Upload
duongphuc
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERSEPSI MASYARAKAT
UMUM DALAM KASUS PEMBUNUHAN IBRAHIM LIBYA
DI KEDAH, MALAYSIA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh:
MUHAMMAD MUNIR BIN RAMLAN
NIM: 109045200022
KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH
PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperloleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta: 20 Juni 2011 M
18 Rejab 1432 H
Penulis,
Muhammad Munir bin Ramlan
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah ‘Azza wa Jalla. Berkat Rahman dan Rahim-Nya
penulis dapat menyelesaikan study dan merampungkan skripsi ini. Dengan berbagai
rasa yang menjadi satu, lelah, kesal, sedih bahkan rasa putus asa yang kadang
muncul, namun semuanya berakhir dengan kelegaan dan keharuan. Kemudian
Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.,
keluarga dan para sahabatnya. Cintanya yang agung kepada Sang Pencipta dan
kepada sesama makhluk adalah inspirasi cinta sejati yang tak ada bandingannya
dalam sejarah umat sejagat.
Skripsi ini mungkin jauh dari kesempurnaan, namun meskipun demikian
penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis
khususnya, penulis sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran demi
kesempurnaan skripsi ini.
Tugas terberat setelah menulis sebuah karya adalah membuat ucapan terima
kasih. Bagaimana mungkin merangkum bantuan dan kebaikan sekian banyak orang
dalam selembar kertas dengan kalimat yang juga terbatas. Dengan ini penulis
mengaturkan terima kasih, yaitu:
ii
1. Negara Kesatuan Republik Indonesia yang telah memberikan izin tinggal,
UIN Syariff Hidayatullah yang telah menerima kami saya untuk menimba
ilmu.
2. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA,MM, Selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ketua Program Studi Jinayah Siyasah, dan Sekretaris Program Studi Jinayah
Siyasah, Dr. Asmawi M.Ag., Afwan Faizin MA yang telah membantu penulis
sejak masa perkuliahan hingga berakhirnya skripsi ini. Tidak lupa mantan
Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah, Ibu Sri Hidayati M.Ag yang
banyak membantu penulis dalam pengurusan akademik.
4. Bapak Dr. HM. Nurul Irfan, dan M.Ag., Drs.Heldi, M.Pd, selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah memberikan perhatian, bimbingan, kritik,
saran dan banyak meluangkan waktu dengan penuh kesabaran.
5. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan seluruh dosen serta semua staf di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
para karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah Dan Hukum, juga para
karyawan Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syariff Hidayatullah
umumnya yang membantu penulis dalam setiap pengurusan hingga berhasil
menyelesaikan penulisan ini.
6. Seluruh dosen Kolej Darul Quran Islamiyah yang tidak jemu memberi ilmu
kepada penulis sebagai anak didik mereka dan semua staf di Kolej Darul
iii
Quran Islamiyah yang sering memberi tunjuk ajar secara langsung atau tidak
langsung.
7. Terima kasih yang tak terhingga, yang dicintai Bonda serta Ayahandaku
Norrehan Bt. Baharom dan Ramlan B. Ismail, serta adik beradik yang dicintai,
Mashitah, Munirah, Mustakim, Mardhiah yang tak pernah jemu mendoakan
penulis dan senantiasa memberikan semangat, dorongan serta bantuan dari sisi
penulisan maupun keuangan dalam menyelesaikan proses penulisan ini.
Barakallahhu Fikum Daiman Abadaa.
8. Buat teman-teman kosanku yang sangat ceria dalam mengharungi pahit manis
kehidupan dalam menuntut ilmu, Syukri Bin Nayan, Mohd Tarmizi Bin Sait,
dan Mohd Hayyafizul Bin Yusuf.
9. Tidak lupa juga kepada semua teman-teman dekatku dari IPA maupun KUDQI serta
APID yang sentiasa bersama-sama mengaharungi suka duka bersama penulis selama
berada di Indonesia ini, Ridzuan, Isyraff, Baha, Muhibburahman, Ukasyah, Sabri,
Syammil, Khalil, Dinnur, Farid, Muaz, Ramadhan, Helmy, Hafis serta ramai lagi
yang tak mampu penulis sebutkan semua di penulisan ini. Yang banyak memberi
motivasi dan kata-kata semangat demi keberhasilan penulisan ilmiah ini dan
terima kasih juga atas kebersamaan kalian bersama penulis selama
perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga kita tetap dalam
memperjuangan Islam.
10. Kepada dia, Nurul Hafiza Bt. A.Rahman insan yang amat ku sayangi, terima
kasih atas segala pengorbanan yang dilimpahkan dan segala bantuan yang
iv
telah diberikan kepada penulis. Semoga semua kenangan indah kita bersama
yang kita lalui akan terus kekal di dalam memori. Aku juga berharap semoga
doaku dan doamu dimakbulkan oleh Yang Maha Kuasa.
11. Kerajaan Malaysia dan Pemerintah Indonesia.
Semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah SWT dengan balasan
yang berlipat ganda, sungguh hanya Allah SWT yang dapat membalas
kebaikan mereka dengan kebaikan yang berlipat ganda.
Akhir kalam, Barakallahhu Fikum Daiman Abadaa Wa
Jazakumullahhu Khairal Jaza dan semoga skripsi ini dapat memberikan
masukan yang positif kepada pembaca sekalian. Segala bantuan yang telah
diberikan kepada penulis, hanya Allah yang selayaknya membalas. Dalam
penulisan ini tentu tidak luput dari kekhilafan dan kesalahan, karenanya
kritikan dan saran yang bersifat konstruktif sangat diharapkan dan akan
diterima dengan baik.
Penulis juga menyampaikan harapan yang besar agar skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Amin.
Jakarta, 29 May 2011 M,
25 Jamadilawal 1432 H
Penulis.
Muhammad Munir bin
Ramlan
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………..…………1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………..………4
C. Tujuan dan Manfaat Penilitian……………………………………5
D. Review Studi Terdahulu…………………………….…...….……6
E. Metode Penilitian…………………………………………………6
F. Sistematika Penulisan……………………………………………10
BAB II TINJAUAN TEORI HUKUM ISLAM TERHADAP TINDAK
PIDANA PEMBUNUHAN
A. Konsep Teori Tindak Pidana Dalam Islam…....…………………12
B. Definisi Tindak Pidana Pembunuhan…………………………...18
C. Tindak Pidana Pembunuhan Dalam Pandangan Hukum Islam….23
D. Tindak Pidana Pembunuhan Dalam Undang-Undang Malaysia...30
BAB III SEJARAH HITAM PERISTIWA MEMALI DI MALAYSIA
A. Riwayat Hidup Ibrahim Libya……………………………...……39
B. Kebijakannya di dalamPartai Islam Se-Malalysia (PAS)……..…42
C. Sejarah Singkat Berlakunya Peristiwa Memali…………….……43
D. Hal-Hal Yang Terkait Dengan Politik…………………...………49
v
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERSEPSI
MASYARAKAT UMUM DALAM KASUS PEMBUNUHAN
IBRAHIM LIBYA DI KEDAH, MALAYSIA
A. Pandangan Tokoh-Tokoh Politik Di Malaysia……………..……55
B. Respon Terhadap Ahli-Ahli Media…………………...…………60
C. Undang-Undang Terkait Hukum Kepidanaan…………..………64
D. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pembunuhan Ibrahim Libya…70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………75
B. Saran-saran………………………………………………………77
DAFTAR PUTAKA………………………………….……………………………..78
LAMPIRAN………………………………………………………………………...80
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah di dalam judul pembahasan ini adalah melibatkan
perjalanan historis dan hukum atau undang-undang terkait hal-hal kepidanaan.
Agar penelitian ini lebih jelas, maka hal-hal yang terkait di dalam peristiwa
Memali yang berlaku pada November 1985 lebih menfokuskan terhadap pendapat
tokoh-tokoh politik dan ahli-ahli media di Malaysia.1
Permasalahan yang muncul dari peristiwa ini adalah bagaimana terjadinya
konflik sehingga terjadi pembunuhan dan hal-hal terkait tindakan hukum
kepidanaan. Mulai terjadi peristiwa ini, kesalahan dari pihak yang terlibat masih
diperdebatkan oleh masyarakat dan pejabat kerajaan seperti Mahkamah. Sebagai
contoh, pendapat seorang tokoh politik yang meneliti kasus ini adalah Yusof
Husein yang katanya, “ kasus ini adalah berkaitan dengan pihak pemerintah dan
dengan jelas tindakan ini melanggar hak-hak asasi manusia yang sudah tertulis di
dalam perlembagaan Negara” .2
1 http://beritasemasa.com/ranking-dunia-media-massa-di-malaysia diakses pada tanggal
23/4/2011 jam 11: 45 am WIB 2.Jabatan Penerangan PAS Pusat, Isu „Memali‟ hakikat dan reality, (Kuala Lumpur:
Enterprise Sdn Bhd, 2002), cet. I, h. 25
2
Pokok persoalan yang melibatkan hak asasi manusia yang termuat di
dalam perlembagaan Malaysia yaitu (Bahagian 2 Perkara 5 sampai 13), Perkara 5
adalah kebebasan diri, Perkara 6 keabadian dan kerja paksa dilarang, Perkara 7
perlindungan daripada undang-undang pidana yang berkuatkuasa kebelakangan
dan pembicaraan berulang, Perkara 8 sama rata, Perkara 9 larangan buangan-
negeri dan kebebasan bergerak, Perkara 10 kebebasan bercakap, berhimpun dan
menubuh persatuan, Perkara 11 kebebasan ugama, Perkara 12 hak-hak
berkenaan dengan pelajaran dan Perkara 13 hak terhadap harta.3 Jika dilihat
patokan pasal-pasal tersebut, kasus Memali adalah suatu kesalahan yang
melibatkan hukum kepidanaan dan juga hukum kesalahan publik, yaitu
melibatkan ketentuan umum di dalam Negara khususnya di Malaysia. Sebagai
contoh menurut di dalam Perlembagaan Persekutuan Bahagian 3 Perkara 14,
kewarganegaraaan dengan cara kuatkuasa undang-undang , makanya yang
termuat di dalam pasal tersebut adalah, setiap warganegara itu dijaga keselamatan
dirinya oleh hukum atau undang-undang dari segala kesalahan pidana
terhadapnya. Sebagai contoh, Ustadz Ibrahim Libya adalah salah seorang
pendakwah bebas dan profisi di dalam organisasi politik sebagai kepala atau ketua
partai PAS di daerah Baling dan negeri Bagaian Kedah.4 Di dalam hal ini,
gerakan PAS adalah sebuah organisasi politik yang sudah lama dibangun yaitu
pada tahun 1951 dan telah sah atau disetujui oleh penjajah Inggris pada saat
3 Perlembagaan Persekutuan, disusun oleh Lembaga Penyelidikan Undang-Undang( Selangor,
International Law Book Service : 2009) hlm 3. 4 Op.cit, hlm 56, Isu Memali dan Realiti
3
sebelum kemerdekaan dan pada selepas kemerdekaan, pertubuhan ini sah menurut
undang-undang sampai sekarang. Makanya dengan jelas, tindak kejahatan yang
berlaku ke atas Ustadz Ibrahim Libya adalah kesalahan pidana atau hal-hal
terkait kepidanaan, sementara hal-hal terkait privat adalah kedudukan kepala
pemerintah turut campur tangan dalam masalah kasus ini sehingga mereka tidak
di kenakan hukum atau undang-undang karena kasus ini terdapat kepentingan
bagi mereka.
Dari sudut yang lain, persoalan masih lagi menfokuskan kepada pihak-
pihak yang terlibat, terutamanya adalah pihak pemerintah. Di dalam penelitian ini,
mengapa pemerintah dihukum kesalahan oleh para pihak tertentu seperti tokoh-
tokoh partai politik, terutamanya partai oposisi, ahli-ahli media dan sebagainya.
Ini merupakan suatu hal yang berlaku penyimpangan ke atas mereka, karena
seolah-olah undang-undang sudah tidak berguna bagi mereka dan hanya
berkuatkuasa bagi golongan bawahan. Sementara di dalam perlembagaan
Persekutuan menyebutkan (Bahagian 6 Bab 1 perkara 73, Had Undang-undang
Persekutuan dan Negeri) 5dan solusi pasal ini menyatakan, setiap undang-undang
yaitu yang terkait ruang lingkup hukum meskipun hal publik, privat, perdata dan
pidana adalah sama di hadapan hukum, tidak memilih sesiapa meskipun
seseorang itu berada pada profisi atasan seperti kepala pemerintah atau profisi
bawahan seperti pedagang dan sebagainya.
5 Perlembagaan Persekutuan, disusun oleh Lembaga Penyelidikan Undang-Undang (
Selangor, International Law Book Service : 2009) hlm 46.
4
Dengan pokok-pokok persoalan yang ditimbulkan di atas, maka
persoalan-persoalan tersebut dapat menambahkan penelitian dan studi terhadap
kasus ini. Seterusnya dengan hasil dari penelitan tersebut dijadikan sebagai bahan
ilmiah kepada pihak-pihak tertentu.
Maka dari pecahan-pecahan persoalan dari ruang lingkup historis ini,
penulis lebih berminat untuk mengangkat tema ini menjadi sebuah perbahasan
yang lebih komprehensif dengan judul „ Tinjauan Hukum Islam Tehadap
Persepsi Masyarakat Umum Dalam Kasus Pembunuhan Ibrahim Libya Di
Kedah, Malaysia ’.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak meluas, maka penulis
membatasi dan hanya memfokuskan bahasan pada lingkungan historis kasus
pembunuhan Ibrahim Libya pada November 1985 di Negeri Bagian Malaysia,
Kedah. Seterusnya kajian hukum menurut persepsi masyarakat, terutamanya hasil
penelitian dari karya buku ahli politik, koran, website dan lain-lain.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar balakang dan pembatasan masalah di atas,
maka permasalahan-permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini dapat
dirumuskan menjadi sebagai berikut:
5
1. Bagaimana munculnya konflik peristiwa hitam Memali di Malaysia?
2. Apakah kedudukan Ibrahim Libya dalam kasus ini?
3. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap persepsi masyarakat dalam kasus
ini?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan di dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana munculnya konflik peristiwa hitam Memali
di Malaysia.
2. Untuk mengetahui kedudukan Ibrahim Libya di dalam kasus ini.
3. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap persepsi masyarakat
dalam kasus ini.
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara akademis untuk mendapat jawaban-jawaban terhadap berbagai
persoalan-persoalan yang terkait dengan peristiwa sejarah Memali.
2. Memberi pengetahuan dan informasi tentang peristiwa Memali.
3. Sebagai sumbangan pemikiran dan pengembangan khazanah keilmuan
khususnya di bidang ketatanegaraan Islam di Malaysia.
4. Dapat menambah wawasan ilmu dalam wilayah kajian yang erat kaitannya
dengan program studi siyasah syar‟iyyah dan menambah literature
kepustakaan.
6
D. Kajian (Review) Studi Terdahulu
Sejumlah penelitian dengan bahasan tentang politik Islam telah dilakukan,
baik mengkaji secara spesifik topik tersebut ataupun yang mengkajinya secara
umum yang sejalan dengan bahasan penilitian ini. Berikut ini merupakan
paparan tinjauan umum atas sebagian karya-karya penelitian tersebut baik yang
berupa buku maupun skripsi,di antaranya:
Penelitian yang di tulis oleh Mohamad Sheifullah Bin Ramli yang berjudul
“Hak Asasi Manusia Dalam Perlembagaaan Persekutuan Malaysia Dan
Relevensinya Dengan Hukum Islam”. Penelitian ini di antaranya membahas
tentang hak asasi manusia dan bagaimana pandangan Islam tentang hak asasi
manusia dan bagaimana hak asasi manusia dalam Perlembagaan Persekutuan
Malaysia.
Penelitian yang di tulis oleh Ahmad Baihakki Bin Arifin yang berjudul
“Hak-hak Politik Warganegara Dalam Perlembagaan Persekutuan Malaysia”,
tahun 2008. Penelitian ini membahas tentang hak-hak politik warganegara
Malaysia yang diatur di dalam konstitusi Malaysia.
Selain skripsi di atas, sejumlah penelitian dengan bahasan tentang kasus-
kasus pembunuhan telah dilakukan, baik yang mengkaji secara spesifik topik
tersebut maupun yang bersinggungan secara umum dengan bahasan penelitian.
Berikut ini merupakan paparan tinjauan umum atas sebagian karya-karya
penelitian tersebut:
7
Buku pertama, “Isu Memali Hakikat Dan Realiti”,dikeluarkan oleh Jabatan
Penerangan PAS Pusat. Dalam buku ini membahas seputar tentang peristiwa
Memali dan mereka yang terlibat di dalam peristiwa ini.
Buku kedua, “Prinsip Perlembagaan dan Pemerintahan Mahathir di
Malaysia” karya Mohd Salleh Abbas. Buku ini menjelaskan tentang prinsip dan
tatacara pemerintahan Mahathir Mohamad di Malaysia. Dan di dalamnya banyak
menguraikan tentang konstitusi Malaysia yang mana turut menjelaskan hak –hak
asasi manusia yang diatur dalam konstitusi.
Buku ketiga, “Hak Asasi Manusia dalam Islam” , karya Syeikh Syaukat
Hussain. Buku ini membahas tentang konsep HAM di dalam Islam dan ruang
lingkup HAM dalam perspektif Islam serta bagaimana usaha-usaha perlindungan
dalam Islam terhadap pelaksanaan Islam.
Dari beberapa kajian terdahulu di atas, penulis belum menemukan tulisan
yang membahas mengenai tinjauan hukum Islam terhadap persepsi masyarakat
umum dalam kasus pembunuhan Ibrahim Libya khususnya.
Adapun penelitian yang dilakukan oleh Mohamad Seifullah hanya seputar
tentang hak-hak asasi manusia dalam perlembagaan persekutuan Malaysia
menurut hukum Islam, adapun penelitian oleh Ahmad Baihakki, pembahasannya
hanya seputar tentang hak-hak politik warganegara dalam perlembagaan
persekutuan Malaysia. Penelitian pertama dan kedua tidak menyentuh tentang
tinjauan hukum terhadap persepsi masyarakat umum terhadap kasus pembunuhan
Ibrahim Libya tetapi hanya menjelaskan seputar tentang hak asasi manusia dalam
8
negara Malaysia saja. Dengan demikian, penelitian yang penulis lakukan dalam
skripsi ini berbeda dengan penelitian sebelumnya.
E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan
1. Jenis Penelitian
Pada prinsipnya penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library
research) dan penelitian lapangan (field research). Penelitian kepustakaan yaitu
penelitian yang kajiannya dilaksanakan dengan menelaah dan menelusuri berbagai
literatur, karena memang pada dasarnya sumber data yang hendak digali lebih
terfokus pada studi pustaka. Dengan demikian penelitian ini merupakan kualitatif
deskriptif. Deskriptif di sini dimaksudkan dengan membuat deskriptif secara
sistematis dengan melihat dan menganalisis data-data secara kualitatif.
