16
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pengambilan keputusan akan selalu kita jumpai dalam kehidupan kita, baik dalam kegiatan sehari-hari maupun ketika kita kelak mengambil keputusan strategis dalam organisasi atau perusahaan. Dalam mengambil keputusan, terdapat beberapa tools yang lazim digunakan, misalnya Game Theory, AHP, maupun Decision Tree. Masing-masing tools tentulah memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Oleh karenanya, penggunaan tools tersebut hendaknya disesuaikan dengan kondisi yang ada. Salah satu tool yang cukup sering digunakan yaitu AHP (Analytical Hierarchy Process). AHP sering digunakan dalam proses perencanaan, pengalokasian sumber daya, penyelesaian konflik, dan lain sebagainya. Salah satu faktor yang menjadi alasan mengapa AHP cukup sering digunakan dalam proses pengambilan keputusan, yaitu karena dalam AHP suatu prioritas disusun dari berbagai pilihan yang dapat berupa kriteria yang sebelumnya telah didekomposisi terlebih dahulu, sehingga penetapan prioritas didasarkan pada suatu proses yang hierarkis dan logis. Dengan adanya prioritas ini, maka pengambil keputusan akan dapat menentukan keputusan strategis yang akan diambilnya. Melalui makalah ini, penulis akan mencoba menjelaskan kembali tentang AHP sebagai suatu alat dalam pengambilan keputusan.

TPK Uas

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Teori Pengambilan Keputusan

Citation preview

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangProses pengambilan keputusan akan selalu kita jumpai dalam kehidupan kita, baik dalam kegiatan sehari-hari maupun ketika kita kelak mengambil keputusan strategis dalam organisasi atau perusahaan. Dalam mengambil keputusan, terdapat beberapa tools yang lazim digunakan, misalnya Game Theory, AHP, maupun Decision Tree. Masing-masing tools tentulah memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Oleh karenanya, penggunaan tools tersebut hendaknya disesuaikan dengan kondisi yang ada.

Salah satu tool yang cukup sering digunakan yaitu AHP (Analytical Hierarchy Process). AHP sering digunakan dalam proses perencanaan, pengalokasian sumber daya, penyelesaian konflik, dan lain sebagainya. Salah satu faktor yang menjadi alasan mengapa AHP cukup sering digunakan dalam proses pengambilan keputusan, yaitu karena dalam AHP suatu prioritas disusun dari berbagai pilihan yang dapat berupa kriteria yang sebelumnya telah didekomposisi terlebih dahulu, sehingga penetapan prioritas didasarkan pada suatu proses yang hierarkis dan logis. Dengan adanya prioritas ini, maka pengambil keputusan akan dapat menentukan keputusan strategis yang akan diambilnya.

Melalui makalah ini, penulis akan mencoba menjelaskan kembali tentang AHP sebagai suatu alat dalam pengambilan keputusan. Selain itu, juga akan dijelaskan contoh-contoh penggunaan AHP dalam pengambilan keputusan di dalam perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah1) Apakah yang dimaksud dengan AHP (Analytical Hierarchy Process)?2) Bagaimana langkah-langkah penggunaan AHP dalam suatu proses pengambilan keputusan?3) Bagaimana contoh penerapan AHP dalam pengambilan keputusan di dalam perusahaan?

1.3 Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk lebih memahami kembali tentang AHP sebagai salah satu alat pengambilan keputusan yang umum ditemui berikut penggunaannya dalam perusahaan. Serta untuk lebih memahami langkah-langkah penggunaan AHP.

1.4 Manfaat Penelitian1. Bagi penulis yakni sebagai tugas Ujian Akhir Semester untuk mendapat nilai dalam mata kuliah Teori Pengambilan keputusan.2. Bagi pembaca yaitu: Untuk lebih memahami tentang AHP. Agar lebih mampu memahami langkah-langkah penerapan AHP.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MetodeAnalytic Hierarchy Process (AHP)Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L.Saaty dari University of Pittsburgh. AHP dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang kompleks dengan kriteria yang diambil cukup banyak. Kompleksitas ini disebabkan struktur permasalahan yang belum jelas dan minimnya data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi. Ada kalanya timbul permasalahan pada saat masalah yang diamati memerlukan keputusan yang harus diambil secepatnya, tetapi variasinya rumit sehingga data tidak mungkin dapat dicatat secara numerik hanya secara kualitatif saja yang dapat diukur, yaitu berdasarkan persepsi, pengalaman dan intuisi (Anda Iviana J, 1996).

The analitic hierarchy process (AHP), developed at the Wharton School of Business by Saaty. Allows decision makers to model a complex problem in a hierarchy structure showing the relationships of thegoal,, objectives (criteria), ub-objectives, and alternatives. Uncertainties and other influencing factors can also included. AHP allows for the applicatin of data, experience, insight, and intuition in a logical and thorough way. AHP enables decision-makers to derive ratio scale priorities or weights as opposed to arbitrarily assigning them. In sodoing, AHP not only supports decision-makers by enambling them to structure complexity and exercise judgement, but also allows them to incorporate both objective and subjective considerations in the decision process. AHP is a compensatory decision methodology because alternatives that are deficient with respect to other objectives. AHP is composed of several previously existing but unassociated concepts and techniques such as hierarchical structuring of compelxity, pairwise comparisons, redudant judgements, an eigenvector method for deriving weights, and consistency considerations. Although each of these concepts and techniques (along with some new developments) produced a process whose power is indeed far more than the sum of its parts by Ernest Forman (2002).

