3-6 bulan tanpa menggugurkan daunnya.
Jenis ini dapat di perbanyak secara generatif dan vegetatif dengan stump. Jenis
ini memiliki sifat tumbuh cepat dan kemampuan trubus juga cepat. Jenis ini
memiliki berat jenis 0,645 dengan nilai kalori 4.617 kkal/kg. Kayu jenis ini
digunakan untuk memasak, industri kecil keramik dan batu bata.
3. Gamal (Gliricidae maculata)
Gamal dapat tumbuh pada berbagai keadaan curah hujan dan tinggi tempat
serta pada beberapa jenis tanah pada derajat kemasaman yang berlainan. Jenis
ini mudah dibiakan secara vegetatif dengan stek yang berasal dari cabang
yang lurus dan sehat. Jenis ini memiliki sifat tumbuh cepat dan kemampuan
trubus tinggi. Jenis ini memiliki berat jenis 0,461 dengan nilai kalori 3.948
kkal/kg.
4. Jati putih (Gmelina arborea)
Jati putih tumbuh secara alami pada ketinggian 0-800 m dpl dengan curah
hujan 1.200-3.000 mm/tahun. Jati putih tumbuh subur pada tanah berdrainase
baik, dapat tumbuh pada tanah masam, asalkan tidak pada tanah berdrainase
jelek. Jati putih dapat dibiakan secara generatif maupun vegetatif dengan stek
batang dan stek pucuk. Jenis ini memiliki sifat tumbuh cepat dan kemampuan
trubus sedang. Jenis ini pada kondisi optimum dapat mencapai tinggi 30 m
dan diameter 60 cm dengan rotasi tebang 5-8 tahun. Jenis ini memiliki berat
11
jenis berkisar antara 0,42-0,64 dan nilai kalorinya 4.800 kkal/kg. Kayu jenis
ini selain digunakan sebagai kayu bakar juga dapat digunakan untuk produksi
papan partikel, plywood, furniture dan untuk packing
5. Lamtoro (Leucaena leucocephala)
Lamtoro tumbuh secara alami pada ketinggian 0-800 mdpl dengan curah
hujan 600-1.000 mm/tahun, dengan musim kering 2-6 bulan. Jenis ini tumbuh
pada tanah ber pH netral-basa pada tanah bereaksi masam tumbuh kurang
baik. Jenis ini membutuhkan cahaya penuh, tetapi waktu tingkat semai
membutuhkan naungan ringan untuk menghasilkan tanaman yang baik.
Perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara generatif. Jenis ini memiliki
sifat tumbuh cepat dan kemampuan trubus tinggi. Jenis ini pada kondisi
optimum dapat mencapai tinggi 20 m dan bercabang pada ketinggian kurang
dari 5 m dari permukaan tanah. Jenis ini memiliki berat jenis 0,50 dengan
nilai kalori 4.272 kkal/kg . Kayu jenis ini sangat baik untuk kayu bakar, dibuat
arang, bahan baku pulp dan kertas serta untuk kayu kontruksi.
6. Bakau (Rhizophora sp)
Bakau tumbuh secara alami pada ketinggian 0-50 m dpl, tipe iklim A,B,C
dengan suhu 29-33 oC. Jenis ini tumbuh pada tanah pH asam-basa, dan
berdrainase sangat terhambat. Jenis ini bersifat intoleran pada tapak yang
berlumpur dalam atau tanah yang agak berpasir, sekurang-kurangnya 1/3 dari
lokasi terbuka pada waktu air surut. Jenis ini lebih tahan terhadap arus dan
ombak dengan frekuensi penggenangan sebanyak 40-50/bulan. Tanaman ini
dapat diperbanyak secara generatif, sifat tumbuh tanaman cepat. Jenis kayu
mangrove sangat baik untuk kayu bakar dan arang, Kayu bakau memiliki
berat jenis 0,70-1,00 dengan nilai kalori 5.050 kkal/kg.
7. Turi (Sesbania grandiflora)
Turi dapat tumbuh pada berbagai variasi curah hujan, tinggi tempat 0-600 m
dpl dengan jenis tanah pada derajat kemasaman yang berbeda. Jenis ini perlu
cahaya kuat untuk pertumbuhannya. Jenis ini dapat mencapai tinggi 10 m
dengan diameter 30 cm. Jenis ini memiliki berat jenis 0,42 dengan nilai kalori
12
4.610 kkal/kg.
8. Sengon (Paraserianthes falcataria)
Sengon dapat tumbuh mulai pantai sampai 1.600 m dpl, optimum 0-800 m
dpl, dengan curah hujan 2.400-4.800 mm/tahun dengan bulan kering sampai 4
bulan. Jenis ini dapat ditanam pada daerah yang tidak subur tanpa dipupuk,
tidak tumbuh subur pada tanah yang berdrainase jelek. Termasuk jenis yang
memerlukan cahaya. Jenis ini merupakan salah satu jenis spesies yang cepat
tumbuh, mampu tumbuh 8 m/tahun dalam tahun pertama penanaman,
kemampuan trubus sedang. Jenis ini dapat diperbanyak dengan cara generatif
maupun vegetatif dengan cara cangkok dan stump. Jenis ini memiliki berat
jenis 0,24 dengan nilai kalor 4.104 kkal/kg
2.2 Masyarakat Desa Sekitar Hutan
Berdasarkan petunjuk pelaksanaan Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama
Masyarakat (PHBM) tahun 2004, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur yang
dimaksud desa hutan adalah wilayah desa yang secara geografis dan administratif
berbatasan dengan kawasan hutan atau sekitar kawasan hutan. Adapun yang
dimaksud dengan masyarakat desa hutan adalah orang-orang yang bertempat tinggal
di desa hutan dan melakukan kegiatan yang berinteraksi dengan sumberdaya hutan
untuk mendukung kehidupanya.
Dalam kehidupanya masyarakat desa sekitar hutan selalu berinteraksi dengan
hutan mereka memanfaatkan segala bentuk sumberdaya yang ada di dalam kawasan
hutan untuk kepentingan ekonominya. Interaksi merupakan sebuah keterkaitan antara
komponen dalam sistem yang dapat bersifat saling meniadakan, saling mendukung
dan saling ketergantungan satu sama yang lainya. Mangandar (2000), menjelaskan
bahwa keterkaitan/interaksi masyarakat dengan hutan telah berlangsung lama karena
keberadaan hutan telah memberikan banyak manfaat bararti untuk keberlangsungan
hidupnya, mereka tergantung pada sumberdaya-sumberdaya yang ada di hutan seperti
kayu bakar, bahan makanan, bahan bangunan dan hasil hutan lainya yang akan
memberikan nilai tambah bagi kehidupanya. Interaksi sosial masyarakat desa dengan
13
hutan, dapat terlihat dari ketergantungan masyarakat desa sekitar hutan akan sumber-
sumber kehidupan seperti air, sumber energi (kayu bakar dan bahan-bahan makanan
yang dihasilkan dari hutan), bahan bangunan, dan sumberdaya lainya.
2.3 Rumah Tangga
Rumah tangga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau
seluruh bangunan fisik dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur atau
seseorang yang mendiami sebagian seluruh bangunanan serta mengurus keperluan
sendiri. Orang yang tinggal di rumah tangga ini disebut anggota keluarga, sedangkan
yang bertanggungjawab atau dianggap bertanggungjawab terhadap rumah tangga
adalah kepala keluarga (BPS, 2003 ).
Ciri-ciri umum rumah tangga di daerah pedesaan menurut White (1976)
dalam Kartasubrata (1986), adalah sebagai berikut :
1. Rumah tangga memiliki fungsi rangkap yaitu unit produksi, konsumsi, reproduksi
(dalam arti luas), interaksi sosial, ekonomi, dan politik.
2. Tujuan rumah tangga di pedesaan adalah untuk mecukupi kebutuhan-kebutuhan
para anggotanya.
3. Implikasi penting bagi pola penggunaan waktu antara lain :
a. Rumah tangga petani miskin akan selalu bekerja keras untuk mendapatkan
produk meskipun kecil.
b. Mereka sering kali terpaksa harus menambah kegiatan bertani dengan
pekerjaan-pekerjaan lain walaupun hasilnya lebih kecil dibandingkan dengan
hasil bertani.
c. Rumah tangga petani menunjukan ciri-ciri self eksploitation
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Kayu bakar merupakan sumber energi sangat esensial bagi masyarakat
pedesaan digunakan bagi keperluan sehari-hari terutama memasak. Hal ini karena
kayu bakar mudah didapat dibandingkan sumber energi lain seperti minyak tanah dan
gas. Keberadaan desa yang jauh dari kota akan sulit dijangkau oleh saluran distribusi
minyak tanah dan gas menyebabkan harga bahan bakar ini lebih mahal. Sebagian
masyarakat ada yang mengkombinasikan gas dan kayu bakar sebagai sumber energi
dan sebagian besar menggunakan kayu bakar. Penggunaan minyak tanah sekarang
sudah langka di masyarakat. Hal ini karena harga minyak tanah yang mahal.
Kecenderungan memilih sumber energi dipengaruhi oleh pendapatan, biaya hidup,
jumlah anggota keluarga dan selera. Untuk itu perlu diketahui masyarakat yang
menggunakan kayu bakar saja dan masyarakat yang menggunakan kayu bakar serta
gas. Setelah diketahui rumah tangga yang menggunakan kayu bakar saja dan
kombinasi kayu bakar serta gas sebagai sumber energi maka perlu diketahui dan
dikumpulkan data-data yang mempengaruhi pola konsumsi kayu bakar sebagai
energi.
Pekerjaan penduduk Desa Hegarmanah umumnya adalah buruh tani dan
petani yang memiliki sawah dan kebun tetapi lahan yang ada sempit serta
kepemilikan lahan tidak merata. Areal tersebut biasanya merupakan salah satu
sumber kayu bakar bagi mereka. Selain itu mereka juga mempunyai pekarangan yang
ditanamai berbagai jenis tanaman penghasil kayu bakar serta buah buahan.
Sempitnya kepemilikan lahan, semakin berkurangnya areal sumber kayu
bakar di masyarakat, bertambahnya jumlah penduduk dan adanya kelangkaan bahan
bakar minyak menyebabkan kebutuhan kayu bakar semakin meningkat. Desa
Hegarmanah yang berbatasan langsung dengan HPGW akan mengantungkan
kebutuhan kayu bakar pada HPGW sebagai sumber kayu bakar hal ini akan
menyebabkan tekanan terhadap HPGW.
15
m3
Sm
Dari kegiatan penggunaan kayu bakar oleh masyarakat akan dilihat sumber,
potensi, jenis, volume, cara pengambilan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
konsumsi kayu bakar.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Kayu Bakar
Sumberdaya Energi
(biomassa)
Faktor- faktor yang
mempengaruhi :
1. Jumlah anggota
keluarga
2. Pendapatan keluarga
3. Potensi lahan milik
4. Substitusi (gas)
5. Jarak dari hutan
Survei
Potensi
Lahan Milik
HPGW
Survei
Potensi
Analisis regresi
Konsumsi Kayu Bakar
Rekomendasi
16
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan,
Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada
tanggal 20 Desember 2008 – 5 Januari 2009 dan tanggal 15 Maret - 5 Mei 2009.
Gambar 2 Peta lokasi penelitian
3.3 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu bakar yang
dikonsumsi masyarakat sebagai sumber energi rumah tangga. Penelitian dilakukan
terhadap rumah tangga yang memanfaatkan kayu bakar. Alat yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain :
a. Kuisioner (panduan pertanyaan)
b. Alat tulis
c. Kamera
d. Alat hitung
e. Meteran
17
f. Hagameter
g. Tali
3.4 Batasan Penelitian
1. Kayu bakar adalah kayu yang dapat dijadikan bahan sebagai pembangkit
energi untuk keperluan memasak, pengolahan makanan, bahan bukan
makanan dan untuk keperluan lain. Konsumsi kayu bakar dalam penelitian ini
dibatasi hanya untuk keperluan memasak sehari-hari saja.
2. Obyek penelitian adalah rumah tangga Desa Hegarmanah yang memanfaatkan
kayu bakar.
3. Rumah tangga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau
seluruh bangunan fisik dan biasanya tinggal bersama dan makan dari satu
dapur atau seseorang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan serta
mengurus keperluan sendiri.
4. Anggota rumah tangga adalah seluruh orang yang berada dalam satu rumah
dan merupakan tanggung jawab kepala keluarga.
5. Faktor-faktor yang dianggap berpengaruh terhadap konsumsi kayu bakar
adalah jumlah anggota keluarga, pendapatan, harga barang substitusi, potensi
lahan milik dan jarak dari hutan.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara:
1. Teknik Observasi
Data yang dikumpulkan diperoleh dengan melihat langsung kehidupan
masyarakat desa pada umumnya dan responden pada khususnya dalam kegiatan-
kegiatan yang berkaitan dengan konsumsi kayu bakar secara langsung.
2. Teknik Wawancara.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung dengan responden,
Responden adalah penduduk yang menggunakan kayu bakar sebagai sumber
energi. Wawancara dilakukan dengan dua teknik yaitu wawancara secara
18
terstruktur dilakukan dengan menggunakan daftar kuisioner yang ada, sedangkan
wawancara bebas dilakukan tanpa kuisioner mengenai hal-hal yang masih
berhubungan dengan penelitian.
3. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan data-data pendukung yang
didapat dari pemerintahan setempat atau dari publikasi-publikasi lain.
3.6 Metode Penentuan Dusun dan Responden
Dalam penelitian ini pemilihan dusun didasarkan pada jarak terdekat dengan
HPGW. Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah 60 KK (kepala keluarga)
dari total 554 KK yang tersebar di enam dusun. Sebanyak 30% (18 responden)
berasal dari Dusun Cipeureu, 16,6% berasal dari Dusun Bojongwaru dan Dusun
Sampay masing-masing 5 responden, 10% (6 responden) dari Dusun Sindang, 15% (9
responden) berasal dari Dusun Citalahab dan 28,3% (17 responden) berasal dari
Dusun Nanggerang. Penentuan responden dilakukan dengan stratifikasi random
sampling berdasarkan jarak dengan alokasi berimbang berdasarkan banyaknya kepala
keluarga di setiap dusun.
Gambar 3 Stratifikasi responden berdasarkan jarak
19
Setiap dusun memiliki karakteristrik wilayah dan kondisi sosial ekonomi
yang tidak berbeda jauh antara satu dusun dengan dusun yang lain. Hal ini karena
dusun yang menjadi obyek penelitian masih berada dalam satu desa. Rata-rata
disetiap dusun terdiri dari 94 KK. Batas antar dusun dipisahkan oleh kebun atau
sawah yang luas. Distribusi responden berdasarkan dusun dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Distribusi dan persentase responden berdasarkan asal dusun
Dusun Populasi (KK) Sampel (KK) Persentase (%)
Cipeureu 166 18 30,00
Bojongwaru 46 5 8,33
Sindang 52 6 10,00
Citalahab 86 9 15,00
Sampay 42 5 8,33
Nanggerang 162 17 28,33
Total 554 60 100,00
3.7 Jenis Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari sumber data, dalam hal ini adalah
rumah tangga yang memanfaatkan kayu bakar. Data primer yang diperlukan antara
lain:
1. Karakteristik pengguna kayu bakar (umur, jumlah keluarga, tingkat
pendidikan, mata pencaharian, kepemilikan lahan, perekonomian keluarga)
2. Jenis, volume, sumber, potensi, metode pengambilan, pengangkutan dan
penyimpanan kayu bakar yang di konsumsi.
3. Biaya pengadaan kayu bakar dihitung berdasarkan harga pasar dan biaya
berdasarkan konversi upah buruh harian yang berlaku di lokasi penelitian.
Data sekunder adalah data yang menyangkut keadaan lingkungan baik fisik,
sosial ekonomi masyarakat dan data lain yang berhubungan dengan obyek penelitian
yang tersedia baik di tingkat desa, kecamatan maupun instansi lain.
Data sekunder diperoleh melalui literatur, terdiri dari :
a. Keadaan umum lokasi penelitian meliputi : letak, keadaan fisik lingkungan.
20
b. Keadaan umum pendududuk, meliputi : pendididikan, kebudayaan, jumlah
pendududuk, tingkat kesejahteraan petani.
c. Dinas atau instansi terkait seperti : pemerintah desa dan pengelola Hutan
Pendidikan Gunung Walat.
3.8 Metode Pengolahan Data
Analisis data dilakukan secara desktriptif yaitu untuk mengetahui pola
konsumsi kayu bakar, sumber pemenuhan kayu bakar oleh rumah tangga dan
hubungan kondisi sosial ekonomi rumah tangga dengan konsumsi kayu bakar.
1. Volume kayu bakar yang digunakan
Penetapan jumlah konsumsi dan jenis yang dipakai untuk bahan bakar di
tetapkan dengan pengamatan langsung. Penetapan angka volume dilakukan dengan
mengukur dimensi kayu yang siap dijadikan bahan bakar dalam bentuk ikatan. Satu
ikat setara dengan 0,097 Sm.
2. Pengukuran potensi kayu bakar di kebun
Pengukuran ini dilakukan dengan membuat plot dengan luas 0,02 ha
(r = 7,98 m). Pengukuran dilakukan terhadap pohon yang berdimeter diatas 10 cm
keatas. Berdasarkan Gulbrandsen (1977) dalam Hamzah (1979), penyebaran
biomassa kayu terdiri dari kayu pucuk (10-15%), kayu dahan dan ranting (25-30%),
kayu tunggak atau akar (10-15%) dan kayu batang (50-55%). Melihat penyebaran
biomassa dapat ditentukan potensi kayu bakar adalah 50% dari potensi setiap pohon
yang ada.
Rumus yang digunakan
V = lbds x t x f
Keterangan :
V = Volume pohon
lbds = Luas bidang dasar pohon pada ketinggian 1,3 m
t = Tinggi pohon dari pangkal sampai ujung
f = Angka bentuk disini dipakai 0,6 untuk jenis buah dan 0,7 untuk kayu
pertukangan
21
3. Model Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Kayu Bakar Rumah Tangga dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi kayu bakar rumah tangga
dianalisis menggunakan regresi liner (liniear regresion model). Analisis ini
digunakan untuk meramalkan suatu variabel (variabel dependent) berdasarkan suatu
variabel lain (variabel independent) dalam persamaan linier. Model umum persamaan
sebagai berikut :
y=a+b1x1+b2x2+b3x3+b4x4+e
Keterangan :
y = Peubah tak bebas yaitu dugaan jumlah konsumsi kayu bakar per waktu
(Sm/bulan)
a = Intercept
b = Koefisien regresi variabel ke i
e = Pengaruh acak (disturbance term)
x = Peubah bebas (faktor-faktor yang berpengaruh terhadap jumlah konsumsi
kayu bakar
Peubah-peubah bebas (xi) yang dianggap berpengaruh terhadap peubah tak
bebas (jumlah konsumsi kayu bakar per satuan waktu) adalah sebagai berikut :
y = Konsumsi kayu bakar (sm/bulan)
x1 = Jumlah anggota keluarga (jiwa)
x2 = Pendapatan keluarga (Rp/bulan)
x3 = Potensi lahan milik (m3/ha)
x4 = Substititusi bahan bakar (gas) (Rp/bulan)
x5 = Jarak dari hutan (m)
Pengujian hipotesis dilakukan dengan varian (ANOVA). Cara pengujian
menggunakan statistik (Minitab 14) pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Jika F-
hitung lebih besar dari pada F tabel maka Ho ditolak, jika F hitung lebih kecil dari F
tabel maka Ho diterima dengan hipotesis sebagai berikut :
Ho = XI=X2=X3=X4=X5=0
HI = Xi ≠ 0, Untuk i tertentu atau setidaknya ada satu Xi ≠ 0
BAB IV
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4. 1 Keadaan Umum Desa Hegarmanah
4.1.1 Letak Dan Batas
Desa Hegarmanah memiliki luas 1.488,33 ha yang terletak dibagian Selatan
HPGW termasuk dalam wilayah Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, yang
mengalami pemekaran wilayah. Adapun batas-batas Desa Hegarmanah adalah
sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Batununggal, Kecamatan Cibadak
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bojongkembar, Kecamatan
Cikembar
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cicantayan dan Sukadamai,
Kecamatan Cicantayan
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sukamulya dan Desa Sekarwangi,
Kecamatan Cikembar
4.1.2 Kondisi Fisik Wilayah
Topografi Desa Hegarmanah memiliki bentang lahan yang bervariasi mulai
dari datar sampai pegunungan, dengan persentase masing-masing yaitu dataran
rendah 29,96%, berbukit 1,88% dan dataran tinggi atau pegunungan 68,16%.
Sebagian lahan desa berupa perbukitan dan pegunungan dengan luas 1.042,33 ha dan
sisanya berupa dataran seluas 446 ha. Ketinggian tempat terletak pada 600-700 mdpl.
Desa Hegarmanah mempunyai iklim B (basah) dengan nilai Q = 14,3%-33%
dan banyaknya curah hujan tahunan berkisar antara 1600 – 4400 mm. Suhu mínimum
pada malam hari adalah 22o
C, sedangkan suhu maksimum pada siang hari adalah 30o
C. Adapun jenis tanah dilokasi penelitian adalah podsolik merah kuning, latosol dan
litosol dengan tekstur pasiran.
