Upload
bagus-zain
View
62
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecenderungan meningkatnya angka gangguan mental psikiatri di kalangan
masyarakat saat ini terus menjadi masalah sekaligus tantangan bagi tenaga kesehatan
khusunya komunitas profesi kesehatan.
Di dunia, menurut WHO, masalah gangguan jiwa telah menjadi masalah yang
serius. Masalah gangguan jiwa ini ternyata hamper diseluruh Negara di dunia, Tahun
2001 lalu ditemukan ada 450 juta orang menderita gangguan jiwa.
Sebagai gambaran menurut WHO, jika prevelensi gangguan jiwa diatas 100 jiwa
per !000 penduduk dunia, maka berarti di Indonesia mencapai 264 per 1000 penduduk
yang merupakan anggota keluarga, data hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 1995, artinya 2,6 kali lebih tinggi dari ketentuan WHO. Ini sesuatu yang
sangat serius dan World Bank menyimpulkan bahwa gangguan jiwa dapat
mengakibatkan penurunan produktivitas sampai dengan 8,5 % saat ini. Saat ini
gangguan jiwa menempati urutan kedua setelah penyakit infeksi dengan 11,5 %.
Di Indonesia, menurut Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, didalam
setiap rumah tangga paling tidak ada satu orang yang mengalami gangguan jiwa dan
membutuhkan pelayanan kesehatan jiwa. Hal ini didasarkan pada hasil Survei
kesehatan. Mental Rumah Tngga (SKMRT) yang dilakukan pada penduduk di 11
kotamadya oleh jaringan Epidomologi Psikiatri Indonesia tahun 1995 di mana di
temukan 185 per 1000 penduduk rumah tangga dewasa menunjukkan adanya gejala
gangguan kesehatan jiwa.
1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
a. Memberikan gambaran dalam pembuatan asuhan keperawatan klien
terutama di bidang jiwa.
b. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa oleh dosen
c. Sebagai bahan diskusi pada mata kuliah Keperawatan Jiwa
d. Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa perawat dan masyarakat umum.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah :
a. Menjelaskan latar belakang, definisi, etiologi, Patofisiologi tentang
”ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HARGA
DIRI RENDAH.
b. Menjelaskan konsep dasar keperawatan ( pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi, evaluasi ) tentang ”ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HARGA DIRI
RENDAH”.
c. Menentukan rencana tindakan keperawatan dari masalah yang sering ada
pada klien gangguan jiwa dengan harga diri rendah.
C. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah :
a. Menambah ilmu pengetahuan kita sebagai mahasiswa perawat tentang
”ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HARGA
DIRI RENDAH.
b. Menjadi contoh gambaran dalam pembuatan ”ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HARGA DIRI
RENDAH.
c. Dapat menjadi inspirasi kita dalam melakukan penelitian di bidang
keperawatan jiwa dalam praktik keperawatan.
2
d. Dapat menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa kesehatan, perawat,
pegawai rumah sakit dan masyarakat umum tentang ”ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HARGA DIRI
RENDAH.
e. Sebagai bahan diskusi dan referensi penelitian yang akan datang di
bidang kesehatan.
3
BAB II
ISI
A. Konsep Dasar Teori
1. Pengertian
Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan
kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan
mempengaruhi hubungan dengan orang lain, atau cara individu memandang
dirinya secara utuh baik fisik, emosi, intelektual, sosial dan spritual. (Susilawati,
dkk, 2005 : 89).
Konsep diri termasuk persepsi individu akan sifat kemampuannya,
interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai – nilai yang berkaitan dengan
pengalaman dan objek, tujuan serta keinginan. (Menurut Stuart dan Sundeen
dalam keliat, 1992:2).
Konsep diri merupakan semua perasaan dana pemikiran seseorang
mengenai dirinya sendiri, dimana hal ini meliputi kemampuan, karakter diri,
sikap, tujuan hidup, kebutuhan dan penampilan diri. ( menurut www.google.com
search for Asuhan Keperawatan Pada Harga Diri Rendah, diana Apriana, 2005).
