35
20 Disampaikan untuk memenuhi tugas pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas XII-AV2, SMK Negeri 5 Surabaya Penyusun : M. Hilman Hasabi (11)……………(Anggota) M. Badruz Zaman (12)…………….(Anggota) M. Rizky Imandanu (13)…………..(Anggota) M. Taufiq Romadhon (14)…………(Anggota) Muhaimin M. Romadhon (15)…….(Anggota) SMK NEGERI 5 SURABAYA Tasamuh / Toleransi

Toleransi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Disampaikan untuk memenuhi tugas pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas XII-AV2, SMK Negeri 5 SurabayaPenyusun : M. Hilman Hasabi (11)……………(Ketua) M. Badruz Zaman (12)…………….(Anggota) M. Rizky Imandanu (13)…………..(Anggota) M. Taufiq Romadhon (14)…………(Anggota) Muhaimin M. Romadhon (15)…….(Anggota)SMK NEGERI 5 SURABAYA TAHUN 2011Tasamuh / Toleransi201. PendahuluanPertama-tama kami panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya , ka

Citation preview

Page 1: Toleransi

20

Disampaikan untuk memenuhi tugas pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas XII-AV2, SMK Negeri 5 Surabaya

Penyusun :

M. Hilman Hasabi (11)……………(Anggota)

M. Badruz Zaman (12)…………….(Anggota)

M. Rizky Imandanu (13)…………..(Anggota)

M. Taufiq Romadhon (14)…………(Anggota)

Muhaimin M. Romadhon (15)…….(Anggota)

SMK NEGERI 5 SURABAYA

TAHUN 2011

Tasamuh / Toleransi

Page 2: Toleransi

20

1. Pendahuluan

Pertama-tama kami panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT

karena berkat limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya , kami dapat

menyelesaikan makalah berjudul Tasamuh / Toleransi ini. Berbagai

masalah-masalah yang kami hadapi saat mengerjakan makalah ini

sangat banyak mulai dari pencarian materi, pemilihan materi,

penyusunan materi, hingga menyimpulkan makalah.

Maka dari itu kami berterima kasih kepada teman-teman sekelompok

kami yang mau bahu-membahu dan turun tangan dalam penyusunan

makalah ini, dan kami juga berterima kasih kepada Guru Pebimbing

yaitu Bapak Muslimin karena sudah mau membimbing kami dengan

kasih sayang dan tulus ikhlas sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah ini.

Kami berharap dengan menyusun makalah ini, kami dapat lebih

mengerti tentang ilmu Pelajaran Agama Islam terutama pada materi

tentang Tasamuh / Toleransi pada penerapannya dalam kehidupan

pribadi dan bermasyarakat terutama manfaat dan hikmahnya tentang

materi ini untuk bekal hidup bahagia dunia dan di akhirat. Dan bila ada

kekurangan dalam penyusunan makalah tentang Tasamuh / Toleransi

ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Islam adalah agama universal yang ajarannya ditujukan bagi umat

manusia secara keseluruhan. Inti ajarannya selain memerintahkan

penegakan keadilan dan eliminasi kezaliman, juga meletakan pilar-

pilar perdamaian yang diiringi dengan himbauan kepada umat

manusia agar hidup dalam suasana persaudaraan dan toleransi tanpa

memandang perbedaan ras, suku, bangsa dan agama, karena manusia

pada awalnya berasal dari asal yang sama.

Tasamuh / Toleransi

Page 3: Toleransi

20

Dan yang terakhir pesan dari kelompok kami, tuntutlah cita-citamu

setinggi mungkin. Bila ingin menjadi orang yang sukses dan jangan

lupa berdo’a kepada Allah SWT supaya Anda selalu diberi kemudahan

dalam setiap permasalahan yang kalian hadapi, Terima Kasih…

2. Pembahasan

A.Pengertian

Tasamuh / Toleransi : secara etimologi berasal dari kata

tolerance (dalam bahasa Inggris) yang berarti sikap membiarkan,

mengakui dan menghormati keyakinan orang lain tanpa memerlukan

persetujuan. Di dalam bahasa Arab menterjemahkan dengan tasamuh,

berarti saling mengizinkan, saling memudahkan.

Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan toleransi secara

etimologi adalah sikap saling mengizinkan dan menghormati

keyakinan orang lain tanpa memerlukan persetujuan.

Pada umumnya, toleransi diartikan sebagai pemberian

kebebasan kepada sesama manusia atau kepada sesama warga

masyarakat untuk menjalankan keyakinannya atau mengatur hidupnya

dan menentukan nasibnya masing-masing, selama di dalam

menjalankan dan menentukan sikapnya itu tidak bertentangan dengan

syarat-syarat atas terciptanya ketertiban dan perdamaian dalam

masyarakat.

Secara terminologi banyak batasan yang diberikan oleh para

ahli sebagai berikut :

1. W.J.S Purwadarminta menyatakan

Toleransi adalah sikap atau sifat menenggang berupa

menghargai serta membolehkan suatu pendirian, pendapat,

Tasamuh / Toleransi

Page 4: Toleransi

20

pandangan, kepercayaan maupun yang lainnya yang berbeda

dengan pendirian sendiri.

2. Ensiklopedi Indonesia

Toleransi dalam aspek sosial, politik, merupakan suatu sikap

membiarkan orang untuk mempunyai suatu keyakinan yang

berbeda. Selain itu menerima pernyataan ini karena sebagai

pengakuan dan menghormati hak asasi manusia.

3. Ensiklopedi Amerika

Toleransi memiliki makna sangat terbatas. Ia berkonotasi

menahan diri dari pelanggaran dan penganiayaan, meskipun

demikian, ia memperlihatkan sikap tidak setuju yang tersembunyi

dan biasanya merujuk kepada sebuah kondisi dimana kebebasan

yang di perbolehkannya bersifat terbatas dan bersyarat.

Dari beberapa definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa

toleransi adalah suatu sikap atau sifat dari seseorang untuk

membiarkan kebebasan kepada orang lain serta memberikan

kebenaran atas perbedaan tersebut sebagai pengakuan hak-hak

asasi manusia.

Pelaksanaan sikap toleransi ini harus didasari sikap kelapangan

dada terhadap orang lain dengan memperhatikan prinsip-prinsip

yang dipegang sendiri, yakni tanpa mengorbankan prinsip-prinsip

tersebut. Jelas bahwa toleransi terjadi dan berlaku karena terdapat

perbedaan prinsip, dan menghormati perbedaan atau prinsip orang

lain tanpa mengorbankan prinsip sendiri. Dengan kata lain,

pelaksanaannya hanya pada aspek-aspek yang detail dan teknis

bukan dalam persoalan yang prinsipil.

Tasamuh / Toleransi

Page 5: Toleransi

20

Di dalam memaknai toleransi ini terdapat dua penafsiran tentang

konsep tersebut. Pertama, penafsiran negatif yang menyatakan

bahwa toleransi itu cukup mensyaratkan adanya sikap membiarkan

dan tidak menyakiti orang atau kelompok lain baik yang berbeda

maupun yang sama. Sedangkan, yang kedua adalah penafsiran

positif yaitu menyatakan bahwa toleransi tidak hanya sekedar

seperti pertama (penafsiran negatif) tetapi harus adanya bantuan

dan dukungan terhadap keberadaan orang lain atau kelompok lain.

Selain itu toleransi mempunyai unsur-unsur yang harus ditekankan

dalam mengekspresikannya terhadap orang lain. Unsur-unsur

tersebut adalah:

1.      Memberikan kebebasan atau kemerdekaan

Dimana setiap manusia diberikan kebebasan untuk berbuat,

bergerak maupun berkehendak menurut dirinya sendiri dan juga di

dalam memilih suatu agama atau kepercayaan. Kebebasan ini

diberikan sejak manusia lahir sampai nanti ia meninggal dan

kebebasan atau kemerdekaan yang manusia miliki tidak dapat

digantikan atau direbut oleh orang lain dengan cara apapun. Karena

kebebasan itu adalah datangnya dari Tuhan YME yang harus dijaga

dan dilindungi. Di setiap negara melindungi kebebasan-kebebasan

setiap manusia baik dalam undang-Undang maupun dalam

peraturan yang ada. Begitu pula di dalam memilih satu agama atau

kepercayaan yang diyakini, manusia berhak dan bebas dalam

memilihnya tanpa ada paksaan dari siapapun.

