Upload
volien
View
227
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENDAHULUAN
Mulai tahun 2012, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) merencanakan untuk
melakukan konvergensi dengan International Financial Reporting Standards
(IFRS). Dengan digunakannya standar yang sama pada laporan keuangan,
diharapkan agar laporan keuangan menjadi lebih mudah untuk diperbandingkan.
Harmonisasi dilakukan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) dengan
merevisi beberapa standar dalam PSAK agar sesuai dengan standar internasional.
Salah satu standar yang direvisi adalah PSAK 48 (penurunan nilai aset) dengan
mengacu pada IAS 36 dan berlaku efektif mulai 1 Januari 2011. BAPEPAM-LK
juga mensyaratkan agar PSAK 48 (revisi 2009) diberlakukan secara bertahap oleh
entitas-entitas bisnis yang memiliki akuntabilitas publik, termasuk di dalamnya
adalah perusahaan-perusahaan yang sahamnya diperdagangkan dalam Bursa Efek
Indonesia (go public) mulai tahun 2011 (Kementerian Keuangan RI 2010).
Dengan diterbitkannya PSAK 48 (revisi 2009), perusahaan harus
melakukan penyesuaian apabila nilai tercatat dari aset (carrying amount) melebihi
jumlah terpulihkan (recoverable amount). Jika nilai yang dapat diperoleh kembali
dari suatu aset lebih kecil dari nilai tercatat, maka nilai tercatat harus diturunkan
menjadi sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali. Penurunan tersebut
merupakan rugi penurunan nilai aset dan harus segera diakui sebagai beban pada
laporan laba rugi. Jika jumlah taksiran kerugian penurunan nilai aset lebih besar
dari nilai tercatat aset, perusahaan harus mengakui kewajiban hanya jika hal ini
diwajibkan dalam PSAK lain. Setelah kerugian penurunan nilai aset diakui, beban
depresiasi (amortisasi) aset untuk periode yang akan datang harus disesuaikan
agar mencerminkan alokasi nilai tercatat yang telah direvisi, setelah dikurangi
nilai sisa (jika ada), secara sistematis selama sisa periode depresiasi (amortisasi)
(PSAK 48 Revisi 2009). Tujuan dari uji penurunan nilai adalah agar aset-aset
yang disajikan dalam laporan posisi keuangan mencerminkan sisa potensi dari
aset secara wajar. Penyajian yang wajar (fair presentation) unsur-unsur dan pos-
pos dalam laporan keuangan adalah salah satu karakteristik kualitatif informasi
keuangan yang diutamakan IFRS (Yohanes 2011). Oleh karena itu pengungkapan
penurunan nilai aset dalam laporan keuangan perusahaan diperlukan agar laporan
2
keuangan memberikan informasi yang menggambarkan realitas ekonomi yang
sebenarnya kepada para pengguna laporan keuangan yang akan mengambil
keputusan. PSAK 48 (revisi 2009) menerapkan penurunan nilai untuk jenis aset
selain persediaan, aset kontrak konstruksi, aset imbalan kerja, aset keuangan
dalam lingkup PSAK 55 (revisi 2006), properti investasi metode revaluasi, biaya
tangguhan dan aset tak berwujud dalam kontrak asuransi, serta aset tidak lancar
yang dimiliki untuk dijual. Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada penurunan
nilai goodwill sebagai salah satu aset tidak berwujud yang dimiliki oleh
perusahaan non-keuangan yang go public. Peneliti berfokus pada aspek goodwill
karena mulai tahun 2011, goodwill yang diperoleh dari kombinasi bisnis tidak lagi
boleh diamortisasi melainkan harus diuji penurunan nilainya sesuai dengan PSAK
48 (revisi 2009). Selain itu, goodwill juga merupakan aset yang tidak boleh
dilakukan pembalikan rugi penurunan nilai meskipun nilai terpulihkannya lebih
besar daripada nilai tercatatnya (PSAK 48 (revisi 2009) Paragraf 119).
Dengan semakin ketatnya persaingan usaha yang dihadapi perusahaan-
perusahaan menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi agar dapat
bertahan dan berkembang menjadi lebih besar. Salah satu strategi yang dapat
diterapkan adalah dengan melakukan ekspansi (Swandari 1992 dalam Widjanarko
2014). Ekspansi dibagi menjadi ekspansi internal melalui pertumbuhan divisi-
divisi dalam perusahaan dan ekspansi eksternal yang dilakukan dengan cara
bergabung dengan perusahaan lain (Widjanarko 2014). Ekspansi eksternal yang
dilakukan perusahaan akan menghasilkan goodwill apabila jumlah yang
dibayarkan atas aktiva dalam rangka ekspansi tersebut melebihi nilai pasar aktiva.
Perusahaan non-keuangan di Indonesia pun menghadapi persaingan
usaha yang semakin ketat dan banyak pula yang melakukan ekspansi eksternal
seperti akuisisi dan merger yang akan menghasilkan goodwill. Sesuai PSAK 48
(revisi 2009), perusahaan non-keuangan tersebut juga harus melakukan uji
penurunan nilai atas goodwill yang dimiliki agar nilai yang terdapat dalam laporan
keuangan dapat mencerminkan kondisi yang sebenarnya dan melaporkan rugi
penurunan nilai sebagai beban dalam laporan laba/ rugi. Rugi penurunan nilai ini
tentu akan mempengaruhi nilai laba perusahaan tersebut. Semakin besar nilai rugi
3
penurunan nilai yang dilaporkan dapat diartikan semakin besar pula beban
perusahaan yang akan berdampak pula pada angka laba perusahaan yang terlihat
semakin kecil. Angka laba ini menjadi salah satu indikator yang menunjukkan
kinerja perusahaan dan rugi penurunan nilai yang dilaporkan dalam laporan laba/
rugi merupakan informasi yang tidak menguntungkan (unfavorable) bagi
perusahaan dan besarnya nilai rugi penurunan nilai ini ditentukan berdasarkan
judgement perusahaan. Oleh karena itu diperlukan tingkat kepatuhan (compliance
level) perusahaan yang tinggi dalam mengungkapkan penurunan nilai goodwill
yang berkualitas. Terlebih lagi, tidak seperti perusahaan keuangan yang secara
umum memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi karena mendapat pengawasan dari
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BAPEPAM, perusahaan non-keuangan tidak
memperoleh pengawasan seketat pengawasan pada perusahaan keuangan.
Penilaian tingkat kepatuhan perusahaan non-keuangan go public dalam
mengungkapkan penurunan nilai goodwill dalam penelitian ini didasarkan pada
kesesuaiannya dengan kriteria yang terdapat dalam PSAK 48 (revisi 2009).
Sebelum penelitian ini, penelitian mengenai penurunan nilai goodwill
juga pernah dilakukan oleh Tyrone M. Carlin, Nigel Finch, dan Guy Ford pada
tahun 2007 dengan objek perusahaan-perusahaan besar Australia yang telah go
public. Secara mengejutkan, hasil dari penelitian ini diperoleh bahwa telah terjadi
tingkat ketidakpatuhan yang besar oleh perusahaan-perusahaan besar Australia
terhadap peraturan AASB 136. Selain itu ada juga penelitian mengenai implikasi
dari pengungkapan penurunan nilai goodwill sesuai dengan FAS 142 yang
dilakukan oleh Wolfgang Schultze pada tahun 2005. Namun sepengetahuan
peneliti, belum pernah dilakukan penelitian mengenai tingkat pengungkapan yang
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan non-keuangan yang terdaftar pada Bursa
Efek Indonesia pada tahun 2012 dengan mengacu pada PSAK 48 (revisi 2009).
PSAK 48 (revisi 2009) berlaku mulai tahun 2011 dengan syarat transisi
prospektif. Sehingga pada tahun 2012, perusahaan yang memiliki goodwill
seharusnya telah melakukan pengungkapan penurunan nilai goodwill sesuai
ketentuan yang terdapat dalam PSAK 48 (revisi 2009). Oleh karena itu, penelitian
ini akan menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan audited
4
perusahaan non-keuangan tahun 2012 yang terdapat dalam www.idx.co.id untuk
membahas masalah seberapa besar tingkat pengungkapan yang dilakukan oleh
perusahaan non-keuangan dalam mengungkapkan penurunan nilai goodwill yang
dimiliki sesuai ketentuan PSAK 48 (revisi 2009) dan syarat pengungkapan mana
yang banyak dilakukan dan tidak dilakukan oleh perusahaan non-keuangan yang
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2012.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris
mengenai penerapan PSAK 48 (revisi 2009) terkait pengungkapan penurunan
nilai goodwill pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia tahun 2012. Dalam penelitian yang terkait dengan penerapan PSAK 48
(revisi 2009) ini akan mendeskripsikan industri dan sub sektor mana yang
mengungkapkan kepemilikan goodwill, bagaimana perusahaan-perusahaan
tersebut melakukan pengungkapan tentang ketentuan umum terkait goodwill dan
penurunan nilai goodwill, serta kelengkapan pengungkapan opsi yang digunakan
perusahaan untuk mengukur jumlah terpulihkan goodwill yang dimiliki.
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan
penjelasan kepada perusahaan-perusahaan non-keuangan yang telah go public
mengenai seberapa besar penerapan PSAK 48 (revisi 2009) yang telah mereka
lakukan dalam mengungkapkan penurunan nilai goodwill yang dimilikinya.
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi para investor
dalam mengambil keputusan agar tidak hanya melihat dari nilai aset perusahaan
non-keuangan yang besar, tetapi harus mempertimbangkan jenis aset yang
dimiliki perusahaan non-keuangan tersebut karena akan berimplikasi pada
penurunan nilai aset yang dialami perusahaan.
LANDASAN TEORI
Beberapa teori yang dapat digunakan untuk mengkaji penerapan PSAK
48 (revisi 2009) :
5
2.1 Goodwill
Menurut pengertian PSAK 19, goodwill diartikan sebagai aset yang
mencerminkan manfaat ekonomi masa depan yang timbul dari aset lainnya
yang diperoleh dalam kombinasi bisnis yang tidak dapat diidentifikasi secara
individual dan diakui secara terpisah. Goodwill adalah aset jangka panjang
yang dikategorikan sebagai aset tak berwujud. Setidaknya terdapat tiga PSAK
yang mengatur tentang goodwill dan saling terkait, yaitu PSAK 19 (Aktiva
Tetap Tak Berwujud), PSAK 22 (Kombinasi Bisnis), dan PSAK 48
(Penurunan Nilai Aset).
Goodwill akan muncul ketika sebuah perusahaan melakukan akuisisi
perusahaan lain secara keseluruhan. Nilai goodwill diperoleh dari biaya untuk
melakukan akuisisi dikurangi dengan nilai pasar wajar aset berwujud, aset tak
berwujud yang dapat diidentifikasi, dan kewajiban yang diperoleh dalam
akuisisi. Sejalan dengan PSAK 19, PSAK 48 (revisi 2009) juga
mendefinisikan goodwill yang diakui dalam kombinasi bisnis sebagai aset
yang mewakili manfaat ekonomi masa depan yang timbul dari aset lain yang
diperoleh dalam kombinasi bisnis yang tidak teridentifikasi secara individual
dan diakui secara terpisah (PSAK 48 (revisi 2009) Paragraf 81).
2.2 Penurunan Nilai
PSAK 48 (revisi 2009) mendefinisikan rugi penurunan nilai sebagai
jumlah yang merupakan selisih lebih jumlah tercatat suatu aset atau unit
penghasil kas atas jumlah terpulihkannya. Mulai tahun 2011, goodwill yang
muncul dari akuisisi berdasarkan PSAK 22 tidak lagi boleh diamortisasi
melainkan harus dilakukan uji penurunan nilai setiap tahunnya dengan cara
pengujian yang terdapat dalam PSAK 48 (revisi 2009).
