Upload
vuongkien
View
246
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
3
TINJAUAN PUSTAKA
Ayam Broiler
Broiler merupakan galur ayam hasil rekayasa genetika teknologi yang
memiliki karakteristik ekonomi dan ciri khas pertumbuhan yang cepat sebagai
penghasil daging, konversi ransum rendah, siap potong dalam usia relatif muda
dan menghasilkan daging yang memiliki serat lunak (Bell dan Weaver, 2002).
Standar pertumbuhan ayam broiler CP 707 disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Standar Pertumbuhan Ayam Broiler CP 707
Umur (minggu) Konsumsi Pakan Berat Badan FCR
1 150 175 0,86
2 515 487 1,06
3 1175 932 1,26
4 2120 1467 1,45
5 3297 2049 1,61
6 4625 2634 1,76
7 6021 3177 1,89
Sumber: Charoen Pokphand (2011)
Temperatur dan kelembaban relatif merupakan faktor penting bagi
kelangsungan hidup ternak. Ayam sebagai hewan homeotermis, dapat mengatur
suhu tubuhnya relatif konstan, sekalipun temperatur lingkungan berubah-ubah.
Kondisi suhu lingkungan yang optimal bagi ayam adalah 21 ºC (Suprijatna et al.,
2005). Tingginya kelembaban relatif akan menghambat penguapan panas melalui
panting. Kelembaban yang baik untuk pertumbuhan optimal ayam broiler berkisar
antara 50-60% (Appleby et al., 2004). Ayam broiler kurang toleran terhadap suhu
lingkungan yang tinggi, terutama setelah ayam berumur lebih dari tiga minggu
(Gunawan dan Sihombing, 2004). Pada ayam broiler berumur diatas tiga minggu,
keadaan suhu lingkungan optimum untuk pertumbuhan berkisar antara 20-25 ºC
dengan kelembaban berkisar antara 50-70% (Borges et al., 2004). Apabila suhu
tubuh ayam broiler lebih rendah daripada suhu lingkungan, maka nutrien yang ada
di dalam tubuh sebagian besar digunakan oleh ayam broiler untuk memproduksi
4
panas tubuh (Bruzual et al., 2000). Suhu optimum kandang untuk pemeliharaan
ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Suhu Optimum Kandang Ayam Broiler
Umur (minggu) Suhu (ºC) Kelembaban (%)
1 30-32 50%-70%
2 29 50%-70%
3 28 50%-70%
4 26 50%-70%
5 23 50%-70%
>5 22 50%-70%
Sumber : Charoen Pokphand (2011)
Bell dan Weaver (2002) menyatakan bahwa meningkatnya kepadatan
kandang akan menyebabkan berkurangnya konsumsi ransum, menurunnya
pertumbuhan, menurunkan efisiensi makanan, meningkatnya mortalitas dan
meningkatnya kanibalisme. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepadatan
kandang yaitu temperatur lingkungan, tipe kandang, ukuran ayam dan umur ayam
(Mazia, 2009). Kapasitas kandang ayam pedaging sesuai dengan tingkat umur
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Kapasitas Kandang Ayam Pedaging Sesuai dengan Tingkat Umur
Umur (hari) Kapasitas (ekor/m2)
1 – 7 40 – 50
8 – 14 20 – 25
>14 8 – 12
Sumber : Mazia (2009)
Hasil penelitian Sufi (2008) menyatakan bahwa konsumsi ransum,
pertambahan bobot badan, serta bobot badan akhir dipengaruhi oleh kepadatan
kandang. Pada kepadatan kandang 10 ekor/m2 memiliki tingkat konsumsi ransum,
pertambahan bobot badan dan bobot badan akhir yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kepadatan kandang 12 dan 14 ekor/m2. Kepadatan kandang yang semakin
5
tinggi juga meningkatkan suhu dan kelembaban. Pengaruh kepadatan kandang
terhadap suhu udara kandang disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Pengaruh Kepadatan Kandang Terhadap Suhu Udara Kandang
Kepadatan
(ekor/m2)
Suhu (ºC)
Pagi Siang Sore
10 26,30 31,28 28,84
13 26,39 31,43 29,13
16 26,48 31,56 29,36
Sumber : Kususiyah (1992)
Cekaman panas (heat stres) terjadi akibat ketidakseimbangan antara
jumlah panas yang dilepaskan dari tubuh ke lingkungan dengan jumlah panas
yang dihasilkan tubuh sehingga terjadi perubahan fisiologis dan metabolisme
dalam upaya mempertahankan diri dengan pengembangan sistem homeostasis
yang ada. Cekaman panas berdampak pada terganggunya pembentukan sel-sel
darah putih serta terjadinya pelepasan glukokortikoid yang dapat mengganggu
kekebalan (imunitas) tubuh (Sugito, 2007).
