Tugas #1 Genetika Untuk Ibu Lita

Embed Size (px)

Citation preview

TUGAS INDIVIDU GENETIKA TERNAK Dosen: Dr. Ir. Rr. Sri Rachma Aprilita B., M.Sc.

SEJARAH PERKEMBANGAN GENETIKA, ISTILAH-ISTILAH DALAM GENETIKA DAN SIFAT DOMINAN PADA TERNAK

Dimas Panji Pangestu I 111 07 003

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011

BAGIAN I SEJARAH PERKEMBANGAN GENETIKA

Pendahuluan Genetika (dipinjam dari bahasa Belanda:genetica, adaptasi dari bahasa Inggris: genetics, dibentuk dari kata bahasa Yunani , genno, yang berarti "melahirkan") adalah cabang biologi yang mempelajari pewarisan sifat pada organisme maupun suborganisme (seperti virus dan prion). Secara singkat dapat juga dikatakan bahwa genetika adalah ilmu tentang gen dan segala aspeknya. Istilah "genetika" diperkenalkan oleh William Bateson pada suatu surat pribadi kepada Adam Chadwick dan ia menggunakannya pada Konferensi Internasional tentang Genetika ke-3 pada tahun 1906. Bidang kajian genetika dimulai dari wilayah subselular (molekular) hingga populasi. Secara lebih rinci, genetika berusaha menjelaskan material pembawa informasi untuk diwariskan (bahan genetik), bagaimana informasi itu diekspresikan (ekspresi genetik), dan bagaimana informasi itu dipindahkan dari satu individu ke individu yang lain (pewarisan genetik). Periode pra-Mendel Meskipun orang biasanya menetapkan genetika dimulai dengan

ditemukannya kembali naskah artikel yang ditulis Gregor Mendel pada tahun 1900, sebetulnya genetika sebagai "ilmu pewarisan" atau hereditas sudah dikenal sejak masa prasejarah, seperti domestikasi dan pengembangan berbagai ras ternak dan kultivar tanaman. Orang juga sudah mengenal efek persilangan dan perkawinan sekerabat serta membuat sejumlah prosedur dan peraturan mengenai hal tersebut sejak sebelum genetika berdiri sebagai ilmu yang mandiri. Silsilah tentang penyakit pada keluarga, misalnya, sudah dikaji orang sebelum itu. Namun demikian, pengetahuan praktis ini tidak memberikan penjelasan penyebab dari gejala-gejala itu.

Teori populer mengenai pewarisan yang dianut pada masa itu adalah teori pewarisan campur: seseorang mewariskan campuran rata dari sifat-sifat yang dibawa tetuanya, terutama dari pejantan karena membawa sperma. Hasil penelitian Mendel menunjukkan bahwa teori ini tidak berlaku karena sifat-sifat dibawa dalam kombinasi yang dibawa alel-alel khas, bukannya campuran rata. Pendapat terkait lainnya adalah teori Lamarck: sifat yang diperoleh tetua dalam hidupnya diwariskan kepada anaknya. Teori ini juga patah dengan penjelasan Mendel bahwa sifat yang dibawa oleh gen tidak dipengaruhi pengalaman individu yang mewariskan sifat itu[1]. Charles Darwin juga memberikan penjelasan dengan hipotesis pangenesis dan kemudian dimodifikasi oleh Francis Galton[2]. Dalam pendapat ini, sel-sel tubuh menghasilkan partikel-partikel yang disebut gemmula yang akan dikumpulkan di organ reproduksi sebelum pembuahan terjadi. Jadi, setiap sel dalam tubuh memiliki sumbangan bagi sifat-sifat yang akan dibawa zuriat (keturunan). Pada masa pra-Mendel, orang belum mengenal gen dan kromosom (meskipun DNA sudah diekstraksi namun pada abad ke-19 belum diketahui fungsinya). Saat itu orang masih beranggapan bahwa sifat diwariskan lewat sperma (tetua betina tidak menyumbang apa pun terhadap sifat anaknya). Konsep dasar (Masa Mendel) Peletakan dasar ilmiah melalui percobaan sistematik baru dilakukan pada paruh akhir abad ke-19 oleh Gregor Johann Mendel. Ia adalah seorang biarawan dari Brno (Brnn dalam bahasa Jerman), Kekaisaran Austro-Hungaria (sekarang bagian dari Republik Ceko). Mendel disepakati umum sebagai 'pendiri genetika' setelah karyanya "Versuche ber Pflanzenhybriden" atau Percobaan mengenai Persilangan Tanaman (dipublikasi cetak pada tahun 1866) ditemukan kembali secara terpisah oleh Hugo de Vries, Carl Correns, dan Erich von Tschermak pada tahun 1900. Dalam karyanya itu, Mendel pertama kali menemukan bahwa pewarisan sifat pada tanaman (ia menggunakan tujuh sifat pada tanaman kapri, Pisum sativum) mengikuti sejumlah nisbah matematika yang sederhana. Yang lebih penting, ia dapat menjelaskan bagaimana nisbah-nisbah ini terjadi, melalui apa yang dikenal sebagai 'Hukum Pewarisan Mendel'.

