tirta empul tampaksiring

Embed Size (px)

DESCRIPTION

objek wisata tirta empuls

Citation preview

TUGAS ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASARObjek Wisata Pura Tirta Empul di Kecamatan Tampaksiring

Oleh I Dewa Nyoman Alit Purnata1309005055A

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANADENPASAR2015

Objek Wisata Pura Tirta EmpulTampak Siring, nama sebuah kecamatan di kabupaten Gianyar, luas dari wilayah kecamatan Tampak Siring, sebesar 42,63 kilometer persegi. Jika anda berangkat dari airport Ngurah Rai Denpasar, maka anda perlu waktu satu jam lima belas menit, untuk ke tempat wisata di Tampak Siring ini dengan mobil. Tampaksiring merupakan suatu desa yang terkenal dengan objek wisata beserta akan kerajinannya, di tampaksiring banyak terdapat objek wisata seperti: a. Gunung Kawi

b. Istana Negara Tampak Siring

c. Pura Tirta Empul

Dalam hal ini saya Mengangkat Pura Tirta Empul Sebagai Objek wisata yang ada di daerah saya dan sebagai salah satu tugas dalam Matakuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Pura Tirta Empul merupakan salah satu situs peninggalan sejarah di Bali khususnya Gianyar. Oleh karena itu pula, presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno mendirikan sebuah Istana Presiden tepat di sebelah barat Pura Tirta Empul, Tampak Siring. Para presiden Indonesia yang datang ke Bali biasanya menyempatkan diri singgah ke Istana Presiden Tampak Siring tersebut. Saat ini pura Tirta Empul dan lokasi tempat melukat tersebut merupakan salah satu lokasi wisata unggulan di kabupaten Gianyar. Secara etimologi, Tirta Empul berarti air suci yang menyembul keluar dari tanah. Air tersebut kemudian mengalir ke sungai Pakerisan. Sumber air ini kerap digunakan untuk Upacara Melukat oleh ribuan penduduk Bali dengan makna sebagai perlambang pembersihan manusia dari berbagai hal-hal negatif.Berdasarkan situs Parisada, pemandian Tirta Empul dibangun pada Sasih Kapal tahun Icaka 884 atau sekitar 962 Masehi pada zaman pemerintahan Raja Sri Candrabhaya Singha Warmadewa. Sementara Pura Tirta Empul sendiri dibangun pada zaman Raja Masula Masuli, sesuai dengan yang tertoreh dalam lontar Usana Bali. Menurut prasasti Sading, Raja Masula Masuli berkuasa pada tahun Icaka 1100 atau 1178 Masehi. Seperti pura lainnya di Bali, Pura Tirta Empul terdiri dari tiga bagian, Jaba Pura (Halaman Muka), Jaba Tengah (Halaman Tengah), dan Jeroan (Halaman Dalam). Pada Jaba Tengah terdapat dua kolam persegi panjang yang memiliki 30 buah pancuran, berderet dari Timur ke Barat menghadap ke Selatan. Masing masing pancuran itu menurut tradisi mempunyai nama tersendiri diantaranya pancuran Pengelukatan, Pebersihan, Sudamala, dan Pancuran Cetik (Racun).

Sejarah Pura Tirta EmpulSejarah tentang Tirta Empul terkait erat dengan mitologi pertempuran Mayadenawa Raja Batu Anyar (Bedahulu) dengan Bhatara Indra. Dikisahkan, Raja Mayadenawa bersikap sewenang wenang dan tidak mengijinkan rakyat melaksanakan upacara keagamaan untuk memohon keselamatan dari Tuhan Yang Maha Esa. Perbuatannya diketahui para Dewa yang dipimpin oleh Bhatara Indra yang kemudian menyerang Mayadenawa. Mayadenawa kemudian melarikan diri dan sampai di sebelah utara desa Tampak Siring. Dengan kesaktiannya, ia ciptakan sebuah mata air Cetik (Racun) yang mengakibatkan banyaknya prajurit Bhatara Indra yang gugur akibat minum air tersebut. Melihat hal ini, Bhatara Indra segera menancapkan tombaknya dan memancarkan air keluar dari tanah (Tirta Empul). Air suci inilah yang kemudian digunakan untuk memerciki para Dewa sehingga tak lama kemudian mereka bisa hidup lagi seperti sedia kala. Itu merupakan singkat sejarah dari pura tirte empul.

Manfaat dari Tirta Empul Seagai Objek WisataPura Tirta Empul selain sebagai tempat suci juga dimanfaatkan sebagai modal pengembangan pariwisata, merupakan suatu proses komodifikasi, yaitu dalam posisinya sebagai bagian dari sistem pembangunan daerah. Untuk itu, proses tersebut dapat dijelaskan dengan teori komodifikasi, karena ada upaya secara sengaja dan penuh kesadaran untuk menjadikan produk budaya tersebut menjadi barang dagangan yang siap dijual bagi wisatawan. Pura Tirta Empul dalam konteks pariwisata global merujuk dan mengarah pada ideologi pasar. Hal ini terjadi karena ada kesempatan dan peluang, sehingga masyarakat pemilik kebudayaan Pura Tirta Empul termotivasi melahirkan kreativitas dalam menyambut pasar peradaban masyarakat global, seperti industri pariwisata yang berciri kekuatan kapitalisme dibidang ekonomi. Pura Tirta Empul yang semula merupakan tempat suci, kemudian merambah, dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata. Kedua sisi itu tampak berlawanan, tetapi berjalan berdampingan saling melengkapi dan memperkokoh eksistensi masing-masing. Sekat yang menjadikan Pura Tirta Empul sebagai tempat suci dan daya tarik wisata dibangun oleh kebiasaan atau pengalaman manusia yang sifatnya ritual dan kepentingan praktis untuk memperoleh keuntungan ekonomi. Manfaat positif pariwisata bagi masyarakat Tampak Siring pada umumnya, antara lain adalah meningkatkan lapangan usaha, meningkatnya lapangan kerja, meningkatnya pendapatan masyarakat, dan mendorong pertumbuhan sektor perdagangan. Masyarakat Desa Manukaya dan sekitarnya sangat merasakan manfaat positif pariwisata tersebut. Hal ini memberi inspirasi kepada sebagian penduduk untuk membuka kios yang menjual makanan, minuman dan cenderamata di sekitar areal Pura Tirta Empul (Ardika, 2007).

Daftar PustakaArdika, I Wayan. 2007. Pusaka Budaya dan Pariwisata. Denpasar : Pustaka Larasan.Atmaja, Nengah Bawa. 2008. Ideologi Tri Hita Karana Noeliberalisme = Vilanisasi Radius Suci Pura (Perspektif Kajian Budaya) Dalam Dinamika Sosial Masyarakat Bali. Denpasar : Fakultas Sastra Unud.Setiawan, I Ketut. 2011. Pusaka Budaya Tirta Empul dan Pengembangan Pariwisata. Denpasar : Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia. Diakses tanggal 19 februari 2015