Dari beberapa pengertian di atas, konsep diri dapat dikatakan juga
merupakan semua pikiran, keyakinan, perasaan dan kepercayaan mengenai
dirinya sendiri yang meliputi kemampuan, karakter diri, sikap, tujuan hidup,
kebutuhn dan penampilan diri yang dapat mempengaruhi hubungan dengan
orang lain tetapi konsep diri ini belum ada saat lahir, di pelajari melalui kontak
sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain. Individu dengan konsep
diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif, sedangkan konsep diri negatif
dapat dilihat dari hubungan dan sosial yang mal adaftif.
Rentang respon konsep diri (Stuart G. W dan Sundeen, S. J, 1998: 230)
4
Respon adaftif Respon
maladaptif
Aktualisasi Konsep Harga diri Kerancuan Deper- Diri Positif Rendah Identitas sonalisasi
Respon adaptif adalah respon yang masih dapt diterima oleh norma –
norma sosial, secara umum yang berlaku di masyarakat.
Respon adaptif terdiri dari :
a. Aktualisasi diri
Pernyataan tentang konsep diri dengan yang positif dengan latar belakang
pengalaman sukses.
b. Konsep diri positif
Klien mempunyai pengalaman yang positif dalam perwujudan dirinya, dapat
mengidentifikasi kemampuan dan kelemahan secara jujur dalam menilai
asuatu masalah sesuai dengan norma – norma sosial dan kebudayaan suatu
tempat jika menyimpang ini merupakan respon adaptif.
Respon mal adaptif terdiri dari :
a. Harga diri rendah
Transisi antara adaptif dan mal adaptif, sehingga individu cenderung berfikir
ke arah negatif.
b. Kekacauan identitas
Kegagalan individu mengintegrasikan aspek – aspek masa kanak – kanak ke
dalam kematangan aspek psikologis, kepribadian pada masa dewasa secara
harmonis.
c. Depersionalisasi
5
Perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan dan tidak dapat membedakan
dirinya dari orang lain sehingga mereka tidak dapat mengenal dirinya.
(Susialwati,dkk.(2005:91 – 94))
Konsep diri
Gambaran Diri Ideal diri Identitas Peran Harga diri
Harga diri adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri.
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak
langsung diekspresikan (Townsend, 1998). Menurut Schult & Videbeck (1998),
gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diiri dan
kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak
langsungGangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri,
merasa gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999). Jadi dapat
disimpulkan bahwa perasaan negatif terhadap diri sendiri yang dapat
diekspresikan secara langsung dan tak langsung.
2. Etiologi
Biasanya yang menyebabkan harga diri rendah adalah kurangnya umpan
positif, perasaan di tolak oleh orang terdekat, sejumlah kegagalan dan
ketidakberdayaan, ego yang belum berkembang dan menghakimi super ego.
(keliat, 1998 : 1).
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi dari gangguan konsep diri: harga diri rendah menurut
Keliat, (1992: 14 ).
6
1) Pengalaman masa kanak – kanak dapat merupakan faktor kontribusi
pada gangguan konsep diri.
2) Anak yang tidak menerima kasih sayang.
3) Individu yang kurang mengerti akan arti dengan tujuan kehidupan akan
gagal menerima tanggung jawab untuk diri – sendiri.
4) Penolakan orang tua, harapan yang tidak realistis, tergantung pada orang
lain dan ideal diri yang tidak realistis.
Faktor predispoisisi dari gangguan konsep diri: harga diri rendah
menurut Stuart dan Sundeen, dalam Keliat, (1998:2). Faktor yang
mempengaruhi diri rendah meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jwab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang
tidak realistik.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dari gangguan konsep diri: harga diri rendah
menurut Keliat, (1992: 16) adalah situasi atau stressor dapat mempengaruhi
konsep diri dan komponennya stressor yang mempunyai harga
diri.Penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang
berarti:
1) Pola asuhan anak yang tidak tepat atau dituruti, dilarang, dituntut.