2. Obyek Penelitian
Yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah tinjauan hukum Islam
terhadap persepsi masyarakat umum dalam kasus Ibrahim Libya.
1. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan faktual, teknik
pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumenter dari bahan-bahan tertulis
seperti buku yang dikeluarkan oleh jabatan penerangan PAS pusat dengan
judulnya Isu Memali Hakikat dan Realiti, seterusnya mencoba membuat
bandingan dengan sumber data-data lain agar sumber yang diperoleh dengan
9
komprehensif, sementara teknik pengumpulan data, penulis mengunakan dengan
cara diskriptif analitis dan mencoba segala maklumat atau bahan yang di dapat
diuji agar lebih benar dan akurat.
Yang termasuk ke dalam sumber data primer adalah buku Isu Memali
Hakikat dan Realiti. Sedangkan sumber data sekunder adalah buku-buku, literatur-
literatur, dan website yang berkaitan dengan obyek penelitian. Kemudian data
tertier berupa kamus, jurnal dan artikel.
2.Teknik Analisis Data
Data-data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka dan dari sebagaimana
yang telah disebutkan di atas, dianalisis melalui pendekatan deskriptif-analisis. Hal
ini dimungkinkan agar penelitian dapat dilakukan terhadap peristiwa Memali.
Pembahasan skripsi ini menggunakan teknik deskriptif analitis. Metode
atau teknik diskriftif adalah suatu metode yang meniliti status kelompok, suatu
obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau pun suatu kelas peristiwa
pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskriptif (gambaran)
secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat hubungan
antara fenomena yang diselidiki. Sedangkan yang dimaksudkan dengan studi
analitis ialah menganalisis (menguji) hipotesa-hipotesa dan mengadakan
interpretasi yang lebih mendalam tentang hubungan fakta-fakta, sifat-sifat, dan
antar fenomena yang diselidiki.
10
5. Teknik Penulisan Skripsi
Penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007”
yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudahkan dan memperoleh gambaran yang utuh serta
menyeluruh, penelitian skripsi ini ditulis dengan menggunakan sistematika
penulisan sebagai berikut:
Bab I, Merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang latar belakang
penelitian, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
kajian studi terdahulu, metodologi penelitian, dan sistematika penelitian.
Bab II, Membahas tentang tinjauan teori, seperti definisi tindak pidana
pembunuhan, tindak pidana pembunuhan dalam pandangan hukum Islam dan
tindak pidana pembunuhan dalam undang-undang Malaysia.
Bab III, Membahas tentang riwayat hidup Ibrahim Libya, kebijakannya di
dalam Partai Islam Se-Malaysia (PAS), sejarah singkat berlakunya peristiwa
Memali, dan hal-hal yang terkait dengan politik.
Bab IV, Membahas tentang tinjauan hukum terhadap persepsi masyarakat
umum dalam kasus pembunuhan Ibrahim Libya, yang di dalamnya turut
membahaskan tentang pandangan tokoh-tokoh politik di Malaysia, respon terhadap
11
ahli-ahli media, undang-undang terkait hukum kepidanaan, serta tinjauan hukum
Islam terhadap pembunuhan Ibrahim Libya.
Bab V, Merupakan penutup yang di dalamnya terdapat kesimpulan dan
saran-saran yang bisa dijadikan panduan.
12
BAB II
TINJAUAN TEORI HUKUM ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA
PEMBUNUHAN
A. Konsep Teori Tindak Pidana dalam Hukum Islam
Undang-undang jinayah adalah suatu jenis undang-undang yang mengawal
kesalahan yang dilakukan terhadap masyarakat. Undang-undang jinayah perlu
dibedakan dengan dengan undang-undang sivil. Sebagai contoh, sekiranya
seseorang membunuh, maka undang-undang jinayahlah yang akan digunakan
untuk mengawal atau mengurus si pembunuh itu. Siasatan, tangkapan dan
dakwaan akan dibuat berpandukan undang-undang jinayah. Kesalahan mencuri
itu dikawal oleh undang-undang jinayah karena kesalahan mencuri tersebut
dianggap sebagai kesalahan terhadap masyarakat.1
Sementara teori hukum Islam terhadap tindak pidana adalah, pelaku
kejahatan melakukan beberapa jarimah dimana masing-masing jarimah belum
ditentukan keputusannya, sedangkan dalam pengulangan jarimah terjadi ketika
pelaku kejahatan melakukan jarimah yang kedua dan seterusnya setelah dijatuhi
hukuman atas jarimahnya yang pertama.2 Dalam masalah pengulangan jarimah
ini, para fuqaha sepakat untuk menghukum si pelaku kejahatan, sesuai dengan
1http://ms.wikipedia.org/wiki/Undang-undang_jenayah diakses pada tanggal 28/05/2011
2 Abd. Al-Qadir al-Audah, al-Tasyri’ al-Jinai al-Islami, Jilid I (Beirut: Muassasah al Risalah,
1987), hlm. 744.
13
ancaman pidananya. Karena menurut mereka, pengulangan terhadap jarimah oleh
seseorang setelah ia mendapatkan putusan akhir, sebenarnya hal itu dapat
menunjukkan sifat membandelnya si pelaku jarimah dan tidak mempannya
hukuman yang pertama. Oleh karena itu, sewajarnya kalau timbul kecenderungan
untuk memperberat hukuman atas pengulangan jarimah.3
Ulama sepakat bahwa dalam jarimah terdapat penggabungan hukuman
yang disebabkan, pelanggaran beberapa jarimah yang masing-masing belum
mendapatkan keputusan tetap, akan tetapi mereka berbeda pendapat terhadap
macam hukuman apa yang pantas diberikan kepada pelaku tindak pidana
gabungan. Tentunya gabungan yang pantas diberikan ialah atas dasar
pertimbangan kemaslahatan umat manusia.
Adapun dasar hukum yang berkaitan dengan gabungan melakukan jarimah
menurut hukum Islam ada dua, yaitu:
1. Al Qur’an dalam Surah Al-Maidah ayat: 33
533
Artinya; Hanyasanya balasan orang-orang yang memerangi Allah dan RasulNya
serta melakukan bencana kerosakan di muka bumi ialah dengan dibalas bunuh
(kalau mereka membunuh sahaja dengan tidak merampas), atau dipalang (kalau
mereka membunuh dan merampas), atau dipotong tangan dan kaki mereka
3 A. Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1967), Cet, I, hlm.
247.
14
bersilang (kalau mereka merampas sahaja), atau dibuang negeri (kalau mereka
hanya mengganggu ketenteraman umum). hukuman yang demikian itu adalah
suatu kehinaan di dunia bagi mereka, dan di akhirat kelak mereka beroleh azab
seksa yang amat besar. (QS : Al-Maidah / 5 : 33)
2. al-Hadits
a) Riwayat Imam Bukhari:
4
Berangkat dari perbedaan pendapat tersebut maka muncul berbagai teori
mengenai cara memberikan hukuman bagi seseorang yang melakukan tindak
pidana gabungan, kedua teori tersebut adalah teori saling memasukkan (at-
tadaahul), dan teori penyerapan (al-jabbu).
1) Teori saling memasukkan (at-Tadaahul)
5
Dari pengertian di atas, seseorang yang melakukan gabungan jarimah
hanya akan mendapatkan satu hukuman sebagaimana halnya ketika ia
melakukan satu jarimah, hal ini dikarenakan hukuman dari beberapa jarimah
tersebut saling memasuki, sebagian masuk pada sebagian yang lain, sehingga
hanya satu hukuman saja yang dijatuhkan.
4 Abū Abdillah Muhammad bin Ismail al Bukhāri, Shahih al Bukhāri, Jilid IV (Beirut: Dar al
Fikr, t.t.), hlm. 174-175. 5 Op. Cit, Abd. Al-Qadir al-Audah, hlm. 747.
15
Teori ini didasarkan atas dua pertimbangan, yaitu: pertama, apabila
jarimah yang dilakukan itu satu macam atau satu jenis. Walaupun jarimah itu
dilakukan berulangkali namun dalam jenis yang sama maka sudah
sepantasnya kalau hanya dikenakan satu macam hukuman, selama belum ada
keputusan hakim. Alasan dari penjatuhan satu hukuman tersebut adalah dasar
dari pemberian hukuman untuk pengajaran dan pencegahan. Apabila satu
hukuman saja sudah cukup untuk merealisasikan dua tujuan tersebut, maka
tidak perlu adanya gabungan hukuman. Selama hukuman tersebut mampu
untuk memperbaharui pengaruhnya dan mencegah pelakunya untuk
mengulangi kejahatannya, namun apabila satu hukuman saja belum cukup
untuk memperbaiki pelaku jarimah dan pelaku masih mengulangi
perbuatannya, maka atas dia diwajibkan untuk memberikan hukuman
tambahan atas dasar jarimah terakhir yang dilakukannya.
Kedua, meskipun beberapa perbuatan yang dilakukan itu berbeda-
beda, baik macamnya ataupun hukumannya bisa saling memasuki dan cukup
satu hukuman saja yang dijatuhkan untuk melindungi kepentingan dan
tujuannya saja. Dalam hal ini terdapat syarat bila hukuman tersebut hanya satu
yaitu gabungan hukuman tersebut dilakukan, atas dasar menjaga
kemaslahatan.6 Dalam hal ini dapat diketahui bahwa gabungan jarimah yang
mempunyai jenis dan tujuan hukumannya berbeda maka tidak dapat saling
memasuki. Kelemahan dari metode ini adalah terlalu banyaknya hukuman,
6 A. Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1967), Cet, I, hlm. 369
16
karena terkadang adanya penggabungan hukuman menyebabkan sampainya
hukuman pada batas yang berlebihan, sementara selama ini hukuman penjara
dibatasi oleh waktu. Jadi apabila terjadi penggabungan hukuman maka
berdasarkan teori ini, hukumannya dapat menjadi hukuman selamanya atau
seumur hidup.
2) Teori penyerapan (al Jabbu)
7
Dalam teori penyerapan ini, seseorang yang melakukan gabungan
jarimah akan dijatuhi hukuman, dimana hukuman tersebut sekaligus
menggugurkan hukuman yang lainnya atua pelaksanaannya akan menyerap
hukuman-hukuman yang lain.
Pengertian ini tertutup bagi hukuman pembunuhan, pelaksanaan
hukuman pembunuhan menutup pelaksanaan hukuman selainnya. Dalam hal
ini hukuman pembunuhan merupakan hukuman yang berdiri sendiri dimana
hukuman selainnya tetap harus dilaksanakan.8 Kelemahan dari teori ini adalah
memudahkan dan menyia-nyiakan perkara.
7 Abd. Al-Qadir al-Audah, al-Tasyri’ al-Jinai al-Islami, Jilid I (Beirut: Muassasah al Risalah,
1987), hlm. 443.
8 Ibid., hlm. 445.
17
3) Teori Percampuran (al Mukhtalath)
9
Teori percampuran ini dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-
kelemahan dari dua metode sebelumnya yaitu teori al jabbu (penyerapan) dan
teori ad tadaahul (saling memasuki), yaitu dengan cara menggabungkan
keduanya dan mencari jalan tengahnya.
Sebagaimana yang telah disebutkan di awal bahwa hukum Islam dalam
menggunakan kedua teori tersebut tidak secara mutlak. Dalam teori percampuran
ini langkah yang dilakukan yakni dengan membatasi kemutlakan dari dua teori
sebelumnya. Penggabungan hukuman boleh dilakukan namun tidak boleh
melampaui batas tertentu. Tujuan daripada pemberian batas akhir ini bagi
hukuman ialah untuk mencegah hukuman yang terlalu berlebihan.10
Kedua teori tersebut dalam hukum Islam diakui, namun dikalangan para
ulama terjadi ikhtilaf, baik cara pengaplikasiannya maupun dasar logika dari
penentuan hukuman yang akan diberikan kepada pelaku tindak pidana.
Pembahasan mengenai kedua teori tersebut selanjutnya akan dibahas dalam
bentuk-bentuk gabungan.
9 Ibid., hlm. 449.
10 Abd. Al-Qadir al-Audah, al-Tasyri’ al-Jinai al-Islami, Jilid I (Beirut: Muassasah al Risalah,
1987), hlm. 455.
.
18
Seterusnya bentuk-bentuk gabungan melakukan tindak pidana sebagaimana
diketahui bahwa adanya gabungan melakukan tindak pidana menyebabkan
munculnya gabungan hukuman. Munculnya teori-teori dalam gabungan hukuman
tidak terlepas dari berbagai macam bentuk gabungan. Ibnu Qudamah dalam
kitabnya al Mughni mengatakan bahwa jika terkumpul jarimah, jarimah hudud
dimana hukuman-hukumannya berbeda, maka tidak akan terlepas dari tiga
kategori di bawah ini, ketiga kategori tersebut adalah:
Pertama : Gabungan beberapa jarimah dimana semua hukumannya itu murni
hak Allah.
Kedua : Gabungan beberapa jarimah dimana dalam hukuman tersebut
terdapat hak Allah dan sekaligus hak hamba atau hak Adami.
Ketiga : Gabungan beberapa jarimah dimana hukumannya itu murni hak
Adami.
Ketiga kategori di atas juga dijelaskan oleh Wahbah al Zuhaili dalam kitabnya al
Fiqh al-Islam wa adilatuhu.11
B. Defenisi Tindak Pidana Pembunuhan
Istilah pidana atau hukuman berasal dari kata straf yang merupakan istilah
yang sering digunakan sebagai sinonim dari istilah pidana. Istilah hukuman yang
merupakan istilah umum dan konvensional, dapat mempunyai arti yang luas dan
11
Wahbah al Zuhaili, al Fiqh al Islam wa Adillatuhu, Jilid IV (Beirut: Dar al Fikr, t.t.), hlm.
168.
19
berubah-ubah, karena istilah itu dapat berkonotasi dengan bidang yang cukup
luas. Oleh karena pada istilah yang lebih khusus, maka perlu ada pembatasan
pengertian atau makna sentral yang dapat menunjukkan ciri-ciri atau sifat-sifatnya
yang khusus.
Untuk memberikan gambaran yang lebih luas, berikut ini dikemukakan
beberapa pendapat dari beberapa sarjana antara lain: menurut Sudarto, pidana
adalah nestapa yang diberikan oleh Negara kepada seseorang yang melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang (hukum pidana), sengaja agar
dirasakan sebagai nestapa.12
Selain dari pengertian Sudarto di atas terdapat pula pengertian sarjana lain,
antara lain dari Roeslan Saleh yang menyatakan bahwa pidana adalah reaksi-
reaksi atas delik, yang berwujud suatu nestapa yang sengaja ditimpakan Negara
kepada pembuat delik.13
Dari dua pengertian di atas dapat dilihat bahwa tujuan pidana adalah
pemberian nestapa, dimaksudkan untuk memberikan efek jera kepada pelakunya.
Akan tetapi tidak semua sarjana menyetujui pendapat bahwa hakekat pidana
adalah pemberian nestapa. Hal ini antara lain diungkapkan oleh Hulsman
sebagaimana dikutip oleh Muladi bahwa pidana adalah menyuarakan untuk tertib;
12
Sudarto, Kapita Selekta hokum Pidana, (Bandung: Alumni, 1981) cet, I, hlm. 109-110 13
Roeslan Saleh, Stelsel Pidana Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1987) cet, I, hlm. 5
20
pidana pada hakekatnya mempunyai dua tujuan utama, yakni untuk
mempengaruhi tingkah laku dan untuk menyelesaikan konflik.14
Pidana tidak hanya dimaksudkan untuk memberikan penderitaan kepada
pelanggar atau membuat jera, tapi juga agar membuat pelanggar dapat kembali
hidup bermasyarakat sebagaimana layaknya. Pengaruh dari aliran modern dalam
hukum pidana telah memperkaya hukum pidana dengan sanksi yang disebut
dengan tindakan (maatregel) seperti Indonesia misalnya, undang-undang pidana
khusus atau perundang-undangan pidana di luar KUHP, terdapat suatu
kecendrungan penggunaan sistem dua jalur dalam stelsel sanksinya yang berarti
sanksi pidana dan sanksi tindakan diatur sekaligus. Istilah ini biasa dikenal
dengan Double Track System, yaitu mempergunakan dua jenis sanksi, pidana dan
tindakan.15
Secara akademisi tujuan dari pemidanaan sebagaimana dituangkan dalam
rancangan kitab undang-undang hukum pidana adalah sebagai berikut:
a. Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma hukum
demi pengayoman masyarakat.
b. Memasyarakatkan terpidana dengan menegakkan pembinaan sehingga
menjadikannya orang yang baik dan berguna.
14
Op, Cit, Sudarto hlm. 11 15
M. Sholahuddin, Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana; Ide Dasar Double Track
System, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), Cet, II, hlm. 3
21
c. Menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana, memulihkan
keseimbangan dan mendatangkan rasa damai dalam masyarakat.
d. Membebaskan rasa bersalah pada terpidana.
Sementara dalam Islam, para ulama’ mendefinisikan pembunuhan dengan
suatu perbuatan manusia yang menyebabkan hilangnya nyawa. Sebagian fuqaha
membagi pembunuhan menjadi dua bagian : Pembunuhan sengaja dan
pembunuhan kesalahan.
Pembunuhan sengaja menurut fuqaha adalah suatu perbuatan dengan
maksud menganiaya dan mengakibatkan hilangnya nyawa orang yang dianiaya,
baik penganiayaan itu dimaksudkan untuk membunuh ataupun tidak. Sedangkan
yang dimaksud dengan pembunuhan kesalahan adalah suatu perbuatan yang
mengakibatkan kematian yang tidak disertai niat penganiayaan. Dasar acuan
pembagian ini adalah karena Al-Qur’an hanya memperkenalkan kedua macam
pembunuhan ini, Allah berfirman .
ا
.492
22
Artinya: Dan tidak harus sama sekali bagi seseorang mukmin membunuh
seorang mukmin yang lain, kecuali dengan tidak sengaja. Dan sesiapa yang
membunuh seorang mukmin dengan tidak sengaja, maka (wajiblah ia
membayar kaffarah) dengan memerdekakan seorang hamba yang beriman
serta membayar "diah" (denda ganti nyawa) yang diserahkan kepada ahlinya
(keluarga si mati), kecuali jika mereka sedekahkan (memaafkannya). tetapi
jika ia (yang terbunuh dengan tidak sengaja) dari kaum (kafir) yang
memusuhi kamu, sedang ia sendiri beriman, maka (wajiblah si pembunuh
membayar kaffarah sahaja dengan) memerdekakan seorang hamba yang
beriman. dan jika ia (orang yang terbunuh dengan tidak sengaja itu) dari
kaum (kafir) yang ada ikatan perjanjian setia di antara kamu dengan mereka,
maka wajiblah membayar "diah" (denda ganti nyawa) kepada keluarganya
serta memerdekakan seorang hamba yang beriman. Dalam pada itu, sesiapa
yang tidak dapat (mencari hamba yang akan dimerdekakannya), maka
hendaklah ia berpuasa dua bulan berturut-turut; (hukum yang tersebut)
datangnya dari Allah untuk menerima taubat (membersihkan diri kamu). dan
(ingatlah) Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana.