Kekebalan tubuh ayam broiler dapat dilihat dari bobot bursa fabrisius dan
jumlah benda darah putih (leukosit). Bursa fabrisius merupakan salah satu organ
limfoid primer yang fungsinya sebagai tempat pendewasaan dan diferensiasi bagi
sel dari sistem pembentukan antibodi (Scanes et al., 2004). Wirapati (2008)
melaporkan bahwa persentase bobot bursa fabrisius ayam broiler umur lima
minggu yaitu sekitar 0,04%-0,12% dari bobot hidup. Unggas yang mempunyai
bobot relatif bursa fabricius lebih besar akan lebih tahan terhadap berbagai
penyakit (Heckert et al., 2002). Leukosit merupakan sel darah yang memiliki inti
sel dan memiliki kemampuan gerak yang independen (Frandson, 1992). Leukosit
berperan dalam merespon kekebalan tubuh. Swenson (1984) menyatakan bahwa
jumlah leukosit unggas lebih banyak dibandingkan dengan leukosit pada mamalia,
yaitu berkisar antara 20.000-30.000/mm3.
6
Konsumsi Ransum
Konsumsi ransum adalah ransum yang dimakan dengan jumlah dan waktu
tertentu dan digunakan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan hidup. Konsumsi
ransum pada ayam pedaging tergantung pada strain, umur, aktivitas serta
temperatur lingkungan (Wahju, 2004). Faktor lain yang mempengaruhi konsumsi
ransum antara lain adalah besar dan bangsa ayam, suhu lingkungan, tahap
produksi dan energi dalam ransum.
Suhu lingkungan yang tinggi menyebabkan menurunnya konsumsi
ransum. Penelitian Lu et al. (2007) menunjukkan bahwa konsumsi ransum dan
pertambahan bobot hidup ayam broiler umur 5-8 minggu yang dipelihara pada
suhu lingkungan 34 ºC adalah 93,6 dan 22,29 gram/ekor, keduanya nyata lebih
rendah dibandingkan dengan ayam yang dipelihara pada suhu lingkungan 21 ºC
yakni 169 dan 61,45 gram/ekor.
Konsumsi ransum setiap minggu bertambah sesuai dengan pertambahan
bobot badan. Setiap minggunya ayam mengkonsumsi ransum lebih banyak
dibandingkan dengan minggu sebelumnya (Fadilah, 2004). Pemberian ransum
bertujuan untuk menjamin pertumbuhan berat badan dan menjamin produksi
daging agar menguntungkan (Sudarso dan Siriwa, 2007).
Pertambahan Bobot Badan
Pertambahan bobot badan (PBB) mencerminkan tingkat kemampuan ayam
broiler dalam mencerna ransum untuk diubah menjadi bobot badan. Pertambahan
bobot badan sebagai kriteria untuk mengukur pertumbuhan. Pertumbuhan dapat
didefinisikan sebagai proses yang sangat kompleks meliputi pertambahan bobot
hidup dan pertambahan semua bagian tubuh secara merata dan serentak (Maynard
et al., 1979). Menurut Rose (1997), pertumbuhan meliputi peningkatan ukuran
sel-sel tubuh akan peningkatan sel-sel individual dimana pertumbuhan itu
mencakup empat komponen utama yaitu adanya peningkatan ukuran skeleton,
peningkatan total lemak tubuh dalam jaringan adipose dan peningkatan ukuran
bulu, kulit dan organ dalam.
