22
Problem Mr. Tamani 29 tahun 1. Penurunan kesadaran dua hari yang lalu. 2. Hemiparesis dua hari yang lalu. 3. Demam dari lima belas hari yang lalu. Lab test : 4. Neutrofil 36 %. 5. Limfosit 64 %. 6. Glukosa 7. CSF/blood glukosa 8. Protein 9. Ditemukan Gram positif. 10. Ziehl Neelsen ++ 11. Kultur : ditemukan koloni Rough caulifluwer. 12. Memiliki riwayat Pulmonary tubercolosis. 13. Biopsi pada axillary lymph node kanan : pembesaran Diagnosis : Tuberculous meningoencephalitis.

Tuberculous Meningoencephalitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tb meningoensephalitis pada anak. tb. tuberkulosis. penyakit yangterjadi akibat infeksi dari mycobacterium tuberculosis.

Citation preview

Page 1: Tuberculous Meningoencephalitis

Problem

Mr. Tamani 29 tahun

1. Penurunan kesadaran dua hari yang lalu.2. Hemiparesis dua hari yang lalu.3. Demam dari lima belas hari yang lalu.

Lab test :

4. Neutrofil 36 %.5. Limfosit 64 %.6. Glukosa 7. CSF/blood glukosa 8. Protein 9. Ditemukan Gram positif.10. Ziehl Neelsen ++11. Kultur : ditemukan koloni Rough caulifluwer.12. Memiliki riwayat Pulmonary tubercolosis.13. Biopsi pada axillary lymph node kanan : pembesaran

Diagnosis : Tuberculous meningoencephalitis.

Page 2: Tuberculous Meningoencephalitis

Edema

Terjadi pada tahap paling awal inflamasi ( peningkatan permeabilitas vaskular).

Vasodilatasi arteriol dan aliran darah bertambah.

Tekanan hidrostatik intravaskular meningkat dan adanya pergerakan cairan (transudat) dari kapiler.

Permabilitas vaskular meningkat (proses transudasi selesai).

Pergerakan cairan kaya protein (eksudat) ke dalam interstisium.

Tekanan osmotik intravaskular menurun

Tekanan osmotik cairan interstisial meningkat.

Air dan ion mengalir ke dalam jaringan ekstravaskular dan berakumulasi.

Edema.

Page 3: Tuberculous Meningoencephalitis

Ekstravasasi Leukosit

1. Marginasi dan rolling.

Saat darah mengalir dari kapiler menuju venula pascakapiler, sel dalam sirkulasi dibersihkan oleh aliran laminar melawan dinding pembuluh darah. Sel darah merah diskoid yang lebih kecil bergerak lebih cepat daripada sel darah utih sferis yang lebih besar. Mengakibatkan leukosit terdorong dari sumbu sentral pembuluh darah, sehingga leukosit berinteraksi dengan sel endotel yang melapisinya, dibantu dengan menignkatnya permeabilitas vaskular yang terjadi pada inflamasi dini yang menyebabkan cairan keluar dari pemuluh darah dan aliran darah merambat. Akumulasi leukosit di tepi pembuluh darah disebut marginasi. Lalu, leukosit berguling-guling pada permukaan endotel, untuk sementara melekat di sepanjang perjalanannya yang disebut rolling.

Adhesi transien (sementara) dan relatif longgar yang terlibat dalam proses rolling dilakukan oleh kelompok selektin. Selektin merupakan reseptor yang dikeluarkan pada leukosit dan endotel dan ditandai dengan adanya daerah ekstrasel yang mengikat gula tertentu. Selektin ini meliputi selektin-E (ada di endotel), selektin-P (ada di endotel dan trombosit), dan selektin-L (ada di permukaan leukosit). Selektin endotel pada sel normal, dikeluarkan pada kadar yang rendah atau tidak ada sama sekali.selektin tersebut diatur (up regulation) setelah adanya rangsangan oleh mediator spesifik. Hal ini menyebabkan derajat spesifitas pengikatan terbatas pada tempat yang terus mengalami cedera. Sebagai contoh, pada sel endotel yang tidak teraktivasi, selektin-P terutama ditemukan di dalam badan-badan Weibel-Palade intrasel. Namun dalam beberapa menit setelah terpajan mediator, misalnya histamin atau trombin, selektin-P disebar ke permukaan sel, tampat selektin-P dapat memfasilitasi pengikatan leukosit. Demikian pula selektin-E, yang tidak terdapat pada endotel normal, diinduksi setelah adanya perangsangan oleh mediator inflamasi, seperti IL-1 dan TNF.

