Upload
others
View
59
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
TRADISI UPACARA TOLAK BALA REBO KASAN:
SEJARAH, MAKNA, DAN FUNGSI
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh:
Fallenia Faithan
NIM 144114025
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta,t.:f ... J~\~ ... cf.~.I.~ ...... . Penulis
t?I-..... .. ......... . {0.~~~~ .. ~~~~ ... .
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya I1miah
Untuk Kepentingan Akademis
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Fallenia Faithan
NIM : 144114025
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya me~berikan kepada perpustakaan
Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul Tradisi Upacara Tolak Bala Rebo
Kasan: Sejarah, Makna, dan Fungsi.
Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data, mendisribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya
di internet atau media yang lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta
izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
v
Dibuat di Y ogyakarta
Pada tanggal,Jb j ut; tP- o~
Fallenia Faithan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada orang tuaku,
Andy Hedarwanto dan Kurniawati.
dan juga semua orang yang saya kasihi, serta yang selalu mengkasihi saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
MOTO
“Allah akan menurunkan tangan ketika kita mengangkat tangan untuk meminta”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan terima kasih kepada Allah SWT atas segala
berkat, karunia, dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Tradisi Upacara Adat Tolak Bala Rebo Kasan” ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan tercipta tanpa pihak yang
membantu, membimbing, memotivasi, dan mengarahkan penulis dalam
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan rasa terima
kasih kepada beberapa pihak.
Yang pertama ucapan terima kasih teruntuk keluargaku; kedua orang tuaku,
Andy Hedarwanto dan Kurniawati atas segala dukungan, doa, dan rasa sayang
serta perhatian yang tak henti-hentinya. Satu-satunya saudaraku, Gabby Cintia
Aprilla yang telah memberikan nasehat serta masukan yang tiada henti hingga
hari ini. Juga untuk nenek dan kakek Herman yang telah memberikan doa dan
dorongan agar penulis semangat dalam mengerjakan skripsi dengan segala cinta
dan kasih yang diberikan.
Yang kedua, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Yoseph
Yapi Taum, M.Hum dan Ibu Susilawati Endah Peni Adji, S.S., M.Hum selaku
dosen pembimbing yang selalu setia dan sabar untuk memberikan bimbingan dan
pengarahan dari awal penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.
Yang ketiga, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu dosen
Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma (USD), yaitu Prof. Dr. Praptomo
Baryadi Isodarus selaku Dosen Pembimbing Akademik, Sony Christian
Sudarsono, S.S., M.A. selaku Wakil Ketua Program Studi Sastra Indonesia USD,
Drs. B. Rahmanto, M.Hum., Maria Magdalena Sinta Wardani, S.S., M.A., Dr.
Paulus Ari Subgayo, M.Hum., (alm), dan Drs. Hery Antono, M.Hum. (alm) yang
telah bersedia membagi ilmunya selama saya berkuliah di Program Studi Sastra
Indonesia; juga kepada Staf Sekretariat Fakultas Sastra khususnya Jurusan Sastra
Indonesia atas pelayanannya yang baik selama ini.
Yang keempat teruntuk para sahabat dan teman; sahabat layaknya saudara,
Gisela Miga, Tia Pandita, Getza Prima Adyta sebagai teman saling mengasihi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berbagi keluh kesah, canda tawa, dan berbagi pengalarnan dari mas a SMA hingga
sekarang. Kepada Mentari Mega Puspita Sengke, Valentina Nugraheni, Yunika
Ayu Anggraeni, dan Yosephine Ernelia sebagai ternan sepeIjuangan kuliah, ternan
bermain, dan ternan untuk saling belajar yang selalu ada di mana pun serta kapan
pun. Selain itu untuk ternan-ternan terdekat yang selalu rnernberi dukungan serta
rnasukan terkhusus Bellinda Monica, Claudia Cecaerina, Yoga Kristianto yang
selalu ada untuk rnendengarkan cerita keluh kesah, berbagi canda tawa, dan
bersedia rnernberi wama tersendiri selarna kuliah di Y ogyakarta.
Yang terakhir kepada ternan dekat dan sepeljuangan dalarn rnengeIjakan
tugas akhir, Alfiandy Rana Putra yang setia rnenernani, rnernberikan rnasukan,
rnernberikan sernangat, dan banyak rnengajarkan hal-hal positif kepaca penulis
agar penulis dapat rnenyelesaikan skripsi ini tepat waktu.
Penulis juga rnengucapkan terirna kasih kepada sernua pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan,
sumbangan, dan bantuan dalarn bentuk apapun kepada penulis.
2b Jut; ,;lOrg Y ogyakarta, ............ .. . .... . . Penulis
Fallenia Faithan
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
Abstrak
Faithan, Fallenia. 2018. Tradisi Upacara Tolak Bala Rebo Kasan: Sejarah,
Makna, dan Fungsi. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia,
Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.
Skripsi ini membahas tradisi upacara tolak bala Rebo Kasan yang
mengkaji sejarah, makna, dan fungsi. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan gambaran umum Desa Air Anyir, mendeskripsikan sejarah asal-
usul tadisi Rebo Kasan yang terdiri dari empat versi yang berbeda, selanjutnya
penelitian ini juga membahas proses pelaksanaan upacara dan makna berupa
simbol-simbol yang terdapat di dalam proses pelaksanaan upacara. Peneliti juga
mengkaji fungsi yang terkandung di dalam tradisi upacara tersebut baik secara
umum maupun berdasarkan mitos asal-usul tradisi upacara adat tolak bala Rebo
Kasan. Terdapat empat fungsi berdasarkan umum dan empat versi fungsi
berdasarkan mitos asal-usul.
Studi ini merupakan bidang kajian budaya dengan pendekatan folklore.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang
meliputi pengumpulan data dan analisis data. Langkah pertama adalah metode
pengumpulan data dari berbagai sumber dan wawancara dengan pihak yang
terkait. Langkah kedua adalah menganalisis dan menyimpulkan sejarah, makna
dan fungsi berdasarkan data yang diterima dari berbagai sumber yang
diwawancarai.
Hasil penelitian ini mengungkapkan sejarah, makna, dan fungsi yang
terkandung di dalam upacara adat tolak bala Rebo Kasan. Berdasarkan
pengamatan wawancara dan pengumpulan data dari berbagai sumber yang
terpecaya dan terkait, peneliti akan mengungkap gambaran umum Desa Air Anyir,
yang meliputi letak geografis, potensi desa, sistem kebahasaan, dan kehidupan
sosial budaya Desa Air Anyir. Peneliti juga mengungkapkan asal-usul dan latar
belakang tradisi upacara tolak bala Rebo Kasan dan menemukan empat versi yang
berbeda, yaitu (1) Rebo Kasan sebagai warisan agama, (2) Rebo Kasan sebagai
warisan budaya, (3) Rebo Kasan sebagai warisan leluhur, (4) Rebo Kasan sebagai
warisan dari tanah Jawa yaitu Rebo Wekasan. Kemudian peneliti akan
mendeskripsikan proses upacara adat tolak bala Rebo Kasan dan mengkaji makna
berupa simbol-simbol yang terdapat di dalam proses upacara, makna tersebut
meliputi air wafaq dan ketupat lepas. Peneliti juga mengkaji fungsi yang terdapat
di dalam upacara adat tolak bala Rebo Kasan secara umum dan hasil dari
wawancara mengenai mitos asal-usul upacara adat tolak bala Rebo Kasan.
terdapat empat fungsi secara umum, antara lain (1) fungsi perekat sosial, (2)
fungsi edukatif, (3) fungsi religious, (4) fungsi sebagai peredam konflik. Selain itu
terdapat empat versi fungsi meliputi (1) Rebo Kasan sebagai warisan agama, (2)
Rebo Kasan sebagai warisan budaya, (3) Rebo Kasan sebagai warisan leluhur, (4)
Rebo Kasan sebagai warisan dari tanah Jawa Rebo Wekasan.
Kata kunci: sejarah, makna, fungsi, tradisi upacara adat tolak bala Rebo Kasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
ABSTRACK
Faithan, Fallenia. 2018. Traditions of Ceremonies Reject Bala Rebo Kasan:
History, Meaning and Function. A Thesis of Undergraduate Program.
Yogyakarta. Indonesian Literature Study Program, Faculty of Letters.
Sanata Dharma University.
This thesis analysed history, meaning, and function of Rebo Kasan
Ceremonies traditional reject bala or catastrophe. Moreover, this thesis aimed to
describe Air Anyir Village and the history of Rebo Kasan which consisted of four
different versions. Then, it also purposed to discuss the process and reveal the
meaning of the symbols in the ceremony process. The researcher also examined
the functions contained in this traditional ceremony both in general and based on
the myth of Rebo Kasan Ceremony itself. There were four general functions and
four functions based on the origin myth.
This study is a field of cultural studies with a folklore approach. The
researcher employed the qualitative method to gather and analyse the data. The
first step was gathering the data from various sources and by interviewing the
related parties. The second steps were analysing and concluding the history,
meaning, and function based on the data gathered from the interviewees.
The results of the study showed that history, meaning, and function was
found in Rebo Kasan Ceremony as the traditional way to reject bala or
misfortune. Based on the observation from the data gathered, the researcher found
the general description of Air Anyir Village which covered geographical location,
village potency, linguistic system, and social culture. The researcher also
discovered four version of the Rebo Kasan history. There were Rebo Kasan as (1)
a religious heritage, (2) a cultural heritage, (3) an ancestral heritage, and (4) a
legacy from Java. Then, the researcher discussed the process and revealed the
meaning of the symbols in the ceremony process like air wafaq and ketupat lepas.
The researcher also found four general functions and four functions based on the
origin myth. The four general functions were (1) the social glue function, (2) the
educational function, (3) the religious function, and (4) the function as a conflict
damper. In addition, there were four versions of the functions include (1) Rebo
Kasan as a religious heritage, (2) Rebo Kasan as a cultural heritage, (3) Rebo
Kasan as an ancestral heritage, and (4) Rebo Kasan as a legacy from Java Rebo
Wekasan.
Keywords: history, meaning, function, traditions of ceremonies reject bala Rebo
Kasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........................................................ ......... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................... ......... iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ........... ......... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... ......... vi
MOTO .............................................................................................................. ......... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ......... viii
ABSTRAK ....................................................................................................... ......... x
ABSTRACK ...................................................................................................... ......... xii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah ............................................................................... 4
3. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
4. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
5. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 6
6. Landasan Teori .................................................................................... 7
6.1 Folklor ............................................................................................ 7
6.2 Mitos Asal-Usul dan Kepercayaan Rakyat .................................... 8
6.3 Ritus dan Upacara Tradisi .............................................................. 11
6.4 Makna dan Fungsi Tradisi Lisan ................................................... 12
6.4.1 Kepercayaan Rakyat........................................................... 12
6.4.2 Sistem Upacara Keagamaan ............................................... 12
6.4.3 Empat Fungsi Mitos Menurut William R. Bascom ............ 13
7. Metode Penelitian ................................................................................ 13
7.1 Pengumpulan Data ......................................................................... 14
7.2 Analisis Data .................................................................................. 16
8. Sistematika Penyajian .......................................................................... 18
BAB II TRADISI UPACARA TOLAK BALA REBO KASAN DALAM
KONTEKS SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DESA AIR
ANYIR
2.1 Gambaran Umum Desa Air Anyir ....................................................... 20
2.1.1 Letak Geografis ......................................................................... 20
2.1.2 Luas Wilayah, Batas Administrasi, dan Geografis Desa ........... 21
2.1.3 Tipologi Tingkat Perkembangan Desa ...................................... 21
2.1.4 Potensi Desa .............................................................................. 24
2.1.4.1 Tabel I (Potensi SDA) ................................................... 24
2.1.4.2 Tabel II (Potensi SDM) ................................................. 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.1.4.3 Tabel III (Sumber Daya Sosial Budaya) ....................... 26
2.1.4.4 Tabel IV (Menurut Tingkat Pendidikan Berdasarkan
Wilayah) ........................................................................ 27
2.2 Sistem Kebahasaan .............................................................................. 27
2.3 Kehidupan Sosial Budaya .................................................................... 28
2.4 Rangkuman .......................................................................................... 29
BAB III MITOS SEJARAH ASAL-USUL UPACARA ADAT TOLAK
BALA REBO KASAN
3.1 Sejarah Tradisi Upacara Rebo Kasan .................................................. 30
3.2 Empat Versi Mitos Asal-Usul Rebo Kasan ......................................... 33
3.2.1 Versi 1 (Rebo Kasan Sebagai Warisan Agama) ........................ 33
3.2.2 Versi 2 (Rebo Kasan Sebagai Warisan Budaya) ....................... 35
3.2.3 Versi 3 (Rebo Kasan Sebagai Warisan Leluhur) ....................... 36
3.2.4 Versi 4 (Rebo Kasan Sebagai Warisan Budaya dari Tanah
Jawa) .............................................................................................. 38
3.3 Rangkuman .......................................................................................... 39
BAB IV PROSES PELAKSANAAN DAN MAKNA YANG
TERKANDUNG DALAM UPACARA TOLAK BALA REBO
KASAN
4.1 Latar Belakang Upacara Rebo Kasan .................................................. 41
4.2 Proses Pelaksanaan .............................................................................. 43
4.2.1 Persiapan.................................................................................... 43
4.2.2 Waktu ........................................................................................ 44
4.2.3 Tempat ....................................................................................... 44
4.3 Tata Tertib Pelaksanaan....................................................................... 45
4.4 Serangkaian Acara yang Diwajibkan .................................................. 45
4.4.1 Rangkaian acara yang diwajibkan ............................................. 46
4.4.1.1 Azan .............................................................................. 46
4.4.1.2 Mencelup Wafaq ke dalam Air dan Minum Air
Wafaq ............................................................................ 46
4.4.1.3 Do’a ............................................................................... 46
4.4.1.4 Ketupat Lepas ............................................................... 48
4.5 Makna ............................................................................................ 50
4.6 Rangkuman .......................................................................................... 51
BAB V FUNGSI TRADISI UPACARA TOLAK BALA REBO KASAN
5.1 Fungsi Umum yang Terkandung dalam Upacara Rebo Kasan ........... 53
5.1.1 Fungsi Perekat Sosial ................................................................ 53
5.1.2 Fungsi Edukatif ......................................................................... 53
5.1.3 Fungsi Religius .......................................................................... 54
5.1.4 Fungsi Sebagai Peredam Konflik .............................................. 54
5.2 Empat Versi Fungsi dalam Upacara Rebo Kasan ................................ 55
5.2.1 Rebo Kasan Sebagai Warisan Agama ....................................... 55
5.2.2 Rebo Kasan Sebagai Warisan Budaya ...................................... 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
5.2.3 Rebo Kasan Sebagai Warisan Leluhur ...................................... 56
5.2.4 Rebo Kasan Sebagai Warisan Budaya dari Tanah Jawa ... 56
5.3 Rangkuman ................................................................................ 56
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ................................................................................ 58
6.2 Saran ........................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 61
LAMPIRAN .............................................................................................................. 64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat Indonesia dikenal dunia sebagai masyarakat yang
multikultural. Setiap masyarakat memiliki kebudayaan yang khas, hal ini
dikarenakan kondisi sosial budaya masyarakat antara yang satu dengan yang lain.
