11
TRANFUSI DAN DONOR DARAH DALAM PERSPEKTIF ISLAM Fina Ahmad F, S.Si., Apt Ketua Majelis PKU Muhammadiyah Kab. Tasikmalaya A. Tinjauan Umum Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari Bahasa yunani haima yang berarti darah. Darah manusia berwarna merah karena mengandung hemoglobin. Hemoglobin berfungsi untuk mengankut oksigen dan karbondioksida. Sel-sel darah terdiri dari Eritrosit, trombosit, dan leukosit. Transfusi Darah adalah proses pemindahan darah dari seseorang yang sehat (donor) ke orang sakit (respien). Darah yang dipindahkan dapat berupa darah lengkap dan komponen darah. Tranfusi darah diperlukan pada kondisi sebagai berikut : - Seseorang yang kehilangan banyak darah akibat kecelakaan atau trauma - Pada kondisi seseorang kehilangan banyak darah, misalkan pada kondisi operasi pembedahan - Penyakit yang menyebabkan terjadinya perdarahan misal maag kronis dan berdarah. - Penyakit yang menyebabkan kerusakan sel darah dalam jumlah besar, misal anemia hemolitik, trombositopenia, demam berdarah atau Thalassemia yang memerlukan Tranfusi darah seumur hidupnya. - penyakit lainnya yang mengakibatkan tubuh pasien tidak dapat memproduksi darah atau komponen darah sebagaimana mestinya Donor darah adalah proses mendonorkan darah yang sehat untuk pasien secara langsung atau disimpan di Bank Darah (PMI). B. Fiqih Darah Didalam fiqih dikenal tiga jenis darah, yaitu :

Tranfusi Dan Donor Darah Dalam Perspektif Syariat Islam

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tranfusi dan donor darah dalam perspektif Syariat Islam, kajian dan dalil dalam Alquran dan Hadits Nabi

Citation preview

TRANFUSI DAN DONOR DARAH DALAM PERSPEKTIF ISLAMFina Ahmad F, S.Si., Apt

Ketua Majelis PKU Muhammadiyah Kab. Tasikmalaya

A. Tinjauan Umum

Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari Bahasa yunani haima yang berarti darah. Darah manusia berwarna merah karena mengandung hemoglobin. Hemoglobin berfungsi untuk mengankut oksigen  dan karbondioksida. Sel-sel darah terdiri dari Eritrosit, trombosit, dan leukosit.

Transfusi Darah adalah proses pemindahan darah dari seseorang yang sehat (donor) ke orang sakit (respien). Darah yang dipindahkan dapat berupa darah lengkap dan komponen darah. Tranfusi darah diperlukan pada kondisi sebagai berikut :- Seseorang yang kehilangan banyak darah akibat kecelakaan atau trauma- Pada kondisi seseorang kehilangan banyak darah, misalkan pada kondisi operasi

pembedahan- Penyakit yang menyebabkan terjadinya perdarahan misal maag kronis dan

berdarah.- Penyakit yang menyebabkan kerusakan sel darah dalam jumlah besar, misal

anemia hemolitik, trombositopenia, demam berdarah atau Thalassemia yang memerlukan Tranfusi darah seumur hidupnya.

- penyakit lainnya yang mengakibatkan tubuh pasien tidak dapat memproduksi darah atau komponen darah sebagaimana mestinya

Donor darah adalah proses mendonorkan darah yang sehat untuk pasien secara langsung atau disimpan di Bank Darah (PMI).

B. Fiqih DarahDidalam fiqih dikenal tiga jenis darah, yaitu :1. Darah Haid, Istihadhah dan Nifas2. Darah Manusia3. Darah Hewan yang halal dimakan

Hukum asal mula darah adalah Haram sebagaimana tercantum dalam keterangan sebagai berikut :

- QS. An-Nahl : 115

ة� ة� ي� ة� ي� ٱ م م� ي� ة� ة ة� �� ة ة� ة�ا �� ة ة�إ�� ة�� غ� ة�ٱ� ة�ا ة� ي� �ة �� ة �م �ي ٱ إ� ة� ة إ#ۦ إ� إ# �� ة ٱ� إ� ي� ة$ إ� ة�% إ& م'� اا ة( ة� إ� إ+ي إ-ن ي� ٱ ة ي. ة� ة�م إ�� ة�0 م0 م2و �ة ة# �� ة ٱ� ة�3 إ�ا ة غ4 ة ا ة6ا ١١٥ة�

Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (memakan) bangkai, darah, daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah; tetapi barangsiapa yang terpaksa memakannya dengan tidak menganiaya dan tidak pula melampaui batas, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang

- Al-an’am : 145

ي� ة'� ة� ة� ي� ة( ة3 م�و ةي ة'�3 اا 6� ة إ�� م#ۥا م� ة9 �ي ةي غ إ ة:ا ى; ة� ة ة(ا �� ة ة. م( ة�= ة� إ�� ة= إ� م'�� اا ة( إ = م� إ< ة'� اا 6� ة ة�ا م?% م2و ي@ )� ة م(ا ة4ة�3 إ�ا ة غ4 ة ا ة6ا ة� غ� ة�ا ة� ي� �ة �� ة �م �ي ٱ إ� ة� ة إ#ۦ إ� إ# �� ة ٱ� إ� ي� ة$ إ� ة�% إ& م'� ةCا ي@ إ ي� ة'� Dس ي< إ0 م#ۥ �� ة إ�ا ة غ� إ+ي إFن ة ي. ة� ي� ة'�

م إ�� ة�0 م0 م2و �ة Gة �� ة ١٤٥ة0Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi -- karena sesungguhnya semua itu kotor -- atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"

- Al-Maidah : 3

م� ة� ي� ة� ي� ٱ م م� ي� ة� ة Hي ة( ر� م� م� ة�� إ#ۦ ة�ٱ� إ� إ# �� ة ٱ� إ� ي� ة$ إ� ة�% إ& م'� اا ة( ة� إ� إ+ي إ-ن ي� ٱ م ي. ة� ة�Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah

- Al-baqarah : 173

ما ن كم إ م عل تةيJ حر يJم Kي م ٱل��دم و ٱ يKخ��نزيريL ول وم��ا أه��لٱه ر ۦب غ يJ ل إMلل يNطر فمن ٱ نٱ إ م عل ر با وال عا فال إ إ# غ يي Oي غ4 غ� Jي

ه حيم ٱلل ١٧٣م0 غفو رSesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang

Apakah darah itu najis?

Untuk mengawali pembahasan ini ada beberapa alasan yang mesti diperhatikan.Ibnu Taimiyah rahimahullah telah memberikan kita kaedah mudah untuk memahami najis dan haram. Beliau berkata,

نجسا األكل م محر كل وليس األكل م محر نجس كل“Setiap najis diharamkan untuk dimakan, namun tidak setiap yang haram dimakan itu najis.” (Majmu’atul Fatawa, 21: 16).

Kaedah ini bermakna setiap yang najis haram dimakan. Sedangkan sesuatu yang haram, belum tentu najis, bisa jadi pula suci.

Pertama: Hukum asal segala sesuatu adalah suci. Sesuatu bisa dikatakan najis jika dikatakan oleh syari’at melalui dalil Al Qur’an dan As Sunnah.Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Tidak diragukan lagi, menghukumi sesuatu itu najis ini berarti memberikan pembebanan (taklif) pada hamba. Hukum asalnya, lepas dari kewajiban. Lebih-lebih dalam perkara yang sudah diketahui secara pasti. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan kita petunjuk untuk diam (tidak mempersoalkan) perkara yang Allah diamkan dan ini berarti Allah memaafkannya.

Kedua: Sesuatu yang haram belum tentu najis.Racun haram untuk dikonsumsi karena memberikan dhoror (bahaya) pada tubuh. Namun jikalau haram, tidak semata-mata dihukumi najisnya. Karena keharaman belum tentu mengkonsekuensikan najis. Begitu pula makanan yang dicuri diharamkan untuk dikonsumsi karena tidak ada izin si empunya atau pula tidak diizinkan oleh syari’at. Akan tetapi sesuatu yang haram ini tidak menunjukkan najisnya.

“Seandainya sekedar Allah haramkan sesuatu menjadikan sesuatu tersebut najis, maka seharusnya mengenai firman Allah Ta’ala,

أمهاتكم عليكم مت حر“Diharamkan atas kamu ibu-ibumu …” (QS. An Nisa’: 23), wanita-wanita yang disebutkan dalam ayat ini harus dikatakan najis. Namun tentu kita tidak berani mengatakan seperti ini karena seorang muslim tidaklah najis baik ketika hidup maupun mati sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Khomr sudah disepakati haramnya, namun -menurut pendapat terkuat- khomr tidaklah najis. Karena hukum asal segala sesuatu itu suci sampai ada dalil yang najisnya. Mengenai ayat berikut “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah kotor termasuk perbuatan syaitan” (QS. Al Maidah: 90). Khomr di sini dikaitkan dengan anshob (berhala) dan azlam (anak panah). Ini sudah mengindikasikan bahwa yang dimaksud adalah kotor maknawi dan bukan najis syar’i karena Anshab dan Azlam sendiri tidak najis.

