Tinjauan Pustaka Hb

  • Upload
    newnyz

  • View
    74

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

TINJAUAN PUSTAKAHemoglobinHemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk bulat yang terdiri dari 4 subunit. Setiap subunit mengandung satu bagian heme yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida. Heme adalah suatu derivat porfirin yang mengandung besi. Polipeptida itu secara kolektif disebut sebagai bagian globin dari molekul hemoglobin (Shinta 2005).Zat besi (Fe) banyak terdapat dalam hemoglobin yang memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Pearce 2009). Hemoglobin adalah suatu senyawa protein dengan Fe yang dinamakan conjugated protein. Sebagai intinya Fe dan dengan rangka protoperphyrin dan globin (tetra phirin) menyebabkan warna darah merah karena Fe. Eryt Hb berikatan dengan karbondioksida menjadi karboxy hemoglobin dan warnanya merah tua. Darah arteri mengandung oksigen dan darah vena mengandung karbondioksida (Depkes RI dalam Widayanti 2008).Hemoglobin berfungsi sebagai pembawa O2 pada eritrosit dan di bentuk oleh eritrosit yang berkembang dalam sum-sum tulang. Pembentukan berlangsung dari setaium perkembangan eritroblas sampai retikulosit. Molekul-molekul Hemoglobin terdiri atas dua pasang rantai polipeptida (Globin) dan empat kelompok heme (Syuyuti 2012). Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Kadar hemoglobin pada wanita normal tidak hamil berada pada 12.0 16.0 g/dl, sedangkan kadar hemoglobin pada pria dewasa normal adalah antara 14.0 18.0 g/dl (Medhat, 2014)

Pemeriksaan Hb Metode CyanmethemoglobinPada metode ini hemoglobin dioksidasi oleh kalium ferrosianida menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan ion sianida membentuk sian-methemoglobin yang berwarna merah. Intensitas warna dibaca dengan fotometer dan dibandingkan dengan standar. Reagen yang digunakan adalah larutan Drabkin yang mengandung Kalium ferisianida (K3Fe[CN]6) dan kalium sianida (KCN). Ferisianida mengubah besi pada hemoglobin dari bentuk ferro ke bentuk ferri menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan KCN membentuk pigmen yang stabil yaitu sianmethemoglobin.Hemoglobin adalah pigmen merah dan menyerap cahaya maksimum pada panjang gelombang 540 nm. Jika sel darah merah dalam konsentrasi tertentu mengalami lisis, terjadi pembebasan hemoglobin yang dapat diukur secara spektrofotometris pada panjang gelombang ini, yang konsentrasinya setara dengan densitas optis. Semua bentuk hemoglobin, termasuk oksihemoglobin, deoksihemoglobin, 11 methemoglobin, karboksihemoglobin, diubah menjadi suatu bentuk yang stabil. Perubahan menjadi cyanmethemoglobin digunakan karena reagen dan instrumen dapat dengan mudah dikontrol terhadap standar yang stabil. Selain K3Fe[CN]6 dan KCN, larutan Drabkin juga mengandung kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4) dan deterjen. Kalium dihidrogen fosfat berfungsi menstabilkan pH dimana rekasi dapat berlangsung sempurna pada saat yang tepat. Deterjen berfungsi mempercepat hemolisis darah serta mencegah kekeruhan yang terjadi oleh protein plasma. (Sacher dan McPherson 2004). Dengan Photoelektrik Kolorimeter, didapatkan kadar Hb lebih teliti daripada cara visual (Sahli). Kesalahan hanya berkisar 2 %. Cara ini ideal karena memiliki standar Hemoglobin. Standar cyanmethemoglobin bersifat stabil, artinya kadarnya tidak berubah. Pada umumnya standar ini tahan 1 tahun. Pada umumnya larutan standar mengandung rata-rata 60 mg Hb per 100 ml darah (60 mg % Hb) (Sekartaji A 2011)