Kebudayaan merupakan sesuatu yang kompleks yang mencangkup pengetahuan,
kesenian, moral, adat istiadat, serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia
sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan sebagai cara berpikir dan merupakan kebutuhan batiniah, dan
termanifestasi dalam bentuk cara berperilaku. Salah satu kebutuhan batiniah
manusia adalah kepercayan yang meliputi kepercayaan tentang roh, kekuatan
ghaib dan sebagainya. Kebudayaan sendiri merupakan kesatuan dari gagasan,
simbol-simbol dan nilai yang akhirnya akan menjadi sebuah tradisi. Sejalan
dengan adanya penyebaran agama, tradisi yang terdapat pada suatu masyarakat
akan dipengaruhi oleh ajaran agama yang berkembang.
Koentjaraningrat (1976:28) mengatakan bahwa kebudayaan berarti
keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar
serta keseluruhan dari hasil budi pekertinya. Budaya atau kebudayaan berasal dari
bahasa sansekerta yaitu budhayyah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
yaitu budi atau akal manusia. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks
yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai
anggota masyarakat. Kebudayaan didasari oleh sebuah pemikiran yang mana
pemikiran tersebut muncul karena adanya sebuah ide dan pemikiran inilah yang
kemudian menjadi dasar sebuah kebudayaan yang mendiami suatu wilayah.
Sehingga karena perbedaan itulah yang menjadikan adat istiadat sebagai
indentitas suatu wilayah.
Menurut Lenaga Saburo (dalam Sitomorang, 2006: 2-3) kebudayaan
adalah seluruh cara hidup manusia ningen no seikatsu no itonamo kata. Lenaga
menjelaskan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan hal yang alamiah sedangkan
kebudayaan dalam arti sempit adalah terdiri ilmu pengetahuan sistem kepercayaan
dan seni. Oleh karena itu, Lenaga mengatakan kebudayaan dalam arti luas adalah
segala sesuatu yang bersifat konkret yang diolah manusia untuk memenuhi
kebutuhannya.
Dari pembahasan di atas dapat dilihat tradisi adalah sebuah sistem
kepercayaan masyarakat yang secara tidak langsung dianut oleh agama yang
dianut oleh masyarakat tersebut. Ditengah-tengah masyarakat Indonesia banyak
sekali terdapat tradisi seperti itu, tradisi yang terdapat pada suatu masyarakat yang
dipengaruhi oleh agama yang berkembang.
Dari beberapa kepercayaan atau upacara adat yang terdapat di Indonesia,
terdapat tradisi kepercayaan agama yang dilakukan oleh masyarakat Bangka, yaitu
tradisi upacara adat tolak bala Rebo Kasan. Tradisi ini bertujuan untuk
menghilangkan atau menolak bala dan hal-hal buruk yang akan menimpa di
daerah yang akan dilakukan upacara adat Rebo Kasan. Tradisi upacara adat Rebo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Kasan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Air Anyir, Bangka ini telah
dilakukan turun menurun dan bertujuan untuk meminta keselamatan dan dan
perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar terhindar dari malapetaka.
Pelaksanaan tradisi upacara adat Rebo Kasan ini dilaksanakan pada hari
Rabu terakhir di bulan Shafar, dan pada hari yang sama dipantangkan bagi warga
untuk berpergian jauh dan bekerja pada hari itu dan diharapkan warga menunda
semua pekerjaan pada hari itu. Karena warga percaya jika terkena musibah pada
hari itu akan sulit untuk menggobatinya dan mencari penangkalnya. Maka dari itu
agar tidak terkena marabahaya semua warga desa pada hari itu berkumpul
bersama lalu membaca doa bersama untuk menghindari bala dan malapetaka
sehingga apa yang diharapkan dari tradisi tersebut dapat menjadi kenyataan.
Seperti halnya masyarakat Yogyakarta masih kental dengan budaya religi,
indikatornya adalah banyaknya wisata kultural berbagai upacara yang
diselenggarakan pada setiap tahun oleh masyarakat, seperti upacara adat Bakti
Pertiwi Pisungsung Jaladri yang dilakukan masyarakat Padukuhan Mancingan,
Pantai Parangtritis. Tradisi ini sekaligus juga acara bersih dusun atau lebih dikenal
dengan merti dusun yang pada hakikatnya merupakan sebuah upacara wujud
syukur masyarakat kepada Tuhan atas segala karunia yang diberikan-Nya.
Karunia tersebut berupa rezeki, keselamatan atau juga keselarasan dan
ketentraman, selain itu juga dapat mempererat tali silaturahmi antar warga.
Alasan peneliti mengambil topik ini karena belum pernah ada yang
meneliti tentang upacara adat tolak bala Rebo Kasan yang mengkaji sejarah,
makna, dan fungsi, selain itu peneliti merupakan peneliti pertama yang meneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
upacara ini dengan terjun langsung ke daerah tersebut untuk melakukan observasi
dan wawancara langsung kepada masyarakat Desa Air Anyir yang melakukan
upacara adat tolak bala Rebo Kasan.
1.2 Rumusan Masalah
Untuk mengarahkan pada penelitian ini, maka perlu dibatasi ruang
lingkupnya. Pembatasan ruang lingkup dalam penelitian ini adalah tradisi upacara
adat tolak bala Rebo Kasan di Desa Air Anyir, Kecamatan Merawang, Kabupaten
Bangka Induk. Agar pembatasan masalahnya tidak melebar, maka dirumuskan
masalahnya sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimanakah gambaran umum kondisi Desa Air Anyir?
1.2.2 Bagaimanakah sejarah mitos asal-usul tradisi upacara adat tolak bala Rebo
Kasan?
1.2.3 Bagaimana proses pelaksanaan dan makna yang terkandung di dalam
tradisi upacara adat tolak bala Rebo Kasan?
1.2.4 Apa saja fungsi tradisi upacara adat tolak bala Rebo Kasan?
1.3 Tujuan Penelitian
Sebagai perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah:
1.3.1 Menjabarkan mengenai gambaran umum Desa Air Anyir, bab ini akan
membahas letak geografis serta potensi desa, sistem kebahasaan dan
kehidupan sosial budaya masyarakat Desa Air Anyir. Hal ini akan dibahas
dalam Bab II.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1.3.2 Melacak dan mendeskripsikan mitos-mitos asal-usul upacara adat tolak
bala Rebo Kasan yang telah menjadi ritual rutin tiap tahun masyarakat
Desa Air Anyir. Hal ini akan di bahas dalam Bab III.
1.3.3 Mendeskripsikan proses ritual tradisi upacara adat tolak bala Rebo Kasan
yang masih dilestarikan masyarakat Desa Air Anyir, selain itu, penelitian
ini juga bertujuan untuk mendeskripsikan makna berupa simbol-simbol
yang terkandung di dalam upacara adat tolak bala Rebo Kasan. Hal ini
akan dibahas dalam Bab IV.
1.3.4 Mendeskripsikan fungsi yang terkandung di dalam upacara adat tolak bala
Rebo Kasan. Fungsi yang akan dibahas dalam Bab ini dibagi menjadi dua,
yang pertama fungsi secara umum, dan fungsi berdasarkan mitos asal-usul
tradisi upacara adat tolak bala Rebo Kasan. Hal ini akan dibahas dalam
Bab V.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan dicapai dari penelitian ini adalah dapat memberikan
manfaat secara teoritis dan secara praktis. Manfaat teoritis penelitian ini adalah
memberikan sumbangan teoretis dalam bidang studi kebudayaan masyarakat atau
kajian ilmu folklor tentang sejarah, makna dan fungsi diselenggarakannya upacara
adat tolak bala Rebo Kasan, Desa Air Anyir, Bangka. Selain itu juga memberikan
sumbangan teoritis mengenai makna yang ada pada saat upacara adat tolak bala
Rebo Kasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai sumber informasi bagi
masyarakat, khususnya masyarakat Bangka, bahwa upacara adat Rebo Kasan
adalah salah satu upacara adat yang masih berlangsung hingga sekarang. Selain
itu juga sebagai sumber pelestarian budaya daerah untuk pengembangan
pariwisata kabupaten.
1.5 Tinjauan Pustaka
Sejauh yang peneliti ketahui, peneliti menemukan ada penelitian atau
skripsi lain sebagai tinjauan yang membahas topik yang sama tetapi dengan
masalah dan teori yang berbeda, antara lain skripsi milik Zia Ulhaq dari
Universitas Islam Sunan Kalijaga Yogyajarta tahun 2010 yang berjudul (Tradisi
Rebo Kasan (Studi Kasus di Desa Air Anyir, Kecamatan Merawang, Kabupaten
Bangka Induk, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung). Dalam karya tersebut
peneliti membahas tentang nilai-nilai dan simbol-simbol yang terdapat di dalam
tradisi upacara adat tersebut.
Umi Nuriyatur Rohmah dari Universitas Islam Sunan Kalijaga Yogyajarta
tahun 2014 yang berjudul (Penggunaan Ayat-Ayat Al-Quran Dalam Ritual Rebo
Wekasan (Studi Living Qur’an di Desa Sukoreno Kec.Kalisat Kab. Jember).
Dalam karya tersebut peneliti membahasa tentang praktek dan nilai-nilai
penggunaan ayat Al-Quran dalam ritual Rebo Wekasan tersebut.
Diah Nur Hadiati dari Universitas Airlangga Surabaya tahun 2016 yang
berjudul (Bentuk, Makna, dan Fungsi Upacara Ritual Daur Hidup Manusia Pada
Masyarakat Sunda). Dalam karya tersebut peneliti istilah-istilah upacara ritual
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
daur hidup manusia dengan mengkaji melalui antropososiolinguistik pada upacara
ritual masyarakat sunda.
Dengan demikian hasil karya penelitian terdahulu merupakan karya yang
menjadi acuan untuk penulisan topik ini. Penelitian ini berbeda dengan penelitian
sebelumnya, karena peneliti membahas tentang sejarah, makna, dan fungsi tradisi
upacara adat tolak bala Rebo Kasan, Desa Air Anyir, Bangka.
1.6 Landasan Teori
1.6.1 Folklor
Folklor adalah pengindonesiaan kata Inggris folklore. Dari dua kata dasar,
yaitu folk dan lore. Menurut Alan Dundes (Danandjaja, 2007: 1-2), Folk adalah
sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan,
sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok lainnya. Sedangkan lore
adalah tradisi folk, yaitu sebagian kebudayaan yang sama, serta mempunyai
kesadaran kepribadian sebagai kesatuan masyarakat. Yang dimaksud dengan lore
adalah tradisi folk, yaitu sebagian kebudayaan, yang diwariskan secara turun-
menurun secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai gerak isyarat atau
alat pembantu pengingat (mnemonic device). Jadi dapat disimpulkan bahwa
folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan secara turun
temurun diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang
berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak
isyarat atau alat pembantu pengingat/mnemonic device”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Pernyataan Endraswara (2010:3) kekhasan folklor terletak pada aspek
penyebarannya. Sedangkan, Taylor (Danandjaya, 2003:31) folklor adalah bahan-
bahan yang diwariskan dari tradisi, melalui kata-kata dari mulut-kemulut maupun
dari praktik adat istiadat. Dengan kata lain, folklor pada dasarnya merupakan
wujud budaya yang diturunkan dan atau diwariskan secara turun-temurun secara
lisan (oral). Folklor yang sering diteliti yaitu cerita prosa rakyat. Menurut Bascom
dibuku Danandjaja (2007:50), cerita prosa rakyat dibagi menjadi 3 golongan,
yaitu mite (myth), legenda (legend), dongeng (folktale).
1.6.2 Mitos Asal-usul dan Kepercayaan Rakyat
Kepercayaan rakyat atau yang seringkali desebut “takhayul” adalah
kepercayaan yang orang berpendidikan Barat dianggap sederhana bahkan pander,
tidak berdasarkan logika, sehingga secara ilmiah tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Berhubung kata “takhayul” mengandung arti
merendahkan atau menghina, maka ahli folklor modern lebih senang
mempergunakan istilah kepercayaan rakyat (folk belief) atau keyakinan rakyat
daripada “takhayul” (superstitious), karena takhayul berarti “hanya khayalan
belaka”, (sesuatu yang) hanya di angan-angan saja (sebenarnya tidak ada)
(poerwadarminta, 1976:996). Takhayul yang pertama adalah berdasarkan
hubungan sebab akibat menurut hubungan asosiasi. Sedangkan takhayul yang
kedua, yaitu perbuatan manusia yang dilakukan dengan sengaja yang
menyebabkan suatu “akibat” adalah yang kita sebut ilmu gaib atau megic. Dasar
pemikiran takhayul ini adalah kepercayaan kepada kekuatan sakti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
(Koentjaraningrat, 1967:265-274). Ungkapan kepercayaan menyangkut praktik
(kebiasaan). Pada umumnya diwariskan melalui media tutur kata. Tutur kata ini
dijelaskan dengan syarat-syarat yang terdiri dari tanda-tanda (sign) atau sebab-
akibat (causes) dan diperkirakan ada akibatnya (result). Menurut
(Koentjaraningrat dalam Danandjaja, 1991:154) struktur ungkapan kepercayaan
rakyat terdiri atas dua bagian yaitu sebab atau tanda dan akibat, untuk bagian
duanya yaitu tanda konversi atau perubahan dan akibat.