GREGOR MENDEL (1822-1884) Studying The history of Mendel as a "Father of Genetic" can understand what Mendel did. Mendel had demonstrated how parents pass their heritable factor to offspring which retain their individuality generation after generation. Mendel's work have changed the blending theory which believed many scientist at that time. Dalam eksperimennya Mendel menggunakan tumbuhan kacang kapri sebagai obyek penelitiannya. Mendel berhasil menentukan beberapa karakter dari kacang kapri. Karakter-karakter yang digunakan Mendel dalam eksperimennya

diantaranya adalah bentuk dan warna biji, letak bunga, bentuk dan warna polong, warna bunga dan ukuran batang. Beberapa alasan Mendel menggunakan tumbuhan kacang kapri sebagai obyek eksperimennya diantaranya adalah: 1. Mudah ditumbuhkan 2. Mudah diperoleh dan varietasnya mudah dibedakan 3. Pengontrolan yang cukup ketat mudah dilakukan (misalkan untuk membiarkan penyilangan sendiri cukup dengan menggunakan penutup plastik, stamen yang masih muda mudah dihilangkan untuk mencegah persilangan sendiri). Mendel memulai pekerjaan sampai dia memperoleh tumbuhan galur murni (varietas yang selalu menghasilkan keturunan yang sifatnya sama dengan induknya ketika dilakukan pembuahan sendiri).Selanjutnya dia melakukan persilangan beberapa galur murni. Selanjutnya Mendel melakukan pemodelan untuk menjelaskan hasil eksperimennya. 1. Tumbuhan induk yang disilangkan disebut sebagai generasi Parental (P) 2. Keturnan hasil hibridisasi dari generasi P disebut sebagai generasi Filial 1 (F1) 3. Mendel juga melakukan penelitian lebih lanjut tentang keturunan dari hasil penyerbukan sendiri generasi F1, disebut sebagai generasi F2.

Dari percobaan Mendel tentang pemindahan sifat-sifat pada beberapa generasi menghasilkan prinsip-prinsip Mendel tentang hereditas yangdikenal sebagai Hukum Mendel, yaitu Hukum Segregasi dan Hukum Pengelompokkan Secara Bebas. Mendel 1st Law: The 1st Law of Mendel is one of explanation Mendel about how characteristic of parent inherent to their filial. The 1st Law of Mendel called as segregation, in which a pair of trait from parents separated when form gamet. The first law of Mendel found from expression of one gene. Mendel 2nd Law called assortment of independece. Mendel also performed crosses in which he followed the segregation of two genes. These experiments formed the basis of his discovery of his second law, the law of independent assortment. Bukti-bukti apakah perihal keturunan yang sudah ditemui Mendel? Pertama, Mendel mengetahui bahwa pada semua organisme hidup terdapat unit dasar yang kini disebut gene yang secara khusus diturunkan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Dalam dunia tumbuh-tumbuhan yang diselidiki Mendel, tiap ciri pribadi, misalnya warna benih, bentuk daun, ditentukan oleh pasangan gene. Suatu tumbuhan mewariskan satu gene tiap pasang dari tiap induk-nya. Mendel menemukan, apabila dua gene mewariskan satu kualitas tertentu yang berbeda (misalnya, satu gene untuk benih hijau dan lain gene untuk benih kuning) akan menunjukkan dengan sendirinya dalam tumbuhan tertentu itu. Tetapi, gene yang berciri lemah tidaklah terhancurkan dan mungkin diteruskan kepada tumbuhan keturunannya. Mendel menyadari, tiap kegiatan sel atau gamete (serupa dengan sperma atau telur pada manusia) berisi cuma satu gene untuk satu pasang. Dia juga menegaskan, adalah sepenuhnya suatu kebetulan bilamana gene dari satu pasang terjadi pada satu gamete dan diteruskan kepada keturunan tertentu. Hukum Mendel, meski sudah dilakukan perubahan kecil, tetap merupakan titik tolak dari ilmu genetika modern. Bagaimana Mendel selaku seorang amatir mampu menemukan prinsip yang begitu penting yang menyisihkan begitu banyak