Bell dan Weaver (2002) menyatakan bahwa peningkatan bobot badan
mingguan tidak terjadi secara seragam. Setiap minggu pertumbuhan ayam
pedaging mengalami peningkatan hingga mencapai pertumbuhan maksimal,
7
setelah itu mengalami penurunan. Bonnet et al. (1997) menyatakan bahwa PBB
ayam pedaging umur 4 s/d 6 minggu yang dipelihara pada suhu lingkungan 32 ºC
sebesar 515 gram/ekor, sedangkan pada suhu 22 ºC PBB ayam pedaging sebesar
1084 gram/ekor.
Konversi Ransum
Menurut Wahju (2004), konversi ransum adalah jumlah ransum yang
dibutuhkan untuk menghasilkan suatu unit PBB, semakin besar ukuran dan tua
ternak maka nilai konversinya akan semakin tinggi. Angka konversi ransum yang
kecil berarti banyaknya ransum yang digunakan untuk menghasilkan satu
kilogram daging semakin sedikit (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Faktor
utama yang mempengaruhi konversi ransum adalah temperatur, kualitas ransum,
kualitas air, pengafkiran, penyakit, manajemen pemeliharaan dan juga faktor
pemberian ransum, penerangan dan faktor sosial (Anggorodi, 1979).
Mortalitas
Mortalitas merupakan indikator kematian yang diukur dengan persentase.
Angka mortalitas merupakan perbandingan antara jumlah seluruh ayam yang mati
dengan jumlah total ayam yang dipelihara (Bell dan Weaver, 2002). Faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat mortalitas antara lain bobot badan, tipe ayam, iklim,
kebersihan, suhu lingkungan, sanitasi peralatan, kandang serta penyakit.
Pemeliharaan ayam broiler dinyatakan berhasil jika angka kematian secara
keseluruhan kurang dari 5%. Angka mortalitas dipengaruhi umur, ayam broiler
umur lima hingga delapan minggu memiliki tingkat mortalitas yang lebih tinggi
dibandingkan umur dua hingga empat minggu (Bell dan Weaver, 2002).
Beberapa penyakit yang biasanya menyerang ayam broiler di suatu
peternakan antara lain:
1. Chronic Respiratory Disease (CRD). Amer et al. (2009) menyatakan
bahwa pemeliharaan ayam broiler dalam kandang dengan kepadatan yang
tinggi dan sirkulasi udara yang kurang baik dapat menyebabkan ayam
broiler terinfeksi bakteri Mycoplasma gallisepticum. Mycoplasma
gallisepticum menyerang saluran pernafasan di bagian kantong udara.
Kantong udara dipenuhi mukus. Tahap infeksi yang lebih akut
8
menyebabkan mukus berwarna kuning dan kental (Bell dan Weaver,
2002). Gejala yang terlihat pada ayam muda adalah adanya indikasi
kesulitan bernafas seperti bersin dan nafas yang bersuara (ngorok). Jika
termasuk dalam kasus yang parah maka mortalitas dapat mencapai 30%
(Ginting, 1988). Menurut Bell dan Weaver (2002), gejala CRD pada ayam
dewasa adalah ayam terlihat depresi dan tidak aktif, konsumsi ransum
menurun namun mortalitasnya rendah.
2. Sudden Death Syndrome (SDS). Sudden Death Syndrome merupakan
kematian yang dikarenakan metabolic disorder. Sudden Death Syndrome
biasanya menyerang ayam broiler jantan, bobot badan tinggi, dengan
pertumbuhan yang cepat. Kepadatan kandang yang tinggi juga
meningkatkan resiko terinfeksi SDS (Bolton et al., 1972). Konfirmasi hasil
nekropsi mengenai SDS sulit didapatkan karena tidak ada tanda khusus,
daging dalam keadaan baik dan gizzard dalam keadaan terisi penuh.
Kematian yang mendadak ini sering disebut juga sebagai heart attack atau
flipover (Leeson dan Summers, 2005). Faktor-faktor lain yang
menyebabkan terjadinya Sudden Death Syndrome adalah kontinuitas
pencahayaan (Onowiwu et al., 1979), penyimpangan kandungan kalsium
dan fosfor dalam pakan (Scheideler et al., 1995), dan frekuensi makan
(Bowes dan Julian, 1988).