2.      Mengakui Hak Setiap Orang

Suatu sikap mental yang mengakui hak setiap orang di dalam

menentukan sikap perilaku dan nasibnya masing-masing. Tentu

saja sikap atau perilaku yang dijalankan itu tidak melanggar hak

Tasamuh / Toleransi

Page 6: Toleransi

20

orang lain, karena kalau demikian, kehidupan di dalam masyarakat

akan kacau.

3.      Menghormati Keyakinan Orang Lain

Landasan keyakinan di atas adalah berdasarkan kepercayaan,

bahwa tidak benar ada orang atau golongan yang berkeras

memaksakan kehendaknya sendiri kepada orang atau golongan

lain. Tidak ada orang atau golongan yang memonopoli kebenaran

dan landasan ini disertai catatan bahwa soal keyakinan adalah

urusan pribadi masing-masing orang.

4.      Saling Mengerti

Tidak akan terjadi, saling menghormati antara sesama

manusia bila mereka tidak ada saling mengerti. Saling anti dan

saling membenci, saling berebut pengaruh adalah salah satu akibat

dari tidak adanya saling mengerti dan saling menghargai antara

satu dengan yang lain.

Sedangkan toleransi dalam pergaulan hidup antara umat

beragama yang didasarkan pada tiap-tiap agama menjadi tanggung

jawab pemeluk agama itu sendiri, mempunyai bentuk ibadah

(ritual) dengan sistem dan cara tersendiri yang ditaklifkan

(dibebankan) serta menjadi tanggung jawab orang yang

pemeluknya atas dasar itu. Maka toleransi dalam masalah-masalah

keagamaan, melainkan perwujudan sikap keberagamaan pemeluk

suatu agama dalam pergaulan hidup antara orang yang tidak

seagama, dalam masalah-masalah kemasyarakatan atau

kemaslahatan umum.

Toleransi beragama mempunyai arti sikap lapang dada

seseorang untuk menghormati dan membiarkan pemeluk agama

untuk melaksanakan ibadah menurut ajaran dan ketentuan agama

Tasamuh / Toleransi

Page 7: Toleransi

20

masing-masing yang diyakini, tanpa ada yang mengganggu atau

memaksakan baik dari orang lain maupun dari keluarganya

sekalipun.

Secara teknis pelaksanaan sikap toleransi beragama yang

dilaksanakan di dalam masyarakat lebih banyak dikaitkan dengan

kebebasan dan kemerdekaan menginterprestasikan serta

mengekspresikan ajaran agama masing-masing.

Masyarakat Islam memiliki sifat yang pluralistik dan sangat

toleran terhadap berbagai, kelompok sosial dan keagamaan karena

hidup bermasyarakat merupakan suatu kebutuhan dasar hidup

manusia agar tujuan hidup manusia dapat diwujudkan, karena bila

terbentuk suatu kehidupan berdasarkan persaudaraan, penuh kasih

sayang dan harmoni.

B.Macam-macam, Aplikasi & Permasalahan Dalam

Kehidupan

Islam mendorong para pengikutnya agar bersikap tolerasi dengan pengikut

agama dan bersikap positif terhadap budaya, karena Allah Swt telah menjadikan

manusia sebagai khalifah yang mempunyai tanggung jawab kolektif untuk

membangun bumi ini, baik secara moril maupun materil. Firman Allah:“Dia (Allah)

telah menciptakan kamu dari bumi dan memberi kamu potensi untuk

memakmurkan, mengembangkan dan memanfaatkan kekayaannya…. " (Hud, ayat

61).

Sebaliknya, Samuel P. Huntington dalam teori “Clash Civilization”

menghimbau konflik antar suku bangsa dan negara. Ia selain mengkonfrontasikan

kebudayaan barat dengan kebudayaan lain, juga merubah konflik ekonomi dan

ideologi sebagai konflik budaya, dimana konflik mendatang sangat terkait dengan

konflik budaya ini, termasuk konflik keagamaan di negara Balkan, India, Pakistan,

Arab dan Israel. Ini mengingatkan kita kepada imigran Eropa ke Amerika di masa

Tasamuh / Toleransi

Page 8: Toleransi

20

lalu yang berupaya mengeleminir penduduk setempat (suku Indian) dengan

pembantaian masal. Hal yang sama juga dilakukan di Australia. Pembantaian juga

dilakukan bagi bangsa lain yang berbeda ras dengan imigran. Baru-baru ini di

Perancis, sejumlah staf yang beragama Islam di bandara de Gaule diberhentikan

tanpa alasan. Hampir 1.5 juta penduduk muslim di negeri ini yang dinyatakan

penganggur dan perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja hanya menerima

pelamar yang berperawakan eropah.

Sementara itu, terjadi ledakan bom di stasiun Subway, Inggris. Sebelumnya,

di Amerika terjadi serangan 11 September 2001 ke Menara Kembar (WTC), dan

Markas Besar Tentara Amerika (Pentagon) dan di Indonesia ledakan bom Bali, Hotel

Marriot dan ledakan bom di Poso, yang menewaskan sejumlah orang tidak berdosa.

Pelaku bom ini yang dilakukan oleh segelintir kalangan Islam yang tidak

bertanggung jawab.

Teori Huntington, serangan 11 September, ledakan bom di Indonesia, Inggris

dan tindakan diskriminatif di Perancis dan lainnya, telah memperburuk hubungan

muslim dan non-muslim dan tidak sesuai dengan ajaran Islam yang berdasarkan Al

Qur’an dan Sunnah.

Hubungan tidak harmonis antara muslim dengan kelompok non muslim telah

melahirkan sejumlah salah pengertian, opini yang keliru dan pernyataan yang berisi

provokatif dan penyebar sikap kebencian dan permusuhan terhadap Islam. Islam

dituduh sebagai agama teroris, mengandung ajaran membunuh orang secara

membabi buta dan merupakan ancaman bagi keberlangsungan kebudayaan

moderen. Ini disebabkan pencambur-adukkan antara Islam sebagai agama yang

berdasar Al Qur’an dan Hadis dengan aksi segelintir orang Islam yang tidak

bertanggung jawab. Dari sini, terlihat ugensi topik prinsip hubungan muslim dan

non muslim dalam Islam untuk menjelaskan petunjuk Allah Swt dan UtusanNya nabi

Muhammad Saw tentang hal tersebut. Bagaimana para sabahat nabi dan umat

Islam dari masa ke masa menerapkan prinsip dan nilai Ilahi dalam menciptakan

kehidupan yang damai di tengah-tengah masyarakat yang berbeda agama, budaya,

ras suku dan bangsa.

Prinsip hubungan muslim dengan orang lain dijelaskan Allah Swt dalam Al

Qur’an dan melalui UtusanNya nabi Muhammad Saw, dimana harus terjalin atas

Tasamuh / Toleransi

Page 9: Toleransi

20

dasar nilai persamaan, toleransi, keadilan, kemerdekaan, dan persaudaraan

kemanusiaan (al-ikhwah al-insaniyah). Nilai-nilai Qur’ani inilah yang

direkomendasikan Islam sebagai landasan utama bagi hubungan kemanusiaan yang

berlatar belakang perbedaan ras, suku bangsa, agama, bahasa dan budaya.

Karena nilai-nilai Qur’ani diatas terkait dengan hubungan muslim dengan non

muslim, tentu timbul pertanyaan apa yang dimaksud dengan ‘non muslim’ dalam

pandangan Islam.

