71
TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA JUWONO KEC. NGRONGGOT. KAB. NGANJUK PADA GTT 025 Disusun Guna Memenuhi Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu ( S-1 ) Disusun Oleh : Heri Krismawanto NIM: 152320201006 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARUL ‘ULUM JOMBANG 2021

TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

  • Upload
    others

  • View
    34

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

TUGAS AKHIR

ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA JUWONO

KEC. NGRONGGOT. KAB. NGANJUK

PADA GTT 025

Disusun Guna Memenuhi Syarat untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu ( S-1 )

Disusun Oleh :

Heri Krismawanto

NIM: 152320201006

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DARUL ‘ULUM

JOMBANG

2021

Page 2: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

i

TUGAS AKHIR

ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA JUWONO

KEC. NGRONGGOT. KAB. NGANJUK

PADA GTT 025

Disusun Guna Memenuhi Syarat untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu ( S-1 )

Disusun Oleh :

Heri Krismawanto

NIM: 152320201006

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DARUL ‘ULUM

JOMBANG

2021

Page 3: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

ii

Page 4: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

iii

Page 5: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

iv

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini kami menyatakan bahwa :

Nama : Heri Kresmawanto

NIM : 152320201006

Alamat : MOJOKERTO

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa dalam hasil penelitian say aini tidak

terdapat unsur-unsur penjiplakan karya penelitian atau karya ilmiah yang pernah

dilakukan atau dibuat oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka. Apabila

dikemudian hari ternyata hasil penelitian ini terbukti terdapat unsur-unsur

penjiplakan dan ada klaim dari pihak lain, maka saya bersedia untuk diproses sesuai

peraturan perundang undangan yang berlaku.

Demekian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan tanpa

paksaan siapapun.

Jombang, Agustus 2021

Hormat saya,

Heri Kresmawanto

Page 6: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

v

ABSTRAK

Stabilitas tegangan, keandalan system dan kontinnuitas pelayanan

merupakan hal yang harus selalu dikedepankan oleh PT. PLN dalam rangka

pemenuhan pelayanan dan kepuasan konsumen/pelanggannya. Berkaitan dengan

perluasan pelanggan di Desa Juwono, meningkat pula kebutuhan masyarakat

terhadap energi listrik, sehingga kestabilan dan keandalan dari instalasi listrik

perlu dijaga agar tegangan yang dikirim dari GI sampai pada ujung pelanggan

tidak terjadi kerugian terlalu besar. Karena terlalu panjang kabel yabg digunakan

dan terlalu besar beban pada sisi line A dan sisi line C maka terjadi susut tegangan

pada JTR Desa Juwono Kec. Ngronggot Kab. Nganjuk pada GTT 025. Agar susut

tegangan dapat ditekan tidak melenihi susut tegangan yang diijinkan berdasarkan

analisa, maka kabel JTR dapat diganti dengan dengan kabel AAAC ukuran 70 mm2

atau menambah satu trafo sisipan pada sisi line C. Disamping itu karena tegangan

sisi kirim sudah bagus dan 220 volt. Susut tegangan yang terlalu besar, maka akan

merugikan konsumen (pelanggan) karena peralatan pemakai tegangan tidak

mendapatkan tegangan normal dan merugikan PLN sendiri.

Kata Kunci : GTT-025, JTR, Susut Tegangan.

Page 7: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

vi

KATA PENGAN TAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadiarat Allah SWT, atas karunia dan

maunahnya-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan waktu sesuai

dengan harapan, yang menerapkan salah satu syarat yang harus dipenuhi guna

menyelesaikan Studi dibidang Teknik Sistem Tenaga, Jurusan Teknik Elektro,

Fakultas Teknik, Universitas Darul ‘Ulum Jombang.

Terselesainya Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai fihak.

Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada yang terhormat :

1. Bapak Ir. Ruslan Hidayat, M.T, M.Si selaku Dekan Fakultas Teknik

Universitas Darul ‘Ulum Jombang.