Kepercayaan rakyat sangat erat dengan lingkungan kita dan masih
berkembang dari zaman dulu bahkan hingga sekarang. Tidak sedikit orang yang
masih meyakini hal-hal semacam ini, tetapi sebagian orang lainnya ada juga yang
tidak mempercayinya. Kepercayaan rakyat tidak sedikit dijadikan sebagai sarana
komunikasi, misalnya di dalam dunia pendidikan, bahkan para orangtua tidak
sedikit menggunakan kepercayaan ini sebagai media komunikasi untuk
menasehati anak-anak, bahkan untuk mendidik anak-anaknya.
Kepercayaan masyarakat juga masih berkembang hingga sekarang di
masyarakat Bangka, khususnya di desa Air Anyir dalam upacara adat Rebo
Kasan. Ungkapan yang masih dipercayai hingga sekarang adalah:
“Pacak ade balak yang nimpa masyarakat desa Air Anyir men dakde
diadein upacara adat Rebo Kasan di hari Rebo terakhir di bulan Shafar”
Akan ada bala (musibah) yang menimpa masyarakat desa Air Anyir jika
tidak diaadakannya upacara adat Rebo Kasan pada hari Rabu terakhir di
bulan Shafar.
Desa Air Anyir Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung setiap tahunnya mengadakan upacara adat Rebo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Kasan yang diadakan pada setiap hari Rabu terakhir di bulan Shafar untuk
menghindari bala yang dipercaya masyarakat akan terjadi pada hari itu.
Dari semua bentuk atau genre folklor, yang paling banyak diteliti para ahli
folklor adalah cerita prosa rakyat. Menurut William R. Bascom, cerita prosa
rakyat dapat dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:
1. Mitos (mite): cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta
dianggap suci oleh yang empunya cerita. Mitos bagi masyarakat primitif
merupakan suatu sejarah yang terjadi pada waktu permulaan yang menyingkap
tentang aktivitas supranatural hingga saat ini. Namun, mitos penciptaannya tidak
mengantarkan manusia pada sebab pertama atau dasar-dasar eksistensi manusia,
melainkan sebagai jaminan eksistensinya. Berkaitan dengan aktivitas yang
supranatural mitos dianggap sebagai yang benar, suci, dan bermakna, serta
menjadi pedoman berharga bagi yang mempercayai dari lingkungan tempat
tinggal.
2. Legenda: prosa rakyat yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mitos,
yaitu dianggap pernah benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Berlainan
dengan mitos, legenda ditokohi manusia, walaupun ada kalanya mempunyai sifat-
sifat luar biasa, dan seringkali juga dibantu makhluk-makhluk ajaib. Tempat
terjadinya adalah di dunia seperti yang kita kenal kini, karena waktu terjadinya
belum terlalu lampau.
3. Dongeng: prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang
empunya cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu maupun tempat (Bascom,
1965: 3-20).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
1.6.3 Ritus dan Upacara Tradisi
Ritus dan upacara adalah komponen penting dalam sistem religi. Ritus dan
upacara dalam sistem religi berwujud aktivitas dan tindakan manusia untuk
berkomunikasi dan melaksanakan kebaktiannya terhadap Tuhan, dewa-dewa, roh,
nenek moyang dan makhluk gaib lainnya. Ritus atau upacara religi biasanya
berlangsung secara berulang-ulang, baik setiap hari, setiap musim, kadang-kadang
saja. Tergantung dari caranya, suatu ritus atau upacara religi biasanya terdiri dari
suatu kombinasi yang merangkaikan satu, dua atau b1eberapa tindakan, yaitu:
berdoa, bersujud, bersaji, berkorban, makan bersama, berpuasa, bertapa, dan
bersemedi (Koentjaningrat, 1987:81).
Ritual merupakan tata cara dalam upacara atau perbuatan keramat yang
dilakukan oleh sekelompok umat beragama. Hal ini ditandai dengan adanya
berbagai macam unsur dan komponen, yaitu: adanya waktu, tempat dimana
upacara dilakukan, alat-alat upacara, serta orang-orang yang menjalankan upacara
(Koentjaningrat, 1985:56).
Upacara keagamaan disini adalah upacara keagamaan untuk memperingati
hari tolak bala yang biasanya disebut oleh orang Bangka, khususnya desa Air
Anyir yaitu upacara adat tolak bala Rebo Kasan yang dilakukan pada hari Rabu
terakhir di bulan Shafar.
Ritual atau ritus dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan berkah atau
rezeki yang banyak dari suatu pekerjaan. Seperti upacara menolak bala dan
upacara perubahan siklus dalam kehidupan manusia seperti kelahiran, pernikahan,
dan kematian (Bustanuddin Agus, 2007:95).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
1.6.4 Makna dan Fungsi Tradisi Lisan
1.6.4.1 Kepercayaan Rakyat
Kepercayaan rakyat, atau yang sering kali juga disebut takhyul adalah
kepercayaan yang oleh orang berpendidikan barat dianggap sederhana bahkan
pandir, tidak berdasarkan logika, sehingga secara ilmiah tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Berhubung kata takhyul mengandung arti merendah atau
menghina, maka ahli folklor modern lebih senang menggunakan istilah
kepercayaan rakyat (folk belief) (Dananjaja, 1944: 153).
Masyarakat Bangka percaya, bahwa ada kekuasaan yang mengatasi dirinya
dan mengatasi segala-galanya. Bagi mereka Tuhan dihubungkan erat sekali
dengan sifat atau ciptaan yang dalam kehidupan sehari-hari dirasakan dan dihayati
mereka. Karena sifat Tuhan yang serba berkuasa itu, Masyarakat Bangka
mengakui Tuhan adalah sebagai kekuatan atas segalanya. Masyarakat Bangka
juga mempercayai keberadaan makhluk halus maupun dewa-dewa. Serta
kepercayaan masyarakat tentang adanya bala atau musibah yang dikaitkan dengan
hal ghaib. Dengan cara seperti memberikan sedekah laut, sholat dan pembacaan
doa dalam upacara masyarakat mengharapkan kesejahteraan, ketenangan dan
masyarakat berharap akan terhindar dari bencana.
1.6.4.2 Sistem Upacara Keagamaan
Masyarakat Bangka percaya akan adanya aturan yang serba tetap yang
diatur oleh alam. Aturan ini bersifat selaras dan kekal dan dianggap sebagi sumber
segala kemuliaan dan kebahagiaan umat manusia. Dalam ritus ini dipergunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
kata-kata, gerak-gerik dan dilakukan secara perseorangan atau bahkan segenap
anggota masyarakat yang dipimpin oleh seseorang perantara, pendeta, imam,
kaum atau kepala desa (lurah). Upacara-upacara dalam lingkungan rumah tangga
biasanya dilakukan untuk memulihkan jenjang hidup seseorang dan upacara besar
yang dilakukan oleh sekelompok orang di dalam masyarakat.
1.6.5 Berdasarkan Ahlinya: Empat Fungsi Mitos Menurut William R.
Bascom
1.6.5.1 Sebagai sistem proyeksi yakni sebagai alat pencermin angan-angan suatu
kolektif.
1.6.5.2 Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga
kebudayaan.
1.6.5.3 Sebagai alat pendidik anak.
1.6.5.4 Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan
selalu dipatuhi anggota kolektifnya.
1.7 Metode Penelitian
Penelitian tentang “Upacara Adat Tolak Bala Rebo Kasan” menggunakan
metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif ini dianggap penting, sebab
penelitian model ini lebih menitikberatkan keutuhan sebuah budaya, bukan
memandang secara spesial asumsi kultural dan mengikuti data.
Penelitian Kualitatif menjelaskan penelitian kualitatif cenderung bersifat
kontekstual. Secara kontekstual, dalam penelitian ini fokus pada penguraian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
proses ritual upacara tolak bala rebo kasan. Akan dijelaskan juga kaitan antara
satu dan yang lain selama proses berjalannya upacara.
Penelitian ini menggunakan tahap-tahap sebagai berikut:
1.7.1 Pengumpulan Data
Langkah-langkah pengumpulan data:
1.7.1.1 Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan langkah awal dalam metode pengumpulan data.
Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang diarahkan kepada
pencarian data dan informasi melalui dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,
foto-foto, gambar, maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam
proses penulisan. ”Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung
foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada” (Sugiyono,2005: 83).
Studi pustaka dalam penelitian ini berupa dokumen foto pribadi yang
diambil oleh peneliti sendiri, dokumen foto dari internet, dokumen tertulis dari
tokoh agama Desa Air Anyir, arsip monografi dari kelurahan Desa Air Anyir, dan
beberapa karya tulis sebagai referensi dari beberapa buku dan internet.
1.7.1.2 Observasi
Observasi adalah penelitian yang dilakukan dengan menggunakan
penglihatan dan pendengaran yang oleh peneliti berdasarkan apa yang dilakukan
dan diperbincangk an para responden dalam aktifitas sehari-hari, baik sebelum,
menjelang, ketika dan sesudahnya (Hamidi, 2004: 74).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Metode observasi digunakan untuk mendapatkan gambaran umum
mengenai tradisi Rebo Kasan. Metode observasi juga merupakan langkah yang
baik untuk berinteraksi dengan masyarakat setempat yang berkaitan dengan
penelitian ini. Adapun yang menjadi objek pengamatan ialah proses acara,
perlengkapan dalam tradisi Rebo Kasan dan kegiatan selama proses upacara.
Disini peneliti terjun secara langsung ke daerah dilaksungkannya upacara
adat tolak bala Rebo Kasan, yaitu Desa Air Anyir, Kecamatan Merawang,
Kabupaten Bangka untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat dan
menanyakan segala hal yang ingin diteliti. Peneliti tidak mengikuti secara
langsung proses upacara tersebut karena upacara tersebut baru akan
diselenggarakan pada bulan Oktober 2018.
1.7.1.3 Wawancara
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan dengan maksud dan tujuan
tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pihak pewawancara dan yang
diwawancarai (Responden), yang memberikan jawaban atas pertanyaan.
(Moleong, 1990: 135).
Wawancara ini dilakukan oleh penulis dengan pihak-pihak yang memiliki
relevansi atau memiliki pengetahuan tentang tradisi Rebo Kasan, seperti tokoh
masyarakat, tokoh agama, dan tokoh masyarakat lainnya. Metode wawancara
dilakukan dengan dua acara, yang pertama wawancara dengan tokoh masyarakat
Desa Air Anyir. Untuk wawancara dengan tokoh masyarakat penulis bertemu
langsung dengan narasumber dan melakukan proses wawancara dengan cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
merekam percakapan yang terjadi. Kedua, penulis akan datang langsung ke kantor
desa dan rumah tokoh agama yang setiap tahun memimpin proses upacara dan
kepala desa menyelenggarakan ritual tersebut dan mewawancarai secara langsung.
1.7.1.4 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, karya-karya dokumentasi diri seseorang dokumen
yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita biografi,
peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto gambar
hidup, sketsa dan lain-lain (Sugiyono 2011:329-330).
Dalam penelitian ini peneliti membuktikan penelitianya berupa data
dokumentasi foto kepada Narasumber guna untuk mengetahui bagaimana persepsi
masyarakat terhadap upacara adat tolak bala Rebo Kasan.
1.7.2 Analisis Data
Analisis data adalah proses pengorganisasian dan pengurutan data ke
dalam pola kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesa kerja (Moleong, 1990: 103).
Proses analisis data dimulai dengan menelaah semua yang tersedia dari
berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam
catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya
(Moleong, 1990:190).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Setelah data penelitian terkumpul, selanjutnya penulis melakukan analisis
terhadap data yang didapat. Adapun tahap-tahap analisis data sebagai berikut:
1.7.2.1 Pengumpulan data
Peneliti akan mencatat semua data yang terkumpul secara objektif dan apa
adanya sesuai dengan hasil observasi dan wawancara di lapangan.
1.7.2.2 Reduksi Data
Proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan
pengabstrakan, dan transformasi data yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan (Miles, 1992:6).
1.7.2.3 Penyajian Data
Sajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang diberikan
kemungkinan tentang adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. (Miles, 1992:17).
1.7.2.4 Pengambilan Keputusan dan Verifikasi
Penarikan kesimpulan hanyalah bagian dari satu kegiatan atas konfigurasi
yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan diverifikasi selama penelitian
berlangsung. Dalam penarikan kesimpulan ini didasarkan pada reduksi
data dan sajian data yang merupakan jawaban atas masalah yang diangkat
dalam penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
1.8 Sistematika Penyajian
Dalam pembahasan penelitian ini diperlukan suatu yang sistematis, karena
pembahasan tersebut tentu akan berkaitan antara satu dengan yang lain. Oleh
karena itu, untuk mencapai hasil yang maksimal diperlukan sistematika
pembahasan yang disajikan dalam bentuk bab-bab. Adapun sistematika
pembahasan tersebut adalah:
Bab pertama, merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan
pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab ini
berfungsi sebagai pengantar dan pedoman bagi pembahasan-pembahasan
berikutnya.
Bab kedua, menerangkan gambaran umum Desa Air Anyir baik dari segi
geografis, potensi desa, bahasa, dan sosial budaya. Bab ini menjadi sangat penting
karena akan menjadi acuan agar lebih mudah dalam membahas bab-bab
berikutnya.
Bab ketiga, menguraikan tradisi Rebo Kasan itu sendiri. Di sini penulis
membahas tentang sejarah berupa mitos-mitos yang ada di dalam upacara adat
tolak bala Rebo Kasan
Bab keempat, akan membahas .proses pelaksanaan tradisi upacara Rebo
Kasan yang meliputi persiapan, waktu, dan tempat pelaksanaan tradisi Rebo
Kasan serta mendeskripsikan makna yang terkandung dalam tradisi tersebut. Bab
ini juga akan menjadi acuan untuk bab selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Bab kelima, mendeskripsikan fungsi-fungsi yang terkandung di dalam
upacara adat tolak bala Rebo Kasan. Fungsi yang akan dibahas dalam bab ini
dibagi menjadi dua, yang pertama fungsi upacara adat tolak bala Rebo Kasan
yang dilihat secara umum, dan fungsi berdasarkan mitos asal-usul upacara adat
tolak bala Rebo Kasan.
Bab keenam, bab penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-saran.