Pakan Ayam Broiler
Pakan adalah campuran dari bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap
maupun yang masih akan dilengkapi, yang secara khusus mengandung zat gizi
yang mencukupi kebutuhan ternak untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis
ternaknya (SNI, 2006a dan SNI, 2006b). Pakan ternak terdiri atas pakan buatan
pabrik dan buatan sendiri. Pakan buatan pabrik biasanya dikenal dalam bentuk
pelet dengan ukuran yang bervariasi, sedangkan pakan buatan sendiri dapat dibuat
sepanjang bahan baku tersedia dengan berbasis bahan baku lokal.
Fungsi ransum yang diberikan pada prinsipnya untuk memenuhi
kebutuhan pokok untuk hidup, membentuk sel-sel dan jaringan tubuh, serta
menggantikan bagian-bagian yang merupakan zat-zat yang diperlukan ayam
adalah karbohidrat, lemak, dan protein akan membentuk energi sebagai hasil
9
pembakarannya (Sudaryani dan Santoso, 1995). Kebutuhan dan kandungan zat
makanan ayam broiler disajikan pada Tabel 5 dan Tabel 6.
Tabel 5. Kebutuhan Zat Makanan Ayam Broiler
Umur
(hari)
Zat Makanan
EM
(kkal/kg)
Protein
(kcal)
Ca
(%)
P avl
(%)
Lysin
(%)
Meth
(%)
0 – 18 hari 3050 22,00 0,95 0,45 1,30 0,50
19 – 30 hari 3100 20,00 0,92 0,41 1,15 0,44
Sumber : Leeson dan Summers (2005) Keterangan : EM = Energi Metabolis, P avl = P available (P tersedia)
Tabel 6. SNI Pakan Broiler Starter dan Finisher
No Parameter Satuan Starter a Finisher b
1 Kadar Air % Maks. 14,0 Maks. 14,0
2 Protein Kasar % Min. 19,0 Min. 18,0
3 Lemak Kasar % Maks. 7,4 Maks. 8,0
4 Serat Kasar % Maks. 6,0 Maks. 6,0
5 Abu % Maks. 8,0 Maks. 8,0
6 Kalsium % 0,90 - 1,20 0,90-1,20
7 Fosfor Total % 0,60 - 1,00 0,60-1,00
8 Fosfor Tersedia % Min. 0,40 Min. 0,40
9 Total Aflatoksin mg/kg Maks. 50,0 Maks. 50,0
10 Energi Metabolis kkal/kg Min. 2900 Min. 2900
11 Asam Amino
Lisin % Min. 1,10 Min. 0,90
Metionin % Min. 0,40 Min. 0,30
Metionin + sistin % Min. 0,60 Min. 0,60
Sumber : aSNI 01-3930-2006 bSNI 01-3931-2006
10
Feed Additive
Imbuhan pakan atau feed additive adalah suatu bahan yang dicampurkan di
dalam pakan yang dapat mempengaruhi kesehatan, produktivitas, maupun
keadaan gizi ternak, meskipun bahan tersebut bukan untuk mencukupi kebutuhan
zat gizi (Adams, 2000). Imbuhan pakan yang sudah umum digunakan dalam
industri perunggasan adalah antibiotika, enzim, prebiotik, probiotik asam organik
flavor pewarna dan antioksidan. Dari semua imbuhan pakan, antibiotika
merupakan imbuhan pakan yang paling luas penggunaannya di seluruh dunia.
Prebiotik merupakan bahan pakan berupa serat yang tidak dapat dicerna
oleh ternak berperut tunggal (monogastrik). Prebiotik disebut juga sebagai nutrisi
yang sesuai bagi bakteri menguntungkan, tetapi tidak cocok bagi bakteri yang
kurang menguntungkan. Dengan kata lain, prebiotik dapat meningkatkan bakteri
yang menguntungkan dalam usus (Gibson et al., 1998).