biolog profesional yang masyhur yang ada sebelumnya? Untungnya, dia memilih untuk bidang penyelidikannya jenis tumbuhan yang ciri-ciri khasnya ditentukan oleh seperangkat gene. Kalau saja ciri-ciri pokok yang diselidikinya masingmasing sudah ditentukan oleh pelbagai perangkat gene, penyelidikannya akan menghadapi kesulitan yang luar biasa. Tetapi, keberuntungan ini tidak akan menolong Mendel kalau saja dia tidak punya sifat kecermatan yang dahsyat dan kesabaran seorang pencoba, dan juga tidak akan menolongnya apabila dia tidak menyadari bahwa perlu membuat analisa statistik dari pengamatannya. Karena faktor contoh-contoh di atas, umumnya mungkin tidak bisa diduga jenis kualitas mana sesuatu keturunan akan mewariskan. Hanya lewat sejumlah besar percobaan (Mendel sudah mencatat hasil lebili dari 21.000 tumbuh-tumbuhan!), dan lewat analisa hasil-hasilnya, Mendel dapat menarik kesimpulan terhadap hukumhukumnya. Jelaslah, hukum keturunan merupakan penambah penting buat

pengetahuan manusia, dan pengetahuan kita tentang genetika mungkin akan lebih dapat dipraktekkan di masa depan daripada sebelumnya. Ada pula faktor yang tak boleh diabaikan kalau kita memutuskan dimana Mendel mesti ditempatkan dalam urutan daftar buku ini. Karena penemuannya diremehkan di saat hidupnya, dan kesimpulan-kesimpulannya diketemukan oleh ilmuwan yang datang belakangan, penyelidikan Mendel dianggap tidak berdiri sendiri. Apabila alasan ini dipaksakan, orang bisa berkesimpulan bahwa Mendel mungkin bisa tersisihkan sepenuhnya dari daftar, seperti halnya Leif Ericson, Aristarchus, Ignaz Semmelweiss telah disisihkan guna memberikan tempat buat Colombus, Copernicus dan Joseph Lister. Tetapi, ada beda antara kasus Mendel dengan lainnya. Pekerjaan Mendel terlupakan hanya sebentar, dan begitu diketemukan kembali, segera melangit. Lebih jauh dari itu, de Vries, Correns, dan Tschermak, meskipun mereka menemukan kembali prinsip-prinsipnya secara independen, toh dia baca karya Mendel dan mengutip hasil-hasilnya. Akhirnya, orang tidak bisa bilang karya Mendel tak berpengaruh kendati de Vries, Correns dan Tschermak tak pernah hidup di dunia. Artikel-artikel Mendel sudah tersebar luas riwayat-riwayatnya (oleh W.O. Focke) sekitar masalah keturunan. Tulisan itu cepat atau lambat sudah

dapat dipastikan akan diketemukan juga oleh mahasiswa-mahasiswa yang serius di bidang itu. Juga layak dicatat, tak satu pun dari ketiga ilmuwan itu yang menuntut bahwa merekalah penemu ilmu genetika. Juga, secara umum dunia ilmu sudah menyebutnya sebagai Hukum Mendel. Penemuan Mendel kelihatannya bisa dibandingkan dengan penemuan Harvey, baik dari segi orisinalnya maupun arti pentingnya tentang peredaran darah, dan dia sudah ditempatkan pada urutan yang sewajarnya. Selanjutnya, pada awal abad ke-20 ketika biokimia mulai berkembang sebagai cabang ilmu pengetahuan baru, para ahli genetika tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang hakekat materi genetik, khususnya mengenai sifat biokimianya. Pada tahun 1920-an, dan kemudian tahun 1940-an, terungkap bahwa senyawa kimia materi genetika adalah asam dioksiribonekleat (DNA). Dengan ditemukannya model struktur molekul DNA pada tahun1953 oleh J.D.Watson dan F.H.C. Crick dimulailah era genetika yang baru, yaitu genetika molekuler. Perkembangan penelitian genetika molekuler terjadi demikian pesatnya. Jika ilmu pengetahuan pada umumnya mengalami perkembangan dua kali lipat (doubling time) dalam satu dasa warsa, maka hal itu pada genetika molekuler hanyalah dua tahun. Bahkan, perkembangan yang lebih revolusioner dapat disaksikan semenjak tahun 1970-an, yaitu pada saat dikenalnya teknologi manipulasi molekul DNA atau teknologi DNA rekombinan atau dengan istilah yang lebih populer disebut rekayasa genetika. Saat ini sudah menjadi berita biasa apabila organisme- organisme seperti domba, babi dan kera, didapatkan melalui teknik rekayasa genetika yang disebut kloning . sementara itu, pada manusia telah di lakukan pemetaan seluruh genom atau dikenal sebagai proyek genom manusia (human genom project), yang diluncurkan pada tahun 1990 dan diharapkan selesai pada tahun 2005. ternyata pelaksaan proyek ini berjalan justru lebih cepat dua tahun dari pada jadwal yang telah ditentukan.