Kesimpulan merupakan jawaban atas rumusan masalah dan hasil analisis
keseluruhan permasalahan dalam bab-bab terdahulu, serta saran yang merupakan
saran akademik, sebagai acuan untuk peneliti selanjutnya, agar peneliti dapat
mengkaji upacara adat tolak bala Rebo Kasan lebih dalam lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
BAB II
TRADISI UPACARA TOLAK BALA REBO KASAN DALAM KONTEKS
SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DESA AIR ANYIR
Pada Bab II ini, penulis memberikan mengenai gambaran umum Desa Air
Anyir yang menjadi tempat pelaksanaan upacara adat tolak bala Rebo Kasan, bab
ini akan membahas gambaran umum Desa Air Anyir yang meliputi letak
geografis, potensi desa, sistem kebahasaan, dan juga kehidupan sosial budaya
masyarakat Desa Air Anyir. Gambaran ini penting untuk diketahui agar kita dapat
memahami tradisi upacara tolak bala Rebo Kasan dari segi geografisnya, dan
dapat mengetahui potensi apa saja yang ada di Desa Air Anyir, seta mengetahui
sistem kebahasaan dan sosial masyarakat di Desa Air Anyir.
2.1 Gambaran Umum Desa Air Anyir
2.1.1 Letak Geografis
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan provinsi yang baru jika
dibandingkan dengan provinsi-provinsi yang lainnya, Bangka Belitung merupakan
provinsi pecahan dari Sumatra Selatan, Babel menjadi provinsi sendiri baru pada
tahun 2000. Di Bangka Belitung terdapat 6 kabupaten dan 1 kota madya, yakni
Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka, Bangka Tengah, Bangka Selatan,
Bangka Barat, Belitung, dan Belitung Timur.
Kabupaten Bangka terdapat 62 kampung dan 8 kecamatan. Kecamatan
Sungailiat sebagai ibu kotanya, Kecamatan Belinyu, Riau Silip, Pemali, Bakam,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Puding Besar, Merawang, dan Mendo Barat. Kecamatan Merawang terdiri dari 10
desa, yakni desa Baturusa yang merupakan pusat kecamatan, Desa Merawang,
Kimak, Jurung, Riding Panjang, Pagarawan, Balun Ijuk, Jada Bahrin, Dwi
Makmur dan Air Anyir.
2.1.2 Luas Wilayah, Batas Administrasi dan Kondisi Geografis Desa
Desa Air Anyir merupakan salah satu desa di Kecamatan Merawang,
Kabupaten Bangka yang mempunyai wilayah dengan 3.525,94 ha, batas-batas
administrasi sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan desa Riding Panjang
- Sebelah Selatan berbatasan dengan kota Pangkal Pinang
- Sebelah Barat berbatasan dengan desa Batu Rusa
- Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Cina Selatan
Secara geografis Desa Air Anyir berbentuk desa dataran rendah dengan
kondisi tanah sedikit bergelombang, luas permukiman di Desa Air Anyir 35 ha,
luas persawahan 50 ha, dan luas perkebunan 235 ha. Jarak pusat desa dengan ibu
kota kecamatan dapat ditempuh dengan perjalanan darat 3,5 km, jarak desa ke ibu
kota kabupaten adalah 25 km, sedangkan jarak desa ke provinsi 20 km. Desa Air
Anyir juga merupakan salah satu desa dengan potensi wisata yang tinggi.
2.1.3 Tipologi dan Tingkat Perkembangan Desa
Berdasarkan kondisi spesifik keunggulan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan potensi kelembagaan serta potensi prasarana dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
sarana dalam menentukan arah pengembangan dan pembinaan masyarakat
berdasarkan karakteristik keunggulan komparatif dan kompetitif maka Desa Air
Anyir mempunyai tipologi sebagai desa pertanian dan perkebunan, hal ini dilihat
dari sebagian besar penduduk Desa Air Anyir yang mata pencaharian utamanya
adalah petani dan nelayan.
Adapun tingkat perkembangan Desa Air Anyir adalah desa swadaya, ini
berarti bahwa Desa Air Anyir adalah desa yang mulai menunjukkan
perkembangan atau transisi. Yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Sudah mempu menyelenggarakan pemerintahan sendiri.
2. Lembaga desa sudah berjalan.
3. Administrasi desa sudah berjalan.
4. Mata pencaharian desa mulai beragam..
5. Sudah mulai berinteraksi dengan wilayah sekitarnya.
6. Adat istiadat mulai longgar karena pengaruh arus informasi.
7. Tingkat pendidikan dan kesehatan mulai membaik.
Seperti umumnya desa-desa di daerah lainnya, Desa Air Anyir memiliki
visi dan misi untuk meningkatkan kualitas desa yang lebih baik. Visi desa disusun
dari rangkaian panjang diskusi-diskusi formal maupun informal dengan
masyarakat Desa Air Anyir atau tokoh-tokoh masyarakat sebagai representasi dari
warga masyarakat Desa Air Anyir yang semakin mendekatkan visi agar menjadi
kenyataan yang ada di desa dan masyarakat baik merupakan potensi,
permasalahan, maupun hambatan yang ada di desa dan masyarakat, yang ada pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
saat ini maupu untuk kedepannya serta diselaraskan dengan visi dan misi jangka
panjang maupun jangka menengah Kabupaten Bangka.
Berdasarkan hasil pembahasan melalui musyawarah dasa maka
dirumuskan pernyataan visi Desa Air Anyir yaitu:
“Tebangunnya Tata Kelola Pemerintahan Desa yang Baik dan Bersih Guna
Mewujudkan Desa Air Anyir yang Adil, Berpendidikan, Makmur dan Sejahtera”
Misi desa Air Anyir merupakan penjabaran lebih operasional dari visi.
Penjabaran dari visi ini diharapkan dapat mengikuti dan mengantisipasi setiap
terjadinya perubahan lingkungan di masa yang akan datang dari usaha-usaha
mencapai visi Desa Air Anyir.
Dengan mempertimbangkan potensi dan hambatan baik internal maupun
eksternal, maka dirumuskan misi Desa Air Anyir sebagai berikut:
1. Melakukan reformasi/perbaikan birokrasi di jajaran aparatur pemerintahan
desa guna meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
2. Menyelenggarakan pemerintahan yang bersih, terbebas dari korupsi serta
bentuk-bentuk penyelewengan lainnya.
3. Meningkatkan perekonomian masyarakat melalui penciptaan lapangan
kerja seluas-luasnya dengan berbasiskan pada potensi asli desa.
4. Meningkatkan mutu kesejahteraan masyarakat untuk mencapai taraf
kehidupan yang lebih baik dan layak. Meningkatkan mutu pendidikan
masyarakat untuk mampu bersaing dalam bidang keilmuan dan pekerjaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
2.1.4 Potensi Desa
Potensi Desa Air Anyir meliputi potensi sumber daya alam, potensi
sumber daya manusia, potensi sumber daya pembangunan, potensi sumber daya
sosial budaya. Gambaran sumber daya yang dimiliki Desa Air Anyir sebagai
berikut:
2.1.4.1 Tabel I (Potensi SDA)
No Uraian Sumber Daya Alam Volume Satuan
1 Timah 6 Ton
2 Pasir Urug 50 Ha
3 Hutan Lindung 65 Ha
4 Hutan Produksi 235 Ha
5 Hutan Mangrove 5 Ha
6 Lahan Persawahan 50 Ha
7 Sungai 10 Km²
8 Perkebunan Sawit 70 Ha
9 Perkebunan Lada 20 Ha
10 Perkebunan Karet 60 Ha
11 Tanaman Pertanian
- sayur-sayuran 11 Ha
- palawija 3 Ha
- buah-buahan 30 Ha
12 Nelayan Ha
- ikan 15 Ton
- udang 0,5 Ton
- kepiting 1,6 Ton
- cumi 0,4 Ton
Sumber data: hasil diskusi Sekdes dan Kasun Desa Air Anyir dalam RPJM
(Rencana Pembangunan Jangka Menengah) 2015
Dari table I tersebut dapat disimpulkan Desa Air Anyir memiliki banyak
potensi sumber daya alam yang unggul di daerah tersebut, potensi tersebut
meliputi antara lain: hutan produksi dengan volume 235 ha, perkebunan sawit
dengan volume 70 ha, hutan lindung dengan volume 65 ha, perkebunan sawit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
dengan volume 60 ha, pasir urug dengan volume 50 ha, dan perkebunan lada
dengan volume 20 ha.
2.1.4.2 Tabel II (Potensi SDM)
No Uraian Sumber Daya Manusia
(SDM)
Jumlah Satuan
1 Penduduk dan keluarga
a. Jumlah penduduk laki-laki 986 Orang
b. Jumlah penduduk
perempuan
910 Orang
c. Jumlah keluarga 527 Keluarga
2 Sumber penghasilan utama
penduduk
a. Pertanian, perikanan,
perkebunan
315 Orang
b. Pertambangan dan
penggalian
387 Orang
c. Nelayan 40 Orang
d. Perdagangan besar/eceran
dan rumah makan
27 Orang
e. Angkutan, pergudangan,
komunikasi
5 Orang
f. Jasa 4 Orang
g. PNS 7 Orang
3 Tenaga kerja berdasarkan latar
belakang pendidikan
a. Lulusan S-1 keatas 25 Orang
b. Lulusan SLTA 299 Orang
c. Lulusan SMP 282 Orang
d. Lulusan SD 879 Orang
e. Tidak tamat SD/tidak
sekolah
300 Orang
f. Buta huruf 11 Orang
Sumber: RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) Desa Air Anyir 2015
Dari tabel II di atas dapat disimpulkan sumber daya manusia di Desa Air
Anyir dominan penduduk laki-laki dibandingkan penduduk perempuan, jumlah
penduduk laki-laki 986 orang dan penduduk perempuan 910 orang, dengan
jumlah keluarga 527 keluarga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Sumber penghasilan penduduk Desa Air Anyir yang paling banyak adalah
pertambangan dan penggalian sebanyak 387 orang sedangkan pertanian,
perikanan, dan perkebunan dengan jumlah tenaga kerja 315 orang.
Tenaga kerja berdasarkan latar belakang pendidikan di Desa Air Anyir
yang paling banyak adalah penduduk dengan lulusan SD sebanyak 879 orang,
lulusan SLTA sebanyak 299 orang, dan lulusan SLTP sebanyak 282 orang.
2.1.4.3 Tabel III (Sumber Daya Sosial Budaya)
No Uraian Sumber Daya Sosial
Budaya
Jumlah Satuan
1 Rebo Kasan 1 Kali
2 Hari Raya Idul Fitri 1 Kali
3 Hari Raya Idul Adha 1 Kali
4 Maulid Nabi 1 Kali
5 Muharam - Kali
6 Puasa Syawal 1 Kali
7 Sepintu Sedulang Masyarakat - -
8 Gotong Royong Masyarakat - -
Sumber: hasil diskusi dengan Sekdes Air Anyir dalam RPJM (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah) Desa Air Anyir 2015.
Dari tabel di atas dapat disimpulkan sumber daya sosial budaya yang
terdapat di Desa Air Anyir sebanyak 5 sumber daya sosial. Terdapat upacara adat
Rebo Kasan yang diadakan 1 kali dalam setahun, hari raya Idul Fitri diadakan 1
kali dalam setahun, hari raya Idul Adha diadakan sebanyak 1 kali dalam setahun,
Maulid Nabi diadakan sebanyak 1 kali dalam setahun, dan puasa Syawal diadakan
sebanyak 1 kali dalam setahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
2.1.4.4 Tabel IV (Menurut Tingkat Pendidikan Berdasarkan Wilayah)
DUSUN RT Belum
Sekolah
SD SLTP SLTA Perguruan
Tinggi
Total
Air Anyir
01 38 38 12 13 2 102
02 38 38 17 6 3 106
03 36 36 12 15 7 114
Temberan
04 25 25 20 16 6 105
05 23 23 20 17 4 101
Mudel 06 35 35 13 12 2 94
Jumlah 195 230 94 79 24 622
Dapat disimpulkan dari tabel di atas tingkat pendidikan di Desa Air Anyir
berdasarkan wilayah, dan wilayah tersebut terdiri dari 3 dusun, yaitu Dusun Air
Anyir, Temberan, dan Mudel. Lulusan perguruan tinggi paling banyak terdapat
pada Dusun Air Anyir RT 03 sebanyak 7 orang, lulusan SLTA terbanyak terdapat
pada Dusun Temberan RT 05 sebanyak 17 orang, dan lulusan SLTP terbanyak
terdapat pada Dusun Temberan RT 05 dan 06 sebanyak 20 orang.
2.2 Sistem Kebahasaan
Provinsi Bangka Belitung termasuk ke dalam rumpun Malayu. Bahasa
yang digunakan pun adalah bahasa Melayu, sehingga tidak sulit bagi pendatang
dalam menangkap pembicaraan masyarakat di Bangka.
Salah satu bahasa yang digunakan dalam sehari-hari di Bangka adalah
bahasa Melayu Bangka. Bahasa Melayu Bangka dipengaruhi oleh dialek Bangka
yang dinamakan dialek Bangka. Dialek Bangka adalah bahasa Melayu yang
mengalami perubahan sedikit di sana-sini.
Pada umumnya perubahan itu terletak pada pengucapan vokal ”a”
(terakhir) yang adakalanya berubah ucapan menjadi ”e” atau ”o” ataupun ”é”,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
misalnya siapa menjadi siape atau siapo ataupun siapé. Adanya perubahan dalam
pengucapan ini memudahkan bagi kita untuk mengenal apakah seseorang itu
berasal dari Bangka bagian barat atau bagian utara, bagian tengah ataukah bagian
selatan.
2.3 Kehidupan Sosial Budaya
Penduduk Pulau Bangka dan Pulau Belitung yang semula dihuni orang-
orang suku laut, dalam perjalanan sejarah yang panjang membentuk proses
kulturisasi dan akulturasi. Orang-orang laut itu sendiri berasal dari berbagai pulau.
Orang laut dari Belitung berlayar dan menghuni pantai-pantai di Malaka.
Sementara mereka yang sudah berasimilasi menyebar ke seluruh Tanah
Semenanjung dan pulau-pulau di Riau. Kemudian kembali dan menempati lagi
Pulau Bangka dan Belitung. Sedangkan mereka yang tinggal di Riau Kepulauan
berlayar ke Bangka. Datang juga kelompok-kelompok orang laut dari Pulau
Sulawesi dan Kalimantan. Pada gelombang berikutnya, ketika mulai dikenal
adanya Suku Bugis, mereka datang dan menetap di Bangka, Belitung dan Riau.