AHP adalah prosedur yang berbasis matematis yang sangat matematik dikuantitatif dalam satu set perbandingan berpasangan. Kelebihan AHP dibandingkan dengan yang lainnya karena adanya struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai kepada sub-sub kriteria yang paling mendetail. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan (Saaty, 1990).

Karena menggunakan input persepsi manusia, model ini dapat mengolah data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Jadi kompleksitas permasalahan yang ada disekitar kita dapat didekati dengan baik oleh model AHP, selain juga mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi-objektif dan multi-kriteria yang didasarkan pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hirarki. Jadi model ini merupakan suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif. (Tintri, 2004).

2.2 Keunggulan Analytical Hierarchy ProjectYang menjadi keunggulan AHP adalah fleksibilitasnya sehingga mampu diintegrasikan dengan berbagai metode yang berbeda. Misalnya diintegrasikan dengan Linear Programming, Quality Function Deployment (QFD) maupun dengan Fuzzy Logic. Ini memungkinkan kita sebagai pengguna alat pengambil keputusan untuk memperoleh manfaat dari gabungan metode-metode tersebut, dan oleh karenanya mampu mencapai tujuan yang diharapkan dengan lebih baik.

BAB 3METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian Yang DigunakanDalam penelitan ini, metode yang penulis gunakan adalah metode studi literatur atau studi kepustakaan. Kami mendapatkan data-data yang kami gunakan dalam penelitian ini melalui literatur yang telah ada sebelumnya.

3.2 Pengertian Metode Studi KepustakaanYang dimaksud dengan studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain.

Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Teori-teori yang mendasari masalah dan bidang yang akan diteliti dapat ditemukan dengan melakukan studi kepustakaan. Selain itu seorang peneliti dapat memperoleh informasi tentang penelitian-penelitian sejenis atau yang ada kaitannya dengan penelitiannya. Dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan melakukan studi kepustakaan, peneliti dapat memanfaatkan semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan penelitiannya.

BAB 4PEMBAHASAN

4.1 Langkah-Langkah Penggunaan AHPProses hirarki analitik atau Analytical Hierarchy Process (AHP) kurang lebih dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Setelah permasalahan utama terkonfirmasi, maka langkah pertama yaitu menyusun hierarki struktural. Hirarki adalah abstraksi struktur suatu sistem, dimana fungsi hirarki antar komponen dan dampaknya pada sistem secara keseluruhan dapat dipelajari.2. Menyusun pair-wise comparison matrix. Tujuannya adalah untuk memperoleh derajat kepentingan relatif dari masing-masing elemen. Skala nominal yang digunakan yakni skala 1-9.3. Mencari eigenvector dan eigenvalue maksimum. Nilai ini dapat digunakan untuk menentukan tingkat konsistensi diantara perbandingan yang ada dan sekaligus menjadi indeks referensi dalam proses screening suatu informasi.4. Menyusun indeks konsistensi. Melalui indeks ini akan dapat diketahui selisih antara eigenvalue maksimum () dan number of order (n).5. Mengembangkan prioritas dan pembobotan secara keseluruhan.

AHP membuka kesempatan adanya perbedaan pendapat dan konflik sebagaimana yang terjadi dalam kondisi nyata dalam usaha mencapai konsensus. Langkah yang dilakukan pada metoda AHP, yaitu: (1) mengidentifikasi sasaran/cita-cita utama (ultimate goals) pada puncak hirarki sebagai focus, (2) menyusun kekuatan pendorong (forces), (3) menentukan pelaku (actors), (4) menetapkan beberapa tujuan (objectives) yang dimungkinkan dan (5) menentukan prioritas pilihan dalam berbagai alternatif. Semua problema sistem tidak dapat dipecahkan melalui komponen yang terukur seperti keadaan ya dan tidak (1 dan 0) karena ada kondisi perbedaan kepentingan.

AHP sangat membantu dalam hal mencapai konsensus kelompok. Umumnya hal tersebut terdiri atas kuesioner untuk membandingkan tiap elemen dan rata-rata geometris untuk mencapai keputusan akhir. Metode hierarki yang digunakan pada AHP memiliki banyak keuntungan. AHP mencoba memecahkan masalah dengan cara membandingkan masukan secara berpasangan berdasarkan skala yang dapat membedakan setiap pendapat serta mempunyai keteraturan dengan nilai skala Saaty 1 sampai dengan 9 seperti pada tabel di bawah.NilaiKeterangan