2) Kesalahan dan kegagalan berulang kali.
3) Cita – cita yang tidak dapat dicapai.
4) Gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri.
3. Patofisiologi
Proses terjadinya harga diri rendah menurut Stuart dan Sundeen
berhubungan erat dengan interpersonal yang buruk yang pada akhirnya
dimunculkan dalam bentuk perilaku.
Seseorang dengan harga diri rendah berhubungan dengan interpersonal
yang buruk pada mulanya merasa dirinya tidak berharga sehingga merasa tidak
7
aman berhubungan dengan orang lain. Individu mempertahankan hubungan
masyarakat di isolasi sosial dan ketergantungan berlebihan pada orang lain.
Kemudian dimunculkan dalam bentuk prilaku (menurut Stuart dan Sundee, 1998
dalam Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah, Trismaheni, 2007).
Proses terjadinya harga diri rendah dimulai dari akibat faktor predisposisi
yang diantaranya pengalaman kanak – kanak yang merupakan faktor kontribusi
pada gangguan konsep diri, anak yang tidak menerima kasih sayang, individu
yang kurang mengerti akan arti dan tujuan kehidupan akan gagal menerima
tanggung jawab untuk diri sendiri, penolakan orang tua, harapan realistis. Selain
faktor predispoisisi, faktor presipitasi juga salah satu penyebabdari terjadinya
harga diri rendah yang diantaranya pola asuhan anak yang tidak tepat atau
dituruti, di larang dan di tuntut, kesalahan dan kegagalan berulang kali, cita –
cita yang tidak dapat di capai gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri
(Keliat, 1992: 14-16).
Akibat dari 2 faktor tersebut maka timbullah mekanisme koping individu
untuk memecahkan masalahnya, individu dengan mekanisme koping yang
positif maka menghasilkan konsep diri yang positif juga, yang dapat berfungsi
lebih efektif yang terdiri dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual
dan penguasaan lingkungan. Sedangkan mekanisme koping yang negatif atau
tidak berhasil dapat mengakibatkan konsep diri yang negatif juga, yang dapat
dilihat dari hubungan individu yang mal adaptif atau norma – norma sosial dan
kebudayaan yang menyimpang, yang salah satunya adalah harga diri rendah atau
perasaan negatif terhadap diri sendiri yang biasanya dimunculkan dengan
prilaku. Menurut Susilawati, dkk (2005: 97-98) Harga diri rendah mempunyai
prilaku seperti evaluasi diri negatif, membenci diri sendiri dan menolak,
mengejek dan mengkritik diri sendiri, merendahkan dan mengurangi martabat,
rasa bersalah dan khawatir, menunda keputusan, gangguan berhubungan,
menarik diri dari realitas, perasaan negatif terhadap tubuh, ketegangan peran,
pesimis menghadapi hidup dan penyalahgunaan fisik.
4. Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis )
8
Manifestasi klinis (tanda dan gejala) menurut Keliat (1998: 3)
a) Mengkritik diri sendiri sendiri atau orang lain.
b) Penurunan produktivas
c) Desktruktif pada orang lain
d) Gangguan dalam hubungan perasaan tidak mampu
e) Rasa bersalah
f) Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan
g) Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri dan ketegangan peran dan
dirasakan
h) Pandangan hidup yang pesimis
i) Keluhan fisik
j) Mengurung diri dan menarik diri secara sosial
k) Penyalahgunaan zat dan perasaan khawatir.
