52
TRAUMA CAPITIS Disusun oleh: Vepi Perinado 09310147 Pembimbing : Dr. H. Denny Raharjono Sp.S

traumacapitis.pptx

Embed Size (px)

Citation preview

TRAUMA CAPITISDisusun oleh:

Vepi Perinado

09310147

Pembimbing :Dr. H. Denny Raharjono Sp.S

PENDAHULUAN

suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan / benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran, sehingga menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik

Brain Injury Assosiation of America,

Di Indonesia kajadian trauma capitis setiap tahunnya diperkirakan mencapai 500.000 kasus. 80% cedera kepala ringan

10 % termasuk cedera kepala sedang10 % termasuk cedera kepala berat.

TINJAUAN PUSTAKA

ASPEK FISIOLOGIS CEDERA KEPALA

Tekanan intracranial Tekanan Perfusi otakAliran darah otak (ADO)

PATOFISIOLOGI TRAUMA KAPITIS Berat ringannya daerah otak yang mengalami

cedera akibat trauma kapitis tergantung pada : besar dan kekuatan benturan arah dan tempat benturan sifat dan keadaan kepala sewaktu menerima

benturan

lesi bentur (Coup)lesi kontra (counter coup).

LESI OTAK

KERUSAKAN PRIMER

Adalah kerusakan otak yang timbul pada saat cedera, sebagai akibat dari kekuatan mekanik yang menyebabkan deformasi jaringan.

Kerusakan ini dapat bersifat fokal ataupun difus.

Kerusakan Sekunder

Kerusakan sekunder adalah kerusakan otak yang timbul sebagai komplikasi dari kerusakan primer termasuk kerusakan oleh hipoksia, iskemia, pembengkakan otak, Tekanan Tinggi Intrakranial (TTIK), hidrosefalus dan infeksi.

Klasifikasi trauma kapitis berdasarkan:1. Patologi:

1. Komosio serebri2. Kontusio serebri3. Laserasio serebri

2. Lokasi lesi1. Lesi diffus2. Lesi fokal

1. Kontusio dan Laserasi serebri2. Hematoma Intrakranial

1. Hematoma Ekstradural (Hematoma epidural)2. Hematoma subdural3. Hematoma intraparenkhimal

1. Hematoma Subarakhnoid2. Hematoma Intraserebral3. Hematoma Intraserebellar

KOMOSIO SEREBRI (GEGER OTAK)

Penderita tidak sadar sejenak (± 10 menit) Wajahnya pucat Kadang-kadang disertai muntah Nadi agak lambat : 60-70/ menit Tensi normal atau sedikit menurun Suhu normal atau sedikit menurun Tidak ada Post-Traumatic Amnesia (PTA)

KONTUSIO SEREBRI (MEMAR OTAK)

Kontusio serebri adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh trauma kapitis yang menimbulkan lesi perdarahan intersitial tanpa terganggunya kontinuitas jaringan dan dapat mengakibatkan gangguan neurologis yang menetap.

Jika lesi otak menyebabkan terputusnya kontinuitas jaringan maka disebut laserasio serebri.

HEMATOMA EPIDURAL

Epidural hematom (EDH) adalah perdarahan yang terbentuk di ruang potensial antara tabula interna dan duramater dengan ciri berbentuk bikonvek atau menyerupai lensa cembung.

Paling sering terletak diregio temporal atau temporoparietal dan sering akibat robeknya pembuluh meningeal media.

Tanda diagnostik klinik: Lucid interval (+) Kesadaran semakin menurun Late hemiparese kontralateral lesi Pupil anisokor Babinsky (+) kontralateral lesi Fraktur didaerah temporal

EPIDURAL HEMATOM

HEMATOMA SUBDURAL

Jenis1. Akut : Interval lucid 0 – 5 hari2. Subakut : Interval lucid 5 hari – bbrp

minggu3. Kronik : interval lucid > 3 bulan

Hematoma subdural akutGejala dan tanda klinis:

Sakit kepala Kesadaran menurun + / -

Perdarahan yang terjadi diantara durameter – arakhnoid, akibat robeknya

“bridging vein” (vena jembatan)

CT Scan otak: gambaran hiperdens (perdarahan) diantara durameter dan

araknoid, umumnya karena robekan dari bridging vein, dan tampak seperti bulan

sabit

HEMATOMA INTRASEREBRAL

Perdarahan parenkhim otak, disebabkan oleh pecahnya arteri intraserebral mono atau –multiple

Dorongan yang mengancam terjadianya herniasi oleh bekuan darah di tengah otak disertai edema lokal yang hebat biasanya berprognosis buruk daripada hematoma epidural yang dioperasi.