2. Adhesi dan transmigrasi.

Leukosit akhirnya melekat kuat pada permukaan endotel (adhesi) sebelum merayap di antara sel endotel dan melewati membran basalis masuk ke ruang ekstravaskular (diapedesis). Diperantarai oleh molekul superfamili imunoglobin pada sel endotel yang berinteraksi dengan integrin yang muncul pada permukaan leukosit. Mlekul adhesi endotel yaitu, ICAM-1 dan VCAM-1. Sitokin seperti TNF dan IL-1 menginduksi pengeluaran ICAM-1 dan VCAM-1. Integrin merupakan glikoprotein heterodimer transmembran yang juga berfungsi sebagai reseptor sel untuk matriks ekstraseluluar. Itegrin biasanya muncul pada membran plasma leukosit, tapi tidak melekat pada ligannya yang sesuai sampai leukosit diaktivasi oleh agen kemotaktik atau rangsang lainnya.

Page 4: Tuberculous Meningoencephalitis

Setelah adhesi kuat terjadi pada permukaan endotel, leukosit bertransmigrasi teutama dengan merembes diantara sel pada intracellular junction. PECAM-1 merupakan sutau molekul adhesi sel ke sel superfamili imunoglobulin, merupakan protein yang dominan dalam memerantarai proses ini. Setelah melintasi endothelial junction, leukosit menembus membran basalis dengan mendegradasinya secara fokal menggunakan kolagenase yang disekresi, disbut transmigrasi.

3. Kemotaksis dan aktivasi.

Setelah terjadi ekstravasasi dari darah, leukosit bermigrasi menuju tempat jejas mendekati gradien kimiawi pada suatu proses yang disebut kemotaksis. Molekul kemotaksis berikatan pada reseptor permukaan sel spesifi sehinggan menyababkan peningkatan kalsium sitosol, yang memicu perakitan elemen kontartil sioskeletal yang diperlukan untuk pergerakan. Leukosi bergerak dengan memperpanjang pseudopodia yang berlabuh ke matriks ekstraselular dan kemudian menarik sel ke arah perpanjangan tersebut. Faktor kemotaksis juga menginduksi respon leukosit lainnya, yang umumnya disebut sebagai aktivasi leukosit.

4. Fagositosis dan degranulasi.

Fagositosis terdiri dari tiga langkah berbeda yang saling barkaitan :

1. Pengenalan dan perlekatan partikel pada leukosit yang menelan.

Difasilitasi oleh opsonin. Opsonin mengikat molekul spesifik pada permukaan mikroba dan selanjutnya memfasilitasi pengikatannya dengan reseptor opsonin spesifik pada leukosit.

2. Penelanan dengan pembentukan vakuola fagositik.

Pengikatan partikel teropsonisasi memicu penelanan. Selain itu, pengikatan IgG pada FcR menginduksi aktivasi selular yang memacu degradasi mikroba yang ditelan. Pada penelanan, pseudopodia diperpanjang mengelilingi objek, sampai akhirnya membentuk vakuola fagositik. Membran vakuola kemudian berfusi dengan membran granula lisosom, sehingga terjadi pengeluaran granula masuk ke dalam fagolisosom dan terjadi degranulasi leukosit.

3. Pembunuhan dan degradasi material yang ditelan.

Fagositosis merangsang suatu pembakaran oksidatif yang ditandai dengan peningkatan konsumsi oksigen yang tiba-tiba, katabolisme glikogen, peningkatan oksidasi glukosa, dan produksi metabolit oksigen reaktif. Mikroorganisme yang mati kemudian di degradasi oleh kerja hidrolase asam lisosom.