Untuk melakukan uji penurunan nilai, sejak tanggal akuisisi goodwill
harus dialokasikan ke dalam Unit Penghasil Kas (Cash Generating Unit –
CGU) terkecil di dalam perusahaan pengakuisisi yang mendapatkan dampak
positif dari akuisisi tersebut (PSAK 48 (revisi 2009)Paragraf 80). Jika alokasi
awal goodwill yang diperoleh dalam kombinasi bisnis tidak dapat diselesaikan
6
sebelum berakhirnya periode tahunan ketika kombinasi bisnis telah terjadi,
alokasi awal tersebut harus diselesaikan sebelum akhir dari periode tahunan
pertama setelah tanggal akuisisi (PSAK 48 (revisi 2009) Paragraf 84). Setiap
tahun Unit Penghasil Kas yang telah mendapatkan alokasi goodwill diukur
apakah terjadi penurunan nilai atau terdapat indikasi bahwa unit tersebut
mengalami penurunan nilai dengan melakukan perbandingan antara jumlah
tercatat dengan jumlah terpulihkannya. Jika jumlah terpulihkan melebihi
jumlah tercatatnya, unit dan goodwill yang dialokasikan ke unit tersebut harus
dianggap tidak mengalami penurunan nilai (PSAK 48 (revisi 2009) Paragraf
90). PSAK 48 (revisi 2009) juga tidak mengijinkan adanya pembalikan rugi
penurunan nilai atas goodwill meskipun nilai terpulihkannya lebih besar
daripada nilai tercatatnya (PSAK 48 (revisi 2009) Paragraf 119).
Uji tahunan penurunan nilai untuk Unit Penghasil Kas yang telah
menerima alokasi goodwill dapat dilakukan setiap waktu selama suatu periode
tahunan, sepanjang pengujian dilakukan pada waktu yang sama setiap tahun
(PSAK 48 (revisi 2009) Paragraf 91).
Kriteria pengungkapan penurunan nilai goodwill yang disyaratkan
dalam PSAK 48 (revisi 2009) adalah :
Tabel 1. Kriteria Pengungkapan Penurunan Nilai
KETENTUAN
UMUM
Ketentuan pengungkapan penurunan nilai :
1. Unit Penghasil Kas yang mendapat alokasi goodwill
(Paragraf 80)
2. Jumlah tercatat goodwill yang dialokasikan ke unit
(kelompok dari unit) (Pargraf 129)
3. Peristiwa atau kondisi yang mengarah pada pengakuan rugi
penurunan nilai (Paragraf 125 a)
4. Waktu pengujian penurunan nilai (Paragraf 90)
5. Jumlah rugi penurunan nilai yang diakui (Paragraf 125 b)
6. Estimasi/ dasar yang digunakan untuk mengukur jumlah
terpulihkan suatu Unit Penghasil Kas yang mendapat
alokasi goodwill (Paragraf 129)
7
OPSI 1
Jumlah terpulihkan didasarkan atas nilai pakai
a. Suatu uraian dari setiap asumsi utama yang digunakan
sebagai dasar oleh manajemen (Paragraf 129 d)
b. Gambaran pendekatan manajemen untuk menetapkan nilai
yang ditentukan untuk setiap asumsi utama (Paragraf 129 d)
c. Periode proyeksi arus kas dan penjelasannya (Paragraf 129
d)
d. Tingkat pertumbuhan yang digunakan (Paragraf 129 d)
e. Tingkat diskonto untuk proyeksi arus kas (Paragraf 129 d)
OPSI 2
Jumlah terpulihkan didasarkan atas nilai wajar dikurangi
biaya untuk menjual
a. Metodologi yang digunakan untuk menentukan nilai wajar
dikurangi biaya penjualan (Paragraf 129 e)
b. Penjelasan dari setiap asumsi utama yang digunakan sebagai
dasar oleh manajemen (Paragraf 129 e)
c. Penjelasan dari pendekatan manajemen untuk menetapkan
nilai yang ditentukan untuk setiap asumsi utama (Paragraf
129 e)
OPSI 3
Jumlah terpulihkan didasarkan atas nilai wajar dikurangi
biaya untuk menjual yang ditentukan dengan menggunakan
proyeksi arus kas terdiskonto
a. Penjelasan dari setiap asumsi utama yang digunakan sebagai
dasar oleh manajemen (Paragraf 129 e)
b. Penjelasan dari pendekatan manajemen untuk menetapkan
nilai yang ditentukan untuk setiap asumsi utama (Paragraf
129 e)
c. Periode arus kas yang diproyeksikan manajemen (Paragraf
129 e)
d. Tingkat pertumbuhan yang digunakan untuk
mengekstrapolasi proyeksi arus kas (Paragraf 129 e)
e. Tingkat diskonto untuk proyeksi arus kas (Paragraf 129 e)
Sumber: PSAK 48 (Revisi 2009).
2.3 Penelitian Terdahulu
Sebelum penelitian ini, terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang
juga membahas mengenai penurunan nilai, di antaranya :
8
Tabel 2. Beberapa Penelitian Terdahulu
No.
Peneliti
dan
Tahun
Penelitian
Judul
Penelitian
Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
1. Schultze
(2005)
The
Information
Content of
Goodwill –
Impairments
Under FAS
142:
Implications
for External
Analysis
and Internal
Control
Goodwill,
Penurunan
Nilai,
Pengendalian
Internal,
Pengukuran
Kinerja
FAS 142 menyatakan bahwa
goodwill adalah non-wasting
asset. Tetapi,goodwill
merupakan konsekuensi dari
kelebihan pengembalian di
masa depan yang didapat
dari keunggulan kompetitif
yang terkadang bersifat
permanen, sehingga menurut
peneliti, goodwill adalah
wasting asset.
Untuk wasting asset,
amortisasi dan penurunan
nilai memiliki implikasi
yang berbeda, sehingga
umumnya dipisahkan.
Menurut FAS 142, baik
komponen maupun
perubahan nilai dari
amortisasi dan penurunan
nilai ditunjukkan secara
terpisah.
Menurut peneliti, hasil dari
kerugian penurunan nilai
tidak dapat diinterpretasikan
sebagai beban dan harus
dieliminasi. Sementara FAS
142 menghendaki
perusahaan mengukur
kerugian penurunan nilai
berdasarkan nilai wajar dan
mengidentifikasi aset dengan
menghilangkan kapitalisasi
mereka yang membuat
penyesatan akuntansi dan
sebagai konsekuensi dari
implementasi penggunaan
akuntansi nilai wajar penuh
yang setengah hati.
9
No.
Peneliti
dan
Tahun
Penelitian
Judul
Penelitian
Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
2.
Carlin,
Finch, dan
Ford
(2007)
Goodwill
Impairment
– An
Assessment
of
Disclosure
Quality and
Compliance
Levels by
Large Listed
Australian
Firms
Goodwill,
Akuntansi
Penurunan
Nilai, Tingkat
Kepatuhan,
Kualitas
Pengungkapan
Tingkat ketidakpatuhan
terhadap peraturan AASB
136 secara mengejutkan
tinggi, dan kasus di mana
tipe pengungkapan yang
sangat spesifik didiskusikan
dalam suatu standar yang
sebenarnya diproduksi
dengan luar biasa mencolok.
3. Aryanto
(2011)
Kajian
Penerapan
PSAK 48
(revisi
2009):
Penurunan
Nilai Aset di
Perusahaan
Migas
Unit Penghasil
Kas, Penurunan
Nilai
Penentuan Unit Penghasil
Kas perlu memperhatikan
faktor agregasi unit yang
menggunakan infrastruktur
yang sama dalam
menghasilkan kas. Jika
penentuan Unit Penghasil
Kas terlalu kecil, maka
selain berdampak pada
kurang efisien dan efektif
untuk tujuan perhitungan uji
penurunan nilai, dampak
lainnya adalah risiko
pengakuan penurunan nilai
menjadi semakin tinggi.
4.
Gordon
dan Hsu
(2012)
Long –
Lived Asset
Impairments
and Future
Performance
under US
GAAP and
IFRS
Penurunan
Nilai Aset
Tetap, Kinerja
Masa Depan
Berdasarkan
GAAP, Kinerja
Masa Depan
Berdasarkan
IFRS
Penurunan nilai berpengaruh
negatif terhadap arus kas
masa depan dan laba masa
depan, tetapi hubungannya
tergantung dari tipe aset
yang diturunkan nilainya dan
standar yang digunakan.
Berdasarkan IFRS, total
penurunan nilai secara
konsisten berhubungan
dengan arus kas masa depan
dan laba masa depan, tetapi
tidak untuk GAAP.
Penurunan nilai aset
berwujud dan goodwill
10
No.
Peneliti
dan
Tahun
Penelitian
Judul
Penelitian
Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
seringkali berpengaruh
terhadap kinerja ke depan
perusahaan yang
berpedoman pada IFRS.
Penurunan nilai aset
menggunakan GAAP
memberikan informasi yang
lebih sedikit daripada
menggunakan IFRS,
penggunaan standar yang
berbeda menghasilkan
kegunaan yang berbeda
untuk pengguna laporan
keuangan.
Sumber: Dari Berbagai Jurnal.
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan non-
keuangan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012. Metode
pemilihan sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan kriteria
perusahaan non-keuangan tersebut menerbitkan laporan keuangan tahunan yang
telah diaudit (audited) tahun 2012, perusahaan non-keuangan tersebut memiliki
jenis goodwill positif yang bernilai lebih dari 0, dan perusahaan non-keuangan
tersebut mengungkapkan nilai goodwill positif yang dimiliki dalam laporan
keuangannya.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
yaitu data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui www.idx.co.id.
Data penelitian ini berupa laporan keuangan audited perusahaan non-keuangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012.
Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif,
yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan fenomena yang terjadi.
Dalam penelitian ini, fenomena yang diamati adalah penurunan nilai dari goodwill
11
yang merupakan aktiva tak berwujud yang dimiliki perusahaan non-keuangan dan
tingkat pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan non-keuangan yang
terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012 dalam mengungkapkan
penurunan nilai goodwill yang dikuasainya sesuai PSAK 48 (revisi 2009).
Setelah data diperoleh dari www.idx.co.id, peneliti melakukan seleksi
perusahaan non-keuangan yang mengungkapkan nilai goodwill dalam laporan
keuangannya. Dari seleksi tersebut akan diperoleh sampel yang diperlukan
peneliti untuk menjawab persoalan penelitian. Selanjutnya dilakukan
pengidentifikasian kriteria pengungkapan penurunan nilai yang disyaratkan oleh
PSAK 48 (revisi 2009). Peneliti akan membandingkan kriteria tersebut dengan
pengungkapan penurunan nilai goodwill yang dilakukan oleh perusahaan sampel
dalam catatan atas laporan keuangannya. Setelah pembandingan tersebut selesai
dilakukan, peneliti dapat menarik kesimpulan untuk menjawab persoalan
penelitian yang telah dirumuskan pada bab pertama.
ANALISIS DAN BAHASAN ANALISIS
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran dari sampel penelitian,
pembandingan pengungkapan yang telah dilakukan oleh masing-masing
perusahaan sampel dengan kriteria pengungkapan penurunan nilai goodwill dalam
PSAK 48 (revisi 2009), dan pembahasan mengenai hasil dari penelitian tersebut.