Ketiga: Para sahabat dulu sering melakukan shalat dalam keadaan luka yang berlumuran darah. Mereka pun shalat dalam keadaan luka tanpa ada perintah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk membersihkan darah-darah tersebut.Sebagaimana terdapat dalam sebuah hadits yang menceritakan seorang Anshor. Ketika itu ia sedang shalat malam, kemudian orang-orang musyrik memanahnya. Ia pun mencabut panah tadi dan membuangnya. Kemudian ia dipanah sampai ketiga kalinya. Namun ketika itu ia masih terus ruku’ dan sujud padahal ia dalam shalatnya berlumuran darah. Ketika membawakan riwayat ini, Syaikh Al Albani rahimahullah menjelaskan, “Riwayat ini dihukumi marfu’ (sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).

Karena sangat mustahil kalau hal ini tidak diperhatikan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seandainya darah yang amat banyak itu menjadi pembatal shalat, tentu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menjelaskannya. Karena mengakhirkan penjelasan di saat dibutuhkan tidak diperbolehkan, sebagaimana hal ini telah kita ketahui bersama dalam ilmu ushul.” Juga ada beberapa riwayat lainnya yang mendukung hal ini. Al Hasan Al Bashri mengatakan,

هم راحات ج فى ون يصل مون المسل زال ما“Kaum muslimin (yaitu para sahabat) biasa mengerjakan shalat dalam keadaan luka.” Dalam sebuah riwayat dari Miswar bin Makhromah, ia menceritakan bahwa ia pernah menemui ‘Umar bin Al Khottob pada malam hari saat ‘Umar ditusuk. Ketika tiba waktu Shubuh, ia pun membangunkan ‘Umar untuk shalat Shubuh. ‘Umar mengatakan,

Pة ةRا Sة� �� Tة ة� Uة ن� ة� إ� إ� ةRا Wن إ�ا ن6 � إ = Xة� ة� ة6ا ة�“Tidak ada bagian dalam Islam bagi orang yang meninggalkan shalat.” Lalu ‘Umar shalat dalam keadaan darah yang masih mengalir

Hal ini menunjukkan bahwa pendapat terkuat dalam masalah ini, darah manusia itu suci baik sedikit maupun banyak. ika ada darah di baju (misalnya karena luka atau tenaga medis setelah melakukan operasi) maka tidak mengapa shalat dengan baju tersebut, akan tetapi jika ada baju yang bersih dan bisa segara didapatkan, maka sebaiknya mengganti baju. Namun kita tetap menghormati pendapat mayoritas ulama yang menyatakan bahwa darah itu najis.

C. Tinjauan hukum Donor Darah

Tranfusi darah, sebagaimana dijelaskan diatas adalah demi kepentingan hidup seseorang. Karena darah merupakan komponen hidup manusia yang sangat esensial. Pendapat masyhur para ulama, bahwa donor darah adalah suatu amalan yang mulia. Bahkan menurut Yusuf Qaradhawi, donor darah merupakan sedekah yang paling utama dalam zaman sekarang. Apalagi dalam masa tanggap bencana dan tanggap korban perang.

Sebab menjadi donor darah dalam konteks ini bukan sekedar membantu, tetapi sudah sampai taraf menyelematkan nyawa seseorang. Jadi nilainya sangat tinggi di sisi Allah. Bahkan menyelamatkan nyawa manusia yang seharusnya mati tidak tertolong, tapi dengan berkat donor darah ini mengakibatkan bisa terus berlangsungnya kehidupan seseorang, digambarkan seperti memberikan kehidupan kepada semua manusia.