Manifestasi klinis menurut Susilawati, dkk ( 2000: 97-98).
a) Evaluasi yang negatif
b) Membenci diri sendiri dengan menolak diri sendiri
c) Mengejek dan mengkritik diri sendiri
d) Merendahkan atau mengurangi martabat
e) Rasa bersalah dan khawatir
f) Menunda keputusan
g) Gangguan berhubungan
h) Menarik diri dari realitas
i) Merusak diri atau melukai orang lain
j) Perasaan negatif terhadap tubuh
k) Keteganggan peran
l) Pesimis menghadapi hidup
m) Penyalahgunaan fisik
Salah satu penyebab dari harga diri rendah yaitu berduka disfungsional.
Berduka disfungsional merupakan pemanjangan atau tidak sukses dalam
menggunakan respon intelektual dan emosional oleh individu dalam melalui
proses modifikasi konsep diri berdasarkan persepsi kehilangan.
9
Tanda dan gejala :
a) Rasa bersalah
b) Adanya penolakan
c) Marah, sedih dan menangis
d) Perubahan pola makan, tidur, mimpi, konsentrasi dan aktivitas
e) Mengungkapkan tidak berdaya
B. Pengkajian
Menurut Keliat (1998: 46) pengkajian klien dengan menarik diri meliputi :
1. Identitas
a) Identitas yang merawat klien melakukan perkenalan dengan klien tentang:
nama perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan klien, tujuan,
waktu, tempat pertemuan, topik yang akan di bicarakan.
b) Usia dan nomor RM
c) Perawat menulis sumber data yang di dapat.
2. Alasan Masuk
a) Tanyakan pada klien atau keluarga.
b) Apa yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke Rumah Sakit saat ini.
c) Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga dalam mengatasi masalah ini.
d) Bagaimana hasilnya.
3. Faktor Predisposisi
a) Tanyakan pada klien atau keluarga apakah klien ernah mengalami gangguan
jiwa pada masa lalu.
10
b) Jika klien pernah, maka tanyakan bagaimana hasil pengobatan sebelumnya.
Apabila ia dapat beradaptasi di masyarakat tanpa gejala gangguan jiwa,
apakah dia dapat beradaptasi tapi masih ada gejala sisa atau gejala
bertambah atau menetap.
c) Tanyakan pada klien pernah melakukan/ mengalami/ menyaksikan
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga dan tindakan kriminal.
d) Tanyakan pada klien atau keluarga yang mengalami gangguan jiwa apabila
ada keluarga yang nmengalami gangguan jiwa, maka tanyakan bagaimana
hubungan klien degan anggota keluarga tersebut. Tanyakan apa gejala yang
dialami serta riwayat pengobatan perawatan yang pernah diberikan pada
anggota keluarga tersebut.
e) Tanyakan pada klien atau keluarga tentang pengalamann yang tidak
menyenangkan (kegagalan, kehilangan, perpisahan, kematian, trauma,
selama tumbuh kembang) yang pernah dialami klien di masa lalu.
4. Fisik
Pengkajian fisik di fokuskan pada system dan fungsi organ.
a) Ukur dan observasi tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan klien,
ukur tinggi badan, dan berat badan klien.
b) Tanyakan pada klien atau keluarga apakah ada keluahan fisik yang dirasakan
oleh klien.
c) Kaji lebih lanjut system dan fungsi organ dan jelaskan sesuai dengan
keluhan yang ada.
d) Masalah keperawatan ditulis dengan data yang ada.
5. Psikososial
a) Genogram
11
Genogram minimal tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan
klien dengan keluarga.
Contoh:
Keterangan
= Perempuan =
Meninggal
= Laki – laki = Klien
= Cerai / putus hubungan
= orang yang tinggal serumah
Jelaskan masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan,
dan pola asuhan. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
b) Konsep Diri
1) Citra tubuh; bagaimana presepsi klien terhadap tubuhnya, bagian mana
tubuhnya yang disukai dan tidak disukai.
2) Ideal diri; tanyakan tentang : status dan posisi klien sebelum di rawat,
kepuasaan klien terhadap status dan posisinya (sekolah, tempat kerja,
kelompok), kepuasaan klien sebagai lelaki/perempuan.