23
4.1.3 Tata Guna Lahan Dan Struktur Pemilikan Lahan
Fungsi utama lahan yang ada di Desa Hegarmanah adalah sebagai lahan
pertanian, perkebunan dan kehutanan yang meliputi sawah tadah hujan, perkebunan
rakyat, perkebunan swasta, perikanan darat dan hutan lindung. Penggunaan lahan
secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Tata guna lahan di Desa Hegarmanah
Pola penggunaan lahan Luas (ha) Persentase (%)
Perkampungan 23 1,55
Hutan lindung 359 24,12
Ladang dan kebun rakyat 828,46 55,66
Perkebunan swasta 130 8,73
Sawah 121 8,13
Sarana umum 26 1,75
Perikanan darat 0,87 0,06
Total 1488,33 100,00 Sumber : Potensi Desa Hegarmanah Tahun 2008
Kehidupan agraris melekat pada masyarakat Desa Hegarmanah, oleh sebab itu
kepemilikan lahan pertanian menjadi penentu pendapatan keluarga dan juga menjadi
ukuran kekayaan. Kepemilikan lahan pertanian di masyarakat relatif sempit bahkan
ada yang tuna kisma (tidak memiliki lahan pertanian) sebesar 31,07%, pemilik lahan
pertanian <1 ha sebesar 66,73% dan pemilik lahan pertanian 1-5 ha sebesar 2,2%.
Struktur kepemilikan lahan pertanian bisa dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Struktur kepemilikan lahan pertanian di Desa Hegarmanah
Pemilikan lahan Jumlah (KK) Persentase (%)
Tidak memiliki lahan 750 31,07
< 1 ha 1.611 66,73
1-5 ha 53 2,20
5-10 ha - -
> 10 ha - -
Total rumahtangga petani 2.414 100,00
Sumber : Potensi Desa Hegarmanah Tahun 2008
24
4.1.4 Kependudukan
Jumlah penduduk Desa Hegarmanah pada tahun 2008 adalah 8.413 jiwa
terdiri dari (49,89%) 4.198 jiwa laki-laki dan (50,1%) 4.215 jiwa perempuan dengan
jumlah kepala keluarga (KK) 2.478 dan mempunyai kepadatan penduduk 480
jiwa/km2. Menurut BPS (2009), umur produktif adalah usia antara 15-64 tahun. Bila
diklasifikasikan kedalam usia sebesar 24,27% termasuk usia belum produktif (0-14
tahun), 64,88% termasuk dalam kategori usia produktif (15-64 tahun), dan 10,85%
termasuk dalam kategori tidak produktif (> 64 tahun). Banyaknya penduduk usia
produktif dapat berimplikasi pada kesempatan kerja yang tersedia, dimana
peningkatan atau pertumbuhan penduduk ternyata tidak diimbangi dengan
ketersediaan kesempatan kerja (lapangan pekerjaan) di desa. Adapun distribusi
jumlah penduduk Desa Hegarmanah menurut umur dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Distribusi penduduk Desa Hegarmanah menurut umur
Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)
0 – 14 2.042 24,27
15 – 64 5.369 64,88
> 64 1.002 10,85
Total 8.413 100,00
Sumber : Potensi Desa Hegarmanah Tahun 2008
Rasio ketergantungan total adalah 56,7% artinya setiap 100 orang yang
berusia kerja mempunyai tangggungan sebesar 56,7 orang belum produktif dan tidak
produktif lagi. Rasio sebesar 56,7% disumbangkan oleh 38,03% rasio ketergantungan
penduduk muda dan 18,66% rasio kertergantungan penduduk tua.
4.1.5 Mata Pencaharian
Sebagian penduduk bermatapencaharian dibidang pertanian baik sebagai
petani maupun sebagai buruh tani sebesar 18,44%. Ada juga yang bekerja sebagai
guru swasta, pedagang, wiraswasta, karyawan swasta, pegawai negeri, peternak,
pensiunan, jasa pengobatan, perajin sebesar 24,62%. Gambaran penduduk Desa
Hegarmanah berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 5.
25
Usia produktif Desa Hegarmanah sangat tinggi sebesar 64,88% tetapi tidak
diimbangi adanya lapangan kerja di desa. Hal ini menimbulkan masalah berupa
pengangguran sebesar 40,44%. Penduduk yang menganggur merupakan angkatan
kerja dengan jumlah laki-laki 1.497 jiwa dan 1.516 perempuan. Sementara itu untuk
mengatasi sempitnya lapangan kerja yang ada, banyak dari penduduk yang
melakukan transmigrasi, bekerja diluar desa disektor pertanian maupun non
pertanian, bahkan ada beberapa penduduk yang ikut sebagai Tenaga Kerja Indonesia
(TKI) dengan tujuan negara-negara timur tengah. Bagi penduduk yang menetap di
desa mereka dapat tetap bekerja disektor pertanian maupun non pertanian seperti:
buruh tani, guru, pedagang, perajin. Jumlah penduduk yang tidak mendapatkan
kesempatan kerja dan tidak merantau ketempat lain cukup banyak sehingga
menimbulkan berbagai masalah sosial, seperti banyaknya pengangguran.
Tabel 5 Distribusi matapencaharian penduduk Desa Hegarmanah
Jenis matapencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)
Petani 599 8,04
Buruh tani 775 10,40
Buruh non tani 46 0,62
Pegawai negeri 20 0,27
Guru swasta 115 1,54
Jasa pengobatan 62 0,83
Pedagang 190 2,55
Peternak 430 5,77
Perajin 125 1,68
Pensiunan 16 0,21
Wiraswasta 500 6,71
Karyawan swasta 330 4,43
Pengangguran 3.013 40,44
Pelajar dan mahasiswa 1.229 16,50
Total 7.450 100,00 Sumber : Potensi Desa Hegarmanah Tahun 2008
4.1.6 Pendidikan
Sebagian besar penduduk Desa Hegarmanah memiliki tingkat pendidikan
yang masih rendah, hal ini dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan Tabel tersebut
26
persentase penduduk berpendidikan SD sebesar 32,17%, tamatan SLTP dan SLTA
atau sederajatnya sebesar 46%, sedangkan tamatan akademi dan perguruan tinggi
sebesar 0,74%, bahkan ada penduduk yang tidak pernah sekolah sebesar 4,13%
Tabel 6 Tingkat pendidikan penduduk Desa Hegarmanah
Jenis pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)
Belum sekolah 552 7,56
Tidak pernah sekolah 302 4,13
Tidak tamat SD 646 8,84
Tamat SD 2350 32,17
Tamat SLTP/sederajat 1850 25,33
Tamat SLTA/sederajat 1550 21,22
Tamat akademi/sederajat 27 0,37
Tamat perguruan tinggi/sederajat 27 0,37
Total 7304 100,00 Sumber : Potensi Desa Hegarmanah Tahun 2008
Sarana pendidikan yang ada di desa cukup memadai namun ada beberapa
sekolah yang kondisinya cukup memprihatinkan (bangunanya rusak). Jumlah sarana
pendidikan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Sarana pendidikan di Desa Hegarmanah
Jenis Jumlah (unit) Persentase (%)
TK 1 4,76
SD/MI 5 23,81
SLTP/MTS 2 9,52
SLTA/MA 1 4,76
Diniyah 12 57,14
Total 21 100
Sumber : Potensi Desa Hegarmanah 2008
4.2 Keadaan Umum HPGW
Secara administratif wilayah HPGW termasuk dalam Kecamatan Cicanyatan,
Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Tepatnya secara astronomis terletak
6053’35’ – 6
0 55’ 10’ LS dan 106
0 47’55’ -
106
0 51’30’ BT. Berdasarkan wilayah
kehutanan termasuk dalam wilayah BKPH Gede Barat, KPH Sukabumi, Perum
Perhutani Unit III Jawa Barat. Desa-desa yang terletak dan berdekatan dengan
27
HPGW adalah Desa Batununggal dan Sekarwangi (di bagian utara), Desa Cicantayan
(di bagian timur), Desa Hegarmanah (di bagian selatan) dan Desa Hegarmanah (di
bagian barat).
Luas wilayah HPGW adalah 359 ha yang terdiri dari tiga blok, yaitu blok
Cikatomas (areal sebelah timur) dengan luas 120 ha, blok Cimenyan (areal sebelah
barat) dengan luas 125 ha, dan blok Tanggalak/Seusupan (areal bagian tengah)
dengan luas 114 ha. Topografi areal HPGW berbukit dimana bagian utara memiliki
kelerengan yang cukup curam dan agak melandai ke sebelah barat dan selatan.
Berdasarkan peta tanah HPGW skala 1:10.000 tahun 1981, jenis tanah
Gunung Walat adalah keluarga Tropophumult Tipik (Lotosol merah kekuningan),
Tropodult (Latosol coklat), Dystropept Tipik (Podsolik merah kekuningan) dan
Troporpent Lipik (Latosol). Keadaan ini menunjukkan bahwa tanah di HPGW
bersifat heterogen. Tanah Latosol merah kekuningan adalah jenis tanah yang
terbanyak sedangkan di daerah berbatu hanya terdapat tanah Latosol dan di daerah
lembah terdapat tanah Podsolik.
Daerah HPGW mempunyai tipe Iklim B (basa) dengan nilai Q = 14,3%-33%
dan banyaknya curah hujan tahunan berkisar antara 1600 - 4400 mm (Lampiran 15).
Suhu minimum 220
C untuk malam hari, sedangkan suhu maksimum pada siang hari
300
C. HPGW memiliki beberapa aliran sungai yang umumnya mengalir ke arah
Selatan dan berair sepanjang tahun yaitu anak sungai Cipeureu, Citangkalak,
Cikabayan, Cikatomas dan Legok Pusar.
Sebagai kawasan hutan yang memiliki tujuan khusus sebagai hutan
pendidikan dan sarana praktek mahasiswa. HPGW ditunjang dengan potensi tegakan
yang terdiri dari berbagai jenis pohon diantaranya puspa (Schima walichii), pinus
(Pinus merkusii), (Pinus caribaea) (Pinus oocarpa), mahoni (Swietenia
macrophylla), damar (Agathis loranthifolia), sonokeling (Dalberigia latifolia),
rasamala (Altingia exselsa), akasia (Acacia auriculiformis) dan jenis yang lainya
(Lampiran 13) serta beberapa jenis tumbuhan asli.
HPGW terbagi kedalam tiga sub populasi, yaitu berupa tegakan pinus murni,
tegakan agathis murni dan tegakan campuran. Pengertian tegakan murni dalam hal ini
28
apabila dalam tegakan tersebut volumenya ≥ 75% didominasi oleh salah satu jenis
pohon. Potensi tegakan dengan menggunakan metode systematic line sampling untuk
tegakan pinus adalah 344,15 m3/ha, tegakan agathis 369,18 m
3/ha dan tegakan
campuran sebesar 313,2 m3/ha (Arini, 2003).
Selain pepohonan terdapat juga jenis paku-pakuan, epifit dan berbagai jenis
rerumputan. Berbagai jenis paku-pakuan dapat dikonsumsi sebagai bahan pangan dan
beberapa spesies merupakan tanaman hias. Begitu pula jenis epifit beberapa
merupakan tanaman hias. Sementara itu beberapa rerumputan selain dimanfaatkan
sebagai pakan ternak juga ada yang berfungsi sebagai tanaman hias.
HPGW merupakan habitat dari berbagai jenis satwa liar diantaranya musang
(Paradoxurus hermaphroditus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), bajing
(Callosiurus sp.), babi hutan (Sus scropa) dan beberapa jenis burung seperti kutilang
(Pycononotus avrigaster), perkutut (Geopelia striata), burung madu (Rectania
jugularis peceolaris) (Sugiarto 1993 dalam Roslinda 2002)
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristrik Responden
5.1.2 Kelompok Umur
Umur responden dalam penelitian ini berkisar antara 26-75 tahun. Jika dilihat
dari sebaran responden terlihat bahwa responden yang berusia antara 41-50 tahun
menempati urutan tertinggi dengan persentase sebesar 38,33% (23 responden). Hal
ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada usia produktif.
Menurut BPS (2009), umur produktif adalah usia antara 15-64 tahun, jadi dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar umur responden adalah usia produktif.
Gambar 4 Distribusi responden berdasarkan umur
Umur responden akan berpengaruh terhadap kemampuan fisik untuk bekerja
baik di sektor pertanian maupun non pertanian. Responden yang berusia 41–50 tahun
dapat meningkatkan hasil pendapatan rumah tangga dengan usaha sampingan.
Seorang dengan umur 41-50 tahun masih memiliki tenaga untuk berusaha pada
bidang lainnya. Responden dengan umur > 60 tahun dapat meningkatkan pendapatan
30
dengan usaha sampingan walaupun usaha yang dilakukan tidak semaksimal usia 41-
50 tahun.
5.1.3 Mata Pencaharian
Mata pencaharian responden sangat beragam. Responden ternyata tidak
mengandalkan penghasilannya pada satu sumber melainkan mereka memiliki
pekerjaan sampingan. Mata pencaharian utama yang paling banyak digeluti oleh
responden adalah 56,67% (34 responden) sebagai buruh (buruh tani, penebang,
bangunan, dan perkebunan). Mata pencaharian sampingan yang paling banyak
digeluti adalah perajin bilik dan pedagang. Kerajinan bilik sudah turun temurun
merupakan pekerjaan warisan. Sementara itu hasil yang diperdagangkan adalah hasil
kebun berupa buah-buahan.
Tabel 8 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan utama.
Pekerjaan Utama Jumlah (KK) Persentase (%)
Buruh 34 56,67
Ojek 2 3,33
Pedagang 6 10,00
Petani 12 20,00
Perajin 6 10,00
Total 60 100,00
Banyaknya responden yang bekerja sebagai buruh menunjukan sempitnya
kepemilikan sumberdaya lahan. Kepemilikan lahan banyak dikuasai oleh keluarga di
luar dusun yang menjadi obyek penelitian. Berdasarkan Gambar 4, diketahui bahwa
umur responden berada pada usia produktif. Tetapi usia yang produktif tidak
ditunjang dengan adanya lapangan kerja yang memadai sehingga banyak kaum muda
lebih memilih merantau ke tempat lain. Mereka dapat bekerja sebagai buruh
bangunan karena rendahnya kualitas sumberdaya mereka.
5.1.4 Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor pembentuk pola pikir seseorang
dalam menyikapi perubahan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan
31
memiliki daya adaptasi yang cepat terhadap perubahan yang ada. Tingkat pendidikan
juga menentukan kelas sosial dalam masyarakat. Semakin tinggi pendidikan maka
status sosialnya akan tinggi. Kemudahan dan peluang untuk mendapatkan pekerjaan
yang layak pun terbuka lebar.
Hasil wawancara dengan responden menunjukan bahwa tingkat pendidikan
responden masih rendah yaitu sebesar 72% (43 responden) tidak tamat SD, 28%
(17 responden) tamat SD dan tidak ada responden yang tamat SLTP atau sederajatnya
dan yang lebih dari itu. Perincian tingkat pendidikan responden disajikan pada Tabel
9.
Tabel 9 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah (KK) Persentase (%)
Tidak tamat SD 43 72,00
SD 17 28,00
Total 60 100,00
Keadaan sosial ekonomi keluarga sangat mempengaruhi tingkat pendidikan.
Biaya sekolah dan kondisi yang serba kekurangan menuntut mereka untuk bekerja
membantu perekonomian keluarga. Rendahnya tingkat pendidikan juga dipengaruhi
oleh rendahnya kesadaran masyarakat dan kurangnya sarana prasarana pendidikan
yang ada.
5.1.5 Jumlah Anggota Keluarga
Responden memiliki jumlah anggota keluarga antara 2-8 orang. Rumah
tangga yang memiliki jumlah anggota keluarga antara 3-6 orang sebesar 90% (54
responden). Rumah tangga yang memiliki jumlah anggota keluarga < 3 dan > 8
masing-masing 5% (3 responden). Distribusi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel
10.
Tabel 10 Jumlah anggota keluarga responden
Jumlah anggota keluarga (jiwa) Jumlah (KK) Persentase (%)
< 3 3 5,00
3 - 6 54 90,00
> 6 3 5,00
Total 60 100,00
32
Besar kecilnya jumlah anggota keluarga sangat berpengaruh terhadap volume
kayu bakar yang digunakan. Hal ini karena semakin banyak anggota keluarga
konsumsi akan makanan semakin meningkat dalam hal kapasitas bahan makanan.
5.1.6 Keadaan Tempat Tinggal
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap rumah tangga di Desa
Hegarmanah diketahui bahwa responden mempunyai luas bangunan rata-rata sebesar
41 m2. Rumah sebagian besar bahan bangunannya terbuat dari kayu dan bambu
(rumah pangggung) sebesar 63,33%, sedangkan sisanya terbuat dari tembok dan
beton sebesar 36,67%. Perbedaan bentuk rumah ternyata tidak memberikan
perbedaan pendapatan ataupun perbedaan tingkat sosial, karena jika dilihat dari
pekerjaan dan pendapatan tidak jauh berbeda. Hal ini karena rumah responden yang
permanen adalah hasil yang didapat dari bekerja sebagai TKI.
Gambar 5 Kondisi dusun (a) dan Rumah responden (b)
(a) (b)
33
Tabel 11 Keadaan rumah responden
Keadaan rumah responden Jumlah (KK) Persentase (%)
1. Bangunan
a. permanen 22 36,67
b. tidak permanen 38 63.33
2. Dinding rumah
a. tembok 16 26,67
b. bilik 38 63,33
c. setengah tembok 6 10,00
3. Lantai
a. plester 12 20,00
b. bilik 38 63,33
c. keramik 10 16,67
4. Asal perolehan
a. warisan - -
b. beli - -
c. membangun sendiri 60 100,00
5. Penerangan
a. listrik 57 95,00
b. minyak tanah 3 5,00
Sumber penerangan rumah responden berupa listrik sebesar 95% dan 5%
menggunakan lampu minyak tanah. Rumah tangga responden yang menggunakan
listrik sebesar 95% dan 5% menggunakan minyak tanah sebagai penerangan rumah.
Sumber air yang digunakan oleh responden adalah sumber mata air berupa sumur
31% dan mata air 69% yang langsung diperoleh dari mata air HPGW yang dialirkan
ke tempat umum seperti masjid atau mushola untuk dipakai bersama-sama.
Sementara itu untuk sarana Mandi Cuci Kakus (MCK) 100% responden
menggunakan sarana kelompok yang dikelola bersama seperti empang atau masjid
yang dilengkapi sarana MCK.
Bahan bakar yang digunakan sebagai energi rumah tangga adalah kayu bakar
dan gas. Jumlah rumah tangga yang hanya menggunakan minyak tanah tidak ada,
kombinasi kayu bakar dan gas 53,33% dan hanya kayu bakar 46,67%. Sebagai sarana
mobilitas dari satu tempat ketempat lain mereka menggunakan sepeda motor (ojek),
sisanya jalan kaki. Hal ini karena topografi yang bervariasi mulai dari datar sampai
gunung, dengan persentase masing-masing sebagai berikut dataran rendah 29,98%,
34
berbukit 1,88% dan dataran tinggi atau pegunungan 68,16%.
5.1.7 Kepemilikan Lahan
Rata-rata responden memiliki lahan dengan luas 0,187 ha. Sebagian besar
responden mendapatkan lahan dari warisan orang tua mereka. Berdasarkan Tabel 12,
terlihat bahwa sebagian besar responden memiliki lahan dengan luas kurang dari
0,25 sebanyak 36 KK (60%). Responden yang memiliki lahan 0,25–0,5 ha sebanyak
17 KK (26,67%), 2 KK atau (3,33%) responden memiliki lahan > 0,5 ha dan 6 KK
tidak memiliki lahan (Lampiran 2).
Tabel 12 Jumlah dan persentase responden berdasarkan luas lahan
Luas lahan (ha) Jumlah (KK) Persentase (%)
Tidak memiliki 6 10,00
< 0,25 36 60.00
0,25 - 0,5 16 26.67
> 0,5 2 3,33
Total 60 100,00
Pemilikan lahan merupakan indikator kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Semakin besar kepemilikan aset maka semakin sejahtera suatu rumah tangga.