Page 5: Tuberculous Meningoencephalitis

Mediator Inflamasi

Mediator inflamasi terbagi menjadi dua, ada yang terdaat di selular dan ada di plasma.

Selular mediator praformasi dalam granula sekretoris.

baru disintesis.

Mediator praformasi dalam granula sekretoris :

1. Histamin

Menyebabkan dilatasi arteriol dan merupakan mediator utama pada peningkatan permeabilitas vaskular fase cepat.

2. Serotonin.

Memiliki efek yang sama dengan histamin.

3. Enzim lisosom.

Baru disintesis :

1. Prostaglandin.

Berperan dalam patogenesis nyeri dan demam pada inflamasi, membantu meningkatkan sensitivitas nyeri terhadap berbagai rangsang lainnya dan beinteraksi dengan sitokin yang menyebabkan demam.

2. Leukotrien.

Menyebabkan agregasi neutrofil, vasokontriksi, bronkospasme, dan peningkatan permebilitas vaskular.

3. Faktor pangaktivasi trombosit.

Menyebabkan vasokntriksi dan bronkokonstriksi, peningkatan adhesi leukosit, kemotaksis, degranulasi leukosit dan pembakaran oksidatif.

4. Spesies oksigen yang teraktivasi .

5. Nitrit oksida.

Mengaktifkan guanilat siklasi pada otot polos pembuluh darah, mengakibatkan peningkatan cyclic guanosine monophosphate, dan menimbulkan relaksasi otot polos (vasodilatasi).

6. Sitokin.

Page 6: Tuberculous Meningoencephalitis

Mengatur fungsi limfosit, mengaktifkan sel radang selama terjadi respon imun yang diperantarai oleh sel, dan merangsang hematopoiesis.

Plasma aktivasi faktor XII (faktor Hageman).

aktivasi komplemen.

Aktivasi faktor XII (faktor Hageman) :

1. Sistem kinin (bardikinin).

Menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskular, dilatasi arteriol, dan kontraksi otot polos bronkus.

2. Sistem fibrinolisis (koagulasi).

Meninkatkan permeabilitas vaskular, mengakibatkan vasodilatasi, dan peningkatan permeabilitas vaskular.

Aktivasi komplemen :

1. C3a dan C5a (anafilatoksin).

Meningkatkan permeabilitas vasular dan menyababkan vasodilatasi, mengaktivasi leukosit dan meningkatkan afinitas integrinnya sehingga meningkatkan adhesi terhadap endothel.

2. C3b.

3. C5b-9.

Granuloma

Granuloma dapat terbentk pada keadaan respon sel T yang persisten terhadap mikroba tertentu yang sitokinnya erasal dari sel T dimana bertanggung jawab atas aktivasi makrofag persisten.

Infitrat sel T.

Digantikan oleh marofag.

Page 7: Tuberculous Meningoencephalitis

Makrofag terakumulasi, membesar, memipih, eosinofilik (diseut sel epiteloid).

Sel-sel epiteloid bergabun di bawah penaruh sitokin.

Membentuk Giant cell yang berinti banyak.

Sel epiteloid dikelilingi oleh lingkaran limfosit.

Disebut granuloma.

Cerebrospinal fluid

Cerebrospinal merupakan cairan yang berwarna bening,yang melindungi otak dan spinal

cord dari reaksi kimia dan injury phisical,juga berfungsi untuk membawa oksigen,glukosa

dan reaksi lainnya yang dibutuhkan oleh darah.

Formation of CSF in the ventricel

Page 8: Tuberculous Meningoencephalitis

Csf dihasilkan oleh choroid plexsus network dari kapiler pada dinding ventrikel,kapiler itu

dilindungi sel ependimal,itu CSF hasil dari filtrasi dan sekresi plasma darah,karena

ependimal sel itu bekerja sama dengan tigh junction,maka apabila ada suatu benda yang

masuk ke CSF coroid kapiler tidak akan terjadi kebocoran diantara sel tersebut,karena harus

melewati ependinmal sel.