AMERICAN ACCREDITATION HEALTH CARE COMMISSION, TERDAPAT 4 JENIS FRAKTUR

Simple : retak pada tengkorak tanpa kecederaan pada kulit

Linear or hairline: retak pada kranial yang berbentuk garis halus tanpa depresi, distorsi dan ‘splintering’.

Depressed: retak pada kranial dengan depresi ke arah otak.

Compound : retak atau kehilangan kulit dan splintering pada tengkorak. Selain retak terdapat juga hematoma subdural

Linear right parietal fracture

Depressed fracture

FRACTURE BASIS CRANIIAnterior

Gejala dan tanda klinis:• keluarnya cairan likuor melalui hidung / rhinorea• perdarahan bilateral periorbital ecchymosis /

racoon eye• anosmia

Media

Gejala dan tanda klinis:- keluarnya cairan likuor melalui telinga / otorrhea- Gangguan n. VII & VIII

Posterior

Gejala dan tanda klinis:- Bilateral mastoid ecchymosis / battle’s sign

Penunjang diagnostik:

Memastikan cairan serebrospinal secara sederhana dengan tes halo

Scaning otak resolusi tinggi dan irisan 3 mm (50%+) (high resolution and thin section)

TANDA-TANDA KLINIS YANG DAPAT MEMBANTU MENDIAGNOSIS

CEDERA KEPALA DIKLASIFIKASIKAN BERDASARKAN NILAI GLASGOW COMA SCALE

Kategori GCS Gambaran Klinik CT Scan otak

Minimal 15 Pingsan (-), defisit neurologi (-)

Normal

Ringan 13 – 15 Pingsan < 10 menit, defisit neurologik (-)

Normal

Sedang 9 – 12 Pingsan > 10 menit s/d 6 jam defisit neurologik (+)

Abnormal

Berat 3 – 8 Pingsan > 6 jam, defisit neurologik (+)

Abnormal

Minimal (simple head injury)SKG 15, tidak ada penurunan kesadaran, tidak ada amnesia pasca trauma (APT), tidak ada defisit neurologi

Trauma kapitis ringan / mild head injurySKG 13 – 15, CT Scan normal, Pingsan < 30 menit, tidak ada lesi operatif, rawat rumah sakit < 48 jam, amnesia pasca trauma (APT) < 1 jam

Trauma kapitis sedang / moderate head injurySKG 9-12 dan dirawat >48 jam, atau SKG > 12 akan tetapi ada lesi operatif intrakranial atau abnormal CT Scan, pingsan > 30 menit-24 jam, APT 1-24 jam

Trauma Kapitis Berat / severe head injurySKG < 9 yang menetap dalam 48 jam sesudah trauma, pingsan > 24 jam, APT > 7 hari

DIFFUSE AXONAL INJURY

Cedar otak difus merupakan kelanjutan kerusakan otak akibat cedera akselerasi dan deselerasi, dan ini merupakan bentuk yang sering terjadi pada cedera kepala.

Gejala dan tanda klinis:- Koma lama pasca trauma kapitis (prolonged

coma)- Disfungsi saraf otonom- Demam tinggi

KOMPLIKASI JANGKA PANJANG TRAUMA KAPITIS

Kerusaka saraf cranial Anosmia Gangguan Penglihatan dan Oftalmoplegi Hemiparesis dan Paresis fasialis

CEDERA MAXILLOFACIAL

Faktur maxilaris Fraktur maxilla merupakan cedera wajah

yang paling berat, dan dicirikan oleh: Mobilitas palatum Mobilitas hidung yang menyertai palatum Epistaksis Mobilitas 1/3 wajah bag tengah.

LEFORT 1

Fraktur nelintang rendah pada maxila yang hanya melibatkan palatum, dicirikan oleh pergeseran arcus dentalis maxila dan palatum, maloklusi gigi biasanya bisa terjadi.