2. Ibu Ir. Hidayatul Nurohmah, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Elelctro

Fakultas Teknik Universitas Darul ‘Ulum Jombang

3. Bapak Dr. Ir. Muhlasin, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I dalam

penulisan tugas akhir ini

4. Bapak Rukslin, ST., M.T. selaku Dosen Pembimbing II dalam penulisan

tugas akhir ini.

5. Segenap Dosen Fakultas Teknik yang telah memberikan sumbangSI

materi dan dorongan untuk terselesainya penulisan tugas akhir ini.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa tugas akhir ini masih jauh dansempurna.

Untuk itu segala satan maupun kritik yang membangun gunamenyempurnakan

penulisan tugas akhir ini dengan hati yang terbuka dan senanghati penulis terima.

Semoga amal balk beliau diberi imbalan Allah, SWT, Amiin.

Penulis.

Page 8: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... iv

ABSTRAK ...................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBe1akang .......................................................................... 1

1.2 Pokok Permasalahan ................................................................. 2

1.3 Permasalahan ............................................................................ 2

1.4 Tujuan Penulisan ...................................................................... 2

1.5 Ruang Lingkup Pembahasan .................................................... 3

1 .6 Metodologi .............................................................................. 3

1.7 Sistematika Pembahasan ........................................................... 3

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

2.1 Definisi Ssistem distribusi ........................................................ 5

2.2 Bentuk Penyulang ..................................................................... 6

2.2.1 Tipe Radial ..................................................................... 7

Page 9: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

viii

2.2.2 Tipe Loop ....................................................................... 8

2.2.3 Tipe Mesh ....................................................................... 9

2.3 Saluran udara dan Saluran Bawah tanah ................................... 10

2.3.1 Saluran udara .................................................................. 11

2.3.2 Saluran bawah tanah ....................................................... 13

2.4 Peralatan Pengaman ........................................................... 15

2.4.1 Pemutus Tenaga (PMT) .................................................. 16

2.4.2 Penutup Balik (RecI0ser) ............................................... 17

2.4.3 Pemutus Seksi Otomatis (Sectionalizer) ........................ 18

2.4.4 Fuse Cut Out ................................................................... 22

2.4.5 Relai ................................................................................ 23

2.4.6 Lighting Arrester ............................................................ 23

2.4.7 Pengaman Gangguan Tanah ........................................... 24

2.5 Gangguan pada Sistem distxibusi ............................................. 25

2.6 Jaringan Distribusi Tegangan Rendah ...................................... 26

2.7 Perbaikan Faktor Daya ............................................................. 28

2.8 Pemakaian Kapasitor ................................................................ 30

2.9 Pengaruh Hubungan Seri Kapasitor ......................................... 31

2.10 Pengaruh Hubungan Shunt kapasitor ...................................... 36

BAB III RUGI TEGANGAN PADA SISTEM DISTRIBUSI .

3.1 Saluran jarak pendek ................................................................ 38

3.1.1 Tegangan Ujung Pengirim ............................................... 39

3.1.2. Perhitungan Rugi Tegangan .......................................... 43

Page 10: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

ix

3.2 Rugi Tegangan dalam Prosen ................................................... 44

3.2.1. Rugi Tegangan pada sistem Fasa-Tunggal, dua kawat .. 45

3.2.2. Rugi tegangan Pada Sistem Fasa-tunggal, tiga kawat .... 46

3.2 Rugi Tegangan Pada Saluran Tegangan Rendah ....................... 47

BAB IV ANALISA RUGI TEGANGAN JT R DI DESA JUWONO KEC.

NGRONGGOT. KAB. NGANJUK PADA GTT 025

4.1 Single Line Diagram ................................................................. 50

4.2 Susut Tegangan J TR Ds. Juwono dalam Prosen ...................... 51

4.2.1 Susut tegangan pada sisi line A dan C............................. 51

4.2.2 Perbedaan Eiasil Pengukuran dengain Hasil Perhitungan 53

BABV PENUTUP

5.1 Kesimpulan ............................................................................... 56

5.2 Satan ......................................................................................... 57

DAF TAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Komponen dari system tenaga listrik ....................................