Sirkulasi CSF

Cairan bergerak dari ventrikel lateral melalui foramen interventrikular menuju third

ventrikel (tempat cairan semakin banyak karena ditambah oleh koriod plexus),melalui

aquaduktus cerebral menuju ventrikel 4 (tempat cairan ditambah kembali dari plexus koroid

)melalui tiga lubang langit-langit ventrikel 4: median apparature dan sepasang lateral

apparature kemudian CSF akan bersirkulasi di bagian pusat canal dari spinal cord dan

subarachnoid space di sekitar otak,dan spinal cord,kemudian CSF secara berangsur-angsur

direabsorbsi pada pembuluh darah melewati arachnoid villi kedalam sinus vena pada dura

meter akan kembali ke aliran darah tempat asal produksi cairan tersebut.

Lumbar Puncture

Lumbar puncture (LPs) dilakukan dengan mengambil CSF untuk pemeriksaan laboratorium.

Tujuan : untuk menetapkan infeksi diagnosis (bacterial, fungal, mycobacterial, atau amebic meningitis), penyakit berbahaya, subarachnoid hemorrhage, multiple sclerosis, atau kelainan demyelinating.

Indikasi : 4 kategori penyakit utama :

1) Infeksi meningeal 2) Subarachnoid hemorrhage3) Primary/ metatastatic malignancy4) Demyelinating deseases

Kontraindikasi :

1) Pasien dengan tumor spinal cord (paresis), karena dapat berkembang menjadi paralysis.2) Pasien dengan sepsis di region lumbar (infeksi kulit, cellulites, atau epidural abscess).

Sepsis = adanya mikroorganisme patogen atau toksinnya di dalam darah atau jaringan lain.

Prosedur :

1. Biasanya pengambilan CSF dilakukan antara L3-L5.Pasien diposisikan membungkuk dengan dada sampai menyentuh lutut.

2. Bersihkan lumbar tempat pengambilan CSF sebelum ditusuk jarum CSF dengan povidon-yodium atau alcohol.

Page 9: Tuberculous Meningoencephalitis

3. Lalu, dilakukan anastesi dengan pemberian lidokain.4. Tusukkan jarum CSF juga digunakan manometer untuk mengukur tekanan. Sebelum CSF diambil, tekanan harus diantara 90-180 mmHg.

5. Ketika tekanan normal, 20mL specimen dapat diambil.Umumnya dipisahkan dalam 3 tabung steril :

tabung 1 : Chemistry untuk analisis glukosa dan protein, immunologi, atau serologi.

Tabung 2 : Microbiology untuk kultur dan Gram Stain

Tabung 3 : Hematology untuk Cell Counts

6. Tutup luka tusukan dengan 3 plester. Pada penutupan, tekanan harus diantara 10-30 mmHg.

CAIRAN TUBUH LAIN

1. Synovial Fluid Merupakan hasil ultrafiltrasi plasma yang melewati kapiler endothelium fenestred subsynovial ke synovial cavity. Ditemukan di joint cavities (persendian).

Normal : < 3,5 mL

Pengambilan : dengan arthrocentesis

Indikasi : pasien dengan undiagnosted effusion.

Effusion = keluarnya cairan de dalam bagian ; eksudasi atau transudasi.

2. Pleural Fluid Merupakan hasil ultrafiltrasi plasma darah yang dibentuk terus-menerus di pleural cavity.

Normal : 1-10 mL

Pengambilan : thoracentesis

Indikasi : pasien dengan undiagnosted pleural effusion, massive symptomatic effusion.

3. Pericardial Fluid Diproduksi oleh proses transudative sama seperti pleural fluid di pericardial cavity, berwarna kuning pucat dan bersih.

Normal : 10-50 mL

Pengambilan : pericardiocentesis

Indikasi : unknown etiology atau large effusion dengan sign tamponade cardiac.

Page 10: Tuberculous Meningoencephalitis

4. Peritoneal Fluid Diproduksi dari ultrafiltrasi plasma dependent di permeability vascular, hydostatic, dan oncotic Starling forces. Ditemukan di mesothelial-lined space (peritonel cavity).

