Upload
hakiet
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG CARA PENINGKATAN
PRODUKSI ASI DI BPM RIRIN YUNIANTI Amd.Keb
SAWAHAN NGEMPLAK BOYOLALI
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh :
Sulasih
NIM B12 046
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH
TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG CARA PENINGKATAN
PRODUKSI ASI DI BPM RIRIN YUNIANTI Amd.Keb
SAWAHAN NGEMPLAK BOYOLALI
Diajukan oleh :
Sulasih
B12.046
Telah diperiksa dan disetujui
Pada tanggal :
Pembimbing
(RIADINI WAHYU UTAMI S.ST)
NIK 201189094
iii
HALAMAN PENGESAHAN
TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG CARA PENINGKATAN
PRODUKSI ASI DI BPM RIRIN YUNIANTI Amd.Keb
SAWAHAN NGEMPLAK BOYOLALI
Karya Tulis Ilmiah
Disusun oleh:
Sulasih
NIM B12046
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Ujian akhir program DIII Kebidanan
Pada tanggal :
Penguji I
Ernawati SST. M.Kes
NIK200886033
Penguji II
Riadini Wahyu Utami S. ST
NIK.201189094
Tugas akhir ini diterima sebagai salah satu persyaratan
Untuk memeperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Mengetahui,
Ka. Prodi D III Kebidanan
Retno Wulandari, SST
NIK 200985034
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
yang berjudul ”Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Cara Peningkatan Produksi
ASI di BPM Ririn Yunianti Amd.Keb Desa Sawahan Kecamatan Ngemplak
Kabupaten Boyolali”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk
memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,
Karya Tulis Ilmiah ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
A. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Kusuma Husada Surakarta
B. Ibu Retno Wulandari SST, selaku Ka Prodi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.
C. Ibu Riadini Wahyu Utami SST, selaku Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam membuat Karya Tulis Ilmiah.
D. Ririn Yunianti amd.Keb, selaku pengelola BPM Ririn Yunianti Ngemplak
Boyolali yang telah bersedia memberi ijin kepada penulis dalam pengambilan
data dan penelitian.
E. Seluruh dosen dan staff Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
F. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Imiah ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi
kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi
semua pihak.
Surakarta, Juni 2015
Penulis
v
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2015
Sulasih
B12 046
Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Cara Peningkatan Produksi
ASI di BPM Ririn Yunianti Amd.Keb
Sawahan Ngemplak Boyolali
xii+ 53 halaman + 21 lampiran + 7 tabel + 2 gambar
ABSTRAK
Latar Belakang: Pada masa modern seperti ini, sebagian ibu muda merasa enggan
menyusui anak. Hal ini menyebabkan anak mudah terserang penyakit, karena daya
tahan tubuh lemah. Beberapa faktor yang membuat sebagian ibu tidak menyusui
anaknya yaitu kurangnya pengetahuan para ibu terhadap pemberian makanan
kepada anak. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 responden di BPM Ririn
Yunianti Amd. Keb Sawahan Ngemplak didapatkan informasi 9 ibu tidak bisa
menjawab pertanyaan tentang cara peningkatan produksi ASI dan 1 ibu bisa
menjawab.
Tujuan: Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang cara peningkatan
produksi ASI di BPM RirinYuniantiAmd.Keb pada tingkat baik, cukup dan kurang
Serta faktor pendorong dan penghambat tingkat pengetahuan ibu nifas tentang cara
peningkatan produksi ASI di BPM RirinYuniantiAmd.Keb Sawahan Ngemplak
Boyolali.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif
kuantitatif. Lokasi penelitian dilaksanakan di BPM Ririn Yunianti Amd.Keb.pada
tanggal 7 April sampai 10 Mei 2015 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
ibu nifas di BPM Ririn Yunianti Amd.Keb Desa Sawahan Kecamatan Ngemplak
Kabupaten Boyolali dengan jumlah 30 ibu nifas. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Sampling Jenuh. Instrumen yang digunakan
adalah kuesioner, sedangkan untuk analisis data dilakukan dengan analisis
univariat.
Hasil penelitian: Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil tingkat
pengetahuan ibu nifas tentang cara peningkatan produksi ASI di BPM Ririn
Yunianti Amd.Keb menunjukkan 8 siswa (26,7%) berpengetahuan baik, 14 siswa
(46,7%) berpengetahuan cukup dan 8 siswa (26,7%) berpengetahuan kurang.
Kesimpulan: Tingkat Pengetahuan ibu nifas tentang cara peningkatan produksi
ASI di BPM Ririn Yunianti Amd.Keb Desa Sawahan Kecamatan Ngemplak
Kabupaten Boyolali dapat dikategorikan dalam pengetahuan cukup. Faktor
pendorong dan penghambat yaitu pendidikan, umur, pekerjaan, lingkungan dan
sosial budaya.
Kata kunci : Pengetahuan, ibu nifas, cara peningkatan produksi ASI
Kepustakaan : 15 literatur (Tahun 2005-2015 )
vi
MOTTO
1. Jangan pernah malu untuk maju karena malu menjadikan kita takkan pernah
mengetahui dan memahami segala sesuatu hal akan hidup ini.
2. Kerjakan pekerjaanmu dengan niat tulus dan penuh keikhlasan, maka akan
kamu terima hasil yang memuaskan. Jika kamu mengerjakan dengan
keterpaksaan makahasilnya pun akan berantakan.
PERSEMBAHAN
Dengan segala rendah hati, karya tulis ilmiah ini
persembahkan :
A. Allah SWT yang memberikan petunjuk kelancaran dan
kemudahan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
B. Bapak dan Ibu tercinta, terimakasih atas doa, kasih
sayang yang tak terhingga dan selalu memberikan yang
terbaik.
C. Sahabatku tercinta Titik, Yuli, Atik terima kasih atas
semangat yang kalian berikan.
D. Teman – teman seperjuangan DIII KEBIDANAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA .
E. Almamater tercinta STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA PRODI D III KEBIDANAN.
F. Bu Riadini Wahyu Utami S.ST terimakasih selama ini
telah sabar membimbing dan berbagi pengalaman.
vii
CURICULUM VITAE
Nama : Sulasih
Tempat / Tanggal Lahir : Sragen, 08 Juli 1995
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Sidorejo, Rt 14 Rw 4 Butuh Dawung Jenar Sragen
Riwayat Pendidikan
A. SD N DAWUNG 3 Lulus tahun 2006
B. SMPN 1 JENAR Lulus tahun 2009
C. SMAN 1 TANGEN Lulus tahun 2012
D. Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Angkatan 2012
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii
CURICULUM VITAE ................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... .. ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang........................................................................... 1
B. RumusanMasalah ..................................................................... 3
C. TujuanPenelitian ....................................................................... 3
D. ManfaatPenelitian ..................................................................... 4
E. KeaslianPenelitian .................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. TinjauanTeori ........................................................................... 6
B. KerangkaTeori .......................................................................... 30
C. KerangkaKonsep ...................................................................... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. JenisdanRancanganPenelitian................................................... 32
B. LokasidanWaktuPenelitian ....................................................... 32
C. Populasi, SampeldanTeknikPengambilanSampel .................... 33
D. Variabelpenelitian..................................................................... 34
E. DefinisiOperasional .................................................................. 34
F. InstrumenPenelitian .................................................................. 35
ix
G. TeknikPungumpulan Data ....................................................... 38
H. MetodePengolahandanAnalisis Data ........................................ 39
I. EtikaPenelitian .......................................................................... 42
J. JadwalPenelitian ....................................................................... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. GambaraUmumTempatPenelitian ............................................ 44
B. HasilPenelitian .......................................................................... 44
C. Pembahasan .............................................................................. 47
D. Keterbatasan ............................................................................. 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................... 51
B. Saran ......................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Komposisi antara kolostrum, ASI transisi, ASI matur ... 16
Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian ....................................................... 34
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner.......................................................................... 36
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur .......................................... 44
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan ................................. 45
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan. .................................. 45
Tabel 4.4 Hasil Pengolahan Data. .................................................................... 46
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori ......................................................................... 30
Gambar 2.2 Kerangka Konsep ..................................................................... 31
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Jadwal Penelitian
Lampiran 2 : Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3 : Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4 : Wawancara Studi Pendahuluan
Lampiran 5 : Surat Permohonan Ijin Uji Validitas Dan Reliabilitas
Lampiran 6 : Surat Keterangan Uji Validitas Dan Reliabilitas
Lampiran 7 : Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 8 : Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 9 : Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 10 :Surat Persetujuan Responden
Lampiran 11 :Kuesioner Penelitian
Lampiran 12 :Pedoman Penskoran Kuesioner
Lampiran 13 : Tabulasi Kuesioner Uji Validitas Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas
Tentang Cara Peningkatan Produksi ASI di BPM Ririn Yunianti
Amd.Keb Desa Sawahan Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali
Lampiran 14 : Hasil Uji Validitas
Lampiran 15 :Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 16 : Tabulasi Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Cara Peningkatan
Produksi ASI di BPM Ririn Yunianti Amd.Keb Desa Sawahan
Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali
Lampiran 17 : Hasil Uji Statistik Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Cara
Peningkatan Produksi ASI di BPM Ririn Yunianti Amd.Keb Desa
Sawahan Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali
Lampiran 18: Dokumentasi Penelitian
Lampiran 19 : Lembar Konsultasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ
kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu
( Saleha, 2009 ). Menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun sering
ibu - ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini
( Marmi, 2012 ).