Kepemilikan aset yang paling menentukan di Desa Hegarmanah adalah kepemilikan
lahan. Struktur kepemilikan lahan responden terdiri dari sawah, pekarangan, kebun
campuran dan empang. Penggunaan lahan responden terbesar dalam bentuk
pekarangan 81,67%, kebun campuran 66,67%, dan hanya sebagian berupa sawah
38,33% serta empang 5% ( Tabel 13 )
Tabel 13. Rata-rata luas pengunaan lahan responden
Tipe Penggunaan Lahan Jumlah
Luas rataan (ha) KK (%)
Sawah 23 38,33 0,034
Pekarangan 49 81,67 0,025
Kebun 40 66,67 0,196
Empang 3 5,00 0,010
35
Komposisi tanaman yang ada di lahan milik sangat mendukung perekonomian
keluarga. Masyarakat tidak menanam satu jenis tanaman tertentu di lahan milik tetapi
mereka mengkombinasikan tanaman perkayuan, buah-buahan dengan tanaman
pangan. Jenis dan fungsi tanaman di lahan milik bisa dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Jenis tanaman dan fungsi tanaman di lahan milik
Tipe lahan Lokasi Jenis tanaman Fungsi
Pekarangan depan,
samping
dan
belakang
rumah
Rambutan (Nephelium lappaceum) Buah-buahan
Durian (Durio zibethinus) Buah-buahan
Alpukat (Avocado sp) Buah-buahan
Nangka (Arthocarpus integra) Buah-buahan
Pisang (Musa sp) Buah-buahan
Nanas (Ananas sp) Buah-buahan
Kopi (Coffea sp) Perkebunan
Hanjuang (Dracanea fragrans) Hiasan
Singkong (Manihot esculenta) Pangan
Kapol (Ammomum sp) Rempah- rempah
Jengkol (Pithecolobium jiringa) Sayuran
Suji (Ploemente sp) Hiasan
Kebun
Campuran
lahan
milik
sekitar
HPGW
Kelapa (Coconus nucifera) Buah-buahan
Rambutan (Nephelium lappaceum) Buah-buahan
Manggis (Garcinia manggostana) Buah-buahan
Bambu (Bambusa sp) Buah-buahan
Nanas (Ananas sp) Buah-buahan
Pala (Myristica fragrans) Rempah- rempah
Kapol (Ammomum sp) Rempah- rempah
Sengon (Paraserianthes falcataria) Kayu
Manii (Meisopsis eminii) Kayu
Mahoni (Swietenia macrophylla) Kayu
Bacang (Mangifera foetida) Buah-buahan
Aren (Arenga pinnata) Non kayu
Kopi (Coffea sp) Perkebunan
Singkong (Manihot esculenta) Pangan
Talas (Colocasia esculentum) Pangan Sumber : Data Primer, 2009 dan Data Sekunder (Rohilah, 2003)
Berdasarkan penelitian Hutomo (2002), profil kebun campuran yang ada di
Desa Hegarmanah terbagi dalam tiga strata. Pada strata terbawah (dibawah 3 meter)
di dominasi oleh tanaman singkong (Manihot esculenta), nanas (Ananas sp), teh
36
(Camelia sinensia). Staratum kedua (4-15 m) di dominasi oleh tanaman pisang (Musa
sp), pala (Myristica fragrans), manggis (Garcinia manggostana), duku (Lansium
domesticum), kapulaga (Ammomum sp), jeruk (Citrus sp), jengkol (Pithecolobium
jiringa), kedongdong (Spondias dulcis) dan pepaya (Carica papaya). Stratum
tertinggi dapat mencapai (16-30 m), didominasi oleh tanaman keras seperti sengon
(Paraserianthes falcataria), kelapa (Cocos nucifera), aren (Arenga pinnata) dan
afrika (Meisopsis eminii).
Kehidupan masyarakat Hegarmanah sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkunganya. Kondisi fisik dan potensi sumberdaya lingkungan yang ada membuat
masyarakat menggantungkan hidupnya pada pengelolaan agroforestri baik di lahan
milik maupun di hutan. Selain sebagai salah satu sumber nafkah keluarga agroforestri
juga berperan dalam penyediaan bahan bakar, rumput, dan sumber air bagi
masyarakat setempat
5.1.8 Kepemilikan Ternak
Kehidupan masyarakat Desa Hegarmanah mengandalkan pada sektor
pertanian. Selain sawah, kebun campuran, pekarangan, dan empang terdapat
peternakan. Peternakan memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan
keluarga. Masyarakat memelihara ternak sebagian besar sebagai tabungan keluarga
walaupun ada yang bertujuan untuk konsumsi keluarga. Sebagai tabungan artinya
mereka akan menjual sewaktu-waktu apabila mereka membutuhkan uang dalam
jumlah besar. Sistem pemeliharaan ternak dalam masyarakat setempat berlaku sistem
maro/bagi hasil. Sistem ini memberikan tanggungjawab sepenuhnya kepada petani
pemelihara. Setelah beranak atau dijual, hasilnya dibagi dua antara pemilik dengan
pemelihara.
Tabel 15 Jumlah kepemilikan ternak responden
Jenis Ternak Jumlah (KK) Banyaknya Ternak
Milik Sendiri Bagi hasil
Kambing 20 61 25
Kelinci 2 5 0
Unggas 29 121 0
Total 51 187 25
37
5.2 Kondisi Perekonomian Keluarga
5.2.1 Pendapatan Rumah Tangga
Pendapatan rata-rata usaha tani memberikan kontribusi sebesar Rp 4.528.849
per tahun (46,4%) dari total pendapatan rumah tangga (Lampiran 3). Kontribusi
pendapatan usaha tani terhadap pendapatan total rumah tangga mulai dari yang
terbesar hingga yang terkecil adalah sawah 18,63%, ternak 14,12%, pekarangan dan
kebun 12,35%, serta empang sebesar 1,30%. Hasil dari sawah berupa padi
memberikan kontribusi terbesar tetapi hasil yang ada tidak diperjualbelikan karena
hanya untuk konsumsi keluarga. Pendapatan dari pekarangan dan kebun terdiri dari
hasil buah-buahan dan hasil kayu. Sementara itu untuk pendapatan ternak yang
memberikan kontribusi besar adalah jenis ternak kambing tetapi usaha ini masih
berskala kecil. Pendapatan lainnya adalah empang yang diperoleh sepanjang tahun
tetapi ketika musim kemarau debit air dari HPGW kecil sehingga usaha ini hanya
dapat dilakukan masyarakat yang berdekatan dengan sumber mata air. Pendapatan
dari usaha pertanian selain sebagai konsumsi keluarga juga sebagai tabungan
keluarga.
Pendapatan usaha non pertanian memberikan kontribusi sebesar 53,60% dari
total pendapatan rumah tangga pertahun (Lampiran 4). Hal ini disebabkan jenis usaha
yang dikerjakan oleh responden cukup variatif sehingga setiap responden tidak
terpaku pada satu kegiatan. Disamping itu ada usaha tertentu yang bersifat borongan
dan melibatkan kelompok. Jenis usaha non tani yang diusahakan responden antara
lain: buruh, ojek, pedagang, pengrajin bilik, penjahit dan pembuat arang.
Tabel 16 Pendapatan rata-rata rumah tangga per tahun
Sumber pendapatan Pendapatan (Rp) Persentase (%)
Sawah 1.818.261 18,63
Pekarangan 126.161 1,29
Kebun 1.079.763 11,06
Ternak 1.378.000 14,12
Empang 126.664 1,30
Non usaha tani 5.230.666 53,60
Total 9.759.515 100,00
38
Besarnya pendapatan perkapita per tahun dipengaruhi besarnya total
pendapatan dan jumlah anggota keluarga dalam rumah tangga. Semakin banyak
anggota keluarga, maka pendapatan perkapita semakin kecil. Rata-rata jumlah
anggota keluarga responden adalah 4,25 orang. Besarnya pendapatan perkapita
terbesar adalah Rp 4.525.000 per tahun dan pendapatan per kapita terkecil adalah Rp.
830.000 per tahun. Rata-rata pendapatan per kapita adalah Rp 1.875.760 per tahun
(Lampiran 5).
5.2.2 Pengeluaran Rumah Tangga
Pengeluaran rumah tangga responden dibedakan menjadi dua yaitu
pengeluaran rumah tangga pangan dan pengeluaran non pangan (Lampiran 6).
Pengeluaran rumah tangga pangan digunakan untuk membeli bahan kebutuhan pokok
seperti beras, lauk-pauk dan sayuran. Sementara itu pengeluaran non pangan
digunakan untuk keperluan sandang, pendidikan, transportasi, kesehatan, penerangan,
dan pajak.
Tabel. 17 Pengeluaran rata-rata rumah tangga per tahun
Jenis Pengeluaran Pengeluaran (Rp) Persentase (%)
Pangan 5.061.600 62,95
Sandang 313.000 3,89
Pendidikan 235.636 2,93
Kesehatan 59.000 0,73
Transportasi 1.271.466 15,81
Penerangan 189.100 2,35
Usaha tani 878.261 10,92
Pajak 32.936 0,41
Total 8.040.999 100,00
Berdasarkan tabel diatas pengeluaran rumah tangga terbesar adalah pangan
yaitu sebesar 62,95%. Pangan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi
setiap hari maka responden selalu mengalokasikan pengeluaran pangan sebagai
prioritas utama.
39
Adanya anggota keluarga yang masih sekolah dan sering tidaknya anggota
rumah tangga sakit mempengaruhi pengeluaran non pangan. Pengeluaran kesehatan
sangat kecil yaitu 0,73%, karena sebagian besar responden memiliki bantuan
kesehatan yang diberikan pemerintah berupa (Jaminan Kesehatan Masyarakat)
Jamkesmas. Pengeluaran transportasi sebesar 15,81% digunakan anak-anak sekolah
dan suami, istri ataupun anak yang bekerja di industri garmen. Hal ini karena jarak
antara dusun responden dengan sekolah dan industri sangat jauh.
Pengeluaran perkapita per tahun adalah hasil bagi antara total pengeluaran
selama satu tahun dengan jumlah anggota keluarga. Rata-rata jumlah anggota
keluarga responden adalah 4,25 orang. Besarnya pengeluaran perkapita terbesar
adalah Rp 2.534.500 per tahun dan pengeluaran per kapita terkecil adalah
Rp. 876.625 per tahun. Rata-rata pengeluaran per kapita adalah Rp 1.512.024
(Lampiran 7).
5.2.3 Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga
Salah satu cara untuk merefleksikan status pembangunan manusia adalah
(Human Developmen index) atau disebut juga Index Pembangunan Manusia (IPM).
IPM mencakup suatu index komposit yang mencakup tiga bidang pembangunan
manusia yang dianggap sangat mendasar yaitu usia hidup (logetivity), pengetahuan
(knowledge), dan standar hidup layak (decent living) (Pemda Sukabumi, 2009).
IPM kabupaten Sukabumi tahun 2007 mencapai angka 69,42 yang berarti
bahwa IPM Kabupaten Sukabuni termasuk dalam kategori menengah keatas.
Pembangunan serta program yang dilakukan pemerintah telah menaikan IPM dari
69,20 pada tahun 2006 menjadi 69,42 pada tahun 2007. Peningkatan IPM tersebut
berkaitan erat dengan terjadinya peningkatan beberapa indikator komponen IPM
diantaranya: rata-rata lama sekolah mencapai 6,67 tahun, angka harapan hidup
mencapai 65,94 tahun, angka melek huruf mencapai 96,96% serta daya beli mencapai
Rp.562.000 (Pemda Sukabumi, 2009).
Dengan mengetahui nilai IPM kabupaten mengambarkan tingkat
kesejahteraan masyarakat Kabupaten Sukabumi termasuk menengah keatas. Tetapi
40
masyarakat Desa Hegarmanah yang berbatasan dengan HPGW menunjukan tingkat
kesejahteraan yang kurang, hal ini terlihat dari pemenuhan kebutuhan pangan yang
seadanya dan pendidikan anggota keluarga yang rendah. Berdasarkan data potensi
desa menunjukkan sebesar 46% atau 1.111 kepala keluarga tergolong miskin menurut
Departemen Komunikasi dan Informasi (Depkominfo), hal ini terlihat dari 1.111
kepala keluarga mendapatkan kompensasi Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan
bantuan beras miskin dari pemerintah. Apabila melihat kriteria penerima BLT salah
satunya adalah penghasilan kepala keluarga kurang dari Rp 600.000 per bulan.
Kriteria garis kemiskinan menurut Sayogyo (1977), yaitu :
1. Sangat miskin, yaitu apabila pendapatan per kapita per tahun lebih rendah dari
nilai tukar 240 kg beras untuk penduduk pedesaan.
2. Miskin, yaitu apabila pendapatan per kapita per tahun setara dengan nilai tukar
240-320 kg beras untuk penduduk pedesaan.
3. Hampir cukup, yaitu apabila pendapatan per kapita per tahun setara dengan nilai
tukar 320–480 kg untuk penduduk pedesaan.
4. Cukup, yaitu apabila pendapatan per kapita per tahun lebih rendah dari nilai tukar
480 kg beras untuk penduduk pedesaan.
Berdasarkan kriteria garis kemiskinan menurut Sayogyo (1977),
menunjukkan responden pada umumnya termasuk dalam kategori miskin.
Pengukuran untuk mengetahui tingkat kesejahteraan dengan menggunakan kriteria
Sayogyo dipandang masih relevan. Hal ini karena Sayogyo menggunakan beras
sebagai parameter dengan mengkonversi kedalam nilai yang berlaku di lokasi
penelitian. Beras merupakan kebutuhan pokok dan nilainya tidak tergantung pada
nilai kurs mata uang sehingga pengukuran ini memiliki bias yang relatif kecil.
Batas minimum ditentukan berdasarkan besarnya pendapatan per kapita per
tahun setara dengan konsumsi beras. Harga beras yang berlaku di lokasi penelitian
adalah Rp 5.300 per kilogram. Harga beras dikalikan dengan jumlah beras yang
dikonsumsi masyarakat pada konsep garis kemiskinan Sayogyo memberikan
gambaran hubungan antara tingkat pendapatan dengan tingkat kemiskinan yaitu
semakin tinggi tingkat pendapatan maka semakin rendah kemiskinanya, begitu juga
41
sebaliknya dengan semakin rendah pendapatan, semakin tinggi tingkat kemiskinanya
Dari hasil penelitian terlihat bahwa rumah tangga yang tergolong sangat
miskin sebesar 17 responden (28,33%), dan 14 responden (23,33) tergolong miskin.
Hampir seperempat dari responden berdasarkan kriteria ini tergolong cukup 14
responden (23,33%) (Lampiran 8).
Tabel 18 Tingkat kesejahteraan responden
Kriteria Jumlah (KK) Persentase (%)
Sangat miskin 17 28,33
Miskin 14 23,33
Hampir miskin 15 25,00
Cukup 14 23,33
Total 60 100,00
Pengukuran tingkat kesejahteraan dengan hanya menggunakan satu sisi
sebagai pendekatan tentunya memiliki kelemahan. Oleh karena itu, sebagai
pembanding dalam penelitian ini akan dilihat struktur pendapatan dan pengeluaran
responden. Keseimbangan pendapatan dan pengeluaran diperoleh dari selisih antara
pendapatan dan pengeluaran responden selama satu tahun. Tabel 19 memberikan
gambaran meskipun selisih pendapatan dan pengeluaran responden sebesar 73,33%
keluarga surplus tetapi ada 26,67% responden yang tingkat pengeluaranya lebih
tinggi dari pada pendapatanya.
Tabel 19 Keseimbangan pendapatan dan pengeluaran responden
Keseimbangan Jumlah (KK) Persentase (%)
Surplus 44 73,33
Seimbang 0 0,00
Defisit 16 26,67
Total 60 100,00
5.3 Pola Komsumsi Kayu Bakar
42
5.3.1 Konsumsi Kayu Bakar
Masyarakat Desa Hegarmanah sebagian besar adalah petani dan buruh tani,
hasilnya dikonsumsi secara pribadi (subsisten). Konsumsi energi utama rumah tangga
adalah kayu bakar dan gas. Kayu bakar dan gas terutama digunakan untuk keperluan
memasak nasi, sayur, lauk pauk dan air. Waktu yang diperlukan untuk memasak
mulai dari menyalakan api sampai selesai dalam sekali masak sekitar satu sampai satu
setengah jam. Hal ini karena masyarakat desa hanya mengkonsumsi lauk-pauk
seadanya berupa ikan asin dan sayuran dari kebun. Pola masak yang dilakukan
masyarakat dalam sehari rata-rata sebanyak dua kali, yaitu pada pagi pukul 05.00
WIB dan sore hari pada pukul 16.00 WIB sedangkan pola makan sebanyak dua
sampai tiga kali yaitu pagi, siang dan malam hari.
Proses menyalakan kayu menjadi bara api, biasanya dibantu menggunakan
minyak tanah. Mahalnya minyak tanah menyebabkan masyarakat hanya
menggunakan daun kelapa atau pelepah bambu untuk menyalakan kayu menjadi api.
Proses menyalakan api tidak membutuhkan waktu lama sekitar tiga menit karena
kayu yang digunakan umumnya memiliki kadar air yang rendah.
Konsumsi kayu bakar tidak hanya dikonsumsi oleh rumah tangga, tetapi
industri rumah tangga (gula aren, tape, arang dan batu bata di Desa Cicantayan).
Konsumsi kayu bakar yang digunakan rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20 Konsumsi kayu bakar rumah tangga
Dusun Sumber energi keluarga Konsumsi/kapita/tahun
kayu bakar Kombinasi
(kayu bakar dan gas) Sm m
3
Cipeurue 15 3 2,65 1,01
Bojongwaru 3 2 2,87 1,09
Sindang 3 3 2,33 0,89
Citalahab 1 8 2,07 0,79
Sampay 1 4 2,85 1,08
Nanggerang 5 12 2,82 1,07
Total 28 32 15,59 5,92
Rata-rata 2,60 0,99
Keterangan : 1 Sm setara dengan 0,38 m3
Kayu bakar : hanya menggunakan kayu bakar untuk energi rumah tangga
43
Kombinasi : kombinasi antara kayu bakar dan gas dengan perbandingan 1:3
5.3.2 Bentuk Kayu Bakar
Bentuk kayu bakar yang dikonsumsi rumah tangga dan industri rumah
tangga adalah rencek berupa ranting dan cabang dengan diameter 2-8 cm, serta kayu
belahan. Kayu bakar ini diperoleh dari hutan dan kebun milik dengan cara
memanfaatkan pohon yang tumbang atau mati. Masyarakat tidak membeli kayu dari
industri penggergajian karena mahal harganya. Industri penggergajian lebih sering
menjual limbah gergajian pada industri batu bata yang berada di Desa Cicantayan dan
industri gula merah di Desa Salagombong, Kecamatan Cicantayan.
5.3.3 Waktu Pengambilan Kayu Bakar
Pengambilan kayu bakar di hutan umumnya dilakukan pada pagi hari setelah
mereka menyelesaikan pekerjaan rumah, yaitu sekitar pukul 07.00 WIB. Diperlukan
waktu dua sampai tiga jam untuk mendapatkan satu pikul kayu bakar. Volume yang
diperoleh bila pengambilan dilakukan kaum ibu sebanyak satu ikat sedangkan kaum
bapak sebanyak dua ikat. Bagi masyarakat penggarap lahan di HPGW mereka akan
mencari kayu bakar setelah aktifitas di lahan garapan selesai yaitu sekitar pukul 11.00
WIB.
Pengambilan kayu bakar akan mencapai jumlah terbesar pada musim kemarau
karena pada musim ini masyarakat tidak memiliki banyak kegiatan seperti bersawah.
Pada musim kemarau kayu yang dibawa adalah kayu kering sehingga lebih mudah
dan ringan. Masyarakat melakukan pengambilan selama satu minggu penuh apabila
mereka akan mengadakan hajatan seperti pernikahan anak atau acara lainnya.
Pengambilan kayu bakar di kebun atau di pekarangan tidak ditentukan
waktunya karena produksi kayu bakar di lantai kebun sangat jarang hanya ranting-
ranting kecil saja yang jatuh kelantai. Penebangan kayu untuk kebutuhan kayu bakar
jarang terjadi karena komposisi kebun sebagian besar adalah jenis buah-buahan yang
setiap musim menghasilkan dan dapat menambah pendapatan keluarga. Penebangan
hanya pada pohon yang mati atau yang tidak pernah berbuah setiap musim.
44
Pengambilan kayu bakar di lahan milik biasanya dilakukan oleh ibu-ibu. Walaupun
demikian pengambilan kayu bakar bisa dilakukan siapa saja dalam keluarga baik
bapak, ibu maupun anak.
5.3.4 Alat Pengambilan Kayu Bakar
Dalam pengambilan kayu bakar di hutan masyarakat biasanya berkelompok.
Satu kelompok terdiri dari tiga sampai delapan orang. Anggota dalam kelompok
adalah keluarga atau tetangga. Mereka berkelompok karena pengambilan kayu di
hutan beresiko karena adanya binatang pengganggu seperti ular, babi, dan monyet.
Hal ini membuktikan bahwa pengambilan kayu bakar tidak lagi dilakukan di lokasi
yang dekat pemukiman tetapi telah memasuki daerah di tengah hutan.
Alat yang digunakan dalam pengambilan kayu bakar adalah golok dan
gergaji. Mereka menggunakan golok untuk merapikan kayu yang didapat dan mencari
kayu yang dapat dimanfaatkan dalam hal ini kayu yang masih hidup. Gergaji
digunakan untuk memotong cabang dan batang pohon yang tumbang maupun
memangkas cabang pohon yang masih hidup. Pada pohon tumbang masyarakat
memotongnya menjadi sortimen dengan panjang satu sampai dua meter untuk dibawa
pulang kemudian membelah sortimen menjadi kayu bakar. Mereka menggunakan
bambu tali atau jenis liana (akar-akaran) yang tubuh liar di dalam hutan sebagai alat
ikat.
5.3.5 Sumber dan Jenis Kayu Bakar
Kayu bakar yang digunakan masyarakat berasal dari dua sumber yaitu HPGW
dan lahan milik. Status milik diartikan sebagai kebun milik masyarakat dan tidak
selalu milik pribadi petani tetapi milik orang lain. Masyarakat yang menggunakan
kayu bakar dari HPGW sebesar 49,15% sedangkan yang menggunakan kombinasi
antara lahan milik dan hutan 28,81%. Pengambilan kayu bakar dikebun sebesar
22,03%, dilakukan dengan memanfaatkan limbah penebangan dan menebang kayu
yang mati atau yang tidak pernah berbuah, hanya ada 1,62% yang memperoleh dari
pembelian. Faktor daya beli barang substitusi dan sedikitnya sumber kayu bakar di
45
kebun mendorong mereka untuk mengambil kayu bakar di HPGW. Bagi mereka yang
memiliki banyak uang akan melakukan pembelian dengan harga Rp 10.000/pikul satu
pikul setara dengan 0,194 Sm.