4.1 Gambaran Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan yaitu seluruh perusahaan kecuali lembaga
keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012. Setelah
dilakukan analisis terhadap sampel maka diperoleh sampel penelitian sebagai
berikut:
12
Tabel 3. Pengambilan Sampel Penelitian
Keterangan Jumlah
Jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2012 456
Jumlah perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI tahun
2012 (72)
Jumlah perusahaan yang belum mempublikasikan Laporan
Keuangan tahun 2012 (3)
Jumlah perusahaan yang hanya mempunyai jenis goodwill
negative (5)
Jumlah perusahaan yang nilai goodwillnya 0(null) pada tahun
2012 (18)
Jumlah perusahaan yang tidak mengungkapkan nilai goodwill (241)
Jumlah perusahaan sampel 117
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014
Dari hasil seleksi sampel, diketahui masih terdapat beberapa
perusahaan yang mengungkapkan nilai goodwill negatif yang dimilikinya.
Sesuai PSAK 22 (revisi 2010) tentang kombinasi bisnis, goodwill negatif yang
diperoleh sebelum 1 Januari 2011 harus dihentikan pengakuannya dan
dilakukan penyesuaian terhadap saldo laba. Perusahaan yang masih
mengungkapkan nilai goodwill negatif yang dimilikinya di Laporan Keuangan
tahun 2012 adalah PT. Citra Kebun Raya Agri Tbk (CKRA), PT. Modernland
Realty Tbk (MDLN), PT. Nirvana Development (NIRO), PT. Pikko Land
Development (RODA), dan PT. Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP).
Diduga perusahaan-perusahaan tersebut belum siap untuk menghentikan
pengakuan goodwill negatif yang dimilikinya karena penghentian pengakuan
goodwill negatif ini akan disertai dengan penyesuaian saldo laba. Apabila
goodwill negatif dihentikan pengakuannya, maka saldo laba yang dimiliki
perusahaan juga akan berkurang. Semakin tinggi saldo goodwill negatif yang
dihentikan pengakuannya, maka saldo laba perusahaan tersebut juga akan
berkurang semakin banyak.
13
Gambar 1. Jumlah Perusahaan Sampel Menurut Sektornya
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014
Berdasarkan klasifikasi industri yang ditetapkan oleh NEJ yang
disebut JASICA (Jakarta Stock Exchange Industrial Classification),
perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat
dikelompokkan menjadi 3 sektor, yaitu Sektor Utama (Industri Penghasil
Bahan Baku), Sektor Kedua (Industri Pengolahan atau Manufaktur), dan
Sektor Ketiga (Industri Jasa). Pada penelitian ini, sampel sebanyak 117
perusahaan didominasi dari sektor industri jasa yang berjumlah 65
perusahaan. Hal ini menunjukkan 56% perusahaan sampel berasal dari sektor
industri jasa. Menurut peneliti, kondisi tersebut dikarenakan sub sektor yang
tergabung dalam industri jasa adalah sub sektor yang terdiri dari perusahaan-
perusahaan besar dan perusahaan-perusahaan yang masih terus bertumbuh
karena pangsa pasarnya yang luas dan semakin meningkat sehingga
perusahaan-perusahaan tersebut juga banyak melakukan kombinasi bisnis
yang akan menghasilkan goodwill sebagai salah satu bentuk ekspansi yang
dilakukan agar tetap dapat bertahan dan berkembang menjadi semakin besar
di tengah persaingan yang juga semakin ketat.
14
Gambar 2. Jumlah Perusahaan Sampel Menurut Sektor Berdasarkan
Kelompok Industrinya
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014
Apabila dilihat dari sektor berdasarkan kelompok industri, 32
perusahaan sampel berasal dari sektor perdagangan, jasa, dan investasi. Hal
ini diduga karena sektor perdagangan, jasa, dan investasi adalah sektor yang
aktif dalam mengembangkan bisnisnya, salah satunya melalui kombinasi
bisnis yang akan menghasilkan goodwill. Sektor perdagangan, jasa, dan
investasi ini juga banyak diminati investor. Saat ini, sektor perdagangan, jasa,
dan investasi memiliki pangsa pasar yang semakin meningkat serta target
masyarakat yang semakin besar, misalnya PT. Hero Supermarket Tbk
(HERO) yang banyak membuka cabang di berbagai kota, PT. Media
Nusantara Citra Tbk (MNCN) dan PT. Surya Citra Media Tbk (SCMA) yang
telah dikenal publik sebagai salah satu stasiun televisi di Indonesia serta PT.
Global Mediacom Tbk (BMTR) yang juga telah dikenal publik dengan nama
15
MNC Media. Sektor ini dipandang sektor yang menjanjikan di mata investor.
Selain itu, sektor perdagangan, jasa, dan investasi memiliki anggota yang
cukup banyak, yakni 102 perusahaan yang terbagi menjadi delapan sub sektor
(32 perusahaan dari sub sektor perdagangan grosir/ perdagangan besar barang
produksi, 21 perusahaan dari sub sektor perdagangan eceran, 20 perusahaan
dari sub sektor hotel, restoran, dan pariwisata, 11 perusahaan dari sub sektor
advertising, printing, dan media, 1 perusahaan dari sub sektor kesehatan, 4
perusahaan dari sub sektor jasa komputer dan perangkat lainnya, 9
perusahaan dari sub sektor perusahaan investasi, dan 4 perusahaan dari sub
sektor lainnya).
Terdapat pula sektor berdasarkan kelompok industri yang
kebanyakan sub sektornya tidak dapat digunakan sebagai sampel, di
antaranya adalah sektor pertanian dan sektor aneka industri. Empat sub sektor
dari masing-masing sektor berdasarkan kelompok industri tersebut memiliki
jumlah sampel nol. Berdasarkan dugaan peneliti, pertumbuhan kedua sektor
tersebut untuk saat ini kurang menjanjikan bagi para investor. Diduga juga
terdapat faktor-faktor konglomerasi untuk perusahaan yang memiliki
goodwill pada sektor ini, misalnya pada sub sektor perkebunan, perusahaan
yang memiliki nilai goodwill di antaranya adalah PT. Astra Agro Lestari Tbk
(AALI), PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR), dan
PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP).
Berdasarkan kategori sub sektor perusahaan non-keuangan, sampel
terbesar berasal dari sub sektor property dan real estate dengan jumlah
sampel sebesar 12 perusahaan (lihat lampiran, tabel jumlah sampel per
sektor). Selain dikarenakan sub sektor property dan real estate memiliki
perusahaan anggota terbanyak dibandingkan dengan sub sektor lainnya, yaitu
44 perusahaan, sub sektor property dan real estate sebagian besar terdiri dari
perusahaan-perusahaan besar, seperti PT. Sentul City Tbk (BKSL), PT.
Cowell Development Tbk (COWL), PT. Intiland Development Tbk (DILD),
PT. Bakrieland Development Tbk (ELTY), PT. MNC Land Tbk (KPIG), dan
PT. Lippo Karawaci Tbk (LPKR).
16
4.2 Deskripsi Perusahaan Sampel Dalam Pengungkapan Ketentuan
Umum
Dalam mengungkapkan poin-poin ketentuan umum yang disyaratkan
oleh PSAK 48 (revisi 2009) seperti yang telah disebutkan pada bagian
landasan teori, terdapat perusahaan sampel yang memiliki pengungkapan
yang lengkap, tetapi ada juga perusahaan sampel yang memiliki
pengungkapan yang tidak lengkap atau tidak memenuhi keenam poin yang
disyaratkan PSAK 48 (revisi 2009).
Gambar 3. Jumlah Perusahaan Sampel Menurut Pengungkapan
Ketentuan Umum
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014
Hanya sebagian kecil saja dari perusahaan sampel yang
mengungkapkan poin-poin ketentuan umum yang disyaratkan oleh PSAK 48
(revisi 2009) secara lengkap. Dari 22 perusahaan yang mengungkapkan poin-
poin ketentuan umum secara lengkap, empat perusahaan berasal dari sub
sektor perdagangan eceran yang termasuk dalam sektor berdasarkan
kelompok industri perdagangan, jasa, dan investasi serta tiga perusahaan
berasal dari sub sektor batu bara yang termasuk dalam sektor berdasarkan
kelompok industri pertambangan dan juga tiga perusahaan berasal dari sub
sektor property dan real estate yang termasuk dalam sektor berdasarkan
kelompok industri property dan real estate. Sedangkan 95 perusahaan sampel
17
(81%) memilih untuk tidak mengungkapkan sebagian atau seluruh poin-poin
ketentuan umum yang disyaratkan. Menurut peneliti, perusahaan sampel yang
memilih untuk tidak mengungkapkan seluruh poin-poin ketentuan umum
dikarenakan perusahaan tersebut memiliki nilai goodwill yang sangat kecil
jika dibandingkan dengan total aset yang dimiliki perusahaan, sehingga
manajer menganggap bahwa biaya untuk melakukan pengujian penurunan
nilai atas goodwill yang dimiliki akan lebih besar daripada manfaat yang akan
diterima perusahaan ketika melakukan pengungkapan, oleh karena itu
perusahaan tidak melakukan pengungkapan persyaratan ketentuan umum
karena perusahaan tidak melakukan pengujian penurunan nilai. Rata-rata
persentase goodwill terhadap total aset perusahaan yang memiliki
pengungkapan ketentuan umum yang tidak lengkap adalah sebesar 3,68%.
Contoh perusahaan yang tidak mengungkapkan seluruh poin-poin ketentuan
umum adalah PT. Toba Bara Sejahtera Tbk, diperkirakan karena goodwill
yang dimiliki hanya sebesar 0,01% dari keseluruhan aset yang dimiliki.
Tabel 4. Rata-Rata Pengungkapan Ketentuan Umum
Perusahaan Sampel
Persyaratan Ketentuan
Umum
Tidak
Ungkap % Ungkap % Total
1. Unit Penghasil Kas yang
mendapat alokasi goodwill
(Paragraf 80) 23 19% 94 80% 117 2. Jumlah tercatat goodwill
yang dialokasikan ke unit
(kelompok dari unit)
(Pargraf 129) 30 25% 87 74% 117 3. Peristiwa atau kondisi yang
mengarah pada pengakuan
rugi penurunan nilai
(Paragraf 125 a) 77 65% 40 34% 117 4. Waktu pengujian
penurunan nilai (Paragraf
90) 65 55% 52 44% 117 5. Jumlah rugi penurunan
nilai yang diakui (Paragraf
125 b) 34 29% 83 70% 117
18
Persyaratan Ketentuan
Umum
Tidak
Ungkap % Ungkap % Total
6. Estimasi/ dasar yang
digunakan untuk mengukur
jumlah terpulihkan suatu
Unit Penghasil Kas yang
mendapat alokasi goodwill
(Paragraf 129) 59 50% 58 49% 117
Rata-Rata 48,33 41% 68,67 58% 117
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014
Poin ketentuan umum yang banyak diungkapkan oleh perusahaan
sampel adalah ketentuan umum poin kesatu (Unit Penghasil Kas yang
mendapat alokasi goodwill), poin kedua (jumlah tercatat goodwill yang
dialokasikan ke unit), dan poin kelima (jumlah rugi penurunan nilai yang
diakui). Jumlah perusahaan sampel yang mengungkapkan poin-poin tersebut
berada di atas rata-rata pengungkapan keseluruhan ketentuan umum (58%).