Sebagian besar ahli kesehatan berpendapat bahwa keberhasilan
menyusui tidaklah semata - mata tergantung pada faktor ibu dan bayi.
Keberhasilan ini juga dipengaruhi oleh lingkungan, terutama dukungan dari
suami. Sesungguhnya pemberian ASI dapat mempengaruhi aspek kejiwaan
dan batiniah ibu, bayi, dan suami ( Prasetyono, 2012 ).
Pada masa modern seperti ini, sebagian ibu muda merasa enggan
menyusui anak. Sebenarnya, gejala tersebut sudah membudaya sekian lama,
terutama di kota - kota besar. Tindakan ini menyebabkan anak mudah
terserang penyakit, karena daya tahan tubuh lemah. Ada beberapa faktor yang
membuat sebagian ibu tidak menyusui anaknya yaitu gencarnya kampanye
produsen susu dan makanan pengganti ASI, kurangnya pengetahuan para ibu
terhadap pemberian makanan kepada anak, ketiadaan perhatian yang sungguh
2
sungguh dari para ahli kesehatan untuk menggalakkan kebiasaan menyusui
anak (Prasetyono, 2012).
Dalam promosi susu tersebut, ada sebuah kekeliruan konsep yakni susu
formula itu diperlukan oleh ibu yang persediaan air susunya tidak mencukupi
kebutuhan anak, sehinnga dibutuhkan susu tambahan yang diproduksi oleh
perusahaan susu. Para ibu yang aktif melakukan kegiatan komersial, seperti
bekerja dikantor atau pabrik, serta berkecimpung dalam kegiatan sosial yang
menyita waktu diluar rumah, memilih untuk menggunakan susu
formula lantaran dianggap lebih menguntungkan dan membantu mereka
( Prasetyono, 2012 ).
ASI merupakan makanan utama bagi bayi, yang sangat dibutuhkan
olehnya. Dalam ASI juga terdapat zat - zat yang disebut antibodi, yang dapat
melindungi bayi dari serangan penyakit selama ibu menyusuinya, dan
beberapa waktu sesudah itu. Bayi yang senantiasa mengkonsumsi ASI jarang
mengalami selesma dan infeksi saluran pernafasan atas pada tahun pertama
kelahiran, jika dibandingkan dengan bayi yang tidak mengkonsumsinya.
Selain itu, ASI juga bisa membantu perkembangan tulang rahang dan otot -
otot pengunyah (Prasetyono, 2012 ).
HasilstudipendahuluanyangdilakukandiBPM Ririn Yuniati Amd.Keb
Ngemplak Boyolalipada tanggal 7 November 2014,didapatkandatajumlahibu
nifaspada
bulanSeptembersampaibulanOktober2014sebanyak33ibunifas.Hasilwawancar
aterhadap10responden didapatkan informasi 9 ibu tidak bisa menjawab
3
pertanyaan tentang cara peningkatan produksi ASI dan1ibusudahbisa
menjawab pernyataan tentang cara peningkatanproduksiASI.
Dari latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan
sebuah penelitian yang bersangkutan dengan produksi ASI sebagai barier
pada bayi yang berfungsi sebagai antibody dengan judul “Tingkat
Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Cara Peningkatan Produksi Asi Di BPM
Ririn Yunianti Amd.Keb Sawahan,Ngemplak, Boyolali”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana tingkat pengetahuan ibu nifas tentang cara
peningkatan produksi ASI di BPM Ririn Yunianti Amd.Keb Ngemplak,
Boyolali?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang cara
peningkatan produksi ASI.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang cara
peningkatan produksi ASI dengan kategori baik.
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang cara
peningkatan produksi ASI dengan kategori cukup.
4
c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu nifas tentang cara
peningkatan produksi ASI dengan kategori kurang.
d. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pengetahuan ibu nifas tentang cara peningkatan produksi ASI.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi ilmu pengetahuan
Dapat memperluas atau memperkaya wawasan bagi dunia ilmu
pengetahuan di bidang kesehatan khususnya tentang cara peningkatan
produksi ASI.
2. Bagi peneliti
Untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari perkuliahan dan
pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian tentang tingkat
pengetahuan ibu nifas tentang cara peningkatan produksi ASI.
3. Bagi Intitusi
a. Bagi pendidikan
Dapat digunakan sebagai sumber bacaan untuk penelitian
selanjutnya atau dijadikan referensi khususnya tingkat pengetahuan
ibu nifas tentang cara peningkatan produksi ASI.
b. Bagi BPM
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ibu nifas tentang cara
peningkatan produksi ASI.
5
E. Keaslian Penelitian
1. Fabona (2012), dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang
Cara Peningkatan Produksi ASI Di BPS Diyah Sumarmo Desa
Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali”. Jenis
penelitian adalah penelitian diskriptif kuantitatif. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu nifas di BPS Dyah Sumarmo Boyolali
Desa Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali pada
bulan Mei sampai Juni 2012, yaitu sebanyak 34 ibu nifas. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah Sampling
Jenuh. Penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup yang diisi
langsung oleh responden. Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 5
responden (14,7%) dengan pengetahuan baik tentang cara peningkatan
produksi ASI, pengetahuan cukup tentang cara peningkatan ASI 23
responden (67,6%) dan pengetahuan kurang tentang cara peningkatan
produksi ASI sebanyak 6 responden (17,7%).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada
lokasi penelitian, waktu penelitian dan hasil penelitian sedangkan
persamaannya terletak pada judul penelitian, jenis penelitian dan teknik
penelitian.
2. Atmawati (2010), dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang ASI Dengan Perilaku Perawatan Payudara Postpartum Di
Rumah Bersalin An Nissa Surakarta”. Penelitian ini menggunakan desain
penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi
6
dalam penelitian ini adalah ibu postpartum di Rumah Bersalin An Nissa
Surakarta pada bulan Mei sampai Juni 2010. Sampel dalam penelitian ini
adalah ibu-ibu postpartum di Rumah Bersalin An Nissa Surakarta
sebanyak 30 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Teknik pengambilan
sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik non random jenis
purposive sampling. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuisioner yang diberikan kepada ibu postpartum.
Hasil penelitian menunjukkan kelompok responden berpengetahuan
cukup tentang pengetahuan tentang ASI dan berperilaku baik terhadap
perawatan payudara sebesar 3,3%. Responden berpengetahuan cukup
tentang pengetahuan ASI dan berperilaku baik terhadap perawatan
payudara sebesar 16,7%. Responden berpengetahuan baik tentang ASI
dan berperilaku baik terhadap perawatan payudara sebesar 50%.
