Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (SNHP)-VII LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PGRI SEMARANG SEMARANG, 26 OKTOBER 2017
862
PEMBELAJARAN BAHASA JAWA DI SEKOLAH DASAR
Titik Haryati1, Oktaviani Adhi Suciptaningsih
2, Suwarno Widodo
3
[email protected], [email protected]
3
FPIPSKR UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
Abstrak
Bahasa Jawa merupakan salah satu mata pelajaran muatan lokal di sekolah dasar (SD). Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan pembelajaran bahasa Jawa di SD dan menganalisis arti penting pembelajaran bahasa Jawa pada siswa SD.
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus. Lokasi penelitian di SD N 2 Sukorejo
(Kabupaten Kendal) dan SD N 2 Sekaran (Kota Semarang). Subyek penelitian terdiri dari siswa dan guru kelas V SD N 2
Sukorejo, sejumlah 29 siswa dan 1 orang guru dan siswa dan guru kelas V SD 2 Sekaran sejumlah 27 siswa dan 1 orang guru.
Informan terdiri dari Kepala UPTD Kecamatan Gunungpati, Kepala SD N 2 Sekaran, dan Dosen Pendidikan Bahasa Jawa
UPGRIS. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi partisipatif pasif, indept interview, dokumen dan angket. Sedangkan
teknik analisis data menggunakan teknik Miles dan Huberman. Teknik validitas data menggunakan triangulasi data. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa Jawa pada siswa kelas V SD dilakukan selama 2 jam pelajaran per minggu.
Materi yang diajarkan adalah bahasa Jawa, cerita wayang, aksara Jawa, legenda, geguritan dan tembang macapat. Kendala yang
dialami guru adalah guru tidak mempunyai ketrampilan yang memadai mengenai tembang macapat sehingga kesulitan dalam
menyanyikan tembang macapat, sedangkan kesulitan siswa adalah mempelajari kosakata bahasa Jawa, kesulitan dalam menghafal
huruf Jawa, dan kesulitan dalam menyanyikan tembang macapat. Arti penting pembelajaran Bahasa Jawa pada siswa SD adalah
sebagai media pendidikan karakter bagi siswa dan melestarikan budaya Jawa.
Kata Kunci: Pembelajaran, Bahasa Jawa, Sekolah Dasar
Abstract
Java language is one of the local content subjects in primary school. The purpose of this research is to describe the learning of
Java language in primary school and analyze the importance of learning Java language in primary school students. This research
belongs to descriptive qualitative research with case study method. Research location at SD N 2 Sukorejo (Kendal Regency) and
SD N 2 Sekaran (Semarang City). The subjects of the study consisted of students and teachers of grade V SD N 2 Sukorejo, a
number of 29 students and 1 teacher and students and V grade teacher SD 2 Sekaran a number of 27 students and 1 teacher. The
informants consisted of Head of UPTD Gunungpati, Head of SD N 2 Sekaran, and Lecturer of Java Language Education UPGRIS.
Data collection techniques used passive participative observation, indept interviews, documents and questionnaires. While the
technique of data analysis using Miles and Huberman techniques. The technique of data validity using data triangulation. The
results showed that the learning of Java language in grade V SD students was conducted for 2 hours lessons per week. The
material taught is Javanese, puppet story, Javanese script, legend, geguritan and tembang macapat. Constraints experienced by
teachers is that teachers do not have adequate skills about tembang macapat so difficult to sing tembang macapat, while the
difficulty of students is to learn the vocabulary of Java language, difficulty in memorizing the letters Java, and difficulties in
singing tembang macapat. The importance of learning Java language in primary students is as a medium of character education
for students and preserving Javanese culture.
Keywords: Learning, Javanese Language, Primary School
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (SNHP)-VII LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PGRI SEMARANG SEMARANG, 26 OKTOBER 2017
863
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan salah satu bentuk
manifestasi budaya yang merepresentasi pola pikir
masyarakat pendukungnya. Di Indonesia, bahasa
Jawa merupakan bahasa yang paling banyak
digunakan oleh masyarakat sebagai bahasa
keseharian (vernacular). Jumlah penutur bahasa Jawa
di dunia mencapai 75,6 juta jiwa (Laksono, 2009).
Bahasa Jawa terdiri dari bahasa Jawa ragam “Ngoko”
dan bahasa Jawa ragam “Krama”. Penggunaan
bahasa Jawa ragam “Ngoko” dan bahasa Jawa ragam
“ Krama” bergantung pada lawan bicara, yakni dalam
arti dengan siapa berbicara, dilihat dari segi umur dan
strata sosial. Bahasa Jawa merupakan salah satu
bagian dari budaya Jawa yang penting dan bersifat
adiluhung (Hartanti, 2012; Kurniawan, 2013).