Lalu datang pula orang dari Johor, Siantan yang Melayu, campuran Melayu-Cina,
dan juga asli Cina, berbaur dalam proses akulturasi dan kulturisasi. Kemudian
datang pula orang-orang Minangkabau, Jawa, Banjar, Kepulauan Bawean, Aceh
dan beberapa suku lain yang sudah lebih dulu melebur. Lalu jadilah suatu generasi
baru: Orang Melayu Bangka Belitung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
2.4 Rangkuman
Berdasarkan pada pembahasan bab II, diketahui bahwa Desa Air Anyir
adalah salah satu desa di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Secara geografis
Desa Air Anyir berbentuk desa dataran rendah dengan kondisi tanah sedikit
bergelombang, luas permukiman di Desa Air Anyir 35 ha, luas persawahan 50 ha,
dan luas perkebunan 235 ha. Jarak pusat desa dengan ibu kota kecamatan dapat
ditempuh dengan perjalanan darat 3,5 km, jarak desa ke ibu kota kabupaten adalah
25 km, sedangkan jarak desa ke provinsi 20 km. Desa Air Anyir juga merupakan
salah satu desa dengan potensi wisata yang tinggi.
Desa Air Anyir termasuk desa yang mandiri dan mulai menunjukkan
perkembangannya, dilihat dari tingkat perkembangan Desa Air Anyir sebagai desa
swadaya dan desa yang memiliki visi dan misi untuk meningkatkan kualitas desa
yang lebih baik. Desa Air Anyir juga memiliki berbagai potensi desa, meliputi
sumber daya alam dan sumber daya manusia. Desa ini mampu meningkatkan
mutu kesejahteraan masyarakat untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih baik
dan layak. Serta mampu meningkatkan mutu pendidikan masyarakat untuk
bersaing dalam bidang keilmuan dan pekerjaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
BAB III
MITOS SEJARAH ASAL-USUL TRADISI UPACARA ADAT
TOLAK BALA REBO KASAN
Pada Bab III ini, penulis mendeskripsikan sejarah tradisi upacara adat
Rebo Koasan di Desa Air Anyir, serta menjabarkan asal-usul tradisi upacara adat
Rebo Kasan melalui 4 versi dari hasil wawancara dengan masyarakat. Bab III ini
sangat penting untuk diketahui sebagai acuan ke bab selanjutnya agar pembaca
mengetahui sejarah tradisi upacara adat Rebo Kasan dan dapat melihat asal-mula
tradisi upacara adat tolak bala Rebo Kasan dari berbagai versi dengan narasumber
yang berbeda.
3.1 Sejarah Tradisi Upacara Rebo Kasan
Rebo Kasan dalam bahasa Bangka yang berarti hari Rabu terakhir di
Bulan Shafar. Upacara Rebo Kasan sudah dilaksanakan sejak abad keenambelas
dan kemudian diturunkan ke generasi berikutnya sampai dengan sekarang ini.
Menurut keterangan turun temurun para ulama, pada hari tersebut, Allah akan
menurunkan bala yang besar dari terbitnya fajar hingga siang tengah hari.
Kebanyakan masyarakat Melayu yang menjalani upacara ini jika hendak
bepergian atau melakukan suatu niatan besar selalu diusahakan melewati jam 2
menjelang sore hari. Dalam proses upacara warga diminta untuk berkumpul dan
melakukan sholat empat rakaat dan dilanjutkan dengan pembacaan doa-doa
Islam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Rebo Kasan biasa orang Bangka memanggilnya, merupakan upacara adat
tolak bala/tolak kesialan yang disimbolkan dengan “ketupat lepas” dan “air
wafaq” yang dilaksanakan secara turun temurun oleh penduduk Desa Air Anyir,
Kecamatan Merawang. Upacara ini merupakan agenda tahunan pada setiap hari
Rabu di bulan Shafar.
Upacara Adat Rebo Kasan adalah salah satu ritual masyarakat Melayu
pesisir pantai di Kabupaten Bangka yang akulturasi dari nilai-nilai religius, mitos,
dan legenda nenek moyang. Inti upacara Rebo Kasan adalah ritual tolak bala
(musibah) sekaligus harapan para nelayan agar hasil tangkapannya melimpah.
Masyarakat percaya bahwa pada hari Rabu di akhir bulan Shafar, Tuhan
menurunkan bencana sejak terbit fajar hingga terbenam matahari sebanyak 32.000
bencana baik besar maupun kecil, sehingga pada hari itu manusia dianjurkan
untuk melakukan doa bersama yang kemudian dilanjutkan dengan pencabutan
ketupat lepas, sebagai tanda sudah dicabutnya bencana yang akan menimpa
masyarakat.
Prosesi ritual ini diawali dengan pencelupan air wafaq (air minum yang
sudah diberi doa) oleh tokoh masyarakat sebagai simbol untuk menghalau
bencana yang akan datang. Setelah itu doa tolak bala dikumandangkan, yang
dilanjutkan dengan inti ritual yakni pencabutan ketupat lepas yang dibuat oleh
orang tertentu. Ketupat yang digunakan terbuat dari anyaman daun kelapa yang
menyisakan dua ujung daun untuk dicabut sampai lepas oleh orang-orang tertentu
yang dipilih, sehingga dua helai daun kelapa kembali seperti sebelum dianyam.
Bentuk ketupat ini berbeda dengan ketupat biasa. Bila ketupat biasa berbentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
bulat, ketupat lepas berbentuk panjang. Acara ritual diakhiri dengan makan
bersama di dalam masjid dari dulang (seperti nampan atau baki) yang dibawa
oleh masing-masing warga. Dulang itu berisi: ketupat lengkap dengan lauk
pauknya, lemper, dan buah-buahan, serta berbagai jenis makanan lainnya.
Seiring perkembangan zaman, proses upacara ini mengalami perubahan
dalam pelaksanaannya. Pada awalnya, dua helai daun kelapa yang dicabut dari
ketupat itu dihanyutkan ke laut yang bermakna bahwa bencana yang disimbolkan
dengan dua helai daun kelapa telah dibuang ke laut. Sekarang, pencabutan
tersebut sudah menandakan tercabutnya bencana dari kehidupan masyarakat. Jika
dulu, Ritual Rebo Kasan dilakukan di Pantai Batu Karang Mas (sekitar 1 km dari
Desa Air Anyer), sekarang semua prosesi ritual dilakukan dan dipusatkan di
masjid Desa Air Anyer dan pelaksanaan ini dilakukan bergantian setiap tahunnya
di masjid yang berbeda di tiga dusun di Desa Air Anyir. Dalam proses ritual
masih dibacakan mantra-mantra dan dilanjutkan dengan pembacaan doa-doa
Islam.
Keunikan upacara ini adalah peserta ritualnya yang semuanya
menggunakan jubah putih, kecuali tokoh agama (Islam) yang menggunakan jubah
putih dan surban, dan aparat pemerintah yang menggunakan seragam dinas serta
panitia dengan warna baju yang telah disepakati bersama.
Banyak mitos yang beredar di Bangka tentang asal usul upacara adat tolak
bala Rebo Kasan ini, salah satunya adalah legenda bajak laut. Bajak laut sering
dikaitkan dengan asal mula diadakannya upacara tolak bala ini. Hal itu terjadi
karena dahulu pada hari Rabu terakhir di bulan Shafar, para bajak laut selalu naik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
ke darat untuk menghancurkan desa, dan membuat malapetaka. Hal itu terus
terjadi setiap tahunnya. Hingga saat ini masyarakat Desa Air Anyir percaya bahwa
setaip hari Rabu terakhir di bulan shafar akan banyak kesialan atau malapetaka
yang datang.
3.2 Empat Versi Mitos Asal-Usul Rebo Kasan
Bentuk wawancara mengenai mitos asal-usul upacara adat tolak bala Rebo
Kasan yang dilakukan di Desa Air Anyir terdiri dari berbagai versi. Wawancara
ini mengungkapkan mitos tentang upacara adat Rebo Kasan di desa Air Anyir.
Wawancara tersebut dalam bahasa Bangka yang diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia.
3.2.1 Versi 1 (Rebo Kasan Sebagai Warisan Agama)
Rebo Kasan tu sebener e sebuah name yang kenyataan e setiap akhir di
bulan Shafar tu pemuka adat ngadain doa bersame, jadi Rebo Kasan tu hanya
sebuah name, cuma yang sebener e tu amalan-amalan di hari Rabu akhir di bulan
Shafar. Setiap Rebo di akhir bulan Shafar sesepuh kite yang dulu kan ngadain
doa bersame, jadi cemane sampe sekarang terus dijalanin tradisi ni dan dikenal
kek tradisi Rebo Kasan. Rebo Kasan ni tiap tahun pasti dilaksanain.
Para kiyai kite tu terutama para MUI (Majelis Ulama Indonesia),
melarang kalok adat kita tu menyimpang dari syariat agama, kalok jaman nenek
moyang kite dulu emang agak beda, dari ketupat e sampai cara pelepasannya di
pantai, tapi kalok sekarang kan di masjid, mungkin karena zaman dulu kan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
kampung ni agik kebon, lom ade masjid, jadi nenek moyang kite ngadein e di
pantai, tapi sekarang dak di pantai agik soal e takut ade unsur-unsur lain e, jadi
karena tu merupakan budaya/adat, semue tu kan maksud e yang tidak
menyimpang dan tidak melenceng dari syariat agama.
Umpama e ketupat tadi kite buang ke laut tu kan sama arti e kayak
menyalahi, jadi kalau menyalahi suatu adat itu kurang baguslah istilahnya kalok
kite budayain. Inti e Rebo Kasan ni memang murni warisan dari leluhur kite yang
tetep pada syariat e, dakde yang menyimpang ataupun pecaye kek hal-hal yang di
luar ajaran agama kite.
(Disampaikan oleh Bapak Yahya sebagai tokoh agama di Desa Air Anyir, pada
tanggal 17 Februari 2018, diterjemahkan oleh Fallenia Faithan)
(Terjemahan dalam bahasa Indonesia)
Rebo Kasan itu sebenarnya adalah sebuah nama yang kenyataannya setiap
akhir di bulan Shafar itu pemuka adat mengadakan doa bersama, jadi Rebo Kasan
itu hanya sebuah nama. Sebenarnya Rebo Kasan itu amalan-amalan di hari Rabu
akhir di bulan Shafar. Setiap Rabu di akhir bulan Shafar sesepuh kita yang dulu
mengadakan doa bersama, jadi sampai sekarang terus dijalani tradisi ini dan
dikenal dengan tradisi Rebo Kasan.
Rebo Kasan ini tiap tahun pasti dilaksanakan. Para kiyai kita terutama para
MUI (Majelis Ulama Indonesia), melarang kalau adat kita itu menyimpang dari
syariat agama, kalau zaman nenek moyang kita dulu memang sedikit berbeda, dari
ketupatnya sampai cara pelepasannya di pantai, tetapi kalau sekarang sudah di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
masjid, mungkin karena zaman dulu kampung ini masih seperti kebun, belum ada
masjid, jadi nenek moyang kita mengadakannya di pantai, tapi sekarang tidak di
pantai lagi, karena takut kalau ada unsur-unsur lainnya, jadi karena itu merupakan
budaya/adat, semua itu maksudnya yang tidak menyimpang dan tidak melenceng
dari syariat agama.
Kalau menyalahi suatu adat itu kurang bagus istilahnya kalau kita
budayakan. Intinya Rebo Kasan ini memang murni warisan dari leluhur kita yang
tetap pada syariatnya, tidak ada yang menyimpang atau pun percaya dengan hal-
hal yang di luar ajaran agama kita.
3.2.2 Versi 2 (Rebo Kasan Sebagai Warisan Budaya)
Setau saya Rebo Kasan tu memang lah lame diadain di kampung ni,
bahkan dari saya belum lahir, mamak saya belum lahir, tradisi tu lah ade. Tapi
semakin ke sini lah banyak perubahan, misal e duluk e di adain di pinggir pantai,
ketupat ge di buang ke laut, sekarang diadain di masjid, tu ge gantian tiap tahun
e di dusun yang berbeda, tradisi ni ge duluk e cuma penduduk lokal Air Anyir
yang tau yang ikut serta dalam upacara tu.
Lame kelamean kalok dak salah sekitar tahun 70-an mulai dikenal kek
masyarakat luas, inti e upacara adat ni adalah warisan budaya dan harus tetep
dilestariin, ape agik sekarang ni lah kerja sama kek dinas pariwisata, jadi
upacara ni harus sesuai kek syariat Islam, dan dkde unsur lain di dalem e, karena
kan pulau kite ni dikenal juga kek penduduk mayoritas melayu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
(Disampaikan oleh Bapak H. Budi kadus di Dusun Air Anyir, pada tanggal 17
Februari 2018, diterjemahkan oleh Fallenia Faithan)
(Terjemahan dalam bahasa Indonesia)
Sepengetahuan saya, Rebo Kasan itu memang sudah lama diadakan di
kampung ini, bahkan dari saya belum lahir, ibu saya belum lahir, tradisi ini
memang sudah ada. Tapi semakin ke sini sudah banyak perubahan, misalnya dulu
diadakan di pinggir pantai, ketupatnya juga di buang ke laut, sekarang diadakan di
masjid, itu juga bergantian setiap tahunnya di dusun yang berbeda. Tradisi ini juga
dulu hanya penduduk lokal Air Anyir yang tau, yang ikut serta dalam upacara itu.
Lama kelamaan kalau tidak salah sekitar tahun 70-an mulai dikenal
dengan masyarakat luas, intinya upacara adat ini adalah warisan budaya dan harus
tetap dilestarikan, apalagi sekarang ini sudah bekerjasama dengan dinas
pariwisata, jadi upacara ini harus sesuai dengan syariat Islam, dan tidak ada unsur
lain di dalamnya, karena kan pulau kita ini juga dikenal dengan penduduk yang
mayoritasnya melayu.