Pengertian Non-muslim sangat sederhana, yaitu orang yang tidak menganut

agama Islam. Tentu saja maksudnya tidak mengarah pada suatu kelompok agama

saja, tapi akan mencakup sejumlah agama dengan segala bentuk kepercayaan dan

variasi ritualnya. Al Qur’an menyebutkan kelompok non muslim ini secara umum

spt terdapat dalam surat Al-Hajj, ayat 17. dan surat al-Jasiyah, ayat 24, sbb:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang

Shaabi-iin, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Allah

akan memberi Keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah

menyaksikan segala sesuatu”.

Dan mereka berkata: "Kehidupan Ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia

saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain

masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka

tidak lain hanyalah menduga-duga saja.

Dalam ayat Al Qur’an tadi terdapat lima kelompok yang dikategorikan

sebagai non muslim, yaitu ash-Shabi’ah atau ash-Shabiin, al-Majus, al-Musyrikun, al-

Dahriyah atau al-Dahriyun dan Ahli Kitab. Masing-masing kelompok secara ringkas

dapat dijelaskan sebagai berikut1:

Pertama Ash-Shabi’ah, yaitu kelompok yang mempercayai pengaruh planet

terhadap alam semesta.

1 Lihat lebih lanjut buku-buku tafsir spt Al-Qurtubi, Al-Tabari, Ibnu Katsir yang menjelaskan lebih luas tentang pengertian kelompok non muslim yang disebut dalam ayat tersebut. Selain itu, lihat pula buku ‘al-Mausu’ah al-Muyassarah fi al-adyan wa al-mazahib al-mu’ashirah’ yang diterbitkan WAMY tahun 1988 dan ‘huriyah al-mu’taqad al-diiny li ghair al-muslimin fi zhilal samahat al-Islam’ oleh Ali Abdul ‘al al-Syinawi.

Tasamuh / Toleransi

Page 10: Toleransi

20

Kedua Al-Majus, adalah para penyembah api yang mempercayai bahwa jagat

raya dikontrol oleh dua sosok Tuhan, yaitu Tuhan Cahaya dan Tuhan Gelap yang

masing-masingnya bergerak kepada yang baik dan yang jahat, yang bahagia dan

yang celaka dan seterusnya.

Ketiga Al-Musyrikun, kelompok yang mengakui ketuhanan Allah Swt, tapi

dalam ritual mempersekutukannya dengan yang lain seperti penyembahan berhala,

matahari dan malaikat.

Keempat yang disebut Al-Dahriyah, kelompok ini selain tidak mengakui

bahwa dalam Alam semesta ini ada yang mengaturnya, juga menolak adanya

Tuhan Pencipta. Menurut mereka alam ini eksis dengan sendirinya. Kelompok ini

agaknya identik dengan kaum atheis masa kini.

Kelima Ahli Kitab. Dalam hal ini terdapat dua pendapat ulama. Pertama,

mazhabi Hanafi berpendapat bahwa yang termasuk Ahli Kitab adalah orang yang

menganut salah satu agama Samawi yang mempunyai kitab suci spt Taurat, Injil ,

Suhuf, Zabur dan lainnya. Tapi menurut Imam Syafii dan Hambali, pengertian Ahli

Kitab terbatas pada kaum Yahudi dan Nasrani. Kelompok non muslim ini disebut

juga dengan Ahli Zimmah, yaitu komunitas Yahudi atau Nasrani yang berdomisili di

wilayah umat Islam dan mendapat perlindungan pemerintah muslim.

Surat An-Nisak, ayat 1 (Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri

yang sama) merupakan penetapan nilai al-Ikhwah al-Insaniyah (Persaudaraan

kemanusiaan) yang dimaksud sebagai pedoman hubungan antar kelompok manusia

yang disebut Al Qur’an diatas. Nilai ini harus menjadi landasan masalah

multikulturisme, multiagama, multibahasa, multibangsa dan pluralisme secara

umum, karena Al-Qur’an menganggap perbedaan ras, suku, budaya dan agama

sebagai masalah alami (ketentuan Tuhan). Justeru itu, perbedaan tadi tidak boleh

dijadikan ukuran kemuliaan dan harga diri, tapi ukuran manusia terbaik adalah

ketaqwaan dan kesalehan sosial yang dilakukannya. Ini yang dimaksud firman

Tuhan dalam al-Hujurat ayat 13 sbb:

Persamaan adalah prinsip mutlak dalam Islam dalam membina hubungan

sesama manusia tanpa beda spt ditegaskan Rasulullah SAW dalam hadist yang

diriwayatkan Anas bin Malik:

Tasamuh / Toleransi

Page 11: Toleransi

20

“(Asal usul) Manusia adalah sama, tidak obahnya seperti gigi. Kelebihan

seseorang hanya terletak pada ketaqwaannya kepada Allah Swt.

Dalam lafaz yang lain berbunyi yang dirawatkan oleh al-Hasan.

“Kelebihan hanya terdapat dalam kebaikan. Seseorang merasa lebih dengan

keberadaan saudaranya. Kebaikan seseorang terlihat bila yang dianggap benar itu

sama dengan kebenaran yang dianggapnya sendiri”

Hadis diatas secara tegas menyatakan bahwa di depan kebenaran dan

hukum, semua harus dianggap sama dan terjamin kehormatan, harga diri dan

kebebasannya. Kelebihan seseorang hanya dilihat dari sejauh mana konsistensinya

terhadap kebenaran dan undang serta sebesar apa antusiasnya untuk berbuat

kebajikan dan menjauhi diri dari tindakan melanggar hukum, kejahatan dan

kezaliman.

Biografi Nabi Muhammad Saw mencatat implementasi prinsip persamaan di

atas spt terlihat dari kasus Usamah bin Yazid. Usama yang dikenal sebagai sahabat

terdekat Rasulullah itu, mencoba memberikan dispensasi hukuman bagi Fatimah

binti al-Aswad al-Makhzumiyah yang tertangkap basah melakukan tindakan kriminal

mencuri. Rasulullah tersinggung dan marah, lalu berkata kepada Usamah:

“Umat terdahulu binasa lantaran bila kaum elit mereka mencuri, dibebaskan,

tapi bila kaum lemah yang mencuri, langsung diadili dan dijatuhi sanksi. Demi Allah,

kalau Fatimah putri Muhammad yang mencuri, pasti saya potong tangannya

(sebagai sanksi tindakan kriminilnya)”2. Dari sini, jelas bahwa pada zaman

Rasulullah Saw persamaan adalah pilar utama keadilan sosial.

Persamaan dan keadilan itu ibarat dua sisi uang logam yang bila salah satu

sisinya hilang, sisi yang lain tidak ada artinya. Stabilitas sosial dan masyarakat tidak

akan tercapai, bila keduanya menjadi sirna. Untuk itu, merupakan suatu keharusan

memberlakukan keadilan kepada semua pihak tanpa melihat perbedaan status

sosial. Prinsip inilah yang dilaksanakan Khalifah Umar bin Khattab. Tanpa segan-

segan, Umar memperjuangkan agar al-Fizari (rakyat jelata) memperoleh keadilan

2 Hadis Riwayat Bukhari, Muslim, Abu Daud, at-Tarmizi, an-Nasa’I dan Ibnu Majah. Lihat lebih lanjut buku “al-Targhib wa al-Tarhib min al-Hadits al-Syarif” (Himbauan dan Peringatan dari Hadis yang mulia) karangan al-Munziri (Abdul ‘Azhim bin Abdul Qawi Abu Muhammad, wafat 656 H), hal. 3/173, Tahqiq Ibrahim Syamsuddin, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, tahun 1417H.