Bahasa Jawa merupakan bahasa yang unik karena
mengandung nilai-nilai kesopanan, keramahan, dan
penghormatan masyarakat Jawa. Masyarakat Jawa
menganut nilai-nilai merendahkan diri sendiri dan
meninggikan orang lain karena dalam kepercayaan
masyarakat tinggi hati hanya akan membawa dampak
buruk bagi diri sendiri. Nilai-nilai ini dapat dilihat
dalam variasi bahasa Jawa ragam “Krama”, dimana
ragam ini digunakan dalam komunikasi terhadap
orang yang lebih tua dan kepada orang lain.
Akan tetapi penggunaan bahasa Jawa terutama
bahasa Jawa ragam “Krama” pada saat ini sudah
semakin tergeser terutama di kalangan generasi
muda. Ada banyak hal yang menyebabkan
pergeseran ini diantaranya disebabkan oleh seringnya
para penutur bahasa Jawa menggunakan bahasa Jawa
Ngoko dalam komunikasi sehari-hari, perkembangan
media informasi, pembelajaran bahasa daerah yang
semakin tergeser, dan lingkungan yang semakin tidak
kondusif dalam mempertahankan penggunaan bahasa
Jawa. Pergeseran penggunaan bahasa Jawa ragam
“Krama” ini juga mengindikasikan adanya
pergeseran nilai-nilai yang dianut oleh generasi muda
masyarakat Jawa (Khazanah, 2012; Untari, 2016).
Untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam
melestarikan bahasa Jawa agar tidak punah. Di
Provinsi Jawa Tengah, upaya tersebut dilakukan
dengan memasukkan Bahasa Jawa sebagai mata
pelajaran muatan lokal wajib yang ada di Sekolah
Dasar (SD). Berikut merupakan sejumlah peraturan
perundang-undangan yang dapat digunakan sebagai
dasar pelaksanaan pembelajaran Bahasa Jawa di
sekolah:
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 37 dinyatakan bahwa “Kurikulum pendidikan
dasar dan menengah wajib memuat pendidikan agama;
pendidikan kewarganegaraan; bahasa; matematika; ilmu
pengetahuan alam; ilmu pengetahuan sosial; seni dan
budaya; pendidikan jasamani dan olahraga;
keterampilan/ kejuruan; dan muatan lokal”. Sedangkan
bahan kajian bahasa mencakup Bahasa Indonesia,
Bahasa Daerah, dan Bahasa Asing dengan
pertimbangan bahwa Bahasa Indonesia merupakan
bahasa nasional; Bahasa Daerah merupakan bahasa ibu
peserta didik; dan Bahasa Asing terutama Bahasa
Inggris merupakan bahasa internasional yang sangat
penting kegunaannya di dalam pergaulan masyarakat
global.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang
Negara, serta Lagu Kebangsaan pada Pasal 42
dinyatakan bahwa “Pemerintah daerah wajib
mengembangkan, membina, dan melindungi bahasa dan
sastra daerah agar tetap memenuhi kedudukan dan
fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat sesuai
dengan perkembangan zaman dan agar tetap menjadi
bagian dari kekayaan budaya Indonesia.
Keputusan Konggres Bahasa Jawi VI Tanggal
8-12 November 2016 merekomendasikan beberapa hal
diantaranya adalah bahwa pembelajaran bahasa Jawa
yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan diberikan di
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-
Kanak, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
Isi kurikulum bahasa Jawa sebagai muatan-lokal-wajib
layak dan perlu ditinjau kembali sesuai dengan kondisi
pemakaian bahasa Jawa di masyarakat saat ini;
Pembelajaran bahasa Jawa perlu difokuskan pada
berbahasa Jawa krama alus.
Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 57
Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2012
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (SNHP)-VII LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PGRI SEMARANG SEMARANG, 26 OKTOBER 2017
864
tentang Bahasa, Sastra, dan Aksara Jawa Pasal 5
dinyatakan bahwa pembinaan bahasa, sastra dan
aksara Jawa dilaksanakan di satuan pendidikan
formal pada SD/MI/SDLB/ Paket A, SMP/MTs/
SMPLB/ Paket B, SMA/ MA/ SMALB, SMK/ MAK/
Paket C dan sederajat; Pelaksanaan mata pelajaran
Bahasa Jawa di satuan pendidikan. secara terpisah/
berdiri sendiri sebagai ata pelajaran; Jam pelajaran
Bahasa Jawa dialokasikan dalam struktur kurikulum
satuan pendidikan; Alokasi waktu pelajaran Bahasa
Jawa sekurang-kurangnya 2 (dua) jam pelajaran
setiap minggu, pada setiap tingkatan kelas.