(QS. An-nisaa / 4 : 92)
Pendapat yang demikian dipegang oleh Madzhab Malik. Pada ayat lain
Allah berfirman :
493
Artinya; Dan sesiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja,
maka balasannya ialah neraka jahanam, kekal ia di dalamnya, dan Allah murka
kepadaNya, dan melakanatkannya serta menyediakan baginya azab seksa Yang
besar. (QS. An-nisaa / 4 : 93)
Ayat ini menegaskan bahwa hukuman bagi orang yang membunuh, pada
hari akhir akan mendapatkan siksaan yang sangat pedih dan kekal berada di
neraka jahanam, serta mendapatkan laknat serta kemurkaan dan azab yang besar.
23
C. Tindak Pidana Pembunuhan Dalam Pandangan Hukum Islam
Syafi’i mengatakan bahwa seseorang yang melakukan gabungan beberapa
tindak pidana baik yang di dalamnya terdapat hukuman mati ataupun tidak maka
semua hukuman yang diancamkan harus dilaksanakan. Sementara itu sebagian
fuqaha berpendapat bahwa selain hukuman mati berarti gugus dan hanya
hukuman mati saja yang dilaksanakan. Pendapat ini menurut Ibnu Mas’ud, Atha’,
As-Sya’bi, An Nakhaiy, Al-Auza’iy, Hammad, Malik dan Abu Hanifah.16
Golongan Hambaliyah, Hanafiyah dan Malikiyah mengatakan bahwa
hukuman tersebut saling memasuki (at Tadāhul) yaitu antara hukuman yang satu
dengan yang lainnya saling masuk sehingga pelakunya hanya dikenai satu
hukuman yaitu hukuman mati saja sebagai hukuman yang terberat. Pendapat ini
juga didukung oleh Ibrahim Al-Nakha’i bahwa hukuman dicukupkan dengan
pelaksanaan hukuman mati, sebab adanya kumpulan hak-hak Allah yang murni
dan maksud dari hukuman itu sendiri adalah untuk peringatan. Dengan
dijatuhkannya hukuman mati maka kebutuhan untuk peringatan tersebut dirasa
sudah memadai.17
Sementara itu Ibnu Qudamah, mengikuti pendapat Ibnu Mas’ud yang
mengatakan:
16
Muh. Abu Zahrah, al_uquubah: al Jarimah wa al Uqubah fi al Fiqh al Islam (Beirut: Dar
al Fikr, t.t.), hlm. 298. 17
Wahbah al Zuhaili, al Fiqh al Islam wa Adillatuhu, Jilid IV (Beirut: Dar al Fikr, t.t.), hlm.
169.
24
Sesungguhnya setiap hukuman itu bertujuan untuk memberikan pelajaran
(mendidik) dan mencegah agar tidak terjadi jarimah lagi, sehingga apabila
terdapat beberapa jarimah yang dilakukan dan di dalamnya terdapat ancaman
hukuman mati maka tidaklah perlu hukuman selain hukuman mati tersebut
dilaksanakan.
Dalam masalah ini, pendapat Syafi’i dirasa cukup berat dalam
menentukan hukuman terhadap pelanggaran beberapa jarimah. Syafi’i tidak
mengakui adanya teori saling memasuki bahwa apabila terjadi gabungan beberapa
jarimah yang hukumannya berbeda-beda maka hukuman tersebut harus
dilaksanakan satu persatu dan hukuman tersebut tidak dapat untuk memasuki
antara sebagian pada sebagian yang lain.
Gabungan beberapa jarimah yang tidak terdapat ancaman pidana mati
seperti berkumpulnya jarimah zina ghairu mukhson, pencurian, minum khamr
yang berulangkali dan masing-masing belum mendapatkan keputusan akhir.
Dalam masalah ini terdapat dua pendapat: pertama, bahwa semua hukuman harus
dilaksanakan. Alasannya yaitu sebab dari adanya gabungan melakukan jarimah
itu berbeda-beda dan lebih dari satu. Berbilangnya (lebih dari satu) sebab
membuat hukuman tidak dapat saling memasuki atau digabung karena sebabnya
25
juga berbeda-beda. Ulama sepakat untuk menjatuhkan semua hukuman, selama
tidak saling memasuki. 18
Namun ulama berbeda pendapat mengenai hukuman mana yang harus
dilaksanakan terlebih dahulu. Syafi’iyah dan Hanabilah melaksanakan hukuman
yang paling ringan terlebih dahulu seperti had minum khamr, had zina,
pemotongan tangan untuk jarimah pencurian. Hukuman potong dalam jarimah
pencurian ini dapat saling memasuki dengan hukuman potong tangan pada
jarimah hirabah dengan perampasan harta.
Sementara Malikiyah berpendapat bahwa hukuman potong harus
didahulukan daripada hukuman jilid. Hanafiyah menyerahkan pemilihan untuk
menentukan hukuman mana yang akan dijatuhkan terlebih dahulu kepada
pemerintah. Apabila pemerintah menghendaki hukuman zina di dahulukan maka
hukuman zina akan dilakukan, atau menghendaki hukuman potong tangan yang di
dahulukan dan seterusnya.
Mereka beralasan bahwa had zina dan had pencurian ditetapkan dengan
nash Al Qur’an, sehingga mereka mengakhirkan hukuman minum khamr daripada
hukuman zina dan pencurian karena jarimah minum khamr ditetapkan dengan
sunnah nabi. Dalam melaksanakan hukuman-hukuman tersebut tidak
berbarengan, tetapi dilaksanakan satu persatu dalam waktu yang berbeda. Hal itu
18
Ibid. hlm. 299.
26
dikhawatirkan menimbulkan efek yang tidak diharapkan dari penjatuhan
hukuman yang sekaligus.19
Pendapat kedua, pendapat sebagian Malikiyah, bahwa mereka
membedakan antara hukuman-hukuman yang sejenis dan yang tidak sejenis.
Apabila hukuman itu sejenis maka dapat digabungkan atau saling memasuki.
Namun apabila jenisnya berbeda, maka tidak dapat digabungkan, seperti hukuman
minum 80 kali cambukan dan hukuman zina 100 kali cambukan. Dalam hal ini
dilakukan 100 kali cambukan saja, karena hukuman minum telah masuk atau
digabungkan.20
Kedua, keadaan dimana terdapat gabungan beberapa jarimah yang
hukumannya merupakan hak Allah dan sekaligus hak hamba. Dalam hal ini
terdapat tiga hal, yaitu di antara hukuman-hukuman tersebut tidak terdapat
ancaman pidana mati.
Dalam hal ini dicontohkan hukuman untuk jarimah minum khamr dan
jarimah qodhaf. Hanabilah, Syafi’iyah dan Hanafiyah mengatakan bahwa seluruh
hukuman harus dilaksanakan karena berbilangnya (lebih dari satu) sebab jika
sebabnya lebih dari satu jenis maka musababnya tidak diragukan lagi pasti lebih
dari satu juga atau berbilang.
19 Wahbah al Zuhaili, al Fiqh al Islam wa Adillatuhu, Jilid IV (Beirut: Dar al Fikr, t.t.),
hlm. 169. 20
Muh. Abu Zahrah, al_uquubah: al Jarimah wa al Uqubah fi al Fiqh al Islam (Beirut: Dar
al Fikr, t.t.), hlm. 300.
27
Sebagian Malikiyah berpendapat bahwa hudud yang hukumannya sejenis,
yaitu hukuman cambuk, bisa saling memasuki atau digabungkan, alasannya yaitu
ketika seseorang mabuk, maka ia dapat mengeluarkan kata-kata yang dapat
menimbulkan fitnah. Adapun hukuman selain itu tidak bisa digabungkan.
Di antara hukuman-hukuman tersebut terdapat ancaman pidana mati
jumhur ulama yang mengatakan bahwa jarimah yang di dalamnya terdapat hak-
hak Allah, maka hak Allah tersebut masuk ke dalam hukuman mati. Adapun yang
terdapat di dalamnya hak-hak Adami maka harus dijatuhkan seluruhnya.21
Hukuman mati disini kedudukannya sebagai hukuman had ataupun karena qisas.
Apabila di dalam gabungan tersebut terdapat hukuman mati dan hukuman-
hukuman yang lain, maka hukuman lain harus didahulukan daripada hukuman
mati. Dalam hal ini hak Adam didahulukan daripada hak Allah. Menurut madzhab
Syafi’i jika hukuman-hukuman yang ada dalam hak anak Adam adalah lebih
ringan maka wajib dilaksanakan. Bertemunya dua hak pada satu ancaman yang
akan dikenai hukuman sebagai contoh, terdapat dua hukuman yaitu qisas dan
rajam, dalam hal ini jumhur sepakat untuk mendahulukan qisas daripada rajam.
Alasannya yaitu hukuman qisas dapat dijadikan sebagai penguat hukuman
terhadap pemenuhan hak adami.22
21
0p, cit, Wahbah al Zuhaili, hlm. 170. 22
Ibid., hlm. 171.
28
Ketiga, keadaan dimana terdapat beberapa jarimah yang di dalamnya
terdapat hak adami atau hamba saja. Dalam hal ini terdapat dua hal yang perlu
diperhatikan, yaitu:
- Ketika dalam hukuman-hukuman tersebut terdapat hukuman mati karena
qisas.
- Ketika jarimah-jarimah yang dilakukan tidak ada yang mengharuskan
hukuman mati karena qisas.
a) Keadaan pertama dimana terdapat hukuman mati karena qisas
Menurut Hanafiyah adanya hukuman mati ini tidak menafikan hukuman
selainnya, jika dalam hukuman-hukuman tersebut terdapat hukuman qisas.
Kedua sahabat Abu Hanifah yaitu Muhammad Syaibani dan Abu Yusuf
berkata bahwa hukuman mati tidak meniadakan hukuman selainnya, karena
keduanya berhubungan, bisa jadi hukuman yang pertama adalah pendahuluan
bagi yang kedua.23
b) Keadaan kedua dimana di antara hukuman-hukuman tersebut tidak terdapat
hukuman mati .
Dalam hal ini qisas harus diterapkan pada tiap-tiap perbuatan karena
berbilangnya sebab berimplikasi pada berbilangnya musabab. Sementara itu Abu
Hanifah dalam masalah hukuman mati adalah dia menolak adanya penggabungan
(at-tadaahul). Dua sahabatnyalah yang memasukkan hukuman-hukuman lain
23
Op, cit, Abu Zahrah, hlm. 30.
29
dalam hukuman mati. Sedangkan pendapat Imam Malik adalah seperti jumhur
ulama yang berpendapat bahwa hukuman-hukuman qisas tidak bisa saling
memasuki berdasarkan atas teori kesamaan antara jarimah dan hukuman yang
mengharuskan dilaksanakannya qisas.
Dalam hal ini dapat diketahui bahwa apa-apa yang berhubungan dengan
hak Allah dapat digabungkan sedangkan segala sesuatu yang berhubungan dengan
hak-hak manusia (anak Adam) maka tidak boleh digabungkan.
Menurut Imam Malik bahwa hukuman itu dapat digabungkan apabila
terdapat dua hal, yaitu:
Pertama, apabila satu penyebabnya yaitu jika sama kadar antara
diwajibkannya hukuman dari masing-masing jarimah itu. Seperti pencurian dan
pemotongan tangan orang. Dalam masalah ini pencurian hukumannya adalah
potong tangan, sedangkan memotong tangan orang (pada kriminal yang kedua)
hukumannya adalah qisas (yaitu potong tangan juga). Maka jika telah
dilaksanakan salah satu dari dua kejahatan atau lebih yang penyebabnya sama
(satu) maka hukuman yang kedua menjadi gugur.
Kedua, jika penyebabnya satu, jarimahnya dilakukan berulangkali, seperti
pencurian berulangkali sebelum dilaksanakan hukuman potong tangan.24
24
Abd. Al-Qadir al-Audah, al-Tasyri’ al-Jinai al-Islami, Jilid I (Beirut: Muassasah al Risalah,
1987), hlm. 628-629.
30
Berangkat dari bentuk-bentuk gabungan tersebut di atas, maka dapat
diketahui bagaimana pandangan para ulama mengenai gabungan melakukan tindak
pidana ini.
D. Tindak Pidana Pembunuhan Dalam Undang-Undang Malaysia
Undang-undang pidana adalah suatu jenis undang-undang yang mengawal
kesalahan yang dilakukan terhadap masyarakat. Undang-undang pidana perlu
dibedakan dengan dengan undang-undang sivil. Sebagai contoh sekiranya
seseorang mencuri, maka undang-undang pidana yang akan digunakan untuk
mengawal atau mengurus si pencuri itu. Siasatan, tangkapan dan dakwaan akan
dibuat berpandukan undang-undang pidana. Kesalahan mencuri itu dikawal oleh
undang-undang pidana karena kesalahan mencuri tersebut dianggap sebagai
kesalahan terhadap masyarakat.
Manakalah berbeda pula dengan keadaan apabila seseorang membeli barang
secara kredit dan kemudian tidak membayar hutang kepada penjual barang pada
tanggal yang dipersetujui. Maka undang-undang yang mengawal perkara tersebut
adalah undang-undang sivil. Dalam situasi yang disebut di atas, ada beberapa
undang-undang sivil yang boleh terpakai seperti undang-undang penjualan
barang, undang-undang kontrak dan sebagainya. Undang-undang pidana tidak
31
akan digunakan untuk menentukan hak dan liabiliti penjual dan pembeli. Ini
karena urusan jual beli adalah dianggap aktiviti sivil antara individu.25
Maka, ditinjau hukum formil yang terkait undang-undang tindak pidana
pembunuhan di Malaysia adalah melihat di dalam Akta A324 yaitu Kanun Acara
Akta Jinayah.26
402A;
(1) Apabila dalam sidang kriminal dituduh berusaha untuk mengajukan
pembelaan alibi, bukti yang mendukung sejenisnya tidak diakui kecuali jika
terdakwa harus memberikan pemberitahuan tertulis tersebut kepada Publik Jaksa
setidaknya sepuluh hari sebelum dimulainya sidang.
(2) Pemberitahuan yang disyaratkan oleh ayat (1) harus mencakup
keterangan dari tempat klaim terdakwa telah pada saat itu
komisi pelanggaran dengan yang dia dibebankan, bersama-sama dengan nama
dan alamat dari setiap saksi yang ia berniat untuk memanggil untuk tujuan
pembentukan.27
.
25
http://ms.wikipedia.org/wiki/Undang-undang_jenayah di akses pada 20/4/2011 jam 12:56
am WIB. 26
Undang-undang Malaysia akta a324, kanun acara akta jenayah (pindaan dan perluasan),
1976 3 undang-undang Malaysia akta a324 kanun acara akta jenayah (dan pindaan perluasan) 1976
suatu akta bagi memindahkanun acara jenayah (nmb bab 6) bagi dan memperluaskan kanun itu
sebagaimana dipinda ke Negeri-Negeri Melaka, Pulau Pinang, Sarawak dan Sabah. 27
Lembaga Penyelidik Undang-Undang, perlembagaan Persekutuan, ( Selangor Darul
Ehsan: International Law Book Service, 2009), cet. I, h. 77
32
417;
1.Setiap kali dibuat untuk tampil Pengadilan Tinggi
(A) Bahwa penyelidikan yang adil dan tidak memihak atau sidang tidak
dapat memiliki dalam pidana Pengadilan bawahan dalamnya;
(B) Bahwa beberapa masalah hukum yang tidak biasa kesulitan yang
mungkin timbul;
(C) Bahwa pandangan tempat atau dekat yang tindak pidana telah komitmen
mungkin diperlukan untuk memuaskan penyelidikan atau pengadilan
yang sama,
(D) Bahwa perintah dalam bagian ini akan cenderung kenyamanan umum
para pihak atau saksi; atau
(E) Bahwa perintah seperti itu adalah bijaksana untuk ujung keadilan, atau
diperlukan oleh ketentuan apapun dari Kode Etik ini, mungkin order-
(Aa) bahwa tindak pidana harus bertanya ke dalam atau diadili oleh
Pengadilan manapun tidak diberdayakan bawah bagian 121-126 tetapi
dalam hal lain yang berwenang untuk menyelidiki ke atau coba
pelanggaran tersebut; atau (Bb) bahwa setiap kasus tertentu atau kelas
kasus ditransfer dari seorang kriminal Pengadilan bawahan
bertandatangan ke Pengadilan pidana lain seperti sebesar
atau unggul yurisdiksi; atau "Tinggi pengadilan kekuatan untuk transfer
kasus. (Cc) bahwa setiap kasus pidana tertentu harus ditransfer ke dan
33
mencoba sebelum Pengadilan Tinggi, atau (Dd) bahwa orang terdakwa
berkomitmen untuk sidang sebelum Tinggi Pengadilan.
(Ee) Bahwa orang yang berkomitmen untuk diadili di satu tempat diadili di
tempat lain.28
(2) Pengadilan Tinggi dapat membuat agar dalam ayat (1) baik pada laporan
Pengadilan yang lebih rendah, atau pada penerapan Jaksa Penuntut Umum
atau tersangka, atau atas inisiatif sendiri.
(3) (a) Bila pesanan dibuat di bawah ayat (cc) dari ayat (1) yang lebih rendah
Pengadilan sebelumnya yang penyelidikan ke, atau percobaan, pelanggaran
terhadap terdakwa orang sedang menunggu harus, (Jika kasus ini yang dapat
dihukum oleh yang lebih rendah Pengadilan) tanpa memegang sebuah awal
penyelidikan di bawah Bab XVII; atau (Jika kasus ini yang dapat diuji oleh
Tinggi .
Pengadilan dan penyelidikan awal bawah Bab XVII sedang berlangsung
atau belum dimulai ketika order dibuat) tanpa memegang atau menyelesaikan
penyelidikan awal tersebut, menyebabkan orang terdakwa untuk tampil atau
dibawa ke Pengadilan Tinggi di tanggal yang ditentukan dalam urutan kata
atau sesegera mungkin mungkin tidak praktis jika tidak ada tanggal tersebut
28
Lembaga Penyelidik Undang-Undang, perlembagaan Persekutuan, ( Selangor Darul
Ehsan: International Law Book Service, 2009), cet. I, h. 78
34
adalah ditentukan. (B) Ketika orang terdakwa muncul atau dibawa ke
Pengadilan Tinggi sesuai dengan ayat (a), ia harus memperbaiki kencan untuk
sidang yang akan diadakan di sesuai dengan prosedur di bawah Bab XX.29
(4) Mahkamah untuk hal ini adalah dipindahkan di bawah bagian ini dapat
bertindak atas bukti yang sudah dicatat dalam penyelidikan atau pengadilan
atau sebagian sehingga dicatat dan sebagian direkam dengan sendirinya, atau
mungkin resummon saksi dan kembali memulai penyelidikan atau percobaan:
Ketentuan bahwa dalam hal apapun sehingga ditransfer Jaksa Penuntut Umum
atau orang yang dituduh mungkin. ketika Mahkamah untuk yang kasus ini
mengalihkan dimulai proses nya, mengaplikasikan bahwa saksi atau salah satu
dari mereka menjadi resummoned dan reheard.