3) Peran: tanyakan tugas/ peran yang diemban dalam keluarga/ kelompok/
masyarakat, kemampuan klien alam melaksanakan tugas.
12
4) Identitas diri: tanyakan harapan terhadap tubuh, possisi, status,
tugas/peranan, tanyakan harapan klien terhadap (keluarga, sekolah,
tempat kerja, masyarakat), harapan klien terhadap penyakitnya.
5) Harga diri: tanyakan hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan
penilaian dan penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi
pengungkapan kecewa terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.
c) Hubungan Sosial
Tanyakan pada klien siapa orang terdekat dalam kehidupan, tempat
mengadu, tempat bicara, minta bantuan atau sokongan. Tanyakan pada klien
kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat. Masalah keperawatan
ditulis sesuai dengan data.
d) Spiritual
1) Nilai keyakinan: tanyakan tentang pandangan dan keyakinan, terhadap
gangguan jiwa sesuai dengan norma budaya dan agama yang dianut.
Pandangan masyarakat setempat tentang gangguan jiwa.
2) Kegiatan ibadah: tanyakan kegiatan ibadah dirumah secara individu dan
kelompok. Pendapat klien/ keluarga tentang kegiatan ibadah.
e) Status Mental.
Nilai penampilan klien rapih atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas
motorik klien, alam perasaan (sedih, takut, khawatir) efek klien, interaksi
selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran,
memori, tingkat konsentrasi berhitung, kemampuan penilaian dan daya tilik
diri.
f) Kebutuhan Persiapan Pulang.
13
1) Observasi makan klien, mampu menyiapkan dan membersihkan alat
makan.
2) Klien mampu BAB dan BAK menggunakan dan membersihkan WC,
serta membersihkan dan merapihkan kamar pakaian.
3) Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
4) Istirahat dan tidur klien.
5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah
minum obat.
6) Bagaimana aktivitas aktivitas dalam rumah, merencanakan mengelola
menyiapkan makanan, merapihkan rumah, mencuci pakaian sendiri dan
mengatur kebutuhan biaya sehari – sehari.
7) Bagaimana aktivitas diluar rumah, belanja untuk kebutuhan sehari – hari,
perjalanan mandiri berjalan kaki, menggunakan kendaraan pribadi atau
umum, dan aktivitas yang lain yang dilakukan biasa bayar listrik,
telepon, air, ke kantor pos atau Bank.
g) Mekanisme Koping.
Data didapat dari wawancara pada klien dan keluarga, koping yang dimiliki
oleh klien baik adaktif maupun malaadktif.
h) Masalah Psikososial Dan Lingkungan.
Data didapat melalui wawancara dengan klien dan keluarga mengenai
masalah yang dimiliki klien.
i) Pengetahuan.
14
Data didapat melalui wawancara dengan klien dan keluaga mengenai
masalah disimpulkan dalam masalah.
C. Pohon Masalah dan Diagnosa Keperawatan
(Keliat, 1998: 4)
CP
Masalah keperawatan harga diri rendah diantaranya :
a) Isolasi sosial : menarik diri
b) Gangguan konsep diri : harga diri rendah
c) Tidak efektifnya koping individu
Diagnosa Keperawatan (Keliat, 1998: 4)
a) Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
b) Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan tidak
efektifnya koping individu.
D. Rencana Tindakan (Keliat, 1998: 5 – 60)
Diagnosa I
Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
Isolasi sosial : menarik diri
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Tidak efektifnya koping individu
15
Tujuan umum:
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
1. Tujuan Khusus I
Klien dapat membina hubungan saling percaya
a. Kriteria evaluasi
Ekspresi wajah bersahabat, menunjkkan rasa senang, ada kontak mata, klien
mau menjabat tangan; menyebutkan nama, menjawab salam dan
mengutarakan masalahnya.
b. Intervensi
Bina Hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik.