Keputusan Kepala Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Tengah No. 423.5/ 14995 Tanggal 4
Juni 2014 tentang Kurikulum Mata Pelajaran
Muatan Lokal Bahasa Jawa untuk SD/SDLB/MI,
SMP/SMPLB/MTs, SMA/SMALB/MA dan SMK
Negeri dan Swasta di Provinsi Jawa Tengah, yang
kemudian ditindaklanjuti dengan edaran Kepala
Dinas Provinsi Jawa Tengah No. 423.5/ 15322 yang
menyatakan bahwa dalam rangka pelaksanaan
kurikulum muatan lokal Bahasa Jawa sebagai muatan
lokal wajib di Provinsi Jawa Tengah diharapkan
dapat menyosialisasikan dokumen kurikulum 2013
kepada satuan pendidikan SD/SDLB/MI,
SMP/SMPLB/MTs dan SMA/SMALB/MA dan
SMK; melaksanakan kurikulum muatan lokal Bahasa
Jawa 2 (dua ) jam setiap minggu secara terpisah
sebagai mata pelajaran yang dialokasikan dalam
struktur kurikulum 2013.
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2012 tentang Bahasa, Sastra dan
Aksara Jawa Pasal 7 dinyatakan bahwa “Bahasa Jawa
mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut : sarana
komunikasi dalam keluarga dan masyarakat di
daerah; sarana pengungkapan dan pengembangan
sastra dan budaya Jawa dalam bingkai ke-Indonesia-
an; pembentuk kepribadian dan peneguh jatidiri suatu
masyarakat di daerah; sarana pemerkaya kosa kata
bahasa Indonesia dan wahana pendukung dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
daerah”.
Sedangkan dalam pasal 8 dinyatakan bahwa
“Sastra Jawa mempunyai fungsi-fungsi sebagai
berikut :
Sarana untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat agar dapat mahami nilai-nilai seni dan
budaya di daerah; sumber kearifan budaya lokal untuk
didayagunakan dalam pembangunan watak dan karakter
bangsa; sumber tata nilai budaya di daerah sebagai
masukan muatan lokal dalam proses pendidikan dan
pembelajaran di sekolah; sumber tata nilai sosial dan
kearifan budaya lokal di daerah untuk
didayagunakandalam pembinaa dan pengembangan
kebudayaan nasional. Fungsi bahasa Jawa antara lain:
bahasa Jawa adalah bahasa budaya di samping
berfungsi komunikatif juga berperan sebagai sarana
perwujudan sikap budaya yang sarat dengan nilai-nilai
luhur; sopan santun berbahasa Jawa berarti mengetahui
akan batas-batas sopan santun, mengetahui cara
menggunakan adat yang baik dan mempunyai rasa
tanggungjawab untuk perbaikan hidup bersama, dan
agar mencapai kesopanan yang dapat menjadi hiasan
diri pribadi seseorang, maka syarat yang harus
ditempuh adalah sebagai berikut: pandai menegangkan
perasaan orang lain di dalam pergaulan, pandai
menghormati kawan maupun lawan, dan pandai
menjaga tutur kata, tidak kasar, dan tidak menyakiti hati
orang lain (Sabdwara dalam Supartinah, 2010: 24).
Aksara Jawa mempunyai fungsi-fungsi sebagai
berikut: sarana untuk penulisan sastra Jawa sebagai
sumber tata nilai budaya di daerah yang memiliki
keunggulan; sarana ekspresi dan apresiasi dalam
beraksara yang memiliki nilai-nilai estetika; dan sarana
pembentukan karakter dan peneguhan jatidiri suatu
daerah.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
pembelajaran bahasa Jawa di SD dan menganalisis arti
penting pembelajaran bahasa Jawa di pada siswa SD.