Sedangkan responden yang berpengetahuan kurang tentang ASI dan
berperilaku tidak baik terhadap perawatan payudara sebesar 10%.
Responden yang berpengetahuan cukup dan berperilaku tidak baik
terhadap perawatan payudara sebesar 20%. Dan responden yang
berpengetahuan baik tentang ASI berperilaku tidak baik terhadap
perawatan payudara sebesar 0%.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya
terletak pada judul penelitian, lokasi penelitian, waktu penelitian dan
jumlah responden sedangkan persamaannya terletak pada jumlah
responden dan instrument penelitian.
7
BABII
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengetahuan
a) Pengertian
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya
(mata, hidung, telinga dan sebagainya) dengan sendirinya, pada
waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut
sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap
objek sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui
indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata)
(Notoatmodjo,2010).
b) Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010),pengetahuan yang dicakup
dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
1) Tahu(Know)
Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah
ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu, untuk mengetahui
atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan
pertanyaan-pertanyaan.
8
2) Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek
tersebut, tetapi orang tersebut, tidak sekedar menyebutkan,
tetapi orang tersebut harus dapat menginterprestasikan secara
benar tentang objek yang diketahui tersebut.
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek
yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan
prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
4) Analisa (Analisys)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-
komponen yang terdapat pada suatu masalah atau objek yang
diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang sudah sampai
pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat
membedakan atau memisahkan, mengelompokan, membuat
diagram (bagan) terhadap pengetahuan terhadap objek tersebut.
5) Sintesis (sintesys)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk
merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis
dari suatu komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.
Dengan kata lain, sintesis adalah suatu komponen untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi.
9
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan komponen seseorang untuk
melakukan justivikasi atau penilaian terhadap suatu objek
tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya atau norma-norma
yang berlaku di masyarakat.
c) Faktor-faktor yan g Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut
(Wawan dan Dewi, 2010) yaitu :
1) Faktor Internal
a) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita
tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan
mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan.
b) Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang dan kehidupan keluarga.
c) Umur
Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.
10
2) Faktor Eksternal
a) Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
b) Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
d) Cara memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), dalam memperoleh pengetahuan
dibagi dalam 2 kelompok :
1) Cara Tradisional
Cara ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan, sebelum ditemukan metode ilmiah atau metode
penemuan secara sistematik dan logis. Cara- cara penemuan
pengetahuan pada periode ini antara lain, meliputi :
a) Cara Coba Salah (Trial and Eror)
Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan
dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan
tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain.
Pengalaman yang diperoleh melalui penggunaan metode ini
banyak membantu perkembangan berfikir dan kebudayaan
manusia kearah yang lebih sempurna.
11
b) Cara Kekuasaan atau Otoritas
Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau
kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas
pemuka agama, maupun ahli ilmu pengetahuan. Para
pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintah, tokoh
agama maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya
mempunyai mekanisme yang sama didalam penemuan
pengetahuan.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.
d) Melalui Jalan Pikiran
Kebenaran pengetahuan dapat diporeh manusia dengan
menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi
maupun deduksi yang merupakan cara melahirkan
pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-
pernyatan yang dikemukakan dan dicari hubunganya
sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan.
2) Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan
dewasa ini lebih sistematis, logis dan murah. Cara ini
12
disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer
(research methodology).
2. Nifas
a. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali
organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih
6 minggu. Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin , yaitu
puer yang artinya bayi dan parous yang artinya melahirkan atau
berarti masa sesudah melahirkan. Periode masa nifas (puerperium)
adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah persalinan. Proses
ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhirnya alat-alat
reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil
sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena
proses persalinan (Saleha, 2009).
b. Tujuan Masa Nifas
Tujuan dari pemberian asuhan kebidanan pada masa nifas
adalah sebagai berikut :
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun
psikologis.
2) Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu maupun bayinya.
13
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta
perawatan bayi sehari-hari.
4) Memberikan pelayanan KB (Saleha, 2009).
c. Tahap Masa Nifas
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
1) Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada
masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan
karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus
melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia,
tekanan darah, dan suhu.
2) Periode early postpartum (24 jam- 1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan
normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak
demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu
dapat menyusui dengan baik.
3) Periode late postpartum ( 1 minggu -5 mnggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB (Saleha, 2009).
14
3. Peningkatan Produksi ASI
a. Pengertian Produksi ASI
Pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan
mulut bayi pada puting payudara ibu. Gerakan-gerakan tersebut
merangsang kelenjar pituitary anterior untuk-memproduksi sejumlah
prolaktin, yaitu hormon utama yang mengendalikan pengeluaran
air susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada
let down reflex, dimana isapan puting dapat merangsang serabut otot
halus di dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat
mengalir secara lancar. Keluarnya air susu terjadi sekitar hari ketiga
setelah bayi lahir, dan kemudian terjadi peningkatan aliran susu yang
cepat pada minggu pertama, meskipun kadang-kadang agak tertunda
sampai beberapa hari. Larangan bagi bayi untuk mengisap puting ibu
akan banyak menghambat keluarnya air susu, sementara menyusui
bayi menurut permintaan bayi secara naluriah akan memberikan
hasil yang baik. Kegagalan dalam perkembangan payudara secara
fisiologis untuk menampung air susu serta adanya faktor kelainan
anatomis yang mengakibatkan kegagalan dalam menghasilkan
air susu ternyata sangat jarang terjadi. ASI dihasilkan
oleh kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi
(Proverawati dan Rahmawati, 2010). Laktasi adalah keseluruhan
proses menyusui mulai dari ASI diproduksi, diskresi, dan
15
pengeluaran ASI sampai pada proses bayi menghisap dan menelan
ASI (Marmi, 2012).
1) Tanda ASI Cukup
a) Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam sehari dan warnanya
jernih sampai kuning muda.
b) Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan “berbiji”
c) Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan
tidur cukup. Bayi setidaknya menyusui 10-12 kali dalam 24
jam
d) Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai
menyusui.
e) Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI, setiap kali bayi
mulai menyusu.
f) Bayi bertambah berat badannya.
(Sulistyawati, 2009)
b. Komposisi Gizi dalam ASI
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Air susu ibu khusus
dibuat untuk bayi manusia. Kandungan gizi dari ASI sangat khusus
dan sempurna serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi.
ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu:
a) Kolustrum
Kolustrum adalah air susu yang pertama kali keluar.
Kolustrum ini disekresi oleh kelenjar payudara pada hari
16
pertama sampai hari ke empat pasca persalinan. Kolustrum
merupakan cairan dengan viskositas kental, lengket dan
berwarna kekuningan. Kolustrum mengandung tinggi protein,
mineral, garam, vitamin A, nitrogen, sel darah putih dan
antibodi yang tinggi daripada ASI matur Selain itu, kolustrum
masih mengandung rendah lemak dan laktosa. Pro¬tein utama
pada kolustrum adalah imunoglobulin (IgG, IgA dan IgM), yang
digunakan sebagai zat antibodi untuk mencegah dan menetralisir
bakteri, virus, jamur dan parasit.
Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran
kita, tetapi volume kolostrum yang ada dalam payudara
mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari.
Volume kolostrum antara 150-300 m1/24 jam.
Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk
membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru
lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bagi bayi
makanan yang akan datang.
b) ASI Transisi atau Peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum
sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari
ke-10. Selama dua minggu, volume air susu bertambah banyak
dan berubah warna serta komposisinya. Kadar imunoglobulin
dan protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
17
c) ASI Matur
ASI matur disekresi pada hari ke sepuluh dan seterusnya.
ASI matur tampak berwarna putih. Kandungan ASI matur relatif
konstan, tidak menggumpal bila dipanaskan.
Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit
pertama disebut foremilk. Foremilk lebih encer. Foremilk
mempunyai kandungan rendah lemak dan tinggi laktosa, gula,
protein, mineral dan air.