3.2.3 Versi 3 (Rebo Kasan Sebagai Warisan Leluhur)
Rebo Kasan tu adalah tradisi kampung sini memang, Desa Air Anyir,
emang dakde di kampung mane-mane dak, hanye di sini lah. Setau saya sih
upacara ni emang lah ade dari zaman duluk e, dari zaman nenek moyang kite
duluk e. Kate e zaman duluk e setiap hari Rebo terakhir di bulan Shafar tu selalu
ade bencana, kayak musibah cemtu, ape agik kan daerah Air Anyir ni daerah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
pesisir pantai ok, jadi ade juga orang bilang kalok zaman duluk e ratusan tahun
lalu lah, selalu ade bajak laut yang ngebajak daerah ni, pokok e ade bai musibah
di hari tu tiap tahun.
Maka dari tu karena balak tu jadi mungkin nenek moyang kite duluk e
ngadain upacara dan doa-doa untuk ngindarin balak atau menolak balak dan
kebukti sampe sekarang upacara tu setiap tahun terus diadein.
(Disampaikan oleh Emi sebagai masyarakat di Desa Air Anyir, pada tanggal 15
Februari 2018, diterjemahkan oleh Fallenia Faithan)
(Terjemahan dalam bahasa Indonesia)
Rebo Kasan itu adalah memang tradisi kampung ini, Desa Air Anyir,
memang tidak ada di mana pun hanya di sini. Setau saya upacara ini memang
sudah ada dari zaman dulu. Dari zaman nenek moyang kita dulunya. Katanya
zaman dulu itu setiap hari Rabu terakhir di bulan Shafar itu selalu ada bencana,
seperti musibah, apalagi daerah Air Anyir ini adalah daerah pesisir pantai, jadi ada
juga yang bilang kalau zaman dulu ratusan tahun lalu, selalu ada bajak laut yang
membajak daerah ini, selalu ada saja musibah di hari itu setiap tahunnya.
Maka dari itu karena balak itu jadi nenek moyang kita dulu mengadakan
upacara dan doa-doa, untuk menghindari bala atau menolak bala dan kebukti
sampai sekarang upacara itu setiap tahun terus diiadakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
3.2.4 Versi 4 (Rebo Kasan Sebagai Warisan Budaya dari Tanah Jawa)
Menurut saya Rebo Kasan tu adalah tradisi yang sangat bagus di Bangka,
soal e dengan ade e tu orang luar tau Bangka tu ape, ibarat e kayak menarik para
wisatawan yang penasaran kek upacara adat tu. Walaupun saya pribadi selame
tinggal hampir 20 tahun di Bangka lom pernah ningok langsung, tapi saya tau
sedikit kek sering denger tentang upacara tu.
Rebo Kasan tu setau saya adalah upacara yang dibawak kek orang Jawa,
name e ge same hampir same yaitu Rebo Wekasan, jadi adat tu dibawak kek
orang Jawa yang menetap di pulau Bangka ni. Fungsi e same kayak Rebo Kasan,
same-same untuk menolak bala. Saya tau karena saya emang asli e orang Jawa.
Dari kecil saya emng lah tinggal di Jawa, hanya karena istri saya orang Bangka
saya menetap di Bangka dan kerja sebagai notaris di Bangka. Tapi untuk
masalah kesamaan proses upacara e saya dak tau, kayak e hampir-hampir mirip
kayak tu lah.
(Disampaikan oleh Bapak Harto sebagai masyarakat luar Desa Air Anyir, pada
tanggal 16 Januari 2018, diterjemahkan oleh Fallenia Faithan)
(Terjemahan dalam bahasa Indonesia)
Menurut saya Rebo Kasan itu adalah tradisi yang sangat bagus di Bangka,
soalnya dengan itu orang luar bisa tau Bangka itu apa, ibaratnya seperti menarik
para wisatawan yang penasaran dengan upacara adat tersebut. Walaupun saya
pribadi selama tinggal hampir 20 tahun di Bangka, belum pernah menyaksikan
langsung tapi saya tau sedikit dan sering dengar upacara itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Rebo kasan itu setau saya adalah upacara yang dibawa oleh orang Jawa,
namanya juga hampir sama yaitu upacara Rebo Wekasan, jadi adat itu dibawa
oleh orang Jawa yang menetap di pulau Bangka, fungsinya sama seperti Rebo
Kasan, sama-sama untuk menolak bala. Saya tau karena saya memang aslinya
orang Jawa, dari kecil saya tinggal di Jawa, hanya karena istri saya orang Bangka
saya menetap di Bangka dan kerja sebagai notaris di Bangka. Tapi untuk masalah
kesamaan proses upacara saya tidak tau, sepertinya hampir-hampir mirip juga.
3.3 Rangkuman
Hasil wawancara yang dilakukan di Desa Air Anyir, ada beberapa
pendapat yang diutarakan oleh tokoh agama, kepala desa, serta tokoh masyarakat
mengenai sejarah serta mitos tentang upacara adat Rebo Kasan, antara lain:
Upacara adat Rebo Kasan sebagai warisan agama adalah bentuk rasa
syukur kepada Tuhan dan masyarakat memohon agar terhindar dari bala dengan
membacakan doa-doa yang dipanjatkan kepada Tuhan YME yang dipimpin oleh
para ulama. Upacara ini telah dilangsungkan dari dulu hingga sekarang dengan
bacaan doa dan proses yang sama. Selain itu upacara adat Rebo Kasan diadakan
sebagai bentuk pelestarian budaya di Desa Air Anyir, selain itu sebagai sarana
untuk meningkatkan pariwisata di Desa Air Anyir.
Rebo Kasan merupakan warisan budaya sebagai bentuk pelestarian budaya
untuk pelestarian budaya daerah di Desa Air Anyir. Masyarakat melestarikan dan
mempertahankan budaya yang telah ada sejak lama dan upacara tolak bala Rebo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Kasan merupakan salah satu kebudayaan yang menjadi minat bagi masyarakat dan
wisatawan dari luar daerah.
Ada juga yang berpendapat upacara adat Rebo Kasan sebagai bentuk
warisan para leluhur untuk menolak bala, warga percaya pada zaman dulu sering
terjadi musibah atau bencana pada hari Rabu terakhir di bulan Shafar yang dibawa
oleh para bajak laut ke darat. Maka dari itu diadakannya upacara tolak bala Rebo
Kasan untuk menghindari bala tersebut.
Upacara adat Rebo Kasan sebagai warisan budaya dari tanah Jawa yaitu
Rebo Wekasan. Pendapat ini diutarakan karena adanya kesamaan maksud dan
tujuan diadakannya upacara Rebo Kasan dan Rebo Wekasan sebagai upacara
penolak bala pada hari Rabu terakhir di bulan Shafar. Rebo Wekasan yang artinya
Hari Rabu terakhir di bulan Shafar diadakan di beberapa daerah di Jawa, seperti
Cilacap, Cirebon, Yogyajarta, dan beberapa kota lainnya. Beberapa daerah di atas
melakukan upacara untuk menolak bala/malapetaka pada hari Rabu terakhir di
bulan Shafar dengan proses upacara yang berbeda tergantung adat dan budaya di
daerah masing-masing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
BAB IV
PROSES PELAKSANAAN DAN MAKNA YANG TERKANDUNG
DALAM UPACARA TOLAK BALA REBO KASAN
Dalam Bab IV ini penulis menguraikan latar belakang tradisi Rebo Kasan
dan penulis membahas tentang proses pelaksanaan tradisi Rebo Kasan yang
meliputi persiapan, waktu, dan tempat pelaksanaan tradisi Rebo Kasan.
Selanjutnya, bab ini juga membahas tentang makna berupa simbol-simbol yang
terkandung dalam tradisi tersebut.
4.1 Latar Belakang Upacara Rebo Kasan
Upacara Rebo Kasan setiap tahun diadakan di Desa Air Anyir, Kecamatan
Merawang, Kabupaten Bangka. Upacara ini merupakan upacara tolak balak yang
dilaksanakan setiap hari Rabu di Bulan Syafar, Tahun Hijriah. Rebo Kasan
berasal dari kata Rabu yang terakhir (Bulan Syafar). Menurut keterangan dari
beberapa orang ulama, setiap tahun Allah menurunkan bermacam-macam bala
lebih kurang 320.000 macam bala ke muka bumi ini pada hari Rabu terakhir di
bulan Syafar, mulai terbitnya fajar sampai siang Rabu tersebut.
Maka setiap penduduk pada hari itu hendaklah hati-hati, karena pada hari
itulah yang paling mudah dan paling banyak mendapatkan bala (bahaya). Oleh
sebab itu dianjurkan pada setiap penduduk yang ada berencana untuk
mengerjakan pekerjaan yang berat-berat atau akan bepergian jauh sebaiknya
diundurkan atau dibatalkan dulu sampai kira-kira pukul 02.00 siang, serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
dianjurkan setiap penduduk pada hari itu sebaiknya berkumpul dan bersama-sama
membaca doa-doa agar tersisih dari sekalian bala yang diturunkan Allah SWT
pada hari itu.
Ada bermacam-macam cara dan pendapat mereka mengadakan upacara
tolak bala tersebut. Pada hari biasanya diadakan di ujung/batas kampung,
Masyarakat pergi beramai-ramai dan berkumpul di tempat upacara serta
membawa makanan-makanan dan yang penting bagi masyarakat adalah ketupat
lepas yaitu ketupat tolak bala dan air wafaq. Yang dimaksud dengan ketupat tolak
balak yaitu ketupat yang dianyam sedemikian rupa yang mudah terlepas apabila
bagian ujung dan pangkal daun yang dianyam itu ditarik, dan ketupat ini tanpa isi.
Demikian juga air wafaq yaitu air yang telah dicampur dengan air wafaq yang
diambil dari ayat Al-Quran dan doa-doa ini ditulis di piring porselin yang putih
bersih dengan tinta dawer dari Mekkah, kemudian piring yang bertulisan itu diisi
dengan air bersih sampai tulisan itu terhapus dan bercampur dengan air tadi. Jika
kita memerlukan lebih banyak, maka air ini boleh kita tambah sebanyak mungkin.
Kemudian air wafaq yang telah didoakan diminum oleh masyarakat yang
menghadiri upacara tersebut.
Upacara adat tolak bala Rebo Kasan dibuka untuk umum, masyarakat
yang hanya ingin menyaksikan upacara tersebut juga dari berbagai kalangan, dan
daerah. Setelah pelaksanaan upacara masyarakat Desa Air Anyir akan merayakan
upacara tersebut dengan menerima tamu (open house) layaknya lebaran Idul Fitri
atau Idul Adha, bahkan perayaan upacara adat Rebo Kasan ini tergolong lebih
mewah dibandingkan dengan lebaran pada umumnya, karena ketika Rebo Kasan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
tamu yang akan datang akan 10 kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan
lebaran biasanya. Biasanya ketika lebaran Idul Adha dalam satu rumah tuan
rumah akan menyiapkan 4-5 potong ayam untuk disajikan, sedangkan ketika Rebo
Kasan tuan rumah menyiapkan paling sedikit 10 potong ayam untuk disajikan.
Masyarakat sudah terbiasa menerima tamu baik saudara, teman, tetangga,
bahkan yang tidak dikenal, karena upacara ini hanya ada di Desa Air Anyir maka
antusias warga yang ingin menyaksikan sangat banyak, dan masyarakat Bangka
yang menyaksikan upacara tersebut akan bertamu ke rumah warga di Desa Air
Anyir, walaupun antara tuan rumah dan tamu tidak saling kenal.
4.2 Proses Pelaksanaan
Proses pelaksanaan tradisi upacara adat tolak bala Rebo Kasan meliputi:
4.2.1 Persiapan
Untuk pelaksanaan upacara adat tolak bala Rebo Kasan masyarakat pergi
beramai-ramai dan berkumpul di tempat upacara serta membawa makanan-
makanan, dan yang penting adalah ketupat lepas yaitu ketupat tolak bala dan air
wafaq yang dimaksud dengan ketupat tolak balak yaitu ketupat yang dianyam
sedemikian rupa yang mudah terlepas apabila bagian ujung dan pangkal daun
yang dianyam itu ditarik. Dan ketupat ini tanpa isi, hanya saja sekarang bisa
dibuat lebih menarik misalnya dengan diisi uang/hadiah berupa undian door prize
sebagai daya tarik acara. Prosesi ritual ini diawali dengan pencelupan air wafaq
(air minum yang sudah diberi doa) oleh tokoh masyarakat sebagai simbol untuk
menghalau bencana yang akan datang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Setelah itu doa tolak bala dikumandangkan, yang dilanjutkan dengan inti
ritual yakni pencabutan ketupat lepas yang dibuat oleh orang tertentu. Ketupat
yang digunakan terbuat dari anyaman daun kelapa yang menyisakan dua ujung
daun untuk dicabut sampai lepas, sehingga dua helai daun kelapa kembali seperti
sebelum dianyam. Bentuk ketupat ini berbeda dengan ketupat biasa. Bila ketupat
biasa berbentuk bulat, ketupat lepas berbentuk panjang. Acara ritual diakhiri
dengan makan bersama di dalam masjid dari dulang (seperti nampan atau baki)
yang dibawa oleh masing-masing warga. Dulang itu berisi: ketupat lengkap
dengan lauk pauknya, leper, dan buah-buahan.
4.2.2 Waktu
4.2.2.1 Sehari sebelum upacara Rebo Kasan diadakan, semua penduduk telah
menyiapkan segala keperluan upacara tersebut seperti ketupat tolak bala,
air wafaq dan makanan untuk dimakan bersama pada hari itu.
4.2.2.2 Tepat pada hari Rebo Kasan itu, kira-kira pukul 07.00 WIB semua
penduduk yang akan mengikuti upacara telah hadir ke tempat upacara
dengan membawa sedulang makanan, ketupat tolak bala sebanyak jumlah
keluarga masing-masing. Setelah berkumpul semua sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan baru acara segera dimulai.
4.2.3 Tempat
Pada waktu dahulu upacara ini diadakan di ujung atau perbatasan
kampung, di sana mereka berkumpul tua, muda, laki-laki, permepuan setiap yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
hadir telah membawa makanan-makanan, dan masing-masing membawa kerupat
tolak balak yang telah disediakan masing-masing keluarga. Tetapi sekarang ini
telah diadakan di masjid dan yang hadir tidak harus seluruh anggota keluarga,
cukup diwakilkan para lelaki saja, terutama bagi kepala keluarga.
4.3 Tata Tertib Pelaksanaan
4.3.1 Pertama berdirilah seorang di depan pintu masjid dan menghadap keluar
lalu mengumandangkan adzan.