Tasamuh / Toleransi

Page 12: Toleransi

20

atas tindakan melanggar hukum yang dilakukan seorang raja terkenal (Jablah bin

al-Aiham). Jablah bersama rombongan besar berjumlah 500 orang yang penuh

kemegahan, datang ke Mekkah. Pada waktu tawaf, ujung jubbahnya terinjak oleh al-

Fizari, lalu ia memukulnya sampai hidungnya cidera berat. Al-Fizari mengadukan

kejadian tsb kepada Khalifah Umar untuk menuntut keadilan. Jablah dipanggil

khalifah untuk diminta keterangan tentang latar belakang pemukulan. Jablah

memberi keterangan: “Ia (al-Fizari) dengan sengaja menginjak jubahku. Kalau tidak

untuk menghormati Ka’bah ini, pedangku sudah membelah antara dua matanya”.

Umar berkata: “Kalau begitu, kamu mempunyai dua alternatif; laksanakan tuntutan

al-Fizari dengan suka rela atau dengan paksa”. Jablah bertanya: “Apa yang harus

dilakukan?”. Umar menjawab: “Biarkan al-Fizari menciderai hidungmu spt kamu

menciderai hidungnya”. Jablah berkata: “Bagaimana mungkin, hai Khalifah, ia

adalah orang biasa, sedangkan saya raja”. Umar menegaskan: “Menurut ajaran

Islam, kamu dan dia adalah sama. Kelebihan hanya pada tingkat ketaqwaan dan

kebaikan yang dilakukan”. Jablah: “Saya kira dalam Islam saya dianggap lebih mulia

ketimbang zaman Jahiliyah”. Umar: “Anggapan spt tidak perlu. Sekarang tinggal

kamu pilih; tegakkan keadilan dengan suka rela atau dengan paksa”. Jablah: “Kalau

begitu, saya pindah agama saja”. Umar: “Saya akan jatuhkan sanksi yang lebih

berat (hukuman pancung)”. Jablah minta tenggang waktu sampai besok, namun

tengah malam ia menyelinap dan melarikan diri ke Konstantinopel. Disana ia hidup

di bawah proteksi kaisar. Beberapa lama kemudian, terdengar Jablah menyesal dan

rindu kepada Islam yang ajarannya menegaskan prinsip persamaan derajat dan

keadilan mutlak3.

Kasus Jablah ini menjadi bukti sejarah bahwa sahabat Rasulullah Saw

mengimplementasikan prinsip persamaan dan keadilan. Menurut ajaran Islam, siapa

saja harus memperoleh keadilan, baik raja maupun rakyat jelata, atasan atau

bawahan, dan muslim atau non muslim, karena manusia adalah sama.

Sampai dimana Islam menghormati prinsip persamaan antara muslim dengan

non muslim terlihat dari kesetaraan di ruang pengadilan yang diberlakukan antara

sahabat nabi dengan seorang Yahudi. Pada masa pemerintahan khalifah Umar bin

الفرج (األصفهاني 3 ،) "356ت/أبي جابر ،تحقيق" األغاني هـ الفكر ،سمير : 15ج: ، بيروت، دار العمادي و 159ص محمد ( بن عمادالدين محمد بن ،) "1051ت/ عبدالرحمن بداريا هـ دفن فيمن الريا تحقيق" الروضة الكوشك ، علي ،عبده

للتراث المأمون : 1ج: ، 1988، دمشق ،دار ص. 63ص الشعكة، مصطفى للدكتور مذاهب بال إسالم أيضا .56وأنظر

Tasamuh / Toleransi

Page 13: Toleransi

20

Khattab, Ali bin Talib diadukan oleh seorang Yahudi kepada khalifah karena terkait

suatu kasus hukum. Ketika sama-sama menghadap khalifah, Umar memanggil Ali

bin Thalib dengan sebutan ‘Ya, Aba Hasan’ (gelar yang dipakai sebagai

kehormatan) dan Yahudi dengan namanya. Ali merasa tersinggung sampai merah

mukanya. Lalu Umar bertanya: “Apakah kamu tersinggung, karena disejajarkan

dengan orang Yahudi di pengadilan??”. Ali: “Bukan itu yang membuat saya

tersinggung, tapi anda tidak memberikan perlakuan yang sama kepadaku dan

Yahudi. Anda memanggilku dengan sebutan gelar, sedangkan orang Yahudi ini

dipanggil dengan namanya”. 4

Persamaan dan keadilan yang diajarkan Islam tersebut selain melindungi hak

setiap orang di depan siapapun, juga menolak sikap deskriminatif. Dengan

menghormati prinsip yang mulia ini, diyakini bahwa perbedaan ras, suku dan

agama atau kemajemukan tidak menjadi penyebab atau alasan terjadinya konflik

dan tindakan kekerasan, tetapi seharusnya menjadi motif ‘ta’aruf’ atau saling

mengenal.

Menurut Al-Syinawi, nilai-nilai Qur’ani spt Persamaan dan Keadilan agaknya

dapat dikategorikan sebagai prinsip dasar atau konsitusi yang harus menjadi

pedoman bagi setiap aktifitas yang berkaitan dengan hubungan antar kelompok

yang berbeda agama dalam masyarakat Islam. Pada tingkat realitas sosial,

implementasi konstitusi tadi lebih rinci dalam bentuk perjanjian dan dokumen

jaminan yang diberikan Rasulullah dan para Khalifahnya kepada kelompok non

muslim spt antara lain Shahifah al-Madinah al-Munawwarah, Surat Rasulullah dan

Khalifah Abu Bakar kepada masyarakat Najran dan surat khalifah Umar bin Khattab

kepada penduduk Bait al-Maqdis.

Dalam Shahifah al-Madinah misalnya, secara jelas Rasulullah memancangkan

pilar dan tatanan sosial baru, dimana semua orang yang hidup di kota Medinah dan

sekitarnya dianggap sebagai satu masyarakat. Kelompok non muslim Yahudi

mendapat proteksi terhadap agama dan kekayaan mereka selama tetap menunjuk

loyalitas dan konsisten terhadap perjanjian. Garis besar Shahifah al-Madinah antara

lain;

4 " سنة " القاهرة اللبنانية، المصرية الدار ، مذاهب لال اإلسالم الشعكة، ص 1996مصطفى ،58

Tasamuh / Toleransi

Page 14: Toleransi

20

Kesatuan sosial atas dasar persamaan hak dan kewajiban tanpa melihat

perbedaan agama, suku dan kedudukan.

Integritas masyarakat yang terjauh dari aksi kezaliman, pelanggaran ajaran

agama (dosa), dan pelanggaran hukum serta menolak bekerja sama dengan

para pelakunya.

Partisipasi masyarakat dalam penetapan hubungan dengan musuh-musuh

negara.

Upaya bersama menghadapi penjahat negara dan menolak kerjasama dengan

mereka atau memberi bantuan.

Kelompok non muslim diberi kebebasan beragama dan melaksanakan ritualnya

serta perlindungan. Mereka dijamin tidak akan dipaksa masuk agama Islam dan

bebas berkunjung dalam wilayah negara.

Kontribusi kelompok non muslim dalam biaya operasional negara dan siap

membantu bila negara terancam serang musuh.

Dalam surat Rasulullah Saw kepada penduduk Najran yang mayoritas Nashrani

dan kemudian surat Khalifah Abu Bakar al-Shidiq, secara kongrit nabi Muhammad

Saw memberikan kebebasan beragama yang isinya:

“…Perlindungan Allah dan UtusanNya (agama Islam) bagi penduduk Najran.

Perlindungan itu mencakup keselamatan, kekayaan, kepercayaan (agama),

transaksi dagang, proteksi bagi pemuka agama dan para pembantunya. Tidak

dibenarkan perubahan terhadap struktur keagamaan mereka termasuk

kepastoran, lambang agama dan daerah mereka bebas dari tentara…. Bila

terkait dengan hak dan kewajiban mereka, dilakukan melalui rekomendasi

perbaikan”.

Umar bin Khattab sebagai khalifah juga memberi jaminan dan proteksi terhadap

pendudukan non muslim di Bait al-Maqdis yang intinya “Semua Gereja yang ada

tidak diduduki atau gusur dan semua penduduk memperoleh perlindungan

keamanan dan keselamatan dari pemerintah. Umar masuk ke rumah ibadat non

Tasamuh / Toleransi

Page 15: Toleransi

20

muslim untuk melakukan sendiri efektifitas keamanannya, termasuk gereja al-

Qiyamah yang terkenal di wilayah”5.