Gambar 2.2. Penyulang radial ....................................................................

Gambar 2.3. Penyulang loop ......................................................................

Gambar 2.4. Penyulang network ................................................................

Gambar 2.5. Bentuk tiang listrik ................................................................

Gambar 2.6. Faktor yang mempengaruhi ukuran konduktor .....................

Gambar 2.7. Bentuk isolator ......................................................................

Gambar 2.8. Pemasangan pengaman .........................................................

Gambar 2.9. Pengaman gangguan fase ke fase ..........................................

Gambar 2.10. Jaringan Tegangan Rendah dengan Empat J urusan (SUTR)

Gambar 2.11 Diagram Vektor Arus, b. Segitiga Daya ...............................

Gambar 2.12. Ilustrasi perubahan daya nyata dan daya reaktif sebagai

fungsifaktor beban dengan daya nyata ..................................

Gambar 2.13Ilustrasi perubahan daya nyata dan daya reaktif sebagai

fungsifaktor beban dengan daya semu konstan .....................

Gambar 2.14. Ilustrasi Perbaikan Faktor Daya ............................................

Gambar 2.15 Diagram Vektor Tegangan pada suatu penyulang

denganfaktor daya pengikut a dan c tanpa kapasitor Seri, b

dan ddengan kapasitor seri ....................................................

Gamoar 2.16 Kompensasi Lebih Tegangan Sisi Terima ............................

Gambar 2.17 Diagram Vektor Tegangan dengan F aktor Daya Mendahului

Gambar 3.1. Saluran Distribusi J arak Pendek ...........................................

Page 12: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

xi

Gambar 3.2. Diagram Pasor dari Gambar 3.1 Lmtuk Faktor Daya Teftinggal

Gambar 3.3. Sirkit Fasa Tunggal dengan Beban S ....................................

Gambar 3.4. Sistem Fasa Tunggal Tiga Kawat .........................................

Page 13: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Klasifikasi fungsi dari sistem distribusi ......................................

Tabel 2.2. Ciri beberapa system menaruh kabel ........................................

Tabel 2.3. Kemungkinan gangguan yang timbul ........................................

Tabel 4.1. Daftar Nilai Reaktansi ...............................................................

Tabel 4.2. Hasi1Ana1isa Drop Tegangan ...................................................

Tabel 4.3. Hasil Analisa Drop Trafo MD O25 ...........................................

Page 14: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan akan energi listrik dari suatu pembangkit sampai pada

konsumen akhir melalui sistem penyaluran daya berkapasitas besar dengan

kerugian sekecil mungkin merupakan kebutuhan mutlak, karena kualitas energi

listrik terutama masalah keandalan, keamanan dan kontinuitas merupakan hal

yang harus diperhatikan untuk dapat mernberikan pelayanan secara maksimal

guna kepuasan pelanggan atau konsumen.

Stabilitas tegangan, keandalan sistem dan kontinuitas pelayanan

mempakan hal yang harus selalu dikedepankan oleh PT. PLN dalam rangka

pemenuhan pelayanan dan kepuasan konsumen/ pelanggannya. Berkaitan

dengan perluasan pelanggan di desa Juwono, meningkat pula kebutuhan

rnasyarakat terhadap energi listrik, sehingga kestabilan dan keandalan dari

intalasi listrik perlu dijaga agar tegangan yang dikirim dari GI sampai pada

ujung pelanggan tidak terjadi kerugian terlalu besar.

Rugi-rugi tegangan pada jaring berkaitan erat dengan jumlah beban,

panjang dan luas penarnpang kabel. Penulis terdorong untuk melakukan

penilitian dengan Judul Studi AnalisaRugi Tegangan JTR desa Juwono kec.

Ngronggot kab. Nganjuk pada GTT 025.

Page 15: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

2

1.2 Pokok Permasalahan

Kinerja bagi unit-unit pelayanan di Wilayah PT. PLN (PERSERO)

Distribusi Jawa Timur salah satunya dapat diukur melalui rugi tegangan yang

terjadi dalam jaringan. Semakin kecil susut tegangan dalam sistem

distribusimaka semakin bagus pula kinelja unit yang bersangkutan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

1. Faktor apa saja yang dapat menyebabkan mgi tegangan di Sisi

jaringtegangan rendah (JTR) di Desa Juwono Kec. Ngronggot Kab.

Nganjuk pada GTT 025?

2. Berapa prosen rugi tegangan yang terjadi pada tegangan rendah di desa

Juwono Kec. Ngronggot Kab. Nganjuk pada GTT 025?

3. Bagaimana cara mengatasi rugi tegangan yang texjadi di desa Juwono

Kec. Ngronggot. Kab. Nganjuk pada GTT 025 ?

1.4 Batasan Masalah

Agar pembahasan tidak meluas, maka dalam penulisan ini

penulismembatasi permasalahan pada :

1. Yang diteliti adalah wgi tegangan pada jaringan tegangan rendah (JTR).

2. Letak lokasi penelitian di JTR desa Juwono kec. Ngronggot kab. Nganjuk

pada GTT 025.

Page 16: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

3

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian antara lain :

1. Mengetahui penyebab nugi tegangan di sisi JTR desa Juwono Kec.

Ngronggot. Kab. Nganjuk pada GTT 025.

2. Besar rugi tegangan yang terjadi pada JTR desa Juwono Kec.

Ngronnggot. Kab. Nganjuk pada GTT 025.

3. Menentukan dan mengetahui langkah yang paling efektif dalam menekan

rugi tegangan disisi tegangan rendah.

1.6 Metode Penelitian

Dalam pengambilan data dan dalam rangka penulisan tugas akhir

inimaka penulis mengadakan penelitian dengan cara :

1. Studi Literatur, yaitu dengan membaca buku-buku yang berkaitan

dengan pembahasan dalam tugas akhir ini serta dijadikan suatu acuan

dalam penyusunan tugas akhir ini.

2. Pengumpulan data, yaitu data-data diperoleh di lapangan.

3. Analisa Data, yaitu menganalisa hasil-hasil data perhitungan

1.7 Sistematika Pembahasan

Agar pembahasan lebih terarah atau tidak mmenyirnpang dari tujuan

permaslahan, kiranya perlu disusun sistematika pembahasan sebagai berikut :

Page 17: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

4

BAB . PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang masalah, pokok permasalahan,

rumusan masalah, batasan maslah , metodologi pembahasan, tujuan

penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II.SISTEM DISTRIBUSI SKUNDER SECARA UMUM

Bab ini membahas teori-teori penunjang yang meliputi sistem

distnbusi secara Lumun, Saluran distribusi, sistem distribusi,

bagian-bagian dari sistem distribusi, penggunaan hantaran, saluran

masuk ke pelanggan, cara pemasangan Kwh meter.

BAB III. RUGI-RUGI PADA SISTEM DISTRIBUSI.

Bab ini membahas mengenei kerugian yang texjadi pada sistem

distribusi yang terdiri dari mgi tegangan, rugi daya, rugi energi

pelaksanaan pemasangan trafo.

BAB IV. ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA JUWONO KEC.

NGRONGGOT KAB. NGANJUK PADA GTT 025 ?

Berisi mengenai analisa drop tegangan pada sistem saluran tegangan

rendah yang lama dan yang baru dan pengamh spaning drop sebelum

perbaikan dan sesudah perbaikan dari pergantian tfafo dan

memperbesar penghantar dengan mempertahankan tegangan yang

ada yaitu tegangan 220/380 volt.

BAB V. PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.

Page 18: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

5

BAB II

SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

DI JAWA TIMUR

2.1 Definisi Sistem Distribusi

Definisi sistem distiibusi listrik secara luas adalah bagian sistem tenaga

listrik antara gardu induk penyaluran (the bulk power sources) dan fasilitas

pelanggan (eustomers’ facilities). Berdasarkan definisi ini, yang termasuk

sistem distribusi seperti pada tabel berikut

Tabel 2.1 Klasiiikasi fungsi dari sistem distribusi

Komponen Fungsi

1. Gardu Induk Transmisi Menerima daya listrik dari sistem transmisi

dan mengubahnya menjadi tegangan

subtransmisi.

2. Sistem Subtransmisi Jaringan yang keluar dari gardu induk

transmisi dan menuju gardu induk subtranmsi.

3. Gardu Induk Distribusi Menerima daya listrik dari jaringan

subtransmisi dan mengubahnya ke tegangan

feeder primer.

4. Feeder Primer Jaringan yang keluar dari gardu induk

distribusi dan merupakan jalus aliran daya

listrik ke trafo distribusi.

5. Trao Distribusi Menurunkan tegangan listrik dari tegangan

listrik feeder primer ke tegangan rendah

pelanggan.

6. Distribusi Sekonder dan

Pelayan

Membagi daya listrik dari trafo distribusi ke

pelanggan.

Page 19: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

6

Pada umumnya sistem distribusi didefinisikan sebagai bagian dari sistem

listrik antara gardu induk distribusi dengan pelayanan pelanggan. Di Indonesia,

tegangan pada subtransmisi menggunakan tegangan tinggi 70 kV. Tegangan listrik

dari subtransmisi masuk ke gardu induk distribusi dan diturunkan menjadi tegangan

menengah 20 kV, lalu mengalir pada feeder primer untuk kemudian menyuplai

daya listrik ke pelanggan setelah terlebih dahulu tegangannya diturunkan oleh trafo

distribusi menjadi tegangan rendah 220/380V seperti pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Komponen dari sistem tenaga lisrik

2 2. Bentuk Penyulang (Feeder).20 Kv

Bagian dalam sistem peralatan listrik yang terletak antara gardu induk

distribusi dengan trafo distribusi disebut sistem primer, yang tersusun oleh

penyulang (feeder) primer atau feeder distribusi primer.

Yang termasuk dalam penyulang adalah penyulang utama (Main Feeder),

yang merupakan jaringan tiga phase empat kawat dan penyulang percabangan

(Lateral), merupakan jarinagn kawat satu phase dengan dua kawat atau jaringan

GARDU INDUK

TRANSMISI SISTEM

TRANSMISI

TRAFO STEP

UP PEMBANGKIT

SISTEM

SUBTRANSMISI

GARDU INDUK

DISTRIBUSI

FEEDER PRIMER

FEEDER PRIMER 3 PHASA

TRAFO DISTRIBUSI

SEKUNDER PELANGGAN

Page 20: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

7

tiga phase empat kawat yang diambil dari feeder utama. Bentuk dari penyulang

di bagi menjadi 3, Yaitu :

• Tipe radial

• Tipe loop

• Tipe network

2.2.1 Tipe Loop ( Rangkaian Tertutup)

Bentuk dari penyulang yang paling sederhana dan murah

adalah tipe radial. Bentuk dari tipe radial dapat digambarkan

seperti pada gambar 2.2. Penyulang utama bercabang menjadi

beberapa penyulang percabangan yang akan menyuplai trafo

distxibusi. Arus paling besaf terdapat pada penghantar yang dekat

dengan gardu induk, dan semakin jauh arus akan mengecil.

Tipe Radial

Gambar 2.2 Penyulang (Feeder) Tipe Radial

Ril Gardu Induk Distribusi

Penyulang Utama

Pemutus Trafo

Trafo Distribusi

Pemutus lateral

Lateral

Sublateral

Page 21: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

8

Umumnya, semakin kecil arusnya maka ukuran penghantar pada

feeder juga berkurang. Keandalan terhadap pelayanan kontinuitas pada

penyulang tipe radial sangat rendah. Gangguan yang teljadi pada

penyulang menyebabkan gangguan listrik pada konsmnen namun

gangguan dapat diisolasi terhadap penyebabnya dengan peralatan

pemutus sepeni pengaman lebur (fuse cut out), pemutus seksi otomatis

(sectionalizer), pemisah (disconnect switch) atau penutup balik

otomatis (recloser).

2.2.2 Tipe Loop (Rangkaian Tertutup)

Bentuk dari penyulang tipe loop darbdilihat pada gambar 2.3,

adalah berupa rangkaian tertutup yang melalui wilayah pembebanan

penyulang yang kembali pada dl. Loop dapat difungsikan dengan

menggunakan peralatan pemisah atau pemutus yang umumnya terbuka

atau tertutup. Umumnya ukuran konduktor dari penyulang adalah sama

semua. Hal ini karena, beban nonnal dan beban lain merupakan

setengahnya.

Gambar 2.3. Penyulang Tipe Loop

Ril Gardu Induk Distribusi

Pemutus Feeder

Lateral

Pemisah

Pemisah Loop

Lokasi Trafo Distribusi

Page 22: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

9

Dengan susunan ini, maka akan ada jalur paralel dari gardu induk

ke beban ketika loop dioperasikan dengan pemutus atau pemisah pada

kondisi terbuka. Sebuah gangguan primer menyebabkan pernutus pada

penyulang menjadi terbuka. Pemntos akan tetap terbuka sampai sarnpai

gangguan dapat diisolir dari kedua arah. Penyulang tipe loop berguna

untuk mernberi pelayanan pada beban dimana diperlukan keandalan

yang tinggi. Saluran feeder paralel dapat juga dihubungkan ke ril

terpisah dalam gardu induk dan disuplai dari trafo terpisah.

2.2.3 Tipe Mesh (Network)

Bentuk dari penyulang tipe network clapat dilihat seperti gambar

4, tipe network adalah sistem penyulang terinterkoneksi yang disuplai

oleh sejumlah gardu induk. Penyulang tipe radial dapat diambilkan dari

penyulang ikat interkoneksi. Juga dapat dilayani langsung dari gardu

induk. Tiap penyulang ikat memiliki dua pemutus jaringan pada

ujungnya untuk mengurangi pemadaman akibat gangguan pada

penyulang.

Sistem network menyuplai beban dari beberapa arah. Lokasi trafo

yang tepat untuk pusat beban yang besar dan pengaturan tegangan

penyulang di ril gardu induk akan memberikan tegangan yang sesuai

untuk titik pelayanan. Secara umum, kerugian pada tipe network lebih

rendah dibandingkan sistem radial dalam pembebanan.

Page 23: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

10

Gambar 2.4 Penyulang Tipe Network

Keandalan dan kualitas pelayanan dari penggunaan tipe network

tentu lebih tinggi daripada tipe radial dan loop. Namun ini lebih sulit

dalam perancangan dan operasi dibanding sistem radial atau loop.

2.3. Saluran Udara dan Saluran Bawah Tanah

Pembangunan sistem distribusi dapat dilakukan dengan saluran udara

atau dengan saluran bawah tanah. Pilihan penggunaan antara saluran udara dan

saluran bawah tanah tergantung pada sejumlah faktor, antara lain : kontinuitas

pelayanan, arah perkembangan daerah, biaya pemeliharaan, biaya modal dan

umur, dan manfaat sistem tersebut. Komponen utama pada saluran udara

adalah tiang listrik, konduktor sebagai penghantar, dan isolator. Sedangkan

pada saluran bawah tanah adalah kabel isolator dan tempat peletakan kabel.

Gardu Induk B Gardu Induk A

Gard

u I

nduk C

Gardu Induk E

Gard

u In

duk D

Page 24: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

11

2.3.1 Saluran Udara

Fungsi dan tiang listrik adalah sebagai penopang atan pemikul

konduktor yang menyalurkan energi listrik. Karena konduktor

bertegangan maka letak konduktor harus cukup tinggi di atas

pemaukaan tanah agar aman bagi manusia dan hewan. Bentuk tiang

listrik yang sering digunakan untuk saluran tegangan menengah 20 kV

terlihat seperti gambar 2.5. Bahan yang dipergunakan adalah kayu, besi,

atau beton. Bahan yang terbuat dari kayu sudah jarang digunakan

sedangkan yang sering dipakai saat ini adalah besi dan beton.

