Upload
vevi-varcety
View
8
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PENDAHULUAN
suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan / benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran, sehingga menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik
Brain Injury Assosiation of America,
Di Indonesia kajadian trauma capitis setiap tahunnya diperkirakan mencapai 500.000 kasus. 80% cedera kepala ringan
10 % termasuk cedera kepala sedang10 % termasuk cedera kepala berat.
PATOFISIOLOGI TRAUMA KAPITIS Berat ringannya daerah otak yang mengalami
cedera akibat trauma kapitis tergantung pada : besar dan kekuatan benturan arah dan tempat benturan sifat dan keadaan kepala sewaktu menerima
benturan
lesi bentur (Coup)lesi kontra (counter coup).
LESI OTAK
KERUSAKAN PRIMER
Adalah kerusakan otak yang timbul pada saat cedera, sebagai akibat dari kekuatan mekanik yang menyebabkan deformasi jaringan.
Kerusakan ini dapat bersifat fokal ataupun difus.
Kerusakan Sekunder
Kerusakan sekunder adalah kerusakan otak yang timbul sebagai komplikasi dari kerusakan primer termasuk kerusakan oleh hipoksia, iskemia, pembengkakan otak, Tekanan Tinggi Intrakranial (TTIK), hidrosefalus dan infeksi.
Klasifikasi trauma kapitis berdasarkan:1. Patologi:
1. Komosio serebri2. Kontusio serebri3. Laserasio serebri
2. Lokasi lesi1. Lesi diffus2. Lesi fokal
1. Kontusio dan Laserasi serebri2. Hematoma Intrakranial
1. Hematoma Ekstradural (Hematoma epidural)2. Hematoma subdural3. Hematoma intraparenkhimal
1. Hematoma Subarakhnoid2. Hematoma Intraserebral3. Hematoma Intraserebellar
KOMOSIO SEREBRI (GEGER OTAK)
Penderita tidak sadar sejenak (± 10 menit) Wajahnya pucat Kadang-kadang disertai muntah Nadi agak lambat : 60-70/ menit Tensi normal atau sedikit menurun Suhu normal atau sedikit menurun Tidak ada Post-Traumatic Amnesia (PTA)
KONTUSIO SEREBRI (MEMAR OTAK)
Kontusio serebri adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh trauma kapitis yang menimbulkan lesi perdarahan intersitial tanpa terganggunya kontinuitas jaringan dan dapat mengakibatkan gangguan neurologis yang menetap.
Jika lesi otak menyebabkan terputusnya kontinuitas jaringan maka disebut laserasio serebri.
HEMATOMA EPIDURAL
Epidural hematom (EDH) adalah perdarahan yang terbentuk di ruang potensial antara tabula interna dan duramater dengan ciri berbentuk bikonvek atau menyerupai lensa cembung.
Paling sering terletak diregio temporal atau temporoparietal dan sering akibat robeknya pembuluh meningeal media.
Tanda diagnostik klinik: Lucid interval (+) Kesadaran semakin menurun Late hemiparese kontralateral lesi Pupil anisokor Babinsky (+) kontralateral lesi Fraktur didaerah temporal
HEMATOMA SUBDURAL
Jenis1. Akut : Interval lucid 0 – 5 hari2. Subakut : Interval lucid 5 hari – bbrp
minggu3. Kronik : interval lucid > 3 bulan
Hematoma subdural akutGejala dan tanda klinis:
Sakit kepala Kesadaran menurun + / -
Perdarahan yang terjadi diantara durameter – arakhnoid, akibat robeknya
“bridging vein” (vena jembatan)
CT Scan otak: gambaran hiperdens (perdarahan) diantara durameter dan
araknoid, umumnya karena robekan dari bridging vein, dan tampak seperti bulan
sabit
HEMATOMA INTRASEREBRAL
Perdarahan parenkhim otak, disebabkan oleh pecahnya arteri intraserebral mono atau –multiple
Dorongan yang mengancam terjadianya herniasi oleh bekuan darah di tengah otak disertai edema lokal yang hebat biasanya berprognosis buruk daripada hematoma epidural yang dioperasi.