Dari sini, jelas bahwa hak asasi kelompok non muslim terjamin dalam Islam atas

dasar persamaan hak dan kewajiban dengan umat Islam sesuai dengan kaidah:

Ini pada gilirannya menciptakan sikap kebersamaan dalam masyarakat. Hak

pertama yang harus diperoleh oleh non muslim adalah perlindungan terhadap

ancaman eksternal dan internal. Untuk perlindungan dari ancaman dari luar, umat

Islam, termasuk pemerintahannya berkewajiban menggunakan segala potensinya,

meski jumlah kelompok non muslim hanya hitungan jari. Ibnu Hazm, Ahli Fiqh

terkenal, berpendapat: “Bila ada tentara yang masuk ke negara kita untuk

menyerang ahli zimmah (kelompok non muslim), kita harus membela mereka

dengan senjata sampai nafas terakhir, demi membela orang dilindungi Allah dan

RasulNya. Siapa yang tidak melakukannya, berarti telah melecehkan perjanjian

perlindungan dengan Allah dan Rasul.

Al-Qurafi dari mazhab al-Maliki menambahkan bahwa ‘perjanjian’ yang

membawa korban nyawa dan harta umat Islam untuk melindungi Ahli Kitab adalah

perjanjian yang maha agung.

Sikap Ibnu Taimiyah terhadap kelompok non muslim, juga mencerminkan betapa

konsistennya terhadap perjanjian perlindungan dalam Islam (zimmah). Ketika

tentara Tartar hanya membebaskan tawaran orang Islam, Ibnu Taimiyah berkata

kepada komandan Tartar waktu itu:

“Kami tidak rela, kecuali kalau semua tawanan Yahudi dan Nashrani dibebaskan,

karena mereka dalam perjanjian perlindungan dengan kami (zimmah). Kami tidak

rela membiarkan orang Zimmah dan kelompok agama lain tetap menjadi tawanan6.

Perlindungan jiwa dan kekayaaan kelompok non muslim, menurut Ma’badi,

mencakup perlindungan kekayaan yang dilarang dalam Islam spt minuman keras

dan babi dan melaksanakan ritual yang bertentangan dengan ajaran agama. 5 Lihat Ali Abdul al-Syinawi ‘huriyah al-mu’taqad al-diiny li ghair al-muslimin fi zhilal samahat al-Islam’ oleh Ali Abdul ‘al al-Syinawi, hal. .170, yang juga merujuk ‘Kitab Isytirakiyah al-Islam’ oleh Mustafa al-Siba’I dan buku ‘Al-Amwal’ oleh al-Hafiz bin Salam dan ‘’Abqariyah Umar’ oleh Abbas Mahmud al-‘Akad.

6 Lihat lebih lanjut buku ‘Al-Masihiyah wal Islam fi Mishr’ karangan Dr. Husein Kafafi yang dikutip oleh Dr. Muhammad Badr Ma’badi dalam ‘Mazahir al-Tasamuh al-Islami’, hal.150 dan seterusnya.

Tasamuh / Toleransi

Page 16: Toleransi

20

Termasuk juga, kesaksian selama tidak terkait dengan masalah agama Islam spt

perkawinan dan perceraian.

Hak non muslim lainnya adalah kehidupan yang layak di hari tua dan

merupakan fardu kifayah bagi umat Islam; pembebasan bila ditawan musuh; dan

menduduki jabatan publik selama tidak terkait langsung dengan ajaran Islam spt

Imam, Jihad dan sebagainya7.

Kalau dilihat realita prinsip persamaan dan keadilan yang terjadi di negara

barat yang dianggap sebagai ikon ‘pembela HAM, persamaan hak, dan keadilan’

masa kini, agaknya masih jauh dari panggang dari api atau sesuai dengan ikonnya.

Karena nilai-nilai lokal dan domistik yang telah terbentuk oleh lingkungan,

pandangan hidup dan budaya setempat terkadang masih menyelimuti nilai-nilai

tersebut. Akhir implementasi nilai-nilai universitas itu berbeda dari suatu negara ke

negara lain. Sebagai contoh masalah persamaan hak berwarga-negara di masing-

masing negara di barat tidak sama. Di Jerman dan Jepang, misalnya, tidak diakui

persamaan hak dalam masalah kewarga-negaraan dan terbatas bagi penduduk

asli. Meski migran Turki sudah tiga keturunan di sana, tapi tetap tidak berhak

menyandang kebangsaan Jerman. Berbeda dengan Perancis. Negara ini menganut

prinsip perbedaan mutlak antara kehidupan umum dan kehidupan pribadi. Secara

individual, semua warga negara mempunyai hak yang sama, tapi komunal tidak.

Artinya negara ini tidak mengakui hak berkelompok, termasuk kelompok budaya

dan agama. Meskipun di Perancis, jumlah umat Islam mencapai 10% dari jumlah

seluruh penduduk, namun tidak seorang anggota parlemen negari ini yang berasal

dari kelompok muslim8.

Dalam konteks hubungan dengan non-Muslim, Islam selain menetapkan

persamaan dan keadilan sebagai dasar utamanya, juga menegaskan prinsip tolerasi

yang tidak kalah pentingnya dengan prinsip persamaan dan keadilan. Kalau dilihat

kata toleransi yang dalam bahasa Arab disebut ‘at-Tasamuh’ dari aspek etimologis,

artinya al-jud (kualitas), al-bazl (upaya), al-I;tha (memberi), al-suhulah (spontan), al-

yusr (kemudahan) dan al-bu’d ‘an al-dhaiq wa al-syiddah (jauh dari kesempitan dan

kekerasan). Ringkasnya at-tasamuh adalah interaksi dengan orang lain dengan

7 Ma’badi, hal 152.بعد أنظر 8 أوروبا في والمراجعة سبتمبر 11اإلسالم المواجهة للكاتب بين عاشو ، فى مصطفى islamonline.netر،

Tasamuh / Toleransi

Page 17: Toleransi

20

penuh kemudahan, kelonggaran dan kerelaan, baik dalam aksi suka atau tidak

suka9.

Atas ayat ini, para ulama dari dahulu sampai sekarang sepakat berpendapat

bahwa toleransi (at-Tasamuh) merupakan elemen penting ajaran Islam. Al-Qur’an

menghimbau umat manusia yang berbeda latar belakangan ras, warna, bahasan

dan agama agar hidup berdampingan dalam suasana penuh kedamaian dan

toleransi. Bila terjadi pertikaian, perselisihan dan permusuhan karena sebab-sebab

tertentu, petunjuk Allah Swt kepada umat Islam agar bersikap toleransi,

memaafkan, yang buruk dibalas dengan yang baik dan musuh bebuyut menjadi

teman yang baik. Prinsip inilah yang seharusnya yang dipakai umat Islam dalam

bergaul dengan berbagai suku bangsa sesuai dengan firman Allah Swt.

(Fuhsilat 34-35).

Bahkan Al Qur’an tidak sekedar menghimbau umat Islam agar bersikap

toleransi yang dianggap sebagai syarat mutlak bagi kehidupan yang damai, tetapi

meminta komitmen mereka agar bersikap adil. Bukan dalam arti dapat menerima

orang lain saja, tetapi harus menghormati budaya, kepercayaan dan distinksi

peradabannya. Hal yang dimaksud firman Allah Swt surat Al-Mumtahanah ayat 8

sbb:

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil (menghormati

hubungan) terhadap orang-orang kafir yang tiada memerangimu dan tidak (pula)

mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang

berlaku adil (dan menghormati hubungan).