PROSEDUR PIDANA CODE (PERUBAHAN DAN PERPANJANGAN)
(1) Perubahan 5 83.30
…Untuk "polisi atasan" polisi pengganti " petugas
tidak berada dibawah pangkat Inspektur. 84-87 inklusif Hapus dan pengganti -
"Forcible penyebaran melanggar hukum rakitan. 46/58 88…Hapus dan pengganti
29
Kanun Acara jenayah (pindaan dan perluasan) Seksyen / peruntukan Pindaan [Jadual] 8 91
Undang-Undang Power untuk langsung salinan untuk deposisi dan pameran untuk diterima di
bukti. akan menjadi bar untuk proses selanjutnya terhadap orang untuk pelanggaran yang sama jika
pelanggaran telah berkomitmen di Malaysia akan menjadi bar untuk proses lebih lanjut terhadap
dia di bawah hukum tertulis yang berkaitan untuk ekstradisi atau penyerahan Undang-Undang.
1964. ... .. 138. dan.komitmen pengecualian.... 9 ketentuan Power untuk langsung bukti.Prosedur
Memenuhi pengecualian Perubahan 138. Ini kalimat. 10 ketentuan .... Perubahan ini bab
......berkomitmen praktis. 252. Banding dari Pengadilan.11 ketentuan ... - Perubahan... 1. 2....12
ketentuan...Perubahan 417. atau kasus. ketentuan 13 ... .. Perubahan sertifikat oleh public ketentuan
Perubahan. 30
Undang-undang Malaysia akta a324, kanun acara akta jenayah (pindaan dan perluasan), 1976 3
undang-undang malaysia akta a324 kanun acara akta jenayah (dan pindaan perluasan) 1976
35
Perlindungan terhadap penuntutan. 84. Jika ada perakitan yang melanggar hukum
diperintahkan untuk membubarkan pada bagian 83 atau di bawah bagian 5 dari
Ketertiban Umum (Pelestarian) Ordonansi, 1958. dan tidak tidak membubarkan,
atau jika, tanpa harus telah diperintahkan untuk membubarkan, itu melakukan
sendiri sedemikian rupa untuk menunjukkan tekad tidak untuk membubarkan,
polisi apapun petugas, setiap anggota angkatan bersenjata atau orang lain yang
bertindak dalam bantuan sebuah polisi atau anggota bersenjata pasukan mungkin
melakukan semua hal yang diperlukan untuk menyebar orang-orang yang begitu
terus dirakit dan untuk menahan mereka atau salah satu dari mereka, dan, jika ada
orang yang membuat resistensi, mungkin menggunakan kekerasan seperti yang
cukup diperlukan untuk mengatasi perlawanan dan tidak akan bertanggungjawab
dalam proses pidana atau perdata karena dengan menggunakan kekuatan tersebut
menyebabkan kerugian atau kematian orang atau kerusakan apapun properti. 88.
(I) No penuntutan terhadap segala Hakim, polisi atau anggota angkatan bersenjata
untuk tindakan apapun yang mengaku dilakukan di bawah Bab ini harus
dilembagakan dalam Mahkamah kecuali dengan sanksi penulisan Jaksa Penuntut
Umum secara pribadi atau, di Sabah atau Sarawak, dari Direktur Penuntutan
Umum.31
(2) Apabila penuntutan adalah sanksi seperti tersebut di atas untuk
tindakan yang mengaku menjadi dilakukan di bawah Bab ini, tidak ada Hakim,
31
Undang-undang Malaysia akta a324, kanun acara akta jenayah (pindaan dan perluasan), 1976 3
undang-undang malaysia akta a324 kanun acara akta jenayah (dan pindaan perluasan) 1976
36
polisi, anggota bersenjata kekuatan atau orang yang bertindak dalam bantuan
polisi pejabat atau anggota angkatan bersenjata harus, jika Mahkamah puas bahwa
tindakan dilakukan dengan itikad baik atau, apakah itu dilakukan oleh anggota
angkatan bersenjata, bahwa hal itu dilakukan dalam ketaatan ke urutan yang di
bawah angkatan laut, militer atau angkatan udara hukum dia terikat untuk
mematuhi, akan sehingga dianggap telah melakukan suatu pelanggaran.
(3) 7 Bagian/ketentuan 114,117,124.127. Perubahan (B) pernyataan
yang dibuat oleh setiap orang sebelum ada waktu untuk hati hati dia harus tidak
diberikan tidak dapat diterima dalam bukti hanya dengan alasan yang tidak hati-
hati tersebut memiliki administrasi telah rapi jika sudah diberikan sesegera
mungkin.
(4) Walaupun ada yang sebaliknya yang terkandung dalam hukum tertulis
yang orang yang dituduh melakukan tindak pidana yang ayat (1) berlaku tidak
terikat untuk menjawab setiap pertanyaan yang berkaitan dengan kasus setelah
setiap hati-hati seperti tersebut di atas telah diberikan kepadanya. ". Hapus ayat (i)
dan catatan pinggir dan menghapus angka "(ii)" pada awal ayat (ii). Pada akhir
ayat (ii), setelah kata-kata "memiliki "Yurisdiksi tersebut, tambahkan berikut ini:
"Atau, jika kasus ini yang dapat dihukum hanya oleh Tinggi Pengadilan, sebelum
dirinya sendiri atau hakim lain memiliki diksi juris dengan tujuan untuk
menyatakan pendapat untuk pengadilan oleh Pengadilan Tinggi ". Hapus ayat (i)
dan pengganti - "(I) pelanggaran memiliki melarikan diri dari tahanan mungkin
bertanya ke dalam atau diadili oleh Pengadilan dalam lokal batas yurisdiksi yang
37
diduga melarikan diri terjadi atau Pengadilan dalam batas-batas lokal dari
yurisdiksi yang orang dituntut dengan melarikan diri ditahan setelah dugaan
melarikan diri. ". Hapus dan pengganti "Ketika, keraguan muncul Tinggi
Pengadilan untuk memutuskan.32
(5). Setiap kali keraguan muncul adalah Pengadilan dimana tindak
pidana harus berdasarkan ketentuan-ketentuan sebelumnya dari Bab harus
bertanya ke dalam atau mencoba Pengadilan Tinggi mungkin (A) gerak sendiri,
atau; (B) jika bawahan Mahkamah Tinggi Pengadilan mengacu pertanyaan
kepada Pengadilan Tinggi Pengadilan untuk arah, atau (C) pada saat aplikasi yang
dibuat oleh Public Jaksa atau orang yang dikenakan, Pengadilan memutuskan
dimana pelanggaran harus akan bertanya ke dalam atau mencoba: asalkan
sebelum keputusan diambil oleh Pengadilan Tinggi Jaksa Penuntut Umum dan
orang dibebankan berhak didengar.33
32 Lembaga Penyelidik Undang-Undang, perlembagaan Persekutuan, ( Selangor Darul
Ehsan: International Law Book Service, 2009), cet. I, h. 80 33
Undang-undang Malaysia akta a324, kanun acara akta jenayah (amandamen dan perluasan),
1976 suatu akta bagi memindah kanun acara jenayah (nmb bab 6) bagi dan memperluaskan kanun
itu sebagaimana dipindah ke negeri-negeri melaka, pulau pinang, Sarawak dan Sabah.
38
BAB III
SEJARAH HITAM PERISTIWA MEMALI DI MALAYSIA
Penonton berita RTM dalam semua bahasa di bulan Januari, 2002 berterusan
hingga ke Februari dan seterusnya coba dipersonakan dengan klip video Memali, satu
tragedi berdarah yang berlaku 17 tahun lalu, yaitu pada 18 November, 1985. Klip
video itu mempamerkan babak-babak dokumentari peristiwa Memali yang pernah
ditayangkan oleh RTM 17 tahun dahulu.1
A. Riwayat Hidup Ibrahim Libya
Watak utama kepada peristiwa Memali ialah seorang ulama‟ muda yang
cukup berpengaruh dalam masyarakat di Baling, Ustaz Ibrahim Mahmud. Beliau
yang lebih senang dengan panggilan Ustaz Ibrahim Libya merupakan sosok
dakwah yang besar namanya di negeri utara Semenanjung karena kegigihan dan
keghairahannya berdakwah, penguasaan ilmu Islam yang mantap yang dibenih
secara formal. Jika dituduh ianya sesat, ironisnya beliau mempunyai pendidikan
mengajar di Selangor dan di Kedah. Bahkan juga menjadi penceramah di radio
dan televisyen.2
Semenjak zaman persekolahan lagi beliau menunjukkan ketokohan dan
kecerdasan untuk memimpin, pernah muncul sebagai johan berpidato peringkat
1 Jabatan Penerangan PAS Pusat, Isu Memali Hakikat dan Realiti, ( Angkatan Edaran
Enterprise Sdn. Bhd) Cet, I, hlm. 20 2http://aneroid09.wordpress.com/2009/04/11/kisah-benar-tragedi-memali-ustaz-ibrahim-libya/
Diakse pada 27/03/11 jam 13:45 WIB
39
negeri Kedah dan Perlis ketika di peringkat sekolah SMA. Ustaz Ibrahim
melanjutkan pelajarannya ke Akademi Islam Nilam Puri, Kelantan, yang
merupakan pusat pengajian tinggi Islam yang terkenal di Malaysia. Kelantan pada
waktu tersebut sedang diperintah oleh PAS, sebuah gerakan Islam tertua tanahair
yang menggerakkan pendidikan Islam dengan bersungguh-sungguh.3 Akademi
Islam Nilam Puri melahirkan ramai tokoh ulama dan pendakwah yang disegani,
sebutir mutiaranya yang berharga ialah Ustaz Ibrahim Libya sendiri.
Tokoh dakwah ini berkelana di beberapa buah Negara untuk menimba ilmu
agama dengan harapan untuk berbakti kepada masyarakat. Beliau mendapat
pendidikan tinggi Darul Ulum di Deoband, India yang terkenal pada tahun 1968.
India Utara seperti Uttar Pradass sangat terkenal dengan pusat pengajian ilmu
hadith Nabi SAW. India utara sejak zaman berzaman disegarkan dengan
pengajian kitab turath terutama di zaman kerajaan Islam Moghul yang telah
memayungi tradisi intelektual.4
Dalam kesempatan berada di India yang menyaksikan pertembungan
panjang Islam dan Hindu, beliau menjelajahi beberapa buah negeri. Ustaz brahim
Libya mengkaji gerakan Islam fenomenal di subcontinent itu yaitu Jamiat Islami
yang ditubuhkan oleh Maulana Maududi. Semua ini memberikan sejuta
3http://aneroid09.wordpress.com/2009/04/11/kisah-benar-tragedi-memali-ustaz-ibrahim-libya/
Diakse pada 27/03/11 jam 13:45 WIB 4 Riduan Mohamad Nor, Memori Tragedi Memali, ( Selangor, Percetakan Zafar Sdn Bhd:
2010) , cet I, hlm 50
40
pengalaman berharga sebagai daie sekembalinya ke tanahair. Jamiat Islami
sebagai sebuah gerakan sentiasa berhadapan dengan ancaman dan tekanan
daripada pemerintah, terutama di Pakistan. Maududi sendiri merupakan ikon
kepada Ibrahim Libya, yang namanya sentiasa disebut dalam program tarbiah
pemuda.
Ustaz Ibrahim Libya melanjutkan lagi pendidikannya di Universitas Al-
Azhar, sebuah pusat pengajian tinggi tertua di dunia. Ardul Kinanah dengan angin
Sahrawi lembut bertiup panas mendamaikan tetamu ilmu yang datang dari
pelbagai belahan dunia Islam, Kaherah tidak pernah bosan berkongsi ilmu. Salah
seorang anak muda yang tidak jemu mendatangi dewan kuliah dan mengunjungi
para ulama yang bersedia menabur ilmu ialah Ibrahim Mahmud, keberahian dan
keterujaannya pada ilmu begitu tinggi.5
Ustaz Ibrahim belajar dengan bersungguh-sungguh di Mesir, beliau
mendapat ijazah Sarjana Muda Syariah, bahkan dua tahun selepas pengajian
secara formal beliau terus bertamu di Kaherah untuk belajar bertalaqi dengan
ulama-ulama besar Mesir. Beliau dengan perasaan penuh minat yang amat
mendalam terhadap dakwah terus menyambung pelajarannya ke benua Afrika,
beliau bertamu di Libya dengan mendapat biasiswa dari kerajaan Libya. Pada
tahun 1973 beliau memasuki Maahad Dakwah Tropoli dan akhirnya mendapat
ijazah dakwah tertinggi. Di Libya juga beliau sempat mengunjungi tokoh besar
5 Ibid, hlm 55
41
Ikhwanul Muslimin, Sheikh Abu Salam. Pergerakan sosio politik ini menghadapi
tekanan yang buruk di Negara-negara Afrika Utara seperti Libya. Pengalaman di
Libya sangat bewarna warni bagi Ustaz Ibrahim, kebenciannya kepada kuasa
kuffar dibenih secara sistematik ke dalam jiwa beliau.6
B. Kebijakannya di dalamPartai Islam Se-Malalysia (PAS)
Ustaz Ibrahim Libya merupakan tokoh gerakan Islam yang sangat merindui
untuk mati syahid. Beliau tidak pernah bosan untuk bercakap secara formal atau
tidak formal berkaitan mati syahid dan kelebihannya. Keinginan mati syahidlah
yang menginspirasikan beliau untuk terus beristiqamah di atas jalan perjuangan
Islam meskipun berdepan dengan seribu hamparan ujian. Beliau yang mesra
dengan panggilan Ustaz Ibrahim Libya atau nama sebenarnya Ibrahim Bin
Mahmud merupakan pendakwah tanah air yang sebelumnya pernah berkhidmat
bersama Pusat Islam Malaysia. Beliau yang telah sekian lama bersama PAS
akhirnya mengambil keputusan meninggalkan Pusat Islam bagi meluaskan lagi
ruangnya memberikan perkhidmatan kepada Partai Islam walaupun khidmatnya
sangat diperlukan oleh Pusat Islam sehingga beliau pernah dii‟tiraf sebagai
pendakwah terbaik.
6 Jabatan Penerangan PAS Pusat, Isu Memali Hakikat dan Realiti, ( Angkatan Edaran
Enterprise Sdn. Bhd) Cet, I, hlm. 25
42
Dengan suaranya yang lantang dan tegas menghadapi kezaliman-kezaliman
pihak pemerintah ketika itu yang diketuai oleh Perdana Menteri Tun.Dr Mahathir
Bin Mohamad, setiap majlis-majlis pidatonya pasti dihadiri oleh ribuan pendengar
dikalangan penyokong dan pendokong gerakan Islam. Internal Security Act (ISA)
yang dikuatkuasakan oleh pemerintah adalah merupakan diantara perkara yang
sangat kuat ditentang oleh beliau selain dari sikap pemerintah yang dilihat tidak
memandang Islam sebagai „Aqidah Negara serta jalan penyelesaian masalah
ummah. Ditambah lagi dengan peribadi pemerintah yang dicemari amalan korupsi
dan sebagainya membuatkan Ustaz Ibrahim begitu bersungguh-sungguh dalam
memberi semangat kepada ahli PAS agar berazam untuk membuat perubahan
dalam kepimpinan Negara.7
Sokongan dan dokongan kuat dari ribuan umat Islam di Malaysia yang
mencintai perjuangan Islam menjadi „mimpi ngeri‟ kepada pihak pemerintah.
Ianya begitu menakutkan mereka yang mengimpikan kekuasaan dapat dipegang
selama-lamanya. Akhirnya, pelbagai tuduhan, fitnah dan label-label jahat
dilemparkan kepada PAS khasnya Ustaz Ibrahim Libya.
C. Sejarah Singkat Berlakunya Peristiwa Memali
Menjelang operasi penangkapan, Kg. Memali dipantau dan dikepung
hampir seminggu lamanya. Pertambahan bilangan anggota keselamatan dari
sehari ke sehari persis ingin menghadapi satu bala militer musuh yang besar atau
7 Ibid, hlm 59
43
pengganas yang sangat merbahaya yang diperlukan segera. Cerita-cerita karut
yang dikarang mengenai kegiatan Ustaz Ibrahim dan pengikutnya di Kg. Memali
disiarkan di dada koran bagi mengelabui mata orang awam. Ustaz Ibrahim yang
istiqamah mengajar anak-anak muridnya dikalangan orang tua dan anak muda di
Madrasah yang dibinanya dimaklumkan mengajar fahaman salah dan sesat.
Semuanya berlaku dalam tempoh menjelang operasi.
Sangat dahsyat. Tanggal 18 Nov 1985, hampir segenap penjuru kampung
telah dikepung, dikhuatiri ada sasaran yang terlepas keluar. Penduduk Kg.
Memali yang begitu setia bersama guru mereka terus bermunajat kepada Allah
memohon keselamatan dan bantuan. Persiapan persenjataan ala kadar dengan
senjata „orang kampung‟ disediakan karena bagi mereka mempertahankan diri
dan nyawa yang diancam adalah satu kewajiban yang sangat besar. Namun apalah
sangat dengan senjata „orang kampung‟ berbanding pihak pemerintah yang
mengantar bala tentera dengan kelengkapan seolah-olah menghadapi peperangan
yang besar. Berpuluh-puluh mobil perisai disediakan, lori water canon, gas
pemedih mata, senjata, pelbagai jenis polisi disediakan termasuk Pasukan Polisi
Hutan dan segala macam kelengkapan lain.8
Anggota polisi berpecah kepada dua kumpulan akibat berlainan maklumat
yang diterima mengenai siapa sasaran dalam operasi ini. Ada yang mendapat
maklumat, mereka akan menggempur perkampungan saki baki Komunis dan ada
8http://aneroid09.wordpress.com/2009/04/11/kisah-benar-tragedi-memali-ustaz-ibrahim-libya/
Diakse pada 27/03/11 jam 13:45 WIB
44
yang mendapat maklumat mereka akan menghadapi kumpulan pemberontak
kerajaan. Namun, atas arahan dari pemimpin tertinggi pasukan polisi yang mesti
ditaati, mereka akur juga walaupun ada yang mengetahui bahwa dihadapan
mereka bukanlah Komunis. Selepas kejadian, maklumat diterima bahwa pada
malam serangan ingin dilakukan yaitu malam 18 November tersebut, sebagian
anggota polisi bersuka ria dan berpesta besar di sebuah balai polisi di Negeri
Kedah. Antara anggota polisi yang terlibat didalam operasi ini termasuklah
dikalangan mereka yang bukan beragama Islam.9
Antara watak utama dibelakang operasi yang disebut „Ops Komunis‟ ini,
Musa Hitam (Wakil. PM), Dato‟ Yahya Yeop (pemimpin tertinggi Polisi Negeri
Kedah) dan Dr. Mahathir sendiri . Mereka inilah yang memainkan peranan utama
bagi memastikan tertangkapnya Ustaz Ibrahim Libya pada tanggal tersebut.10
Keesokannya harinya, tanggal 19 November 1985, selesai Solat Subuh,
Ustaz Ibrahim terus memberikan tausiah penuh bermakna kepada para pendokong
perjuangan yang terdiri dikalangan anak-anak muridnya yang setia dengan majlis-
majlis ilmu beliau. Antara lain, beliau mengingatkan kepada ahli jama‟ah supaya
jangan ada yang kabur dari perjuangan yang sedang dihadapi ini serta
menjelaskan mengenai kelebihan mati syahid. Seluruh ahli jama‟ah semakin kuat
9 Jabatan Penerangan PAS Pusat, Isu Memali Hakikat dan Realiti, ( Angkatan Edaran
Enterprise Sdn. Bhd) Cet, I, hlm. 28 10
Mohd Sabu, Air Mata Memali, ( Selangor, Warisan Syuhada: 2010 ) , cet I, hlm. 48
45
azam dan tekad untuk tidak menyerahkan Ust Ibrahim kepada pihak pemerintah.