METODE Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian
kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menggunakan metode postpositivistik karena
berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Sedangkan
studi kasus adalah penelitian yang terfokus pada suatu
kasus tertentu (bisa berupa tunggal/ jamak, individu/
kelompok) untuk diamati dan dianalisis secara cermat
sampai tuntas sehingga diperoleh kesimpulan yang
akurat (Sutedi, 2009: 61). Dalam hal ini kasus yang
diamati adalah proses pembelajaran bahasa Jawa pada
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (SNHP)-VII LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PGRI SEMARANG SEMARANG, 26 OKTOBER 2017
865
siswa kelas V SD. Lokasi penelitian di SD N 2
Sukorejo (Kabupaten Kendal) dan SD N 2 Sekaran
(Kota Semarang). Subyek penelitian terdiri dari siswa
dan guru kelas V SD N 2 Sukorejo, sejumlah 29
siswa dan 1 orang guru dan siswa dan guru kelas V SD
2 Sekaran sejumlah 27 siswa dan 1 orang guru.
Informan terdiri dari Kepala
UPTD Kecamatan Gunungpati, Kepala SD N 2
Sekaran, dan Dosen Pendidikan Bahasa Jawa
UPGRIS. Penelitian dilakukan selama 12 bulan.
Teknik pengumpulan data menggunakan observasi
partisipatif pasif yakni peneliti datang ke dua SD
tersebut, untuk mengamati proses pembelajaran
bahasa Jawa, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan
tersebut; indept interview (wawancara mendalam
baik subyek maupun informan); dan dokumen
(berbentuk kebijakan pemerintah mengenai
pembelajaran bahasa Jawa di SD, gambar tulisan
aksara Jawa, buku ajar siswa, dll). Sedangkan teknik
analisis data menggunakan teknik Miles dan
Huberman yakni dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus, sehingga data
sudah jenuh, dengan langkah pengumpulan data,
reduksi data, display data, dan kesimpulan atau
verifikasi data. Teknik validitas data menggunakan
triangulasi data yakni mengkroscek antara data hasil
observasi, indept interview dan dokumen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembelajaran Bahasa Jawa pada Siswa Kelas V
SDN 2
Pembelajaran bahasa Jawa pada siswa kelas
V SD sesuai dengan kurikulum muatan lokal bahasa
Jawa yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Tengah memiliki kompetensi inti dan
kompetensi dasar sebagai berikut:
Tabel 1. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Muatan Lokal Bahasa Jawa Kelas V SD Semester 1
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1
. Menerima, menghargai dan menjalankan ajaran
1.1. Menerima dan bangga akan anugerah Tuhan
Yang
agama yang dianutnya
Maha Esa berupa Bahasa Jawa sebagai bahasa
Ibu
2
. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung
2.1. Menunjukkan perilaku bertanggung jawab,
santun
jawab, santun, peduli, percaya diri dan cinta
dan percaya diri dalam mengungkapkan
keinginan
tanah air dalam berinteraksi dengan keluarga, dan pendapat menggunakan bahasa Jawa.
teman, tetangga dan guru
2.2. Menunjukkan perilaku berbahasa yang santun
yang
ditunjukkan dengan ketepatan penggunaan ragam
bahasa (unggah-ungguh basa).
2.3. Menunjukkan perilaku, tindakan, dan perbuatan
yang mencerminkan kepribadian Jawa.
3
. Memahami pengetahuan faktual dan 3.1. Memahami teks pidato
konseptual dengan cara mengamati dan 3.2. Memahami teks cerita wayang Pandawa "Karna
mencoba, mendengar, melihat, membaca
serta Madeg Senopati"
menanya berdasarkan rasa ingin tahu secara
3.3. Memahami teks bacaan deskriptif tentang
peristiwa
alam dalam ragam “Ngoko”
kritis tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan
3.4. Memahami pasangan huruf Jawa (10 pasangan)
dan kegiatannya, dan benda-benda yang
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (SNHP)-VII LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PGRI SEMARANG SEMARANG, 26 OKTOBER 2017
866
dijumpainya di rumah, sekolah dan tempat
bermain.
4
. Menyajikan pengetahuan faktual dan 4.1. Membuat dan menyajikan teks pidato sederhana
konseptual dalam bahasa yang jelas, logis
dan dengan ragam “Krama”.
sistematis, dalam karya yang estetis dalam
4.2. Menyampaikan tanggapan tentang isi cerita
wayang
gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan "Karna Madeg Senapati" dengan ragam “Krama”
4.3. Menulis karangan deskriptif tentang peristiwa
alam
dalam tindakan yang mencerminkan perilaku
dengan ragam bahasa “Ngoko” dan
anak beriman dan berakhlak mulia
menyampaikannya secara lisan dengan membaca
nyaring.
4.4. Membaca dan menulis kalimat berhuruf Jawa
menggunakan pasangan huruf Jawa (10
pasangan)
Tabel 2. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Muatan Lokal Bahasa Jawa Kelas V SD Semester 2
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR
1
. Menerima, menghargai dan menjalankan ajaran
1.1. Menerima dan bangga akan anugerah Tuhan
Yang
agama yang dianutnya
Maha Esa berupa Bahasa Jawa sebagai bahasa
Ibu.