Normal : ≤ 50 mL

Pengambilan : peritoneocentesis

Indikasi : pasien Ascites

Ascites = akumulasi pathologic kelebihan cairan pada peritoneal cavity.

Transudat

Mempunyai berat jenis kurang dari 1,015 dan kadar proteinnya kurang dari 3 % Terjadi peningkatan tekanan hidrostatik intravascular dan pergerakan cairan dari kapiler

Contoh : Apabila terjadi peningkatan tekanan vena pulmonalis, misalnya pada gagal jantung kongestif. Ini akan mengakibatkan pengeluaran cairan dari pembuluh darah.Dapat terjadi juga pada hipoproteinemia (penyakit hati dan ginjal)

Eksudat

Memepunyai berat jenis lebih dari 1,015 dan kadar protein lebih dari 3 % Terjadi apabila menignkatnya permiabilitas vascular, memungkinkan pergerakan cairan kaya

protein ke dalam interstisiumContoh : Penimbunan eksudat disebabkan oleh peradangan / keganasan pleura, dan akibat peningkatan permiabilitas kapiler / gangguan absorpsi getah bening.

Paralysis : Kehilangan / gangguan fungsi motorik yang disebabkan oleh lesi mekanisme saraf / otot, gangguan fungsi sensorik (paralysis sensorik)Paresis : Paralisis rigan / tidak lengkap.

Biopsy

Pengambilah dan pemeriksaan dari jaringan tubuh yang hidup, biasanya diperiksa secara mikroskopik, yang dilakukan untuk menegakan diagnosis pasti.

Macam-macam :

Excisional biopsy : seluruh wilayah jaringan yang suspicious / seluruh benjolan diangkat. Incisional biopsy : hanya sample jaringan yang diangkat dengan preservation histologik

arsitektur dari jaringan sel itu Aspirasi jarum biopsy : dimana sample jaringan / fluid yang diangkat dengan menggunakan

jarum sehingga sel akan terangkat tanpa preservation histologik arsitektur dari jaringan itu.

Page 11: Tuberculous Meningoencephalitis

Stimuli terjadinya inflamasi akut:

1. Infeksi (bakteri, virus, parasit) dan toksin mikroba.2. Trauma.3. Agen fisik (thermal injury) dan kimia.4. Nekrosis jaringan.5. Benda asing (splinter, dirt, suture).6. Reaksi imun (reaksi hipersensitif).

# Aktivasi leukosit

Mikroba, produk sel nekrotic, kompleks antigen-antibodi, dan cytokines, termasuk chemotactic factors, menyebabkan terjadinya respon dari pertahanan tubuh berupa aktivasi darileukosit. Proses ini dihasilkan dari peningkatan kadar Ca2+ dalam sitosol dan aktivasi enzim seperti protein kinase C dan phospholipase A2. responY berupa:

Produksi arachidonic acid metabolites. Degranulation and secretion of lysosomal enzymes and activation of the oxidative burst. Sekresi cytokines. Modulation of leukocyte adhesion molecules.

Sinyal-sinyal tersebut akan diterima oleh reseptor yang terdapat di leukosit berupa:

Toll-like receptors (TLRs). Different seven-transmembrane G-protein-coupled receptors. Receptors for cytokines. Receptors for opsonins.

Page 12: Tuberculous Meningoencephalitis

# Bagaimana mikroorganisme menyebabkan penyakit

Agen infeksi menyababkan infeksi dan kerusakan jaringan melalui tiga cara:

1. Melakukan kontak langsung dan masuk ke dalam sel lalu menyebabkan kematian sel.2. Memungkinkan melepaskan toksin lalu mematikan sel dari jauh, melepaskan enzim yang

dapat mendegradasi komponen jaringan, atau merusak pembuluh darah sehingga sel mengalami ischemic necrosis.