Mereka rela mati demi mempertahankan As-Syahid.11
Antara mereka yang dekat dengan Ustaz Ibrahim ialah Sdr. Yusuf Husein
dan Pak Teh Mat Piah (sudah meninggal). Mereka inilah antara yang sering
melakukan rundingan dengan pihak keselamatan pada hari tersebut agar
mengelakkan berlakunya pertumpahan darah terutamanya orang ramai. Namun,
Ustaz Ibrahim tegas dengan pendiriannya untuk tidak menyerahkan dirinya
kepada kerajaan yang zalim karena baginya, beliau tidak melakukan kesalahan
jenayah apapun. Tugasnya hanya memberi nasihat kepada pemerintah yang begitu
kuat menganut fahaman Nasionalisme dan Sekularisme yang bertentangan dengan
Islam.12
Berita kehadiran anggota polisi untuk menangkap Ustaz Ibrahim akhirnya
berjaya dihidu oleh pasukan tentera Malaysia yang berada di Negeri Kedah.
Bahkan di kalangan mereka juga terdapat anggota-anggota yang sering mengikuti
pengajian-pengajian agama daripada Ustaz Ibrahim. Beberapa orang di kalangan
mereka akhirnya bergegas ke Kg. Memali dan memberikan peringatan kepada
pasukan polisi agar mengelakkan serangan. Dengan bilangan mereka hanya
beberapa orang membuatkan pihak polisi tidak mempedulikan. Di kalangan
anggota tentera ini ada yang menyebut, “Ingat ! hari ini hari kamu. Boleh jadi satu
masa nanti kita akan bertempur”. Lalu mereka meninggalkan tempat tersebut.
11
http://aneroid09.wordpress.com/2009/04/11/kisah-benar-tragedi-memali-ustaz-ibrahim-
libya/ Diakse pada 27/03/11 jam 13:50 WIB 12
Op, cit, Mohd Sabu, hlm. 50
46
Setelah dilihat Ustaz Ibrahim enggan lagi bertemu mereka, akhirnya orang
kampung diberi arahan agar mundur ke belakang. Serangan akan dilancarkan.
Namun, untuk menerima arahan tersebut tidak semudah itu. Penduduk kampung
yang terdiri di kalangan orang tua, kaum ibu, anak muda, wanita dan anak kecil
dengan penuh keberanian melaungkan kalimah „Allahu Akbar‟ berkali-kali bagi
menggerunkan pihak musuh. Golok panjang yang sering digunakan di kebun
untuk tugasan harian, digenggam kuat bagi menghadapi kemungkinan-
kemungkinan yang bakal terjadi. Ibu-ibu dengan golok dan buluh-buluh panjang
mengusir pasukan polisi. Anak-anak kecil yang masih tidak mengerti apa itu
perjuangan menghadapi pasukan polisi bersenjatakan golok dan pisau.13
Pihak keselamatan yang panik akhirnya melepaskan gas pemedih mata dan
water canon ke arah orang kampung yang kukuh berdiri tidak mahu beranjak.
Seorang kanak-kanak terkena serangan tersebut lalu pingsan dengan mulutnya
yang berbuih. Melihat anak kecil tersebut menjadi korban, lantas seorang
penduduk yang dikenali dengan panggilan Cikgu Shafi‟e nekad untuk melakukan
serangan balas. Golok ditangan digenggam dan terus berlari ke arah anggota
polisi. Subhanallah. Belum sempat goloknya singgah ke tubuh anggota polisi
tersebut, sebutir peluru terus menembusi dadanya. Cikgu Syafi‟e menjadi korban
pertama tragedi tersebut.
13
http://aneroid09.wordpress.com/2009/04/11/kisah-benar-tragedi-memali-ustaz-ibrahim-
libya/ Diakse pada 27/03/11 jam 13:55 WIB
47
Teriakan pekik penduduk semakin kuat apabila serangan terus menerus dari
mobil perisai polisi dilakukan. Seorang demi seorang tumbang menerima hadiah
peluru dari Kerajaan Barisan Nasional. Rumah Ustaz. Ibrahim dirempuh kasar.
Akhirnya peluru menghinggapi juga tubuh ulama‟, pendakwah dan pemimpin
gerakan Islam ini. Di dalam pelukan dan tangisan istrinya, beliau
menghembuskan nafas terakhir. Beliau sempat bertanya, “abang kena apa?”. Si
istri menjawab, “abang ditembak”.
Menjelang waktu Zohor, hujan rintik-rintik turun membasahi Kg. Memali.
Hujan rahmat yang turun sebagai saksi kezaliman pemerintah yang rakus
mengahdapi rakyat yang serba kekurangan. Operasi pembersihan dilakukan
segera agar bau bangkai jinayah mereka dapat ditutup dari pengetahuan rakyat
Malaysia. Korban yang terbunuh diangkat ke dalam truk-truk polisi. Di dalamnya
turut dimuatkan beberapa ekor anjing buat menemani para syuhada‟. Ada
penduduk kampung yang terluka karena ditendang. Mereka menyebut, “ ada lagi
yang belum mati”. Semua penduduk kampung dimasukin ke dalam truk polisi
untuk dibawa ke balai polisi. Yang terluka dibawa ke rumah sakit. Maklumat
dijaga agar tidak sampai kepada media atau orang ramai. Tahanan diugut agar
merahasiakan kejadian.14
Beberapa hari kemudian barulah mereka dibebaskan. Jenazah dipulangkan
semula dengan bilangan korban seramai 14 orang semuanya. Maka bermulalah
14
Op, cit, Mohd Sabu, hlm. 55
48
perbalahan di antara pihak berkuasa agama (Majlis Fatwa Kebangsaan) dengan
penduduk. Mereka mendakwa Ustaz Ibrahim Libya dan 13 yang lain mati sebagai
Syuhada‟ dan perlu diuruskan sebagai orang mati syahid. Pandangan ini diambil
dari tuan-tuan guru di pesantren-pesantren Negeri Kedah yang melihat bahwa
mereka ini mati karena mempertahankan agama dan nyawa mereka. Bagi pihak
berkuasa agama di bawah pemerintah, mereka terus ditekan untuk mendakwa
Ustaz Ibrahim dan lain-lain mati sebagai Bughah (penderhaka kerajaan Islam) dan
wajib diurus sebagai orang mati biasa. Penduduk tetap dengan keyakinan mereka.
Akhirnya para korban diurus sebagai syuhada‟ dengan tidak dimandikan beserta
pakaian mereka yang masih basah dengan darah yang terus mengalir walaupun
telah beberapa hari ditembak.15
D. Hal-Hal Yang Terkait Dengan Politik dan Hukum
Tanggapan awal semua pihak, terutama pembela dan yang bersimpati
dengan Ustaz Ibrahim Libya dalam insiden Memali, itu adalah tanggungjawab
Menteri Dalam Negeri ketika itu, Dato‟ Musa Hitam yang juga menjabat wakil
Perdana Menteri. Dalam sehari dua menjelang tragedi Memali itu, laporan media
banyak tentang jadwal kunjungan Perdana Menteri, Dr. Mahathir ke Beijing.
Rakyat berfikir Perdana Menteri sudah di luar negara ketika ledakan itu. Dekade
15
Jabatan Penerangan PAS Pusat, Isu Memali Hakikat dan Realiti, ( Angkatan Edaran
Enterprise Sdn. Bhd) Cet, I, hlm. 30
49
2M ( Mahathir & Musa ) diliat sebagai perkongsian kuasa yang menarik. Bila saja
Dr. Mahathir keluar negara, maka secara automatis Dato‟ Musa Hitam menjadi
wakil Perdana Menteri. Beliau berkuasa penuh semasa ketiadaan Perdana
Menteri. Justru itu Musa Hitam dipercayai rakyat sebagai orang yang paling
penting bertanggungjawab dalam pertumpahan darah itu.16
Itulah persepsi umum, banyak menyalahkan Musa Hitam atau Musa
Hitamlah yang menjadi dalangnya. Ramai yang senang apabila beliau dipecat dari
jabatan wakil Perdana Menteri. Ada yang beranggapan itu adalah balasan atas
angkaranya. Beberapa nama penting dalam kerajaan dipercayai berperanan dalam
kasus itu, seperti Dato‟ Rais Yatim, Menteri Penerangan karena suaranya menjadi
suara latar dalam video peristiwa Memali, Dato‟ Radzi Sheikh Ahmad, wakil
Menteri Dalam Negeri yang mengeluarkan kenyataan mengenainya, Tan Sri
Amin Osman, wakil Ketua Polisi Negara dan Dato‟ Yahya Yeop Sani, Pengarah
Keselamatan Dalam Negeri dan Ketenteraman Awam yang menjadi ketua polisi
dalam operasi di Memali itu terkeluar dari kedudukan masing-masing dan hilang
dari pandangan umum. Lalu ada yang mengira ia adalah gara-gara tempias bahana
Memali tadi. Mungkin tidak demikian tetapi tanggapan itu sudah membatu dalam
pemikiran pembenci kejadian itu.
16
Riduan Mohamad Nor, Memori Tragedi Memali, ( Selangor, Percetakan Zafar Sdn Bhd:
2010) , cet I, hlm 55
50
Gara-gara demikian adalah karena kasus itu coba dijadikan suatu misteri.
Tidak ada penjelasan resmi melainkan tayangan video bersuara latar Rais Yatim,
tidak ada kertas hitam putih mengenainya, tidak ada badan yang berwenang
menyelidik dibangunkan, malah tiada sebarang putusan dari mahkamah terhadap
kasus itu.
Adakah benar kejadian itu terjadi semasa Dato‟ Musa sudah menjadi wakil
Perdana Menteri? Ada yang mengatakan bahwa maklumat pembunuhan ke atas
Ustaz Ibrahim Libya dan teman-temannya sudah berada di meja Musa Hitam
ketika Dr.Mahathir belum berangkat ke Beijing lagi. Menteri Dalam Negeri itu
segera mendapatkan Perdana Menteri, membatalkan kunjungannya ke Beijing
untuk menyelesaikan perkara tersebut. 17
Oleh karena kejadian itu berlaku di Kedah dan Kedah adalah negeri Perdana
Menteri, maka sewajarnyalah Perdana Menteri harus berada dalam negeri dan
menyelesaikan masalah yang terjadi dalam negerinya. Ustaz Ibrahim Libya
dipercayai diarahkan ditahan di bawah ISA bersama Mohamad Sabu, Bunyamin
Yaakub dan Haji Suhaimi Said. Tetapi Ustaz Ibrahim gagal untuk ditahan. Ketika
ketiga-tiga yang ditahan hampir bebas, Ustaz Ibrahim masih juga belum ditahan.
Ternyata usaha menahan Ustaz Ibrahim menjadi satu masalah juga kepada
polisi, karena tidak semudah menahan orang lain. Justru itu ada pandangan dari
orang awam yang disampaikan kepada Ketua Polisi Kedah supaya
17
Ibid, hlm.60
51
mempertimbangkan semula usaha untuk menahannya. Sudah tentu ia bukan kuasa
Ketua Polisi kedah, tetapi dia boleh mencadangkan kepada Perdana Menteri
dalam Negeri supaya tidak lagi untuk meneruskan perintah penahanan itu dengan
alasan yang munasabah.18
Musa Hitam bertanggungjawab untuk melaksanakan keputusan UMNO dan
tidak ada orang lain yang boleh mengeluarkan arahan untuk menahan selain dari
Menteri dalam Negeri yang mana menterinya adalah beliau sendiri. Ada juga
maklumat bahwa Musa dipercayai mendapatkan pandangan kedua dari Perdana
Menteri tentang rancangan menahan Ustaz Ibrahim itu. Dato‟ Musa Hitam hanya
dikatakan mengeluarkan perintah supaya Ustaz Ibrahim ditahan. Caranya
bagaimana dia ditahan sebaik-baiknya adalah urusan polisi. Polisi memang telah
dilatih bagaimana seseorang harus ditahan hidup-hidup. Ustaz Ibrahim tentu tidak
termasuk dalam kategori dihendaki hidup atau mati.
Justru itu Musa Hitam ada mengasih tahu teman-teman dekatnya bahwa
beliau tidak siap menerima tanggungjawab responsibiliti atas peristiwa berdarah
itu hingga terjadi sedemikian tetapi hanya menerima tanggungjawab
akauntabiliti. Artinya beliau tidak menerima segala tanggungjawab menjadikan
kejadian itu sedemikian rupa tetapi hanya menerima tanggungjawab atas apa yang
berlaku saja.19
18
Ibid, hlm.65 19
Jabatan Penerangan PAS Pusat, Isu ‘Memali’ hakikat dan reality, (Kuala Lumpur:
Enterprise Sdn Bhd, 2002), cet. I, h. 25
52
Beberapa peringatan langsung dan tidak langsung yang pernah diberikan
oleh Tan Sri Musa sekarang terhadap isu Memali dan pembunuhan terhadap
Ibrahim Libya dan teman-temannya memungkinkan ada jawaban positif yang
boleh dicapai dari misteri Memali itu supaya ia boleh menjadi satu laporan
sejarah.
Apabila fail Memali yang tidak pernah ditutup itu dibuka kembali, maka
saksi utama yang masih segar, Tan Sri Musa Hitam, dengan pengalaman pahit
dan luasnya, menggunakan apapun bentuk profesionalisme yang dimilikinya,
tampil menguraikan kisah syahid Memali, supaya keadilan dapat ditegakkan.
Tetapi hingga hari ini, kasus ini yang telah beberapa kali dibawa ke
mahkamah tidak kedengaran lagi. Kasus yang masih berada di dalam fail
mahkamah ini tidak dipedulikan oleh Menteri Penerangan Malaysia (sebelum ini)
yaitu Dato‟ Zainudin Maidin. Beliau memperalatkan beberapa klip video tragedi
Memali ini untuk menyerang PAS sebagai gerakan ekstremis, radikal, militan dan
sebagainya selepas pasca 11 Sept 2001 dengan menggambarkan orang PAS
menyerang anggota keselamatan. Hari ini, genap 25 tahun tragedi Memali yang
merenggut nyawa mereka yang tidak bersalah dan melukai beberapa anggota
polisi yang memang mereka ini tidak tahu sedikitpun tujuan awal diantar ke
tempat kejadian peristiwa tersebut. Mereka tidak bersalah. Bahkan seorang demi
seorang orang kampung yang seharusnya menjadi saksi dimahkamah untuk
53
mendokumentasikan tilang kepada kerajaan Barisan Nasional kini telah
menghadap Allah S.W.T.20
Setelah kejadian tersebut, setiap tahun PAS mengadakan sambutan
memperingati tragedi Memali. Setiap tahun juga ada saja anggota polisi yang
secara diam-diam menyalurkan sumbangan kepada PAS, kepada istri-istri para
korban dan memohon kemaafan atas kekhilafan mereka. Melihat kepada kondisi
anggota polisi yang sangat sedih dan merasa bersalah dengan kejadian ini yang
bukan dengan kerelaan mereka dan sangat terharu dengan sambutan
memperingati syuhada‟ ini , akhirnya atas nasihat dari pimpinan, sambutan yang
berjalan beberapa tahun tersebut dihentikan.21
Kesimpulan kasus ini, yang terkait permasalahan di dalamnya adalah
melibatkan politik dan hukum, yaitu jika kedudukan dari pihak politik adalah
kasus pembunuhan ini secara jelas melibatkan pihak pemerintah, yaitu Dr
Mahathir Mohamad adalah sebagai Perdana Menteri pada saat itu, seterusnya
Dato Musa Hitam, sebagai wakil Perdana Menteri. Sementara apa yang
melibatkan hukum adalah kasus ini dibicarakan di Pengadilan dalam hal ini,
kasus ini masih dibicarakan sehingga pada saat ini, kasusnya belum ada
keputusan yang jelas karena pihak media dan aparat Negara banyak berlaku
penyimpangan dalam hal ini seperti apa yang dijelaskan sebelum ini.
20
Mohd Sabu, Air Mata Memali, ( Selangor, Warisan Syuhada: 2010 ) , cet I, hlm. 48 21
Riduan Mohamad Nor, Memori Tragedi Memali, ( Selangor, Percetakan Zafar Sdn Bhd:
2010) , cet I, hlm. 67
54
BAB IV
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERSEPSI MASYARAKAT
UMUM DALAM KASUS PEMBUNUHAN IBRAHIM LIBYA
DI KEDAH,MALAYSIA
Baru saja 19 November 1985 tahun lalu kita sama-sama memperingati ulang
tahun ke-24 peristiwa zalim yang dilakukan pihak berkuasa ke atas umat Islam di
kampung Memali, Baling Kedah. Tragedi merenggut 14 nyawa orang awam termasuk
pendakwah terkenal di utara tanah air yaitu Almarhum Ustaz Ibrahim Libya bersama
13 muridnya dan empat anggota polisi adalah satu titik hitam dalam sejarah politik
Malaysia. Selama hampir 20 tahun istri-istri yang kehilangan suami mereka dalam
tragedi menyayat hati itu berjuang di mahkamah untuk mendapat pembelaan,
akhirnya Mahkamah Tinggi Alor Setar, Kedah telah memihak kepada mereka
walaupun pampasan yang mereka terima begitu kecil sekali.1
A. Pandangan Tokoh-Tokoh Politik Di Malaysia
Antara tokoh yang terlibat dalam memberi kritikan dan pandangan
terhadap kasus memali ini adalah tokoh politik yang terkemuka pada saat
1Riduan Mohamad Nor, Memori Tragedi Memali, ( Selangor, Percetakan Zafar Sdn Bhd:
2010) , cet I, hlm 50
55
terjadinya peristiwa Memali dan masih hidup sampai sekarang, yaitu Abdul Hadi
Awang.
Beliau lahir 6 Zulhijjah 1366 H / 20 Oktober 1947 di Kampung Rusila,
Marang, Terengganu. Lahir dari pasangan Hj. Awang Mohamad Bin Abd
Rahman dan Hajjah Aminah Yusuf. Kedua-duanya telah meninggal dunia.
