5
Presentasi Kasus LBP dr. Fitriani Nasution, Sp.S Indikasi Operasi pada pasien dengan Spondylolisthesis : Terapi pembedahan hanya direkomendasikan bagi pasien yang sangat simtomatis yang tidak berespon dengan pengobatan konservatif (biasanya dinilai dalam 6 bulan pengobatan intensif) dan dimana gejalanya menyebabkan suatu disabilitas. Jika gejala dapat secara langsung diketahui akibat dari defek pada pars interartikularis, dan kemudian repair secara pembedahan terhadap defek tersebut, melalui beberapa prosedur pembedahan, akan dapat mengurangi nyeri yang disebabkan oleh defek tersebut. Tujuan terapi adalah untuk dekompresi elemen neural dan immobilisasi segmen yang tidak stabil atau segmen kolumna vertebralis. Umumnya dilakukan dengan eliminasi pergerakan sepanjang permukaan sendi(facets joints) dan diskus intervertebralis melalui arthrodesis (fusi). Jika terjadinya subluksasi ringan dan degenerasi diskus yang dapat diidentifikasi dengan MRI, fusi spinal , biasanya bersaman dengan instrumentasi spinal merupakan pilihan terapi. Karena pilihan terapi terbaik untuk beberapa pasien  bervariasi diantara beberapa ahli bedah berpengalaman, konsultasi dengan ahli  bedah ters ebut merupakan pendekatan terbaik bagi pasien yang simtomatis, sebagai second opinion. Pada pasien dengan spondylolisthesis derajat tinggi (high grade spondilolysthesis) dengan gejala yang menetap dan dengan deformitas spinal/vertebra berat, intervensi pembedahan dengan berbagai pendekatan mungkin dibutuhkan. Hal tersebut termasuk spinal instrumentation dan fusi. Usaha untuk meningkatkan alignment spinal/kesejajaran vertebra didasarkan pada beratnya

tugas

Embed Size (px)