AMERICAN ACCREDITATION HEALTH CARE COMMISSION, TERDAPAT 4 JENIS FRAKTUR
Simple : retak pada tengkorak tanpa kecederaan pada kulit
Linear or hairline: retak pada kranial yang berbentuk garis halus tanpa depresi, distorsi dan ‘splintering’.
Depressed: retak pada kranial dengan depresi ke arah otak.
Compound : retak atau kehilangan kulit dan splintering pada tengkorak. Selain retak terdapat juga hematoma subdural
FRACTURE BASIS CRANIIAnterior
Gejala dan tanda klinis:• keluarnya cairan likuor melalui hidung / rhinorea• perdarahan bilateral periorbital ecchymosis /
racoon eye• anosmia
Media
Gejala dan tanda klinis:- keluarnya cairan likuor melalui telinga / otorrhea- Gangguan n. VII & VIII
Posterior
Gejala dan tanda klinis:- Bilateral mastoid ecchymosis / battle’s sign
Penunjang diagnostik:
Memastikan cairan serebrospinal secara sederhana dengan tes halo
Scaning otak resolusi tinggi dan irisan 3 mm (50%+) (high resolution and thin section)
CEDERA KEPALA DIKLASIFIKASIKAN BERDASARKAN NILAI GLASGOW COMA SCALE
Kategori GCS Gambaran Klinik CT Scan otak
Minimal 15 Pingsan (-), defisit neurologi (-)
Normal
Ringan 13 – 15 Pingsan < 10 menit, defisit neurologik (-)
Normal
Sedang 9 – 12 Pingsan > 10 menit s/d 6 jam defisit neurologik (+)
Abnormal
Berat 3 – 8 Pingsan > 6 jam, defisit neurologik (+)
Abnormal
Minimal (simple head injury)SKG 15, tidak ada penurunan kesadaran, tidak ada amnesia pasca trauma (APT), tidak ada defisit neurologi
Trauma kapitis ringan / mild head injurySKG 13 – 15, CT Scan normal, Pingsan < 30 menit, tidak ada lesi operatif, rawat rumah sakit < 48 jam, amnesia pasca trauma (APT) < 1 jam
Trauma kapitis sedang / moderate head injurySKG 9-12 dan dirawat >48 jam, atau SKG > 12 akan tetapi ada lesi operatif intrakranial atau abnormal CT Scan, pingsan > 30 menit-24 jam, APT 1-24 jam
Trauma Kapitis Berat / severe head injurySKG < 9 yang menetap dalam 48 jam sesudah trauma, pingsan > 24 jam, APT > 7 hari
DIFFUSE AXONAL INJURY
Cedar otak difus merupakan kelanjutan kerusakan otak akibat cedera akselerasi dan deselerasi, dan ini merupakan bentuk yang sering terjadi pada cedera kepala.
Gejala dan tanda klinis:- Koma lama pasca trauma kapitis (prolonged
coma)- Disfungsi saraf otonom- Demam tinggi
KOMPLIKASI JANGKA PANJANG TRAUMA KAPITIS
Kerusaka saraf cranial Anosmia Gangguan Penglihatan dan Oftalmoplegi Hemiparesis dan Paresis fasialis
CEDERA MAXILLOFACIAL
Faktur maxilaris Fraktur maxilla merupakan cedera wajah
yang paling berat, dan dicirikan oleh: Mobilitas palatum Mobilitas hidung yang menyertai palatum Epistaksis Mobilitas 1/3 wajah bag tengah.
LEFORT 1
Fraktur nelintang rendah pada maxila yang hanya melibatkan palatum, dicirikan oleh pergeseran arcus dentalis maxila dan palatum, maloklusi gigi biasanya bisa terjadi.