1.2. 1.2 Mensyukuri anugerah Tuhan Yang Maha Esa
berupa bahasa Jawa sebagai jati diri,
1.3. sarana mendekatkan diri kepada Sang Pencipta,
menghormati dan menghargai ajaran agama yang
dianutnya.
2
. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung
2.1. Menunjukkan perilaku bertanggung jawab,
santun
jawab, santun, peduli, percaya diri dan cinta
dan percaya diri dalam mengungkapkan
keinginan
tanah air dalam berinteraksi dengan keluarga, dan pendapat menggunakan bahasa Jawa.
teman, tetangga dan guru
2.2. Menunjukkan perilaku berbahasa yang santun
yang
ditunjukkan dengan ketepatan penggunaan ragam
bahasa (unggah-ungguh basa).
2.3. Menunjukkan perilaku, tindakan, dan perbuatan
yang mencerminkan kepribadian Jawa.
3
. Memahami pengetahuan faktual dan konseptual 3.1. Memahami tembang Pangkur
dengan cara mengamati dan mencoba 3.2. Memahami cerita legenda
(mendengar, melihat, membaca) serta
menanya 3.3. Memahami teks cerita wayang "Srikandhi Madeg
berdasarkan rasa ingin tahu secara kritis Senapati"
3.4. Memahami pasangan huruf Jawa (20 pasangan)
tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (SNHP)-VII LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PGRI SEMARANG SEMARANG, 26 OKTOBER 2017
867
dijumpainya di rumah, sekolah dan tempat
bermain.
4
. Menyajikan pengetahuan faktual dan 4.1. Membaca indah geguritan
konseptual dalam bahasa yang jelas, logis
dan 4.2. Menceritakan kembali teks cerita legenda dengan
sistematis, dalam karya yang estetis dalam ragam bahasa “Krama”
gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan 4.3. Menceritakan kembali teks cerita wayang
"Srikandhi Madeg Senapati"dengan ragam
dalam tindakan yang mencerminkan perilaku
“Krama”
anak beriman dan berakhlak mulia
4.4. Membaca dan menulis kalimat huruf Jawa
menggunakan pasangan huruf Jawa (20
pasangan)
Sesuai dengan tabel di atas materi
pembelajaran bahasa Jawa pada siswa kelas V SD
meliputi bahasa Jawa, cerita wayang, aksara Jawa,
legenda, geguritan dan tembang macapat. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa
Jawa di SD belum sepenuhnya sesuai dengan
kurikulum yang berlaku. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor, yakni: (1) keterbatasan informasi
yang diperoleh guru berkaitan dengan kurikulum
muatan lokal bahasa Jawa sebagaimana telah
dijelaskan dalam edaran Kepala Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Tengah; (2) belum adanya buku ajar
yang baku, sehingga para guru menggunakan buku
ajar seadanya; dan (3) minimnya media yang dapat
digunakan dalam pembelajaran bahasa Jawa.
Hasil indept interview menunjukkan bahwa
terdapat kendala dalam pembelajaran bahasa Jawa
pada siswa kelas V SD baik dari pihak guru maupun
pihak siswa. Kendala dari pihak guru adalah bahwa
tidak semua guru menguasai materi yang ada dalam
muatan lokal bahasa Jawa, seperti pada materi
tembang Macapat. Secara teori guru dapat
mempelajari dari buku ajar yang digunakan. Tetapi
tidak semua guru mempunyai skill nembang
macapat. Sehingga pada pelaksanaannya sering kali
pada materi tersebut guru meminta bantuan guru
kelas lain yang mempunyai skill tembang
macapatuntuk mengajar. Sedangkan kendala dari
pihak siswa diantaranya (1) kesulitan dalam
mempelajari kosakata bahasa Jawa, (2) kesulitan
dalam menghafal huruf/ aksara Jawa, dan (3)
kesulitan dalam menyanyikan tembang macapat.
Kesulitan dalam mempelajari kosakata bahasa
Jawa dikarenakan bahasa Jawa sendiri mempunyai
istilah-istilah khusus dimana meskipun maknanya
sama, tetapi istilah yang digunakan bisa berbeda,
bergantung pada siapa lawan bicara. Seperti yang
terjadi pada saat KBM bahasa Jawa di kelas V SD N
Sekaran, siswa kebingungan ketika diminta guru
meng-Krama-kan kalimat : “Bapak uwis mangan”.