Ada tiga petunjuk Tuhan dalam ayat diatas, yaitu (1) Allah Swt tidak

melarang bersikap toleransi dengan orang lain, (2) Toleransi dengan orang tidak

menyerang umat Islam dan dalam kehidupan yang damai, santun dan fair adalah

core keadilan itu sendiri, (3) penegasan bahwa siapa yang mengambil jalan

toleransi ini memperoleh kasih sayang Allah Swt. Dengan cara yang meyakinkan ini,

pesan Allah Swt dengan gampang dan mudah dapat diterima jiwa manusia,

9 " " . . فكر سلسلة ضمن من ، االجتماعى الجانب فى اإلسالم سماحة النجمي، أحمد المبدي عبد أحمد د أسنة) 13المواجهة ( اإلسالمية، الجامعات رابطة ص 2005أصدرتها ،23

Tasamuh / Toleransi

Page 18: Toleransi

20

sekaligus sosialisasi prinsip toleransi di kalangan masyarakat dapat dicapai dengan

baik. 10

Selain itu, firman Tuhan diatas juga menjelaskan cara membina hubungan

antara muslim dengan non-muslim. Hubungan tidak saja berkembang atas dasar

prinsip keadilan dalam artian ‘siapa saja harus memperoleh haknya’, juga

meningkat ke level al-ihsan (memberi santunan). Al-Ihsan ini lebih tinggi nilainya

dari perolehan hak. Kata ‘al-bir yang pengertiannya ‘berbuat kebajikan’ sangat

identik dengan prinsip keadilan. Tidak disangkal lagi, ungkapan Qur’ani ini

merupakan tata cara bergaul dengan non muslim dalam kondisi damai yang harus

berlandaskan al-birr (berbuat kebajikan dan al-ihsan (menyantuni) yang posisinya

berada diatas pemberian hak. 11

Ajaran toleransi ini sangat mendasar dalam Islam terutama bila terjadi

perbedaan pendapat atau perselisihan atau konflik. Tapi kapan dan apa penyebab

terjadinya perselihan atau konflik yang tidak jarang memunculkan sikap kebencian

dan permusuhan terhadap lain dan bertentangan dengan prinsip toleransi?

Menurut Bistami terdapat empat bentuk anggapan yang tidak sesuai dengan prinsip

diatas.

Pertama, menganggap kelompoknya yang benar dan kelompok lain adalah

salah. Anggapan spt inilah yang melahirkan sikap kebencian dan permusuhan.

Pelakunya akan memberikan dua alternatif bagi kelompok yang berbeda

dengannya, yaitu lepaskan keyakinan atau siap diperangi. Slogan mereka yang

terkenal adalah “Islam dan Kekafiran tidak mungkin berdampingan’. Akibatnya

mereka bersikap eksklusif dan mengurung diri, hanya membaca buku kalangan

sendri, mengutip pendapat pemimpin mereka dan menolak pendapat orang lain

meski kemungkinan mengandung kebenaran. Untuk menjaga kesatuan kelompok,

mereka tidak segan mencap kelompok lain sebagai ahli bida’, dhalal, kaum sesat

dan sebagainya. Disinilah lahirnya sikap radikalisme dan ekstrimisme yang bertolak

belakang dengan prinsip toleransi dalam Islam.

10 ) " " . . المواجهة فكر سلسلة ضمن من ، اإلسالم فى التسامح زقزوق، حمدي محمود د رابطة) 13أ أصدرتهاسنة اإلسالمية، ص 2005الجامعات ،9

11 " " . ص ، اإلسالم سماحة ظل فى المسلمين لغير الديني المعتقد حرية الشناوي، العال عبد على .176د

Tasamuh / Toleransi

Page 19: Toleransi

20

Kedua, kelompok yang beranggap sama dengan yang pertama. Bedanya,

kelompok kedua membuka diri dan mau berdialog dengan pihak lain yang tidak

sepaham. Keterbukaan berdiskusi dan bertukar pikiran memberi kesempatan bagi

kelompok kedua ini untuk mendekati kelompok lain dan menganggap al-afdhal

adalah lebih baik.

Ketiga, menganggap kelompoknya adalah benar, begitu juga kelompok yang

lain. Tapi metode yang dipakainya lebih relevan dibanding metode kelompok lain.

Semua kelompok dianggap benar, namun ada yang tidak mengetahui jalan yang

lebih relevan untuk mencari kebenaran. Kelompok spt ini cenderung dapat

menerima sikap toleransi terhadap pihak lain12.

Dalam konteks menghadapi anggapan dan sikap kelompok non muslim, Islam

telah menggaris metode yang dipakai dalam menghadapi mereka spt dijelaskan

Allah Swt dalam surat al-‘Ankabut, ayat 48.

“Jangan berdiskusi dengan kelompok Yahudi atau Nasrani yang berbeda

pendapat dengan mu, kecuali memakai cara yang lebih baik dan lebih berpetunjuk

serta lebih mudah diterima. Namun bila mereka melewati batas moderat dalam

berdiskusi, dapat dihadapi dengan pernyataan keras bahwa “Kami meyakini wahyu

Tuhan dalam Al-Qur’an, Taurat dan Injil, yaitu kita sama-sama mempercayai Tuhan

Yang Satu. Hanya kepadaNya kita menyatakan patuh dan taat”.

Selain itu, Allah Swt menjelaskan dalam Al Qur’an bahwa UtusanNya, nabi

Muhammad Swt hanya ditugaskan untuk menyebar-luaskan agama Islam, bukan

untuk memaksa orang masuk Islam seperti terlihat dalam sejumlah Firman Allah

Swt dibawah ini.

Ingatkanlah dengan dakwahmu (Hai Muhammad). Tugasmu adalah

menyampaikan dan kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka,

“Engkau (Ya Muhammad) tidak mampu memaksa orang agar menjadi orang

beriman”

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); (dengan tanda-tanda

yang kongrit), telah dijelaskan mana jalan yang benar dan mana jalan yang sesat”.

خير، " 12 سعيد محمد " بسطامي ، التعددية لمشكلة إسالمية albayan-magazine.com/bayan-216 رؤية

Tasamuh / Toleransi

Page 20: Toleransi

20

“Engkau tidak diutus dengan mandat memaksa mereka beragama, tapi

engkau diutus untuk memberi kabar gembira yang orang mengakui kebenaran

Islam dan kabar buruk dan ancaman bagi yang mengingkarinya”

Katakanlah : “Hai Ahli Kitab mari kembali kepada kalimat moderat yang

sama-sama terdapat di kalangan kita, yaitu peribadatan hanya kepada Allah Swt,

jangan mempersekutukannya. Jangan kita saling mematuhi halal atau haram yang

tidak ditetapkan Allah Swt. Kalau mereka enggan dengan himbauan yang benar,

katakan kepada mereka: “Kami hanya patuh dan taat kepada ketentuan dari Allah

Swt dan dedikasi kami hanya untuk ini, dan tidak untuk yang lainnya”.

Secara historis, terdapat sejumlah bukti sejarah yang menunjukkan bahwa

Rasulullah Saw dan para sahabat menerapkan prinsip toleransi yang disebut Al

Qur’an tadi dalam hubungan dengan kelompok non muslim. Antara lain adalah

perjanjian-perjanjian yang dilakukan nabi Muhammad Saw dengan kabilah Tughlub

yang isinya membiarkan mereka menganut agama sendiri di luar Islam; perjanjian

dengan masyarakat Nasrani di Najran dan Yahudi di beberapa kawasan sekitarnya

yang intinya memberikan kebebasan beragama, melaksanakan ritual peribadatan

dan mendirikan gereja dan sebagainya. Termasuk juga perjanjian dengan kaum

musyrik Makkah waktu itu yang pada dasarnya menunjukkan sikap tolerasi yang

luar biasa.