Selanjutnya, air susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk
kaya akan lemak dan nutrisi. Hindmilk membuat bayi akan lebih
cepat kenyang. Dengan demikian, bayi akan membutuhkan
keduanya, baik foremilk maupun hindmilk. Dibawah ini bisa kita
lihat perbedaan komposisi antara kolustrum, ASI transisi dan
ASI matur.
Tabel 2.1 Perbedaan komposisi antara kolostrum, ASI transisi
dan ASI matur
Kandungan Kolustrum Transisi ASI matur
Energi (kgkal) 57,0 63,0 65,0
Laktosa (gr/100 ml) 6,5 6,7 7,0
Lemak (gr/100 ml) 2,9 3,6 3,8
Protein (gr/100 ml) 1,195 0,965 1,324
Mineral (gr/100 ml) 0,3 0,3 0,2
Immunoglubin
Ig A (mg/100 m4) 335,9 - 119,6
Ig G (mg/100 ml) 5,9 - 2,9
Ig M (mg/100 ml) 17,1 - 2,9
Lisosin (mg/100 ml) 14,2-16,4 - 24,3-27,5
Laktoferin, 420-520 - 250-270
Sumber: Marmi (2012)
18
c. Manfaat Menyusui
1) Manfaat bagi bayi
a) ASI mengandung komponen perlindungan terhadap infeksi,
mengandung protein yang spesifik untuk perlindungan
terhadap alergi dan merangsang sistem kekebalan tubuh.
b) Komponen ASI sangat baik karena mempunyai kandungan
protein, karbonhidrat, lemak dan mineral yang seimbang.
c) ASI memudahkan kerja pencernaan, mudah diserap oleh
usus bayi serta mengurangi timbulnya gangguan pencernaan
seperti diare atau sembelit.
d) Bayi yang minum ASI mempunyai kecenderungan memiliki
berat badan ideal.
e) ASI mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan bagi
pertumbuhan dan perkembangan bayi termasuk untuk
kecerdasan bayi.
f) Secara alamiah ASI memberikan kebutuhan yang sesuai
dengan usia kelahiran bayi.
g) ASI bebas kuman karenadiberikan langsung dari payudara
sehingga kebersihannya terrjamin.
h) ASI mengandung banyak kadar selenium yang melindungi
gigi dari kerusakan.
19
i) Menyusui akan melatih daya hisap dan membantu
mengurangi insiden maloklusi dan membentuk otot pipi
yang baik.
j) ASI memberikan keuntungan psikologis.
k) Suhu ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
2) Manfaat untuk ibu
a) Aspek kesehatan ibu
(1) Membantu mempercepat pengembalian uterus ke
bentuk semula dan mengurangi perdarahan post partum
karena isapan bayi pada payudara akan merangsang
kelenjar hipopise untuk mengeluarkan hormon
oksitosin. Oksitosin bekerja untuk kontraksi saluran
ASI pada kerlenjar air susu dan merangsang kontraksi
uterus.
(2) Menyusui secara teratur akan menurunkan berat badan
secara bertahap karena pengeluaran energi untuk ASI
dan proses pembentukannya akan mempercepat
kehilangan lemak.
(3) Pemberian ASI yang cukup lama dapat memperkecil
kejadian karsinoma payudara dan karsinoma ovarium.
b) Aspek keluarga berencana
Pemberian ASI secara esklusif dapat berfungsi sebagai
kontrasepsi karena isapan bayi merangsang hormon
20
prolaktin yang menghambat terjadinya ovulasi sehingga
menunda kesuburan.
c) Aspek psikologis
Menyusui memberikan rasa puas, bangga dan bahagia pada
ibu yang berhasil menyusui bayinya dan memperkuat ikatan
batin antara ibu dan anak.
3) Manfaat untuk keluarga
a) Aspek ekonomi
Mengurangi biaya pengeluaran karena ASI tidak perlu
dibeli.
Mengurangi biaya perawatan sakit karena bayi yang minum
ASI tidak mudah terkena infeksi
b) Aspek psikologis
Memberikan kebahagiaan pada keluarga dan dapat
mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
c) Aspek kemudahan
Menyusui sangat praktis karena dapat diberikan setiap saat.
4) Manfaat untuk negara
a) Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak
Faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI
menjamin status gizi bayi baik, karena ASI melindungi bayi
dan anak dari penyakit infeksi.
21
b) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
Subsidi untuk rumah sakit berkurang karena rawat gabung
akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi serta
mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial.
c) Mengurangi devisa untuk membeli susu formula
ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional, jika semua
ibu menyusui dapat menghemat devisa yang seharusnya
dipakai untuk membeli susu formula.
d) Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa
anak yang mendapatkan ASI dapat tumbuh kembang secara
optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan
terjamin (Marmi, 2012).
d. Fisiologis Laktasi
Pelepasan ASI berada di bawah kendali neuro-endokrin.
Rangsangan sentuhan pada payudara (bayi menghisap) akan
merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel
myoepithel. Proses ini disebut sebagai "refleks prolaktin" atau
milk production reflect yang rnembuat ASI tersedia bagi bayi. Dalam
hari¬hari dini, Iaktasi refleks ini tidak dipengaruhi oleh keadaan
emosi ibu. Nantinya, reflek ini dapat dihambat oleh keadaan emosi
ibu bila is merasa takut, lelah, malu, merasa tidak pasti, atau bila
merasakan nyeri.
22
Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae
melalui duktus ke sinus lactiferous.Hisapan merangsang produksi
oksitosin oleh kelenjar hypofisis posterior.Oksitosin memasuki darah
dan menyebabkan kontraksi sel-sel khusus (sel-sel myoepithel) yang
mengelilingi alveolus mamae dan duktus lactiferous. Kontraksi sel-
sel khusus ini mendorong ASI keluar dari alveoli melalui duktus
lactiferous menuju sinus lactiferous, tempat ASI akan disimpan.
Pada saat bayi menghisap, ASI di dalam sinus tertekan keluar, ke
mulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini dinamakan let down reflect
atau"pelepasan". Pada akhirnya, let down dapat dipacu tanpa
rangsangan hisapan. Pelepasan dapat terjadi bila ibu mendengar bayi
menangis atau sekadar memikirkan tentang bayinya (Sulistyawati,
2009).
e. Gizi Ibu Menyusui
Menurut (Saleha, 2009), Ibu yang menyusui harus memenuhi
kebutuhan akan gizi sebagai berikut :
1) Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, ,
mineral, dan vitamin yang cukup
3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari
4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya
selama 40 hari pasca persalinan
23
5) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASI
f. Cara Menyusui yang Benar
Tujuan menyusui yang benar adalah untuk merangsang
produksi susu memperkuat refleks menghisap bayi.
Posisi:
1) Posisi madona atau menggendong: bayi berbaring menghadap
ibu, leher dan punggung atas bayi diletakkan pada lengan bawah
lateral payudara. Ibu menggunakan tangan lainnya untuk
memegang payudara jika diperlukan.
2) Posisi football atau mengepit: bayi berbaring atau punggung
melingkar antara lengan dan samping dada ibu. Lengan bawah
dan tangan ibu menyangga bayi, dan ia menggunakan tangan
sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.