Gambar 6 Sumber kayu bakar
Tempat pengambilan jenis-jenis kayu bakar yang berasal dari HPGW hampir
dilakukan diseluruh wilayah HPGW yang meliputi 3 blok yaitu blok Cikatomas (120
ha), blok Cimenyan (125 ha) dan di blok Tanggalak (114 ha). Jika dilihat dari
aktifitas pengambilan terbesar oleh masyarakat Hegarmanah, terdapat dua blok utama
yaitu blok Cimenyan dan blok Tanggalak karena jaraknya lebih dekat dengan
pemukiman. Sementara itu untuk aktifitas pengambilan kayu bakar di blok Cikatomas
dilakukan oleh masyarakat dari Dusun Keradenan, Dusun Cijati dari Desa Cicantayan
yang jaraknya kurang lebih 1,5 km serta Dusun Genteng dari Desa Batununggal yang
berjarak kurang lebih1 km dari batas hutan.
46
Gambar 7 Peta tekanan pengambilan kayu bakar.
Berdasarkan hasil penelitian-penelitian terdahulu yang pernah di lakukan di
tempat yang sama dapat dilihat perbandingan jenis, cara dan persentase kayu
bakardari HPGW sebagai berikut :
Tabel 21 Komparasi jenis,cara dan persentase kayu bakar dari HPGW.
Tahun Jenis kayu bakar dari
hutan Cara pengambilan Persentase (%)
2002 damar,
pinus,puspa,sonokeling,
memungut ranting,
memotong bagian
pohon yang mati,
memakai galah
68,67% dari
HPGW; 16,33%
kombinasi dan 15%
dari luar HPGW
2009
puspa, damar, mahoni,
akasia, pinus, afrika,
sempur, cente dan
harendong
Memungut ranting,
menebang anakan,
memangkas ranting
dan cabang pohon
mati maupun hidup
penjarahan pohon
rebah,
49,15 % dari
HPGW; 28,81 %
kombinasi dan
22,03 dari luar
HPGW
Tahun 2002 : Penelitian Emi Roslinda
Tahun 2009 : Data primer penelitian
47
Jenis yang digunakan bedasarkan data komparasi menunjukan terjadi
peningkatan jenis dan cara mendapatkan kayu bakar. Jenis yang paling banyak
dimanfaatkan adalah jenis puspa dan damar karena sebagian besar jenis ini
keberadaanya dekat dengan pemukiman, sehingga mudah didapat. Kayu puspa juga
memiliki berat jenis yang besar 0,69 hal ini berkorelasi dengan kadar kalori yang
tinggi 4773 kcal/kg dan tidak menimbulkan asap yang banyak seperti kayu pinus
karena mengandung resin. Sementara itu untuk jenis kebun yang dimanfaatkan adalah
jenis kayu buah-buahan dan kayu pertukangan. Kayu pertukangan yang paling
banyak dimanfaatkan adalah afrika, dan sengon. Sementara itu untuk jenis buah-
buahan yang paling banyak dimanfaatkan adalah rambutan.
Tabel 22 Jenis dan sumber kayu bakar
Jenis Pohon Jumlah
(KK)
Persentase
(%) Sumber Industri
Puspa (Schima walichii) 32 53,33 H √
Mahoni (Swietenia macrophylla) 3 5,00 M √
Damar (Agathis loranthifolia) 9 15,00 H ─
Akasia (Acacia auriculiformis) 3 5,00 H ─
Pinus (Pinus merkusii) 1 1,67 H ─
Afrika (Meisopsis eminii) 19 31,67 H,M √
Sengon (Paraserianthes falcataria) 12 20,00 M √
Harendong raja (Bellucia axinanthera) 6 10,00 H ─
Sempur (Dillenia exelsa) 1 1,67 H ─
Rambutan (Nephelium lappaceum) 11 18,33 M √
Nangka (Arthocarpus integra) 4 6,67 M √
Durian (Durio zibethinus) 3 5,00 M √
Duku (Lansium domesticum) 2 3,33 M √
Jengkol (Pithecolobium jiringa) 5 8,33 M √
Bacang (Mangifera foetida) 2 3,33 M √
Jambu biji (Psidium guajava) 1 1,67 M √
Cente (Lantana camara) 4 6,67 H ─
Kopi (Coffea sp) 1 1,67 M ─
Teh (Camellia sinensis) 1 1,67 M ─ Keterangan : H (Hutan), M ( Lahan Milik)
48
5.3.6 Cara Pengambilan dan Pengangkutan Kayu Bakar
Berdasarkan cara pengambilan kayu bakar dari kebun dan hutan yang
dilakukan masyarakat secara garis besar dibedakan menjadi empat macam yaitu :
1. Memungut ranting maupun cabang yang jatuh di lantai hutan.
2. Merencek dengan cara menebang anakan yang tumbuh secara alami dan
memangkas cabang serta ranting pohon baik yang sudah kering maupun yang
masih hidup.
3. Melakukan penjarahan pada pohon yang roboh. Sebelum ada pengamanan,
dalam waktu 5 jam apabila ada pohon roboh dengan diameter sekitar 50 cm
akan habis dijadikan kayu bakar. Setelah ada pengamanan mereka memotong
dan membawanya pulang untuk dibelah dirumah secara sembunyi-sembunyi.
Pengangkutan kayu bakar dari kebun dan hutan dilakukan dengan lima cara
yaitu:
1. Dipikul yaitu dua ikat kayu bakar dipikul seimbang dengan menggunakan
kayu atau bambu yang diperoleh dengan cara menebang pancang berdiameter
sekitar 6 cm. Metode ini dilakukan bapak-bapak, terdiri dari dua cara pikulan
yaitu dengan pikulan berdiri dan dengan pikulan terbaring.
2. Digendong yaitu seikat kayu bakar di letakan di punggung dengan alat ikat
berupa selendang dilakukan ibu-ibu.
3. Memakai keranjang yaitu kayu disusun rapi dan berdiri dalam keranjang
biasanya oleh bapak-bapak setelah berjualan memasarkan hasil kebun
4. Menyunggi, yaitu meletakan seikat kayu bakar diatas kepala, dilakukan oleh
bapak-bapak.
5. Memakai sundung yaitu alat pencari rumput yang terbuat dari bambu,
masyarakat bisanya mengisinya separuh dengan rumput dan separuh lagi
dengan kayu bakar atau mengisi dengan kayu bakar dua-duanya.
49
Gambar 8 Pengangkutan kayu bakar dengan pikulan terbaring (a) dan
pengangkutan dengan cara disunggi (b)
5.3.7 Cara Penyimpanan Kayu Bakar.
Ada tiga sistem penyimpanan kayu bakar yang dilakukan masyarakat
sebelum digunakan yaitu :
1. Kayu bakar disimpan disamping kanan, kiri maupun belakang rumah dengan
membuat patok dengan panjang setengah sampai satu meter, dan tinggi dua
meter. Metode penyimpanan ini banyak dilakukan masyarakat yang memiliki
lantai rumah berupa plesteran atau bentuk rumah permanen.
2. Kayu bakar disimpan di bawah rumah panggung, masyarakat menyusunnya
dengan rapi dísela rumah panggung mereka. Penyimpanan ini lebih baik
karena jika hujan turun maka kemungkinan kayu terkena air sangat kecil,
berbeda bila kayu diletakan di samping rumah.
3. Penyimpanan kayu di dalam rumah yaitu dengan membuat para-para. Diatas
tungku dibuat para-para biasanya berbentuk persegi panjang dengan tinggi
dua meter, lebar setengah meter dan jarak satu meter dari tungku atau
disesuaikan dengan keadaan dapur. Sebelum kayu digunakan maka selalu
melewati penyimpanan ini, karena dengan metode ini masyarakat
mengeringkan kayu. Masyarakat menempatkan kayu diatas tungku untuk dua
sampai empat hari stok. Dalam penempatannya kayu belahan diletakan paling
bawah karena untuk mengeringkannya perlu panas yang cukup.
(a) (b)
50
Gambar 9 Penyimpanan kayu bakar di belakang rumah (a) dan penyimpanan
diatas tungku (b)
5.4 Dampak Kenaikan Harga BBM Terhadap Konsumsi Kayu Bakar
Dampak naiknya BBM tahun 2005-2008 menimbulkan masalah bagi
pemenuhan kayu bakar sebagai sumber energi. Masyarakat yang dulunya
menggunakan kombinasi antara minyak tanah dan kayu bakar beralih menggunakan
kayu bakar. Walaupun penambahanya tidak terlalu besar tetapi berpengaruh terhadap
volume kayu yang dikonsumsi. Berdasarkan informasi dari pihak HPGW diketahui
bahwa tekanan yang sangat terasa dimulai sejak tahun 2008 ketika harga minyak naik
dari 2000/liter menjadi 5000/liter.
(a ) (b)
51
Tabel 23 Gambaran pengambilan kayu bakar di HPGW selama kenaikan Harga
BBM
No Parameter Sebelum krisis
energi
Setelah kenaikan
BBM
Setelah adanya
Polhut
1 Jumlah orang 10-25 orang /hari
100 orang/ hari 5-10 orang/hari
2 Klasifikasi
pelaku
ibu-ibu, anak anak,
bapak-bapak
ibu-ibu, anak anak
didominasi oleh
bapak-bapak
Bapak-bapak tetapi
Didominasi oleh
ibu-ibu dan anak-
anak.
3 Volume kayu
bakar
35 ikat/ hari 100 ikat/hari 10-15 ikat/hari
4 Konsumsi kayu bakar
kayu bakar, dijual kayu bakar, dijual
5 Kualitas yang
diambil
ranting dan pohon
tumbang
Memungut ranting,
menebang anakan,
memangkas ranting
dan cabang pohon
mati maupun hidup
penjarahan pohon
rebah,
Memungut ranting,
menebang anakan,
memangkas ranting
dan cabang pohon
mati maupun hidup
penjarahan pohon
rebah,
6 Desa asal Hegarmanah,
Batununggal,
Cicantayan
Hegarmanah,
Batununggal,
Cicantayan
Hegarmanah,
Batununggal
Cicantayan
5.5 Pengamanan HPGW
Pengamanan merupakan salah satu dari bagian perlindungan hutan.
Pengamanan HPGW sebetulnya sudah ada sejak dulu tetapi anggota pengamanan
adalah para mandor yang dibantu oleh staf lainnya. Peranan pengamanan sangat
penting bagi kelestarian HPGW, karena HPGW merupakan kawasan terbuka yang
sangat mudah di akses oleh masyarakat baik dari sarana jalan maupun lokasi yang
dekat dengan pemukiman. Kondisi sosial ekonomi masyarakat desa hutan dalam hal
ini adalah Desa Hegarmanah yang miskin (berdasarkan data desa 46% termasuk
kategori miskin) sempitnya lapangan pekerjaan dan pemenuhan kebutuhan ekonomi
mendorong masyarakat melakukan pemanfaatan untuk tujuan ekonomi yang
melangar aturan.
Berbagai macam kasus pelanggaran yang terjadi di wilayah HPGW telah
52
banyak terjadi seperti pencurian kayu, perburuan satwa dan tindakan asusila,
Penanganan kasus yang terjadi dalam hal ini adalah tindakan pengurus HPGW
kurang maksimal, karena tidak ada staf khusus yang menanganinya. Pengamanan
HPGW mulai diberlakukan sejak bulan Juli 2008 dimana direktur HPGW membentuk
Polisi Hutan (Polhut) terdiri dari empat personil yang bertanggung jawab
mengamankan kawasan HPGW. Pengamanan dimaksudkan untuk mengamankan
seluruh aset HPGW seperti sarana prasarana, tegakan, keutuhan kawasan dan
tindakan lainya yang mengganggu keamanan HPGW.
Adanya pengamanan menjadikan kondisi HPGW lebih aman dan tidak ada
lagi pencurian yang mengakibatkan kerugian yang besar. Areal HPGW dengan luas
359 ha dirasakan kurang maksimal untuk bisa mengamankannya, tetapi dengan
adanya kerjasama baik dengan pihak desa maupun pihak kepolisian menjadikan
pengamanan lebih mudah.
Pengaruh pengamanan terhadap aktifitas pemanfaatan kayu bakar yang
dilakukan masyarakat sekitar berdasarkan penelitian masih dilakukan tetapi sekarang
yang mengambil adalah ibu-ibu dan anak-anak. Pengambilan kayu bakar yang
merugikan masih terus berlangsung tetapi jumlah kerusakan semakin terkendali.
Gambar 10 Pemotongan kayu yang telah roboh (a), pemangkasan cabang dan
ranting pohon berdiri (b)
5.6 Perdagangan Kayu Bakar
(a) (b)
53
Penjualan dan sumber kayu bakar yang diperdagangkan di masyarakat,
terdapat dua sumber yaitu berasal dari HPGW dan lahan milik (Gambar 12)
Pola 1 (Sumber HPGW)
Pola 2
Pola 1,2,3 (Sumber Lahan Milik)
Gambar 11 Pola perdagangan kayu bakar
Berdasarkan penelitian ada empat orang yang memperjualbelikan kayu bakar
dari hutan. Satu orang menjual untuk ditukar dengan kebutuhan pokok sedangkan tiga
orang menjual untuk mendapatkan uang sebagai penghasilan tambahan. Rata–rata
mereka menjual kayu bakar dengan harga Rp. 20.000/pikul atau Rp. 10.000/ikat
(harga diluar desa). Satu pikul setara dengan dua ikat kayu bakar atau setara dengan
0,194 Sm. Harga kayu bakar ditentukan berdasarkan tawar-menawar antara penjual
dan pembeli. Di Desa Hegarmanah jual beli kayu bakar jarang terjadi. Untuk
membeli kayu bakar pembeli harus memesan terlebih dahulu.
Keadaan ekonomi desa seperti kemiskinan, minimnya lapangan pekerjaan dan
sempitnya kepemilikan lahan mendorong masyarakat memanfaatkan kayu bakar
sebagai penghasilan tambahan. Pada pola yang pertama masyarakat mencari kayu
bakar dari HPGW kemudian menjualnya ke tetangga ditukar dengan beras. Satu ikat
HPGW Rumah tangga Barter beras
uang
Kebun
Pengumpul
Sawmill
Rumah
Tangga Limbah penebangan
Limbah Industri
Penebangan
54
kayu dihargai dengan satu liter beras atau setara Rp. 4.000 – Rp 5.000. Mereka
menjual kepada masyarakat yang tidak memiliki kemampuan mencari kayu bakar di
lahan milik atau di hutan karena faktor pekerjaan maupun faktor usia.
Permintaan kayu bakar tidak datang dari Desa Hegarmanah saja, Desa
Batununggal juga memiliki permintaan terhadap kayu bakar. Terdapat tiga penjual
kayu bakar yang menjual ke Desa Batununggal. Mereka dapat menjual kayu tiga kali
dalam seminggu. Desa Batununggal merupakan pasar potensial kerena desa ini belum
mendapatkan konversi gas. Minyak tanah sebagai barang substitusi mahal dan sulit
mendapatkannya. Kondisi ini telah memaksa masyarakat menggunakan kayu bakar
untuk keperluan memasak. Mereka biasanya menawarkan kerumah warga. Apabila
ada keperluan hajatan masyarakat Batununggal akan meminta penjual untuk
menyediakan kayu bakar.
Pola yang kedua masyarakat yang memiliki pohon di kebun menjualnya
kepada pengumpul. Limbah hasil pemanenan di jual kepada masyarakat atau indistri
.Hasil penjualan kayu digunakan untuk sekolah anak, biaya berobat, atau hanya
sebatas membeli kebutuhan pokok. Harga pohon berdiri ditentukan berdasarkan
bentuk batang dan kubikasi menurut penaksiran penggumpul. Harga kayu
pertukangan dan kayu bakar bisa dilihat di bawah ini.
Tabel 24 Jenis dan harga jual kayu pertukangan dan kayu bakar
Jenis Kayu Harga 1 m3 Kayu Pertukangan Harga Kayu Bakar (1 Sm)
Puspa 500.000 40.000
Mahoni 500.000 40.000
Nangka 400.000 40.000
Sengon 400.000 40.000
Duku 400.000 40.000
Berdasarkan informasi dari pengumpul yang telah melakukan pekerjaan ini
selama 12 tahun, sebelum harga BBM naik apabila menebang kayu, limbah
penebangan jarang untuk dibawa pulang (ranting dan cabang). Tetapi sekarang semua
yang bisa dijadikan kayu bakar dibawa pulang atau dijual. Sulitnya mendapatkan
minyak tanah dan mahalnya gas menjadikan kayu bakar memiliki nilai ekonomi.
55
5.7 Nilai Manfaat Kayu Bakar
Nilai manfaat kayu bakar dihitung melalui pendekatan nilai pasar dan nilai
waktu yang dikorbankan untuk mendapatkan kayu tersebut dengan mengkonversi
lamanya waktu dengan upah buruh dilokasi penelitian. Upah buruh dilokasi
penelitian sebesar Rp. 3000/jam.
Tabel 25 Nilai manfaat kayu bakar
Total konsumsi kapita/tahun Nilai (Rp) Total/tahun
Harga pasar Upah buruh
663 34.175.257 51.262.887
Harga pasar : 0.097 Sm seharga Rp. 5.000
Harga Upah Buruh : 0.097 Sm seharga dengan Rp. 7.500, lamanya waktu pengambilan 2,5 jam
Berdasarkan Tabel 24, terlihat bahwa kayu bakar memiliki nilai yang cukup
besar bagi masyarakat sekitar, nilai total konsumsi kapita/tahun kayu bakar dengan
pendekatan harga pasar sebesar Rp. 34.175.257/tahun. Sementara itu apabila kayu
bakar dihitung berdasarkan waktu yang diperlukan untuk mengambil kayu sebesar
Rp. 51.262.887/tahun nilai ini lebih tinggi dari pendekatan harga pasar. Akan tetapi,
pengambilan kayu bakar masih terus dilakukan karena merupakan kebutuhan pokok.
Sesunggguhnya waktu yang dicurahkan oleh masyarakat lebih rendah karena
pengambilan kayu bakar merupakan pekerjaan sambilan. Pengambilan kayu bakar
pun kebanyakan hanya untuk konsumsi sendiri.
5.8 Potensi Lahan Milik
5.8.1 Potensi Tegakan
Potensi lahan milik adalah isi atau volume kayu yang ada pada saat dirisalah
atau biasa disebut volume standing stok. Volume ini didasarkan pada volume kayu
dimana yang diukur hanyalah yang memiliki diameter 10 cm keatas. Pemilihan
diameter didasarkan karena pada diameter 10 cm sudah dapat dipanen untuk kayu
pertukangan dan menghasilkan limbah berupa kayu bakar.
56
Tabel 26 Volume aktual standing stok kebun
Dusun
Luas
rata-rata
kebun
N
Pohon/Ha
Volume
/Ha
Volume
rata-
rata/Dusun
Konsumsi
/Rumah
tangga/tahun
(m3)
Cipeureu 0,082 181 37,43 3,07 93,93
Bojongwaru 0,141 225 57,34 8,08 23,98
Sindang 0,099 133 28,12 2,78 21,36
Citalahab 0,087 178 35,65 3,10 27,65
Sampay 0,197 225 43,12 8,49 19,44
Nanggerang 0,312 150 27,70 8,64 67,41
Total 0,916 1149 229,35 34,18 253,77
Rata-rata 0,153 191,50 38,22 5,70 42,30
Dari Tabel 25 terlihat bahwa jumlah pohon per hektar di lahan milik paling
tinggi di Dusun Sampay dan Bojongwaru yaitu 225 pohon/ha, sedangkan jumlah
pohon terkecil di Dusun Sindang yaitu 133 pohon/ha. Perbedaan jumlah pohon dan
potensi yang ada karena adanya perbedaan komposisi tanaman. Potensi kebun milik
rata-rata per dusun sebesar 38,22 m3/ha (Lampiran 14).
Hasil kayu bakar yang dimaksud disini adalah hasil kayu bakar yang
diturunkan dari volume kayu pertukangan yang akan diperoleh bila pohon ditebang
dalam hal ini adalah limbah penebang. Berdasarkan (Gulbrandsen 1977 dalam
Hamzah 1979) angka kayu bakar yang digunakan adalah 50% artinya apabila suatu
pohon ditebang maka akan diperoleh kayu pertukangan dan kayu bakar masing-
masing sebesar 50% dari volume yang ada.
Potensi kayu bakar total yang ada di lahan milik responden sebesar 34,18
m3/ha atau 89,94 Sm/ha ternyata tidak mencukupi kebutuhan kayu bakar total
responden sebesar 253,77 m3/tahun atau 663 Sm/tahun. Masyarakat masih
kekurangan kayu bakar sebesar 219,59 m3 atau 573,06 Sm. Hasil limbah penebangan
yang ada di lahan milik ternyata digunakan untuk pembuatan arang atau dijual ke
industri. Hal ini menunjukan sangat sedikit sekali kayu yang ada di kebun yang
dimanfaatkan sebagi sumber energi rumah tangga. Kondisi ini menyebabkan
masyarakat menggantungkan kebutuhan kayu bakar di HPGW.
Berdasarkan penelitian ternyata potensi kayu bakar yang ada di lahan milik
57
yang mereka ambil dan dimanfaatkan sehari hari adalah kayu hasil pruning atau
bekas rambahan hijauan pakan ternak yang mereka ambil dengan memotong ranting
yang ada. Masyarakat sangat jarang sekali menggunakan kayu bakar dari limbah
penebangan. Mereka ternyata lebih sering menggunakan kayu bakar dari jenis puspa,
agathis, pinus yang diperoleh dari hutan. Mereka menggunakan limbah pertanian
hanya untuk menyalakan diawal saja.