LEFORT II
Fraktur ini dicirikan mabilitas palatum dan hidung end-block, juga epistaksis yang jelas. Biasanya maloklusi gigi dan pergeseran pllatum kebelakang. Fraktur end-block pada palatum dan sepertiga tengah wajah termasuk hidung
LEFORT III
Merupakan cedera paling berat, dimana perlekatan seluruh rangka wajah terputus.seluruh komplek zigomatikus menjadi mobile dan tergeser
PEMERIKSAAN PENUNJANG Foto polos kepala CT-Scan (dengan atau tanpa kontras) MRI : Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau
tanpa kontras radioaktif. Cerebral Angiography: Menunjukan anomali sirkulasi
cerebral, seperti : perubahan jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.
Serial EEG: Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis
X-Ray: Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis(perdarahan/edema), fragmen tulang.
BAER: Mengoreksi batas fungsi corteks dan otak kecil PET: Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak Lumbal Punksi :Dapat dilakukan jika diduga terjadi
perdarahan subarachnoid
KONSENSUS MANAJEMEN DI UNIT GAWAT DARURAT
Penanggulangan Trauma Kapitis AkutPenanganan emergensi sesuai dengan
beratnya trauma kapitis
Survei Primer, guna; menstabilkan kondisi pasien, meliputi;
A = Airway (jalan nafas)bebaskan jalan nafas dengan memeriksa mulut dan dan mengeluarkan darah, gigi yang patah, muntahan dan sebagainya. Bila perlu lakukan Intubasi (waspadai adanya fraktur tulang leher)
B = Breathing (pernafasan)Pastikan pernafasan adekuat. Perhatikan frekuensipola nafas dan pernafasan dada atau perut dan kesetaraan pengembangan dada kanan dan kiri (simetris).
C = Circulation (sirkulasi)Pertahankan tekanan darah Sistolik > 90 mmHg.Pasang sulur intravena. Berikan cairan intervena drip, NaCl 0.9% atau Ringer. Hindari cairan hipotonis. Bila perlu berikan obat vesopresor dan / inotropik.
D = Disability (untuk mengetahui lateralisasi dan kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan neurologi)- Tanda vital: tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu- Skala koma glasgow- pupil; ukuran, bentuk dan refleks cahaya- pemeriksaan neurologi cepat; Hemiparesis, refleks patologis- Luka-luka- Anamnesa: AMPLE (Allergies, Medications, Past illness, last meal, event / environment related to injury)
Survei Sekunder; meliputi pemeriksaan dan tindakan lanjutan setelah kondisi pasien stabil
E = Laboratorium
-Darah : Hb, Leukosit, hitung jenis lekosit, trombosit, ureum, keatinin, gula darah sewaktu, analisis gas darah dan elektrolit
-Urine : Perdarahan (+) / (-)
-Radiologi :Foto polos kepala, posisi AP, lateral, tangensialCT Scan otak.Foto lainnya sesuai indikasi (termasuk foto servikal)
F = Manajemen Terapi- Siapkan untuk operasi pada pasien yang mempunyai indikasi- Siapkan untuk masuk ruang rawat- Penaganan luka-luka- Pemberian terapi obat-obatan sesuai kebutuhan
INDIKASI OPERASI PENDERITA TRAUMA KAPITIS
a) > 40 cc dengan midline shifting pada daerah temporal / frontal / parietal dengan fungsi batang otak masih baik.
b) > 30 cc pada daerah fossa posterior dengan tanda-tanda penekanan batang otak atau hidrosefalus dengan fungsi batang otak masih baik.
c. EDH progresif.
EPIDURAL HEMATOM
SDH (Subdural hematoma):
SDH luas (> 40 cc / > 5 mm) dengan GCS > 6, fungsi batang otak masih baik
SDH tipis dengan penurunan kesadaran bukan indikasi operasi.
SDH dengan edema serebri / kontusio serebri disertai midline shift dengan fungsi batang otak masih baik.
Penurunan kesadaran progresif Hipertensi dan bradikardi dan tanda-tanda
gangguan nafas (cushing refleks) Perburukan defisit neurologi fokal.
ICH (perdarahan intraserebral)
4. Fraktur impresi melebihi 1 (satu) diploe.5. Fraktur Kranii dengan laserasi serebri6. Fraktur kranii terbuka (pencegahan infeksi
intra-kranial)7. Edema serebri berat yang disertai tanda
peningkatan TIK, dipertimbangkan operasi dekompresi.