3) Posisi berbaring miring: ibu dan bayi berbaring miring saling
berhadapan. Posisi ini merupakan posisi yang paling aman bagi
ibu yang mengalami penyembuhan dari proses persalinan
melalui pembedahan
Tahap tata laksana menyusui
1) Posisi badan ibu dan bayi
a) Ibu harus duduk atau berbaring dengan santai
b) Pegang bayi pada belakang bahunya,tidak pada dasar kepala
c) Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap ke ibu
24
d) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah
payudara ibu
e) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu
f) Dengan posisi ini maka telinga bayi akan berada dalam satu
garis dengan leher dan lengan bayi
g) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara
menekan pantat bayi dengan lengan ibu bagian dalam
2) Posisi mulut bayi dan puting susu ibu
a) Keluarkan ASI sedikit oleskan pada puting susu dan areola
Pegang payudara dengan pegangan seperti membentuk
huruf C yaitu payudara dipegang dengan ibu jari dibagian
atas dan jari yang lain menopang dibawah atau dengan
pegangan seperti gunting (puting susu dan areola dijepit
oleh jari telunjuk dan jari tengah seperti gunting)
dibelakang areola
b) Sentuh pipi atau bibir bayi untuk merangsang rooting
refleks (reflek menghisap)
c) Tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar ,dan lidah
menjulur kebawah
d) Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan
menekan bahu belakang bayi bukan belakang kepala
e) Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadap-
hadapan dengan hidung bayi
25
f) Kemudian arahkan puting susu keatas menyusuri langit-
langit mulut bayi
g) Usahakan sebagian besar areola masuk ke mulut bayi,
sehingga puting susu berada diantara pertemuan langit-
langit yang keras (palatum durum) dan langit-langit yang
lunak (palatum molle)
h) Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan
gerakan memerah sehingga ASI akan keluar
i) Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan
baik,payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi
j) Beberapa ibu sering meletakkkan jarinya pada payudara
dengan hidung bayi dengan maksud untuk memudahkan
bayi bernafas.hal ini tidak perlu karena hidung bayi telah
dijauhkan dari payudara dengan cara menekan pantat bayi
dengan lengan ibu
k) Dianjurkan tangan ibu yang bebas untuk mengelus-elus
bayi (Marmi,2012)
g. Cara Meningkatkan Produksi ASI
Upaya memperbanyak ASI menurut (Marmi, 2012)adalah:
1) Menyusui bayi setiap 2 jam siang dan malam hari dengan lama
menyusui 10-15 menit di setiap payudara
2) Bangunkan bayi, lepaskan baju yang menyebabkan rasa gerah,
dan duduklah selama menyusui
26
3) Pastikan bayi menyusui dalam posisi menempel yang baik dan
dengarkan suara menelan yang aktif
4) Susui bayi di tempat yang tenang dan nyaman dan minumlah
setiap kali habis menyusui.
5) Tidurlah bersebelahan dengan bayi
6) Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum
7) Pertugas kesehatan harus mengamati ibu yang menyusui
bayinya dan mengoreksi setiap kali terdapat masalah pada posisi
penempelan
8) Yakinkan bahwa ia dapat memproduksi susu lebih banyak
dengan melakukan hal-hal tersebut
h. Hal-hal yang Mempengaruhi Produksi ASI
Hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI, menurut
(Marmi, 2012) adalah:
1) Makanan.
Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh
terhadap produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan cukup
akan gizi dan pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan
berjalan dengan lancar.
2) Ketenangan jiwa dan pikiran.
Untuk memproduksi ASI yang balk, maka kondisi kejiwaan dan
pikiran harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan,
sedih dan tegang akan menurunkan volume ASI.
27
3) Penggunaan alat kontrasepsi.
Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui, perlu
diperhatikan agar tidak mengurangi produksi ASI. Contoh alat
kontrasepsi yang bisa digunakan adalah kondom, IUD, pil
khusus menyusui ataupun suntik hormonal 3 bulanan.
4) Perawatan payudara.
Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara
mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormon prolaktin
dan oksitosin.
5) Anatomis payudara.
Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi
ASI. Selain itu, perlu diperhatikan juga bentuk anatomis papila
atau puting susu ibu.
6) Faktor fisiologi.
ASI terbentuk oleh karena pengaruh dari hormon prolaktin yang
menentukan produksi dan mempertahankan sekresi air susu.
7) Pola istirahat.
Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI.
Apabila kondisi ibu terlalu capek, kurang istirahat maka ASI
juga berkurang.
8) Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan
Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka
produksi dan pengeluaran ASI akan semakin banyak. Akan
28
tetapi, frekuensi penyusuan pada bayi prematur dan cukup bulan
berbeda. Studi mengatakan bahwa pada produksi ASI bayi
prematur akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali
per hari selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan
dilakukan karena bayi prematur belum dapat menyusu.
Sedangkan pada bayi cukup bulan frekuensi penyusuan 10 ± 3
kali perhari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan
berhubungan dengan produksi ASI yang cukup. Sehingga
direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada
periode awal setelah melahirkan.Frekuensi penyusuan ini
berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar
payudara.
9) Faktor obat-obatan
Tidak semua obat dapat dikonsumsi oleh ibu menyusui,
sebaiknya ibu menyusui hanya meminum obat atas instruksi
dokter atau tenaga kesehatan.
10) Berat lahir bayi.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan
menghisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat
lahir normal (> 2500 gr). Kemampuan mengisap ASI yang lebih
rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih
rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan
29
mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam
memproduksi ASI.
11) Umur kehamilan saat melahirkan.
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi poduksi
ASI.Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur
kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak
mampu menghisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih
rendah daripada bayi yang lahir cukup bulan. Lemahnya
kemampuan menghisap pada bayi prematur dapat disebabkan
berat badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ
12) Konsumsi rokok dan alkohol.
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan
mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi
ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana
adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin.
(Marmi, 2012)
i. Volume Produksi ASI
Volume pengeluaran ASI pada minggu¬minggu pertama bayi
lahir biasanya banyak, tetapi setelah itu sekitar 450-650 ml. Seorang
bayi memerlukan sebanyak 600 ml susu per hari. Jumlah tersebut
dapat dicapai dengan menyusui bayinya selama 4-6 bulan
pertama.Karena itu selama kurun waktu tersebut ASI mampu
memenuhi kebutuhan gizinya. Setelah enam bulan volume
30
pengeluaran susu menjadi menurun, sejak saat itu kebutuhan gizi
tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat makanan
tambahan. Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu
yang terbanyak yang dapat diperoleh adalah lima menit pertama.
Penyedotan atau pengisapan oleh bayi biasanya berlangsung sampai
15-25 menit. Berdasarkan kenyataan, perhitungan sederhana
mengenai berapa jumlah air susu ibu yang diperlukan oleh bayi
adalah sebagai berikut : Bayi normal memerlukan 160-165 ml ASI
per kilogram berat badan per hari. Dengan demikian, bayi dengan
berat 4 kg memerlukan 660 ml ASI per hari dan 825 ml per hari
untuk bayi dengan berat 5 kg. Ibu-ibu harus disarankan untuk
mengkonsumsi makanan yang baik, bila memungkinkan ibu
mengkonsumsi makanan yang paling bergizi yang dapat diadakan
oleh keluarga.Jumlah energi untuk keperluan menyusui per hari
adalah 500-600 kkal atau kira-kira ¼ lebih banyak dari yang
dikonsumsi ibu secara nomal (Proverawati & Rahmawati, 2010).
31
B. KerangkaTeori
Gambar2.1KerangkaTeori
Sumber:Notoatmodjo,2010
1. Pengertian
2. Tingkat
Pengetahuan
3. Faktor-faktor
Yang
Mempengaruhi
Pengetahuan
4. Cara Memperoleh
Pengetahuan
1. Pengertian
Masa Nifas
2. Tujuan
Masa Nifas
3. Tahap Masa
Nifas
Pengetahuan Nifas Peningkatan
Produksi ASI
1. Pengertian Produksi
ASI
2. Komposisi Gizi
dalam ASI
3. Manfaat Menyusui
4. Fisiologis Laktasi
5. Gizi Ibu Menyusui
6. Cara Menyusui yang
Benar
7. Cara Meningkatkan
Produksi ASI
8. Hal-hal yang
Mempengaruhi
Produksi ASI
9. Volume Produksi
ASI
32
C. Kerangka Konsep penelitian
Keterangan:
= Diteliti
= Mempengaruhi
Gambar2.2 Kerangka Konsep
Tingkat Pengetahuan Ibu
Nifas
Baik
Cukup
Kurang
1. Faktor Internal
a. Pendidikan
b. Pekerjaan
c. Umur
2. Faktor Eksternal
a. Faktor Lingkungan
b. Faktor Sosial Budaya
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini akan menggunakan penelitian deskriptif
kuantitatif. Deskriptif yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk
mendiskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi didalam
masyarakat. Metode ini digunakan untuk memecahkan atau
menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang
(Notoatmodjo, 2012). Kuantitatif adalah data yang dipaparkan dalam bentuk
angka – angka (Riwidikdo, 2012). Penelitian ini menggambarkan Tingkat
Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Cara Peningkatan Produksi Asi di BPM
Ririn Yunianti Amd.Keb Sawahan Ngemplak Boyolali.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat atau lokasi dilakukan penelitian dan
sekaligus membatasi ruang lingkup penelitian (Notoatmodjo, 2012).
