View
610
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
Bata Tlethong Sapi - Bata Ramah Lingkungan
Puspita Darmaningtyas 25210005
Mahasiswa Pascasarjana SAPPK ITB 2010/2011
ABSTRAK
Kotoran sapi merupakan hasil sisa metabolisme yang terdiri atas urine dan feses. Di berbagai negara kotoran sapi dipakai secara turun temurun sebagai bahan bangunan dengan fungsi dan kegunaan tertentu. Saat ini kotoran sapi dikembangkan sebagai material batu bata/EcoFaeBrick. Produk ini dikembangkan oleh salah satu Alumni UGM dan memenangkan Global Social Venture Competition dengan mengolah kotoran sapi menjadi batu bata & gerabah sebagai bahan yang ramah lingkungan dan sustainable.
Keyword : batu bata, kotoran sapi, ecofaebrick, ramah lingkungan, sustainable.
Pendahuluan
Kotoran sapi (cow dung) merupakan sisa
metabolisme sapi yang terdiri atas campuran
urine dan fases, ternyata memiliki daya guna
tinggi dan dapat diolah menjadi produk yang
bermanfaat bagi manusia. Di India kotoran
sapi digunakan sebagai hiasan dinding rumah,
di Afrika Selatan kotoran digunakan sebagai
bahan lantai dan di lingkungan Suku Sasak –
Lombok NTB, kotoran sapi selain digunakan
sebagai bahan lantai, digunakan juga sebagai
alat pengepel lantai agar mengkilap dan
sebagai alat pengusir lalat dan nyamuk.
Saat ini kotoran sapi sudah dikembangkan
untuk berbagai macam kegunaan seperti
kompos alami dan biogas yang dipakai sebagai
BBM (bahan bakar minyak). Berdasarkan
penemuan terbaru ternyata kotoran sapi juga
dapat diolah menjadi bahan campuran batu
bata, menggantikan tanah liat yang yang
merupakan bahan utama material batu bata di
dunia ”EcoFaeBrick”.
Rumusan Masalah
Permasalahan yang dicoba dicari jawabannya
melalui tulisan ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana awal penggunaan kotoran
Kompleks Rumah Tradisional Suku Sasak
Rumah Tradisional Afrika Selatan
sapi / tletong sapi sebagai bahan
bangunan?
2. Bagaimana proses pengolahan tlethong
sapi menjadi batu bata?
3. Bagaimana bentuk bata tletong sapi?
4. Apa saja kelebihan bata tletong sapi?
5. Manfaat apa saja yang diperoleh dari
pengolahan dan pengembangan bata
tletong sapi?
Kajian Teori
1. Kotoran Sapi/Mature
Kandungan pada Kotoran sapi / Tlethong sapi
beragam yang setelah dikembangkan didapati
banyak kegunaannya seperti; dapat digunakan
sebagai kompos, karena memiliki kandungan
air yang tinggi serta C:N ratio rendah
(perbandingan kandungan Karbon - C dan
Nitorgen - N relative rendah). Hal tersebut
menyebabkan mikroba mudah memecah unsur
yang terdapat dalam kotoran sapi sehingga
menimbulkan bau menyengat..
Sebagai energy alternatif, kotoran sapi juga
dapat diolah menjadi biogas karena pada
keadaan anaerob mikrobakteri pada mature
mengubah hidrogen dan asam asetat hasil
pembentukan acidogen menjadi gas metan dan
karbondioksida. Gas Metana. Energi biogas
sendiri didominasi oleh gas metana (CH4)
60%-70%, karbondioksida 40%-30% dan
beberapa gas lainnya dalam jumlah yang lebih
kecil.
(http://www.google.co.id/tanya/thread?
tid=6274e32a32168940)
Kotoran sapi juga dikembangkan dalam
bidang teknologi material bangunan, lewat
ditemukannya kandungan silica dalam kotoran
sapi/mature, karenanya dapat dibentuk
menjadi “liat” bila diberikan campuran untuk
meningkatkan kandungan silica pada mature
sapi.
2. Batu Bata
Batu Bata merupakan material pembentuk
dinding, biasanya terbuat dari tanah liat yang
dibentuk dan dibakar sampai berwarna merah.
Kekuatan rekat bata sebelum dan sesudah
dibakar seperti :
Kuat ikat bata sebelum dan sesudah dibakar
Proses produksinya seperti berikut :
- Tanah liat atau tanah lempung yang masih
keras dicampur dengan abu sisa
pembakaran bata dengan perbandingan
1:3, lalu disiram air secukupnya.
- Setelah lunak diaduk dengan cangkul
kemudian dimasukan kedalam mesin
penggiling.
- Lempung yang telah lembut segera dicetak
menggunakan mesin.
- Setelah dicetak kemudian dikeringkan uap
airnya selama sehari dalam oven
pengering.
- Setelah uap air mengering kemudian batu
bata merah setengah jadi tersebut dibakar
dengan suhu lebih dari 1000 °C (1800 °F)
didalam oven pembakar yang
menggunakan berambut atau kayu bakar
selama kurang lebih 5 hari.
http://www.sragen.go.id/berita/berita.php?
id=6948
Makin kering batu bata, maka tingkat
kerekatannya akan semakin tinggi pula.
Sehingga dapat dipakai sebagai bahan material
pembentuk dinding massive.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian konklusif
deskriptif. Karena hanya memaparkan bukti-
bukti dari cerita & laporan journalis yang ada
mengenai penemuan bata tlethong sapi. Objek
penelitiannya adalah bata tlethong sapi atau
ecofaebric. Kriteria penelitian melihat bata
tlethong sapi dari aspek efisien energy,
ekonomi, kualitas dan sosial.
Hasil tulisan mengenai bata tlethong masih
memerlukan penelitian lebih lanjut, baik dari
sisi material yang diangkat menjadi isu dan
aplikasi tlethong sebagai bahan bangunan
selain batu bata.
Analisa dan Pembahasan
Asal mula kotoran sapi sebagai bahan
bangunan tradisional dapat dilihat dari
bangunan tradisional di dunia salah satunya
adalah rumah suku Sasak di Lombok dan suku
Zulu di Afrika Selatan.
1. Rumah Adat Suku Sasak
Atap rumah Sasak terbuat dari jerami dan
berdinding anyaman bambu (bedek).
Lantainya dibuat dari tanah liat yang dicampur
dengan kotoran kerbau dan abu jerami. Suku
Sasak memanfaatkan tanah yang telah
dicampur dengan batu bata, getah kayu pohon
banten dan bajur serta abu jerami untuk
mengeraskan lantai. Seringkali, mereka
mengolesi lantai rumah dengan kotoran sapi
atau kerbau yang telah dihaluskan dan dibakar.
Bagi suku Sasak, campuran kotoran sapi atau
kerbau selain sebagai zat perekat diyakini
dapat menjaga lantai agar tidak mudah lembab
dan retak. Seluruh bahan bangunan (seperti
kayu dan bambu) untuk membuat rumah adat
tersebut didapatkan dari lingkungan sekitar
mereka, bahkan untuk menyambung bagian-
bagian kayu tersebut, mereka menggunakan
paku yang terbuat dari bambu. Rumah adat
suku Sasak hanya memiliki satu pintu
berukuran sempit dan rendah, dan tidak
memiliki jendela. Pintu yang rendah sengaja
dibuat terutama di rumah kepala suku yang
menandakan kehormatan karena ketika masuk
harus menundukan badannya.
Foto Rumah Adat dan Perkampungan Suku Sasak
Foto Dalam Rumah Suku Sasak
Foto Perkampungan Tradisional Afrika
Foto Rumah Adat Suku Zulu Afrika Selatan
Samping : Lantai Bangunan Tradisonal Afrika
Atas : Aplikasi Mature untuk lantai bangunan
Foto Pemasangan Kramik Lantai Dengan Mature
2. Rumah Suku Zulu
Pada rumah adat di Afrika Selatan, kotoran
sapi digunakan sebagai bahan material lantai
dan campuran endapan lumpur lumpur sebagai
bahan pelapis dinding.
Pada salah satu artikel detiksport tertulis;
"Mereka mengumpulkannya dari sapi-sapi
yang mereka pelihara. Kotoran tersebut
dipakai justru masih saat basah sehingga bisa
digunakan untuk melapisi tanah di dalam
rumah" demikian papar Dumi, seorang warga
negara Afsel asal Suku Zulu, saat mengunjungi
Lesedi Cultural Vilage, sekitar 45 menit
perjalanan menggunakan mobil dari Pretoria.
Kotoran sapi menjadi semacam semen yang
membuat tanah menjadi lebih halus. Dengan
kata lain, kotoran sapi tersebut juga berfungsi
sebagai semir untuk membuat lantai dalam dan
luar rumah terlihat lebih mulus.
Tidak hanya lantai rumah saja yang dilapisi
kotoran sapi, namun tempat memasak yang
biasanya terletak di pekarangan rumah juga
mendapat perlakuan yang sama. Karena hal
tersebut telah menjadi bagian dari tradisi dan
warga sudah terbiasa dengan bau, diakui
kotoran sapi tersebut tidak menimbulkan bau
tak sedap.
Sampai sekarang kotoran sapi/mature dibawa
sampai ke bangunan modern seperti contoh di
Grahamstown, Afrika Selatan ada sebuah
rumah modern yang memakai mature sebagai
semen penempel keramik lantai.
Batu Bata Dari Kotoran Sapi
Foto Pembuatan Bata Dengan Mature
Selain digunakan sebagai semen, oleh warga
Afrika Selatan kotoran sapi dicetak pada
cetakan kotak persegi panjang sehingga
berbentuk seperti batu bata.
Aplikasi Mature sebagai Batu Bata
Dari beberapa proses pemanfaatan secara
tradisional diatas kemudian kotoran sapi mulai
dimanfaatkan secara efisien sehingga
berdampak besar bagi lingkungan dan
masyarakat.
1. Penelitian Mengenai Kotoran Sapi
Sebagai Bahan Bata di Indonesia.
Setelah diteliti lebih lanjut setiap satu
kilogram kotoran sapi terdapat kandungan
silika sebesar 9,6%. Silika merupakan
suatu senyawa yang bisa diolah menjadi
bahan baku untuk gerabah dan batu bata.
Batu bata dari kotoran sapi tersebut
sebelumnya mengalami beberapa proses
pengolahan.
2. Cara Pengolahan Batu Bata Dari
Kotoran Sapi :
Sebagai langkah awal pembuatan batu
bata dari kotoran sapi, bahan utama
dicampur cairan formula bio-aktivasi
berupa faerumnesia. Fungsi formula
faerumnesia adalah untuk meningkatkan
kadar silika dalam kotoran sapi sehingga
bisa digunakan sebagai bahan baku.
Formula ini juga berfungsi untuk
menghilangkan aroma tidak sedap dari
kotoran sapi tersebut.
Kemudian bahan utama dicampur tanah
keras dengan komposisi 80 persen
berbanding 20 persen. Bata kotoran sapi
biarkan selama dua sampai tiga minggu
hingga berbentuk seperti tanah liat.;
Setelah campuran menghasilkan bahan
yang sudah berwujud liat/clay, kemudian
dicetak seperti batu bata biasa, atau
dibentuk sesuai keinginan/ kerajinan
tangan & gerabah. "Satu ton limbah sapi
bisa untuk membuat 500-900 batu bata,"
kata Syam
Langkah berikutnya, cetakan
dikeringkan/dijemur dibawah sinar
matahari atau untuk gerabah dibakar dan
disempurnakan, hanya dalam waktu satu
setengah bulan. Proses pembakaran
biasanya menggunakan kotoran sapi
sebagai bahan bakar biogas metana
sehingga ramah lingkungan. Menurut
Syam, bahan baku dari olahan kotoran
sapi mampu bertahan pada suhu 1.000
derajat Celcius
Bentuk bata dari tlethong sapi tidak berbeda
dari batu bata biasa/yang berasal dari tanah
liat. Proses penjemuran dan pembakarannya
juga sama, yang membedakan hanya pada
proses awal dan kualitas akhir yang dihasilkan,
serta bahan material bata tlethong merupakan
bata ramah lingkungan dan sustainable.
3. Dari Segi Ekonomi
Menurut Syammahfuz Chazali: Juara Global
Social Venture Competition yang Mengolah
Kotoran Sapi Menjadi Batu Bata & Gerabah
mengatakan harga batu bata dari tanah liat
paling murah 350 - 500 rupiah per buah
sedangkan harga batu bata hasil inovasinya
hanya 280 rupiah per buah dan bila
pengerjaannya dilakukan dengan
menggunakan mesin, kemungkinan harga yang
dapat dihasilkan dapat mencapai 1/5 harga
batu bata dari tanah liat di pasaran. Hal
tersebut dikarenakan karena bahan baku
utamanya berasal dari limbah/kototran sapi.
Disisi lain, bata tlethong sapi sangat
menguntungkan peternak karena para
peternak dapat menjual kotoran sapi dengan
harga 1.000 rupiah per kilogram sementara
harga kotoran sapi di pasaran tidak sampai
separuhnya.
Berdasarkan data, jumlah kotoran sapi kering
yang dihasilkan di Indonesia mencapai sekitar
5,9 juta ton per tahun. Kebanyakan kotoran itu
hanya dibuang tanpa dimanfaatkan sehingga
mengotori lingkungan. Namun dengan upaya
pembuatan batu bata berbahan baku kotoran
sapi yang dikembangkan ini, pencemaran
lingkungan dapat diminimalisasi.
Kelebihan lain yang dimiliki batu bata ini ialah
berbobot lebih ringan 20 persen ketimbang
batu bata dari tanah liat. Meski bobotnya lebih
ringan, batu bata tersebut lebih kuat 20 persen
dibandingkan dengan batu bata biasa sehingga
batu bata hasil inovasi tersebut juga dapat
mengurangi penggunaan semen hingga 60
persen yang telah dibuktikan di Laboratorium
Teknik Sipil UGM.
Selain itu batu bata dari kotoran sapi ternyata
merupakan isolator yang baik sehingga dapat
digunakan sebagai bahan dinding yang baik di
negara dengan empat musim.
Dalam perencanaan bisnis yang diajukan,
EFB/ EcoFaeBrick mengklaim bisa mengatasi
masalah polusi fisik kotoran sapi hingga 44%
dari 20 kg kotoran yang dihasilkan seekor sapi
per harinya. Sebagai contoh, peternakan sapi
di Jawa Barat menghasilkan kotoran sapi
sebanyak 1.800 ton/bulan. Setelah
dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk
sekalipun, masih tersisa sekitar 900 ton/bulan.
Akhirnya, limbahnya dibuang begitu saja
sebagai polutan di sungai.
Dengan EFB polusi dikurangi dan
menghasilkan nilai produk yang lebih tinggi
seperti motto EFB “from pollutant to high
value building material”.
Berbagai manfaat dari kotoran sapi seperti
EFB dan biogas akan berimbas pada
Ruang Penyimpanan Bata Tlethong Sapi
penghematan 54 Ha lahan yang dapat
dijadikan tanah pertanian, menghemat green
house, serta 1.700 ton CO2 yang dihasilkan
dari pembakaran kayu. Selain itu, karena
melibatkan masyarakat pemilik sapi sebagai
pemasok bahan baku serta koperasi sebagai
pengumpul dan pemasar batu bata, pendapatan
mereka bisa meningkat sampai 53%.
Dan berdasarkan perhitungan EFB, usaha ini
hanya membutuhkan waktu tiga (3) tahun
pengembalian dana awal (payback period).
Kesimpulan
Dari usaha diatas maka diketahui bahwa
kotoran sapi memiliki berbagai kegunaan, dan
secara kimia & fisik memiliki kapasitas yang
besar bila difungsikan sebagai bahan
bangunan.
Dengan adanya EFB maka jumlah lahan yang
dieksloitasi dapat dikurangi, lahan yang
dulunya merupakan lahan eksploitasi dapat
diubah menjadi lahan pertanian, dan
meningkatkan kesejahteraan peternak sapi.
Selain itu EFB juga menghemat penggunaan
semen sehingga kebutuhan membangun dapat
dikurangi, imbasnya pada pembangunan
perumahan murah serta rusun/rusunawa.
Diharapkan perhatian banyak pihak agar dapat
mengembangkan potensi EFB di daerah-
daerah agar kelestarian ekosisten dan
kesejahteraan masyarakat dapat tercapai.
Referensi Internet:
1. http://id.voi.co.id/fitur/voi-pesona-indonesia/
3252-mengenal-rumahtradisional-suku-sasak-
di-pulau-lombok-ntb.html
2. http://www.google.co.id/imgres?
imgurl=http://www.rainharvest.co.za/wp-
content/uploads/2010/04/cow-dung-floor-
preparation.jpg&imgrefurl=http://
www.rainharvest.co.za/2010/04/13/what-is-an-
ideal-sustainable-home/
&usg=__DPHrb6hrV0DZbI1zlN2nscFnSJI=&
h=899&w=1600&sz=289&hl=id&start=11&z
oom=1&um=1&itbs=1&tbnid=2xtCb1zkm1lfy
M:&tbnh=84&tbnw=150&prev=/images%3Fq
%3Dcow%2Bdung%2B-%2Bmaterial
%2Bfloor%2Bin%2Bafrica%26um
%3D1%26hl%3Did%26biw%3D1280%26bih
%3D630%26tbs%3Disch:1&ei=N_CHTZ-
CL4OovQOXscmGDg
3. http://www.google.co.id/imgres?
imgurl=http://1.bp.blogspot.com/
_rMWHklMKxWk/S5gPTgjYTdI/
AAAAAAAAAVo/JnOYsKyrIJc/s200/Cow
%2Bdung%2Bfloor
%2Bpatching.jpg&imgrefurl=http://
lynchesinsa.blogspot.com/
2010_03_01_archive.html&usg=__0j7_tXY5i
7z0R4ZQj52bM2bLtK8=&h=150&w=200&sz
=9&hl=id&start=17&zoom=0&um=1&itbs=1
&tbnid=BWSa5dFMTpgBVM:&tbnh=78&tbn
w=104&prev=/images%3Fq%3Dcow
%2Bdung%2B-%2Bmaterial%2Bfloor%2Bin
%2Bafrica%26um%3D1%26hl%3Did%26biw
%3D1280%26bih%3D630%26tbs
%3Disch:1&ei=N_CHTZ-
CL4OovQOXscmGDg
4. http://www.google.co.id/imgres?
imgurl=http://
nextchurch.files.wordpress.com/2011/02/
biogas-
2feb2011_brickmaking1.jpg&imgrefurl=http://
nextchurch.wordpress.com/
&usg=__BOuEx0EL_B6jCAetOMfGqbd2eWI
=&h=424&w=640&sz=215&hl=id&start=40&
zoom=1&um=1&itbs=1&tbnid=MH0vRKJGV
wTreM:&tbnh=91&tbnw=137&prev=/images
%3Fq%3Dcow%2Bdung%2B-%2Bmaterial
%2Bfloor%2Bin%2Bafrica%26start
%3D20%26um%3D1%26hl%3Did%26sa
%3DN%26ndsp%3D20%26biw
%3D1280%26bih%3D630%26tbs
%3Disch:1&ei=WPCHTauPA4ayvgOk0q2JD
g
5. http://www.google.co.id/imgres?
imgurl=http://photos.travellerspoint.com/
170974/IMG_4607-51.jpg&imgrefurl=http://
chernackgreenstein.travellerspoint.com/41/
&usg=__rGoropPTeVU94D4abREY0UbexPg
=&h=300&w=400&sz=28&hl=id&start=40&z
oom=1&um=1&itbs=1&tbnid=Ki5BOdXyD_
uwHM:&tbnh=93&tbnw=124&prev=/images
%3Fq%3Dtraditional%2Bhouses%2Bof
%2Bsouth%2Bafrica%26start%3D20%26um
%3D1%26hl%3Did%26sa%3DN%26rlz
%3D1C1SKPC_enID379ID379%26ndsp
%3D20%26biw%3D1280%26bih
%3D666%26tbs
%3Disch:1&ei=2d2ETeTpD4jQcc2LqYsD
6. http://www.banggaindonesia.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=172&Ite
mid=1