Asam Fulvat
Asam fulvat adalah asam organik yang timbul secara alamiah saat terjadi
penguraian zat organik yang disebut humus atau senyawa humat. Asam fulvat
merupakan bagian dari asam humat yang dapat larut dalam alkali dan dalam asam
pada kondisi netral. Stevenson (1994) membagi humat dalam tiga kategori yaitu
asam fulvat, asam humat dan humin. Asam fulvat berwarna kuning terang sampai
kuning kecoklatan. Menurut Schnitzer dan Khan (1978) asam fulvat memiliki
kemasaman total yang lebih besar dan mempunyai berat molekul yang lebih
ringan sehingga lebih mudah bergerak atau berpindah. Asam fulvat tertinggal
dalam larutan setelah pemindahan asam humat dengan asidifikasi (Weber, 2008).
Proses humifikasi dapat dilihat pada Gambar 1.
As
0,7%-2,6%
daripada a
berbagai s
karena ad
Komposis
Tabel 7. P
E
Sumber : S
As
seperti N
format. N
Meskipun
seperti ha
Tid
Tidak lbasa
Ga
sam fulvat m
%. Kadar k
asam huma
senyawa org
danya kecen
si kimia asam
Persentase K
Elemen
C
H
O
N
S
Stevenson (
sam humat
NaOH, Na4P
Namun yan
n memberik
alnya perea
ak larut
arut dalamdan asam
Humin
ambar 1. Di Sum
memiliki ka
karboksil a
at (Tan, 19
ganik yang
nderungan
m fulvat da
Komposisi K
(1982)
dan asam f
P2O7, aseti
ng member
an hasil ya
ksi lain, di
Bahan
m Laru
Bahan organik
agram Hummber : Steven
adar oksigen
asam fulva
982). Menu
mempunya
molekul a
an asam hum
Kimia Asam
Asam Hum
50 – 6
4 – 6
4 – 6
2 – 6
0 – 2
fulvat dapat
laseton, cu
rikan hasil
ang cukup b
iantaranya
n Humat
ut dalam balarut dalam
Huma
mifikasi Asanson (1994)
n 44%-54%
at dua sam
urut Lehning
i gugus karb
ir yang me
mat dapat di
m Fulvat dan
mat (%)
60
6
6
6
2
t diekstraks
upferron, h
paling ba
baik, NaOH
yaitu laruta
Lar
asa & tidak m asam
at
BahanHum
am Fulvat
% dan kadar
mpai tiga k
ger (1982),
boksil. Kela
embentuk i
ilihat pada T
n Asam Hum
Asam
4
4
si dengan b
hidroksikuin
aik adalah
H juga mem
an alkali d
rut
Larut
n Non mat
nitrogen se
kali lebih t
, air melaru
arutannya te
ikatan hidr
Tabel 7.
mat
m Fulvat (%
40 – 50
44 – 50
4 – 6
<2 – 6
0 – 2
berbagai per
nolin, dan
NaOH (8
miliki kelem
dapat melaru
dalam basaa dan asam
Asam Fulv
11
at
ebesar
tinggi
utkan
erjadi
rogen.
%)
reaksi
asam
80%).
mahan
utkan
silika dari bahan mineral, protoplasma dan komponen dari jaringan organik segar
sehingga bercampur dengan humus. Selain itu, autooksidasi beberapa senyawa
organik dan reaksi kimia (kondensasi) juga dapat terjadi pada kondisi alkalin.
Oleh karena itu banyak peneliti melakukan ekstraksi bertahap dengan
mengkombinasikan beberapa pereaksi. Metode reaksi yang sering dipakai untuk
memisahkan asam humat dan asam fulvat adalah metode berdasarkan
International Humic Substances Society (IHSS). Pereaksi yang digunakan dalam
metode ini ada dua, yaitu asam klorida dan NaOH (Stevenson, 1982). Separasi
senyawa humat paling baik dengan menggunakan Na4P2O7 0,1M dan NaOH 0,1N
pada pH 13. Natrium dalam Na4P2O7 akan menggantikan Ca, Fe dan Al yang
terikat pada asam humat ataupun asam fulvat sehingga terbentuk larutan Na-
humat/fulvat dan endapan Ca/Fe/Al-pirofosfat (Kononova, 1966).