5.8.2 Potensi Hasil Jatuhan
Hasil jatuhan yang terdapat pada lahan milik sangat sedikit dengan membuat
plot dengan luas 0,02 ha diperoleh hasil jatuhan di lantai kebun dengan rata-rata
sebesar 0,0136 Sm/ha. Rencek ini adalah ranting kecil yang tidak diambil untuk kayu
bakar sehingga potensi lantai kebun dapat dikatakan tidak ada. Hal ini karena rata-
rata umur pohon yang ada di kebun kurang dari 10 tahun dengan diameter rata-rata
10-30 cm, sehingga produksi rencek sangat jarang. Hasil rencek di lantai hutan
berdasarkan petak yang dibuat 0,25 ha dapat dilihat pada tebel dibawah ini.
Tabel 27 Potensi kayu bakar pada beberapa jenis pohon di HPGW
Jenis Kayu
Bakar
Diameter
(m)
Panjang
(m)
N
pohon Sm Keterangan
Puspa Cabang 0,25 0,99
69 0,05 diambil KB
Ranting 0,29 0,70 0,05 tidak diambil
Agathis Cabang 0,23 0,78
54 0,03 diambil KB
Ranting 0,14 0,54 0,01 tidak diambil
Pinus Cabang 0,18 0,78
56 0,02 diambil KB
Ranting 0,16 0,58 0,01 tidak diambil
KB ; Kayu bakar
58
Gambar 11 Potensi kayu bakar di HPGW jenis puspa (a),
kayu bakar jenis agathis (b)
Cabang digunakan sebagai kayu bakar sedangkan ranting tidak digunakan
kayu bakar karena sulit dibawa dan cepat habis kalau digunakan. Jadi potensi rata-
rata sebenarnya yang bisa dimanfaatkan adalah 0,132 Sm/ha dan potensi ranting
0,089 Sm/ha. Jenis puspa mendominasi karena sebagian besar jenis ini dekat dengan
pemukiman sehingga pemakaian jenis ini lebih banyak. Jenis pinus jarang digunakan
karena jauh dari pemukiman dan memiliki kualitas api yang menimbulkan asap serta
jarang produksinya
5.8. Beberapa Masalah yang Dihadapi Dalam Pemanfaatan Kayu Bakar.
5.8.1 Faktor Internal
a. Pertumbuhan penduduk
Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat berarti pemenuhan
kebutuhan akan energi juga meningkat. Berdasarkan data monografi Desa
Hegarmanah pertambahan penduduk dari tahun 2001 (7101 jiwa) sampai
tahun 2008 (8413 jiwa) adalah sebesar 1.321 jiwa dengan jumlah penambahan
rata-rata tiap tahun sebesar 164 jiwa. Hal ini berkaitan dengan kondisi sosial
yang ada dimasyarakat bahwa rata-rata jumlah anggota keluarga responden
adalah 4,25 orang. Pertumbuhan penduduk yang cepat jika dibiarkan terus-
(a) (b)
59
menerus akan menimbulkan permasalahan yang cukup serius terhadap
wilayah HPGW khususnya pemenuhan kebutuhan energi. Sehingga upaya
yang dilakukan adalah perlunya peningkatan produksi kayu bakar.
b. Produksi kayu bakar di lahan milik
Sempitnya kepemilikan lahan mengakibatkan produksi kayu bakar
tidak mencukupi kebutuhan per tahun. Produksi kayu bakar akan relatif tetap
bahkan akan semakin menurun akibat adanya alih fungsi lahan menjadi
pemukiman maupun lahan pertanian yang terjadi di masyarakat. Masyarakat
lebih memilih menanam komoditi tanaman buah-buahan dan pertanian dari
pada menanam jenis kayu yang di perdagangkan. Menurut mereka jenis
pertanian dan buah-buahan lebih menghasilkan dari pada kayu perdagangan.
c. Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan
Kondisi sosial ekonomi masyarakat erat hubunganya dengan lapangan
pekerjaan dan pendapatan. Kondisi topografi desa yang berbukit, minimnya
lapangan kerja di bidang pertanian dan perkebunan. Masyarakat hanya bekerja
jika musim sawah tiba dan akan menunggu musim sawah yang akan datang.
Masuknya teknologi berupa alat pengolah sawah (traktor) menjadi semakin
sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Hal ini menimbulkan angka
pengangguran yang tinggi. Rendahnya pendapatan masyarakat sekitar hutan
dan sempitnya lapangan kerja mendorong mereka berinteraksi dengan hutan
untuk mencukupi kebutuhanya. Interaksi ini akan menimbulkan efek yang
negatif apabila interaksinya berupa tujuan ekonomi seperti melakukan
pembalakan liar, perburuan satwa (burung) dan menjual kayu bakar untuk
memperoleh tambahan penghasilan.
5.8.2 Faktor Eksternal
a. Belum adanya peraturan tertulis tentang pemanfaatan hasil hutan di HPGW.
Sampai saat ini belum ada peraturan tertulis yang mengatur hasil hutan apa
saja yang boleh dimanfaatkan masyarakat.
60
b. Kegagalan penanaman.
Kegagalan penanaman disini terjadi karena adanya pencabutan anakan yang
ditanam dilahan agroforestry (HPGW) dan adanya pemangkasan untuk pakan
ternak. Penanaman di lahan agroforestry (HPGW) dianggap akan menggangu
tanaman pertanian yang berakibat pada pencabutan tanaman muda. Kegagalan
penanaman juga dapat terjadi karena hama dan penyakit. Adanya hal ini akan
memberikan efek terhadap produksi kayu bakar yang ada.
c. Pengamanan yang ada belum menyeluruh.
Luas HPGW 359 Ha sedangkan petugas pengamanan empat orang, artinya
setiap orang akan mengamankan 89,75 ha. Hal ini dirasakan kurang dapat
mengawasi dengan insentif. HPGW merupakan kawasan terbuka sehingga
akses masyarakat sangat mudah karena HPGW berbatasan langsung dengan
pemukiman warga.
Masyarakat desa lebih menyukai kayu bakar sebagai sumber energi rumah
tangga dibandingkan minyak tanah dan gas. Hal ini karena minyak tanah dan gas
adalah barang ekonomi, harga dan keberadaanya sulit ditemui di desa. Memasak
menggunakan kayu bakar dirasa lebih cepat dari minyak tanah serta gas. Bagi
masyarakat kayu bakar dapat diperoleh dimana saja baik di pekarangan, kebun
maupun hutan.
Pemanfaatan kayu bakar di desa sangat tinggi berdasarkan informasi
perangkat desa bahwa 90% masyarakat masih memanfaatkan kayu bakar, walaupun
substitusi kayu bakar telah dilakukan seperti minyak tanah dan gas. Berbeda dengan
masyarakat kota subsitusi baik minyak tanah dan gas bergerak lambat di pedesaan.
Hanya ada 53,33% responden yang mengkombinasikan gas dengan kayu bakar
dengan perbandingan lebih besar penggunaan kayu bakar daripada gas. Adanya gas
yang merupakan satu wujud kompensasi konversi minyak tanah ternyata tidak
menyebabkan masyarakat beralih menggunakanya hanya 53,33% yang menggunakan
yang lain disimpan dan ada yang menjualnya kepada pengumpul dengan harga Rp.
100.000 - Rp130.000/buah. Hal ini terjadi karena tradisi yang kuat, tingkat
61
pendidikan, pendapatan masyarakat yang rendah, dan rasa takut yang timbul karena
mendengar berita tentang kecelakaan pemakaian gas. Mereka lebih memilih
menggunakan kayu bakar dengan alasan sudah terbiasa, aman, murah, dan mudah
didapat.
Jenis tungku yang digunakan masyarakat desa merupakan tungku yang terbuat
dari batu yang dilekatkan tanah liat dan abu. Berdasarkan hasil penelitian (P3HH dan
Sosek Kehutanan, 1999) dengan menggunakan model ini, efisiensinya masih rendah
yaitu 5-10%. Pemborosan kayu bakar akan bertambah jika dalam penggunaanya
kayu tidak dalam keadaan kering. Hal ini karena panas yang dihasilkan akan
digunakan untuk menurunkan kadar air. Sehingga untuk mencapai tingkat panas yang
sama diperlukan volume kayu yang lebih banyak.
Pengetahuan dan persepsi masyarakat terhadap barang substitusi dapat di
mimimalisir dengan penyuluhan, penyadaran bahwa pemakaian barang substitusi
aman dan lebih mudah. Minimnya pendidikan, pendapatan, daya beli dan faktor
selera menjadikan daya adapsi teknologi memerlukan waktu dan penyesuaian.
Sementara itu faktor yang paling menentukan adalah adanya HPGW sebagai
penyedia kayu bakar bagi mereka. Berdasarkan keadaan itu Desa Hegarmanah tidak
dapat dilepaskan dari pemakaian kayu bakar sebagai sumber energi rumah tangga.
Solusi untuk menghadapi permasalahan diatas yang perlu dilakukan adalah
meningkatkan produksi kayu bakar seiring meningkatnya pemakaian kayu bakar
dengan membangun kebun energi.
Upaya peningkatan produksi kayu bakar dapat dilakukan dengan penanaman
tepi sungai, tepi jalan dan sekitar rumah. Hakikatnya semua pohon dapat dijadikan
kayu bakar. Dalam pemilihan jenis yang memang diperuntukan untuk energi yaitu
jenis yang memiliki kalori yang tinggi dan cepat tumbuh. Memiliki kemampuan cepat
bertunas setelah ditebang (trubusan), hal ini terkait dengan biaya penanaman dan
besar kecilnya produksi kayu bakar. Selain itu dalam pemilihan jenis yang
dipertimbangkan adalah daya tahan terhadap kekeringan, tahan hidup pada lahan
yang kurang subur dan tidak menghasilkan banyak asap (Nasendi, 1985).
Jenis pohon yang dipilih berdasarkan kriteria di atas adalah kaliandra
62
(Calliandra callothyrsus). Jenis ini sangat mudah tumbuh pada tanah yang kurang
subur dan dapat bertahan hidup pada musim kemarau 3-6 bulan tanpa menggugurkan
daun. Permudaan dan riapnya dapat tumbuh dengan cepat. Kaliandra memiliki nilai
kalor yang tinggi yaitu 4.617 kkal/kg dengan berat jenis 0,645. Peran kaliandra akan
sangat tepat untuk memenuhi kebutuhan kayu bakar masyarakat apabila sistem
pemungutanya secara teratur serta berkala sesuai dengan riap.
5.9 Hubungan Variabel –Variabel yang Berpengaruh Terhadap Konsumsi
Kayu Bakar.
Dalam hal ini akan di analisis berdasarkan beberapa variabel yang diduga
berpengaruh terhadap konsumsi kayu bakar rumah tangga. Variabel yang digunakan
adalah jumlah anggota keluarga, pendapatan keluarga, luas lahan milik, harga batang
substititusi dan jarak dari hutan. Penjelasanya sebagai berikut :
a. Peubah jumlah anggota keluarga (X1), semakin banyak jumlah anggota
keluarga maka semakin banyak kayu bakar yang digunakan. Hal ini terkait
dengan volume bahan makanan dan jumlah makanan yang harus disediakan.
b. Pendapatan keluarga per bulan (X2), semakain besar pendapatan keluarga
maka masyarakat akan memiliki daya beli yang tinggi terhadap barang
substitusi. Maka semakin besar pendapatan konsumsi kayu bakar akan
semakin berkurang.
c. Potensi lahan milik (X3), semakain besar potensi lahan milik maka konsumsi
kayu bakar akan lebih banyak karena ketersedian kayu bakar di lahan milik.
d. Harga barang substitusi (X4), semakin murah harga barang substitusi maka
konsumsi kayu bakar akan semakin menurun begitu pula sebaliknya.
e. Jarak dari hutan (X5), semakin dekat dengan hutan diduga konsumsi kayu
bakar akan semaikin meningkat karena hutan sebagai sumber kayu bakar.
Dari hasil analisis regresi dengan menggunakan MINITAB 14 untuk Desa
Hegarmanah diketahui tingkat konsumsi kayu bakar (Y) dipengaruhi oleh jumlah
anggota keluarga (X1), pendapatan keluarga (X2), potensi lahan milik (X3), harga
63
barang substitusi (X4) dan jarak dari hutan (X5) dengan model regresi linier
berganda sebagai berikut :
Y = 1.01 + 0.0466 X1 - 0.000000 X2 - 0.00280 X3 - 0.000054 X4 + 0.000126 X5
Tabel 28. Hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi kayu
bakar.
No Parameter Notasi Koefisien parameter Nilai T Nilai P
1 intersep α 1.00926 10.52 0.000
2 Jumlah anggota Keluarga XI 0.04658 2.88 0.006
3 Pendapatan X2 -0.00000017 -1.56 0.126
4 Potensi lahan milik X3 -0.002800 -0.71 0.481
5 Harga barang substitusi X4 -0.00005430 -11.32 0.000
6 Jarak dari hutan X5 0.00012646 1.56 0.124
R2 = 78,6%
R2 ajust = 76,6 %
Selang kepercayaan (a) = 95%
F-Hit = 39,65
P untuk uji F = 0,00 (α= 0.05) nyata
Model tersebut memiliki nilai P (0,00), R-Sq = 78,6%, R-Sq (adj) = 76,6 %
dan nilai S = 0,155904. Dari hasil analisis regresi secara parsial menunjukan bahwa
variabel yang berpengaruh nyata adalah variabel jumlah anggota keluarga (X1), harga
batang substitusi (X4). Akan tetapi semua faktor X akan berpengaruh nyata bila di uji
secara bersamaan (Lampiran 12).
Dari fungsi dugaan tersebut di peroleh koefisien determinasi (R-Sq) sebesar
78,6% angka tersebut menunjukan bahwa 78,6% informasi dari variable tak bebas
(konsumsi kayu bakar per bulan) telah dapat diterangkan oleh variable-variabel bebas
yang digunakan dalam model. Sisa informasi yaitu 21,4% dapat diterangkan oleh
64
variabel lain yang tidak dimasukan dalam model. Secara rinci hasil analisis statistik
faktor-faktor yang mempengaruhi volume konsumsi kayu bakar dapat dilihat pada
Lampiran 11.
Hasil estimasi dalam model regresi terdapat nilai konstanta sebesar 1,00926.
Nilai konstanta positif menggambarkan tingkat nilai rata-rata konsumsi kayu bakar
per bulan pada rumah tangga cenderung naik ketika kelima variabel penjelas tetap.
Variabel jumlah anggota keluarga secara statistik berpengaruh positif terhadap
konsumsi kayu bakar rumah tangga perbulan sebesar 0,04658 berarti sesuai dengan
hipotesis awal. Artinya setiap penambahan jumlah anggota keluarga satu orang akan
mangakibatkan kenailkan konsumsi kayu bakar sebesar 0,04658 Sm per bulan. Jarak
dari hutan semakin jauh dari hutan tingkat konsumsinya semakin meningkat. Hal ini
karena berdasarkan responden yang ada masyarakat yang jauh dari hutan memiliki
lahan milik dan potensi yang besar.
Koefisien regresi pendapatan (X2), potensi lahan milik (X3) dan harga barang
substitusi (X4) justru mempunyai pengaruh yang negatif terhadap konsumsi kayu
bakar rumah tangga per bulan. Semakin tinggi pendapatan maka konsumsi kayu
bakar akan semakin berkurang, hal ini karena masyarakat yang memiliki pendapatan
lebih akan menyisihkan pendapatannya untuk membeli barang substitusi. Koefisien
regresi pendapatan sebesar -0.00000017 tetapi nilai ini pada tingkat kepercayaan 95%
tidak menunjukan angka yang nyata. Potensi lahan milik juga menunjukan angka
negatif artinya semakin banyak potensi di lahan milik maka konsumsi kayu bakar
akan berkurang. Hal ini dapat dianalisis bahwa masyarakat yang memiliki potensi
lahan milik luas, lahan itu sebagai penghasilan keluarga. Semakin banyak potensi
maka pendapatan dari lahanpun meningkat dan bisa disisihkan untuk membeli barang
substitusi. Harga barang substitusi semakin tinggi maka tingkat konsusmsi kayu
bakar semakin meningkat hal ini dapat dijelaskan bahwa masyarakat dalam
menggunakan gas hanya sebagai pelengkap.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Konsumsi kayu bakar di Desa Hegarmanah sebesar 2,60 Sm/kapita/tahun
setara dengan 0,99 m3
/kapita/tahun. Sumber kayu bakar yang digunakan
masyarakat adalah 49,15% dari HPGW, 28,81% kombinasi antara HPGW dan
lahan milik, 22,03 % hanya dari lahan milik dan ada satu responden yang
memperoleh dari pembelian.
2. Jenis yang digunakan dari HPGW adalah jenis jenis puspa (Schima walichii,
Damar (Agathis loranthifolia), Akasia (Acacia auriculiformis), Pinus (Pinus
merkusii), Harendong raja (Bellucia axinanthera), Afrika (Meisopsis eminii),
Sempur (Dillenia exelsa) dan cente (Lantana camara). Jenis yang paling
banyak digunakan adalah puspa. Jenis yang di dapat dari lahan milik adalah
jenis Sengon (Paraserianthes falcataria), Afrika (Meisopsis eminii), Mahoni
(Swietenia macrophylla), Duku (Lansium domesticum), Durian (Durio
zibethinus), Rambutan (Nephelium lappaceum), Nangka (Arthocarpus
integra), Jengkol (Pithecolobium jiringa), Bacang (Mangifera foetida), Jambu
biji (Psidium guajava), Kopi (Coffea sp) dan Teh (Camellia sinensis). Jenis
yang paling banyak digunakan adalah sengon.
3. Potensi kayu bakar di lahan milik sebesar 34,18 m3/ha
atau setara dengan
89,94 Sm/ha ternyata tidak mencukupi kebutuhan konsumsi kayu bakar per
tahun sebesar 253,77 m3/tahun atau 663 Sm/tahun. Hal ini menyebabkan
masyarakat menggantungkan kebutuhan kayu bakar pada HPGW.
4. Cara pengambilan kayu bakar di hutan dilakukan dengan memungut dilantai
hutan, merencek dan penjarahan pohon rebah. Pengambilan dilahan milik
dilakukan dengan penebangan pohon yang mati atau yang tidak berbuah.
5. Model analisisi regresi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi
kayu bakar adalah Y = 1.01 + 0.0466 X1 - 0.000000 X2 - 0.00280 X3 -
0.000054 X4 + 0.000126 X5 dengan variable X1 (jumlah anggota keluarga)
66
dan X4 (harga barang substitusi) berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan
95%. Variabel X1 dan X4 secara terpisah dapat digunakan untuk menduga
konsumsi kayu bakar di desa ini. Model ini secara bersama-sama dapat
digunakan untuk menduga konsumsi kayu bakar.
Saran
1. Ketersedian kayu bakar untuk konsumsi keluarga perlu mendapatkan perhatian
dari HPGW karena dengan tingkat konsumsi yang tinggi dan berkurangnya
sumber dapat mengakibatkan kerusakan di hutan. Sebagai solusi perlu adanya
bantuan bibit pohon fast growing species, Multi Purpose Tree Species (MPTS),
dan memiliki nilai kalori tinggi yang dapat berfungsi sebagai buffer dalam
memenuhi kebutuhan kayu bakar.
2. Penghematan konsumsi kayu bakar perlu dilakukan dengan penggunaan
tungku hemat energi.
3. Perlu adanya suatu program dari HPGW maupun dari pihak pemerintah yang
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat agar daya beli masyarakat
terhadap gas sebagai barang substitusi kayu bakar dapat berjalan untuk
mengurangi tekanan pemanfaatan kayu bakar terhadap HPG
DAFTAR PUSTAKA
Arini, D R 2003. Studi Perbandingan Beberapa Metode Penduga Potensi Tegakan
Dengan Studi Kasus Pendugaan Potensi Tegakan Hutan Pendidikan Gunung
Walat Sukabumi. [Skripsi]. Bogor. Fakaultas Kehutanan, Institut Pertanian
Bogor.
[BPS]. 2003. Statistik Kesejahteraan Rakyat. Jakarta: Biro Pusat Statistik.
[BPS]. 2009. Rasio Ketergantungan. http//demografi.bps.go.id. [ 20 Mei 2009].
Coto, Z. 1979. Teknik Efisiensi Penggunaan Energi Kayu Bakar. Prosiding Seminar
Peningkatan Penyediaan dan Pemanfaatan Kayu Sebagai Sumber Energi.
Bogor 9 September. Bogor : Fakultas Kehutanan IPB. Hlm 89-90.
Dwiprabowo et al. 1980. Pola Konsumsi Kayu Bakar dan Energi Lain Oleh Rumah
Tangga dan Industri di Daerah Istimewa Aceh. Laporan No 155, BPHH.
Hlm 25-32
Haeruman, H. 1979. Kriteria Wilayah Supply dan Wilayah Demand Energi Pedesaan.
Prosiding Seminar Peningkatan Penyediaan dan Pemanfaatan Kayu Sebagai
Sumber Energi. Bogor, 9 September. Bogor : Fakultas Kehutanan IPB. Hlm
48-50.
Hamzah, Z. 1979. Situasi Kayu Bakar di Jawa Tempo Dulu, Sekarang dan Yang
Akan Datang. Prosiding Seminar Peningkatan Penyediaan dan Pemanfaatan
Kayu Sebagai Sumber Energi. Bogor, 9 September. Bogor : Fakultas
Kehutanan IPB. Hlm 39-47.