Karena apabila perusahaan telah mengalokasikan nilai goodwill yang dimiliki
ke dalam Unit Penghasil Kas, biasanya mereka juga akan memerinci jumlah
yang dialokasikan ke dalam masing-masing Unit Penghasil Kas serta
menyebutkan jumlah penurunan nilai yang diakui perusahaan. Namun,
sebagian besar perusahaan sampel yang melakukan pengungkapan poin
ketentuan umum yang kelima mengungkapkan jumlah penurunan nilai 0
(null) atau tidak ada penurunan nilai.
19
Gambar 4. Jumlah Perusahaan Sampel Berdasarkan Pengungkapan
Jumlah Penurunan Nilai Goodwill
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014
Dari 117 perusahaan sampel, 70 perusahann (60%) mengungkapkan
jumlah penurunan nilai atas goodwill yang mereka miliki sebesar 0 (null) atau
tidak ada penurunan nilai. Diduga karena sebagian besar perusahaan sampel
mengungkapkan jumlah penurunan nilai 0 (null), sehingga mereka merasa
tidak perlu untuk mengungkapkan poin ketentuan umum yang ketiga. Dari
117 perusahaan sampel di atas, hanya 40 perusahaan yang memiliki
pengungkapan ketentuan umum poin ketiga. Perusahaan yang tidak
mengungkapkan poin ketiga adalah perusahaan yang tidak melakukan
pencadangan penurunan nilai. Diduga perusahaan tidak melakukan cadangan
penurunan nilai karena sebagian besar perusahaan sampel memiliki nilai
goodwill yang relatif kecil apabila dibandingkan dengan total aset yang
dimiliki, sehingga manajer berpendapat tidak ada penurunan nilai untuk
goodwill yang dimiliki dan mereka tidak melakukan cadangan penurunan
nilai. Sedangkan perusahaan yang mengungkapkan adanya penurunan nilai
goodwill, ada kemungkinan untuk memperoleh efisiensi pajak sebagai akibat
dari penurunan laba karena pengungkapan rugi penurunan nilai goodwill.
20
4.3 Deskripsi Perusahaan Sampel Dalam Memilih Opsi/ Metode Untuk
Menghitung Nilai Terpulihkan Goodwill
Dalam mengukur jumlah terpulihkan untuk menentukan penurunan
nilai goodwill, terdapat tiga opsi yang dapat digunakan seperti yang telah
disebutkan pada bagian landasan teori. Perusahaan dapat memilih untuk
menggunakan salah satu opsi atau lebih dalam menetapkan jumlah terpulihkan
goodwill yang dimilikinya sesuai dengan masing-masing kriteria dari Unit
Penghasil Kas yang memperoleh alokasi goodwill.
Gambar 5. Jumlah Perusahaan Sampel Untuk Masing-Masing Opsi
Jumlah Terpulihkan
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014
21
Enam puluh lima perusahaan sampel (55% dari keseluruhan
perusahaan sampel) memilih untuk tidak mengungkapkan dasar yang mereka
gunakan untuk mengukur jumlah terpulihkan goodwill (tanpa opsi). Dari 65
perusahaan tersebut, 6 perusahaan tidak mengungkapkan opsi yang
digunakan karena mereka menggunakan jasa penilai independen untuk
mengukur jumlah terpulihkan goodwill dan 59 perusahaan sisanya tidak
melakukan pengungkapan apapun tentang opsi yang digunakan untuk
mengukur jumlah terpulihkan goodwill. Hal ini sejalan dengan tabel 4 (Rata-
Rata Pengungkapan Ketentuan Umum Perusahaan Sampel). Diduga karena
sebagian besar perusahaan sampel mengungkapkan jumlah penurunan nilai 0
(null), sehingga mereka juga merasa tidak perlu untuk menyebutkan dasar
yang mereka gunakan untuk mengukur jumlah terpulihkan goodwill.
Sementara itu 52 perusahaan sampel yang lain mengungkapkan pengunaan
salah satu opsi atau lebih yang digunakan untuk mengukur jumlah terpulihkan
goodwill. Opsi yang banyak dipilih oleh perusahaan sampel adalah opsi 1
yang mengukur jumlah terpulihkan goodwill dengan didasarkan atas nilai
pakai, yaitu sebanyak 31% dari keseluruhan perusahaan sampel.
Tabel 5. Rata-Rata Pengungkapan Perusahaan Sampel Untuk Tiap Opsi
Opsi 1 (Jumlah Terpulihkan Didasarkan
Atas Nilai Pakai)
Tidak
Ungkap % Ungkap %
a. Suatu uraian dari setiap asumsi utama
yang digunakan sebagai dasar oleh
manajemen (Paragraf 129 d) 7 17% 33 80% b. Gambaran pendekatan manajemen
untuk menetapkan nilai yang
ditentukan untuk setiap asumsi utama
(Paragraf 129 d) 27 66% 13 32% c.
Periode proyeksi arus kas dan
penjelasannya (Paragraf 129 d) 29 71% 11 27% d.
Tingkat pertumbuhan yang digunakan
(Paragraf 129 d) 29 71% 11 27% e.
Tingkat diskonto untuk proyeksi arus
kas (Paragraf 129 d) 23 56% 17 41%
Rata-Rata 23 56% 17 41%
22
Opsi 2 (Jumlah Terpulihkan Didasarkan
Atas Nilai Wajar Dikurangi Biaya Untuk
Menjual)
Tidak
Ungkap % Ungkap %
a. Metodologi yang digunakan untuk
menentukan nilai wajar dikurangi biaya
penjualan (Paragraf 129 e) 0 0% 3 100% b. Penjelasan dari setiap asumsi utama
yang digunakan sebagai dasar oleh
manajemen (Paragraf 129 e) 1 33% 2 67% c. Penjelasan dari pendekatan manajemen
untuk menetapkan nilai yang
ditentukan untuk setiap asumsi utama
(Paragraf 129 e) 1 33% 2 67%
Rata-Rata 0,67 22% 2,33 78% Opsi 3 (Jumlah Terpulihkan Didasarkan
Atas Nilai Wajar Dikurangi Biaya Untuk
Menjual yang Ditentukan Dengan
Menggunakan Proyeksi Arus Kas
Terdiskonto)
Tidak
Ungkap % Ungkap %
a. Penjelasan dari setiap asumsi utama
yang digunakan sebagai dasar oleh
manajemen (Paragraf 129 e)
b. Penjelasan dari pendekatan manajemen
untuk menetapkan nilai yang ditentukan
untuk setiap asumsi utama (Paragraf
129 e)
c. Periode arus kas yang diproyeksikan
manajemen (Paragraf 129 e)
d. Tingkat pertumbuhan yang digunakan
untuk mengekstrapolasi proyeksi arus
kas (Paragraf 129 e)
e. Tingkat diskonto untuk proyeksi arus
kas (Paragraf 129 e)
4 31% 9 69%
6 46% 7 54%
4 31% 9 69%
4 31% 9 69%
2 15% 11 85%
Rata-Rata 4 31% 9 69%
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014
Untuk opsi 1 dan opsi 3, syarat pengungkapan poin a, yaitu tentang
penjelasan dari setiap asumsi utama yang digunakan sebagai dasar oleh
manajemen, lebih banyak diungkapkan oleh perusahaan sampel dikarenakan
syarat poin a ini berhubungan dengan poin-poin pengungkapan lainnya untuk
setiap opsi. Sedangkan poin-poin lainnya tidak saling berhubungan sehingga
23
terdapat variasi perbandingan jumlah perusahaan yang mengungkapkan poin-
poin tersebut dan yang tidak mengungkapkannya.Untuk opsi 1 poin b, c, d,
dan e, lebih banyak perusahaan sampel yang memilih untuk tidak
mengungkapkan poin-poin tersebut. Menurut dugaan peneliti, sebagian besar
perusahaan yang memilih menggunakan opsi 1 mengungkapkan bahwa
jumlah penurunan nilai goodwill yang mereka miliki adalah 0 (null) atau
tidak ada penurunan nilai goodwill sehingga mereka tidak menjelaskan secara
rinci metode yang digunakan untuk mengukur jumlah terpulihkan goodwill.
Sedangkan untuk opsi 3 poin b, c, d, dan e, jumlah perusahaan sampel yang
memilih untuk melakukan pengungkapan lebih banyak daripada yang tidak
melakukan pengungkapan.
Untuk opsi 2 poin a, b, dan c lebih banyak perusahaan sampel yang
memilih untuk melakukan pengungkapan karena pesyaratan pengungkapan
untuk opsi 2 ini saling berhubungan sehingga lebih banyak perusahaan yang
melakukan pengungkapan semua poin-poin persyaratan opsi 2.
KESIMPULAN
Dari uraian pada bab analisis dan bahasan analisis, maka masalah
penelitian seperti yang telah disampaikan pada bab pendahuluan dapat terjawab.
Sebagian besar perusahaan sampel yang mengungkapkan memiliki goodwill
berasal dari sektor industri jasa (sektor ketiga). Sedangkan apabila dilihat
berdasarkan kategori sub sektor, sampel terbanyak berasal dari sub sektor
property dan real estate yang juga merupakan sub sektor dari sektor industri jasa.
Sebagian besar perusahaan sampel memiliki jumlah penurunan nilai goodwill 0
(null). Dari 117 perusahaan sampel, 60% di antaranya memiliki jumlah penurunan
nilai goodwill 0 (null). Dalam melakukan pengungkapan ketentuan umum sesuai
PSAK 48 (revisi 2009), hanya 18% perusahaan sampel yang memiliki
pengungkapan ketentuan umum yang lengkap dan 74% lainnya memiliki
pengungkapan ketentuan umum yang tidak lengkap. Poin ketentuan umum yang
paling banyak diungkapkan (80%) oleh perusahaan sampel adalah poin ketentuan
umum Unit Penghasil Kas yang mendapat alokasi goodwill. Sedangkan poin
24
ketentuan umum yang paling sedikit diungkapkan (34%) oleh perusahaan sampel
adalah poin ketentuan umum peristiwa atau kondisi yang mengarah pada
pengakuan rugi penurunan nilai.
Untuk pengungkapan opsi yang digunakan oleh perusahaan sampel guna
mengukur jumlah terpulihkan goodwill, 55% perusahaan sampel tidak
mengungkapkan opsi yang mereka gunakan untuk mengukur jumlah terpulihkan.
Banyak perusahaan sampel yang tidak mengungkapkan opsi karena adanya
perusahaan yang menggunakan jasa penilai independen untuk mengukur jumlah
terpulihkan goodwill serta karena sebagian besar perusahaan sampel
mengungkapkan jumlah penurunan nilai 0 (null) atau tidak ada penurunan nilai,
sehingga mereka juga merasa tidak perlu untuk menyebutkan dasar yang mereka
gunakan untuk mengukur jumlah terpulihkan goodwill.
Dari hasil analisis tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan-
perusahaan non-keuangan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2012
telah mematuhi peraturan PSAK 48 (revisi 2009) terkait pengungkapan penurunan
nilai goodwill. Adanya poin-poin pengungkapan sesuai PSAK 48 (revisi 2009)
yang tidak diungkapkan oleh perusahaan tidak dapat diartikan bahwa perusahaan
tidak patuh terhadap ketentuan PSAK 48 (revisi 2009), namun dapat dikarenakan
banyaknya variasi yang terjadi di lapangan yang menyebabkan perusahaan tidak
mengungkapkan poin-poin pengungkapan yang ditentukan oleh PSAK 48 (revisi
2009) secara keseluruhan.
Implikasi Teori dan Terapan
Kesimpulan dalam penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian oleh
Carlin, dkk (2007) yang melakukan penelitian mengenai tingkat kepatuhan dan
kualitas pengungkapan informasi penurunan nilai goodwill sesuai AASB 136
yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan go public di Australia. Carlin, dkk
(2007) memberikan kesimpulan bahwa terjadi tingkat ketidakpatuhan yang tinggi
terhadap peraturan AASB 136. Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti
memberikan kesimpulan bahwa perusahaan-perusahaan non-keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 telah patuh terhadap peraturan
25
PSAK 48 (revisi 2009) dalam melakukan pengungkapan penurunan nilai goodwill
yang dimiliki. Dalam hal perusahaan-perusahaan non-keuangan tersebut tidak
mengungkapkan kriteria-kriteria yang disyaratkan oleh PSAK 48 (revisi 2009)
adalah dikarenakan suatu kondisi yang dialami perusahaan dan atas dasar
pertimbangan-pertimbangan tertentu, seperti cost and benefit. Namun, dalam
penelitian ini, peneliti tidak mempertimbangkan aspek kualitas pengungkapan
yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan non-keuangan.
Karena perusahaan-perusahaan non-keuangan yang menjadi objek
penelitian ini telah patuh terhadap ketentuan PSAK 48 (revisi 2009), maka
perusahaan-perusahaan tersebut disarankan untuk tetap melanjutkan
pengungkapan penurunan nilai goodwill seperti yang telah dilakukan dalam
laporan keuangannya pada tahun 2012. Sementara itu, para investor juga
diharapkan agar tidak hanya melihat pada nilai goodwill yang merupakan salah
satu aset perusahaan saja, tetapi investor juga harus melihat pada penurunan nilai
yang terjadi atas goodwill yang dimiliki oleh perusahaan karena rugi penurunan
nilai yang terjadi pada goodwill perusahaan juga dapat berpengaruh pada laba
perusahaan.
Keterbatasan Penelitian dan Saran Untuk Penelitian Mendatang
Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan, di mana dalam penelitian
ini tidak memperhatikan kualitas dari pengungkapan penurunan nilai goodwill
yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan non-keuangan yang terdaftar dalam
Bursa Efek Indonesia tahun 2012. Peneliti hanya berfokus pada aspek ada atau
tidaknya poin-poin pengungkapan yang sesuai dengan ketentuan PSAK 48 (revisi
2009) terkait pengungkapan penurunan nilai goodwill. Selain itu, dalam penelitian
ini juga tidak memperhatikan hubungan antara pengungkapan penurunan nilai
goodwill yang dilakukan perusahaan dengan kinerja perusahaan tersebut.
Untuk penelitian mendatang sebaiknya memperhatikan juga aspek
kualitas dari pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan non-
keuangan yang telah go public. Selain itu juga perlu dipertimbangkan untuk
26
meneliti bagaimana pengaruh dari pengungkapan penurunan nilai goodwill
terhadap kinerja perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Aryanto, Yohanes Handoko. 2011. ―A Theoretical Review On the Accounting
Standards About Non-Depreciable Assets.‖ (n.d.).
http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1863823.
———. ―Kajian Penerapan PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset di
Perusahaan Migas.‖ 2011 (n.d.).
Carlin, Tyrone M., Finch Nigel, and Ford Guy.2007. ―Goodwill Impairment- An
Assessment of Disclosure Quality and Compliance Levels by Large Listed
Australian Firms.‖ MGSM Working Papers in Management, (n.d.).
http://ssrn.com/abstract=963078.
Gordon, Elizabeth A., and Hsu, Hsiao-Tang. 2012. ―Long-Lived Asset
Impairments and Future Performance under US GAAP and IFRS.‖Temple
University, (n.d.). http://ssrn.com/abstract=2127868.
Ikatan Akuntan Indonesia.Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.48 (revisi
2009): Penurunan Nilai Aset, n.d.
http://www.docstoc.com/docs.124467413/PSAK-48-Penurunan-Nilai-Aset.
Ikatan Akuntan Indonesia.Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.19 (revisi
2009):Aktiva Tak Berwujud, n.d.
http://www.docstoc.com/docs.124467413/PSAK-19-Aktiva-Tak-Berwujud.
International Accounting Standards Board.International Accounting Standards
No. 36: Impairment of Assets, n.d.
http://www.iasplus.com/en/standards/ias/ias36.
JASICA (Jakarta Stock Exchange Industrial Classification). Sektor BEI (Bursa
Efek Indonesia), September 28, 2014, n.d.
http://www.sahamok.com/emiten/sektor-bei/.
27
Kementerian Keuangan RI. Bapepam-LK: PSAK Dan ISAK Diberlakukan Secara
Bertahap, July 30, 2010, n.d. http://www.kemenkeu.go.id/en/node/14565.
Schultze, Wolfgang. ―The Information Content of Goodwill-Impairments Under
FAS 142: Implications for External Analysis and Internal
Control.‖Schmalenbach Business Review 57. July 2005 (n.d.): 276–297.
Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal.2002. Pedoman Penyajian Dan
Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten Atau Perusahaan Publik Industri
Real Estate.
Widjanarko, Hendro.2014. ‗Merger, Akuisisi, Dan Kinerja Perusahaan (Studi
Atas Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI)‘, Universitas
Pembangunan Nasional ‘Veteran’
Yogyakarta<http://repository.upnyk.ac.id/id/eprint/3632>.
28
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA DIRI
Nama : Evelyn Cindy Harsoyo
NIM : 232011136
Tempat, Tanggal Lahir : Semarang, 25 Maret 1993
Alamat : Perumahan Griya Kencana 1 No. 7 Pati
Judul Skripsi : TINGKAT PENGUNGKAPAN PENURUNAN NILAI
GOODWILL PERUSAHAAN NON-KEUANGAN
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. 1997 – 1998 : TK CAHAYA NUR KUDUS
2. 1998 – 1999 : TK KANISIUS PATI
3. 1999 – 2005 : SD KANISIUS PATI
4. 2005 – 2008 : SMP NEGERI 3 PATI
5. 2008 – 2011 : SMA NEGERI 1 PATI
PENGALAMAN
1. Asisten dosen ―Matematika Bisnis‖ Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Semester Gasal 2013/2014.
2. Asisten Dosen ―Akuntansi Keuangan Menengah 1‖ Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Semester Genap 2013/
2014.
3. Asisten Dosen ―Laboratorium Perpajakan‖ Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Semester Genap 2013/ 2014 -
Semester Antara 2013/ 2014.
4. Panitia Kegiatan ―Salatiga Film Festival 2013‖, tanggal 11 April 2013, tempat
di Balairung Utama Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
5. Panitia Kegiatan ―Visit Plan 2012‖, tanggal 30 April - 3 Mei 2012, acara
berupa kunjungan ke beberapa perusahaan di Jakarta.
29
6. Peserta Seminar ―Management by Touch‖, tanggal 14 April 2014, pembicara
C.K. Song (CEO dari KMK Global Sport Group).
7. Peserta Acara Accounting Week 2014 Program Studi Akuntansi Universitas
Atma Jaya Yogyakarta, dengan tema ―Let’s Find The Passion of Accounting‖,
tanggal 19 – 22 Maret 2014, penyelenggara Himpunan Mahasiswa Program
Studi Akuntansi, tempat di Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
8. Peserta Seminar Nasional ―Hypno Selling‖, tanggal 15 Januari 2014.
9. Peserta Seminar Nasional ―Peran Akuntansi Dalam Perekonomian Global dan
Borderless Economy‖, tanggal 4-5 April 2012, penyelenggara Kelompok
Studi Akuntansi, tempat di Balairung Utama Universitas Kristen Satya
Wacana Salatiga.
10. Peserta Seminar Nasional Kewirausahaan ―Inspire, Instruct, Improve: Other
Side of Business‖, tanggal 7 Maret 2012, pembicara Anne Avantie dan Tung
Desem Waringin, penyelenggara Kelompok Studi Manajemen.
11. Peserta Seminar ―Welcome to The Work World‖, tanggal 18 Januari 2012,
tempat di Gedung E-123 Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
30
Lampiran 1. Jumlah Sampel Per Sektor
SEKTOR Jumlah Sampel
SEKTOR UTAMA (SEKTOR INDUSTRI PENGHASIL BAHAN BAKU)
Sektor Pertanian
Sub Sektor Perikanan 1
Sub Sektor Perkebunan 10
Sub Sektor Tanaman Pangan 0
Sub Sektor Peternakan 0
Sub Sektor Kehutanan 0
Sub Sektor Lainnya 0
Jumlah Sektor Pertanian 11
Sektor Pertambangan
Sub Sektor Batu-Batuan 0
Sub Sektor Batu Bara 10
Sub Sektor Logam dan Mineral 3
Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi 3
Sub Sektor Lainnya 0
Jumlah Sektor Pertambangan 16
SEKTOR KEDUA (INDUSTRI PENGOLAHAN ATAU MANUFAKTUR)
Sektor Industri Dasar dan Kimia
Sub Sektor Kayu dan Pengolahannya 1
Sub Sektor Keramik, Porselen, dan Kaca 0
Sub Sektor Kimia 1
Sub Sektor Logam dan Sejenisnya 1
31
SEKTOR Jumlah Sampel
Sub Sektor Pakan Ternak 3
Sub Sektor Plastik dan Kemasan 3
Sub Sektor Pulp dan Kertas 1
Sub Sektor Semen 2
Sub Sektor Lainnya 0
12
Jumlah Sektor Industri Dasar dan Kimia
Sektor Aneka Industri
Sub Sektor Alas Kaki 0
Sub Sektor Elektronilka 0
Sub Sektor Kabel 0
Sub Sektor Otomotif dan Komponen 4
Sub Sektor Tekstil dan Garmen 1
Sub Sektor Lainnya 0
Jumlah Sektor Aneka Industri 5
Sektor Industri Barang Konsumsi
Sub Sektor Farmasi 2
Sub Sektor Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga
Sub Sektor Makanan dan Minuman
1
3
Sub Sektor Peralatan Rumah Tangga 0
Sub Sektor Rokok 2
Sub Sektor Lainnya 0
Jumlah Sektor Industri Barang Konsumsi 8
SEKTOR KETIGA (INDUSTRI JASA)
Sektor Property dan Real Estate
Sub Sektor Property dan Real Estate 12
32
SEKTOR Jumlah Sampel
Sub Sektor Konstruksi dan Bangunan 1
Sub Sektor Lainnya 0
Jumlah Sektor Property dan Real Estate 13
Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi
Sub Sektor Energi 1
Sub Sektor Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan, dan Sejenisnya 2
Sub Sektor Telekomunikasi 4
Sub Sektor Transportasi
Sub Sektor Konstruksi Non-Bangunan
9
4
Sub Sektor Lainnya 0
Jumlah Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi 20
Sektor Perdagangan, Jasa, dan Investasi
Sub Sektor Perdagangan Grosir/ Perdagangan Besar Barang Produksi 9
Sub Sektor Perdagangan Eceran 6
Sub Sektor Hotel, Restoran, dan Pariwisata 4
Sub Sektor Advertising, Printing, dan Media 6
Sub Sektor Kesehatan 0
Sub Sektor Jasa Komputer dan Perangkat Lainnya 1
Sub Sektor Perusahaan Investasi 5
Sub Sektor Lainnya 1
Jumlah Sektor Perdagangan, Jasa, dan Investasi 32
Jumlah Perusahaan Sampel 117
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014
33
Lampiran 2. Daftar Perusahaan Sampel Menurut Pengungkapan Ketentuan Umum
Keterangan Kode
Perusahaan Nama Perusahaan
Perusahaan Sampel dengan Pengungkapan Ketentuan Umum yang Lengkap
SEKTOR UTAMA (INDUSTRI PENGHASIL BAHAN BAKU)
SIMP
BORN
BRAU
BSSR
PT. Salim Ivomas Pratama Tbk
PT. Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk
PT. Berau Coal Energy Tbk
PT. Baramuli Suksessarana Tbk
Sektor Pertanian
Perkebunan
Sektor Pertambangan
Batu Bara
SEKTOR KEDUA (INDUSTRI PENGOLAHAN ATAU
MANUFAKTUR)
Sektor Industri Dasar dan Kimia
Pakan Ternak CPIN PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk
Sektor Aneka Industri
Otomotif dan Komponen MASA PT. Multistrada Arah Sarana Tbk
Sektor Industri Barang Konsumsi
Makanan dan Minuman ICBP PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
SEKTOR KETIGA (INDUSTRI JASA)
Sektor Properti dan Real Estate
Property dan Real Estate BSDE PT. Bumi Serpong Damai Tbk
DUTI PT. Duta Pertiwi Tbk
34
Keterangan Kode
Perusahaan Nama Perusahaan
LPKR PT. Lippo Karawaci Tbk
Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi
Energi RAJA PT. Rukun Raharja Tbk
Telekomunikasi TLKM PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk
Transportasi BLTA PT. Berlian Laju Tanker Tbk
Konstruksi Non Bangunan TBIG PT. Tower Bersama Infrastructure Tbk
Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi
Perdagangan Eceran CENT PT. Centrin Online Tbk
ERAA PT. Erajaya Swasembada Tbk
GLOB PT. Global Teleshop Tbk
TRIO PT. Trikomsel Oke Tbk
Advertising, Printing, dan Media ABBA PT. Mahaka Media Tbk
EMTK PT. Elang Mahkota Teknologi Tbk
Perusahaan Investasi ABMM PT. ABM Investama Tbk
Perusahaan Sampel dengan Pengungkapan Ketentuan Umum yang Tidak Lengkap
SEKTOR UTAMA (INDUSTRI PENGHASIL BAHAN BAKU)
Sektor Pertanian
Perikanan CPRO PT. Central Proteinaprima Tbk
Perkebunan BWPT PT. BW Plantation Tbk
GZCO PT. Gozco Plantations Tbk
JAWA PT. Jaya Agra Wattie Tbk
LSIP
PT. Perusahaan Perkebunan London
Sumatra Indonesia
PALM PT. Provident Agro Tbk
35
Keterangan Kode
Perusahaan Nama Perusahaan
SGRO PT. Sampoerna Agro Tbk
SMAR
PT. Sinar Mas Agro Resources and
Technology Tbk
UNSP PT. Bakrie Sumatera Plantations Tbk
Sektor Pertambangan
Batu Bara ADRO PT. Adaro Energy Tbk
ARII PT. Atlas Resources Tbk
BUMI PT. Bumi Resources Tbk
DOID PT. Delta Dunia Makmur Tbk
GEMS PT. Golden Energy Mines Tbk
SMMT PT. Golden Eagle Energy Tbk
Logam dan Mineral ANTM PT. Aneka Tambang Tbk
DKFT PT. Central Omega Resources Tbk
PSAB PT. J Resources Asia Pasifik Tbk
Minyak dan Gas Bumi BIPI PT. Benakat Petroleum Energy Tbk
ESSA PT. Surya Esa Perkarsa Tbk
SEKTOR KEDUA (INDUSTRI PENGOLAHAN ATAU
MANUFAKTUR)
Sektor Industri Dasar dan Kimia
Kayu dan Pengolahannya SULI PT. Sumalindo Lestari Jaya Tbk
Kimia ETWA PT. Eterindo Wahanatama Tbk
Logam dan Sejenisnya CTBN PT. Citra Tubindo Tbk
Pakan Ternak JPFA PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk
SIPD PT. Sierad Produce Tbk
36
Keterangan Kode
Perusahaan Nama Perusahaan
Plastik dan Kemasan BRNA PT. Berlina Tbk
FPNI PT. Titan Kimia Nusantara Tbk
IGAR PT. Champion Pacific Indonesia Tbk
Pulp dan Kertas TKIM PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk
Semen SMCB PT. Holcim Indonesia Tbk
SMGR PT. Semen Indonesia Tbk
Sektor Aneka Industri
Otomotif dan Komponen BRAM PT. Indo Kordsa Tbk
Tekstil dan Garmen PBRX PT. Pan Brothers Tbk
Sektor Industri Barang Konsumsi
Farmasi DVLA PT. Darya-Varia Laboratoria Tbk
KLBF PT. Kalbe Farma Tbk
Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga UNVR PT. Unilever Indonesia Tbk
Makanan dan Minuman AISA PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
Rokok HMSP PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
SEKTOR KETIGA (INDUSTRI JASA)
Sektor Properti dan Real Estate
Property dan Real Estate BKSL PT. Sentul City Tbk
COWL PT. Cowell Development Tbk
DILD PT. Intiland Development Tbk
ELTY PT. Bakrieland Development Tbk
EMDE PT. Megapolitan Developments Tbk
GWSA PT. Greenwood Sejahtera Tbk
KIJA PT. Kawasan Industri Jababeka Tbk
37
Keterangan Kode
Perusahaan Nama Perusahaan
KPIG PT. MNC Land Tbk
SCBD PT. Danayasa Arthatama Tbk
Konstruksi dan Bangunan WIKA PT. Wijaya Karya Tbk
Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi
Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan, dan Sejenisnya JSMR PT. Jasa Marga Tbk
META PT. Nusantara Infrastructure Tbk
Telekomunikasi INVS PT. Inovisi Infracom Tbk
ISAT PT. Indosat Tbk
FREN PT. Smartfren Telecom Tbk
Transportasi CASS PT. Cardig Aero Services Tbk
KARW PT. ICTSI Jasa Prima Tbk
MIRA PT. Mitra International Resources Tbk
PTIS PT. Indo Straits Tbk
TAXI PT. Express Transindo Utama Tbk
TRAM PT. Trada Maritime Tbk
WEHA PT. Panorama Transportasi Tbk
Konstruksi Non Bangunan INDY PT. Indika Energy Tbk
SUPR PT. Solusi Tunas Pratama Tbk
TOWR PT. Sarana Menara Nusantara Tbk
Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi
Perdagangan Grosir/ Perdagangan Besar Barang
Produksi AKRA PT. AKR Corporindo Tbk
BMSR PT. Bintang Mitra Semestaraya Tbk
DSSA PT. Dian Swastatika Sentosa Tbk
38
Keterangan Kode
Perusahaan Nama Perusahaan
GREN PT. Evergreen Invesco Tbk
JKON
PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama
Tbk
OKAS PT. Ancora Indonesia Resources Tbk
SQMI PT. Renuka Coalindo Tbk
TGKA PT. Tigaraksa Satria Tbk
Perdagangan Eceran MAPI PT. Mitra Adiperkasa Tbk
Hotel, Restoran, dan Pariwisata BUVA PT. Bukit Uluwatu Villa Tbk
JIHD
PT. Jakarta International Hotels &
Development Tbk
PANR PT. Panorama Sentrawisata Tbk
INPP PT. Indonesian Paradise Property Tbk
Advertising, Printing, dan Media LPLI PT. Star Pacific Tbk
MNCN PT. Media Nusantara Citra Tbk
SCMA PT. Surya Citra Media Tbk
VIVA PT. Visi Media Asia Tbk
Jasa Komputer dan Perangkat Lainnya ASGR PT. Astra Graphia Tbk
Perusahaan Investasi BHIT PT. Bhakti Investama Tbk
BNBR PT. Bakrie & Brothers Tbk
BMTR PT. Global Mediacom Tbk
Lainnya SUGI PT. Sugih Energy Tbk
Perusahaan Sampel yang Tidak Melakukan Pengungkapan Ketentuan Umum
SEKTOR UTAMA (INDUSTRI PENGHASIL BAHAN BAKU)
Sektor Pertanian
39
Keterangan Kode
Perusahaan Nama Perusahaan
Perkebunan AALI PT. Astra Agro Lestari Tbk
Sektor Pertambangan
Batu Bara TOBA PT. Toba Bara Sejahtra Tbk
Minyak dan Gas Bumi ARTI PT. Ratu Prabu Energi Tbk
SEKTOR KEDUA (INDUSTRI PENGOLAHAN ATAU
MANUFAKTUR)
Sektor Aneka Industri
Otomotif dan Komponen ASII PT. Astra International Tbk
AUTO PT. Astra Otoparts Tbk
Sektor Industri Barang Konsumsi
Rokok RMBA PT. Bentoel Internasional Investama Tbk
SEKTOR KETIGA (INDUSTRI JASA)
Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi
Transportasi CMPP PT. Centris Multipersada Pratama Tbk
Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi
Perdagangan Grosir/ Perdagangan Besar Barang
Produksi ASIA PT. Asia Natural Resources Tbk
Perdagangan Eceran HERO PT. Hero Supermarket Tbk
Perusahaan Investasi MLPL PT. Multipolar Tbk
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014
40
Lampiran 3. Jumlah Pengungkapan Perusahaan Sampel yang Mengungkapkan Ketentuan Umum Secara Tidak Lengkap
KETENTUAN UMUM Jumlah
Pengungkapan
(Poin)
Jumlah
Pengungkapan
(%) 1 2 3 4 5 6
SEKTOR UTAMA (INDUSTRI PENGHASIL BAHAN
BAKU)
Sektor Pertanian
Perikanan
CPRO 1 1 0 0 0 0 2 33%
Perkebunan
BWPT 1 1 0 0 0 1 3 50%
GZCO 1 1 1 1 1 0 5 83%
JAWA 1 1 1 0 1 0 4 67%
LSIP 1 1 0 0 0 0 2 33%
PALM 0 0 0 0 1 0 1 17%
SGRO 1 1 0 0 1 0 3 50%
SMAR 1 1 0 0 1 1 4 67%
UNSP 1 0 0 0 1 0 2 33%
Sektor Pertambangan
Batu Bara
ADRO 1 1 1 0 1 1 5 83%
ARII 1 1 0 0 1 1 4 67%
BUMI 0 0 1 1 1 0 3 50%
DOID 1 1 0 0 0 0 2 33%
GEMS 1 0 1 1 1 1 5 83%
Perusahaan Kriteria Pengungkapan
41
KETENTUAN UMUM Jumlah