Yang seharusnya “Bapak sampun dahar”, tetapi
siswa tersebut mengatakan “Bapak sampun maem”.
Istilah “mangan”, “dahar”, dan “maem” sebenarnya
mempunyai makna yang sama, tetapi karena
subyeknya adalah orang yang lebih tua dari siswa
sehingga menggunakan istilah yang lebih halus.
Dalam halini penguasaan siswa dalam istilah-istilah
bahasa “Krama” masih sangat sedikit. Meskipun
bahasa Jawa merupakan bahasa yang digunakan
dalam berkomunikasi sehari-hari pada siswa.
Kesulitan dalam menghafal huruf/ aksara Jawa
bagi siswa disebabkan banyaknya huruf Jawa dan
pasangannya dengan bentuk yang belum familiar.
Seperti yang terlihat dalam gambar berikut:
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (SNHP)-VII LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PGRI SEMARANG SEMARANG, 26 OKTOBER 2017
868
Gambar 1. Huruf/ Aksara Jawa
Sumber: https://melatiarumsari.wordpress.com/2008/08/13/aksara-jawahanya-pengingat-saja/
Siswa diharapkan tidak hanya dapat menghafal huruf/
aksara Jawa tetapi juga merangkai huruf/aksara Jawa
tersebut dalam sebuah kalimat, misalnya seperti contoh
di bawah ini:
Gambar 2. Contoh Kalimat dengan Menggunakan Huruf/ Aksara Jawa
Sumber: https://www.google.co.id/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fassets.kompasiana.com
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (SNHP)-VII LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PGRI SEMARANG SEMARANG, 26 OKTOBER 2017
869
Gambar 3. Siswa Belajar Nulis Jawa
Sumber : Dokumentasi Peneliti
Berdasarkan angket, terdapat 14 orang siswa
kelas V SD N 2 Sukorejo tidak bisa menulis
huruf/aksara Jawa dan 22 orang siswa kelas V SD N 2
Sekaran tidak bisa menulis huruf/aksara Jawa.
Selanjutnya adalah kesulitan dalam menyanyikan
tembang macapat. Tembang macapat adalah puisi
tradisional Jawa yang mempunyai aturan dalam hal
jumlah baris dalam setiap bait (“guru gatra”), jumlah
suku kata dalam setiap baris, Kinanthi, Sinom,
Asmarandana, Gambuh, (“guru wilangan”),
serta bunyi sajak akhir dalam Dandanggula, Durma,
Pangkur, Megatruh, Pocung. setiap baris (“guru
lagu”). Ada 11 tembang Contoh
tembang macapat, yakni : Maskumambang, Kinanthi,
Gambar 4. Tembang Macapat
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (SNHP)-VII LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PGRI SEMARANG SEMARANG, 26 OKTOBER 2017
870
Dalam hal ini siswa tidak hanya diminta untuk
hafal lirik tetapi juga bisa menyanyikannya. Karena
tingkat kesulitan yang begitu tinggi, maka banyak
siswa yang tidak menyukai materi ini. Karena
keterbatasan pemahaman guru mengenai materi ini
juga, terkadang guru tidak menjelaskan makna dari
tembang tersebut.
Arti Penting Pembelajaran Bahasa Jawa di SD Pembelajaran bahasa Jawa pada siswa SD
sangat penting dilakukan. Salah satunya adalah untuk
mengembangkan berbagai kemampuan siswa sesuai
dengan materi yang disampaikan oleh guru.
Pembelajaran bahasa Jawa di SD meliputi membaca,
menyimak, berbicara, dan menulis. Membaca
dilakukan untuk mengembangkan kemampuan
memahami isi bacaan, makna suatu bacaan yang
biasanya ditentukan oleh situasi dan konteks dalam
bacaan. Kegiatan menyimak hakikatnya sama dengan
kegiatan membaca, hanya saja pada kegiatan
menyimak merupakan pemahaman teks lisan.
Kegiatan menulis dilakukan
untuk mengembangkan kemampuan
mengungkapkan gagasan, pendapat, pesan dan
perasaan secara tertulis. Kegiatan berbicara diarahkan
untuk mengembangkan kemampuan mengungkapkan
gagasan, pendapat, pesan dan perasaan secara lisan
dengan menggunakan bahasa Jawa.
Selain hal tersebut di atas pembelajaran muatan
lokal Bahasa Jawa pada siswa SD mempunyai arti
penting terhadap pembentukan karakter siswa dan
pelestarian budaya daerah yang sarat akan kearifan
lokal. Effendy (2010), menyatakan bahwa keberadaan
kearifan lokal sebagai ciri khas suatu daerah
merupakan pembeda yang sangat jelas antara
komponen budaya yang satu dengan yang lain.