Hutomo, T. 2002. Sistem Pengelolaan dan Kontribusi Kebun Campuran Terhadap
Pendapatan Rumah Tangga di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan,
Kabupaten Sukabumi. [Skripsi]. Bogor. Fakaultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor.
Irawan, B. 1990. Telaah Konsumsi Kayu Bakar. Duta Rimba 123-124/XVI/1990.
Kartasubrata, J. 1986. Partisipasi Rakyat dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan Hutan
di Jawa (Studi Kehutanan Sosial di Derah Kawasan Hutan Produksi, Hutan
Lindung dan Hutan Konservasi). [Disertasi]. Bogor: Fakultas Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor .
68
Mangandar. 2000. Keterkaitan Sosial Masyarakat di Sekitar Hutan dengan Kebakaran
Hutan (Studi Kasus di Propinsi Daerah Tingkat I Riau). [Tesis]. Bogor.
Fakultas Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Mashar, M.CH. 1979. Pembinaan Kebun Kayu Bakar untuk Memenuhi Kebutuhan
Energi. Prosiding Seminar Peningkatan Penyediaan dan Pemanfaatan Kayu
Sebagai Sumber Energi. Bogor, 9 September. Bogor : Fakultas Kehutanan
IPB. Hlm 67-70.
Nasendi. B D. 1985. Sumberdaya Hutan dan Perananya dalam Konservasi Energi di
Indonesia. Prosiding Seminar PERSAKI. Madiun, 2 Maret. Jakarta :
PERSAKI. Hlm 254-261.
P3HH dan Sosek Kehutanan. 1999. Tekanan Konsumsi Kayu Bakar di Beberapa
Desa Padat Penduduk Pada Lingkungan Hidup dan Kemungkinan
Meringankannya. Bogor: P3HH dan Sosek Kehutanan.
Pemda Sukabumi. 2009. Amusrenbang tingkat kabupaten sukabumi tahun 2009.
http://www.kabupatensukabumi.go.id. [20 Mei 2009].
Perum Perhutani. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Sumberdaya Hutan
Bersama Masyarakat (PHBM). Surabaya. Perum Perhutani Unit II Jawa
Timur.
Roslinda, E. 2002. Nilai Ekonomi Hutan Pendidikan Gunung Walat dan
Kontribusinya Terhadap Masyarakat Sekitar. [Tesis]. Bogor. Fakultas Pasca
Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Rostiwati et al. 2006. Review Hasil Litbang Kayu Energi dan Turunannya. Bogor.
Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bogor
Sayogyo. 1977. Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan dalam 22 Tahun
Studi Pembangunan, Pengurangan Kemiskinan, Pembangunan Agribisnis
dan Revitalisasi Pertanian. Editor. Yoyoh Indaryanti. Pusat Studi Pertanian
dan Pedesaan Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Soemarwoto et al. 1979. Sistem ”Agroforestry” Taradisional Sebagai Sumber Kayu
Bakar. Prosiding Seminar Peningkatan Penyediaan dan Pemanfaatan Kayu
Sebagai Sumber Energi. Bogor, 9 September. Bogor : Fakultas Kehutanan
IPB. Hlm 27-33.
Soekmadi, R, 1986. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Pencari Kayu Bakar di
Taman Nasional Baluran. [Skripsi]. Bogor. Fakaultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor.
69
Sumardjani, L. 2007. Potensi Eknomi Luar Biasa yang Terlupakan. http//
www.fahutan-unlam.ac.id. [20 Mei 2009].
LAMPIRAN
71
Lampiran 1. Karakteristrik Responden No
Resp Umur Pendidikan
JH
(m) Dusun Pekerjaan Utama Pekerjaan Sampingan JAK JT Sumber energi
1 48 Tidak tamat SD 300 Cipeureu Dagang Buruh Tani 8 6 KB
2 42 Tidak tamat SD 80 Cipeureu Penyadap Buruh Tani 5 3 KB
3 40 Tidak tamat SD 80 Cipeureu Buruh Bangunan - 8 6 KB + gas
4 52 Tidak tamat SD 100 Cipeureu Penyadap Bertani 5 2 KB
5 28 SD 70 Cipeureu Buruh Bangunan - 4 2 KB
6 32 SD 75 Cipeureu Buruh Bangunan - 5 3 KB
7 53 Tidak tamat SD 120 Cipeureu Buruh Tani Bikin Arang 4 2 KB
8 45 Tidak tamat SD 100 Cipeureu Buruh Perkebunan - 4 2 KB
9 37 SD 70 Cipeureu Buruh Bangunan - 5 3 KB + gas
10 30 SD 200 Cipeureu Karyawan swasta - 4 2 KB
11 34 SD 400 Cipeureu Buruh Bangunan - 5 3 KB + gas
12 39 Tidak tamat SD 420 Cipeureu Buruh Tani Buruh Tebangan 6 4 KB
13 40 Tidak tamat SD 70 Cipeureu Buruh Tani Dagang 5 3 KB
14 50 Tidak tamat SD 80 Cipeureu Buruh Tani - 6 4 KB
15 30 SD 300 Cipeureu Buruh Tani Pengrajin Bilik 5 3 KB
16 55 Tidak tamat SD 100 Cipeureu Buruh Pasar Bertani 4 2 KB
17 47 Tidak tamat SD 200 Cipeureu Buruh Bangunan - 7 5 KB
18 65 Tidak tamat SD 70 Cipeureu Bertani Dagang 3 1 KB
19 40 Tidak tamat SD 300 Sindang Bertani Buruh Tani 5 3 KB
20 29 SD 200 Sindang Buruh Tani - 3 1 KB + gas
21 26 SD 50 Sindang Buruh Tani - 3 1 KB + gas
22 55 Tidak tamat SD 150 Sindang Bertani Dagang 3 1 KB
23 37 Tidak tamat SD 50 Sindang Buruh Bangunan - 4 2 KB
24 47 SD 200 Sindang Karyawan Swasta - 6 4 KB + gas
25 48 Tidak tamat SD 350 Bojongwaru Buruh Penggergaji - 6 4 KB
26 55 Tidak tamat SD 150 Bojongwaru Buruh Tani - 3 1 KB
27 37 SD 400 Bojongwaru Dagang Penjahit 3 1 KB + gas
28 50 Tidak tamat SD 350 Bojongwaru Bertani Dagang 4 2 KB + gas
29 53 Tidak tamat SD 500 Bojongwaru Dagang Buruh Tani 6 3 KB
30 55 Tidak tamat SD 150 Citalahab Bertani - 3 1 KB + gas
31 45 Tidak tamat SD 120 Citalahab Tukang Bangunan - 4 2 KB + gas
72
No
Resp Umur Pendidikan
JH
(m) Dusun Pekerjaan Utama Pekerjaan Sampingan JAK JT Sumber energi
32 40 Tidak tamat SD 100 Citalahab Bertani Dagang 6 4 KB + gas
33 50 Tidak tamat SD 150 Citalahab Bertani Dagang 4 2 KB + gas
34 50 Tidak tamat SD 300 Citalahab Dagang Buruh Tani 3 1 KB + gas
35 32 SD 200 Citalahab Buruh Tani - 4 2 KB + gas
36 48 Tidak tamat SD 100 Citalahab Bertani Buruh Tani 3 1 KB + gas
37 40 Tidak tamat SD 150 Citalahab Buruh Perkebunan - 5 3 KB + gas
38 45 Tidak tamat SD 30 Citalahab Bertani Buruh Tani 3 1 KB
39 70 Tidak tamat SD 10 Sampay Dagang - 2 1 KB
40 48 Tidak tamat SD 240 Sampay Buruh Tani - 5 3 KB + gas
41 54 Tidak tamat SD 40 Sampay Buruh Penebang - 5 2 KB + gas
42 55 Tidak tamat SD 35 Sampay Tukang Kayu - 4 2 KB + gas
43 75 Tidak tamat SD 250 Sampay Bertani - 2 1 KB + gas
44 54 SD 700 Nangerang Buruh Tani Pengrajin Bilik 5 3 KB
45 51 SD 200 Nangerang Bertani Dagang 3 1 KB + gas
46 49 Tidak tamat SD 350 Nangerang Buruh Tani Pengrajin Bilik 5 3 KB + gas
47 31 SD 80 Nangerang Buruh gergaji Pengrajin Bilik 3 1 KB + gas
48 41 Tidak tamat SD 350 Nangerang Buruh Tani Pengrajin Bilik 5 3 KB + gas
49 50 Tidak tamat SD 200 Nangerang Bertani Dagang 4 2 KB + gas
50 38 SD 600 Nangerang Ojek Pengrajin Bilik 4 2 KB + gas
51 42 Tidak tamat SD 620 Nangerang Pengrajin Bilik Buruh Tani 3 1 KB
52 48 Tidak tamat SD 850 Nangerang Pengrajin Bilik Buruh Tani 4 2 KB + gas
53 45 Tidak tamat SD 800 Nangerang Pengrajin Bilik - 3 1 KB + gas
54 55 Tidak tamat SD 600 Nangerang Pengrajin Bilik - 3 1 KB
55 29 SD 700 Nangerang Pengrajin Bilik Buruh Tani 3 1 KB
56 30 SD 800 Nangerang Ojek - 4 2 KB + gas
57 43 Tidak tamat SD 800 Nangerang Bertani - 3 1 KB + gas
58 50 Tidak tamat SD 1000 Nangerang Dagang Bertani 4 2 KB + gas
59 75 Tidak tamat SD 820 Nangerang Penyadap Bertani 2 0 KB
60 40 Tidak tamat SD 700 Nangerang Pengrajin Bilik - 5 3 KB + gas
Jumlah 255 134
Rata-rata 4,25 2,23
73
Lampira 2. Stuktur dan Pola Penggunaan Lahan Responden No
Resp
Jenis Lahan (Ha) Total
(Ha)
Kepemilikan Ternak Status Kepemilikan
Rumah Sawah Pekarangan Kebun Empang Kambing Kelinci Unggas Kambing Kelinci Ayam
1 0,0032 0,000 0,035 0,000 0,000 0,0384 0 0 5 - - Milik
2 0,0028 0,010 0,027 0,000 0,010 0,0500 2 0 6 Kemitraan - Milik
3 0,0032 0,000 0,017 0,000 0,000 0,0200 1 0 1 Kemitraan - Milik
4 0,0040 0,010 0,016 0,120 0,000 0,1500 6 0 5 Milik - Milik
5 0,0040 0,000 0,016 0,000 0,000 0,0200 0 0 0 - - -
6 0,0032 0,000 0,000 0,000 0,000 0,0000 0 0 0 - - -
7 0,0048 0,020 0,035 0,000 0,000 0,0600 7 2 5 Milik Milik Milik
8 0,0040 0,000 0,016 0,000 0,000 0,0200 2 0 1 Milik 1 ekor - Milik
9 0,0040 0,000 0,016 0,000 0,000 0,0200 0 0 0 - - -
10 0,0040 0,000 0,016 0,060 0,000 0,0800 0 0 0 - - -
11 0,0040 0,000 0,036 0,000 0,000 0,0400 0 0 0 - - -
12 0,0040 0,000 0,046 0,000 0,000 0,0500 8 0 2 Milik 3 ekor - Milik
13 0,0032 0,000 0,017 0,060 0,000 0,0800 0 0 7 - - Milik
14 0,0032 0,000 0,037 0,040 0,000 0,0801 0 0 0 - - -
15 0,0030 0,000 0,000 0,000 0,000 0,0000 0 0 0 - - -
16 0,0032 0,060 0,017 0,280 0,000 0,3600 0 0 6 - - Milik
17 0,0032 0,000 0,000 0,000 0,000 0,0000 0 0 0 - - -
18 0,0040 0,040 0,016 0,320 0,000 0,3800 1 0 3 Milik - Milik
19 0,0032 0,020 0,017 0,100 0,000 0,1400 6 0 3 Milik - Milik
20 0,0072 0,000 0,000 0,000 0,000 0,0000 0 0 0 - - -
21 0,0032 0,000 0,000 0,000 0,000 0,0000 0 0 0 - - -
22 0,0032 0,050 0,027 0,100 0,010 0,1900 4 0 6 Milik - Milik
23 0,0032 0,000 0,017 0,000 0,000 0,0200 0 0 0 - - -
24 0,0032 0,000 0,010 0,040 0,000 0,0500 0 0 0 - - -
25 0,0040 0,000 0,036 0,000 0,000 0,0400 0 0 4 - - Milik
26 0,0036 0,000 0,057 0,000 0,000 0,0604 4 0 0 Kemitraan - -
27 0,0066 0,040 0,020 0,240 0,000 0,3066 0 0 0 - - -
28 0,0032 0,040 0,037 0,080 0,000 0,1600 2 0 4 Milik - Milik
29 0,0045 0,040 0,036 0,200 0,000 0,2800 0 0 2 - - Milik
30 0,0040 0,040 0,016 0,080 0,000 0,1400 4 0 5 Milik - Milik
31 0,0060 0,000 0,020 0,060 0,000 0,0860 6 0 - Milik - -
74
No
Resp
Jenis Lahan (Ha) Total
(Ha)
Kepemilikan Ternak Status Kepemilikan
Rumah Sawah Pekarangan Kebun Empang Kambing Kelinci Unggas Kambing Kelinci Ayam
32 0,0048 0,050 0,015 0,050 0,000 0,1200 4 0 6 Milik - Milik
33 0,0072 0,030 0,013 0,200 0,000 0,2500 0 0 4 - - Milik
34 0,0060 0,000 0,000 0,100 0,000 0,1060 0 0 0 - - -
35 0,0040 0,000 0,036 0,000 0,000 0,0400 3 0 2 Milik - Milik
36 0,0032 0,020 0,017 0,120 0,000 0,1600 0 0 0 - - -
37 0,0032 0,000 0,017 0,050 0,000 0,0700 3 0 2 Milik - Milik
38 0,0040 0,030 0,026 0,040 0,000 0,1000 4 0 0 Kemitraan - -
39 0,0040 0,000 0,016 0,100 0,000 0,1200 0 3 2 - Milik Milik
40 0,0032 0,000 0,017 0,160 0,000 0,1800 0 0 0 - - -
41 0,0050 0,000 0,015 0,380 0,000 0,4000 0 0 3 - - Milik
42 0,0050 0,000 0,010 0,065 0,000 0,0800 0 0 5 - - Milik
43 0,0048 0,080 0,020 0,200 0,000 0,3048 4 0 5 Milik - Milik
44 0,0042 0,000 0,036 0,000 0,000 0,0400 0 0 6 - - Milik
45 0,0072 0,060 0,033 1,000 0,000 1,1000 0 0 6 - - Milik
46 0,0032 0,000 0,017 0,240 0,000 0,2600 2 0 0 Milik - Milik
47 0,0035 0,000 0,017 0,250 0,000 0,2700 0 0 0 - - -
48 0,0032 0,000 0,037 0,250 0,000 0,2900 0 0 0 - - -
49 0,0032 0,050 0,037 0,240 0,000 0,3300 4 0 0 - - -
50 0,0048 0,000 0,000 0,120 0,000 0,1248 3 0 0 Milik - -
51 0,0032 0,000 0,037 0,120 0,000 0,1600 0 0 0 - - -
52 0,0050 0,020 0,016 0,080 0,000 0,1205 0 0 0 - - -
53 0,0050 0,000 0,035 0,120 0,000 0,1600 0 0 0 - - -
54 0,0032 0,000 0,037 0,250 0,000 0,2900 0 0 0 - - -
55 0,0032 0,000 0,000 0,000 0,000 0,0000 0 0 0 - - -
56 0,0054 0,000 0,000 0,250 0,000 0,2554 0 0 0 - - -
57 0,0032 0,020 0,000 0,250 0,000 0,2732 0 0 4 - - Milik
58 0,0032 0,040 0,017 0,250 0,000 0,3100 2 0 5 Milik - Milik
59 0,0032 0,000 0,027 1,000 0,010 1,0400 0 0 0 - - -
60 0,0096 0,020 0,030 0,200 0,000 0,2600 8 0 6 Kemitraan - Milik
Jumlah 0,2480 0,790 1,220 7.835 0,030 10,100 90 5 121
Rata-ra 0,0041 0,034 0,025 0,196 0,010 0,187 1,50 0,08 2,02
75
Lampiran 3. Pendapatan Usaha Tani Responden
NO Pendapatn Usaha Tani/Tahun Pendapatan
Kotor
Biaya
Produksi
Pendapatan
Bersih Sawah Pekarangan Empang Ternak Agroforestri
1 0 85000 0 100000 154992 339992 0 339992
2 600000 30000 99996 720000 112500 1562496 500000 1062496
3 0 62500 0 320000 114996 497496 0 497496
4 600000 40000 0 3700000 1323992 5663992 300000 5363992
5 0 57500 0 0 0 57500 0 57500
6 0 0 0 0 0 0 0 0
7 600000 171500 0 4360000 259992 5391492 300000 5091492
8 0 89500 0 920000 94992 1104492 0 1104492
9 0 0 0 0 210000 210000 0 210000
10 0 77500 0 0 349000 426500 0 426500
11 0 431250 0 0 0 431250 0 431250
12 0 124000 0 3140000 79992 3343992 0 3343992
13 0 129000 0 160000 264000 553000 0 553000
14 0 160000 0 0 647992 807992 0 807992
15 0 0 0 0 0 0 0 0
16 3000000 82500 0 120000 966196 4168696 1800000 2368696
17 0 0 0 0 0 0 0 0
18 1800000 124000 0 660000 1639496 4223496 750000 3473496
19 900000 97500 0 3660000 573000 5230500 300000 4930500
20 0 0 0 0 0 0 0 0
21 0 0 0 0 0 0 0 0
22 2500000 141750 180000 2460000 517496 5799246 2000000 3799246
23 0 62500 0 0 0 62500 0 62500
24 0 66500 0 0 265000 331500 0 331500
25 0 100000 0 80000 0 180000 0 180000
26 0 150000 0 1200000 0 1350000 0 1350000
27 1800000 292500 0 0 1509000 3601500 800000 2801500
28 1500000 179500 0 1280000 812496 3771996 900000 2871996
29 1800000 174500 0 40000 2069500 4084000 800000 3284000
30 1800000 163500 0 2500000 578996 5042496 800000 4242496
31 0 140250 0 3600000 560000 4300250 0 4300250
76
NO Pendapatn Usaha Tani/Tahun Pendapatan
Kotor
Biaya
Produksi
Pendapatan
Bersih Sawah Pekarangan Empang Ternak Agroforestri
32 2400000 83500 0 2520000 321996 5325496 900000 4425496
33 1200000 154000 0 80000 1080250 2514250 600000 1914250
34 0 0 0 0 803500 803500 0 803500
35 0 164000 0 1840000 0 2004000 0 2004000
36 1200000 73000 0 0 2628496 3901496 750000 3151496
37 0 144000 0 40000 553500 737500 0 737500
38 1600000 111400 0 2400000 960000 5071400 600000 4471400
39 0 101250 0 130000 324000 555250 0 555250
40 0 134000 0 0 1650000 1784000 0 1784000
41 0 130000 0 60000 1419000 1609000 0 1609000
42 0 85000 0 100000 802492 987492 0 987492
43 4600000 210000 0 2500000 2340000 9650000 1800000 7850000
44 720000 301250 0 120000 0 1141250 0 1141250
45 3000000 100000 0 120000 3494496 6714496 1500000 5214496
46 0 40000 0 1200000 1866500 3106500 0 3106500
47 0 30000 0 0 1745496 1775496 0 1775496
48 0 62500 0 0 2476000 2538500 0 2538500
49 2400000 190000 0 2400000 2001000 6991000 1200000 5791000
50 0 0 0 1800000 1359000 3159000 0 3159000
51 0 90250 0 0 1570500 1660750 0 1660750
52 2400000 75500 0 0 1108000 3583500 1200000 2383500
53 0 70500 0 0 1183500 1254000 0 1254000
54 0 110000 0 0 600000 710000 0 710000
55 0 0 0 0 0 0 0 0
56 0 0 0 0 1570500 1570500 0 1570500
57 1400000 0 0 80000 1540500 3020500 700000 2320500
58 2400000 100000 0 1300000 1585000 5385000 900000 4485000
59 0 89000 99996 0 1279992 1468988 200000 1268988
60 1600000 300000 0 2520000 1381500 5801500 600000 5201500
Total 41820000 6181900 379992 48230000 50748846 147360738 20200000 127160738
rata-rat 1818261 126161 126664 1378000 1079763 2728903 878261 2354828
Lampiran 3. Pendapatan Usaha Tani Responden
(Lanjutan)
77
Lampiran 4. Pendapatan Non Usaha Tani Responden
NO Pendapatan/Tahun
Total Pendapatan/Tahun Buruh Dagang Ojek Perajin Bilik Arang Dari Anak Penjahit
1 1800000 3600000 0 1056000 0 0 0 6456000
2 3600000 0 0 0 0 0 0 3600000
3 7200000 0 0 0 0 0 0 7200000