Anemia Defisiensi BesiAnemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin kurang dari nilai normal, yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. Gejala yaitu lemah, lesu, letih, mudah mengantuk, napas pendek, nafsu makan berkurang, bibir tampak pucat, susah buang air besar, denyut jantung meningkat dan kadang-kadang pusing.Anemia dapat ditandai dengan kelainan metabolisme besi, sehingga terjadi hipoferemia dan penumpukan besi di makrofag. Secara garis besar pathogenesis anemia penyakit kronis dititikberatkan pada 3 abnormalitas utama: ketahanan hidup eritrosit yang memendek akibat terjadinya lisis eritrosit lebih dini,respon sumsum tulang karena respon eritropoetin yang terganggu atau menurun, dan gangguan metabolisme berupa gangguan reutilisasi besi. Anemia penyakit kronis sering bersamaan dengan anemia defisiensi besi dan keduanya memberikan gambaran penurunan besi serum (Muhammad dan Sianipar 2005)Di Negara maju maupun Negara yang sedang berkembang. Padahal besi merupakan suatu unsur terbanyak pada lapisan kulit bumi, akan tetapi defisiensi besi merupakan penyebab anemia yang tersering. Hal ini disebabkan tubuh manusia mempunyai kemampuan terbatas untuk menyerap besi dan seringkali tubuh mengalami kehilangan besi yang berlebihan yang diakibatkan perdarahan. (Hoffbrand.AV, et al, 2005, hal.25-34)Besi merupakan bagian dari molekul Hemoglobin, dengan berkurangnya besi maka sintesa hemoglobin akan berkurang danmengakibatkan kadar hemoglobin akan turun. Hemoglobin merupakan unsur yang sangat vital bagi tubuh manusia, karena kadar hemoglobin yang rendah mempengaruhi kemampuan menghantarkan O2 yang sangat dibutuhkan oleh seluruh jaringan tubuh. Dampak dari anemia defisiensi besi ini sangat luas, antara lain terjadi perubahan epitel, gangguan pertumbuhan jika terjadi pada anakanak, kurangnya konsentrasi, dan menurunnya produkdifitas (Kartamihardja 2005) Kebutuhan besi yang dibutuhkan setiap harinya untuk menggantikan zat besi yang hilang dari tubuh dan untuk pertumbuhan ini bervariasi, tergantung dari umur, jenis kelamin. Kebutuhan meningkat pada bayi, remaja, wanita hamil, menyusui serta wanita menstruasi. Oleh karena itu kelompok tersebut sangat mungkin menderita defisiensi besi jika terdapat kehilangan besi yang disebabkan hal lain maupun kurangnya intake besi dalam jangka panjang.(Hoffbrand AV, et al, 2005,hal 25-34).

Pencegahan AnemiaSejauh ini ada empat pendekatan dasar pencegahan anemia defisiensi besi, yaitu pemberian tablet atau suntikan zat besi. Supelementasi diberikan selama 3-4 bulan untuk meningkatkan kadar hemoglobin , karena umur sel darah merah hanya sekitar 120 hari. Selama 120 hari maka 1/20 sel eritrost hasrus diganti setiap hari atau tubuh memerlukan 20 mg zat gizi besi per hari. Tubuh tidak dapat menyerap zat besi dari makan sebanyak itu setiap hari, maka suplementasi zat besi tablet dapat dilakukan untuk mengoreksi keadaan anemia gizi besi (Arisman 2008)Konsumsi makanan yang adekuat dapat membantu asupan zat gizi meningkat dari berbagai sumber bahan makanan. Bahan makanan dengan bio availibity yang tinggi dapat membantu penyerapan zat gizi besi dalam tubuh serta dibantu dengan makanan yang membantu penyerapannya seperti konsumsi Vitamin C, serta tidak mengonsumsi makanan penghambat penyerapan zat gizi besi seperti bahan makanan yang mengandung zat bioaktif tannin dan kafein dari kopi, coklat, dan teh. Pengawasan penyakit infeksi dan pengobatan yang efektif dan tepat waktu dapat mengurangi dampak gizi yang tidak dinginkan, serta mengawasi penggunaan obat kelompok antasida yang mengganggu penyerapan zat gizi besi.Konsumsi bahan makanan kaya akan protein, zat besi dan asam folatyang diperoleh dari makanan hewani sperti daging, hati, dan telur baik, karena banyak mengandung zat besi, vitamin A, dan mineral lainnya. Kacang-kacangan, gandum/beras yang masih ada kulit arinya, beras merah, dan sereal merupakan bahan tanaman yang kaya protein nabati dan kandungan asam folat atau vitamin B lainnya. Sayuran hijau, bayam, kangkung, jeruk dan berbagai buah-buahan kaya akan mineral baik zat besi maupun zat lain yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk sel darah merah dan hemoglobin (Madiun 2009).Fortifikasi makanan yang banyak dikonsumsi dan yang diproses secara terpusat merupakan inti pengawasan anemia di berbagai negara. Fortifikasi makanan merupakan salah satu cara terampuh dalam pencegahan defisiensi zat besi. Di negara industri, produk makana fortifikasi yang lazim adalah tepung gandum serta roti makanan yang terbuat dari jagung dan bubur jagung. Di negara sedang berkembang lain telah dipertimbangkan untuk memfortifikasi garam, gula, beras dan saus ikan (Arisman 2008)