Penelitian ini telah dilaksanakan di BPM Ririn Yunianti, Amd.Keb,
Sawahan, Ngemplak, Boyolali.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian adalah rencana tentang jadwal yang akan dilakukan oleh
peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitiannya (Hidayat, 2007).
34
Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 07 April sampai tanggal 10
Mei 2015.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan (Sugiyono,2012).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas di BPM Ririn
Yunianti, Amd.Keb Sawahan, Ngemplak, Boyolali pada tanggal
07 April sampai tanggal 10 Mei 2015 dengan jumlah 30 Ibu nifas.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi (Sugiyono,2012). Jika populasi kurang dari 100 lebih baik
diambil semua, tetapi jika populasi lebih dari 100 dapat diambil 10% -
15% atau 20% - 25% atau lebih (Arikunto, 2006). Sampel dalam
penelitian ini adalah semua ibu nifas di BPM Ririn Yunianti, Amd.Keb
Sawahan, Ngemplak, Boyolali pada tanggal 07 April sampai tanggal
10 Mei 2015 dengan jumlah 30 responden.
3. Tehnik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini pengambilan sampel di lakukan dengan
sampling jenuh. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif
35
kecil kurang dari 30 orang atau peneliti yang membuat generalisasi
dengan kesalahan yang sangat kecil. Sampling jenuh yaitu teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel (Sugiyono, 2012).
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga memperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012).
Dalam penelitian ini hanya menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat
pengetahuan Ibu Nifas Tentang Cara Peningkatan Produksi ASI di BPM Ririn
Yunianti,Amd.Keb di Desa Sawahan Kecamatan Ngemplak Kabupaten
Boyolali.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek
atau fenomena (Hidayat, 2010).
36
Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas
Tentang Cara Peningkatan Produks ASI di BPM Ririn
Yunianti,Amd.KebSawahan,Ngemplak,Boyolali
Variabel Definisi Operasional Skala Alat Ukur Kategori
Pengetahuan
Ibu Nifas
Tentang Cara
Peningkatan
Produksi ASI
Kemampuan
responden untuk
menjawab :
a. Pengertian
produksi ASI
b. Cara
meningkatkan
produksi ASI
c. Hal-hal yang
mempengaruhi
produksi ASI
d. Volume produksi
ASI
Ordinal Kuesioner 1. Baik bila nilai
responden yang
diperoleh(x) ≥ mean +
1 SD
2. Cukup bila nilai
responden yang
diperoleh mean – 1
SD≤ x≤ mean + 1 SD
3. Kurang bila nilai yang
diperoleh(x) < mean –
1 SD
(Riwidikdo, 2010)
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk
pengumpulan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner tertutup yang di isi langsung oleh responden. Kuesioner tertutup
adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dengan menyediakan jawaban sehingga responden
tinggal memilih jawaban (Arikunto, 2010).
Instrumen ini ada 35 soal, dengan menggunakan Skala Guttman. Skala
ini merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan
jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan atau pernyataan: ya dan
tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah. Dimana
permasalahan soal tersebut mengenai tingkat pengetahuan ibu nifas tentang
cara peningkatan produksi ASI. Skala Guttman ini umumnya dibuat seperti
checklist dengan interpretasi penilaian pernyataan dengan kriteria positif
(favorable) yaitu bila menjawab benar nilainya 1 jika menjawab salah
37
nilainya 0 dan kriteria negatif (unfavorable) bila menjawab salah nilainya 1
dan jika menjawab benar nilainya 0. Pengisian kuisioner tersebut dengan
memberi tanda cetang (√) pada jawaban yang dianggap benar
(Hidayat, 2010).
Isi kuesioner terdiri dari pengetahuan Ibu Nifas Tentang Cara
Peningkatan Produksi ASI. Untuk mengetahui kuesioner penelitian ini
berkualitas, terlebih dahulu dilakukan uji validasi dan reliabilitas. Untuk
mempermudah dalam menyusun instrumen, maka diperlukan kisi-kisi dari
instrumen penelitian ini :
Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Cara
Peningkatan Produksi ASI di BPM Ririn Yunianti,Amd.Keb
Sawahan, Ngemplak, Boyolali.
Variabel Indikator No. Pertanyaan
Jumlah Favorable Unfavorable
Tingkat
Pengetahuan
Ibu Nifas
Tentang Cara
Peningkatan
Produksi ASI
a. Pengertian
produksi ASI
b. Cara
meningkatkan
produksi ASI
c. Hal-hal yang
mempengaruhi
produksi ASI
d. Volume
produksi ASI
1*,2,3,5
7
11,12,14,16,
19,20,21,23,
25,26,28,33
33
4
6*,8,9,10
13,15,17,18,
22,24,27,29,
30,31,32,34,
35
34,35
5
5
22
3
Jumlah 17 18 35
Ket*: Item yang tidak valid
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu
benar-benar mengukur apa yang diukur. Sebuah instrumen dikatakan
38
valid sejauh mana mampu mengukur instrumen ini. Penelitian ini
menggunakan uji validitas dengan rumus product moment dengan
bantuan program komputer SPSS for Windows, dikatakan valid jika
nilai rxy hitung > rxy tabel atau dengan nilai p-value < 0,05
(Riwidikdo, 2013).
Menurut Riwidikdo (2012), untuk melakukan uji validitas,
minimal dilakukan terhadap 30 orang.
Menurut Riwidikdo (2013), rumus product moment adalah
Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi setiap item dengan skor total.
N : Jumlah responden
X : Skor pertanyaan
Y : Skor total
XY : Skor pertanyaan dikalikan skor total
Uji validitas dilaksanakandi BPM Al-firdaus Kismoyoso,
Ngemplak, Boyolali dengan menyebar kuesioner sebanyak 35
butir pernyataan kepada 30 ibu nifas. Dari 35 pernyataan yang telah
dilakukan uji validitas didapatkan hanya 33 butir pernyataan yang
dinyatakan valid sehingga untuk pernyataan nomor 1 dan 6 tidak
valid sehingga untuk 2 pernyataan tersebut tidak digunakan.
39
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat atau instrumen pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan
(Notoatmodjo, 2012). Kuesioner atau angket dikatakan reliabel jika
memiliki nilai alpha (α) minimal 0,7 (Riwidikdo, 2013).
Untuk menguji realibilitas instrumen peneliti menggunakan
Alpa Chronbach dengan bantuan program computer SPSS for Windows.
Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut:
Keterangan :
rxy : Rehabilitas instrumen
k : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑ϭb2
: Jumlah varians butir
Ϭt2 : Varians total
Dari uji coba reliabilitas dari 30 responden dan 33 soal yang dilakukan
di BPM Al-firdaus Kismoyoso, Ngemplak, Boyolalididapatkannilairhitung
lebih besar dari nilai alpha cronbach, 0,925> (0,7) sehingga kuesioner
dikatakan reliabel.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data akan dilakukan dengan cara memberikan
lembar pertanyaan persetujuan dan membagikan kuesioner atau angket pada
ibu nifas yang ada di Desa Sawahan Kecamatan Ngemplak Kabupaten
40
Boyolali, kemudian menjelaskan tentang cara mengisinya. Responden
diminta untuk mengisi kuesioner sampai selesai dan kuesioner diambil pada
saat itu juga oleh peneliti. Menurut Riwidikdo (2013), cara memperoleh data
dibagi menjadi 2 yaitu data primer dan data sekunder :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari subjek atau
objek oleh peneliti. Dalam penelitian ini data primer di dapatkan dari hasil
jawaban kuesioner tingkat pengetahuan ibu nifas tentang cara peningkatan
produksi ASI yang diisi oleh ibu nifas di Desa Sawahan Kecamatan
Ngemplak Kabupaten Boyolali.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil pendokumentasian.