Kearifan lokal sebagai komponen lokal menjadi jati
diri sekaligus sebagai penegas yang dapat
mengakomodasi dan mengendalikan pengaruh luar
yang berusaha merongrong kebudayaan lokal.
Fungsi kearifan lokal, yaitu : kearifan lokal
merupakan semen pengikat berbagai bentuk
kebudayaan yang sudah ada sehingga disadari
keberadaanya ; kearifan lokal berfungsi untuk
mengantisipasi, menyaring, bahkan mentransformasikan
berbagai untuk pengaruh budaya luar sehingga sesuai
dengan ciri-ciri masyarakat lokal; kearifan lokal dengan
demikian berfungsi untuk memberikan sumbangan
terhadap kebudayaan yang lebih luas, baik nasional
maupun internasional (Ratna, 2011). Lebih lanjut Ratna
menyatakan bahwa kearifan lokal sebagai warisan budaya
hendaknya dipelihara dan dilestarikan sebab dalam
kebudayaan lokal terdapat sistem norma, pengetahuan
lokal, dan pengetahuan tradisional, yakni berbagai konsep
dan teori yang sudah digunakan oleh nenek moyang dalam
menopang keberlangsungan hidupnya.
Pembentukan karakter siswa melalui proses
pembelajaran muatan lokal bahasa Jawa didapatdari
berbagai materi yang diajarkan. Pada materi bahasa Jawa
misalnya, dalam penggunaan ragam bahasa Jawa “Ngoko”
dan “Krama” ketika berkomunikasi dengan orang lain
mengajarkan siswa untuk mengembangkan karakter
hormat, peduli, menghargai orang lain. Sedangkan dalam
materi aksara Jawa, siswa diharapkan dapat
mengembangkan karakter sabar, pantang menyerah, sebab
menulis Jawa membutuhkan ketrampilan khusus.
Sedangkan dalam materi geguritan terdapat berbagai
macam nasihat kehidupan. Begitu juga dengan tembang
macapat. Nasihat-nasihat tentang kehidupan tersebut akan
membentuk karakter siswa menjadi karakter yang baik,
berkepribadian santun dan rendah hati seperti karakter
orang Jawa pada umumnya. Karakter dan kepribadian
inilah yang nantinya akan merepresentasikan karakter
siswa sebagai masyarakat Jawa.
Geertz (1983), menyatakan bahwa pada masyarakat
Jawa terdapat prinsip kehormatan, hal ini dipelajari melalui
tiga sikap, dalam rangka menghormati orang lain, yaitu
sikap takut (wedi), malu (isin), dan segan (sungkan). Wedi,
berarti takut, baik sebagai reaksi terhadap ancaman fisik
maupun sebagai rasa takut terhadap akibat kurang enak
suatu tindakan. Suseno (1984) menyatakan bahwa untuk
pertama kalinya individu belajar merasa takut terhadap
orang yang harus dihormati, dan dipuji apabila bersikap
wedi terhadap orang asing.
Sikap kedua yang menjadi ciri masyarakat Jawa
adalah isin. Secara harafiah berarti malu. Isin dapat juga
berarti malu-malu, merasa bersalah. Suseno (1984)
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (SNHP)-VII LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PGRI SEMARANG SEMARANG, 26 OKTOBER 2017
871
menyatakan bahwa belajar merasa malu (ngerti isin)
adalah langkah pertama menuju kepribadian Jawa
yang matang. Sebaliknya, penilaian ora ngerti isin,
merupakan suatu kritik yang sangat tajam.
Pembelajaran bahasa Jawa dalam hal ini
merupakan cara menanamkan pendidikan karakter
pada siswa. Penanaman pendidikan karakter ternyata
mampu mendidik siswa menjadi individu yang unggul
dari aspek pengetahuan, cerdas secara emosional, dan
kuat dalam kepribadian (Lickona, 2006: 93;
Darmayanti & Wibowo, 2014:76). Bagi pihak
sekolah, pentingnya pelaksanaan pendidikan karakter
untuk siswa bukan hanya sekedar memenuhi tugas
dan tanggung jawab dalam rangka menjalankan
kurikulum yang telah dibebankan, akan tetapi
penanaman nilai-nilai karakter
merupakan penyeimbang atas pengetahuan yang
dimiliki oleh seorang siswa (Murniyetti, 2016).