Abdul Hadi Awang merupakan Presiden Partai Islam Se-Malaysia (PAS) dan
mantan Menteri Besar Terengganu.2 Beliau juga telah diberi gelar "Dato' Seri "
yang diberikan Sultan Terengganu (Sultan Mizan Zainal Abidin). Anak ke-5 dari
9 orang bersaudara. Ayahnya adalah seorang guru agama dan imam di Masjid
Rusila, Marang Terengganu. Abdul Hadi Awang dikenal sebagi tokoh ilmuwan
agama yang banyak memberi sumbangan dalam perkembangan pemikiran dan
isu-isu kontemporer.
Sementara dunia pendidikan begitu digandrungi oleh beliau dilihat dari
keseriusan untuk melanjutkan pendidikan ke Universitas Al-Azhar ke tingkat S.2
dengan gelar M.A. (Siyasah Syariyyah) dan berhasil menyelesaikannya dalam
waktu hanya 2 tahun (1974 - 1975). Perjalanan karir pemerintahan Abdul Hadi
Awang terjadi ketika pemilihan raya umum tahun 1999, kesempatan memegang
amanah wewenang pemerintahan itu telah dengan penuh tanggungjawab di
manfaatkan oleh beliau untuk mengembalikan kedaulatan Islam di bumi tercinta
ini. Maka hasilnya meskipun Abdul Hadi Awang hanya diamanatkan dalam
2 Istilah Menteri Besar di Indonesia dikenal dengan istilah Gubernur yaitu pemimpin yang
membawahi sebuah provinsi (Negara bagian).
56
waktu empat (4) tahun tiga (3) bulan, tetapi banyak pihak berpendapat apa yang
sempat dilaksanakan sudah jauh lebih baik dari pemerintahan sebelumnya, dan
merupakan track record yang dapat dibanggakan.
Dalam kronologi pada saat itu, yang terjadi di dewan yang kecil dan
penyusun3’ duduk benar-benar di tepi rostrum penceramah. Apabila Tuan Guru
Haji Abdul Hadi Awang berucap menjelaskan keadaan sebenar tragedi itu, hati
begitu diruntun sayu dan apabila beliau terhenti berucap dan tersedu, tanpa sadar
air mata pun jatuh berderai. Penyusun melihat hampir kesemua hadirin turut
menangis sehingga ada terdengar suara tangisan lelaki agak kuat. Antara yang
penyusun lihat mengesat air mata ialah Ustaz Nakhaei Hj Ahmad Naib Yang
Dipertua Agong PAS ( sebelum berpaling meninggalkan jamaah) karena
penyusun duduk bersebelahan beliau.4
Di majlis tergempar itulah penyusun mendapat maklumat sebenarnya. Apa
yang dipaparkan oleh media utama negara cukup bertentangan dengan taklimat
pimpinan PAS. Tragedi itu benar-benar menjadi isu besar kepada negara dan
paling memilukan dalam perjuangan PAS. Berbulan-bulan media massa
melaporkan kericuhan ini dan hampir ke semua pihak lawan menyalahkan
assyahid Ibrahim Mahmood dan pengikutnya karena dianggap penjahat, pengikut
ajaran sesat, pembangkang, pemberontak dan sebagainya. Maka antara pandangan
3 Penyusun yang dimaksudkan adalah salah seorang karangan buku yang terkait dengan
peristiwa memali yaitu Hj Mohd Sabu.
4 Mohd Sabu, Air Mata Memali, ( Selangor, Warisan Syuhada: 2010 ) , cet I, hlm. 48
57
yang dikemukan dalam masalah ini katanya; teringatlah penyusun akan kata-kata
Tuan Guru Abdul Hadi Awang dalam majlis taklimat selepas tragedi itu:
.
" Apabila engkau melihat umatku takut untuk berhadapan dengan orang-
orang yang zalim dan berkata kepada orang-orang yang zalim itu, wahai si
zalim! ( tidak berani mengatakan zalim kepada mereka) maka diterimalah ucapan
selamat tinggal daripadanya" - hadith riwayat Imam Ahmad."Dalam satu riwayat
yang lain, maka perut bumi lebih baik dari atasnya. Suatu amanat dari
Rasulullah SAW yang menjadi pegangan teguh kepada kita.. "
Pada kesempatan yang lain pula, penyusun menghadirkan diri dalam kuliah
bulanan almarhum Ustaz Dato' Fadhil Noor, Presiden Pas di Masjid Ar Rahman,
Kuala Lumpur. Di sana secara tidak langsung almarhum telah meriwayatkan
kisah seorang sahabat Nabi SAW yang bertekad untuk mati syahid dalam suatu
peperangan, beliau telah melilitkan sehelai kain merah dan terus ke medan perang
untuk syahid. Ini mengingatkan penyusun kepada dakwaan yang mengatakan ada
pengikut assyahid Ibrahim Mahmood memakai tangkal kain di perutnya
sebagai tangkal kebal. Jelas betapa kekeliruan dan kejahilan jika kita tidak
mengkaji perjalanan sirah Nabi sehingga apa yang tersimpul dalam benak kepala
itu rupa-rupanya sudah terjawab di zaman Rasulullah SAW sendiri.5 Dan katanya
lagi Abdul Hadi Awang dengan ucapanya;
5 Ibid, hlm 50
58
“Apa dosa Ibrahim Libya? Beliau hanya ingin negeri ini ditadbir secara Islam,
undang-undang negara ini dijalankan secara Islam. Beliau bukan pelaku pidana,
apabila polisi meminta dan menarik balik ijin memegang senjata api, beliau
menyerahkan kembali senjata api. Ini bukti beliau bukanlah penjenayah. Memali
adalah pembunuhan beramai-ramai... mereka dizalimi, dan ini adalah untuk
melengkapkan syarat kepada kumpulan Islam, sebagaimana Firman Allah,
’Mereka berjuang (berjihad) pada jalan Allah tanpa menghiraukan celaan
orang-orang yang mencela’ (Al-Maidah;54) (Ucapan Tuan Guru Haji Abdul
Hadi Awang selepas peristiwa Memali; 1985).6
Seterusnya pandangan tokoh politik adalah A. Samad Said, beliau juga
terlibat karirnya sebagai salah seorang sasterawaan negara katanya;
”Pembayaran pampasan oleh pihak kerajaan tidak harus dianggap penyelesaian
terhadap kejadian berdarah Memali. Dia dituduh membawa ajaran sesat, dituduh
macam-macam yang memburukkan dia. Jadi kerajaan harus mengumumkan,
kerajaan harus membetulkan semua tuduhan, mengatakan mereka ini (para
syuhada) membawa ajaran sesat. Jika tidak, sejarah akan terus meletakkan Ustaz
Ibrahim sebagai pembawa ajaran sesat, penentang dan sebagainya. Jika perkara
ini tidak diperjuangkan untuk mengadakan pembetulan dan pengertian semula,
sejarah dan generasi masa depan akan terus mengulang tuduhan itu terhadap
6http://aneroid09.wordpress.com/2009/04/11/kisah-benar-tragedi-memali-ustaz-ibrahim-libya/
Diakses pada 27/03/11 jam 13:45 WIB
59
para syuhada dan peristiwa tersebut. Bukan saja tuduhan terhadap peristiwa itu
perlu diluruskan malah kerajaan harus menghentikan dan membetulkan semua
tuduhan yang dibuat terhadap semua pihak dalam peristiwa Memali.” (Petikan
kata-kata Sasterawan Negara; A. Samad Said; 14 Mac 2010).7
Terakhir adalah ucapan almarhum Dato’ Haji Fadzil MD. Noor, sebagai
Presiden Partai Islam Se-malaysia ( PAS) yaitu” ”Syuhada Memali membayar
dengan mahal harga perjungan, peristiwa Memali yaitu pada November 1985
adalah sejarah hitam yang berlaku di tanah air kita. Ia juga akan lama dikenang
dalam sejarah. Peristiwa ini adalah manifestasi kerakusan, kezaliman,kekejaman
Umno, 8karena Umnolah yang mendesak”.
9
B. Respon Terhadap Ahli-Ahli Media
Di tinjau dari latar belakang kedudukan perkembangan dan penyebaran
maklumat di Malaysia, mungkin ranking terbaru yang dikeluarkan ini menjadi
batu loncatan dan pengajaran untuk media massa di Malaysia setelah ini.
Malaysia naik dua tangga untuk berada di kedudukan ke-141 dalam kebebasan
koran yang dibuat oleh Freedom House di kalangan 196 Negara. Bagaimanapun
kedudukan terbaru itu masih menyaksikan Negara Malaysia berada di deretan
7http://aneroid09.wordpress.com/2009/04/11/kisah-benar-tragedi-memali-ustaz-ibrahim-libya/
Diakses pada 27/03/11 jam 13:50 WIB 8 UMNO ( United Malaysia National Organization ) adalah suatu partai pemerintah,
sementara ahli-ahlinya tergolong dari latar belakang yang berbeda-beda, ada yang faham ke arah
sekuler, nasionalisme, realisme dan positisme. 9 Mohd Sabu, Air Mata Memali, ( Selangor, Warisan Syuhada: 2010 ) , cet I, hlm. 3
60
kelompok terbawah di kategori 32 perseratus Negara yang tidak mempunyai
media yang bebas. Menurut kajian yang berpangkalan di Washington DC itu,
Malaysia berkongsi tempat dengan Algeria dan Zambia.10
Antara sepuluh negara paling bebas media massa ialah Finland, Iceland,
Norway, Sweden, Denmark, Belgium, Luxembourg, Andorra, Switzerland dan
Liechtenstein. Manakala lima negara yang berada di tangga paling bawah ialah
Eritrea (pada kedudukan 192), Libya (192), Burma (194), Turkmenistan (194) dan
Korea Utara (196). Di rantau Asia Pasifik, kedudukan Malaysia masih
ketinggalan di belakang jiran-jirannya seperti Filipina (kedudukan 97), Indonesia
(107), Thailand (124) dan Kemboja (134). Freedom House meletakkan media di
Filipina, Indonesia dan Thailand di bawah kategori “sebagian bebas”. Freedom
House adalah kumpulan pejuang kebebasan demokrasi internasional dan daftar
kedudukan yang dikeluarkannya adalah bagi meraikan Hari Kebebasan Media
Internasional yang diperingati setiap tanggal 3 Mei.
Seterusnya, apa yang terjadi terhadap pristiwa Memali yang berpengaruh
oleh media massa adalah ditinjau salah seorang ahli media di Malaysia yaitu Hj
Mohd Sabu, antara komenternya yang ditulis di dalam bukunya 11
adalah bermula
“Sebelum tragedi itu, namanya kurang dikenali ahli PAS karena Assyahid lebih
10
http://beritasemasa.com/ranking-dunia-media-massa-di-malaysia di akses pada tanggal
23/4/2011 jam 12:23 am WIB. 11
Mohd Sabu, Air Mata Memali, ( Selangor, Warisan Syuhada: 2010 ) , cet I, hlm. 48
61
aktif di Negeri Kedah saja. Apabila mendengar warta berita dan kejayaan pihak
keselamatan dalam operasi membenteras kumpulan ajaran sesat, ahli-ahli media
terbungkam dengan pertanyaan 'siapa pula pelaku pidana' ini karena terlihat
kaum wanita berjilbab labuh hitam dan berkopiah putih di kaca TV. Sebelum itu
ahli-ahli media turut ada pengalaman diserbu pihak keselamatan ketika duduk
mendengar ceramah politik di Kuala Lumpur. Memang takut juga bila diserbu
begitu dengan sinar lampu kamera dan tubuh-tubuh gempal menerpa ketika asyik
mendengar penjelasan pimpinan. Keesokan harinya, media-media massa negara
terus memaparkan kejadian berdarah tersebut dan itulah kali pertama penyusun
mengenali nama Ibrahim Libya dan Memali. Majlis Fatwa peringkat
Kebangsaan dan Negara bagian Kedah diarahkan mengatur perkara tersebut,
apa lagi bila ahli-ahli PAS mendakwa mereka adalah para syuhada berdasarkan
tujuan perjuangan dan tanda-tanda kesyahidan pada tubuh mereka. Kemudian,
apabila berlaku pergeseran antara dua pihak dalam Umno sehingga
terbentuknya dua tim dan berakhir pula kepada pengharaman partai kebangsaan
tersebut.12
Anggota media massa tanpa sadar memaparkan perang mulut dikalangan
mereka sehingga saling tuduh menuduh sebab berlakunya tragedi berdarah itu.
Akhirnya, anggota-anggota PAS khususnya termaklumlah akan siapa bajingan
utama dalam kejadian tersebut dan siapa pula pihak yang menjulang panji
12
Ibid, hlm. 50
62
kebenaran. Mereka membuka keburukan sendiri dan tidak mustahil percikan
darah syuhada itu telah mengenai pakaian orang-orang memfitnah para syuhada
tersebut.
Seterusnya, inti kesimpulan dari penulis dalam hal terkait masalah ini adalah
hubung kait media massa dengan peristiwa Memali merupakan suatu diskriminasi
atau satu kezaliman yang dilakukan oleh aparatur Negara, seperti para
kementerian, militer dan kepolisian. RTM dengan fungsi sejagatnya adalah untuk
menyampaikan maklumat, terus bertukar tujuan dari menyalurkan maklumat
lewat Berita Perdana sehingga ia menjadi Propaganda Perdana sama seperti yang
dimainkan oleh jabatan penyiaran Jerman di zaman Nazi Hitler dulu.
Peran propaganda dan indoktrinasi –cuci otak- yang diamalkan oleh jabatan
penyiaran Nazi Hitler di Jerman itu telah ditiru persis oleh RTM untuk
menyampaikan dakyah anti PAS nya dalam tayangan klip video Memali di
tengah-tengah kerancakan kempen Amerika memerangi keganasan yang
memusuhinya.
Motifnya supaya PAS dipercayai sebagai pengganas atau menyokong
pengganas atau berpotensi melindungi pengganas atau boleh dimanfaatkan dan
sebagainya. Justru itu jika ada terlintas di buah fikiran sebagian pihak untuk
bergabung dengan PAS akan berfikir dua kali dan membatalkan niat itu. Dengan
ini PAS akan terus diliat dengan imej yang jelek, karena media massa adalah alat
untuk menyampaikan satu informasi kepada masyarakat seperti hal yang terkait
kasus ini.
63
C. Undang-Undang Terkait Hukum Kepidanaan di Indonesia
Undang-undang yang terkait hukum kepidanaan yang termuat materi di dalam
KUHP khususnya di Indonesia, karena undang-undang kepidanaan di Malaysia
sudah dijelaskan pada bab III, agar lebih jelas jika dikaji dengan dua
perbandingan antara hukum kepidanaan Malaysia dan Indonesia. Dan di sini tidak
menyebut seluruh materi yang terdapat di dalam KUHP hanya beberapa perkara
saja yang terkait dengan perbahasan ini.
Yaitu;13
pada Bab I - Batas-Batas Berlakunya Aturan Pidana Dalam
Perundang- Undangan Pasal 1
(1) Suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan
perundang-undangan pidana yang telah ada.
(2) Bilamana ada perubahan dalam perundang-undangan sesudah perbuatan
dilakukan, maka terhadap terdakwa diterapkan ketentuan yang paling
menguntungkannya.
Pasal 2 Ketentuan pidana dalam perundang-undangan dangan Indonesia diterapkan
bagi setiap orang yang melakukan sesuatu tindak pidana di Indonesia.
13
Andi Hamzah, KUHP&KUHAP, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007) cet. I, hlm. 137
64
Pasal 3 Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia berlaku bagi setiap
orang yang di luar wilayah Indonesia melakukan tindak pidana di dalam kendaraan
air atau pesawat udara Indonesia.14
Pasal 10 Pidana terdirl atas:
a. pidana pokok:
1. pidana mati;
2. pidana penjara;
3. pidana kurungan;
4. pidana denda;
5. pidana tutupan.
b. pidana tambahan
1. pencabutan hak-hak tertentu;
2. perampasan barang-barang tertentu;
3. pengumuman putusan haki
Pasal 11 Pidana mati dijalankan oleh algojo di tempat gantungan dengan menjeratkan
tali yang terikat di tiang gantungan pada leher terpidana kemudian menjatuhkan
papan tempat terpidana berdiri.
Pasal 12
(1) Pidana penjara ialah seumur hidup atau selama waktu tertentu.
14
Ibid, hlm. 138
65
(2) Pidana penjara selama waktu tertentu paling pendek satu hari dan paling lama
lima belas tahun berturut-turut.
(3) Pidana penjara selama waktu tertentu boleh dijatuhkan untuk dua puluh
tahun berturut turut dalam hal kejahatan yang pidananya hakim boleh memilih antara
pidana mati, pidana seumur hidup, dan pidana penjara selama waktu tertentu, atau
antara pidana penjara seumur hidup dan pidana penjara selama waktu tertentu, begitu
juga dalam hal batas lima belas tahun dilampaui sebab tambahanan pidana karena
perbarengan, pengulangan atau karena ditentukan pasal 52.
(4) Pidana penjara selama waktu tertentu sekali-kali tidak boleh melebihi dua
puluh tahun.
Pasal 13 Para terpidana dijatuhi pidana penjara dibagi-bagi atas beberapa golongan
Pasal 14 Terpidana yang dijatuhkan pidana penjara wajib menjalankan segala
pekerjaan yang dibebankan kepadanya berdasarkan ketentuan pelaksanaan pasal 29.
Pasal 15
(1) Jika terpidana telah menjalani dua pertiga dari lamanya pidana penjara
yang dijatuhkan kepadanya, sekurang-kurangnya harus sembilan bulan, maka ia dapat
dikenakan pelepasan bersyarat. Jika terpidana harus menjalani beberapa pidana
berturut- turut, pidana itu dianggap sebagai satu pidana.15
15
Ibid, hlm. 140
66
(2) Ketika memberikan pelepasan bersyarat, ditentukan pula suatu masa
percobaan, serta ditetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi selama masa
percobaan.
(3) Masa percobaan itu lamanya sama dengan sisa waktu pidana penjara yang
belum dijalani, ditambah satu tahun. Jika terpidana ada dalam tahanan yang sah,
maka waktu itu tidak termasuk masa percobaan.
Pasal 16
(1) Ketentuan pelepasan bersyarat ditetapkan oleh Menteri Kehakiman atas
usul atau setelah mendapat kabar dari pengurus penjara tempat terpidana, dan setelah
mendapat keterangan dari jaksa tempat asal terpidana. Sebelum menentukan, harus
ditanya dahulu pendapat Dewan Reklasering Pusat, yang tugasnya diatur oleh
Menteri Kehakiman.
(2) Ketentuan mencabut pelepasan bersyarat, begitu juga hal-hal yang tersebut
dalam pasal15a ayat 5, ditetapkan oleh Menteri Kehakiman atas usul atau setelah
mendapat kabar dari jaksa tempat asal terpidana. Sebelum memutus, harus ditanya
dahulu pendapat Dewan Reklasering Pusat.