4.3.2 Lalu disusul dengan pembacaan doa-doa bersama-sama. Selesai berdoa
semua yang hadir menarik/melepaskan anyaman ketupat tolak balak yang
terlah tersedia tadi, satu persatu menurut jumlah yang dibawa sambil
menyebut nama keluarganya masing-masing.
4.3.3 Setelah selesai acara melepaskan anyaman ketupat tolak balak tersebut
baru mereka makan.
4.3.4 Setelah makan bersama, lalu masing-masing pergi mengambil air wafaq
yang telah disediakan termasuk untuk semua keluarganya yang ada di
rumah masing-masing.
4.3.5 Setelah selesai acara ini mereka pulang dan bersilahturahmi ke rumah
tetangga/keluarganya.
4.3.6 Pada akhir-akhir ini banyak yang menggunakan kesempatan ini pada sore-
sore harinya terutama bagi muda mudi mencari hiburan di Pantai Air
Anyir. Bahkan sekarang ini makin banyak pengunjung yang datang dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
luar Desa Air Anyer menyaksikan dan berlibur ke Pantai Air Anyir pada
setiap tahun diadakan acara upacara Rebo Kasan ini.
4.4 Serangkaian Acara yang Diwajibkan
Tertulis dalam cacatan kertas yang ditulis pada hari Rabu, tanggal 12
Februari 2011, dalam cacatan kertas ini tertulis makna dari serangkaian acara
upacara adat Rebo Kasan. Maka dari itu serangkaian acara yang berisi makna
tersebut berbunyi:
Alhamdulillah
Firman Allah Q.S AL-Baqorah: 216
Tiada kalam yang teramat mulia, melainkan AL-Quran, KAMULLAH.
Tiada perkataan yang benar, melainkan AL Hadist, sabda nasi SAW.
Tiada hikmah, yang bermanfaat, melainkan fatwa para ulama Mujtahidin.
Yang kami hormati,
Pada hari ini, hari rabu tanggal 2 Februari 2011 M, dan bertepatan pula
dengan tanggal 28 bulan Safar tahun 1432 H. adalah merupakan salah satu hari
yang menjadi adat kebiasaan orang-orang tua kami di zaman dulu. Dari suatu
kearifan yang sangat sarat mengandung nilai-nilai sosial dan budaya, rasanya
masih layak untuk di pertahankan, dan pula perlu digarisbawahi, bahwa inti dari
acara ini adalah serangkaian doa yang dipanjatkan hanya semata-mata karena
Allah SWT.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Hari ini, hari Rabu di akhir bulan Shafar, lazimnya disebut hari Rebo
Kasan. Tidak ada satu dalil pun baik dari Nash Al-Quran maupun dari Al-Hadist
nabi SAW yang menjelaskan masalah hukumnya Rebo Kasan wajib ataupun
Sunnah. Jadi dikembalikan hukumnya kepada adat yang diadatkan. Adat yang
diadatkan boleh saja dipakai, selama tidak bertentangan dengan hukum syarak.
Di akhir bulan Shafar, sebagian ulama mengatakan bahwasanya
diturunkan pada tiap-tiap tahun oleh Allah SWT 320.000 balak, dan sekalian yang
tersebut itu turunnya di akhir bulan Shafar, dan lagi para ulama memerangkan
bahwasanya mengerjakan ia orang Islam akan sembahyang sunat 4 raka’at dan
membaca akan dia pada tiap-tiap rakaat sehabis membaca Sr Al-Fatihah, Sr Al-
Kausar 17x, Sr Al-Ihlas 5x, Sr Al-Falak 1x, dan Sr Al-Annas 1x, boleh satu kali
salam, dan boleh dua kali salam.
4.4.1 Rangkaian acara yang diwajibkan
Berisi makna dari serangkaian acara yang ada dalam upacara adat tolak
bala Rebo Kasan.
4.4.1.1 Azan
Azan adalah suatu panggilan untuk kebaikan
4.4.1.2 Mencelup Wafaq ke Dalam Air, dan Minum Air Wafaq
Ini hanyalah suatu ikhtiar dan usaha semata, bukan untuk menolak balak
dan bukan pula untuk menghindari dari musibah, akan tetapi memohon
kepada Allah semoga kuat iman dan tetap iman disaat sedang menjalani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
ujian dan musibah Allah. Manusia hanya bisa berikhtiar dan berusaha
sedangkan ketentuan adalah kehendak Allah SWT.
4.4.1.3 Doa
Doa adalah suatu ibadah yang diperintahkan oleh Allah, sebagaimana
firmanNYA (ayat Al-Quran sr Mu’min)
Artinya: dan Tuhanmu berfirman, berdoalah kepadaku, niscaya akan AKU
perkenankan bagimu, sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan
diri dari menyembahku (berdoa) kepadaKU akan masuk neraka dalam
keadaan hina-dina. (Sr Al-Mu’min:60)
Kita panjatkan do’a kehadirat ALLAH, semoga dilindunginya dari balak
dan dihindarinya dari musibah, dikokohkannya kesatuan dan persatuan
kita, mulai dari lingkup keluarga sampai kepada bangsa dan negara. Allah
menurunkan bala, manusia tertimpa musibah.
Q.S Al-Mumin: 60
عن عبادتي سيدخلون جهنم داخرين وقال ربكم ادعوني أستجب لكم إن الذين يستكبرون
"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-
Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".
Q.S Al-Baqarah: 216
يئا وهو ليكم القتال وهو كره لكم وعسى أن تكرهوا شيئا وهو خير لكم وعسى أن تحبوا ش كتب ع
يعلم وأنتم ل تعلمون شر لكم وللا
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu
yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat
baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia
amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Do’a Penutup
Allahu Robbul alamin
Wallahul muwafiq ila aqwa mitthoriq
Wassalamualaikum.wr.wb
Salam Penutup
Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi
Langit sama ditengadah, bukit sama di daki
Lembah sama dituruni, ridho ilahi sama dicari
4.4.1.4 Ketupat lepas
Hal semacam ini adalah merupakan salah satu budaya, yang melambang
kebersamaan kita sebagai umat sesama, sebagaimana kita melestarikan
budaya satu pintu, satu dulang.
Begitulah kiranya adat kebiasaan yang dikerjakan oleh orang-orang tua
kami di zaman dulu, entah apa hikmah yang terselubung di dalamnya
WALLAHU ALAH (ALLAH maha mengetahui lagi maha pengampun)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
4.5 Makna
Upacara Adat Rebo Kasan merupakan salah satu ritual adat masyarakat
Melayu pesisir pantai di Pulau Bangka yang akulturasi dari nilai-nilai religius,
mitos, dan legenda nenek moyang. Inti upacara Rebo Kasan adalah Ritual Tolak
Bala (musibah) sekaligus harapan para nelayan agar hasil tangkapannya
melimpah.
Ritual ini dimaknai sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki yang diberikan,
dan secara bersama warga kampung bermunajat kepada Allah SWT untuk
menurunkan rahmat agar kampung ini menjadi kampung rahmat yang dilindungi
dari musibah.
Makna dari ritual ini sendiri tidak untuk melunturkan akidah tetapi justru
mempertebal akidah sehingga meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Keunikan
dari tradisi Rebo Kasan ini tidak dilakukan di masjid atau balai desa, melainkan
dilakukan di Pantai Desa Air Anyir. Di sana warga berkumpul di pantai
memanjatkan do'a sambil membawa makanan seadaanya menggunkan dulang.
Pelaksanaannya yang dilakukan di pantai itu karena Secara etimologi, Rebo
Kasan sendiri berasal dari kata Rabu yang terakhir pada bulan Syafar. Untuk itu,
ritual yang sudah turun temurun ini pun dilakukan oleh warga Desa Air Anyir
Kecamatan hampir seluruh warga kala itu bergantung hidup dari laut.
Seperti tradisi atau upacara keagamaan pada suatu masyarakat yang pada
umumnya selalu menghadirkan atau menggunakan symbol-simbol sebagai salah
satu instrument yang memiliki satuan-satuan makna atau nilai serta pesan yang
berkaitan erat dengan tujuan dilakukannya upacara atau tradisi keagamaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Adapun simbol-simbol yang digunakan dalam tradisi Rebo Kasan adalah
ketupat lepas dan air wafaq. Ketupat lepas yang terbuat dari daun kelapa muda
yang dianyam. Ketupat lepas ini dijadikan sebagai simbol dari pelepasan bala,
yang tidak diisi dengan beras, dengan bertujuan apabila kedua ujungnya ditarik
akan mudah lepas. Kedua ketupat ini hanya boleh ditarik sesuai dengan nama
ketupatnya, yaitu ketupat laki-laki khusus kaum laki-laki, dan ketupat perempuan
khusus kaum perempuannya.
Dan simbol yang kedua adalah air wafaq. Air wafaq adalah air yang
diambil dari sumur yang sudah dimasak ini merupakan bagian akhir dari
rangkaian acara tradisi Rebo Kasan. Air Wafaq yang telah dimasukkan selembar
kertas putih yang bertulis ayat-ayat al-Qur’an yang kemudian dibagi-bagikan
kepada warga ini diyakini selain sebagai penolak bala dan juga mendatangkan
berkah bagi kehidupan masyarakat.
4.6 Rangkuman
Dapat dilihat dari pembahasan di atas mengenai proses dan makna yang
terkandung di dalam upacara adat tolak bala Rebo Kasan, upacara Rebo Kasan ini
merupakan salah satu tradisi adat masyarakat pesisir pantai yang akulturasi dari
nilai-nilai religius, mitos, dan legenda nenek moyang. Upacara adat tolak bala
Rebo Kasan ini memiliki aturan dan proses upacara yang tetap setiap tahunnya,
mulai dari persiapan, waktu, tempat dan dan tata tertib pelaksanaan. Dari semua
rangaian upacara yang diwajibkan banyak terdapat makna yang dikandung berupa
simbol-simbol yang mencerminkan nilai kebaikan di dalam kehidupan masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Desa Air Anyir, antara lain ketupat lepas sebagai simbol pelepasan bala, dan air
wafaq sebagai simbol penolak bala dan mendatangkan berkah bagi kehidupan
masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
BAB V
FUNGSI TRADISI UPACARA ADAT TOLAK BALA REBO
KASAN
Dalam Bab V ini penulis akan membahas fungsi dari tradisi upacara tolak
bala Rebo Kasan. Fungsi yang akan di bahas dalam bab ini adalah fungsi secara
keseluruhan atau umum tradisi upacara tolak bala Rebo Kasan dan fungsi menurut
masyarakat/narasumber yang diwawancarai dan fungsi itu dibagi menjadi empat
versi.
5.1 Fungsi Umum yang Terkandung dalam Upacara Rebo Kasan
5.1.1 Fungsi Perekat Sosial
Tradisi upacara adat tolak bala Rebo Kasan sebagai perekat sosial
masyarakat Desa Air Anyir, ini tampak pada proses penyelenggaraannya yang
melibatkan seluruh masyarakat Air Anyir, segala persiapan mulai dari awal dan
akhir melibatkan semangat kebersamaan dan gotong royong antar masyarakat.
Melalui ritual adat tersebut, akan terwujud suatu keakraban dan kerukunan
bersama. Kegiatan ini terwujud ketika masyarakat mendukung tradisi Rebo kasan
dan secara langsung ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan upacara adat tersebut.
5.1.2 Fungsi Edukatif
Tradisi upacara tolak bala Rebo Kasan memberikan bimbingan dan
pengajaran. Fungsi ini juga sebagai sarana belajar bagi anak-anak agar selalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
berdoa dan meminta pertolongan kepada sang pencipta, melalui doa-doa yang
dipanjatkan kepada Allah SWT.
5.1.3 Fungsi Religius
Tradisi upacara tolak bala Rebo Kasan mencerminkan nilai religius di
dalam kehidupan keagamaan masyarakat desa Air Anyir. Tradisi Rebo Kasan juga
merupakan perwujudan dari kepercayaan-kepercayaan masyarakat, tradisi
dilaksanakan sebagai bentuk syukur masyarakat desa Air Anyir akan
kesejahteraan yang diberikan sang pencipta kepada masyarakat desa. Serta secara
bersama warga kampung membaca doa-doa bermunajat kepada Allah SWT untuk
menurunkan rahmat agar kampung ini menjadi kampung rahmat yang dilindungi
dari musibah.
5.1.4 Fungsi Sebagai Peredam Konflik
Tradisi upacara tolak bala Rebo Kasan juga berperan sebagai peredam
konflik, melalui tradisi upacara tolak bala Rebo Kasan, masyarakat desa Air Anyir
dapat mempererat tali silahturahmi, serta menyatukan kembali hubungan
pesaudaraan yang sedang tejadi konflik. Pada saat pelaksanaan upacara Rebo
Kasan seluruh masyarakat Desa Air Anyir mengadakan open house dan semua
orang yang menyaksikan bahkan ikut serta dalam upacara dapat berkunjung ke
rumah warga untuk melakukan silahturahmi serta saling bermaafan layaknya
lebaran Idul Fitri dan Idul Adha.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
5.2 Empat Versi Fungsi dalam Upacara Rebo Kasan
5.2.1 Rebo Kasan Sebagai Warisan Agama
Masyarakat Desa Air Anyir adalah mayoritas penganut Islam atau biasa
disebut melayu oleh orang Bangka, karena hal itu dengan diadakannya upacara
adat tolak bala Rebo Kasan dapat meningkatkan nilai religius di dalam diri
masyarakat. Ketika masyarakat menyaksikan, melihat, mengamati, mendengar,
merasakan bahkan turut terlibat dalam ritual tradisi yang turun temurun
diwariskan dari generasi ke generasi bahkan hingga di zaman digital hari ini
masyarakat akan terpacu untuk mengamalkan dan terus melestarikan nilai agama
yang terkandung di dalam upacara tersebut, karena upacara adat tolak bala Rebo
Kasan rutin dilaksanakan setiap tahunnya. Upacara adat tolak bala Rebo Kasan ini
juga dijalankan sesuai dengan syariat agama Islam dan tidak bertentangan dengan
ajaran Islam.