Sebagaimana firmanAllah SWT:

هي3م ءيل أن ر ي إ نا على بن ك كت ل ذل يY أ Zي رۥي] غ ا ب يJ من قتل ن Dة س ي ا في فس�� س أ غ4ن ي� ضي[ ي0أ Kي ��ل ٱ م��ا قت اس فكأن ي3 جميع��ا ومٱلن

يا ما أ ياها فكأن يLأ Lاسي ٱلن ل ه رس�� ي� جميع ولق جاء ي ي4 ��نا� نت ب يKبي ٱك في د ذل هم ب يرا م ن كث ي_ثم إ ضي3 ي0أ Kي رفون ٱ ٣٢يY لم

Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi (Al-maidah : 32)

Didalam hadits Shahih Rasulullah SAW pernah bersabda :

يوم كرب من كربة عنه الله نفس الدنيا كرب من كربة مؤمن عن نفس منالقيامة

Siapa yang membebaskan seorang muslim dari bebannya di dunia, maka Allah akan membebaskannya dari bebannya di hari kiamat. (HR Bukhari dan Muslim)

Juga Rasulullah SAWbersabda :

يه أخ عون في العبد ماكان العبد عون في واللهDan Allah akan selalu menolong hamba-Nya, selama hamba Nya selalu menolong saudaranya"

Bolehkah menerima donor dari Non MuslimPersoalannya sekarang, bolehkah seorang muslim menerima darah dari pendonor yang bukan muslim? Dalam faithfreedom.com, disebutkan para ulama mengharamkan darah karena darah adalah benda najis, namun darah yang dianggap najis adalah darah yang keluar dari dalam tubuh. Jika darah yang ada dalam tubuh adalah najis, berarti semua manusia dalam keadaan najis. Sementara Allah sendiri menciptakan semua manusia dalam keadaan suci, sehingga darah yang ada dalam tubuh bukanlah najis. Oleh karenanya meski ia adalah orang kafir, maka darah yang didonorkannya bukanlah sebuah najis. Dan ulama sepakat bahwa kenajisan orang kafir yang ditulis dalam Al-Qur’an bukanlah najis dalam makna hakiki melainkan secara majasi.

Tubuh manusia pada dasarnya adalah benda yang suci dan bukan merupakan benda najis. Dasarnya adalah firman Allah SWT :

ة� ة4 ا� إن= ة� ةنا ن( �� ة ة ن� Cة ة� ة�Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam. (QS. Al-Isra' : 70)

Para ulama ahli fiqih umumnya mengartikan maksud bahwa Allah SWT memuliakan anak-anak Adam bahwa tubuh manusia itu mulia, artinya hukum tubuh-tubuh manusia bukan termasuk benda najis. Maka hukum tubuh manusia itu adalah suci.

Ayat ini juga tidak membedakan agama yang dianut seorang anak Adam, apakah muslim ataukah kafir, apakah dia laki-laki atau wanita, apakah dia masih hidup atau sudah wafat.

1. Tubuh Orang Kafir

Yang menarik untuk dipertanyakan adalah bagaimana dengan hukum tubuh manusia yang agamanya bukan Islam, alias hukum tubuh orang kafir?

Apakah tubuh mereka juga suci dan tidak najis, ataukah mereka itu termasuk benda najis, sehingga kalau kita menyentuh kulit mereka, harus dicuci 7 kali salah satunya dengan tanah?

Pertanyaan ini semakin menarik untuk ditelaah lebih jauh, mengingat di dalam Al-Quran Al-Karim Allah SWT telah berfirman tentang hal yang menyangkut orang musyrik yang dikatakan najis.

نجس المشركون ما ن إSesungguhnya orang-orang musyrik itu najis (QS. At-Taubah : 28)

a. Bukan Najis Fisik Tapi Aqidah

Dalam hal ini jumhur ulama berpendapat meski ada ayat di atas menyebutkan bahwa orang-orang musyrik itu najis, tetapi bukan berarti tubuh mereka najis. Ada dua alasan mengapa kita tidak mengambil ayat ini secara lahiriyah.

Pertama, para ulama mengatakan bahwa yang dimaksud najis dalam ayat ini bukan secara najis secara fisik, melainkan najis secara kiasan, yaitu yang merupakan najis adalah aqidah mereka yang mereka yakini. Aqidah orang kafir yang menyekutukan Allah itulah yang hukumnya najis. [1]

Kedua, bahwa ayat di atas tidak terkait dengan najis secara hakiki atau ‘ain, melainkan secara hukmi. Najis hukmi maksudnya bukan najis, melainkan berhadats, baik hadats kecil maupun hadats besar.

Maksudnya tubuh orang tidak suci dari hadats kecil dan besar, karena mereka tidak berwudhu atau mandi janabah. Dan mereka memang tidak pernah melakukannya. Namun tubuh mereka bukan benda najis, yang apabila terkena pada badan kita harus dicuci.

b. Nabi SAW Menerima Bani Tsaqif di Dalam Masjid

Hujjah lainnya bahwa tubuh orang kafir itu tidak merupakan najis adalah ketika Nabi SAW menerima utusan dari Tsaqif yang nota-bene adalah orang kafir di dalam masjid.

إ� aإ ن@ ة� �� إ= bف �Cإ dة ة� ن ة� م�= eإ �ن ة �� Kة ة+ ن� ة'� fإ ة9ا �� إ= ة'�� إ� ن� � ة3 ة�ا gن م ن� ة

Dari Utsman bin Abil Ash radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah SAW menerima utusan dari Tsaqif di dalam masjid (HR. Abu Daud)

c. Air Liur Orang Kafir Tidak Najis

Dalil yang ketiga bahwa tubuh orang kafir bukan termasuk benda najis adalah apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW terhadap orang-orang kafir yang datang kepada beliau SAW dan Abu Bakar minum susu bersama-sama dengan orang kafir dari wadah yang sama.

ة� dم Zة إ� hة ة إ# إن إ�� ةي ة�; ة ة3 ا ة ة��ا إ� ة�� ن ة'� ة= إ? ةeا ن� � Kة� ة�ا ة� م# iة ن9 ة� Zة إ� hة ة ف� eة ة� إ� م� ة�@Rا ة��� Pم ة�RSا �� إ# ن� ة� ة ة= Uإ م'�ة� : ة� ني ن'ا ة ا6 ة� ة� ني ن'ا 6� Kة?ا ة� Zة إ� hة ة م# نن ة م# �� ة �� ة= �إ ة0 ف� ن� ة� ة�ا ة'� م# ة� ة� ة�ا

Rasulullah SAW diberikan susu lalu beliau meminumnya sebagian lalu disodorkan sisanya itu kepada a’rabi (kafir) yang ada di sebelah kanannya dan dia meminumnya lalu disodorkan kepada Abu Bakar dan beliau pun meminumnya (dari wadah yang sama) lalu beliau berkata,’Ke kanan dan ke kanan’. (HR. Bukhari)

Donor Darah Tidak Mengakibatkan Kemahraman

Sebagaimana kita ketahui bahwa penyebab kemahraman hanya 3 saja, yaitu karena nasab, mushaharah (pernikahan) dan radhaah (penyusuan). Sedangkan donor darah tidak bisa diqiyaskan dengan penyusuan. Qiyas seperti itu merupakan qiyas ma'al-fariq.

Karakter yang ada pada darah berbeda dengan karakter yang ada pada susu ibu yang diisap bayi.

Susu ibu adalah makanan buat bayi, makanya bisa mengakibatkan kemahraman antara wanita yang menyusi dengan bayi yang disusuinya.

Sedangkan karakter darah tidak seperti susu ibu, darah bukan makanan bagi orang yang menerima donor darah, melainkan darah menjadi media pengantar makanan, oksigen dan lainnya. Sehingga tidak ada proses pertumbuhan dari darah yang ditransfusikan ke dalam tubuh seseorang.

Itulah sebabnya darah yang didonorkan kepada pasien tidak mengakibatkan berubahnya status kemahraman antara donor dan penerima darah.

Persyaratan Donor Darah menurut Islam

Persyaratan dibolehkannya tranfusi darah itu berkaitan dengan masalah medis,

bukan masalah agama. Persyaratan medis ini harus dipenuhi karena adanya

kaidah-kaidah hukum Islam sebagai berikut:

Artinya bahaya itu harus dihilangkan (dicegah). Misalnya bahaya ,الضرريزال      .1

kebutaan harus dihindari dengan berobat dan sebagainya.

بالضرر      .2 اليزال Artinya bahaya itu tidak boleh dihilangkan dengan , الضرر

bahaya lain [lebih besar bahayanya] .misalnya seorang yang memerlukan tranfusi

darah karena kecelakaan lalu lintas, atau operasi, tidak boleh me-nerima darah

orang yang menderita AIDS, sebab bisa mendatang-kan bahaya yang lebih

besar/berakibat fatal.

ضرار         .3 وال , الضرر Artinya tidak boleh membuat mudarat kepada dirinya

sendiri dan tidak pula membuat mudarat kepada orang lain.