BAGIAN II ISTILAH-ISTILAH DALAM GENETIKA

P Parent, yakni tetua (induk) suatu persilangan. F1 Filial (bastar/hybrid), Filial 1 yakni hasil dari perkawinan generasi pertama dari dua individu yang berbeda sifatnya/keturunan generasi pertama. F2 Filial 2, yakni hasil dari perkawinan generasi ke-dua dari dua individu yang berbeda sifatnya/keturunan generasi kedua. Gen D Gen D (simbol dengan huruf besar) yakni gen atau pun alel yang dominan. Sifat dominan merujuk pada suatu sifat yang muncul pada keturunan, dimana sifat tersebut menutup sifat lainnya atau faktor yang lebih kuat (mengalahkan) faktor yang lain (lemah). Gen d Gen d (simbol dengan huruf kecil) yakni gen atau pun alel yang resesif. Sifat resesif merujuk pada suatu sifat yang tak muncul dalam keuturunan, karena tertutup atau faktor yang dikalahkan oleh faktor lain. Gen Dominan Gen dominan yakni gen dengan sifat yang muncul pada keturunan, dimana sifat tersebut menutup sifat lainnya atau faktor yang lebih kuat (mengalahkan) faktor yang lain (lemah).

Gen Resesif Gen resesif yakni gen dengan sifat yang tak muncul dalam keuturunan, karena tertutup atau faktor yang dikalahkan oleh faktor lain. Heterozigot (Dd) Heterozigot (Dd) yakni keadaan dimana suatu gen memiliki pasangan alel berbeda. Misalnya Dd memiliki alel D (simbol dengan huruf besar) dan d (simbol dengan huruf kecil) yang tentunya berbeda. Homozigot (DD,dd) Homozigot (DD,dd) yakni keadaan dimana suatu gen memiliki alel yang sama. Misalnya DD memiliki sepasang alel D (simbol sama-sama huruf besar) yang sama. Fenotipe Fenotipe yakni ekspresi genetic yang langsung dapat diamati (dengan indera). . Fenotipe merupakan perpaduan antara genotip dengan faktor lingkungan, misalnya merah, putih, lurus, keriting, tinggi, pendek, dan lain-lain. Genotipe Genotipe yakni susunan genetik yang mendasari pemunculan suatu sifat. . Genotipe biasanya ditulis dengan simbol pasangan huruf MM, Mm, Bb, BB, dan seterusnya. Alel Alel yakni anggota dari sepasang gen yang saling memiliki pengaruh satu sama lain. Disimbolkan dengan huruf yang sama, misalnya BB, Bb, bb.

BAGIAN III BEBERAPA SIFAT-SIFAT DOMINAN PADA TERNAK

Yang termasuk sifat-sifat dominan pada ternak, diantaranya: 1. Sifat tidak bertanduk pada semua spesies sapi (dominan) 2. Belang hitam pada sapi FH (dominan) 3. Alopecia/Hairless (resesif) pada sapi 4. Epitheliogenesis Imperfecta (resesif) pada sapi 5. Agnathia/No lower Jaw (resesif, hanya untuk jantan) pada sapi 6. Achondroplasia/Bolldog (resesif) pada sapi 7. Kulit hitam pada sapi Bos Taurus (dominan) sedang merah resesif 8. Kulit tanpa bercak/utuh bercak/belang resesif 9. Muka putih pada sapi Bos Taurus (dominan) sedang muka hitam resesif 10. Ekor tanpa belang/utuh pada sapi Bos Taurus (dominan) sedang ekor belang resesif 11. Kaki utuh/satu warna pada sapi Bos Taurus (dominan) sedang kaki berwarna lain dari badan (terlihat seperti memakai stocking) resesif pada sapi Bos Taurus (dominan) sedang kulit

DAFTAR PUSTAKA

Chaerul Fahmi, Arie. 2011. Sejarah Perkembangan Genetika. Agroekoteknologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Anonim. 2011. Istilah-istilah Dasar dalam Genetika. http://pskbio.blogspot.com/2009/01/istilah-istilah-dasar-dalam-genetika.html. Diakses pada tanggal 23 Februari 2012.

Anonim. 2012. Biologi. http://biologi.lkp.web.id/?p=36. Diakses pada tanggal 23Februari 2012.