Pengungkapan
(Poin)
Jumlah
Pengungkapan
(%) 1 2 3 4 5 6
SMMT 1 1 0 1 1 1 5 83%
Logam dan Mineral
ANTM 1 1 0 1 1 1 5 83%
DKFT 0 0 0 0 0 1 1 17%
PSAB 1 1 1 0 1 1 5 83%
Minyak dan Gas Bumi
BIPI 1 1 0 1 1 1 5 83%
ESSA 1 0 0 0 1 0 2 33%
SEKTOR KEDUA (INDUSTRI PENGOLAHAN ATAU
MANUFAKTUR)
Sektor Industri Dasar dan Kimia
Kayu dan Pengolahannya
SULI 1 1 0 0 1 0 3 50%
Kimia
ETWA 1 1 0 1 1 0 4 67%
Logam dan Sejenisnya
CTBN 1 1 0 1 0 0 3 50%
Pakan Ternak
JPFA
1
1 0 1 1 1 5 83%
SIPD 1 1 0 0 1 1 4 67%
Plastik dan Kemasan
BRNA 0 0 0 0 1 0 1 17%
Perusahaan Kriteria Pengungkapan Kriteria Pengungkapan
42
KETENTUAN UMUM Jumlah
Pengungkapan
(Poin)
Jumlah
Pengungkapan
(%) 1 2 3 4 5 6
FPNI 0 0 0 0 1 0 1 17%
IGAR 1 1 0 1 1 1 5 83%
Pulp dan Kertas
TKIM 1 1 0 0 1 0 3 50%
Semen
SMCB 1 1 0 1 1 0 4 67%
SMGR 1 1 0 0 0 0 2 33%
Sektor Aneka Industri
Otomotif dan Komponen
BRAM 0 0 0 0 0 1 1 17%
Tekstil dan Garmen
PBRX 1 1 0 0 1 1 4 67%
Sektor Industri Barang Konsumsi
Farmasi
DVLA 1 1 0 0 0 0 2 33%
KLBF 0 0 1 1 1 1 4 67%
Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga
UNVR 1 1 0 0 0 1 3 50%
Makanan dan Minuman
AISA 1 1 0 1 1 0 4 67%
Rokok
HMSP 0 0 1 0 1 0 2 33%
SEKTOR KETIGA (INDUSTRI JASA)
Perusahaan Kriteria Pengungkapan
43
KETENTUAN UMUM Jumlah
Pengungkapan
(Poin)
Jumlah
Pengungkapan
(%) 1 2 3 4 5 6
Sektor Properti dan Real Estate
Property dan Real Estate
BKSL 1 1 0 0 0 0 2 33%
COWL 1 0 0 1 1 0 3 50%
DILD 1 1 1 0 1 1 5 83%
ELTY 0 0 1 1 1 1 4 67%
EMDE 1 1 0 0 1 1 4 67%
GWSA 1 1 0 0 0 0 2 33%
KIJA 1 1 1 1 1 0 5 83%
KPIG 1 1 0 0 0 0 2 33%
SCBD 1 0 0 1 1 1 4 67%
Konstruksi dan Bangunan
WIKA 1 1 0 0 1 1 4 67%
Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi
Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan, dan Sejenisnya
JSMR 1 1 0 0 0 0 2 33%
META 1 1 0 0 0 0 2 33%
Telekomunikasi
INVS 1 1 0 0 0 0 2 33%
ISAT 1 1 0 1 1 1 5 83%
FREN 1 1 1 0 1 1 5 83%
Transportasi
CASS 1 1 0 0 1 1 4 67%
Perusahaan Kriteria Pengungkapan
44
KETENTUAN UMUM Jumlah
Pengungkapan
(Poin)
Jumlah
Pengungkapan
(%) 1 2 3 4 5 6
KARW 1 1 0 1 1 0 4 67%
MIRA 0 0 0 1 1 0 2 33%
PTIS 0 0 0 0 0 1 1 17%
TAXI 1 1 0 0 1 0 3 50%
TRAM 1 1 0 0 0 0 2 33%
WEHA 1 1 0 0 1 1 4 67%
Konstruksi Non Bangunan
INDY 1 1 0 1 1 1 5 83%
SUPR 1 1 0 0 0 0 2 33%
TOWR 1 1 0 0 0 0 2 33%
Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi
Perdagangan Grosir/ Perdagangan Besar
Barang Produksi
AKRA 1 1 0 1 1 0 4 67%
BMSR 1 1 1 0 1 0 4 67%
DSSA 1 1 0 0 0 1 3 50%
GREN 0 0 0 0 1 0 1 17%
JKON 1 1 0 1 1 0 4 67%
OKAS 1 1 1 1 1 0 5 83%
SQMI 1 1 0 0 0 0 2 33%
TGKA 1 1 0 1 1 0 4 67%
Perdagangan Eceran
MAPI 1 1 0 0 0 1 3 50%
Perusahaan Kriteria Pengungkapan
45
KETENTUAN UMUM Jumlah
Pengungkapan
(Poin)
Jumlah
Pengungkapan
(%) 1 2 3 4 5 6
Hotel, Restoran, dan Pariwisata
BUVA 1 1 0 1 1 0 4 67%
JIHD 1 0 0 1 1 1 4 67%
PANR 1 1 0 0 1 0 3 50%
INPP 1 1 0 0 1 0 3 50%
Advertising, Printing, dan Media
LPLI 1 1 0 0 0 0 2 33%
MNCN 1 1 0 0 1 1 4 67%
SCMA 1 0 1 1 1 1 5 83%
VIVA 1 1 0 1 1 0 4 67%
Jasa Komputer dan Perangkat Lainnya
ASGR 0 0 0 0 1 0 1 17%
Perusahaan Investasi
BHIT 1 1 1 0 1 1 5 83%
BNBR 1 1 1 0 1 0 4 67%
BMTR 1 1 1 0 1 1 5 83%
Lainnya
SUGI 1 1 0 1 1 1 5 83%
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014
Perusahaan Kriteria Pengungkapan
46
Lampiran 4. Persentase Goodwill Terhadap Total Aset
Perusahaan yang Memiliki Pengungkapan Ketentuan Umum yang Tidak Lengkap
Perusahaan % Goodwill Terhadap Total
Aset
SEKTOR UTAMA (INDUSTRI PENGHASIL BAHAN BAKU)
Sektor Pertanian
Perikanan
1 CPRO 0.008%
Perkebunan
1 AALI 0.450%
2 BWPT 0.382%
3 GZCO 8.254%
4 JAWA 0.802%
5 LSIP 1.429%
6 PALM 0.011%
7 SGRO 0.186%
9 SMAR 0.137%
10 UNSP 4.565%
Sektor Pertambangan
Batu Bara
1 ADRO 15.274%
2 ARII 0.636%
6 BUMI 5.527%
47
Perusahaan % Goodwill Terhadap Total
Aset
7 DOID 0.357%
8 GEMS 0.253%
9 TOBA 0.010%
10 SMMT 0.274%
Logam dan Mineral
1 ANTM 0.941%
2 DKFT 1.440%
3 PSAB 5.484%
Minyak dan Gas Bumi
1 ARTI 1.242%
2 BIPI 29.460%
3 ESSA 29.262%
SEKTOR KEDUA (INDUSTRI PENGOLAHAN ATAU MANUFAKTUR)
Sektor Industri Dasar dan Kimia
Kayu dan Pengolahannya
1 SULI 0.000%
Kimia
1 ETWA 0.357%
Logam dan Sejenisnya
1 CTBN 1.282%
Pakan Ternak
2 JPFA 0.639%
3 SIPD 0.330%
48
Perusahaan % Goodwill Terhadap Total
Aset
Plastik dan Kemasan
1 BRNA 1.542%
2 FPNI 2.454%
3 IGAR 0.288%
Pulp dan Kertas
1 TKIM 0.238%
Semen
1 SMCB 0.988%
2 SMGR 0.461%
Sektor Aneka Industri
Otomotif dan Komponen
1 ASII 0.764%
2 AUTO 0.069%
3 BRAM 0.674%
Tekstil dan Garmen
1 PBRX 1.337%
Sektor Industri Barang Konsumsi
Farmasi
1 DVLA 0.957%
2 KLBF 3.170%
Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga
1 UNVR 0.517%
Makanan dan Minuman
49
Perusahaan % Goodwill Terhadap Total
Aset
3 AISA 2.141%
Peralatan Rumah Tangga
Rokok
1 HMSP 0.230%
2 RMBA 0.287%
SEKTOR KETIGA (INDUSTRI JASA)
Sektor Properti dan Real Estate
Property dan Real Estate
1 BKSL 0.003%
3 COWL 38.752%
4 DILD 0.102%
6 ELTY 0.228%
7 EMDE 0.238%
8 GWSA 0.000%
9 KIJA 0.118%
10 KPIG 0.053%
12 SCBD 0.541%
Konstruksi dan Bangunan
1 WIKA 0.044%
Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi
Energi
Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan, dan Sejenisnya
1 JSMR 0.169%
50
Perusahaan % Goodwill Terhadap Total
Aset
2 META 0.756%
Telekomunikasi
1 INVS 6.949%
2 ISAT 2.398%
4 FREN 6.289%
Transportasi
2 CASS 2.093%
3 KARW 48.469%
4 MIRA 2.528%
5 PTIS 0.415%
6 TAXI 3.168%
7 CMPP 1.160%
8 TRAM 0.027%
9 WEHA 0.020%
Konstruksi Non Bangunan
1 INDY 4.929%
2 SUPR 2.293%
4 TOWR 1.034%
Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi
Perdagangan Grosir/ Perdagangan Besar Barang Produksi
1 AKRA 0.484%
2 ASIA 2.046%
3 BMSR 8.062%
51
Perusahaan % Goodwill Terhadap Total
Aset
4 DSSA 0.081%
5 GREN 1.476%
6 JKON 0.983%
7 OKAS 0.244%
8 SQMI 0.648%
9 TGKA 0.041%
Perdagangan Eceran
4 HERO 0.187%
5 MAPI 0.968%
Hotel, Restoran, dan Pariwisata
1 BUVA 0.912%
2 JIHD 0.432%
4 PANR 0.007%
5 INPP 0.032%
Advertising, Printing, dan Media
3 LPLI 5.085%
4 MNCN 2.780%
5 SCMA 15.288%
6 VIVA 20.068%
Jasa Komputer dan Perangkat Lainnya
1 ASGR 1.476%
Perusahaan Investasi
2 BHIT 13.000%
52
Perusahaan % Goodwill Terhadap Total
Aset
3 BNBR 0.024%
4 MLPL 0.939%
5 BMTR 15.033%
Lainnya
1 SUGI 11.314%
Rata-Rata 3.679%
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014
53
Lampiran 5. Pengungkapan Jumlah Penurunan Nilai Goodwill Perusahaan Sampel
Perusahaan
Jumlah Penurunan Nilai
Goodwill Keterangan
SEKTOR UTAMA (INDUSTRI PENGHASIL BAHAN BAKU)
Sektor
Pertanian
Lainnya
Perikanan
1 CPRO Tidak Ungkap
Perkebunan
1 AALI Tidak Ungkap
2 BWPT Tidak Ungkap
3 GZCO 0
4 JAWA 0
5 LSIP Tidak Ungkap
6 PALM 0
7 SGRO 0
8 SIMP 0
9 SMAR 0
10 UNSP 0
Sektor Pertambangan
Batu Bara
1 ADRO 0
2 ARII 0
54
Perusahaan
Jumlah Penurunan Nilai
Goodwill Keterangan
3 BORN 0
4 BRAU $4.924
Dalam dollar
Amerika
5 BSSR 0
6 BUMI 0
7 DOID Tidak Ungkap
8 GEMS 0
9 TOBA Tidak Ungkap
10 SMMT 0
Logam dan Mineral
1 ANTM 0
2 DKFT Tidak Ungkap
3 PSAB $4.463.906
Dalam dollar
Amerika
Minyak dan Gas Bumi
1 ARTI Tidak Ungkap
2 BIPI 0
3 ESSA 0
SEKTOR KEDUA (INDUSTRI PENGOLAHAN ATAU
MANUFAKTUR)
Sektor Industri Dasar dan Kimia
Kayu dan Pengolahannya
1 SULI Rp14.842.140.887 Dalam rupiah penuh
Kimia
1 ETWA 0
55
Perusahaan
Jumlah Penurunan Nilai
Goodwill Keterangan
Logam dan Sejenisnya
1 CTBN Tidak Ungkap
Pakan Ternak
1 CPIN Rp7.438 Dalam jutaan rupiah
2 JPFA 0
3 SIPD 0
Plastik dan Kemasan
1 BRNA 0
2 FPNI 0
3 IGAR 0
Pulp dan Kertas
1 TKIM 0
Semen
1 SMCB 0
2 SMGR Tidak Ungkap
Sektor Aneka Industri
Otomotif dan Komponen
1 ASII Tidak Ungkap
2 AUTO Tidak Ungkap
3 BRAM Tidak Ungkap
4 MASA 0
Tekstil dan Garmen
1 PBRX 0
Sektor Industri Barang Konsumsi
56
Perusahaan
Jumlah Penurunan Nilai
Goodwill Keterangan
Farmasi
1 DVLA Tidak Ungkap
2 KLBF 0
Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga
1 UNVR Tidak Ungkap
Makanan dan Minuman
1 ICBP 0
2 INDF 0
3 AISA 0
Rokok
1 HMSP 0
2 RMBA Tidak Ungkap
SEKTOR KETIGA (INDUSTRI JASA)
Sektor Properti dan Real Estate
Property dan Real Estate
1 BKSL Tidak Ungkap
2 BSDE 0
3 COWL 0
4 DILD 0
5 DUTI 0
6 ELTY 0
7 EMDE 0
8 GWSA Tidak Ungkap
57
Perusahaan
Jumlah Penurunan Nilai
Goodwill Keterangan
9 KIJA 0
10 KPIG Tidak Ungkap
11 LPKR Rp9.099.999.902 Dalam rupiah penuh
12 SCBD 0
Konstruksi dan Bangunan
1 WIKA 0
Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi
Energi
1 RAJA 0
Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan, dan Sejenisnya
1 JSMR Tidak Ungkap
2 META Tidak Ungkap
Telekomunikasi
1 INVS Tidak Ungkap
2 ISAT 0
3 TLKM 0
4 FREN 0
Transportasi
1 BLTA $18.157
Dalam dollar
Amerika
2 CASS 0
3 KARW 0
4 MIRA 0
58
Perusahaan
Jumlah Penurunan Nilai
Goodwill Keterangan
5 PTIS Tidak Ungkap
6 TAXI 0
7 CMPP Tidak Ungkap
8 TRAM Tidak Ungkap
9 WEHA 0
Konstruksi Non Bangunan
1 INDY 0
2 SUPR Tidak Ungkap
3 TBIG 0
4 TOWR Tidak Ungkap
Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi
Perdagangan Grosir/ Perdagangan Besar Barang Produksi
1 AKRA 0
2 ASIA Tidak Ungkap
3 BMSR Rp27.213.029.266 Dalam rupiah penuh
4 DSSA Tidak Ungkap
5 GREN 0
6 JKON 0
7 OKAS 0
8 SQMI Tidak Ungkap
9 TGKA 0
Perdagangan Eceran
1 CENT Rp2.862.043.583 Dalam rupiah penuh
2 ERAA 0
59
Perusahaan
Jumlah Penurunan Nilai
Goodwill Keterangan
3 GLOB 0
4 HERO Tidak Ungkap
5 MAPI Tidak Ungkap
6 TRIO 0
Hotel, Restoran, dan Pariwisata
1 BUVA 0
2 JIHD 0
3 PANR 0
4 INPP 0
Advertising, Printing, dan Media
1 ABBA Rp367.032.294 Dalam rupiah penuh
2 EMTK 0
3 LPLI Tidak Ungkap
4 MNCN Rp107.158 Dalam jutaan rupiah
5 SCMA 0
6 VIVA 0
Jasa Komputer dan Perangkat Lainnya
1 ASGR 0
Perusahaan Investasi
1 ABMM 0
2 BHIT Rp130.273 Dalam jutaan rupiah
3 BNBR Rp1.778.160 Dalam ribuan rupiah
4 MLPL Tidak Ungkap
5 BMTR Rp130.273 Dalam jutaan rupiah
60
Perusahaan
Jumlah Penurunan Nilai
Goodwill Keterangan
Lainnya
1 SUGI 0
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014
61
Lampiran 6. Pengungkapan Perusahaan Sampel Untuk Masing-Masing Opsi Jumlah Terpulihkan
OPSI 1 OPSI 2 OPSI 3
1 2 3 4 5 1 2 3 1 2 3 4 5
Pengungkapan Ketentuan Umum Lengkap
SEKTOR UTAMA (INDUSTRI PENGHASIL BAHAN BAKU)
Sektor Pertanian
Perkebunan
SIMP 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
Sektor Pertambangan
Batu Bara
BORN
1 1 1 1 1
BRAU
1 1 1 1 1
BSSR 1 1 1 1 1
SEKTOR KEDUA (INDUSTRI PENGOLAHAN ATAU MANUFAKTUR)
Sektor Industri Dasar dan Kimia
Pakan Ternak
CPIN 0 0 1 0 0
Sektor Aneka Industri
Otomotif dan Komponen
MASA
1 1 1
Sektor Industri Barang Konsumsi
Makanan dan Minuman
ICBP 1 0 0 1 1
Perusahaan Kriteria Pengungkapan
62
OPSI 1 OPSI 2 OPSI 3
1 2 3 4 5 1 2 3 1 2 3 4 5
INDF 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1
SEKTOR KETIGA (INDUSTRI JASA)
Sektor Properti dan Real Estate
Property dan Real Estate
BSDE 1 1 0 0 1
DUTI 1 1 0 0 1
LPKR Berdasarkan Penilaian Penilai Independen
Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi
Energi
RAJA Berdasarkan Penilaian Penilai Independen
Telekomunikasi
TLKM
1 0 1 1 1
Transportasi
BLTA 1 1 0 0 0
Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi
Perdagangan Eceran
CENT 1 0 1 1 1
ERAA
0 0 1 1 1
GLOB 1 0 1 1 1
TRIO 1 0 1 1 1
Advertising, Printing, dan Media
ABBA Berdasarkan Penilaian Penilai Independen
Perusahaan Kriteria Pengungkapan
63
OPSI 1 OPSI 2 OPSI 3
1 2 3 4 5 1 2 3 1 2 3 4 5
EMTK 1 0 0 0 0
0 0 0 0 1
Perusahaan Investasi
ABMM 1 0 1 1 1
Pengungkapan Ketentuan Umum Tidak Lengkap
SEKTOR UTAMA (INDUSTRI PENGHASIL BAHAN BAKU)
Sektor Pertanian
Perikanan
CPRO Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Perkebunan
BWPT 1 0 0 0 0
GZCO Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
JAWA Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
LSIP Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
PALM Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
SGRO Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
SMAR
1 0 0
UNSP Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Sektor Pertambangan
Batu Bara
ADRO 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1
ARII
1 1 1 0 1
BUMI Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
DOID Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Perusahaan Kriteria Pengungkapan
64
OPSI 1 OPSI 2 OPSI 3
1 2 3 4 5 1 2 3 1 2 3 4 5
GEMS 1 0 0 1 1
SMMT 1 0 0 0 0
Logam dan Mineral
ANTM
0 0 0 0 0
DKFT 1 0 0 0 0
PSAB 1 1 0 0 1
Minyak dan Gas Bumi
BIPI 1 1 0 0 0
ESSA Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
SEKTOR KEDUA (INDUSTRI PENGOLAHAN ATAU MANUFAKTUR)
Sektor Industri Dasar dan Kimia
Kayu dan Pengolahannya
SULI Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Kimia
ETWA Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Logam dan Sejenisnya
CTBN Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Pakan Ternak
JPFA 1 1 1 0 1
SIPD 0 0 0 0 0
Plastik dan Kemasan
Perusahaan Kriteria Pengungkapan
65
OPSI 1 OPSI 2 OPSI 3
1 2 3 4 5 1 2 3 1 2 3 4 5
BRNA Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
FPNI Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
IGAR 1 1 1 1 1
Pulp dan Kertas
TKIM Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Semen
SMCB Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
SMGR Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Sektor Aneka Industri
Otomotif dan Komponen
BRAM 1 0 0 0 0
Tekstil dan Garmen
PBRX
1 1 1
Sektor Industri Barang Konsumsi
Farmasi
DVLA Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
KLBF
0 0 0 0 0
Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga
UNVR 1 0 0 0 0
Makanan dan Minuman
AISA Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Perusahaan
Kriteria Pengungkapan
66
OPSI 1 OPSI 2 OPSI 3
1 2 3 4 5 1 2 3 1 2 3 4 5
Rokok
HMSP Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
SEKTOR KETIGA (INDUSTRI JASA)
Sektor Properti dan Real Estate
Property dan Real Estate
BKSL Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
COWL Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
DILD 1 1 0 0 1
ELTY Berdasarkan Penilaian Penilai Independen
EMDE Berdasarkan Penilaian Penilai Independen
GWSA Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
KIJA Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
KPIG Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
SCBD 1 0 0 0 0
Konstruksi dan Bangunan
WIKA 0 0 1 0 0
Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi
Jalan Tol, Bandara, Pelabuhan, dan Sejenisnya
JSMR Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
META Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Telekomunikasi
Perusahaan
Kriteria Pengungkapan
67
OPSI 1 OPSI 2 OPSI 3
1 2 3 4 5 1 2 3 1 2 3 4 5
INVS Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
ISAT
1 1 1 1 1
FREN 1 1 0 0 1
Transportasi
CASS 0 0 0 0 0
KARW Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
MIRA Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
PTIS 0 0 0 0 0
TAXI Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
TRAM Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
WEHA 0 0 0 0 0
Konstruksi Non Bangunan
INDY 1 0 0 0 0
SUPR Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
TBIG
1 1 1 1 1
TOWR Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi
Perdagangan Grosir/ Perdagangan Besar Barang Produksi
AKRA Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
BMSR Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
DSSA 1 0 0 0 0
GREN Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Perusahaan
Kriteria Pengungkapan
68
OPSI 1 OPSI 2 OPSI 3
1 2 3 4 5 1 2 3 1 2 3 4 5
JKON Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
OKAS Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
SQMI Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
TGKA Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Perdagangan Eceran
MAPI 1 0 0 0 0
Hotel, Restoran, dan Pariwisata
BUVA Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
JIHD 1 0 0 0 0
PANR Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
INPP Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Advertising, Printing, dan Media
LPLI Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
MNCN 1 0 0 0 0
SCMA Berdasarkan Penilaian Penilai Independen
VIVA Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Jasa Komputer dan Perangkat Lainnya
ASGR Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Perusahaan Investasi
BHIT 1 0 0 0 0
BNBR Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
BMTR 1 0 0 0 0
Lainnya
Perusahaan
Kriteria Pengungkapan
69
OPSI 1 OPSI 2 OPSI 3
1 2 3 4 5 1 2 3 1 2 3 4 5
SUGI 0 0 0 0 0
Tidak Melakukan Pengungkapan Ketentuan Umum
SEKTOR UTAMA (INDUSTRI PENGHASIL BAHAN BAKU)
Sektor Pertanian
Perkebunan
AALI Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Sektor Pertambangan
Batu Bara
TOBA Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Minyak dan Gas Bumi
ARTI Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
SEKTOR KEDUA (INDUSTRI PENGOLAHAN ATAU MANUFAKTUR)
Sektor Aneka Industri
Otomotif dan Komponen
ASII Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
AUTO Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Sektor Industri Barang Konsumsi
Rokok
RMBA Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
SEKTOR KETIGA (INDUSTRI JASA)
Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi
Transportasi
Perusahaan Kriteria Pengungkapan
70
OPSI 1 OPSI 2 OPSI 3
1 2 3 4 5 1 2 3 1 2 3 4 5
CMPP Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi
Perdagangan Grosir/ Perdagangan Besar Barang Produksi
ASIA Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Perdagangan Eceran
HERO Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Perusahaan Investasi
MLPL Tidak Mengungkapkan Opsi yang Digunakan
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2014
Perusahaan Kriteria Pengungkapan