4 3792000 0 0 0 0 2400000 0 6192000
5 6000000 0 0 0 0 0 0 6000000
6 6000000 0 0 0 0 0 0 6000000
7 1800000 0 0 0 1080000 0 0 2880000
8 4680000 0 0 0 0 0 0 4680000
9 6000000 0 0 0 0 0 0 6000000
10 9000000 0 0 0 0 0 0 9000000
11 6000000 0 0 0 0 0 0 6000000
12 4560000 0 0 0 0 600000 0 5160000
13 2160000 3600000 0 0 0 0 0 5760000
14 5424000 0 0 0 0 0 0 5424000
15 2160000 0 0 3168000 0 0 0 5328000
16 2160000 0 0 0 0 1200000 0 3360000
17 6000000 0 0 0 0 0 0 6000000
18 0 3600000 0 0 0 0 0 3600000
19 2160000 0 0 0 0 0 0 2160000
20 9000000 0 0 0 0 0 0 9000000
21 3240000 0 0 0 0 0 0 3240000
22 0 4200000 0 0 0 0 0 4200000
23 6000000 0 0 0 0 0 0 6000000
24 10800000 0 0 0 0 0 0 10800000
25 4800000 0 0 0 0 0 0 4800000
26 2160000 0 0 0 0 0 0 2160000
27 0 4800000 0 0 0 0 1200000 6000000
28 0 6000000 0 0 0 0 0 6000000
29 2160000 3600000 0 0 0 0 0 5760000
30 2160000 0 0 0 0 0 0 2160000
31 12480000 0 0 0 0 0 0 12480000
78
NO Pendapatan/Tahun
Total Pendapatan/Tahun Buruh Dagang Ojek Perajin Bilik Arang Dari Anak Penjahit
32 0 4800000 0 0 0 0 0 4800000
33 0 8400000 0 0 0 0 0 8400000
34 2160000 3000000 0 0 0 0 0 5160000
35 9000000 0 0 0 0 0 0 9000000
36 2160000 0 0 0 0 0 0 2160000
37 6240000 0 0 0 0 0 0 6240000
38 3240000 0 0 0 0 0 0 3240000
39 0 4800000 0 0 0 0 0 4800000
40 3240000 0 0 0 0 0 0 3240000
41 4800000 0 0 0 0 3000000 0 7800000
42 9600000 0 0 0 0 0 0 9600000
43 0 0 0 0 0 1200000 0 1200000
44 2160000 0 0 2112000 0 0 0 4272000
45 0 6000000 0 0 0 0 0 6000000
46 2160000 0 0 2112000 0 0 0 4272000
47 6000000 0 0 1056000 0 0 0 7056000
48 2160000 0 0 2112000 0 0 0 4272000
49 0 3000000 0 0 0 0 0 3000000
50 0 0 2160000 2112000 0 0 0 4272000
51 1800000 0 0 2112000 0 0 0 3912000
52 2160000 0 0 2112000 0 1999992 0 6271992
53 0 0 0 2112000 0 0 0 2112000
54 0 0 0 2112000 0 0 0 2112000
55 1080000 0 0 2112000 0 0 0 3192000
56 6840000 0 3000000 0 0 0 0 9840000
57 0 0 0 0 0 1999992 0 1999992
58 0 4800000 0 0 0 0 0 4800000
59 5304000 0 0 0 0 0 0 5304000
60 0 0 0 2112000 0 0 0 2112000
Jumlah 203400000 64200000 5160000 26400000 1080000 12399984 1200000 313839984
rata-rata 4622727 4585714 2580000 2558769 1080000 1771426 1200000 5230666,4
79
Lampiran 5 Pendapatan Perkapita Responden NO
Resp
PENDAPATAN USAHA
TANI NON USAHA TANI TOTAL PENDAPATAN JAK PENDAPATAN PER KAPITA PER TAHUN
1 339992 6456000 6795992 8 849499
2 1062496 3600000 4662496 5 932499
3 497496 7200000 7697496 8 962187
4 5363992 6192000 11555992 5 2311198
5 57500 6000000 6057500 4 1514375
6 0 6000000 6000000 5 1200000
7 5091492 2880000 7971492 4 1992873
8 1104492 4680000 5784492 4 1446123
9 210000 6000000 6210000 5 1242000
10 426500 9000000 9426500 4 2356625
11 431250 6000000 6431250 5 1286250
12 3343992 5160000 8503992 6 1417332
13 553000 5760000 6313000 5 1262600
14 807992 5424000 6231992 6 1038665
15 0 5328000 5328000 5 1065600
16 2368696 3360000 5728696 4 1432174
17 0 6000000 6000000 7 857143
18 3473496 3600000 7073496 3 2357832
19 4930500 2160000 7090500 5 1418100
20 0 9000000 9000000 3 3000000
21 0 3240000 3240000 3 1080000
22 3799246 4200000 7999246 3 2666415
23 62500 6000000 6062500 4 1515625
24 331500 10800000 11131500 6 1855250
25 180000 4800000 4980000 6 830000
26 1350000 2160000 3510000 3 1170000
27 2801500 6000000 8801500 3 2933833
28 2871996 6000000 8871996 4 2217999
29 3284000 5760000 9044000 6 1507333
30 4242496 2160000 6402496 3 2134165
31 4300250 12480000 16780250 4 4195063
80
NO
Resp
PENDAPATAN USAHA
TANI NON USAHA TANI TOTAL PENDAPATAN JAK PENDAPATAN PER KAPITA PER TAHUN
32 4425496 4800000 9225496 6 1537583
33 1914250 8400000 10314250 4 2578563
34 803500 5160000 5963500 3 1987833
35 2004000 9000000 11004000 4 2751000
36 3151496 2160000 5311496 3 1770499
37 737500 6240000 6977500 5 1395500
38 4471400 3240000 7711400 3 2570467
39 555250 4800000 5355250 2 2677625
40 1784000 3240000 5024000 5 1004800
41 1609000 7800000 9409000 5 1881800
42 987492 9600000 10587492 4 2646873
43 7850000 1200000 9050000 2 4525000
44 1141250 4272000 5413250 5 1082650
45 5214496 6000000 11214496 3 3738165
46 3106500 4272000 7378500 5 1475700
47 1775496 7056000 8831496 3 2943832
48 2538500 4272000 6810500 5 1362100
49 5791000 3000000 8791000 4 2197750
50 3159000 4272000 7431000 4 1857750
51 1660750 3912000 5572750 3 1857583
52 2383500 6271992 8655492 4 2163873
53 1254000 2112000 3366000 3 1122000
54 710000 2112000 2822000 3 940667
55 0 3192000 3192000 3 1064000
56 1570500 9840000 11410500 4 2852625
57 2320500 1999992 4320492 3 1440164
58 4485000 4800000 9285000 4 2321250
59 1268988 5304000 6572988 2 3286494
60 5201500 2112000 7313500 5 1462700
127160738 313839984 441000722 255 112545605
2354828 5230666 7350012 4.25 1875760
81
Lampiran 6. Pengeluran Rumah Tangga Responden No
Resp
Pengeluaran/Tahun Total Pengeluaran
Pangan Pakaian Pendidikan Kesehatan Trasportasi Penerangan Pajak Rp/tahun
1 7992000 400000 200000 60000 0 120000 8000 8780000
2 7164000 500000 200000 36000 0 180000 15000 8095000
3 6030000 500000 300000 60000 0 120000 3000 7013000
4 5670000 200000 200000 60000 0 204000 25000 6359000
5 4536000 300000 220000 0 0 120000 3000 5179000
6 4896000 300000 200000 36000 0 288000 0 5720000
7 6444000 200000 220000 60000 0 120000 12000 7056000
8 4536000 0 0 36000 0 180000 5000 4757000
9 6696000 300000 200000 0 0 240000 3000 7439000
10 5202000 200000 0 0 2160000 288000 7000 7857000
11 4122000 300000 250000 0 0 180000 5000 4857000
12 6084000 200000 200000 0 0 192000 15000 6691000
13 6696000 200000 280000 0 1200000 240000 30000 8646000
14 4536000 200000 180000 0 0 288000 10000 5214000
15 4122000 300000 0 0 0 288000 0 4710000
16 4896000 200000 120000 0 600000 180000 50000 6046000
17 5670000 400000 200000 0 0 288000 0 6558000
18 4230000 0 80000 0 0 120000 75000 4505000
19 5256000 0 0 0 0 120000 15000 5391000
20 3348000 200000 0 0 2160000 120000 0 5828000
21 4122000 300000 0 0 0 180000 0 4602000
22 4896000 200000 120000 0 1248000 180000 20000 6664000
23 2988000 300000 180000 0 0 96000 3000 3567000
24 5670000 300000 220000 0 0 120000 10000 6320000
25 4896000 400000 200000 0 0 120000 10000 5626000
26 4176000 300000 0 0 0 108000 15000 4599000
27 5256000 300000 200000 60000 0 360000 65000 6241000
28 4896000 0 250000 0 0 300000 25000 5471000
29 5256000 300000 180000 0 0 168000 85000 5989000
30 3348000 0 0 0 0 108000 20000 3476000
31 4842000 400000 360000 0 1200000 240000 25000 7067000
82
No
Resp
Pengeluaran/Tahun Total Pengeluaran
Pangan Pakaian Pendidikan Kesehatan Trasportasi Penerangan Pajak Rp/tahun
32 5670000 400000 200000 0 0 144000 15000 6429000
33 5256000 300000 240000 0 1248000 168000 15000 7227000
34 3762000 300000 160000 0 0 180000 10000 4412000
35 4896000 250000 200000 0 2160000 90000 6000 7602000
36 4896000 300000 0 0 0 300000 15000 5511000
37 4842000 250000 120000 0 1248000 192000 10000 6662000
38 5256000 200000 120000 0 1248000 144000 15000 6983000
39 4122000 0 0 60000 0 120000 50000 4352000
40 5310000 200000 200000 0 0 144000 40000 5894000
41 5616000 400000 200000 0 0 180000 25000 6421000
42 6084000 300000 200000 0 0 120000 10000 6714000
43 4122000 0 0 60000 0 120000 70000 4372000
44 6084000 300000 180000 0 0 144000 8000 6716000
45 4122000 200000 0 0 0 300000 150000 4772000
46 5616000 200000 220000 0 0 120000 40000 6196000
47 4482000 200000 60000 0 0 120000 70000 4932000
48 5256000 500000 180000 0 0 240000 50000 6226000
49 4896000 400000 220000 0 0 168000 40000 5724000
50 4896000 300000 140000 0 600000 300000 15000 6251000
51 4482000 0 0 0 0 144000 20000 4646000
52 4896000 350000 220000 0 0 180000 15000 5661000
53 6030000 500000 220000 0 0 240000 25000 7015000
54 4536000 0 0 0 0 108000 50000 4694000
55 3762000 300000 0 0 0 120000 0 4182000
56 6750000 500000 1248000 60000 1200000 300000 80000 10138000
57 4896000 400000 360000 0 600000 480000 70000 6806000
58 5670000 500000 720000 0 1599996 240000 70000 8799996
59 3708000 0 0 120000 0 144000 180000 4152000
60 5310000 400000 200000 0 600000 240000 55000 6805000
Jumlah 303696000 15650000 10368000 708000 19071996 11346000 1778000 362617996
Rata-
rata 5061600 313000 235636 59000 1271466 189100 32926 6043633
83
Lampiran 7 Pengeluaran Perkapita Responden NO
Resp PENGELUARAN PANGAN NON PANGAN TOTAL PENGELUARAN JAK PENGELUARAN PER KAPITA PER TAHUN
1 6912000 788000 7700000 8 962500
2 7164000 931000 8095000 5 1619000
3 6030000 983000 7013000 8 876625
4 5670000 689000 6359000 5 1271800
5 4536000 643000 5179000 4 1294750
6 4896000 824000 5720000 5 1144000
7 6444000 612000 7056000 4 1764000
8 4536000 221000 4757000 4 1189250
9 6696000 743000 7439000 5 1487800
10 5202000 2655000 7857000 4 1964250
11 4122000 735000 4857000 5 971400
12 6084000 607000 6691000 6 1115167
13 6696000 1950000 8646000 5 1729200
14 4536000 678000 5214000 6 869000
15 4122000 588000 4710000 5 942000
16 4896000 1150000 6046000 4 1511500
17 5670000 888000 6558000 7 936857
18 4230000 275000 4505000 3 1501667
19 5256000 135000 5391000 5 1078200
20 3348000 2480000 5828000 3 1942667
21 4122000 480000 4602000 3 1534000
22 4896000 1768000 6664000 3 2221333
23 2988000 579000 3567000 4 891750
24 5670000 650000 6320000 6 1053333
25 4896000 730000 5626000 6 937667
26 4176000 423000 4599000 3 1533000
27 5256000 985000 6241000 3 2080333
28 4896000 575000 5471000 4 1367750
29 5256000 733000 5989000 6 998167
30 3348000 128000 3476000 3 1158667
31 4842000 2225000 7067000 4 1766750
84
NO
Resp PENGELUARAN PANGAN NON PANGAN TOTAL PENGELUARAN JAK PENGELUARAN PER KAPITA PER TAHUN
32 5670000 759000 6429000 6 1071500
33 5256000 1971000 7227000 4 1806750
34 3762000 650000 4412000 3 1470667
35 4896000 2706000 7602000 4 1900500
36 4896000 615000 5511000 3 1837000
37 4842000 1820000 6662000 5 1332400
38 5256000 1727000 6983000 3 2327667
39 4122000 230000 4352000 2 2176000
40 5310000 584000 5894000 5 1178800
41 5616000 805000 6421000 5 1284200
42 6084000 630000 6714000 4 1678500
43 4122000 250000 4372000 2 2186000
44 6084000 632000 6716000 5 1343200
45 4122000 650000 4772000 3 1590667
46 5616000 580000 6196000 5 1239200
47 4482000 450000 4932000 3 1644000
48 5256000 970000 6226000 5 1245200
49 4896000 828000 5724000 4 1431000
50 4896000 1355000 6251000 4 1562750
51 4482000 164000 4646000 3 1548667
52 4896000 765000 5661000 4 1415250
53 6030000 985000 7015000 3 2338333
54 4536000 158000 4694000 3 1564667
55 3762000 420000 4182000 3 1394000
56 6750000 3388000 10138000 4 2534500
57 4896000 1910000 6806000 3 2268667
58 5670000 3129996 8799996 4 2199999
59 3708000 444000 4152000 2 2076000
60 5310000 1495000 6805000 5 1361000
302616000 58921996 361537996 255 90721464
5043600 982033 6025633 4.25 1512024
85
Lampiran 8. Kriteria Kemiskinan Sayogyo
NO TOTAL
PENDAPATAN JAK
PENDAPATAN PER
KAPITA
KRITERIA
SAYOGYO
1 6795992 8 849499 1
2 4662496 5 932499 1
3 7697496 8 962187 1
4 11555992 5 2311198 3
5 6057500 4 1514375 2
6 6000000 5 1200000 1
7 7971492 4 1992873 3
8 5784492 4 1446123 2
9 6210000 5 1242000 1
10 9426500 4 2356625 3
11 6431250 5 1286250 2
12 8503992 6 1417332 2
13 6313000 5 1262600 1
14 6231992 6 1038665 1
15 5328000 5 1065600 1
16 5728696 4 1432174 2
17 6000000 7 857143 1
18 7073496 3 2357832 3
19 7090500 5 1418100 2
20 9000000 3 3000000 4
21 3240000 3 1080000 1
22 7999246 3 2666415 4
23 6062500 4 1515625 2
24 11131500 6 1855250 3
25 4980000 6 830000 1
26 3510000 3 1170000 1
27 8801500 3 2933833 4
28 8871996 4 2217999 3
29 9044000 6 1507333 2
30 6402496 3 2134165 3
31 16780250 4 4195063 4
32 9225496 6 1537583 2
33 10314250 4 2578563 4
34 5963500 3 1987833 3
35 11004000 4 2751000 4
36 5311496 3 1770499 3
37 6977500 5 1395500 2
38 7711400 3 2570467 4
39 5355250 2 2677625 4
40 5024000 5 1004800 1
41 9409000 5 1881800 3
42 10587492 4 2646873 4
43 9050000 2 4525000 4
44 5413250 5 1082650 1
45 11214496 3 3738165 4
46 7378500 5 1475700 2
47 8831496 3 2943832 4
48 6810500 5 1362100 2
86
NO TOTAL
PENDAPATAN JAK
PENDAPATAN PER
KAPITA
KRITERIA
SAYOGYO
49 8791000 4 2197750 3
50 7431000 4 1857750 3
51 5572750 3 1857583 3
52 8655492 4 2163873 3
53 3366000 3 1122000 1
54 2822000 3 940667 1
55 3192000 3 1064000 1
56 11410500 4 2852625 4
57 4320492 3 1440164 2
58 9285000 4 2321250 3
59 6572988 2 3286494 4
60 7313500 5 1462700 2
441000722 255 112545605
7350012 4.25 1875760
SANGAT MISKIN 1 < 1272000 17
MISKIN 2 1272000 - 169000 14
HAMPIR MISKIN 3 169000 - 2544000 15
CUKUP 4 > 2544000 14
Dengan Harga Beras dilokasi penelitian 5300/kg
Lampiran 8. Kriteria Kemiskinan Sayogyo ( Lanjutan)
87
Lampiran 9. Sumber, Pelaku dan Bentuk Kayu Bakar No
Resp
Sumber Kayu Bakar Pelaku Pengambilan
Bentuk Kayu Bakar Sumber
Pembelian Pengambilan Kombinasi Ranting Cabang Batang Utama
1 0 1 0 Bapak dan Ibu 1 1 0 Hutan
2 0 1 0 Bapak dan Ibu 1 1 0 Hutan
3 0 1 0 Ibu dan Anak 1 1 0 Hutan
4 0 1 0 Bapak 1 1 1 Hutan dan Kebun
5 0 1 0 Ibu 1 1 0 Hutan dan Kebun
6 0 1 0 Ibu 1 1 0 Hutan
7 0 1 0 Bapak dan Ibu 1 1 0 Hutan
8 0 1 0 Bapak 1 1 0 Hutan
9 0 1 0 Ibu 1 1 0 Hutan
10 0 1 0 Ibu 1 1 0 Hutan dan Kebun
11 0 1 0 Bapak dan Ibu 1 1 0 Hutan
12 0 1 0 Ibu 1 1 0 Hutan
13 0 1 0 Bapak 1 1 0 Hutan
14 0 1 0 Ibu 1 1 0 Kebun
15 0 1 0 Ibu 1 1 0 Hutan
16 0 1 0 Ibu 1 1 0 Hutan
17 0 1 0 Ibu 1 1 0 Hutan
18 0 1 0 Bapak 1 1 0 Hutan
19 0 1 0 Bapak 1 1 0 Hutan
20 0 1 0 Bapak 1 1 0 Hutan
21 0 1 0 Bapak 1 1 1 Kebun
22 0 1 0 Bapak 1 1 0 Hutan
23 0 1 0 Bapak dan Ibu 1 1 0 Hutan
24 0 1 0 Ibu 1 1 0 Hutan
25 0 1 0 Bapak 1 1 0 Hutan dan Kebun
26 0 1 0 Bapak 1 1 0 Hutan dan Kebun
27 0 1 0 Bapak 1 1 0 Kebun
28 0 1 0 Bapak dan anak 1 1 0 Hutan dan Kebun
29 0 1 0 Bapak 1 1 0 Kebun
30 0 1 0 Bapak dan Ibu 1 1 0 Hutan dan Kebun
31 0 1 0 Ibu 1 1 0 Hutan
88
No Resp
Sumber Kayu Bakar Pelaku Pengambilan
Bentuk Kayu Bakar Sumber
Pembelian Pengambilan Kombinasi Ranting Cabang Batang Utama
32 0 1 0 Bapak dan Ibu 1 1 0 Hutan
33 0 1 0 Ibu 1 1 0 Hutan
34 0 1 0 Ibu 1 1 0 Hutan
35 0 1 0 Bapak 1 1 0 Hutan
36 0 1 0 Bapak 1 1 1 Hutan dan Kebun
37 0 1 0 Bapak dan Ibu 1 1 1 Hutan dan Kebun
38 0 1 0 Bapak dan Ibu 1 1 0 Hutan
39 0 1 0 Bapak 1 1 0 Hutan dan Kebun
40 0 1 0 Bapak 1 1 0 Kebun
41 1 0 0 - 1 1 1 Pembelian
42 0 1 0 Bapak 1 1 0 Hutan
43 0 1 0 Bapak 1 1 1 Kebun
44 0 1 0 Bapak 1 1 1 Kebun
45 0 1 0 Bapak 1 1 1 Hutan dan Kebun
46 0 1 0 Bapak,Ibu,Anak 1 1 1 Kebun
47 0 1 0 Bapak 1 1 0 Hutan
48 0 1 0 Bapak 1 1 0 Hutan dan Kebun
49 0 1 0 Bapak 1 1 1 Hutan dan Kebun
50 0 1 0 Bapak 1 1 0 Hutan
51 0 1 0 Bapak 1 1 0 Hutan
52 0 1 0 Bapak 1 1 1 Hutan dan Kebun
53 0 1 0 Bapak, Ibu, dan Anak 1 1 1 Kebun
54 0 1 0 Bapak, Ibu dan Anak 1 1 1 Kebun
55 0 1 0 Bapak, Ibu dan Anak 1 1 1 Kebun
56 0 1 0 Bapak, Ibu dan Anak 1 1 1 Kebun
57 0 1 0 Bapak, Ibu dan Anak 1 1 1 Kebun
58 0 1 0 Bapak,Ibu, dan Anak 1 1 1 Kebun
59 0 1 0 Bapak, Ibu, dan Anak 1 1 1 Kebun
60 0 1 0 Bapak, Ibu,dan Anak 1 1 1 Kebun
89
Lampira 10. Konsumsi Kayu Bakar No
Resp
Konsumsi (Sm) JAK
Konsumsi Per Kapita Stok Kayu Bakar
(Sm) Hari/KK Bulan/KK Bulan /KK Tahun/KK
1 0,049 1,455 8 0,182 2,183 1
2 0,032 0,970 5 0,194 2,328 14
3 0,024 0,728 8 0,091 1,091 10
4 0,032 0,970 5 0,194 2,328 3
5 0,032 0,970 4 0,243 2,910 4
6 0,049 1,455 5 0,291 3,492 5
7 0,032 0,970 4 0,243 2,910 4
8 0,032 0,970 4 0,243 2,910 1
9 0,024 0,728 5 0,146 1,746 4
10 0,032 0,970 4 0,243 2,910 5
11 0,024 0,728 5 0,146 1,746 6
12 0,049 1,455 6 0,243 2,910 3
13 0,049 1,455 5 0,291 3,492 7
14 0,032 0,970 6 0,162 1,940 2
15 0,049 1,455 5 0,291 3,492 4
16 0,032 0,970 4 0,243 2,910 10
17 0,049 1,455 7 0,208 2,494 2
18 0,032 0,970 3 0,323 3,880 2
19 0,032 0,970 5 0,194 2,328 15
20 0,024 0,728 3 0,243 2,910 7
21 0,019 0,582 3 0,194 2,328 14
22 0,032 0,970 3 0,323 3,880 5
23 0,032 0,970 4 0,243 2,910 5
24 0,024 0,728 6 0,121 1,455 1
25 0,049 1,455 6 0,243 2,910 2
26 0,032 0,970 3 0,323 3,880 3
27 0,019 0,582 3 0,194 2,328 2
28 0,016 0,485 4 0,121 1,455 2
29 0,032 0,970 6 0,162 1,940 2
30 0,019 0,582 3 0,194 2,328 10
31 0,016 0,485 4 0,121 1,455 3
32 0,024 0,728 6 0,121 1,455 4
33 0,019 0,582 4 0,146 1,746 1
34 0,019 0,582 3 0,194 2,328 6
35 0,019 0,582 4 0,146 1,746 21
36 0,019 0,582 3 0,194 2,328 6
37 0,019 0,582 5 0,116 1,397 30
38 0,032 0,970 3 0,323 3,880 13
39 0,032 0,970 2 0,485 5,820 3
40 0,016 0,485 5 0,097 1,164 6
41 0,016 0,485 5 0,097 1,164 30
42 0,019 0,582 4 0,146 1,746 12
43 0,024 0,728 2 0,364 4,365 4
44 0,032 0,970 5 0,194 2,328 3
45 0,019 0,582 3 0,194 2,328 6
46 0,024 0,728 5 0,146 1,746 3
47 0,019 0,582 3 0,194 2,328 6
48 0,024 0,728 5 0,146 1,746 5
90
No
Resp
Konsumsi (Sm) JAK
Konsumsi Per Kapita Stok Kayu Bakar
(Sm) Hari/KK Bulan/KK Bulan /KK Tahun/KK
49 0,019 0,582 4 0,146 1,746 10
50 0,019 0,582 4 0,146 1,746 1
51 0,049 1,455 3 0,485 5,820 3
52 0,016 0,485 4 0,121 1,455 10
53 0,019 0,582 3 0,194 2,328 9
54 0,049 1,455 3 0,485 5,820 3
55 0,049 1,455 3 0,485 5,820 5
56 0,016 0,485 4 0,121 1,455 7
57 0,019 0,582 3 0,194 2,328 14
58 0,024 0,728 4 0,182 2,183 3
59 0,032 0,970 2 0,485 5,820 2
60 0,014 0,416 5 0,083 0,998 2
Jumlah 1,711 51,341 255 13 156 386
Rata-
rata 0,029 0,856 4,250 0,216 2,60 6,433
91
Lampiran 11. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Kayu Bakar
No
resp
Konsumsi
(Y)
Jumlah
anggota
keluarga (X1)
Pendapatan per
bulan (X2)
Potensi
lahan milik
Substitusi
(X4)
jarak
(X5)
1 1.455 8 566333 1.340 0 300
2 0.970 5 388541 1.018 0 80
3 0.728 8 641458 0.629 9000 80
4 0.970 5 962999 6.517 0 100
5 0.970 4 504792 0.599 0 70
6 1.455 5 500000 0.000 0 75
7 0.970 4 664291 1.317 0 120
8 0.970 4 482041 0.599 0 100
9 0.728 5 517500 0.599 9000 70
10 0.970 4 785542 2.712 0 200
11 0.728 5 535938 1.347 9000 400
12 1.455 6 708666 1.347 0 420
13 1.455 5 526083 0.972 0 70
14 0.970 6 519333 1.751 0 80
15 1.455 5 444000 0.000 0 300
16 0.970 4 477391 13.929 0 100
17 1.455 7 500000 0.000 0 200
18 0.970 3 589458 11.991 0 70
19 0.970 5 590875 1.310 0 300
20 0.728 3 750000 0.000 9000 200
21 0.582 3 270000 0.000 9000 50
22 0.970 3 666604 4.271 0 150
23 0.970 4 505208 0.473 0 50
24 0.728 6 927625 1.980 9000 200
25 1.455 6 415000 2.064 0 350
26 0.970 3 292500 3.257 0 150
27 0.582 3 733458 13.299 9000 400
28 0.485 4 739333 9.372 10800 350
29 0.970 6 753667 9.565 0 500
30 0.582 3 533541 2.076 9000 150
31 0.485 4 1398354 1.753 9000 120
32 0.728 6 768791 2.187 9000 100
33 0.582 4 859521 4.615 9000 150
34 0.582 3 496958 8.067 9000 300
35 0.582 4 917000 1.283 9000 200
36 0.582 3 442625 6.168 9000 100
37 0.582 5 581458 1.673 9000 150
38 0.970 3 642617 2.353 0 30
39 0.970 2 446271 4.006 0 10
40 0.485 5 418667 3.767 10800 240
41 0.485 5 784083 22.629 10800 40
42 0.582 4 882291 4.660 9000 35
43 0.728 2 754167 8.875 9000 250
44 0.970 5 451104 0.992 0 700
45 0.582 3 934541 25.815 9000 200
46 0.728 5 614875 5.331 9000 350
47 0.582 3 735958 6.573 9000 80
92
No
resp
Konsumsi
(Y)
Jumlah
anggota
keluarga (X1)
Pendapatan per
bulan (X2)
Potensi
lahan milik
Substitusi
(X4)
jarak
(X5)
48 0.728 5 567542 10.753 9000 350
49 0.582 4 732583 22.359 9000 200
50 0.582 4 619250 2.927 9000 600
51 1.455 3 464396 2.804 0 620
52 0.485 4 721291 3.581 10800 850
53 0.582 3 280500 4.249 9000 800
54 1.455 3 235167 6.364 0 600
55 1.455 3 266000 0.000 0 700
56 0.485 4 950875 8.542 10800 800
57 0.582 3 360041 6.192 9000 800
58 0.728 4 773750 5.899 9000 1000
59 0.970 2 547749 13.463 0 820
60 0.416 5 609458 3.014 10800 700
Keterangan :
Y = Konsumsi kayu bakar (Sm/Bulan)
X1 = Jumlah anggota keluarga ( Jiwa)
X2 = Pendapatan keluarga (Rp/Bulan)
X3 = Potensi lahan milik (m3/Ha)
X4 = Substititusi (Rp/Bulan)
X5 = Jarak dari hutan (m)
93
Lampiran : 12 Regresi Analisis
Regression Analysis: Y versus X1, X2, X3, X4, X5
The regression equation is
Y = 1.01 + 0.0466 X1 - 0.000000 X2 - 0.00280 X3 - 0.000054 X4 +
0.000126 X5
Predictor Coef SE Coef T P VIF
Constant 1.00926 0.09593 10.52 0.000
X1 0.04658 0.01619 2.88 0.006 1.1
X2 -0.00000017 0.00000011 -1.56 0.126 1.3
X3 -0.002800 0.003943 -0.71 0.481 1.2
X4 -0.00005430 0.00000480 -11.32 0.000 1.2
X5 0.00012646 0.00008088 1.56 0.124 1.1
S = 0.155904 R-Sq = 78.6% R-Sq(adj) = 76.6%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 5 4.81884 0.96377 39.65 0.000
Residual Error 54 1.31252 0.02431
Total 59 6.13136
Source DF Seq SS
X1 1 0.39533
X2 1 1.15425
X3 1 0.14733
X4 1 3.06250
X5 1 0.05943
Unusual Observations
Obs X1 Y Fit SE Fit Residual St Resid
31 4.00 0.4850 0.4790 0.0881 0.0060 0.05 X
51 3.00 1.4550 1.1405 0.0456 0.3145 2.11R
R denotes an observation with a large standardized residual.
X denotes an observation whose X value gives it large influence.
Residual Plots for Y Keterangan :a
Y = Konsumsi kayu bakar (Sm/Bulan) X1 = Jumlah anggota keluarga ( Jiwa) X2 = Pendapatan keluarga (Rp/Bulan) X3 = Potensi lahan milik m
3/(Ha)
X4 = Substititusi (Rp/Bulan) X5 = Jarak dari hutan (m)
94
Lampiran 13. Jenis-jenis vegetasi yang ada di HPGW ( Tahun tanam 1951-
1981)
No Jenis Tegakan Hutan Tahun
Tanam Luas (Ha) Keterangan
1 Agathis 1951 52 Tangalak
2 Puspa 1957 35 Cimenyan
3 Pinus merkusii + P. oocarpa 1969/70 100 Cikatomas
4 Eboni 1970 1,01 Tanggalak
5 Sonokeling 1972 5 Tanggalak
6 Mahoni + Jeunjing 1972 5 Cimenyan
7 Pinus caribaea 1973 19 Cikatomas
8 Pinus oocarpa 1975 15,5 Cimenyan
9 Mahoni 1974 5 Cikatomas
10 Pinus oocarpa 1975 15,5 Cimenyan
11 Bungur 1975 1 Cikatomas
12 Entelobrum 1975 0,75 Cikatomas
13 Pinus oocarpa 1975 1,5 Cikatomas
14 Suren 1975 2,5 Cikatomas
15 Acacia auriculiformis 1975 0,25 Cikatomas
16 Albizia falcataria 1975 17 Cikatomas
17 Agathis 1975 7 Cikatomas
18 Pinus oocarpa 1975 3 Cikatomas
19 Pinus oocarpa 1975 1820 phn Cikatomas
20 Pinus merkusii 1975 190 phn Cikatomas
21 Bungur 1976 0,25 Cimenyan
22 Manii 1976 0,25 Cikatomas
23 Albizia falcataria 1976 0,5 Cikatomas
24 Agathis 1976 0,25 Cikatomas
25 Suren 1976 0,25 Cikatomas
26 Acacia auriculiformis 1976 0,25 Cikatomas
27 Pinus merkusii 1977 0,25 Cikatomas
28 Kaliandra 1977 1 Cikatomas
29 Pinus merkusii 1979 1081 phn Cimenyan
30 Pinus merkusii 1979 911 Cikatomas
31 Puspa 1979 484 phn Cikatomas
32 Pinus merkusii 1980 0,25 Cikatomas
33 Pinus merkusii 1980 0,25 Cikatomas
34 Pinus merkusii 1980 0,25 Cikatomas
35 Deris 1980 0,25 Cikatomas
36 Saga 1980 0,25 Cikatomas
37 Angsana 1980 0,25 Cikatomas Proyek P4T IPB
38 Mindi 1980 0,25 Cikatomas Proyek P4T IPB
39 Durian 1980 0,26 Cikatomas Proyek P4T IPB
40 Eboni 1980 0,25 Cikatomas Proyek P4T IPB
41 Bambu (bitung, andong, aur, tali
dan ampel) 1980 0,25 Cikatomas Proyek P4T IPB
42 Cengkeh 1980 0,25 Cikatomas Proyek P4T IPB
43 Bungur 1980 0,5 Cikatomas Proyek P4T IPB
44 Kayu manis 1980 0,5 Cikatomas Proyek P4T IPB
45 Kayu putih 1980 0,25 Cikatomas Proyek P4T IPB
95
No Jenis Tegakan Hutan Tahun
Tanam Luas (Ha) Keterangan
46 Kopi 1980 0,5 Cikatomas Proyek P4T IPB
47 Puspa 1980 37 Cikatomas Reboisasi inpres 8/80
48 Sonokeling 1980 35 Cikatomas Reboisasi inpres 8/81
49 Suren 1980 1 Cikatomas Reboisasi inpres 8/82
50 Bungur 1980 1 Cikatomas Reboisasi inpres 8/83
96
Lampiran 14. Potensi Lahan Milik
Dusun Cipeureu
Resp Lua
s Jenis D (m) T tot (m) Volume (m) Total volume (m
3) volume per Ha (m
3/ha)
18 plot 1 0.32 Bacang 0.18 15 0.22 Duku 0.24 10 0.26 Rambutan 0.13 10 0.08 Nangka 0.25 15 0.46 plot 2 sengon 0.17 13 0.20 Durian 0.21 14 0.30 Manii 0.19 15 0.30 Bacang 0.24 12 0.32 2.13 53.32 4 0.12 Manii 0.22 16 0.41 sengon 0.15 10 0.13 Duku 0.26 13 0.42 0.96 47.916 10 0.06 Rambutan 0.22 12 0.27 sengon 0.15 12 0.15 Manii 0.19 15 0.30 0.71 35.688 16 plot 1 0.25 Sengon 0.13 13 0.12 Rambutan 0.16 9 0.11 melinjo 0.18 10 0.14 melinjo 0.15 10 0.11 Bacang 0.35 12 0.69 plot 2 Jambu batu 0.17 9 0.12 sengon 0.21 12 0.28 Duku 0.27 10 0.34 sengon 0.17 12 0.18 2.09 52.208 14 0.04 Duku 0.15 15 0.16 sengon 0.13 13 0.12 manii 0.16 13 0.18 0.46 22.767 13 0.06 Rambutan 0.13 12 0.10 Duku 0.13 9 0.07
Jambu batu 0.15 8 0.08
0.25 12.653
jumlah 6.602 224.555
Rata-rata 1.100 37.426
Dusun Bojongwaru Resp Luas Jenis D (m) T(m) Volume (m
3) Total volume (m
3) Volume per Ha(m
3/ha)
27 plot 1 0.24 Sengon 0.18 13 0.24
jengkol 0.24 10 0.27
manii 0.13 13 0.12
Durian 0.24 15 0.39
plot 2 Sengon 0.18 13 0.21
jengkol 0.24 10 0.27
manii 0.16 13 0.16
Durian 0.24 15 0.39
2.046 51.150
28 0.08 Petai 0.28 15 0.55
97
Rambutan 0.18 13 0.19
sengon 0.14 8 0.08
Bacang 0.32 12 0.58
Nangka 0.17 14 0.19
1.605 80.236
29 0.2 Kedondong 0.14 14 0.14
Sengon 0.11 13 0.09
Manii 0.22 13 0.34
Duku 0.15 13 0.14
Duku 0.15 10 0.11
0.812 40.617
jumlah 4.463 172.004
Rata-rata 1.488 57.335
Dusun Sindang Resp Luas Jenis D (m) T(m) Volume (m
3) Total volume (m
3) Volume per Ha(m
3/ha)
24 0.04 Sengon 0.21 15 0.30
Durian 0.25 16 0.49
0.79 39.596
22 0.1 Manii 0.22 15 0.39
sengon 0.14 12 0.14
Rambutan 0.13 11 0.09
Jambu batu 0.15 6 0.06
0.67 33.682
19 0.1 Manii 0.12 12 0.10
Sengon 0.13 13 0.13
0.22 11.219
Jumlah 1.690 84.497
Rata-rata 0.563 28.166
Dusun Citalahab Resp Luas Jenis D (m) T(m) Volume (m
3) Total volume (m
3) Volume per Ha(m
3/ha)
34 0.1 sengon 0.15 13 0.15
Petai 0.24 16 0.42
Rambutan 0.24 10 0.26
Durian 0.31 17 0.78
1.61 80.670
36 0.12 suren 0.22 15 0.35
Rambutan 0.18 9 0.14
Manggis 0.11 7 0.04
Duku 0.28 10 0.37
0.90 45.085
31 0.06 Mahoni 0.16 12 0.17
sengon 0.12 13 0.10
Duku 0.21 8 0.17
0.44 21.914
30 0.08 Jambu batu 0.17 9 0.12
sengon 0.14 12 0.14
98
Resp Luas Jenis D (m) T(m) Volume (m3) Total volume (m
3) Volume per Ha(m
3/ha)
sengon 0.17 12 0.18
0.43 21.626
32 0.05 kedondong 0.22 11 0.24
Rambutan 0.22 12 0.28
Duku 0.20 8 0.15
0.67 33.539
37 0.05 Durian 0.18 14 0.22
Duku 0.21 7 0.15
suren 0.14 13 0.13
0.50 25.042
33 0.2 Durian 0.19 14 0.24
manggis 0.18 8 0.12
Manggis 0.14 8 0.08
0.43 21.688
jumlah 4.991 249.564
Rata-rata 0.713 35.652
Dusun Sampay
Resp Luas Jenis D (m) T(m) Volume (m3) Total volume (m
3) Volume per Ha(m
3/ha)
41 plot 1 0.395 sengon 0.17 12 0.18
Durian 0.28 15 0.57
Sengon 0.18 14 0.24
plot 2 sengon 0.17 12 0.16
duku 0.28 15 0.57
Sengon 0.18 14 0.20
manii 0.32 8 0.38
2.29 57.288
43 0.22 sengon 0.13 13 0.12
manggis 0.16 10 0.12
sengon 0.14 13 0.15
kedondong 0.22 11 0.24
Rambutan 0.12 12 0.08
Duku 0.17 8 0.10
0.81 40.343
42 0.075 Durian 0.28 16 0.59
Duku 0.23 15 0.38
Rambutan 0.21 11 0.22
manggis 0.11 8 0.05
1.24 62.129
39 0.116 Sengon 0.18 14 0.24
jambu batu 0.14 12 0.11
Rambutan 0.17 10 0.13
99
Resp Luas Jenis D (m) T(m) Volume (m3) Total volume (m
3) Volume per Ha(m
3/ha)
Duku 0.21 10 0.21
0.69 34.531
46 0.117 manggis 0.15 8 0.08
manggis 0.11 8 0.05
Duku 0.18 12 0.18
sengon 0.13 13 0.12
0.43 21.304
jumlah 5.458 215.596
Rata-rata 1.092 43.119
Dusun Nanggerang Nama Luas Jenis D (m) T(m) Volume (m
2) Total volume(m
3) Volume per Ha
53 0.12 sengon 0.15 12 0.15 sengon 0.17 12 0.19 Petai 0.19 12 0.21 0.55 27.416 45 plot 1 1 sengon 0.17 13 0.20 Manii 0.16 15 0.20 Bacang 0.13 12 0.09 plot 2 Sengon 0.11 13 0.08 Manii 0.22 13 0.29 Duku 0.15 10 0.11 plot 3 manii 0.17 9 0.12 Durian 0.14 12 0.12 Sengon 0.25 10 0.31 1.50 24.995 46 0.24 Mahoni 0.13 15 0.13 Durian 0.10 15 0.07 Duku 0.21 10 0.21 0.42 20.761 47 plot 1 0.25 sengon 0.11 8 0.05 petai 0.21 16 0.32 manii 0.11 13 0.07 plot 2 Manii 0.22 13 0.29 Duku 0.15 13 0.14 Duku 0.15 10 0.11 0.99 24.664 41 plot 1 0.25 Rambutan 0.15 10 0.11 Duku 0.16 9 0.11 sengon 0.10 12 0.07 plot 2 sengon 0.12 15 0.12 Nangka 0.12 12 0.08 Manii 0.22 13 0.29 1.50 37.493 49 0.24 Duku 0.22 10 0.23 Manggis 0.13 8 0.06
Durian 0.39 16 1.18
Mahoni 0.14 15 0.15
1.62 80.778
50 0.12 Mahoni 0.11 13 0.08
Sengon 0.14 13 0.13
Durian 0.17 15 0.20
Rambutan 0.13 9 0.07
100
Nama Luas Jenis D (m) T(m) Volume (m2) Total volume(m
3) Volume per Ha
0.49 24.390
51 0.12 Nangka 0.13 12 0.09
Rambutan 0.13 12 0.09
Manggis 0.10 6 0.03
sengon 0.14 13 0.15
0.36 17.885
54 plot1 0.25 sengon 0.15 15 0.19
Durian 0.12 15 0.10
Duku 0.13 8 0.06
Manii 0.22 15 0.33
plot 2 sengon 0.14 12 0.12
Rambutan 0.13 11 0.09
0.89 22.190
57 plot 1 0.25 sengon 0.15 13 0.17
manii 0.13 14 0.12
Manii 0.22 15 0.39
plot 2 sengon 0.14 12 0.14
Rambutan 0.13 11 0.10
Jambu batu 0.15 6 0.07
0.99 24.767
56 plot 1 0.25 Mahoni 0.12 15 0.12
Durian 0.22 15 0.35
sengon 0.11 13 0.08
plot 2 Petai 0.24 18 0.47
Duku 0.27 10 0.35
1.37 34.169
59 plot 1 1 Rambutan 0.19 9 0.16
Duku 0.25 10 0.31
plot 2 sengon 0.15 15 0.17
Rambutan 0.13 11 0.09
Jambu batu 0.15 6 0.06
0.79 13.111
58 plot 1 0.25 sengon 0.16 15 0.20
Manii 0.12 13 0.10
plot 2 Sengon 0.18 15 0.22
rambutan 0.20 15 0.28
Manii 0.12 13 0.09
0.88 22.110
60 0.2 Manggis 0.12 8 0.06
sengon 0.13 14 0.14
Rambutan 0.13 9 0.07
0.26 13.081
jumlah 12.588 387.810
Rata-rata 0.899 27.701