5.2.2 Rebo Kasan Sebagai Warisan Budaya
Masyarakat Desa Air Anyir memiliki beberapa agenda rutin setiap
tahunnya guna meningkatkan nilai sosial budaya di dalam diri masyarakat, salah
satunya adalah upacara adat tolak bala Rebo Kasan, upacara ini adalah upacara
warisan para leluhur dan masyarakat hingga saat ini masyarakat terus
melaksanakan dan mengamalkan tradisi tersebut guna menjaga warisan budaya
Desa Air Anyir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
5.2.3 Rebo Kasan Sebagai Warisan Leluhur
Masyarakat Desa Air Anyir memiliki tradisi warisan para leluhur yang
biasa disebut upacara adat tolak bala Rebo Kasan, upacara ini diyakini murni
bawaan dari para leluhur zaman dulu, tradisi ini juga terus berlangsung hingga
sekarang guna menghormati para leluhur yang telah lebih dulu melestarikan
tradisi tersebut, dan upacara warisan leluhur Rebo Kasan ini juga diterima baik
oleh masyarakat lokal maupun wisatawan yang menyaksikan.
5.2.4 Rebo Kasan Sebagai Warisan Budaya dari Tanah Jawa
Beberapa narasumber meyakini bahwa upacara adat tolak bala Rebo Kasan
yang ada di Desa Anyir adalah warisan leluhur dari tanah Jawa, hal ini dilihat dari
kesamaan upacara adat yang dilaksanakan di Jawa yaitu upacara adat Rebo
Wekasan. Hal ini berfungsi sebagai bentuk integrasi sosial dan budaya, dilihat
dari tujuannya upacara yang ada di Desa Air Anyir dan di Jawa memang memiliki
kesamaan, tetapi dari proses upacara dan makna yang terkandung di dalamnya
berbeda.
5.3 Rangkuman
Pada Bab ini penulis menjelaskan tentang fungsi tradisi upacara adat tolak
bala Rebo Kasan yang dibagi menjadi dua, yang pertama penulis menjelaskan
tentang fungsi tradisi upacara Rebo Kasan secara umum, dan yang kedua fungsi
tradisi upacara Rebo Kasan berdasarkan empat versi menurut mitosnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tradisi upacara Rebo
Kasan memili fungsi yang hamper sama dan semua saling berkaitan dengan
agama, sosial budaya, dan perkembangan pariwisata daerah. Fungsi-fungsi ini
memiliki visi-misi yang sama untuk meningkatkan nilai agama, kesejahteraan,
dan untuk perlestarian budaya di Desa Air Anyir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Penelitian ini membahas mengenai tradisi upacara adat tolak bala Rebo
Kasan yang mengkaji mengenai sejarah, makna, dan fungsi. Didalam sebuah
tradisi masyarakat atau adat istiadat pasti terdapat sejarah diadakanya tradisi
tersebut, kemudian makna ritual dan fungsi yang terdapat dalam sebuah tradisi
tersebut. Penelitian ini dilater belakangi oleh budaya yang hingga saat ini tetap
bertahan. Sebagai penulis ada kesadaran diri ingin berkontribusi secara langsung
dalam mempertahankan budaya yang ada.
Berdasarkan pembahasan pada bab tiga diketahui bahwa ada mitos asal-
usul tradisi upacara tolak bala Rebo Kasan, dan mitos asal usul tradisi tersebut
peneliti menemukan terdapat empat versi yang berbeda, yaitu: (1) Rebo Kasan
sebagai warisan agama, yang dimaksud warisan agama adalah tradisi yang
dipertahankan sebagai bentuk rasa hormat dan syukur kepada Allah SWT, dan
tradisi ini dipertahankan karena nilai agama yang terkandung di dalamnya. (2)
Rebo Kasan sebagai warisan budaya, yang dimaksud warisan budaya adalah
tradisi yang dipertahankan hingga sekarang sebagai bentuk pelestarian budaya dan
sarana untuk meningkatkan pariwisata di Desa Air Anyir. (3) Upacara adat Rebo
Kasan sebagai bentuk warisan para leluhur, tradisi yang dipertahankan untuk
mempringati dan mempertahankan warisan yang telah dilahirkan oleh para leluhur
di Desa Air Anyir, karena sejak zaman dulu masyarakat Desa Air Anyir percaya
upacara adat tolak bala Rebo Kasan sebagai upacara menolak musibah dan tradisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
ini pantas untuk dipertahankan karena mengandung banyak nilai baik di
dalamnya. (4) Rebo Kasan sebagai warisan dari tanah Jawa, upacara adat tolak
bala Rebo Kasan disebut sebagai warisan dari tanah jawa karena adanya beberapa
kesamaan dengan upacara di tanah Jawa, contohnya upacara adat Rebo Wekasan,
upacara ini memiliki tujuan yang sama, sebagai upacara penolakan bala.
Walaupun ada kesamaan antara upacara di Desa Air Anyir dan di tanah Jawa,
tetapi dilihat dari proses pelaksanaan dan makna yang terkandung di dalamnya
berbeda.
Upacara adat tolak bala Rebo Kasan, dilihat dari proses pelaksanaan
hingga adat yang diwajibkan di dalam upacara memiliki makna. Proses tersebut
meliputi persiapan, waktu, dan tempat pelaksanaan upacara, serta tata tertib
pelaksanaan yang diwajibkan. Tata tertib pelaksanaan yang diwajibkan meliputi
azan, mencelup air wafaq, doa, dan ketupat lepas, dan di dalam tata tertib tersebut
terdapat makna yang terkandung, dan telah dibalas oleh peneliti dalam Bab IV.
Peneliti juga mengkaji fungsi yang mengajarkan kebaikan. Fungsi
dilaksanakannya upacara adat tolak bala Rebo Kasan adalah : (1) Fungsi perekat
sosial. (2) Fungsi edukatif (mendidik). (3) Fungsi religious. (4) Fungsi sebagai
peredam konflik. Ada juga fungsi upacara yang dibagi menjadi empat versi
berdasarkan mitos yang didapat peneliti: (1) Fungsi Rebo Kasan sebagai warisan
agama. (2) Fungsi Rebo Kasan sebagai warisan budaya. (3) Fungsi Rebo Kasan
sebagai warisan para leluhur. (4) Fungsi Rebo Kasan sebagai warisan tanah Jawa.
Semua fungsi ini pada dasarnya bertujuan sama dan demi kepentingan dan
kesejahteraan masyarakat Desa Air Anyir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
6.2 Saran
Seiring berkembangnya budaya di dalam sebuah masyarakat, pelestarian
budaya pun semakin diperhatikan dari banyak kalangan, seperti masyarakat,
pemerintah, dinas pariwisata, mahasiswa, pelajar. Oleh karena itu penelitian ini
dilakukan sebagai bentuk perhatian dan kecintaan peneliti terhadap budaya lokal
yang ada di Bangka, khususnya Desa Air Anyir sebagai tempat pelaksanaannya
upacara adat tolak bala Rebo Kasan.
Berhubung penelitian hanya terfokus pada sejarah, makna, dan fungsi
tradisi upacara adat tolak bala Rebo Kasan, diharapkan pada peneliti selanjutnya
dapat melakukan penelitian ini lebih mendalam khususnya mengenai isi, makna,
dan fungsi doa-doa yang terkandung di dalam upacara adat tolak bala Rebo
Kasan, serta diharapkan peneli berikutnya dapat meneliti dan menemukan kaitan
upacara adat tolak bala Rebo Kasan dengan tradisi budaya bahari, berhubung
Bangka adalah wilayah pulau yang dikelilingi oleh laut dan pulau-pulau kecil,
serta Desa Air Anyir merupakan desa pesisir pantai yang mayoritas
masyarakatnya bekerja sebagai nelayan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2016. RPJM Desa Air Anyir Tahun 2016-2020. Kecamatan Merawang.
Kabupaten Bangka.
Danandjaja, James. 1991. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, Lain-lain.
Jakarta: Grafiti.
Depdikbud, 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Endraswara, Suwardi, 2003. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Geertsz, Clifford, 1994. Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.
Geertsz, Didi, 1983. Islam dan Perubahan Sosial Budaya. Jakarta: Pustaka Al-
Husna.
Hadiati, Diah Nur. 2016. “Bentuk, Makna, dan Fungsi Upacara Ritual Daur
Hidup Manusia Pada Masyarakat Sunda”, Skripsi Program Studi Sastra
Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga, Yogyakarta.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset.
Munawarroh, Alviana. 2015. “FUNGSI SOSIAL TRADISI MANDOA DALAM
UPACARA KEMATIAN (Studi Kasus: Nagari Pauh Duo Nan Batigo,
Kecamatan Pauh Duo, Kabupaten Solok Selatan)”, Skripsi Program Studi
Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Andalas,
Padang.
Rohmah, Umi Nuriyatur. 2014. “Penggunaan Ayat-Ayat Al-Quran Dalam Ritual
Rebo Wekasan (Studi Living Qur’an di Desa Sukoreno Kec.Kalisat Kab.
Jember)”. Skripsi Program Studi Ilmu Alqur’an dan Tafsir, Fakultas
Ushuludin dan Pemikiran Islam, Universitas Islam Sunan Kalijaga,
Yogyakarta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Afabeta.
Sutrisno, Prof. Dr. Sulastin (ed). 1985. Bahasa-Sastra-Budaya. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Taum, Yoseph Yapi, 2011. Studi Sastra Lisan: Teori, Metode, Dan Pendekatan
Disertai Contoh Penerapannya. Yogyakarta: Lamalera.
Ulhaq, Zia. 2010. “Tradisi Rebo Kasan (Studi Kasus di Desa Air Anyir,
Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka Induk, Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung)”. Skripsi Program Studi Sejarah Kebudayaan Islam,
Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Universitas Islam Sunan Kalijaga,
Yogyakarta.
Sumber Referensi dari Internet
“Metode Penelitian” Diunduh dari https://ppskr.blogspot.com/2016/05/bab-iv-
metode-penelitian.html, pada 17 Februari 2018, pukul 21.15 WIB.
“Mitos, Legenda, dan Dongeng”, Diunduh dari https ://aliefsyahru. blogspot.co.id/
2012 / 03/pengertian – mitos – legenda – dan - cerita.html, pada 17 April
2018, pukul 23.24 WIB.
“Perayaan Rebo Kasan”, Diundah dari http://bangka.tribunnews.com/ 2017/ 11/
16/apa-itu-perayaan-rebo-kasan-di-desa-air-anyir-begini-penjelasannya,
pada 7 Mei 2018, pukul 19.45 WIB.
“Surat Al-Baqarah Ayat 216” Diunduh dari https://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-
216, pada 14 Mei 2018, pukul 10.22 WIB.
“Surat Al-Mu’Min Ayat 60” Diunduh dari https://tafsirq.com/40-al-mumin/ayat-
60, pada 14 Mei 2018, pukul 10.15 WIB.
Sumber Wawancara
Bapak Miduan (50 tahun), Kadus Temberan, direkam pada tanggal 17 Februari
2018 oleh Fallenia Faithan (22 tahun), mahasiswa.
Emi (27 tahun), IRT/masyarakat Desa Air Anyir, direkam pada tanggal 17
Februari 2018 oleh Fallenia Faithan (22 tahun), mahasiswa.
H. Budi (54 tahun), Kadus Dusun Air Anyir, direkam pada tanggal 17 Februari
2018 oleh Fallenia Faithan (22 tahun), mahasiswa.
Hamdan (52 tahun), Kadus Modal, direkam pada tanggal 17 Februari 2018 oleh
Fallenia Faithan (22 tahun), mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Harto (53 tahun), notaris/ masyarakat luar Desa Air Anyir, direkam pada tanggal
16 Januari 2018) oleh Fallenia Faithan (22 tahun), mahasiswa.
Samsul Bahari (45 tahun), Kades Air Anyir, direkam pada tanggal 17 Februari
2018 oleh Fallenia Faithan (22 tahun), mahasiswa.
Yahya (56 tahun), tokoh agama di Desa Air Anyir, direkam pada tanggal 17
Februari 2018 oleh Fallenia Faithan (22 tahun), mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
LAMPIRAN
Foto 1: Foto ini adalah foto air wafaq yang akan dibagikan ke masyarakat.
Sumber: Foto yang diambil oleh Tribunnews.com
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Foto 2: Ini adalah foto masyarakat membawa dulang ketika hendak
berkumpul di masjid Desa Air Anyir.
Sumber: Foto yang diambil oleh Infobangka.com
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Foto 3: ini adalah foto ketika masyarakat berkumpul untuk melangsungkan
upacara adat tolak bala Rebo Kasan.
Sumber: Foto ini diambil oleh infobangka.com
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Foto 4: Foto Ini adalah ketika peneliti melakukan penelitian di Desa Air
Anyir dan melakukan wawancara dengan tokoh agama dan masyarakat.
Sumber: Dokumen pribadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Foto 5: Ini adalah foto ketika peneliti mempraktekkan proses penarikan
ketupat lepas seperti yang biasa dilakukan pada saat berlangsungnya
upacara adat tolak bala Rebo Kasan.
Sumber: Dokumen pribadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Foto 6a: Ini adalah foto urutan acara dan serangkaian acara yang ditulis
tangan oleh salah satu tokoh agama di Desa Air Anyir, dan ditulis kembali
oleh peneliti dan dicantumkan pada Bab III.
Sumber: Dokumen pribadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Foto 6b: Rangkaian acara yang diwajibkan
Sumber: Dokumen pribadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Foto 6c: Foto ini adalah serangkaian doa yang akan dibacakan saat upacara
adat tolak bala Rebo Kasan.
Sumber: Dokumen Pribadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
BIODATA DIRI
Penulis bernama FALLENIA FAITHAN, lahir di
Pangkalpinang, Bangka 5 Juni 1996 dari pasangan
Kurniawati dan Hendra Kurniawan. Penulis menyelesaikan
pendidikan dasarnya di SD Negeri 28 Pangkalpinang.
Kemudian melanjutkan pendidikan SMP di SMP Negeri 8
Pangkalpinang. Setelah lulus SMP penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang
SMA di SMA Negeri 1 Pangkalpinang dan lulus pada tahun 2014. Setelah itu
penulis melanjutkan pendidikannya ke jenjang sarjana dan merantau ke
Yogyakarta dan masuk ke Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra,
Universitas Sanata Dharma. Selama kuliah penulis aktif mengikuti berbagai
kegiatan kampus baik akademik dan non akademik. Cita-cita penulis adalah
menjadi orang yang dapat dibanggakan oleh banyak orang terutama kedua orang
tua, dan lingkungan sekitar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI