9
TORUS PALATINUS Torus palatinus merupakan suatu penonjolan tulang (exostosis) yang umum terjadi di tengah palatum ker as. Exosto sis ada lah sua tu per tumbuhan ben igna jar ingan tul ang yan g men onj ol kel uar dar i per mukaan tul ang. Secara kha s keadaan ini ditandai dengan ter tut upnya tonjol an ter se but ole h kartilago. Gambar 1. Torus palatinus (A) Torus palatinus yang besar pada palatum keras di dalam rongga mulut. (B) Torus palatinus multiple A. Etiologi dan Patogenesis Secara anatomis terdapat pembengkakan nodular yang terdiri dari tulang lamelar normal, sekalipun lesi luas mungkin memiliki tulang cancellous pada bagian tenga hnya. Patogene sis dari penon jolan (exostosis) ini masih diperdebatkan, berkisar dari faktor genetik hingga lingkungan (seperti tekanan kunyah ). Pen yebab exo stosis ini bel um diketa hui tet api pad a beb era pa ora ng dit urunkan sec ara autosomal dominan. Ser ing dise but juda  tori adalah suatu nodular jinak yang tumbuh berlebihan dari tulang kortikal. Walaupun gambaran fisiknya dapat merupakan suatu alarm tanda keganasan, tetapi secara umumm tidak dibutuhkan suatu perhatian khusus. Protuberensia tulang yang terdapat di midline palatum dimana maksila menyatu. Tori bisa terdapat di mandibula, khas di sisi lingual dari gigi molar. Tori dilapisi jaringan epitelium yang tipis, yang mudah mengalami trauma dan ulcus. Penyembuhan pa da ulcus yang terjadi cenderung sangat lambat karena tori miskin vaskularisasi. Torus palatinus tumbuh sangat lambat dan terjadi pada semua umur, tetapi sebagian besar terjadi sebelum usia 30 tahun. Torus palatinus dua kali lebih sering terjadi pada wanita. B. Patologi Potongan melintang pada exostosis terlihat tulang yang padat dengan gambaran lamellar  atau berlapis- lapis. Selalu dengan ciri tebal, matur dan tulang lamellar  dengan osteocytes yang menyebar dan ruang sumsum tulang yang kecil diisi lemak tulang atau stroma fibrovascular  longgar. Beberapa lesi dengan tepi tulang kortika l yang tipis mela pisi tulang cancellous yang inaktif dengan lemak dan jaringan hematopoietic. Minimal aktivitas osteoblas tic selalu terlih at, tetap i serin g lesi menunjukan aktivita s perios teal yang banyak . Are a yan g lua s pada tula ng mungki n menunj ukk an pembes ara n lak una yang lep as atau  pyknotic osteocytes mengi ndika sikan terjadiny a gangg uan iskemi pada tulang. Peruba han iskemi seperti fibrosis sumsum dan dilatasi vena mungkin ditemukan pada susmsum tulang, dengan contoh yang jarang menunjukkan aktual infraksi dari lemak sumsum. Gard ner synd rome sul it dibeda kan denga n exo tos is tul ang biasa , mer upa kan suatu osteoma- producing syndrome, pada orang dengan exoto sis tulang perlu dieval uasi apakah ada sindro ma ini. Apaka h pender ita memiliki pertumbu han tulang multiple atau lesi tidak pada lokas i klasi k torus atau bucal exostosis. Intestinal polyposis dan cutaneous cysts atau fibroma s gambaran lain dari autosomal domina nt syndr ome . Polip pada intertinal ini memil iki kecendrun gan yang kuat berubah menjadi kanker.

Torus Palatinus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Torus Palatinus

Citation preview

  • TORUS PALATINUS

    Torus palatinus merupakan suatu penonjolan tulang (exostosis) yang umum terjadi di tengah palatum keras. Exostosis adalah suatu pertumbuhan benigna jaringan tulang yang menonjol keluar dari permukaan tulang. Secara khas keadaan ini ditandai dengan tertutupnya tonjolan tersebut oleh kartilago.

    Gambar 1. Torus palatinus (A) Torus palatinus yang besar pada palatum keras di dalam rongga mulut. (B) Torus palatinus multiple

    A. Etiologi dan PatogenesisSecara anatomis terdapat pembengkakan nodular yang terdiri dari tulang lamelar normal, sekalipun lesi luas mungkin memiliki tulang cancellous pada bagian tengahnya. Patogenesis dari penonjolan (exostosis) ini masih diperdebatkan, berkisar dari faktor genetik hingga lingkungan (seperti tekanan kunyah). Penyebab exostosis ini belum diketahui tetapi pada beberapa orang diturunkan secara autosomal dominan.Sering disebut juda tori adalah suatu nodular jinak yang tumbuh berlebihan dari tulang kortikal. Walaupun gambaran fisiknya dapat merupakan suatu alarm tanda keganasan, tetapi secara umumm tidak dibutuhkan suatu perhatian khusus. Protuberensia tulang yang terdapat di midline palatum dimana maksila menyatu. Tori bisa terdapat di mandibula, khas di sisi lingual dari gigi molar.Tori dilapisi jaringan epitelium yang tipis, yang mudah mengalami trauma dan ulcus. Penyembuhan pada ulcus yang terjadi cenderung sangat lambat karena tori miskin vaskularisasi. Torus palatinus tumbuh sangat lambat dan terjadi pada semua umur, tetapi sebagian besar terjadi sebelum usia 30 tahun. Torus palatinus dua kali lebih sering terjadi pada wanita.

    B. PatologiPotongan melintang pada exostosis terlihat tulang yang padat dengan gambaran lamellar atau berlapis-lapis. Selalu dengan ciri tebal, matur dan tulang lamellar dengan osteocytes yang menyebar dan ruang sumsum tulang yang kecil diisi lemak tulang atau stroma fibrovascular longgar. Beberapa lesi dengan tepi tulang kortikal yang tipis melapisi tulang cancellous yang inaktif dengan lemak dan jaringan hematopoietic.Minimal aktivitas osteoblastic selalu terlihat, tetapi sering lesi menunjukan aktivitas periosteal yang banyak. Area yang luas pada tulang mungkin menunjukkan pembesaran lakuna yang lepas atau pyknotic osteocytes mengindikasikan terjadinya gangguan iskemi pada tulang. Perubahan iskemi seperti fibrosis sumsum dan dilatasi vena mungkin ditemukan pada susmsum tulang, dengan contoh yang jarang menunjukkan aktual infraksi dari lemak sumsum.Gardner syndrome sulit dibedakan dengan exotosis tulang biasa, merupakan suatu osteoma-producing syndrome, pada orang dengan exotosis tulang perlu dievaluasi apakah ada sindroma ini. Apakah penderita memiliki pertumbuhan tulang multiple atau lesi tidak pada lokasi klasik torus atau bucal exostosis. Intestinal polyposis dan cutaneous cysts atau fibromas gambaran lain dari autosomal dominant syndrome. Polip pada intertinal ini memiliki kecendrungan yang kuat berubah menjadi kanker.

  • C. Gambaran KlinisExostosis tulang tampak sebagai tumor (pembengkakan) yang kaku dengan permukaan mukosa yang normal. Tonjolan tulang yang keras di tengah-tengah palatum ini biasanya berukuran diameter kurang dari 2 cm, namun terkadang perlahan-lahan dapat bertambah besar dan memenuhi seluruh langit-langit. Kebanyakan torus tidak menyebabkan gejala. Bentuk dan ukuran dari torus palatinus bervariasi.Ketika muncul di daerah midline pada palatum durum maka disebut torus palatinus dan ketika muncul dilateral di redio lingual premolar dari mandibula disebut torus mandibularis. Yang sangat mengherankan, torus palatinus dan torus mandibularis jarang ditemukan muncul bersama-sama pada satu individu. Prevalensi dari torus palatinus dan torus mandibularis adalah 20-25% dan 6-12% dari populasi umum. Pada wanita insidennya lebih tinggi. Biasanya pasien baru menyadari ada exostosis ini bila ada trauma.

    D. Diagnosis Diagnosis didapatkan dari gejala klinik. Bisa dilakukan biopsi, oral radiographs dan CT scans untuk menegakkan diagnosis.

    E. Diffential Diagnosis Gingival fibrosis, fibroma formation secondary to irritation, granuloma, abses, oral neurofibroma pada palatum, fibrous dysplasia, osteomas, dan pagets disease.

    F. Terapi Tidak ada menajemen aktif yang wajib dilakukan, menenangkan pasien bahwa keadaanya merupakan bukan suatu keganasan. Bila mukosa yang melapisinya tipis dan cenderung trauma, pasien mungkin membutuhkan antiseptik pencuci mulut jika terdapat ulcus. Bila tidak ada keluhan, torus palatinus tidak memerlukan perawatan. Namun pada pasien yang menggunakan gigi tiruan, torus palatinus ini dapat mengganjal basis gigi tiruan sehingga harus dihilangkan dengan tindakan bedah menggunakan conservative surgical excision.Di bidang kedokteran gigi, penatalaksanaan torus palatinus berkaitan dengan pembutan gigi tiruan sangat penting diperhatikan. Torus palatinus merupakan tonjolan yang ditutupi oleh selapis tipis jaringan lunak yang menyebabkan tori lebih sensitif terhadap tekanan atau palpasi (perabaan) dan pada saat perabaan akan terasa sangat keras.

    Gambar 2. Torus palatinus pada model gigi tiruan lengkap

    Konsistensi tori pada palatum sangat keras dan tidak sama dengan jaringan fibrous yang emenutupi puncak tulang alveolar. Oleh sebab itu, penatalaksanaan tori agar tidak mengganggu stabilisasi dan retensi gigi tiruan maka harus dibebaskan dari gigitan tekanan gigi tiruan atau dibuang secara bedah. Torus palatinus yang tidak ditanggulangi akan menyebabkan garis fulkrum yang seharusnya di puncak lingir, akan berpindah di puncak torus. Hal ini menyebabkan gigi tiruan tidak stabil dan mudah retak (patah).

  • Metode Non BedahMetode non bedah dilakukan dengan cara peredaan atau pembebasan tori dari tekanan dengan cara menempatkan selapis kertas timah (alumunium foil) di atas daerah torus pada model pada saat gigi tiruan diproses (relief of chamber). Cara yang lain adalah dengan mendesain plat akriliknya dengan melakukan pembebasan torus palatinus. Luasnya ruang pembebasan sesuai dengan luas penonjolan torus di palatum keras.

  • TORUS

    Torus merupakan suatu pembasaran, penonjolan yang membulat pada rongga mulut. Jika terjadi di daerah palatum disebut torus palatines, sedangkan jika terjadi di daerah lingual maka disebut torus lingualis (Harty, 1995).

    Torus lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Torus biasanya muncul pada orang dewasa

    dan jarang terjadi pada usia dibawah 15 tahun. Torus dianggap sebagai suatu anomaly yang

    berkembang, yang tumbuh secara perlahan-lahan sepanjang hidup. Torus biasanya Nampak pada area

    premolar dan dapat muncul multiple di rongga mulut, berdiameter 1,5-4 cm. Torus mempunyai tempat-

    tempat yang spesifik. Torus palatius terletak di median line palatal, dan torus mandibularis terletak di

    sisi lingual dari alveolar, sedangkan bukal eksotosis terletak pada alveolar bagian bukal. Kadang torus

    sulit dibedakan dengan peripheral ossifying fibroma atau produksi masa jaringan lunak tulang pada

    mulut.

    Torus palatinus adalah penonjolan tulang yang umum terjadi di tengah palatum durum.

    Ukurannya bervariasi dari yang hampir tidak nyata hingga sangat besar, dari yang datar/flat hingga

    terbatas/lobular. Torus palatinus pada rongga mulut ini bukan merupakan penyakit atau tanda dari

    suatu penyakit tetapi jika ukurannya besar kemungkinan akan menjadi masalah dalam konstruksi dan

    pemakaian denture. Torus palatinus pada rongga mulut ini biasanya terdiri dari tulang kanselous

    (cancellouse bone) yang matur dan padat dikelilingi tulang kortikal dengan ketebalan bervariasi

    (Belsky, 2003). Torus palatinus, mempunyai ukuran dan bentuk sangat bervariasi, bisa berupa tonjol

    kecil tunggal/ berupa tonjol multilobuler yang luas (Pedersen, 1996).

    Torus mandibularis terletak diatas perlekatan otot mylohyoid, dan biasanya bilateral.

    Pertumbuhan bersifat jinak dan jarang membutuhkan perawatan khusus. Pengambilan tulang ini

    biasanya disebut dengan prosedur astetomi (Pedenser, 1996).

    Etiologi - Penyebab utama adanya torus baik itu pada mandibula (torus mandibularis) maupun palatina

    (torus palatinus) saat ini belum diketahui dengan pasti. Teori yang saat ini paling diterima secara luas

    adalah berhubungan dengan genetik. Di bawah ini adalah kemungkinan etiologi dari torus yang

    ditemukan oleh para peneliti:

    1. Peneliti menyebutkan bahwa torus diturunkan secara autosomal dominan. Dimana pada anak

    perempuan, ibu dan nenek memiliki autosomal dominan torus palatinus ditemukan terdapat

    pada semua wanita tersebut.

    2. Adanya injury superficial atau kejadian tersebut merupakan respon fungsional individual.

    3. Kebiasaan makan. Peneliti menghubungkan konsumsi ikan dengan adanya torus karena ikan

    berisi asam lemak tak jenuh dan vitamin D yang dapat mendorong pertumbuhan tulang.

    Selain itu, adannya penggunaan jangka panjang dari phenitoin merupakan faktor yang dapat

    meningkatkan ukuran torus karena phenitoin akan mempengaruhi peningkatan hemostasis kalsium,

    berfungsi sebagai agen osteogenik. Namun faktor ini bukan merupakan salah satu faktor yang dapat

    menyebabkan terjadinya torus. (Garcia, 2000)

  • Klasifikasi - Berdasarkan pada bentuknya adalah sebagai berikut (Archer, 1975):

    1. Convex sessile : lunak, pertumbuhan keluar, bilateral, biasanya simetris.

    2. Nodular : massanya bersifat semifuse (agak menyebar), ukurannya berariasi dan ada sejumlah

    peninggian tulang yang semi pedunculated.

    3. Lobular : kebanyakan menyerupai bentuk nodular yang pertumbuhannya lebih cepat dan

    sangat luas serta memunyai banyak undercut. Bagian dasarnya pedunculated tapi hal ini

    sangat sukar dilihat pada torus lobular yang besar sampai beberapa segmennya sudah

    diekspose dengan refleksi dari membrane mukoperiosteal.

    4. Spindle : bentuknya panjang tipis, tampak disepanjang midline ridge. Spindle juga dapat

    mempunyai bentuk tapered. Bentuk tapered ini merupakan bentuk yang tidak biasa dari tori

    spindle yang besar

    Berdasarkan letaknya (Pederson, 1996):

    1. Torus palatinus : terletak di daerah palatal.

    2. Torus mandibularis : terletak pada daerah lingual

    Indikasi dan Kontraindikasi Torus Removal

    Indikasi:

    Torus (palatinus dan mandibularis) merupakan variasi normal setiap individu. Torus tidak

    membutuhkan treatment kacuali jika menjadi besar dan mengganggu penempatan protesa gigi dan

    fungsi rongga mulut atau menyebabkan ulcer karena trauma yang berulang (Gorlin, 1970).

    Indikasi torus removal adalah bagi orang yang memakai gigi tiruan dan alat orho lepasan,

    terdapat ulserasi yang berulang (kambuhan), dan kesultan dalam makan dan berbicara (Laskin, 1985).

    Sedangkan menurut Fragiskos (2007) torus removal perlu dilakuakan jika torus tersebut

    membesar dan pasien merasa terganngu dengan danya torus tersebut, sehingga dapat menghambat

    fungsi dari rongga mulut itu sendiri.

    Menurut Ardan (2007) indikasi torus removal adalah sebagai apabila mengganggu stabilitas

    gigi tiruan lepasan, apabila ukurannya terlalu besar, dan apabila tidak dilakukan relief pada landasan

    gigi tiruan.

    Kontraindikasi:

    Karena torus removal merupakan tindakan bedah minor,sehingga kontra inidikasinya sama

    dengan kontra indikasi bedah minor yaitu :

    Kelainan darahPurpura hemoragikLekemiaPenyakit ginjalPenyakit kelenjar endokrinDiabetes Melitus Kehamilan

  • Penyakit kardiovaskulerHipertensiJaundiceAIDSSifilisHipersensitivitas

    Prosedur Bedah Torus Removal

    A. Torus removal pada torus palatinus

    Pembedahan untuk menghilangkan torus ini pada dasarnya sama tanpa memperhatikan bentuknya.

    Berikut ini merupakan cara pengambilan torus palatinus menurut Fragiskos (2007):

    1. Palatum sebelum penghilangan torus palatinus

    2. Setelah dilakukan anastesi, Dilakukan insisi di sepanjang midline palatum dengan dua insisi serong pada anterior dan posteriornya

    3. Flap yang terbentuk lalu ditarik dengan benang jahit atau jahitan traction.

    4. Lesi kermudian dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dengan fissure bur

    5. Kemudian dilakukan penghilangan fragmen eksostosis dengan monobevel chisel

    6. Lalu dilakukan penghalusan permukaan tulang dengan bur tulang

  • 7. Apabila ada jaringan lunak yang berlebihan maka dilakukan pemotongan seperlunya

    8. Dilakukan penutupan flap dimulai dari posterior dan dengan beberapa jahitan matres

    horizontal terputus.

    9. Hematom yang terjadi di bawah flap palatal merupakan hal biasa yang terjadi. Kejadian ini

    bisa dihindari atau diperkecil dengan pengikatan sponge pada palatum sehingga membantu

    menekan flap kea rah palatum.

    10. Palatum setelah penghilangan torus

    B. Torus removal pada torus mandibula

    1. Torus mandibularis di edentulous (a) dan dentulous (b) pasien

    2. Sayatan sepanjang lengkung alveolar (tanpa melepaskan sayatan vertical)

    3. Penutup mucoperiosteal dibuka untuk mengekspos exostosis

    4. Penghilangan tulang exostosis dengan bur tulang

  • 5. Permukaan tulang dirapikan dengan bone file

    6. Area operasi setelah recontouring bedah tulang

    7. Area operasi setelah dijahit

    Medikasi Pasca Bedah1. Pengobatan rasa sakit

    2. Achetaminophen 500 mg setiap 4 -6 jam seperlunya.

    3. Antibiotik, untuk mencegah infeksi.

    4. Roburantia, untuk mempercepat penyembuhan

    5. Vitamin C 500mg sampai 2 kali sehari.

    6. Zinc 50-200 mg per hari

    7. Obat kumur, resepkan Chlorhexidine glukonat

    8. Setelah 5-7 hari jahitan dibuka

    DAFTAR PUSTAKA

    Ardan,Rachman. 2007. Perbedaan Ciri Morfologis Torus Mandibularis antar Populasi dan antar Seks pada

    Orang Baduy Dalam,Orang Baduy Luar, dan Suku Sunda Sekitarnya. Bandung : Universitas Padjajaran

    Belsky JL, Josephine SH, Janet EH, Karl I and William J. Torus Palatinus: A New Anatomical Correlation

    with Bone Density in Postmenopausal Women. The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism.

    2003;88(5): 2081-2086.

    Fragiskos FD. 2007. Oral Surgery. Berlin: Springer

    Garcia-Garcia AS, Jose Maria MG, Rafael GF, Angeles SR and Lucia OR. 2000. Current Status of the Torus

  • Palatinus and Torus Mandibularis. Med Oral Patol Cir Bucal.

    Harty, F.J. and Ogston, R. .1995. Kamus Kedokteran Gigi. EGC. Jakarta

    Laskaris, 1985.Oral Surgery Volume 2. St.Louis. CV Mosby CompanyPedersen GW. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta. EGC

    Langit-langit Mulut (palatum).

    Sialometaplasia nekrotisasiSumber : http://dmfr.birjournals.org

    Sialometaplasia nekrotisasi merupakan suatu luka ulseratif menganga di permukaan langit-langit keras mulut yang timbul secara tiba-tiba dalam 1-2 hari. Kelainan ini sering meluas dan menakutkan, tetapi tidak menimbulkan rasa nyeri. Penyakit ini sering terjadi karena adanya nekrosis / kematian jaringan kelenjar liur kecil setelah daerah tersebut mengalami cedera (misalnya karena intubasi atau prosedur gigi seperti suntikan obat anastesi lokal pada daerah tersebut) dan akan mereda dalam waktu 2 bulan.

    Torus merupakan suatu penonjolan tulang yang tumbuh secara lambat (torus) biasanya terjadi di pertengahan langit-langit mulut (Torus palatinus). Pertumbuhan ini sering terjadi dan tidak berbahaya. Muncul selama masa pubertas dan menetap seumur hidup penderita.

    Tumor di langit-langit mulutTumor di langit-langit mulut (baik ganas maupun jinak), seringkali terjadi pada usia 40-60 tahun. Tumor pada stadium awal hanya memiliki sedikit gejala, seperti adanya pembengkakan di langit-langit mulut atau rasa goyah pada gigi bagian atas. Nyeri baru timbul setelah beberapa waktu kemudian.

    Gumma pada sifilisPada sifilis stadium lanjut, suatu lubang (gumma) bisa timbul di langi-langit mulut.