DESCRIPTION

neurologi

Citation preview

Presentasi Kasus LBP dr. Fitriani Nasution, Sp.S

Indikasi Operasi pada pasien dengan Spondylolisthesis :Terapi pembedahan hanya direkomendasikan bagi pasien yang sangat simtomatis yang tidak berespon dengan pengobatan konservatif (biasanya dinilai dalam 6 bulan pengobatan intensif) dan dimana gejalanya menyebabkan suatu disabilitas.Jika gejala dapat secara langsung diketahui akibat dari defek pada pars interartikularis, dan kemudian repair secara pembedahan terhadap defek tersebut, melalui beberapa prosedur pembedahan, akan dapat mengurangi nyeri yang disebabkan oleh defek tersebut. Tujuan terapi adalah untuk dekompresi elemen neural dan immobilisasi segmen yang tidak stabil atau segmen kolumna vertebralis. Umumnya dilakukan dengan eliminasi pergerakan sepanjang permukaan sendi(facets joints) dan diskus intervertebralis melalui arthrodesis (fusi).Jika terjadinya subluksasi ringan dan degenerasi diskus yang dapat diidentifikasi dengan MRI, fusi spinal , biasanya bersaman dengan instrumentasi spinal merupakan pilihan terapi. Karena pilihan terapi terbaik untuk beberapa pasien bervariasi diantara beberapa ahli bedah berpengalaman, konsultasi dengan ahli bedah tersebut merupakan pendekatan terbaik bagi pasien yang simtomatis, sebagai second opinion.Pada pasien dengan spondylolisthesis derajat tinggi (high grade spondilolysthesis) dengan gejala yang menetap dan dengan deformitas spinal/vertebra berat, intervensi pembedahan dengan berbagai pendekatan mungkin dibutuhkan. Hal tersebut termasuk spinal instrumentation dan fusi. Usaha untuk meningkatkan alignment spinal/kesejajaran vertebra didasarkan pada beratnya deformitas spinal pada pasien tersebut dan risiko yang terjadi akibat penggunan pendekatan pembedahan tersebut. Indikasi fusi spinal berbeda antara populasi pediatrik dan populasi dewasa. Pada pasien yang lebih muda, faktor dibawah ini diketahui berhubungan dengan meningkatnya progresifitas pergeseran vertebra (slip progression): Usia muda (< 15 tahun). Listesis grade tinggi (high grade listhesis>50%). Jenis kelamin perempuan. Tipe displastik. Hipermobilitas lumbosacral. Ligamentous laxity.Meskipun demikian banyak pasien muda diterapi dengan immobilisasi atau modifikasi aktivitas saja, dengan angka keberhasilan yang signifikan. Dengan tidak adanya tingkat pergeseran yang berat (high grade slip), gejala yang ringan, fusi biasanya tidak diindikasikan pada populasi tersebut.Sebelum operasi dipertimbangkan pada pasien dewasa dengan spondylolisthesis degeneratif, tanda neurologis minimal, atau hanya nyeri punggung mekanik (mechanical back pain), terapi konservatif harus diberikan pertama sekali, dan pertimbangan faktor psikososial dan sosial harus dipertimbangkan.Meskipun demikian banyak pasien muda diterapi dengan immobilisasi atau modifikasi aktivitas saja, dengan angka keberhasilan yang signifikan. Dengan tidak adanya tingkat pergeseran yang berat (high grade slip), gejala yang ringan, fusi biasanya tidak diindikasikan pada populasi tersebut.Sebelum operasi dipertimbangkan pada pasien dewasa dengan spondylolisthesis degeneratif, tanda neurologis minimal, atau hanya nyeri punggung mekanik (mechanical back pain), terapi konservatif harus diberikan pertama sekali, dan pertimbangan faktor psikososial dan sosial harus dipertimbangkan.Indikasi intervensi bedah (fusi) pada pasien dewasa adalah:1. Tanda neurologis- radikulopaty (yang tidak berespon dengan terapi konservatif)2. klaudikasio neurogenik.3. Pergeseran berat(high grade slip > 50%)4. Pergeseran tipe I dan Tipe II, dengan bukti adanya instabilitas, progresifitas listesis, dan kurang berespon dengan terapi konservatif.5. Spondylolisthesis traumatik.6. Spondylolisthesis iatrogenik.7. Listesis tipe III (degeneratif) dengan instabilitas berat dan nyeri hebat.8. Deformitas postural dan abnormalitas gaya berjalan(gait abnormality).I. FusiTerdapat berbagai metode untuk mendapatkan fusi intersegmental pada tulang lumbosacral. Berbagai metode tersebut antara lain:1. Posterolateral (intratransversus): umumnya arthrodesis bersamaan dengan penggunaan autograft crista iliaka atau dengan allograft. Instrumentasi spinal segmental membuat fiksasi kaku pada segmen fusi dan kemungkinan dilakukannya reduksi segmen dengan listesis tersebut.2. Lumbar interbody fusion: hal tersebut dapat meningkatkan stabilitas segmen spinal/vertebra dengan ,menempatkan/meletakkan bone graft untuk kompresi kolumna anterior dan media dan meningkatkan permukaan fusi tulang secara keseluruhan.3. Repair pars interartikularis: umumnya dengan menggunakan teknik Scott Wiring technique atau modifikasi Van Darm.II. FiksasiMeskipun pemakaian/penggunaan instrumentasi spinal pada pasien dengan skeletal immature dipertimbangkan sebagai pilihan terapi bagi beberapa pasien dengan spondylolisthesis isthmic, banyak ahli bedah vertebra/spinal yakin bahwa fiksasi kaku tersebut dibutuhkan untuk mendapatkan fusi solid yang valid. Untuk spondylolisthesis degeneratif, fiksasi menunjukkan angka arthrodesis solid yang tinggi.III. DekompresiBiasanya digunakan pada spondylolisthesis traumatik atau degeneratif, dekompresi elemen neural baik sentral maupun perifer, diatas serabut saraf diindikasikan. Dekompresi optimal biasanya didapatkan melalui laminectomy posterior atau facetectomy total dengan dekompresi radikal serabut saraf(misalnya Gill prosedure).IV. ReduksiBeberapa ahli bedah berupaya mengurangi spondylolisthesis untuk meningkatkan alignment (kesejajaran) sagital dan memperbaiki biomekanik vertebra/spinal. Hal tersebut memiliki manfaat dalam memperbaiki posisi saat berdiri dan mengurangi tekanan/kekakuan pada massa fusi posterior sehingga mengurangi insidensi nonunion dan progresifitas spondylolisthesis.

Hipestesi pada pasien setinggi apa?Kelainan sensorik terdapat pada ekstremitas inferior dextra setinggi L1-L2.Gambaran dermatom sensorik :