1Sama pentingnya

3Sedikit lebih penting

5Jelas lebih penting

7Sangat jelas lebih penting

9Mutlak lebih penting

2,4,6,8Jika terjadi keraguan jawaban antara 2

nilai yang berdekatan

1/(1-9)Kebalikan nilai tingkat kepentingan dari

skala 1-9

Saaty (1993) telah membuktikan bahwa nilai skala komparasi 1 sampai dengan 9 merupakan pengambilan keputusan individual yang baik dalam pendekatan sistem dengan pertimbangan ketelitian yang ditunjukkan pada nilai RMS (Root Means Square) dan MAD (Mean Absolute Deviation). Untuk menyusun prioritas dilakukan identifikasi terhadap intensitas masalah yang merupakan faktor dominan. Teknik komparasi berpasangan menerapkan penilaian para pakar berdasarkan skala komparasi berpasangan, sehingga membentuk matriks segi (nxn). Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk mendapatkan prioritas yang dicari berdasarkan nilai eigenvector dan untuk mendapatkan konsistensi penilaian diukur berdasarkan eigenvalue. Revisi pendapat dapat dilakukan jika rasio konsistensi (CR) pendapat cukup tinggi, dan dianggap konsisten jika mempunyai nilai kurang dari atau sama dengan 0.1.

4.2 Contoh Penerapan AHP Dalam Proses Pengambilan KeputusanDalam literatur yang menjadi sumber utama penulis untuk menyusun penelitian ini terdapat contoh penerapan AHP dalam sebuah perusahaan di Eropa yang merencanakan untuk meluncurkan produk baru dari kacang dan buah-buahan kering dengan target pasarnya diutamakan untuk anak-anak muda Italia. Produk tersebut diharapkan dapat membantu mempromosikan khasiat dari kacang dan olahan buah kering.

Partisipan MBA kemudian dibagi menjadi dua kelompok yang sma-sama mengikuti pendekeatan metodologikal terstruktur, yang mengidentifikasi kebutuhan konsumen.Kedua kelompok akhirnya mencapai titik hierarki kebutuhan tingkat kedua dengan kebutuhan dasar konsumennya terdiri atas: produk makanan ringan yang baru tersebut memiliki kemasan yang praktis produk tersebut memiliki nutrisi yang seimbang produk tersebut memiliki rasa yang lezat produk tersebut harganya terjangkau.CompatibilityIndexes

Tabel compatibility index diatas menunjukkan angka dibawah 10% dan bobotnya pun tidak berubah secara signifikan jika para responden non-konsisten tidak dicantumkan ke dalam perhitungan. Bobot vektor tampaknya lebih stabil di kelompok 2, namun dengan mempertimbangkan lingkup survei ini hasil perhitungan awal dari kebutuhan konsumen untuk mengembangkan produk sederhana yang baik bagi konsumen maka variasi bobot pada kelompok 1 juga dapat kita terima.

Variasi Bobot Kebutuhan Dasar

4.3 Simpulan Hasil PenelitianPada perhitungan awal, sebagian besar dari responden menunjukkan hasil atau nilai yang tidak dapat diterima, yaitu pada Consistency Index, dan oleh karenanya ini seharusnya tidak boleh diikutsertakan dalam perhitungan selanjutnya. Akan tetapi, hal ini rupanya telah dikompromikan dalam analis tersebut. Permasalahan seperti ini bukanlah permasalahan yang tidak umum dijumpai dalam mengadakan survei dengan pendekatan AHP. Karena patut diingat bahwa dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai pada mulanya adalah untuk mengembangkan produk yang sederhana, tampaknya mencantumkan para responden non-konsisten tidak secara signifikan mempengaruhi hasil akhir.

BAB 5PENUTUP

5.1 KesimpulanDari penelitian tersebut dapat kami simpulkan bahwa metode AHP akan sesuai digunakan dalam pengambilan keputusan yang membutuhkan prioritas tertentu. Jadi AHP membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menysun suatu hirarki kriteria, dinilai secara subjektif oleh pihak yang berkepentingan lalu menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas.

Dalam penelitian yang menggunakan AHP terkadang terkendala dengan penilaian preferensi yang tidak konsisten. Akan tetapi pada penelitian tertentu, hal ini dapat dikompromikan tergantung pada hasil yang ingin dicapai.

5.2 SaranUntuk lebih memahami bagaimana penerapan AHP dalam proses pengambilan keputusan, ada baiknya jika lebih sering berlatih simulasi penggunaan AHP.

DAFTAR PUSTAKA

Battistoni, Elisa. et al (2013). Analytic Hierarchy Process for New Product Development. International Journal of Engineering Business Management. Vol. 5, 42:2013http://mawardisyana.blogspot.com/2013/04/pengantar-penggunaan-ahp-analytical.htmlhttp://www.perkuliahan.com/apa-pengertian-studi-kepustakaan/Liang, Wen-Yau. (2003). The analytic hierarchy process in project evaluation An R&D case study in Taiwan. Benchmarking: An International Journal. Vol. 10 No. 5, 2003 pp. 445-456Vaidya, Omkarprasad S. & Sushil Kumar. (2006). Analytic hierarchy process: An overview of applications. European Journal of Operational Research. 169 (2006) 129

11