LEFORT II

Fraktur ini dicirikan mabilitas palatum dan hidung end-block, juga epistaksis yang jelas. Biasanya maloklusi gigi dan pergeseran pllatum kebelakang. Fraktur end-block pada palatum dan sepertiga tengah wajah termasuk hidung

LEFORT III

Merupakan cedera paling berat, dimana perlekatan seluruh rangka wajah terputus.seluruh komplek zigomatikus menjadi mobile dan tergeser

PEMERIKSAAN PENUNJANG Foto polos kepala CT-Scan (dengan atau tanpa kontras) MRI : Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau

tanpa kontras radioaktif. Cerebral Angiography: Menunjukan anomali sirkulasi

cerebral, seperti : perubahan jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.

Serial EEG: Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis

X-Ray: Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis(perdarahan/edema), fragmen tulang.

BAER: Mengoreksi batas fungsi corteks dan otak kecil PET: Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak Lumbal Punksi :Dapat dilakukan jika diduga terjadi

perdarahan subarachnoid

PENATALAKSANAAN

KONSENSUS MANAJEMEN DI UNIT GAWAT DARURAT

Penanggulangan Trauma Kapitis AkutPenanganan emergensi sesuai dengan

beratnya trauma kapitis

Survei Primer, guna; menstabilkan kondisi pasien, meliputi;

A = Airway (jalan nafas)bebaskan jalan nafas dengan memeriksa mulut dan dan mengeluarkan darah, gigi yang patah, muntahan dan sebagainya. Bila perlu lakukan Intubasi (waspadai adanya fraktur tulang leher)

B = Breathing (pernafasan)Pastikan pernafasan adekuat. Perhatikan frekuensipola nafas dan pernafasan dada atau perut dan kesetaraan pengembangan dada kanan dan kiri (simetris).

C = Circulation (sirkulasi)Pertahankan tekanan darah Sistolik > 90 mmHg.Pasang sulur intravena. Berikan cairan intervena drip, NaCl 0.9% atau Ringer. Hindari cairan hipotonis. Bila perlu berikan obat vesopresor dan / inotropik.

D = Disability (untuk mengetahui lateralisasi dan kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan neurologi)- Tanda vital: tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu- Skala koma glasgow- pupil; ukuran, bentuk dan refleks cahaya- pemeriksaan neurologi cepat; Hemiparesis, refleks patologis- Luka-luka- Anamnesa: AMPLE (Allergies, Medications, Past illness, last meal, event / environment related to injury)

Survei Sekunder; meliputi pemeriksaan dan tindakan lanjutan setelah kondisi pasien stabil

E = Laboratorium

-Darah : Hb, Leukosit, hitung jenis lekosit, trombosit, ureum, keatinin, gula darah sewaktu, analisis gas darah dan elektrolit

-Urine : Perdarahan (+) / (-)

-Radiologi :Foto polos kepala, posisi AP, lateral, tangensialCT Scan otak.Foto lainnya sesuai indikasi (termasuk foto servikal)

F = Manajemen Terapi- Siapkan untuk operasi pada pasien yang mempunyai indikasi- Siapkan untuk masuk ruang rawat- Penaganan luka-luka- Pemberian terapi obat-obatan sesuai kebutuhan

INDIKASI OPERASI PENDERITA TRAUMA KAPITIS

a) > 40 cc dengan midline shifting pada daerah temporal / frontal / parietal dengan fungsi batang otak masih baik.

b) > 30 cc pada daerah fossa posterior dengan tanda-tanda penekanan batang otak atau hidrosefalus dengan fungsi batang otak masih baik.

c. EDH progresif.

EPIDURAL HEMATOM

SDH (Subdural hematoma):

SDH luas (> 40 cc / > 5 mm) dengan GCS > 6, fungsi batang otak masih baik

SDH tipis dengan penurunan kesadaran bukan indikasi operasi.

SDH dengan edema serebri / kontusio serebri disertai midline shift dengan fungsi batang otak masih baik.

Penurunan kesadaran progresif Hipertensi dan bradikardi dan tanda-tanda

gangguan nafas (cushing refleks) Perburukan defisit neurologi fokal.

ICH (perdarahan intraserebral)

4. Fraktur impresi melebihi 1 (satu) diploe.5. Fraktur Kranii dengan laserasi serebri6. Fraktur kranii terbuka (pencegahan infeksi

intra-kranial)7. Edema serebri berat yang disertai tanda

peningkatan TIK, dipertimbangkan operasi dekompresi.

TERIMAKASIH