3. Menginduksi respon selular, sehingga menimbulkan immune-mediated mechanism.

Mekanisme viral injury

Virus dapat secara langsung merusak host sel dengan cara memasuki sel target dan melakukan replikasi di dalamnya. Kespesifikan sel untuk menyerang satu jenis sel bukan yang lainnya disebut tropisme jaringan dan dipengaruhi oleh empat factor:

1. Host sel reseptor.2. Factor transkripsi selular yang dapat mengenali segmen enhancer dan promoter virus.3. Anatomic barrier.4. Temperature local, pH, dan host defense.

Setelah virus berada dalam host sel, virus tersebut dapat membunuh sel atau menyebabkan kerusakan jaringan melalui cara-cara:

Virus dapat menginhibisi DNA, RNA, atau sintesis protein host sel. Protein virus dapat masuk ke dalam membran plasma host sel lalu secara langsung merusak

integritasnya atau menyebabkan terjadinya fusi sel. Virus dapat menyebabkan sel lisis. Virus dapat memogram terjadinya kematian sel. Protein virus pada permukaan host sel dapat dikenali oleh sistem imun, kemudian leukosit

menyerang sel tersebut. Virus dapat menyebabkan terjadinya infeksi sekunder. Kerusakan satu jenis sel oleh virus, dapat menyebabkan rusaknya sel jenis lain yang

fungsinya tergantung pada sel yang dirusak pertama kali. Beberapa virus dapat menyebabkan proliferasi dan transformasi sel sehingga menyebabakan

kanker.

Mekanisme bacterial injury

Bacterial virulence

Kerusakan yang disebabkan oleh patogenik bakteri pada host sel tergantung pada kemampuan bakteri tersebut untuk berikatan dengan host sel, menginvasi sel dan jaringan, atau mengeluarkan

Page 13: Tuberculous Meningoencephalitis

toksin. Hal ini dipengaruhi oleh protein pengkode disebut virulence gene. Virulence genes biasanya ditemukan pada daerah yang dinamakan phatogenicity islands. Kebayakan bakteri melepas faktor virulence setelah jumlah mereka dalam jaringan meningkat.

Bacterial adherence to host cell

Bakteri memiliki molekul yang dapat berikatan dengan host sel, disebut adhesins. bacterial adhesins bersifat terbatas dalam tipe structural bakteri namun memiliki spesifikasi yang luas. Contohnya adalah bakteri gram positif streptococcus pyogenes, bakteri ini memiliki fibrillae yang melapisi permukaannya, tersusun atas asam lipotheicoic dan protein M. Asam lipotheicoic bersifat hidrofobik dan mampu berikatan dengan fibronectin serta permukaan sel epithel. Sedangkan protein M dapat mencegah bakteri ini dari fagositosis makrofag, proses pencegahan ini juga dibantu oleh adhesin nonfibrillar yaitu protein F.

Pada bakteri gram negatif, permukaannya dilapisi oleh protein filamen fimbriae atau pili.

Virulence of intracellular bacteria

Bakteri memiliki beberapa mekanisme untuk dapat masuk ke dalam sel host. Contohnya adalah mycobacterium tuberculosis yang memanfaatkan respon imun (makrofag) untuk dapat menginfeksi jaringan. Bakteri ini memiliki antibody yang tersusun dari komplemen protein C3b. C3b ini akan berikatan dengan reseptor komplemen CR3 yang terdapat pada makrofag lalu melakukan endositosis.

Bacterial toxins

Terdapat beberapa bakteri penyebab penyakit menghasilkan toksin. Toksin ini diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu endotoksin, yang merupakan komponen dari bakteri, dan eksotoksin, yang merupakan protein hasil sekresi dari bakteri.

Endotoksin bakteri merupakan lipopolisakarida (LPS) berupa komponen besar dalam dinding sel terluar pada bakteri gram negatif. LPS tersusun atas rantai panjang asam lemak anchor (lipid A) yang berikatan dengan rantai gula.

Respon dari LPS ini dapat bersifat menguntungkan, dapat pula merugikan. Keuntungannya dapat berupa pengiriman sinyal-sinyal sistem imun dengan cara menginduksi pelepasan cytokines dan chemoattractants. Sedangkan kadar LPS yang berlebihan dapat menyebabkan septic shock, disseminated intravascular coagulation (DIC), dan sindrom adult respiratory distress.