(3) Selama pelepasan masih dapat dicabut, maka atas perintah jaksa tempat
dimana dia berada, orang yang dilapaskan bersyarat orang yang dilepaskan bersyarat
dapat ditahan guna menjaga ketertiban umum, jika ada sangkaan yang beralasan
bahwa orang itu selama masa percobaan telah berbuat hal-hal yang melanggar syarat-
syarat tersebut dalam surat pasnya. Jaksa harus segera memberitahukan penahanan itu
kepada Menteri Kehakiman.
67
(4) Waktu penahanan paling lama enam puluh hari. Jika penahanan disusul
dengan penghentian untuk sementara waktu atau pencabutan perlepasan bersyarat,
maka orang itu dianggap meneruskan menjalani pidananya mulai dari tahanan.
Pasal 17 Contoh surat pas dan peraturan pelaksanaan pasal-pasal 15, 15a, dan
16 diatur dengan undang-undang.
Pasal 18
(1) Pidana kurungan paling sedikit satu hari dan paling lama satu tahun.
(2) Jika ada pidana yang disebabkan karena perbarengan atau pengulangan atau
karena ketentuan pasal 52, pidana kurungan dapat ditambah menjadi satu tahun empat
bulan.
(3) Pidana kurungan sekali-kali tidak boleh lebih dari satu tahun empat bulan.
Pasal 19
(1) Orang yang dijatuhi pidana kurungan wajib menjalankan pekerjaan yang
dibebankan kepadanya, sesuai dengan aturan-aturan pelaksanaan pasal 29.
(2) Ia diserahi pekerjaan yang lebih ringan daripada orang yang dijatuhi pidana
penjara.16
Pasal 20
(1) Hakim yang menjatuhkan pidana penjara atau pidana kurungan paling lama
satu bulan, boleh menetapkan bahwa jaksa dapat mengizinkan terpidana bergerak
dengan bebas di luar penjara sehabis waktu kerja.
16
Ibid, hlm. 148
68
(2) Jika terpidana yang mendapat kebebasan itu mendapat kebebasan itu tidak
datang pada waktu dan tempat yang telah ditentukan untuk menjalani pekerjaan yang
dibebankan kepadanya, maka ia harus menjalani pidananya seperti biasa kecuali
kalau tidak datangnya itu bukan karena kehendak sendiri.
(3) Ketentuan dalam ayat 1 tidak diterapkan kepada terpidana karena terpidana
jika pada waktu melakukan tindak pidana belum ada dua tahun sejak ia habis
menjalani pidana penjara atau pidana kurungan.17
Kesimpulanya, apa yang temuat di dalam KUHP di atas, sudah jelas
menerangkan jenis-jenis kesalahan yang terkait hukum pidana, seperti pada pasal 10
ayat 1 yang terkait kematian, seterusnya pada pasal 1 ayat 2 yang menyatakan, suatu
perkara kasus pidana harus di sidangkan sehingga terbukti kesalahannya, sementara
kasus Memali sudah terhubung kait dengan pasal tersebut, yaitu berlaku pembunuhan
keatas ustaz Ibrahim Libya dan kasus ini juga di bawa ke pengadilan untuk di
sidangkan, siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan ini, dan juga merupakan
penerapan yang terkait terhadap perbandingan hukum pidana di Malaysia dalam
menyelesaikan masalah Memali di sana.
17
Andi Hamzah, KUHP&KUHAP, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007) cet. I, hlm. 150
69
D. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pembunuhan Ibrahim Libya
Pada tahun ini, genap 50 tahun Malaysia mencapai kemerdekaan dan dunia
dapat menyaksikan perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai sama ada dari
aspekekonomi, politik, sosial dan undang-undang. Namun begitu, jika direnungkan
kembali kepada perkembangan undang-undang Islam di Malaysia sehingga kini,
hakikatnya masih terdapat kekurangan malahan bidang kuasa Mahkamah Syariah
yang amat terbatas dan perlu diperbaiki terutamanya dari sudut pengamalan dan
perlaksanaan undang-undang jenayah Islam.18
Bahkan boleh dikatakan bahwa secara umumnya, undang-undang kriminal
syariah di Malaysia boleh dikategorikan atau hanya meliputi takzir. Oleh itu, skripsi
ini akan memfokuskan perbincangan dengan cara memberikan gambaran secara
umum mengenai perkembangan undang-undang jenayah Islam di Malaysia dan
menguraikan perlaksanaannya di Mahkamah Syariah. Penulis juga akan
membicarakan isu-isu semasa perundangan berkaitan undang-undang jenayah Islam
mulai dari segi bidang kuasa, klasifikasi jenayah dengan merujuk kepada peruntukan
undang-undang sedia ada, kasus-kasus yang dilaporkan hingga sumber-sumber
perundangan lain yang diterima.19
Pada dasarnya undang-undang jenayah Islam di Malaysia hanya meliputi
ruanglingkup takzir. Hingga kini tiada sebarang undang-undang hudud tentang qisas
18
Abdul Aziz Bari, 2001. Perlembagaan Malaysia: Asas-Asas dan Masalah. Kuala
Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka. hlm 35 19
Tun Salleh Abas, Prinsip Perlembagaan dan Pemerintahan di Malaysia, ( Ampan/Hulu
Klang Selangor Darul Ehsan: Dawanan Sdn Bhd, 2006), cet. III, h. 293
70
dilaksanakan walaupun terdapat usaha-usaha untuk melaksanakannya di Kelantan dan
Terengganu satu ketika dulu. Malahan bidang kuasa jenayah mahkamah Syariah juga
amatlah terbatas jika dibandingkan dengan mahkamah sivil. Sebelum adanya akta
jinayah syariah negeri-negeri, undang-undang berkaitan dengan jenayah syariah
kebanyakannya diperuntukkan di bawah akta pentadbiran undang-undang Islam
negeri-negeri. Dari sudut bidangkuasa jinayah, hukuman maksimum yang
diperuntukkan di dalam akta-akta sebelum tahun 1965 hanya merangkumi denda
sebanyak lima ribu ringgit atau penjara selama tidak melebihi 4 bulan atau kedua-
duanya sekali. Had hukuman maksimum ini telah ditingkatkan pada tahun 1965
dengan denda seribu ringgit atau penjara tidak melebihi enam bulan atau kedua-
duanya sekali.
Amandamen pada Akta Mahkamah Syariah (Bidang kuasa Jenayah) telah
dibuat pada tahun 1984, dan setelah itu hukuman maksimum yang boleh dijatuhkan
oleh Mahkamah syariah ialah denda lima ribu ringgit atau penjara tiga tahun atau
enam kali dicambuk atau kombinasi mana-mana hukuman. Dengan itu, kebanyakan
negeri telah memperkenalkan akta kesalahan jenayah syariah masing-masing. Pada
tahun 1988 telah berlaku amandamen di dalam Perlembagaan Persekutuan yiaitu
artikel 121(1A) yang telah membawa kepada penambahan kewibawaan Mahkamah
Syariah. Mahkamah Syariah telah diberi kuasa ekslusif yang mana bidangkuasa
Mahkamah Syariah tidak boleh dicampuri oleh mahkamah sivil. Dari era sebelum
merdeka hingga hari ini, kita telah menyaksikan beberapa pembaharuan dan
perkembangan terhadap ruang lingkup undang-undang jenayah Islam di Malaysia.
71
Secara umumnya undang-undang jinayah syariah ini boleh diklasifikasikan kepada
beberapa jenis kesalahan. Kesalahan-kesalahan ini dapat dibahagi kepada kesalahan
berkaitan dengan seksual, minuman keras, akidah, kesusilaan, judi, rukun Islam,
kesucian agama Islam dan institusinya, matrimoni dan juga kesalahan-kesalahan lain.
Secara umum, kesalahan-kesalahan jinayah yang diperuntukkan dalam akta-
akta terkait adalah terlalu sedikit dan amat terbatas termasuk peruntukan
hukumannya. Hukuman yang diperuntukkan hanyalah merangkumi takzir yaitu
penjara, denda atau cambuk. Peruntukan ini boleh dilihat dalam beberapa akta negeri-
negeri seperti Akta Jenayah Syariah (Selangor) 1995, Akta Jenayah Syariah (Wilayah
Persekutuan) 1997, Akta Kanun Jenayah Syariah (Kelantan) 1985 dan Akta Majlis
Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu (amandamen) (Kelantan) 1986.20
Bagi negeri yang masih tidak mempunyai akta ketentuan jenayah syariah,
peruntukan kesalahan terdapat di dalam akta pentadbiran undang-undang Islam
negeri masing-masing. Selain daripada itu terdapat juga kesalahan jenayah syariah
yang diperuntukkan di bawah akta undang-undang keluarga Islam bahagian iv dan x
yang dikenali sebagai kesalahan matrimoni seperti Akta Undang-undang Keluarga
Islam (Selangor) 2003, Akta Undang-undang Keluarga Islam (Wilayah Persekutuan)
1984 dan Enakmen Undang-undang Keluarga Islam (Johor) 2003.21
20
Abdul Aziz Bari, 2001. Perlembagaan Malaysia: Asas-Asas dan Masalah. Kuala
Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka. hlm 40 21
http://ms.wikipedia.org/wiki/Undang-undang_jenayah diakses pada tanggal 23/4/2011 jam
21:56 am WIB.
72
Untuk memudahkan perbincangan, pengklasifikasian kesalahan jenayah
syariah ini dapat diringkaskan seperti berikut:
a) Kesalahan di bawah enakmen atau akta jenayah syariah:-
i) Kesalahan yang berhubung dengan akidah;
ii) Kesalahan berhubungan dengan kesucian agama Islam dan institusinya;
iii) Kesalahan berhubung dengan rukun Islam, arak, judi dan kesusilaan;
iv) Kesalahan seksual;
v) Kesalahan berhubung dengan kesejahteraan orang lain;
vi) Kesalahan pelbagai;
b) Enakmen atau akta undang-undang keluarga Islam:-
i) Penalti berhubung dengan akad nikah dan pendaftaran perkahwinan; dan
ii) Penalti am.
Seterusnya, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pembunuhan Ibrahim Libya
adalah melihat putusan yang dikeluarkan oleh berkuasa agama (Majlis Fatwa
Kebangsaan) mendakwa Ust Ibrahim Libya dan 13 yang lain mati sebagai Syuhada’
dan perlu diuruskan sebagai orang mati syahid. Pandangan ini diambil dari tuan-tuan
guru di pondok-pondok Negeri Kedah yang melihat bahawa mereka ini mati kerana
mempertahankan agama dan nyawa mereka. 22
Bagi pihak partai pemerinah atau UMNO, mereka terus ditekan untuk
mendakwa Ust Ibrahim dan lain-lain mati sebagai Bughah (penderhaka kerajaan
22
http://www.mukmin.com.my/baca.php?id=262&kategori=12diakses pada tanggal 23/4/2011
jam 21:56 am WIB.
73
Islam) dan wajib diurus sebagai orang mati biasa. Penduduk tetap dengan keyakinan
mereka. Akhirnya para korban diurus sebagai syuhada’ dengan tidak dimandikan
beserta pakaian mereka yang masih basah dengan darah yang terus mengalir
walaupun telah beberapa hari ditembak. Sehingga hari ini, kasus ini yang telah
beberapa kali dibawa ke Mahkamah, tetapi tidak ditanggapi lagi.23
Kasus yang masih berada di dalam fail mahkamah ini tidak dipedulikan oleh
Menteri Penerangan Malaysia (sebelum ini) iaitu Dato’ Zainudin Maidin. Beliau
memperalatkan beberapa klip video tragedi Memali ini untuk menyerang PAS
sebagai gerakan ekstremis, radikal, militan dan sebagainya selepas pasca 11 Sept
2001 dengan menggambarkan orang PAS menyerang anggota keselamatan.24
Kesimpulanya, antara yang mengeluarkan fatwa tentang kematian ustadz
Ibrahim Libya sebagai mati syahid adalah Tuan Guru Haji Nik Abdul Aziz Bin Nik
Mat, dan pada saat kejadian berlaku beliau menjabat sebagai ketua dewan ulama
PAS pusat, dan sekarang ini beliau menjabat jabatan sebagai Menteri Besar
(Gubernur) di Negeri Bagian Kelantan.
23
Mohd Sabu, Air Mata Memali, ( Selangor, Warisan Syuhada: 2010 ) , cet I, hlm.50 24
Riduan Mohamad Nor, Memori Tragedi Memali, ( Selangor, Percetakan Zafar Sdn Bhd:
2010) , cet I, hlm 50
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan bab-bab terdahulu dan untuk mengakhiri pembahasan
dalam skripsi ini, penulis membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Penelitian terhadap teori hukum Islam dan hukum positif bagi masalah
kepidanaan adalah amat penting, karena hal-hal ini sering terjadi di kalangan
masyarakat sehingga timbulnya pelbagai kasus. Maka teori atau landansan
hukum amatlah penting untuk mewujudkan undang-undang bagi
menyelesaikan masalah tersebut. Dalam hal ini kajian hukum Islam lebih
maju atau ke depan dengan wujudnya pelbagai teori yang telah diterapkan
oleh ulama-ulama klasik dan juga ulama kontemporer, maka impelementasi
teori hukum Islam di dalam undang-undang amatlah dinamis dan relevan
untuk mewujudkan hukum positif yang lebih komprehensif dan feksibel.
Sebagai contoh di Malaysia, ada beberapa hal yang terkait masalah jenayah
atau kepidanaan sudah berlaku teori hukum Islam dipraktikkan di dalam
hukum positif seperti hukuman ta’zir dan sebagainya.
2. Pandangan tokoh-tokoh dan ahli media terhadap kasus Memali sangat penting
untuk meluas kajian ini secara akademik, agar kasus tidak tertutup atau hilang
di mata masyarakat, koran, buku, internet dan sebagainya maka peneliti
amatlah bertanggujawab bagi mencari kebenaran terhadap kasus ini. Maka
75
segala kritikan dari berbagai pihak khususnya tokoh-tokoh politik dari pihak
pemerintah atau oposisi dan juga ahli-ahli media menjadi bahan utama untuk
mengumpulkan segala maklumat atau data sehingga peneliti membuat
kesimpulan. Antaranya adalah, pandangan dari pihak pemerintah yaitu
menganggap kasus ini adalah suatu penyimpangan terhadap kesusilaan negara
tanpa meneliti dengan lebih tepat kronologi peristiwa tersebut, sementara dari
pihak oposisi dan ahli media mengangap kasus ini bukanlah penyimpangan
kesusilaan padahal kesalahan ini muncul dari pihak pemerintah.
3. Tinjauan hukum Islam terhadap kasus ini sudah jelas yaitu hal-hal ini terlibat
kematian, kepidanaan, penipuan, melanggar hak asasi manusia yaitu
pembunuhan, kebebasan dalam memberi pendapat dan sebagainya, maka di
sini teori hukum Islam sudah ditetapkan berbagai kriminal tersebut dengan
berlandasankan Al-Quran, al-Sunnah, dan pendapat ulama-ulama terdahulu
dan kontemporer.
B. Saran-saran
Berkaitan dengan kasus Memali dan berhubungan dengan pandangan
tokoh-tokoh dan hukum sebagai berikut;
1. Kasus Memali yang terjadi di Malaysia adalah sejarah hitam pada tahun 1985
sehingga sekarang ini masih teringat di dalam hati masyarakat melayu Islam.
Maka secara umumnya agar pihak pemerintah tidak menuntup kasus ini
dengan menyekat media massa, karena wewenang media masa di Malaysia
masih lagi tidak indipenden dan masih berada di bawah pihak pemerintah.
76
2. Bahwa hubungan hukum terhadap masalah ini amatlah penting, sehingga
munculnya putusan yang adil dari pihak makhamah atau peradilan, dalam hal
ini juga berbagai pihak yang berwewenang dalam menyelesaikan masalah ini
hendaklah berlaku adil dan tidak berlaku perkara penyelewengan seperti
risywah atau korupsi.
3. Hubungan kasus dengan politik masih lagi identik dengan beberapa masalah,
baik masalah internal maupun eskternal, sebagai contoh masalah internal
adalah bagi pihak pemerintah sering mencoba menutup masalah ini tersebar di
media massa, maka bagi penulis sarankan bahwa bagi pihak pemerintah agar
menjelaskan secara detail sehingga masyarakat melihat solusi yang sebenar
tentang peristiwa ini.
77
DAFTAR PUSTAKA
al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an
Depertemen Agama RI, 1971
Abas, Tun Mohammad Salleh, Prinsip Perlembagaan dan Pemerintahan di
Malaysia, cet. III, Ampang/Hulu Kelang Selangor Darul Ehsan: Dawama
Sdn.Bhd, 2006
Abdullah, Abu Bakar Ke Arah Pelaksanaan Undang-undang Islam di Malaysia:
Masalah dan penyelesaiannya, Kuala Terengganu: Pustaka Damai, 1986,
cet. I
Ahmad, Siti Rosnah Haji, Pemerintah dan Pemimpin-peminpin Kerajaan Malaysia,
Selangor: Golden Books Centre Sdn. Bhd, 2006, cet. I
Abū Abdillah Muhammad bin Ismail al Bukhāri, Shahih al Bukhāri, (Beirut: Dar al
Fikr, t.t.). Jilid IV
Abu Zahrah, Muh, al_uquubah: al Jarimah wa al Uqubah fi al Fiqh al Islam (Beirut:
Dar al Fikr, t.t.), hlm. 298.
A. Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1967), Cet. I
Anggota Persatuan Penerbit Buku Malaysia, Malaysia Kita Panduan Dan Rujukan
Untuk Peperiksaan Am Kerajaan, Selangor: Golden Books Centre Sdn.
Bhd, 2007, cet. VIII
Al-Audah, Abd. Al-Qadir, al-Tasyri’ al-Jinai al-Islami, (Beirut: Muassasah al
Risalah, 1987), Jilid I .