Sikap toleransi luar biasa yang ditunjukkan Rasulullah terlihat ketika

perjanjian Hudaibiyah yang antara lainnya berisi peryaratan kaum Quraiys yang

sangat tidak fair, yaitu umat Islam yang datang kembali ke pangkuan Quraisy

(kembali kepada musyrik), tidak dipermasalahkan dan tidak disuruh kembali. Bila

seorang muslim datang kepada Nabi tanpa seizin walinya (yang berwenang), harus

dikembalikan. Perjanjian yang hanya menguntungkan pihak musyrik, diterima nabi

Muhammad Saw, bahkan ada sahabat Nabi tidak sependapat waktu itu. Baru saja

selesai penanda-tanganan perjanjian dimaksud, langsung datang ujian berat dalam

pelaksanaannya. Jundul bin Sahal, seorang muslim yang melarikan diri dari

kabilahnya, datang kepada Rasulullah Saw, dengan perkiraan akan diterima,

dengan alasan bila kembali pasti disiksa oleh kabilahnya. Namun Rasulullah

menepati perjanjian dan mengembalikan Ibnu Sahal dan berkata kepada: “Bersabar

dan Ikhlas, Allah Swt pasti memberikan solusi dan jalan keluar bagimu dan orang

Tasamuh / Toleransi

Page 21: Toleransi

20

yang tidak berdaya sptmu. Sudah disepakati perjanjian dengan kabilah tentang itu,

kita tidak boleh melanggar perjanjian itu13.

Sikap toleransi Rasulullah terhadap mantan musuh yang dahulunya

memperlakukan Nabi secara tidak manusiawi, juga menjadi bukti sejarah atas

komitmen untuk tetap dalam koridor prinsip toleransi yang ditetapkan Al-Qur’an.

Ketika kota Mekkah ditaklukan dan Rasulullah memasuki kota tersebut sebagai

pemimpin yang menang dalam peperangan, bertanya kepada kaum Quraisy: “Kira-

kira tindakan apa yang akan aku lakukan kepada kalian?. Mereka menjawab:

“Kebaikan, saudara kami atau anak saudara kami”. Rasulullah bersabda: “Silahkan

pergi, kalian bebas. Kesalahan kalian dimaafkan. Mudah-mudahan Allah Swt

memberi ampunan bagi kalian, karena Dia Maha Pengampun”14.

Bahkan untuk menghormati hubungan yang berdasarkan persaudaraan

kemanusiaan dan prinsip tolerasitadi, Allah Swt melarang umat Islam melukai

perasaan non-muslim, dengan mencela ajaran agama, meskipun animisme spt

dimaksud dalam Al Qur’an dalam al-An’am, ayat 108.

“Janganlah kamu memaki patung-patung yang disembah kaum musyrik selain Allah. Perbuatan spt ini dapat memancing kemaraham mereka dengan memaki Allah dengan semena-mena dan melampaui batas. Sembahan patung-patung sebagai contoh bahwa setiap umat berbuat sesuai dengan tingkat kesiapan mereka.”

Sejalan dengan itu, Yusuf al-Qardhawi berpendapat bahwa istilah ‘kafir’ dan

‘musyrik’ sudah waktunya diganti dengan sebutan ‘non-muslim’, sehingga dengan

persaudaraan kemanusian tercipta perdamaian abadi di kalangan umat beragama.

Dalam ayat lain, dijelaskan bentuk toleransi yang prima seperti firman Allah

Swt dalam surat at-Taubah, ayat 6.

Abdullah Daraz mengomentarinya: “Coba anda lihat, kita sebagai umat Islam,

tidak hanya sekedar diminta memberi pekerjaan, menampung dan memberikan

perlindungan keamanan bagi kaum musyrik. Tidak pula sekedar membimbing

mereka kepada kebenaran dan menemukan arti kebaikan, tapi juga melengkapinya

13 Lihat Sirah Ibnu Hisyam, tahqiq Taha Abd al-Rauf Sa’ad, cetakan al-Kuliyyah al-Azhariyah, Cairo yang dirujuk oleh Walid abd Majid dalam al-Tasamuh al-Islami (baina nazaiyah wa tatbiq).14 Yusuf bin Abdulllah bin Abdel Bar, Al-isti’ab’, tahqiq Ali Muhammad, Darul al-Jail, Beirut, hal. 4/1674.

Tasamuh / Toleransi

Page 22: Toleransi

20

dengan kasih sayang, perhatian dan perlindungan dalam perjalanan, sehingga

mereka benar-benar merasa aman. Apakah ada prinsip lain yang lebih baik atau

lebih manusiawi atau lebih adil dari prinsip toleransi yang ditetapkan Islam ini??

C.Tasamuh / Toleransi Menurut Pandangan Islam

Toleransi mengarah kepada sikap terbuka dan mau mengakui

adanya berbagai macam perbedaan, baik dari sisi suku bangsa, warna

kulit, bahasa, adat-istiadat, budaya, bahasa, serta agama. Ini semua

merupakan fitrah dan sunnatullah yang sudah menjadi ketetapan

Tuhan. Landasan dasar pemikiran ini adalah firman Allah dalam QS. Al-

Hujurat ayat 13:

Seluruh manusia tidak akan bisa menolak sunnatullah ini.

Dengan demikian, bagi manusia, sudah selayaknya untuk mengikuti

petunjuk Tuhan dalam menghadapi perbedaan-perbedaan itu.

Toleransi antar umat beragama yang berbeda termasuk ke dalam

salah satu risalah penting yang ada dalam system teologi Islam.

Karena Tuhan senantiasa mengingatkan kita akan keragaman

manusia, baik dilihat dari sisi agama, suku, warna kulit, adapt-istiadat,

dsb.

Toleransi dalam beragama bukan berarti kita hari ini boleh bebas

menganut agama tertentu dan esok hari kita menganut agama yang

lain atau dengan bebasnya mengikuti ibadah dan ritualitas semua

agama tanpa adanya peraturan yang mengikat. Akan tetapi, toleransi

beragama harus dipahami sebagai bentuk pengakuan kita akan

adanya agama-agama lain selain agama kita dengan segala bentuk

Tasamuh / Toleransi

Page 23: Toleransi

20

system, dan tata cara peribadatannya dan memberikan kebebasan

untuk menjalankan keyakinan agama masing-masing.

Adalah sikap tenggang rasa terhadap sesama dalam masyarakat

dimanapun kita berada. Tasamuh yang juga sering disebut toleransi

dalam ajaran Islam adalah toleransi sosial kemasyarakatan, bukan

toleransi di bidang aqidah keimanan. Dalam bidang aqidah keimanan,

seorang muslim meyakinin bahwa Islam satu-satunya agama yang

benar yang diridhoi Allah SWT.

“Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi Allah hanya Islam.” ( QS.

Ali Imron 19)

Dalam falsafah Jawa sikap tasamuh ini sering disebut dengan

tepo seliro, artinya mengukur segala sesuatu dengan introspeksi pada

diri sendiri. Kalau aku senang orang lain pun senang, kalau aku tidak

suka orang lain juga tidak suka. Orang yang tasamuh senantiasa

berusaha membina persaudaraan dan menghindari konflik dengan

orang lain. Ia memiliki prinsip hidup dan falsafah, ”Teman seribu terasa

kurang, musuh satu terlalu banyak”. Juga istilah dalam falsafah Jawa,

“Yen kowe dijiwit krasa lara, aja njiwit wong liya”.

Islam mengajarkan bahwa sesama muslim harus bersatu serta

tidak boleh bercerai-berai, bertengkar, dan bermusuhan. Karena

sesama muslim adalah saudara. Terhadap pemeluk agama lain, kita

diperintahkan agar bersikap tasamuh. Sikap tasamuh terhadap non

muslim itu hanya terbatas pada urusan yang bersifat duniawi, tidak

menyangkut masalah akidah, syari’ah dan ubudiyah. Firman Allah SWT

:

1). Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, 2). Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. 3). Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. 4). Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, 5). Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah

Tasamuh / Toleransi

Page 24: Toleransi

20

Tuhan yang Aku sembah. 6). Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." ( QS. Al-Kaafirun : 1-6 )

Sikap yang menganggap bahwa semua agama adalah benar tidak sesuai dengan keimanan seorang muslim dan tidak relevan dengan pemikiran yang logis, meskipun dalam pergaulan kemasyarakatanIslam sangat menekankan prinsip tasamuh. Setiap muslim diperintahkan untuk bersikap tasamuh terhadap orang lain yang berbeda agama atau berbeda pendirian.