1) Sapa klien dengan ramah
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap dan panggilan
4) Jelaskan tujuan pertemuan dan menepati janji
5) Tunjukkan sikap empati
2. Tujuan Khusus II
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
a. Kriteria evaluasi
Klien mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Intervensi
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2) Hindari penilaian negatif terhadap klien .
16
3) Utamakan memberikan pujian yang realistik.
3. Tujuan khusus III
Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
a. Kriteria evaluasi
Klien menilai kemampuan yang digunakan
b. Intervensi
1) Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat di gunakan
selama sakit
2) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya
4. Tujuan khusus IV
Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
a. Kriteria evaluasi
Klien membuat rencana kegiatan harian
b. Intervensi
1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat di lakukan setipa hari
sesuai kemampuan.
2) Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi
3) Bercontoh cara pelaksanaan yang telah direncanakan
5. Tujuan khusus V
Klien melakukan kegiatan sesuai kemampuannya
a. Kriteria evaluasi
Kalian melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
17
b. Intervensi
1) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
2) Beri pujian atas keberhasin klien.
3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
6. Tujuan khusus VI
Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung ada
a. Kriteria evaluasi
Kriteria memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga.
b. Intervensi
1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
harga diri rendah..
2) Bantu keluarga dalam membri dukungan.
3) Beritahu keluarga dalam menyiapkan lingkungan di rumah.
Diagnosa II
Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak
efektif.
Tujuan umum
Klien mampu meningkatkan harga dirinya
1. Tujuan Khusus I
Klien dapat mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan keadaan
emosinya.
a. Kriteria evaluasi
Klien dapat mengungkapkan perasaanya
b. Intervensi
1) Buat kontak dengan klien, lakukan pendekatan dengan memperhatikan
prinsip hubungan terapeutik perawat – klien.
18
2) Anjurkan klien unutk mengungkapkan perasaannya, dengarkan dengan
penuh perhatian dengan berespon dengan tenang.
3) Amati prilaku verbal dan nonverbal klien saat bicara, buat kontak untuk
pertemuan selanjutnya.
2. Tujuan Khusus II
Klien dapat mengidentifikasi koping yang telah di miliki
a. Kriteria evaluasi
Setelah 2 kali pertemuan klien dapat mengidentifikasi pola koping personal
dan konsekuensi prilaku yang diakibatkannya.
b. Intervensi
1) Ingatkan klien tentang kontak yang dibuat, identifikasi koping yang
biasanya digunakan klien dalam mengatasi masalah.
2) Diskusiakan bersama klien tentang pemahamannya tentang kejasian saat
ini dan bagaimana koping yang biasa di gunakan untuk mengatasi
masalah.
3. Tujuan Khusus III
Klien dapat mengidentifikasi kekuatan yang ada pada dirinya.
a. Kriteria evaluasi
Setelah tiga kali pertemuan klien dapat mengidentifikasi kekuatan personal
dan menerima dukungan melalui hubungan dengan orang lain.
b. Intervensi
1) Bantu klien mengidentifikasi kemampuan / kelebihan yang dimiliki
2) Identifikasi tugas yang mungkin dikerjakan sesuai kemampuan klien.
19
3) Kembangkan hal – hal positif yang dimiliki klien melalui kegiatan yang
bermanfaat.
4) Bantu klien berinteraksi dengan orang lain.
5) Beri umpan balik positif atas kemampuan klien dalam berhubungan
dengan orang lain.
4. Tujuan Khusus IV
a. Kriteria evaluasi
Setelah tiga kali pertemuan klien dapat mendemosntrasikan strategi koping
adatif dalam mengatasi masalah.
b. Intervensi
1) Bantu klien dalam proses pemecahan masalah dengan menggunakan
koping adatif.
2) Identifikasi alternatif koping yang mungkin menunjukkan adaptasi
positif.
3) Diskusikan keuntungan dan konsekuensi dari setiap alternative seleksi
alternative yang paling sesuai.
4) Evaluasi keefektifan dan alternative yang paling dipilih.