Eksotoksin merupakan sekret protein yang dapat menyebabkan sel injury dan penyakit, diklasifikasikan berdasarkan daerah dan mekanisme aksinya:

1. Bakteri mensekresi beberapa enzim (protease, hyaluronidase, coagulase, fibrinolisin).2. Toksin yang merubah sinyal intraselular atau regulatory pathway, terdiri dari subunit aktif

(A) yang melakukan aktivitas enzimatik, dan subunit binding (B) yang melekat pada reseptor kemudian mengirim subunit A ke sitoplasma.

3. Neurotoksin yang diproduksi oleh clostridium botulinum dan clostridium tetani yang menghibit pelepasan dari neurotransmitter, menyebabkan paralisis. Baik botulism dan

Page 14: Tuberculous Meningoencephalitis

tetanus dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh respiratory failure akibat paralisis di daerah dada dan otot-otot diafragma.

4. Superantigen, merupakan toksin yang dapat menstimulasi proliferasi besar-besaran dari limfosit T, hal ini dapat menyebabkan pelepasan cytokines yang berlebihan pula, kadar cytokines yang tinggi dapat berakibat capillary leak dan shock. Superantigen dihasilkan oleh bakteri streptococcus pyogenes dan staphylococcus aureus.

# Bagaimana mikroorganisme menyebabkan penyakit

Agen infeksi menyababkan infeksi dan kerusakan jaringan melalui tiga cara:

4. Melakukan kontak langsung dan masuk ke dalam sel lalu menyebabkan kematian sel.5. Memungkinkan melepaskan toksin lalu mematikan sel dari jauh, melepaskan enzim yang

dapat mendegradasi komponen jaringan, atau merusak pembuluh darah sehingga sel mengalami ischemic necrosis.

6. Menginduksi respon selular, sehingga menimbulkan immune-mediated mechanism.

Mekanisme viral injury

Virus dapat secara langsung merusak host sel dengan cara memasuki sel target dan melakukan replikasi di dalamnya. Kespesifikan sel untuk menyerang satu jenis sel bukan yang lainnya disebut tropisme jaringan dan dipengaruhi oleh empat factor:

5. Host sel reseptor.6. Factor transkripsi selular yang dapat mengenali segmen enhancer dan promoter virus.7. Anatomic barrier.8. Temperature local, pH, dan host defense.

Setelah virus berada dalam host sel, virus tersebut dapat membunuh sel atau menyebabkan kerusakan jaringan melalui cara-cara:

Virus dapat menginhibisi DNA, RNA, atau sintesis protein host sel. Protein virus dapat masuk ke dalam membran plasma host sel lalu secara langsung merusak

integritasnya atau menyebabkan terjadinya fusi sel. Virus dapat menyebabkan sel lisis. Virus dapat memogram terjadinya kematian sel. Protein virus pada permukaan host sel dapat dikenali oleh sistem imun, kemudian leukosit

menyerang sel tersebut. Virus dapat menyebabkan terjadinya infeksi sekunder. Kerusakan satu jenis sel oleh virus, dapat menyebabkan rusaknya sel jenis lain yang

fungsinya tergantung pada sel yang dirusak pertama kali. Beberapa virus dapat menyebabkan proliferasi dan transformasi sel sehingga menyebabakan

kanker.

Mekanisme bacterial injury

Bacterial virulence

Page 15: Tuberculous Meningoencephalitis

Kerusakan yang disebabkan oleh patogenik bakteri pada host sel tergantung pada kemampuan bakteri tersebut untuk berikatan dengan host sel, menginvasi sel dan jaringan, atau mengeluarkan toksin. Hal ini dipengaruhi oleh protein pengkode disebut virulence gene. Virulence genes biasanya ditemukan pada daerah yang dinamakan phatogenicity islands. Kebayakan bakteri melepas faktor virulence setelah jumlah mereka dalam jaringan meningkat.