Perbedaan pendapat antara individu yang satu dengan individu yang lainnya dalam masyarakat sudah menjadi ketentuan Allah yang diberikan kepada setiap individu manusia.

Dalam sejarah kehidupan Rasulullah SAW, tasamuh telah ditampakan pada masyarakat madinah. Pada saat itu Nabi dan kaum muslimin hidup berdampingan dengan masyarakat madinah yan beragama lain.

Toleransi pada kaum muslimin seperti yang diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW, diantaranya sebagai berikut:

a. Tidak boleh memaksakan suatu agama pada orang lain.

Di dalam agama Islam orang muslim tidak boleh melakukan

pemaksaan pada kaum agama lainnya, karena memaksakan suatu

agama bertentangan dengan firman Allah SWT di dalam surat Al-

Kafirun ayat   1-6.

Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah  menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku".

Disitu dijelaskan bahwa orang-orang muslim tidak menyembah

apa yang di sembah oleh orang-orang kafir, begitu pula orang-orang

kafir tidak menyembah apa yang di sembah oleh orang muslimin.

Tasamuh / Toleransi

Page 25: Toleransi

20

Disitu juga dijelaskan bahwa bagi kita agama kita (orang muslim) dan

bagi mereka agama mereka (orang kafir).

b. Tidak boleh memusuhi orang-orang selain muslim atau kafir

Perintah Nabi untuk melindungi orang-orang selain muslim

seperti yang dilakukan oleh Nabi waktu berada di Madinah. Kaum

Yahudi dan Nasrani yang jumlahnya sedikit dilindungi baik

keamanannya maupun dalam beribadah. Kaum muslimin dianjurkan

untuk bisa hidup damai dengan masyarakat sesamanya walaupun

berbeda keyakinan.

c. Hidup rukun dan damai dengan sesama manusia

Hidup rukun antar kaum muslimin maupun non muslimin seperti

yang dilakukan oleh Rasulullah SAW akan membawa kehidupan yang

damai dan sentosa, selain itu juga dianjurkan untuk bersikap lembut

pada sesama manusia baik yang beragama Islam maupun yang

beragama Nasrani atau Yahudi.

d. Saling tolong menolong dengan sesama manusia

Dengan hidup rukun dan saling tolong menolong sesama

manusia akan membuat hidup di dunia yang damai dan tenang. Nabi

memerintahkan untuk saling menolong dan membantu dengan

sesamanya tanpa memandang suku dan agama yang dipeluknya. Hal

ini juga dijelaskan dalam Al-Qur'an pada surat Al-Maidah ayat 2

sebagai berikut:

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam  kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”

Dari ayat tersebut sudah jelas bahwa di dalam Al-Qur'an

dijelaskan dengan sikap tolong menolong hanya pada kaum muslimin

tetapi dianjurkan untuk tolong menolong kepada sesama manusia baik

Tasamuh / Toleransi

Page 26: Toleransi

20

itu yang beragama Islam maupun non Islam. Selain itu juga seorang

muslim  dianjurkan untuk berbuat kebaikan di muka bumi ini dengan

sesama makhluk Tuhan dan tidak diperbolehkan untuk berbuat

kejahatan pada manusia. Disitu dikatakan untuk tidak mematuhi

sesamanya. Selain itu juga dilarang tolong menolong dalam perbuatan

yang tidak baik (perbuatan keji atau dosa).

D.Manfaat & Hikmah Toleransi / Tasamuh

1. Ciri-ciri dan contoh sikap tasamuh

Orang yang berjiwa tasamuh itu memiliki ciri-ciri diantaranya

tidak sombong, tidak egois, tidak memaksakan kehendak, tidak pernah

meremehkan orang lain, mau menghormati (sikap, pendapat, dan

saran) orang lain, mau berbagi ilmu dan pengalaman, saling

pengertian, berjiwa besar, terbuka menerima saran dan kritik, senang

menerima nasehat orang lain, dan sebagainya.

Contoh sikap tasamuh di tengah kehidupan bermasyarakat

misalnya seperti yang pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW

ketika membangun masyarakat Madinah yang pada waktu itu di

Madinah terdapat tiga golongan pemeluk agama, yaitu Islam, Yahudi,

dan Nasrani. Mereka saling bekerja sama dan bergotong royong dalam

membangun Kota Madinah, tetapi hanya dalam hal-hal yang bersifat

urusan duniawi, tidak menyangkut urusan agama.

Contoh sikap tasamuh antar umat beragama (umat Islam dengan

non muslim) adalah dengan cara tidak ikut campur dalam masalah

peribadatan masing-masing pemeluk agama. Cukup dengan cara

menghormati dan menghargai perbedaan keyakinan beragama

masing-masing dan tidak saling mengganggu. Tasamuh antar sesama

umat Islam ( antar interen umat beragama) misalnya dengan cara

Tasamuh / Toleransi

Page 27: Toleransi

20

menghormati perbedaan kelompok, madzhab, jama’ah, organisasi

keagamaan, dan perbedaan furu’iyah lainnya.

2. Manfaat & Hikmah Sikap Tasamuh

a. Menjalin ukhuwah, persatuan, dan kesatuan dalam

bermasyarakat

b. Menciptakan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat

c. Terwujudnya kerukunan dan terhindar dari perpecahan

d. Terwujudnya ketenangan dan terhindar dari ketegangan dan

konflik

e. Menghilangkan hasud, fitnah, kebencian, dendam dan

permusuhan

f. Menciptakan rasa aman, tenang, tentram, dan damai di

masyarakat

g. Menimbulkan sikap saling menghormati antar sesama.

3. Penutup

Kesimpulan : Dalam melakukan setiap perbuatan toleransi harus ada batas batas tertentu. Sudah tentu sikap toleransi ini pun bukannya tanpa batas, sebab toleransi yang tanpa batas bukanlah toleransi namanya, melainkan "luntur iman."

Batas toleransi itu ialah, pertama : apabila toleransi kita tidak lagi disambut baik atau ibarat "bertepuk sebelah tangan," di mana pihak lain itu tetap memusuhi apalagi memerangi Islam. Kalau sudah sampai "batas" ini, kita dilarang menjadikan mereka sebagai teman kepercayaan.

Firman Allah SWT :"Sesungguhnya Allah hanya melarang kalian menjadikan sebagai kawan kalian orang-orang yang memerangi kalian karena agama dan mengusir kalian dari negeri kalian, dan membantu (orang lain) untuk mengusir

Tasamuh / Toleransi

Page 28: Toleransi

20

kalian. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang zhalim." (Q.S. Al-Mumtahanah : 9).

Akan tetapi hal ini tidak lantas berarti bahwa kita boleh langsung membalas, melainkan lebih dulu menghadapinya dengan pendekatan untuk "memanggil" atau menyadarkan. Bukankah Islam mengajarkan ummatnya agar menolak kejahatan dengan cara yang baik?

"Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang antaramu dengannya ada permusuhan itu seolah-olah menjadi teman yang setia." (Q.S. Al-Fushshilat : 34).

Apalagi kalau yang "memusuhi" aqidah kita adalah orang tua kitasendiri, maka penolakannya harus dengan cara yang lebih baik lagi dan tetap bersikap sebagai anak yang berbakti kepada kedua orang tua (birru al-walidain). Dengan kata lain, sekali pun berbeda agama atau keyakinan dengan orang tua, namun dalam hubungan antar manusia (hablun min an-nas), harus tetap baik. Setiap anak harus berbakti kepada kedua orang tuanya. Akan tetapi kalau orang tua memaksa anak untuk berbuat syirik, maka "fala tuthi'huma!" (jangan sekali-kali kamu ikuti), danpergaulilah keduanya di dunia dengan baik -- demikian firman Allah dalam surat Luqman : 15.

Tasamuh / Toleransi