5. Tujuan Khusus V
Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam proses pemecahan masalah.
a. Kriteria evaluasi
Setelah lima kali pertemuan klien mendapat dukungan dalam proses
pemecahan masalah.
b. Intervensi
20
1) Perkenalkan diri pada keluarga, diskusikan dengan keluarga tentang
perubahan prilaku klien dan hubungan dengan kejadian atau peristiwa
yang dialami.
2) Jelaskan pada keluarga tentang pentingnya keluarga dalam membantu
klien mengatasi masalah.
3) Beri umpan balik positif atas keterlibatan keluarga dalam proses
pemecahan masalah.
E. Evaluasi
a. Diagnosa I
Apakah ancaman terhadap integritas fisik atau system diri pasien telah menurun
dalam sifat, jumlah, asal, atau waktu.
b. Diagnosa II
Apakah prilaku pasien mencerminkan penerimaan diri, nilai diri, dan
persetujuan diri yang lebih besar.
21
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Sebagai gambaran menurut WHO, jika prevelensi gangguan jiwa diatas 100 jiwa
per !000 penduduk dunia, maka berarti di Indonesia mencapai 264 per 1000
penduduk yang merupakan anggota keluarga, data hasil Survey Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, artinya 2,6 kali lebih tinggi dari ketentuan
WHO.
2. konsep diri dapat dikatakan juga merupakan semua pikiran, keyakinan, perasaan
dan kepercayaan mengenai dirinya sendiri yang meliputi kemampuan, karakter
diri, sikap, tujuan hidup, kebutuhn dan penampilan diri yang dapat
mempengaruhi hubungan dengan orang lain tetapi konsep diri ini belum ada saat
lahir, di pelajari melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan
orang lain
3. Konsep diri terdiri dari ( aktualisasi diri, ideal diri, identitas diri, peran, harga
diri)
4. Proses terjadinya harga diri rendah menurut Stuart dan Sundeen berhubungan
erat dengan interpersonal yang buruk yang pada akhirnya dimunculkan dalam
bentuk perilaku.
5. Pengkajian meliputi : identitas, alasan masuk, faktor predisposisi, fisik,
psikososial ( Genogram,konsep diri, hubungan sosial, spiritual, status mental,
kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan
lingkungan, pengetahuan).
22
6. Diagnosa keperawatan: Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga
diri rendah Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan tidak
efektifnya koping individu. ( Keliat 1998: 4)
7. Respon adaptif adalah respon yang masih dapt diterima oleh norma – norma
sosial, secara umum yang berlaku di masyarakat.
B. SARAN
1 Bagi Perawat, dokter maupun petugas medis lainnya
a. Di harapkan perawat dapat melaksanakan tugas dan perannya sebagai
perawat yang professional dengan melaksanakan prosedur dan asuhan
keperawatan yang menitikberatkan pada aspek psikologis bukan pada
farmakologi.
b. Diharapkan perawat, dokter, maupun petugas medis lainnya dapt
berkolaborasi dengan baik.
c. Diharapkan perawat, dokter, maupun petugas medis lainnya dapat bekrja
dan menjalankan perannya dengan maksimal.
2 Bagi masyarakat
a. Diharapkan kepada masyarakat dapat membantu ,mensupport, dan
berpartisispasi dalam proses penyembuhan.
b. Di harapkan masyarakat tidak menjauhi, penderita dan berusaha untuk
mendekati, memberikan perhatian serta tidak menimbulkan stigma.
23
DAFTAR PUSTAKA
Azis R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2003
Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric nursing : contemporary practice. Philadelphia :
Lipincott-Raven Publisher. 1998
Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999
Keliat, Budia anna, dkk. 1992. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998
Tim Direktorat Keswa. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1.
Bandung : RSJP Bandung. 2000
Carpernito, Lynda juall, 1988, Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis
Edisi 6, Jakarta: Buku Kedokteran. EGC.
Susialwati, dkk, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
http://www.hariankompas.com
.
24
25