Metabolisme FeMetabolisme besi terutama ditujukan untuk pembentukan hemoglobin. Sumber utama untuk reutilisasi terutama bersumber dari hemoglobin eritrosit tua yang dihancurkan oleh makrofag sistem retikuloendotelial. Pada kondisi seimbang terdapat 25 ml eritrosit atau setara dengan 25 mg besi yang difagositosis oleh makrofag setiap hari, tetapi sebanyak itu pula eritrosit yang akan dibentuk dalam sumsum tulang atau besi yang dilepaskan oleh makrofag ke dalam sirkulasi darah setiap hari. Besi dari sumber makanan yang diserap duodenum berkisar 12 mg, sebanyak itu pula yang dapat hilang karena deskuamasi kulit, keringat, urin dan tinja.Besi plasma atau besi yang beredar dalam sirkulasi darah terutama terikat oleh transferin sebagai protein pengangkut besi. Kadar normal transferin plasma ialah 250 mg/dl. Total besi yang terikat transferin ialah 4 mg atau hanya 0,1% dari total besi tubuh.7Sebanyak 65% besi diangkut transferin ke prekursor eritrosit di sumsum tulang yang memiliki banyak reseptor untuk transferin. Sebanyak 4% digunakan untuk sintesis mioglobin di otot, 1% untuk sintesis enzim pernafasan seperti sitokrom C dan katalase. Sisanya sebanyak 30% disimpan dalam bentuk feritin dan hemosiderin. Kompleks besi transferin dan reseptor transferin masuk ke dalam sitoplasma prekursor eritrosit melalui endositosis. Sebanyak 8090% molekul besi yang masuk ke dalam prekursor eritrosit akan dibebaskan dan reseptor transferin akan dipakai lagi, sedangkan transferin akan kembali ke dalam sirkulasi. Besi yang telah dibebaskan dari endosom akan masuk ke dalam mitokondria untuk diproses menjadi hem setelah bergabung dengan protoporfirin, sisanya tersimpan dalam bentuk feritin. Sejalan dengan maturasi eritrosit, baik reseptor transferin maupun feritin akan dilepas ke dalam peredaran darah. Feritin segera difagositosis makrofag di sumsum tulang dan setelah proses hemoglobinisasi selesai eritrosit akan memasuki sirkulasi darah. Ketika eritrosit berumur 120 hari akan difagositosis makrofag sistem retikuloendotelial terutama yang berada di limpa. Sistem tersebut berfungsi terutama melepas besi ke dalam sirkulasi untuk reutilisasi. Proses penghancuran eritrosit di limpa, hemoglobin dipecah menjadi hem dan globin. Molekul besi ini dilepaskan ke dalam sirkulasi, yang selanjutnya berikatan dengan transferin bila tidak segera dilepas. Maka molekul besi akan masuk jalur fase lanjut yang akan diproses untuk disimpan oleh apoferitin sebagai cadangan besi tubuh. Kemudian dilepas ke dalam sirkulasi setelah beberapa hari melalui laluan lambat (the slower pathway).Penglepasan besi dari makrofag tidak berjalan secara langsung, tetapi melalui proses oksidasi di permukaan sel agar terjadi perubahan bentuk ferro menjadi ferri, sehingga dapat diangkut oleh transferin plasma. Reaksi oksidasi tersebut dikatalisasi oleh seruloplasmin. Kecepatan pelepasan besi ke dalam sirkulasi oleh makrofag lebih cepat terjadi pada pagi hari (Muhammad dan Sianipar 2005).