Data sekunder di dapatkan dari data ibu nifas di BPM Ririn Yunianti
Amd.Keb Sawahan, Ngemplak, Boyolali.
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya
adalah pengolahan data. Menurut Notoatmodjo (2012), proses
pengolahan data adalah :
a. Editing
Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus
dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum
41
editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan
isian formulir atau kuesioner.
b. Coding
Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan
pengkodean atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat
atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Coding pada penelitian
ini peneliti memberikan kode atau tanda pada setiap jawaban untuk
mempermudah dalam pengolahan dan analisis data serta
berpedoman pada definisi operasional.
c. Memasukan Data (Data Enty) atau Procesing
Data, yakni jawaban–jawaban dari masing–masing responden yang
dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam
program atau “software” komputer.
d. Pembersihan Data (Cleaning)
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan–
kemungkinan adanya kesalahan–kesalahan kode, ketidaklengkapan,
dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.
2. AnalisisData
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan analisa univariat yaitu menganalisis terhadap tiap variabel
dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan
rentang nilai dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2012).
42
Menurut Riwididikdo (2013), untuk mendapat tiga jawaban
kategori yaitu baik cukup kurang maka menggunakan parameter :
a. Baik, bila nilai responden (x) > mean +1 SD
b. Cukup, bila nilai mean -1 SD ≤ x≤mean +1 SD
c. Kurang, bila nilai responden (x) < mean -1 SD
Menurut Riwidikdo (2013), untuk mencari nilai rata-rata diperoleh
dengan rumus :
Rumus : X =
Keterangan :
X : Rata-rata (mean)
: Jumlah seluruh jawaban responden
N : Jumlah maksimal yang harus diperoleh responden
Menurut Riwidikdo (2013), simpangan baku (standard deviation) adalah
ukuran yang dapat dipakai untuk mengetahui tingkat penyebaran nilai-
nilai (data) terhadap rata-ratanya.
Rumus :
SD =
Keterangan:
SD : Simpangan baku (standard deviation).
X1 : Nilai responden
n : Jumlah responden
43
menurut Riwidikdo (2010), skor prosentase digunakan untuk
mengkategorikan data interval dalam beberapa kategori.
Rumus :
Skor prosentase =
I. Etika Penelitian
Menurut Hidayat (2007), etika penelitian merupakan masalah yang
sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian berhubungan langsung
dengan maslah manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan.
Masalah etika yang baru diperhatikan antara lain :
1. Informed Consent
Informed consent diberikan sebelum melakukan penelitian.
Informed consent ini berupa lembar persetuan untuk menjadi responden.
Pemberian informed consent ini bertujuan agar subjek mengerti maksud
dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia,
maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika
responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati keputusan
tersebut (Hidayat,2007). Pada penelitian ini semua responden akan di
beri lembar persetujuan.
2. Anonimity (Kerahasiaan nama/identitas)
Anonimity, berarti tidak perlu mencantumkan nama pada lembar
pengumpulan data (kuisioner). Peneliti hanya menuliskan kode pada
44
lembar pengumpulan data tersebut. Pada penelitian ini peneliti tidak akan
mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data
(Hidayat,2007).
3. Confidentiality (kerahasiaan hasil)
Sub bab ini menjelaskan masalah-masalah responden yang harus
dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian
(Hidayat,2007).
Penelitian ini kerahasiaan hasil atau informasi yang telah dikumpulkan
dari setiap subjek akan dijamin.
J. Jadwal Peneltian
Dalam jadwal kegiatan diuraikan langkah-langkah kegiatan ini dari
mulai menyusun proposal penelitian, beserta waktu berjalan atau
berlangsung tiap kegiatan tersebut (Notoatmodjo, 2012). Jadwal kegiatan
penelitian terlampir.
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
G. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di BPM Ririn Yunianti Amd.keb terletak
di Desa Sawahan Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. BPM Ririn
Yunianti Amd.keb adalah salah satu Bidan Praktek Swasta memiliki 1
Bidan. Sarana dan prasarana ruang di BPM Ririn Yunianti terdiri dari 1
Ruang bersalin, Ruang observasi nifas terdiri dari tempat tidur, ruang
Poli Kebidanan dan Ruang Tunggu. Pelayanan yang diberikan BPM Ririn
Yunianti meliputi pemeriksaan ibu hamil (ANC) oleh bidan, pelayanan
ibu bersalin, Imunisasi, Pelayanan Keluarga Berencana, pelayanan
kesehatan Ibu dan Anak.
2. Karakteristik Responden
a. Karakteristik responden berdasarkan umur
Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur
No Umur Responden Presentase (%)
1
2
3
< 20 tahun
20 - 35 tahun
> 35 tahun
Total
2
22
6
30
7
73
20
100
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 4.1 diatas mayoritas responden penelitian tingkat
pengetahuan ibu nifas tentang cara peningkatan produksi ASI
mempiunyai usia 20-35 tahun yaitu sebanyak 22 responden (73%).
46
b. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
No Pendidikan Responden Presentase (%)
1 SMP 9 30
2 SMA 19 63
3 PT (Perguruan Tinggi) 2 7
Total 30 100
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel di atas mayoritas responden penelitian
tingkat pengetahuan ibu nifas tentang cara peningkatan produksi ASI
berpendidikan SMA yaitu sebanyak 19 responden (63%).
c. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
No Pekerjaan Responden Persentase (%)
1 IRT 16 53
2 Swasta 12 40
3 PNS 2 7
Total 30 100
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan table 4.3 di atas mayoritas responden
penelitian tingkat pengetahuan ibu nifas tentang cara peningkatan
produksi ASI mempunyai pekerjaan IRT yaitu sebanyak16
responden (53%).
3. Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Cara Peningkatan Produksi ASI
di BPM Ririn Yunianti Amd.Keb Desa Sawahan Kecamatan Ngemplak
Kabupaten Boyolali
Setelah dilakukan penelitian didapatkan nilai mean dan standar
deviasi,yaitu :
47
Tabel.4.4Mean dan Standar Deviasi
Variabel Mean Standar devisiasi
Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas
Tentang Cara Peningkatan
Produksi ASI
18,86 9,02
Sumber: Data Primer 2015
Berikut ini perhitungan kategori pengetahuan responden:
a. Baik,bila nilai yang diperoleh : (x)>mean+1SD
: (x)>18,86 +1.9,02
: (x)>27,88
Jadi pengetahuan baik jika nilai responden >27,88
b. Cukup,bila nilai yang diperoleh : mean–1SD≤x≤ mean+1SD
: 18,86 – 1.9,02≤x≤18,86 +1.9,02
: 9,84 ≤x ≤ 27,88
Jadi pengetahuan cukup jika nilai responden 9,84 < x ≤ 27,88
c. Kurang,bila nilai yang diperoleh : (x) <mean-1 SD
: (x) <18,86–1. 9,02
: (x)<9,84
Jadi pengetahuan kurang jika nilai responden <9,84
Tabel 4.5 Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas tentang Cara Peningkatan
Produksi ASI di BPM Ririn Yunianti Amd.Keb Desa
Sawahan Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali
No Pengetahuan Jumlah Persentasi (%)
1 Baik 8 27
2 Cukup 14 47
3 Kurang 8 27
30 100
Sumber: Data Primer,2015
Dari penelitian yang telah dilaksanakan di BPM Ririn
Yunianti Amd.Keb Sawahan Ngemplak Boyolali tentang tingkat
pengetahuan ibu nifas tentang cara peningkatan produksi ASI di
dapatkan hasil bahwa kebanyakan responden mempunyai
pengetahuan cukup yaitu sebanyak 14 responden (47%)
48
H. PEMBAHASAN
Berdasarkan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang cara peningkatan
produksi ASI di BPM Ririn Yunianti Desa Sawahan Kecamatan Ngemplak
Kabupaten Boyolali mayoritas mempunyai pengetahuan cukup yaitu 14
responden (47%). Menurut Wawan (2010), faktor yang mempengaruhi tingkat
pengetahuan yaitu pendidikan, pekerjaan, umur, lingkungan dan sosial
budaya. Responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 8
responden (26,7%). Menurut data yang didapat dari kuesioner untuk 8
responden tersebut berpendidikan SMA sebanyak 6 responden dan perguruan
tinggi sebanyak 2 responden. Menurut Wawan dan Dewi (2010), faktor yang
mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan yaitu bimbingan yang
diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-
cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan
untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Informasi mengenai ASI
didapatkan dari internet, televisi, tenaga kesehatan, majalah, guru.
Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang cara peningkatan produksi ASI
yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 14 responden (46,7%), menurut
data yang didapat dari hasil kuesioner untuk 14 responden tersebut ibu nifas
yang berumur kurang dari 20 tahun memiliki tingkat pengetahuan cukup
sebanyak 1 responden, ibu nifas yang berumur 20-35 tahun berpengetahuan
cukup sebanyak 10 responden, ibu nifas yang berumur >35 tahun memiliki
pengetahuan cukup sebanyak 3 responden. Menurut Wawan dan Dewi (2010),
usia mempengaruhi tingkat pengetahuan yaitu semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
49
bekerja. Informasi mengenai ASI didapatkan dari televisi, radio, tenaga
kesehatan, teman.
Responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 8 responden
(26,7%), dimana 7 dari 8 responden tersebut tidak bekerja dan 1 responden
dari ibu bekerja. Sesuai dengan Wawan Dewi (2010), pekerjaan dapat
mempengaruhi pengetahuan yaitu keburukan yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang dan kehidupan keluarga. Kebanyakan responden adalah ibu
rumah tangga, sehingga kurang dalam mendapatkan informasi. Informasi
mengenai ASI didapatkan dari televisi, radio, tenaga kesehatan, dan teman.
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan
terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yaitu penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, raba dengan sendiri. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,
2010). Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI
diproduksi disekresi dan pengeluaran ASI sampai pada proses bayi
menghisap dan menelan ASI. Keluarnya air susu terjadi sekutar hari ketiga
setelah bayi lahir. Adapun cara untuk meningkatkan produksi ASI yaitu
dengan cara menyusui bayi setiap 2 jam siang dan malam hari dengan lama
menyusui 10-15 menit di setiap payudara. Membangunkan bayi dan duduklah
selama menyusui. Pastikan posisi bayi menempel yang baik dan dengarkan
suara menelan yang aktif. Menyusui bayi ditempat yang tenang dan nyaman.
Tidurlah bersebelahan dengan bayi dan harus meningkatkan istirahat dan
minum. Petugas kesehatan harus mengamati ibu yang menyusui bayinya dan
50
mengoreksi setiap kali terdapat masalah pada posisi penempelan Wawan dan
Dewi (2010).
Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang cara peningkatan produksi ASI
di Desa Sawahan Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali mayoritas
berpengetahuan cukup yaitu 14 responden (46,7%), hal ini disebabkan
karena adanya faktor pendidikan, pekerjaan dan usia. Pendidikan dapat
diperoleh dari formal maupun non formal yang dapat menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan sehingga responden memiliki
pengetahuan cukup. Pekerjaan responden mayoritas adalah IRT, pedagang
dan yang memiliki pekerjaan sebagai PNS hanya beberapa saja sehingga
pekerjaan seseorang itu dapat mempengaruhi tingkat pengetahuannya.
Sebagian besar usia responden antara 20 sampai 30 tahun sehingga semakin
banyak umur, pengetahuanpun akan semakin tinggi. Faktor selanjutnya
adalah sosial budaya, lingkungan sangat mempengaruhi pengetahuan dimana
perkumpulan warga atau tetangga dapat mempengaruhi pola pikir dan
kemampuan untuk berkembangnya suatu informasi dan sosial budaya masih
sangat erat dimasyarakat saat ini dimana kepercayaan-kepercayaan dimasa
lampau masih dilakukan dan dipegang erat oleh masyarakat luas sehingga
semakin kuat suatu budaya maka dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fabona (2012), dengan judul
“Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Cara Peningkatan Produksi ASI di
BPS Dyah Sumarmo Desa Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten
Boyolali”. Pada bulan Mei-Juni 2012 mayoritas responden berpengetahuan
51
cukup yaitu 23 responden (68%). Faktor yang mempengaruhinya adalah
pendidikan, pekerjaan, umur dan lingkungan.
I. Keterbatasan Penelitian
1. Kendala Penelitan
Dalam penelitian ini memerlukan waktu yang lama karena harus
mendatangi responden dari rumah kerumah.
2. Keterbatasan Penelitian
a. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini merupakan variable tunggal sehingga hasil
penelitian terbatas pada tingkat pengetahuan saja.
a. Kuesioner
Kuesioner yang digunakan kuesioner tertutup sehingga responden
hanya bias menjawab ya atau tidak dan jawaban mereka belum bisa
mengukur pengetahuan secara mendalam.
52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Responden dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang bersalin di
BPM Ririn Yunianti Amd.keb Desa Sawahan Kecamatan Ngemplak
Kabupaten Boyolali yang berjumlah 30 responden.
1. Tingkat pengetahuan baik tentang Cara Peningkatan Produksi ASI di
BPM Ririn Yunianti Amd.keb Desa Sawahan Kecamatan Ngemplak
Kabupaten Boyolali sebanyak 8 responden (26,7%).
2. Tingkat pengetahuan cukup tentang Cara Peningkatan Produksi ASI di
BPM Ririn Yunianti Desa Sawahan Kecamatan Ngemplak Kabupaten
Boyolali sebanyak 14 responden (46,7%).
3. Tingkat pengetahuan kurang tentang Cara Peningkatan Produksi ASI di
BPM Ririn Yunianti Amd.Keb Desa Sawahan Kecamatan Ngemplak
Kabupaten Boyolali sebanyak 8 responden (26,7%).
4. Faktor pendorong dan penghambat Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas
Tentang Cara Peningkatan Produksi Asi di BPM Ririn Yunianti Amd.Keb
Sawahan Ngemplak Boyolali yaitu pendidikan, pekerjaan, umur,
lingkungan dan sosial budaya.
53
B. Saran
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan bahan masukan untuk
menambah teori atau ilmu pengetahuan dibidang kesehatan khususnya
tentang cara peningkatan produksi ASI.
2. Bagi BPM
Meningkatkan kualitas pelayanan dalam hal pemberian pendidikan
kesehatan terutama mengenai cara peningkatan produksi ASI.
3. Bagi Responden
Diharapkan untuk lebih aktif untuk mengikuti penyuluhan dan lebih
banyak mencari informasi tentang cara peningkatan produksi melalui
media massa maupun media elektronik.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan ada penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor lain dan
variable-variabel yang berhubungan dengan peningkatan produksi ASI.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Asdi
Mahasatya
Hidayat, A. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika
2010. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika
Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas “Peuperium Care”.
Yogyakarta: Pustaka Belajar
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.
.2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta
Prasetyono, Dwi Sunar. 2012. Buku Pintar ASI Eksklusif. Jogjakarta: DIVA Press
Proverawati, A. Rahmawati, E. 2010. Kopita Selekta ASI dan
Menyusui.Yogyakarta: Nuha Medika
Riwidikdo, H. 2012. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
, H. 2013. Statistik Untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Pustaka Rihama
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA
Sulistyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta:
Andi Offset
Wawan dan Dewi. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusia dilengkapi contoh kuesioner. Yogyakarta: Nuha Medika