Al Zuhaili,Wahbah, al Fiqh al Islam wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al Fikr, t.t.), Jilid IV
Baharom, Hajah Noresah Binti, dkk., Kamus Dewan Bahasa, Edisi Ketiga, cet. VII,
Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan
Malaysia, 2002
Bari, Abdul Aziz, Perlembagaan Malaysia: Asas-asas dan Masalah, Selangor:
Dewan Bahasa dan Pustaka, 2001, cet. I
----------, Majelis Raja-raja: Kedudukan dan Peranan dalam Perlembagaan
Malaysia, cet. II, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2006
78
Hamzah ,Andi, KUHP&KUHAP, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007) cet. I
Hadi Utomo,Warsinto, Hukum Kepolisian di Indonesia, ( Jakarta; Prestasi Pustaka
Publisher, 2005) cet. I
Jabatan Penerangan PAS Pusat, Isu Memali Hakikat dan Realiti, ( Angkatan Edaran
Enterprise Sdn. Bhd) Cet. I
Muhammad, Nazaruddin Hj., Pengajian Malaysia: Kenegaraan dan Kewarga-
negaraan, cet. V, Selangor: Prentice Hall, 2004
Mohamad Nor ,Riduan, Memori Tragedi Memali, ( Selangor, Percetakan Zafar Sdn
Bhd: 2010) , cet. I Nordin, Hasnah Hussin dan Mardiana, Pengajian Malaysia, Selangor Shah Alam:
Oxford Fajar Sdn Bhd, 2007
Ramanathan, K., Konsep Asas Politik, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka
Kementerian Pendidikan Malaysia, 1998
Rosyada, Dede, dkk, Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani,
Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003, cet. I
Sabu, Mohd Air Mata Memali, ( Selangor, Warisan Syuhada: 2010 ) , cet.I
Saleh, Roeslan, Stelsel Pidana Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1987) cet. I
Saefuddin, A. M., Ijtihad Politik Cendekiawan Muslim, Jakarta: Gema Insani Press,
1996, cet. I
Sholahuddin, Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana; Ide Dasar Double Track System,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. II
Sudarto, Kapita Selekta hokum Pidana, (Bandung: Alumni, 1981) cet. I
Siong, Gouw Giok, Hukum Perdata Internasional Indonesia, Jakarta: Kinta, 1962,
Jilid 2
Tim ICCE UIN Jakarta, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani,
Jakarta: Prenada Group, 2003, cet. Revisi
Perlembagaan Persekutuan, cet. V, Ulu Kelang Kuala Lumpur: MDC Penerbit
Pencetakan Sdn Bhd, 1995
79
Situs Internet:
http://aneroid09.wordpress.com/2009/04/11/kisah-benar-tragedi-memali-ustaz
ibrahim-libya/
http://ms.wikipedia.org/wiki/Parlimen_Malaysia
http://ms.wikipedia.org/wiki/Undang-undang_jenayah http://www.mukmin.com.my/baca.php?id=262&kategori=12
HASIL WAWANCARA PENULIS DENGAN
USTAZ AHMAD AWANG (Pengarah Dakwah Pusat Islam)
Tanggal: 21 Juni 2011
Penulis: Bagaimana peran Jabatan Dakwah pada waktu Ustaz menjadi pengarahnya?
Ustaz Ahmad Awang: Peran utama Jabatan Dakwah ialah mengadakan aktivitas
keagamaan seperti memberi motivasi kepada mahasiswa universitas, jabatan tentara,
polisi, penjara, Felda dan lainnya dengan mendapat dukungan dari masyarakat.
Pejabat Dakwah Pusat Islam pada waktu itu sebanyak enam orang, dan Pengarah
Pusat Penyelidikan Pusat Islam diketuai oleh Ustaz Mahsin Haji Mansur serta
dianggotai empat orang pejabat pada waktu itu.Sementara itu Jabatan Agama Islam
Wilayah Persekutuan (JAWI) belum terwujud dan kesemua pentadbiran agama di
bawah naungan Mufti Wilayah Persekutuan yaitu Sheikh Mohsin Haji Salleh dan
seorang kadi pada waktu itu. Pejabat Dakwah Pusat Islam disediakan asrama yang
dinamakan Institut Dakwah dan Latihan Islam (INDAH).
Pada tahun 1975, saya didatangi oleh sepuluh orang pendakwah, lima orang
warga Malaysia, dua orang warga India, dan yang lainnya dari Afghanistan, Pakistan
dan Greece. Mereka mengajukan permohonan untuk menjabat sebagai jabatan
dakwah. Mereka kesemuanya berkelulusan Universitas Al-Azhar kecuali warga
Afghanistan yang berkelulusan dari Universitas Islam Kabul. Mereka semua
disponsor sepenuhnya untuk kegiatan dakwah oleh Pertubuhan Dakwah Islamiah
Sedunia yang berpangkalan di Tripoli, Libya.
Penulis: Bagaimana permulaan Ustaz mengenal Ustaz Ibrahim Libya?
Ustaz Ahmad Awang: Saya telah mengemukakan satu pendapat dan kemudian
berdiskusi dengan seketaris bagian Pusat Islam yaitu Tuan Haji Nawawi Mahmod
Lampiran
dan kemudian diajukan kepada Perdana Menteri, Tun Abdul Razak Hussein. Beliau
menerima mereka selagi mana gaji mereka di bawah tanggungjawab Pertubuhan
Dakwah Islamiah Sedunia.
Mereka lalu ditugaskan di Pusat Islam Kuala Lumpur untuk mendapatkan
pengalaman sebelum mereka pulang ke kampung masing-masing, sementara warga
India ditempatkan di Pertubuhan Kebajikan Islam Malaysia (Perkim). Diantara warga
Malaysia yang di terima untuk bertugas sebagai pejabat dakwah ialah Dato’ Alim
Ahmad Yusof (Perlis), Ustaz Ibrahim Mahmud (Libya) dan satu orang lagi dari
Kelantan.
Sepanjang waktu perkenalan saya dengan para pejabat dakwah di bawah
penyeliaan Pusat Islam, apa yang jelas ialah peran dan khidmat mereka amat terlihat,
apa lagi Ustaz Ibrahim Mahmud (Libya). Beliau adalah seorang pejabat dakwah yang
dedikasi, tabah, sabar, mesra, rajin, ceria, mandiri, mudah berteman dengan siapa
saja, berwibawa serta berpotensi sebagai seorang pendakwah yang ulung.
Ditambah lagi beliau senantiasa menerima arahan tugas dengan sikap terbuka
tanpa membantah meskipun menerima arahan di saat-saat terakhir untuk
menggantikan teman setugasnya yang tidak bisa hadir bertugas. Ini jelas sekali
terbukti dengan semangat beliau dalam menjalankan tugas dari pagi sampai lanjut
malam. Beliau adalah seorang yang serius ketika menjalankan tugas. Beliau amat
disenangi dan dihormati oleh semua pihak yang pernah didakwah.
Penulis: Bagaimana setelah Ustaz Ibrahim meletakkan jawatan?
Ustaz Ahmad Awang: Pada akhir tahun 1978 Pusat Islam merasa kekurangan
pejabat dakwahnya karena Ustaz Ibrahim Libya dan temannya yang lain meletakkan
jawatan sebagai pejabat dakwah dan ingin pulang ke kampung halaman bagi
mendidik anak bangsa sendiri dengan ilmu agama yang diperolehi ketika belajar di
Timur Tengah.
Lampiran
Pulangnya Ustaz Ibrahim Libya di Memali, Baling Kedah, beliau lebih senang
dengan mengajar daripada aktif dalam bidang politik. Beliau menubuhkan sebuah
sekolah agama –Madrasah al-Islahiah Memali- untuk pelajar dari tahun satu sampai
tahun enam, sementara pada waktu malam pula beliau mengkhususkan pengajian
untuk pelajar dewasa, memupuk mereka dengan ilmu fardhu ain dan cintakan agama.
Penulis: Bagaimana dengan sambutan masyarakat terhadap sekolah yang
dibangunkannya?
Ustaz Ahmad Awang: Sambutan masyarakat terhadap sekolahnya amat
menggalakkan dan berjaya melahirkan dan membentuk insan bertaqwa yang bersedia
untuk bekorban bagi kepentingan agama. Usaha menyadarkan masyarakat dengan
pengetahuan agama telah membuka mata seluruh rakyat termasuklah pihak
pemerintah, sehingga Ustaz Ibrahim dikehendaki oleh pihak keselamatan, karena
seolah-olah beliau menghasut orang ramai supaya membenci pihak kerajaan.
Beliau serta pengikutnya juga dituduh sebagai kumpulan pemberontak, ini
adalah satu fitnah dan tuduhan semata-mata. Ustaz Ibrahim dan pengikutnya tidak
patut dan tidak mungkin dilabelkan sebagai pemberontak, karena mereka tidak pernah
membunuh, merampok, memperkosa, merosakkan harta awam dan lain-lain.
Beliau hanya mengajar agama kepada anak-anak bangsanya. Meskipun
pasukan keselamatan telah memulakan tindakan menyerang ustaz Ibrahim dan lain-
lain, sedangkan di pihak korban tidak memiliki senjata yang canggih untuk bertindak
balas yang akhirnya menggugurkan beliau dan pengikutnya. Malah tayangan semula
klip video peristiwa memali telah diubahsuai dari peristiwa asal seperti yang saya
tonton sendiri selaku Pengarah dakwah Pusat Islam ketika itu yang diundang datang
ke kantor polisi Bukit Aman untuk menontonnya.
Penulis: Bagaimana pendapat Ustaz sendiri tentang Peristiwa Memali?
Lampiran
Ustaz Ahmad Awang: Setelah kejadian Memali, saya telah membuat kenyataan
koran kepada wartawan, menggunakan kedudukan saya sebagai Yang Dipertua
Persatuan Ulama’ Malaysia (PUM) serta disiarkan juga melalui radio-radio.
Saya menolak dakwaan pihak keselamatan bahwa Ustaz Ibrahim Libya adalah
seorang pemberontak. Seperti yang saya katakan tadi, Ustaz Ibrahim yang saya kenal
adalah seorang yang berhemah tinggi, penuh dedikasi, sabar dan tabah dalam
menjalankan tugas. Beliau bukannya seorang pemberontak seperti mana yang di
gambarkan oleh para media. Ini berdasarkan hubungan yang akrab antara saya dan
Ustaz Ibrahim sewaktu bertugas dalam satu pasukan di Pusat Islam.
Penulis: Bagaimana dengan pelbagai tuduhan terhadap Ustaz Ibrahim Libya ?
Ustaz Ahmad Awang: Antara yang menuduhnya ialah Pembantu Menteri Dalam
Negeri ketika itu Dato’ Radzi Sheikh Ahmad yang menyatakan bahwa Ustaz Ibrahim
Libya dan teman-temannya sebagai pemberontak. Pembantu Menteri di Jabatan
Perdana Menteri Dato’ Dr Yusof Noor pada waktu itu telah memanggil semua
pejabat, termasuk Ketua Pengarah Pusat Islam, dan melarang mereka dari
mengeluarkan sebarang penyataan berhubung Peristiwa Memali.
Saya tidak peduli arahan Dr Yusof Noor itu. Saya tetap mahu mengasih tahu
masyarakat umum tentang kejadian yang sebetulnya. Ketua Jawatankuasa Fatwa
Negeri Kedah pada waktu itu, Dato’ Sheikh Abdul Majid Mohd Nor telah datang ke
Pusat Islam untuk menghadiri rapat di pejabat Perpustakaan Pusat Islam mengenai isu
fatwa peristiwa tersebut. Tetapi saya tidak diundang ke acara rapat tersebut.
Penulis: Apakah yang Ustaz lakukan selanjutnya?
Ustaz Ahmad Awang: Saya mewakili PUM menyampaikan hasrat kepada Kerajaan
Negeri Kedah supaya tawaqquf (menangguhkan) pengeluran fatwa yang boleh
membingungkan masyarakat umum. Kesempatan untuk bertemu dengan dato’ Syeikh
Lampiran
Abdul Majid tidak saya sia-siakan. Saya meminta darinya supaya tidak mengeluarkan
sebarang fatwa, karena itu solusi yang paling baik. Dato’ Syeikh Abdul Majid
bersetuju dengan pendapat saya, tetapi Menteri Besar Kedah, Dato’ Osman Aroff
(ketika itu) mengarahkan Jawatankuasa Fatwa Negeri Kedah mengeluarkan fatwa
yaitu kematian Ustaz Ibrahim tidak syahid tetapi Syibhul Bughah (menyerupai
pemberontak / pengganas / penjenayah ).
Penulis: Bagaimanakah perkembangan selanjutnya?
Ustaz Ahmad Awang: Satu Persidangan Majlis Fatwa Kebangsaan yang MC nya
ialah Tan Sri Abdul Jalil Hassan (Almarhum) serta pembantunya Dato’ Dr Abdul
Hamid Othman telah diadakan. Saya turut berpeluang untuk memberi pendapat malah
Pusat Islam merupakan pihak urusetia kepada persidangan tersebut.
Dalam persidangan itu, Mufti Kedah Dato’ Sheikh Abdul Majid menyatakan
keputusan fatwanya yaitu kematian Ustaz Ibrahim dan yang lainnya mati sebagai
Syibhul Bughah. Saya tidak menyetujui dan memberi pandangan bahwa, istilah
Syibhul Bughah tidak ada sama sekali dalam kitab feqah.
Ini akan merepotkan Pusat Islam untuk memberi penjelasan kepada
masyarakat umum, karena Pusat Islam terlibat secara langsung dengan masyarakat.
Pendapat saya di dukung oleh Setiausaha Majlis Fatwa yaitu Dato’ Dr Abdul Hamid
Othman supaya majlis mengambil kira pendapat beliau.
Setelah itu Majlis Fatwa telah mengamanahkan tiga orang mufti yaitu Mufti
Sabah Tuan Haji Said Ibrahim, Mufti Perak Dato’ Harussani Zakaria dan Timbalan
Mufti Kelantan pada waktu itu supaya menghalusi fatwa Negeri Kedah dengan istilah
yang digunakan yaitu Syibhul Bughah.
Tuan Haji Said mengemukakan pendapatnya, untuk menentukan apakah
kematian Ustaz Ibrahim syahid atau Bughah, ia perlu dilihat apakah Malaysia Negara
Islam atau sebaliknya? Apakah perkara yang ditentang oleh Ustaz Ibrahim?
Lampiran
Seandainya kriteria-kriteria Bughah yang dituduh kepada Ustaz Ibrahim tidak
dipenuhi, maka apa yang dilakukan oleh Ustaz Ibrahim tidak boleh dianggap Bughah.
Penulis: Bagaimana pendapat Ustaz tentang fatwa tersebut?
Ustaz Ahmad Awang: Saya menganggap bahwa Majlis Fatwa Kebangsaan
bukannya hakim atau mahkamah dengan menjatuhkan hukuman tanpa bukti atau
mengemukakan saksi. Malah mereka yang terbunuh boleh dipanggil allahyarham atau
al-marhum. Saya akhirnya di larang untuk mengikuti sidang majlis berhubung
Peristiwa Memali.
Penulis: Apakah rumusan dari Majlis Fatwa?
Ustaz Ahmad Awang: Majlis Fatwa merumuskan keputusannya mengenai Ustaz
Ibrahim dan lain-lainnya seperti berikut:
1. Kematian Ustaz Ibrahim dan lain-lain tidaklah syahid, maka wajib dengan
melalui proses pengkebumiah jenazah biasa.
2. Ustaz Ibrahim dan lain-lainnya merupakan kumpulan Bughah.
3. Majlis Fatwa kebangsaan juga mendukung Fatwa Negeri Kedah yaitu mereka
dikategorikan sebagai Syibhul Bughah.
Penulis: Bagaimana dengan jenazah Ustaz Ibrahim?
Ustaz Ahmad Awang: Jika itu keputusan Majlis Fatwa, maka jenazah Ustaz
Ibrahim dan lain-lain harus digali lagi, dimandi, dikafan, disolatkan dan dikebumikan.
Tetapi hingga saat ini keputusan tersebut tidak juga dilaksanakan.
Ini bermakna Fatwa Negeri Kedah dan Majlis Fatwa Kebangsaan tidak
melaksanakan keputusan mereka sendiri. Majlis Fatwa Kebangsaan bertindak sebagai
mahkamah dengan menjatuhkan hukuman tanpa dibicara, malah fatwa tersebut
Lampiran
berunsurkan politik. Ini karena pihak keselamatan telah merancang untuk membunuh
Ustaz Ibrahim dan lain-lain atas perintah Pengarah Keselamatan Dalam Negeri, Bukit
Aman waktu itu dengan mengepung korban yang tidak bersenjata canggih seperti
kereta kebal, mesingan dan sebagainya.
Penulis: Apakah tindakan yang dikenakan terhadap Ustaz?
Ustaz Ahmad Awang: PAS Kedah ada merayakan sambutan memperingati Hari
Syuhada. Sebelum itu lewat PUM saya menjelaskan, korban tragedi Memali
semuanya mati syahid. Kenyataan saya itu dilihat sebagai mendukung fatwa PAS
Kedah. Ketua Seketaris Negara Tan Sri Ahmad Sarji Abdul Hamid pada ketika itu
berkata akan mengambil tindakan tatatertib terhadap saya, begitu juga Menteri di
Jabatan Perdana Menteri Dato’ Abdul Hamid Albar. Jabatan Perkhidmatan Awam
(JPA) telah mengantar satu surat kepada saya yang di dalamnya bertanyakan
mengenai kenyataan saya sebelum ini berhubung kasus Memali. Dalam surat tersebut
diajukan dua soal:
1. Adakah tuan membuat kenyataan di koran tentang syuhada’ Memali? Saya
menjawab: Ya, saya ada membuat kenyataan di koran dengan tidak bertulis
tetapi dengan lewat telefon.
2. Seandainya ada, adakah kenyataan di koran bertepatan dengan kenyataan
tuan? Saya menjawab: Apa yang dituliskan di koran tidak bertepatan dengan
kenyataan yang sebenar.
Bagaimanapun sebelum saya pensiun daripada perkhidmatan, saya ada
maklumat bahwa jabatannya ada menerima surat perhargaan atas kecemerlangannya
sepanjang tempoh perkhidmatan saya, tetapi akhirnya surat tersebut tidak diserahkan
kepada saya oleh Ketua Seketaris Negara.
Satu pertemuan di kantor polisi Bukit Aman telah diadakan dengan tiga orang
jabatan tinggi polisi termasuk Pengarah Keselamatan Dalam Negeri dan
Ketenteraman Awam, Dato’ Yahya Yeop Ishak yang monitor serangan ke atas korban
Lampiran
Memali. Turut hadir Timbalan Menteri Dato’ Dr Yusof Noor, saya sendiri dan
Pengurus Besar Bank Islam Dato’ Dr. Abdul Halim Ismail.
Kami diberikan taklimat tentang Peristiwa Memali serta ditayangkan slot
tersebut dengan senjata yang digunakan oleh orang kampung termasuk kaum wanita
yang menggunakan golok. Dato’ Abdul Halim tidak berpuas hati dengan serangan
oleh pihak pasukan keselamatan dibandingkan dengan senjata yang dimiliki oleh
orang kampung Memali.
Penulis: Bagaimana menurut Ustaz dengan tayangan kembali klip video Memali di
RTM?
Ustaz Ahmad Awang: Adalah berdosa besar dengan memburuk-burukkan orang
yang telah mati dengan ditayangkan kembali peristiwa Memali yang ditelah di
ubahsuaikan. Pihak yang terbabit harus menghentikan dengan segera tayangan klip
video tersebut karena ia boleh membinasakan diri sendiri. Ia juga boleh menimbulkan
syak bahwa pihak media bersepakat dengan pihak mahkamah karena kasus Memali
ini masih ada dalam fail mahkamah.
Saya minta Majlis Fatwa Kebangsaan mengeluarkan fatwa hukum orang yang
memburuk-burukkan orang yang telah meninggal dunia seperti mana pihaknya
pernah bersidang untuk mengeluarkan fatwa mengenai korban Memali. Jangan
mendiamkan diri, selesaikan perkara ini dengan cara adil.