Inhibitor dan enhancer FeAdanya interaksi besi, asam folat dan vitamin B12 dalam tubuh sehingga dapat mempengaruhi metabolisme dalam tubuh. Seperti diketahui bahwa besi dan asam folat dapat meningkatkan metabolisme, demikian juga besi dengan vitamin B12 dapat meningkatkan metabolisme namun cobalt dalam vitamin B12 jika berinteraksi dengan besi dapat menurunkan absorpsi. Dalam beberapa penelitian vitamin C juga dapat meningkatkan absorpsi besi dan menghambat efek dari fitat dan tanin.Vitamin B12 mendukung metabolisme asam folat dalam bentuk aktif. Tidak adanya factor intrinsik (sel-sel parietal pada kelenjar lambung yang menyekresi glikoprotein) sehingga vitamin B12 tidak dapat diabsorpsi oleh usus. Di samping itu asam folat bersama dengan vitamin B12 dan B6 serta vitamin B2 berperan penting dalam metabolisme homosistein methionin (Muwakhidah 2009)

Aplikasi dalam Ilmu GiziAplikasi percobaan praktikum kadar hemoglobin dengan metode cyanmethemoglobin ini dalam ilmu gizi dapat mengetahui kadar hemoglobin dan kemungkinan anemia defisiensi besi, asam folat, dan vitamin B12. Hal ini dari sudut pandang gizi dapat dijadikan sebagai acuan untuk menentukan diet makanan terutama dalam bahan pangan yang mengandung sumber Fe, asam folat, dan vitamin B12 atau bahan makanan sumber Fe dan pendukung penyerapannya di dalam tubuh agar jumlah yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Arisman. 2008. Gizi Dalam Daur Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): EGC.Kartamihardja, E. 2005. Anemia defisiensi besi. Jurnal Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.Medhat, M. E. 2014. A new method for detecting hemoglobin directly in whole blood using photon attenuation techniques. J Radioanal Nucl Chem. 300:1.437-443.Mehta A, Hoffbrand AV. 2000. Hematology at Glance. London (UK): Blackwell science Ltd.Muhammad A, Sianipar O. 2005. Penentuan defisiensi besi anemia penyakit kronis menggunakan peran indeks sTfR-F. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory. 12(1):1-6.9-15.Muwakhidah. 2009. Efek suplementasi Fe, asam folat, dan vitamin B12 terhadap peningkatan kadar hb pada pekerja wanita [Thesis]. Semarang (ID):Universitas Dipenogoro.Pearce, E. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta (ID):PT. Gramedia Pustaka Utama.Shinta, A. 2005. Hubungan antara kadar hemoglobin dengan prestasi belajar siswi smp negeri 25 semarang [Skripsi]. Semarang (ID):Universitas Negeri Semarang.Syuyuti T, Kamaluddin R, & Rosyadi I. 2012. Perbedaan kadar Hemoglobin pada mahasiswa universitas jenderal soedirman yang melakukan olahraga futsal pada siang hari dan malam hari [Skripsi]. Purwokerto (ID):Universitas Jenderal Soedirman.Widayanti, Sri. 2008. Analisis kadar hemoglobin pada anak buah kapal pt. Salam pacific indonesia lines di belawan tahun 2007 [Skripsi]. Medan (ID):Universitas Sumatera Utara.Sacher RA. MC Pherson RA. 2000. Widmans Clinical Interpretation of Laboratory Tests. Philadelphia (US): FA Davis Company.Sekartaji A, J. 2011. Perbedaan kadar hemoglobin metode semi kuantitatif (cuso4) dan kuantitatif (cyanmethemoglobin) [Karya Tulis Ilmiah]. Semarang (ID):Universitas Muhammadiyah Semarang.