PENUTUP
Simpulan
Pembelajaran muatan lokal bahasa Jawa pada siswa
kelas V SD N 2 Sukorejo dan pada siswa kelas V SD
N 2 Sekaran belum bisa dilakukan sesuai kurikulum
karena berbagai macam kendala. Pembelajaran
muatan lokal bahasa Jawa mempunyai arti penting
dalam pembentukan karakter siswa menjadi
masyarakat yang “Njawani” dan juga menjaga
kearifan lokal sebagai upaya melestarikan kebudayaan
Jawa.
Saran
Mengingat pentingnya peranan pembelajaran
muatan lokal bahasa Jawa pada siswa SD, maka
diperlukan cara yang efektif dan efisien agar nantinya
dapat berguna bagi keberlangsungan kehidupan siswa,
masyarakat, bangsa dan negara. Dalam hal ini
diperlukan pelatihan bagi guru agar memiliki
pengetahuan dan skill tentang berbagai materi bahasa
Jawa. Selain itu diperlukan media yang efektif dan
efisien dalam proses pembelajaran bahasa Jawa,
seperti gambar huruf/ aksara Jawa, kamus bahasa
Jawa, buku macapat, dll.
Ucapan Terima Kasih
Terimakasih kami ucapkan kepada Kemenristek Dikti yang
telah mendanai penelitian ini sehingga dapat terselesaikan
dengan baik. Terimakasih juga kami ucapkan kepada
warga SD N 2 Sukorejo Kabupaten Kendal dan warga SD
N 2 Sekaran Kota Semarang.
DAFTAR PUSTAKA
Darmayanti, S., & Wibowo, U. 2014. “Evaluasi Program
Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Kabupaten
Kulon Progo”. Jurnal Prima Edukasia. Vol. 2. No. 2.
Hal. 223-234.
Effendy, Moh. Hafid. 2010. Local Wisdom dalam Tembang
Macapat Madura. OKARA. Vol. 1. Tahun X. Mei
2015. Hal 55-72.
Hartanti, Diah Wahyu. 2012. Upaya Meningkatkan
Kemampuan Berbahasa Jawa melalui Lagu Dolanan
Anak TK B di B.A Aisyiyah Jati Mulur Sukoharjo
Tahun 2011/ 2012. Skripsi Mahasiswa Prodi PAUD
FKIP UMS.
Khazanah, Dewianti. 2012. Kedudukan Bahasa
Jawa Ragam Krama pada Kalangan Generasi
Muda: Studi Kasus di Desa Randegan
Kecamatan Dawarblandong, Mojokerto dan di
Dusun Tutul Kecamatan Ambulu, Jember.
Jurnal Pengembangan Pendidikan Volume 3
Nomor 2 Desember 2012. Hal. 1-11.
Kurniawan, Dadan A, Sariyatun, Nunuk Suryani.
2013. Kajian Nilai-Nilai Edukatif dalam
budaya Jawa sebagai Bentuk Inventarisasi dan
Transformasinya bagi Penguatan Karakter
(Studi Kasus di Lingkungan Keluarga Priyayi
di Surakarta).
jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sejarah/article/.
../1149/133.
Dokumentasi Bahasa-Bahasa Daerah di
Indonesia. Makalah pada Seminar
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (SNHP)-VII LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PGRI SEMARANG SEMARANG, 26 OKTOBER 2017
872
Internasional Bahasa dan Pendidikan Anak
Bangsa. Bandung.
Lickona, Thomas. 2006. “Eleven Principles of
Effective Character Education”. Journal of
Moral Education. Vol. 25. No. 1. Hal. 93-100.
Murniyetti, Engkizar, dan Fuady Anwar. 2016. Pola
Pelaksanaan Pendidikan Karakter terhadap
Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan
Karakter. Tahun VI. Nomor 2. Oktober 2016.
Hal. 156-166.
Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Antropologi Sastra:
Peranan Unsur-unsur Kebudayaan dalam
Proses Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Supartinah. 2010. Upaya Peningkatan
Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Siswa
Kelas VI SD dengan Model Pembelajaran
STAD dalam Role Playing. Widyaparwa.
Sutedi, Dedi. 2009. Penelitian Pendidikan Bahasa
Jepang. Bandung: Humaniora.
Untari, Dewi. 2016. Pelestarian Bahasa Jawa
Ragam Krama dalam Ranah Masyarakat di
Kabupaten Sragen. Prosiding The Third
Prasasti International Seminar “Current
Research in Linguistics”. 2-3 August 2016
Hal. 196-200. ISBN: 978-602-73498-1
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (SNHP)-VII LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PGRI SEMARANG SEMARANG, 26 OKTOBER 2017
873