Bacterial adherence to host cell

Bakteri memiliki molekul yang dapat berikatan dengan host sel, disebut adhesins. bacterial adhesins bersifat terbatas dalam tipe structural bakteri namun memiliki spesifikasi yang luas. Contohnya adalah bakteri gram positif streptococcus pyogenes, bakteri ini memiliki fibrillae yang melapisi permukaannya, tersusun atas asam lipotheicoic dan protein M. Asam lipotheicoic bersifat hidrofobik dan mampu berikatan dengan fibronectin serta permukaan sel epithel. Sedangkan protein M dapat mencegah bakteri ini dari fagositosis makrofag, proses pencegahan ini juga dibantu oleh adhesin nonfibrillar yaitu protein F.

Pada bakteri gram negatif, permukaannya dilapisi oleh protein filamen fimbriae atau pili.

Virulence of intracellular bacteria

Bakteri memiliki beberapa mekanisme untuk dapat masuk ke dalam sel host. Contohnya adalah mycobacterium tuberculosis yang memanfaatkan respon imun (makrofag) untuk dapat menginfeksi jaringan. Bakteri ini memiliki antibody yang tersusun dari komplemen protein C3b. C3b ini akan berikatan dengan reseptor komplemen CR3 yang terdapat pada makrofag lalu melakukan endositosis.

Bacterial toxins

Terdapat beberapa bakteri penyebab penyakit menghasilkan toksin. Toksin ini diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu endotoksin, yang merupakan komponen dari bakteri, dan eksotoksin, yang merupakan protein hasil sekresi dari bakteri.

Endotoksin bakteri merupakan lipopolisakarida (LPS) berupa komponen besar dalam dinding sel terluar pada bakteri gram negatif. LPS tersusun atas rantai panjang asam lemak anchor (lipid A) yang berikatan dengan rantai gula.

Respon dari LPS ini dapat bersifat menguntungkan, dapat pula merugikan. Keuntungannya dapat berupa pengiriman sinyal-sinyal sistem imun dengan cara menginduksi pelepasan cytokines dan chemoattractants. Sedangkan kadar LPS yang berlebihan dapat menyebabkan septic shock, disseminated intravascular coagulation (DIC), dan sindrom adult respiratory distress.

Eksotoksin merupakan sekret protein yang dapat menyebabkan sel injury dan penyakit, diklasifikasikan berdasarkan daerah dan mekanisme aksinya:

5. Bakteri mensekresi beberapa enzim (protease, hyaluronidase, coagulase, fibrinolisin).6. Toksin yang merubah sinyal intraselular atau regulatory pathway, terdiri dari subunit aktif

(A) yang melakukan aktivitas enzimatik, dan subunit binding (B) yang melekat pada reseptor kemudian mengirim subunit A ke sitoplasma.

Page 16: Tuberculous Meningoencephalitis

7. Neurotoksin yang diproduksi oleh clostridium botulinum dan clostridium tetani yang menghibit pelepasan dari neurotransmitter, menyebabkan paralisis. Baik botulism dan tetanus dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh respiratory failure akibat paralisis di daerah dada dan otot-otot diafragma.

8. Superantigen, merupakan toksin yang dapat menstimulasi proliferasi besar-besaran dari limfosit T, hal ini dapat menyebabkan pelepasan cytokines yang berlebihan pula, kadar cytokines yang tinggi dapat berakibat capillary leak dan shock. Superantigen dihasilkan oleh bakteri streptococcus pyogenes dan staphylococcus aureus.

LAPORAN TUTORIAL

TUBERCULOUS MENINGOENCEPHALITIS

Disusun oleh :

Nurma Fitri A 10100107091

Page 17: Tuberculous Meningoencephalitis

Egy Pratama S 10100108008

M. Rizki Dwikane 10100108013

Erwansyah Putra 10100108014

Silmi Putri R 10100108022

Yaniar Susin 10100108025

Nyimas Karina H 10100108035

Azhar Abdul A 10100108036

Novan Ardiansyah 10100108047

Adhitya 10100107066

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2009