Gambar 2. Model Struktur Asam Fulvat Sumber : Buffle (1977)
Asam fulvat ikut serta dalam semua proses kehidupan tanaman, hewan dan
lain-lain. Asam fulvat berperan antara lain menyediakan elektrolit penting
(Senesi, 1990), meningkatkan dan mengangkut zat makanan (Prakash, 1971),
mengkatalisa reaksi enzim (Khristeva dan Luk Yaneko, 1962) dan merangsang
metabolisme (Rashid, 1985). Selain itu asam fulvat juga dapat menurunkan
deposit cadmium pada organ ginjal, hati dan otot pada ayam broiler (Herzig et al,
2007). Fungsi asam fulvat adalah : 1) transpor nutrien (mengikat mineral Na dan
K dalam saluran pencernaan), 2) meningkatkan availabilitas (ketersediaan) zat
nutrisi sehingga lebih mudah diabsorbsi, 3) meningkatkan aktivitas enzim dan
melindungi saluran pencernaan dari bahan yang merugikan (Jackson, 1997).
12
13
Suplemen humat mempunyai efek pengobatan pada seluruh sistem pencernaan,
menghilangkan racun dan infeksi, berperan sebagai antibiotik dan antivirus yang
menghilangkan penyakit dalam aliran darah, mendukung sistem kekebalan dan
meningkatkan kesehatan seluruh tubuh (Robert, 2001).
Hasil penelitian Wulandari (2012) menyatakan bahwa suplementasi asam
fulvat dalam ransum ayam broiler taraf 0,25%-1% yang dipelihara selama lima
minggu memiliki bobot bursa fabrisius dan jumlah leukosit yang lebih tinggi
dibandingkan dengan bobot bursa fabrisius dan jumlah leukosit pada ayam broiler
yang tidak mendapat suplementasi asam fulvat. Hal ini menunjukkan bahwa ayam
broiler yang mendapat suplementasi asam fulvat memiliki kekebalan tubuh yang
lebih baik terhadap stres dan serangan penyakit. Pengaruh penambahan asam
fulvat dalam ransum terhadap bobot bursa fabrisius dan jumlah leukosit ayam
broiler disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Bobot Bursa Fabrisius dan Jumlah Leukosit Ayam Broiler yang Mendapat Suplementasi Asam Fulvat Dalam Ransum
Peubah R0 R1 R2 R3 R4
Bursa Fabrisius(gram)
0,74±0,22 0,79±0,08 0,87±0,15 0,74±0,16 0,92±0,08
Leukosit (ribu/mm3)
9,12±6,15 21,2±9,3 17,4±7,5 17,2±2,9 18,6±3,7
Keterangan : R0 (ransum kontrol tanpa asam fulvat), R1 (R0 + 0,25% FA), R2 (R0 + 0,50% FA), R3 (R0 + 0,75% FA), R4 (R0 + 1,0% FA)
Sumber : Wulandari (2012)
Bailey et al. (1996) dan Kocabagli et al. (2002) mencobakan asam humat
pada ayam sebagai growth promotor. Karaoglu et al. (2004) melaporkan tidak ada
pengaruh pemberian suplemen asam humat terhadap bobot hidup akhir ayam
broiler. Penggunaan asam fulvat sebagai imbuhan pakan pada ayam pedaging
telah diteliti oleh Supriyati (2006), suplementasi asam fulvat pada air minum
ayam dapat meningkatkan kinerja ayam pedaging, bobot hidup dan rasio konversi
pakan. Asam fulvat juga mempunyai fungsi meningkatkan ketersediaan nutrien
dan membuat nutrien mudah diserap, mentransfer nutrien, mengkatalis enzim
pereaksi dan vitamin dalam sel, merangsang metabolisme atau sintesis, serta
meningkatkan daya serap air dan gas sel membran (Supriyati, 2007). Kompiang et
al. (2002) melaporkan adanya perbaikan perkembangan pertumbuhan bacillus
14
spp, mikroba yang digunakan sebagai probiotik, in vitro, dengan suplementasi
asam humat pada media kultur.