Gambar 2.5 Macam-macam Tiang Listrik 20 kV

Saluran udara tegangan menengah biasanya mempergunakan

isolator tumpu [gambar 2.5 (a) sampai dengan 2.5 (c), tanpa kawat petir.

Saluran udara TM biasanya tidak begitu tinggi dan terletak tidak begitu

jauh dari pohon-pohon dan bangunan-bangunan karena saluran ini

sering memiliki sifat kapasitif yang tinggi, yang juga merupakan

semacam pengamanan terhadap gangguan petir atau tegangan lebih

lain. Hanya di daerah-daerah yang sangat peka terhadap petir

dipergunakan kawat petir seperti terlihat pada gambar 2.5 (d). Dan ini

(a) (b) (c) (d) (e)

Page 25: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

12

pun sering hanya untuk jarak tertentu, yaitu 2-3 km dari gardu induk.

Pada lapangan yang berat atau kawat konduktor bergaris tengah besar,

dipergunakan tiang portal, yang terdiri atas dua tiang, seperti terlihat

pada gambar 2.5 (e). Tiang ini rnenggunakan isolator gantung.

Gambar 2.6 Faktor yang mempengaruhi pemilihan ukuran konduktor

Isolator saluran udara merupakan isolasi yang memisahkan

konduktor daya dari bumi. Isolator dipasang atau digantung pada

travers (cross ann) stmktur penduktmg sedangkan kondulctor daya

dipasang pada jepit isolator. Isolator pada umumnya dibuat dari

porselen, gelas, atau bahan buatan. Isolator perlu memiliki kekuatan

mekanikal dan elektrikal yang baik. Gambar 2.7 menunjukkan bentuk

isolator tumpu (pin type) dan isolator gantung (suspension type).

Pemilihan Ukuran

Konduktor

Drop tegangan

Rating Trafo

Perkiraan beban

Rata-rata pertumbuhan

beban

Rating penghantar

Biaya total Rugi-rugi

daya

Page 26: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

13

Gambar 2.7 Bentuk Isolator

2.3.2 Saluran Bawah Tanah

Dibandingkan saluran udara, sistem bawah tanahmempunyai

kelemahan dilihat dari segi kemampuan penyaluran danperbaikan.

Namun penerapannya terutama dikota-kota tidak dapat lagi

dihindarkan, terutama untuk meningkatkan keandalan. Keuntungan-

keuntungan lain dari saluran bawah tanah, antara lain :

a) Mengurangi gangguan yang disebabkan oleh kondisi cuaca yang

tidaknormal, seperti : hujan, angin besar, petir, dan lain-lain.

b) Mengurangi gangguan yang disebabkan dari kebakaran,

kecelakaan, dan benda asing.

c) Mengurangi pemeliharaan terhadap pohon-pohon dan tujuan

pencegahan yang lain.

d) Dari segi artistik sangat mendukung.

Untuk penyaluran tenaga Iistrik dengan saluran bawah tanah

digunakan kabel bawah tanah, unsur-unsur yang penting untuk

kabel tanah adalah : suatu konduktor, suatu isolasi untuk

Isolator

Baut besi (dipasang pada tiang)

(a). Isolator tumpu (b). Isolator gantung

Page 27: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

14

memisahkan konduktor secara elektrik dari bumi dan objek Iain,

dan proteksi eksternal terhadap kerusakan mekanikal, pengamh

kimia, api atau efek-efek eksternal lain yang membahayakan kabel.

Sebagai bahan isolasi, kabel tanah hams memenuhi syarat-

syarat berikut : memiliki nilai isolasi tinggi, memiliki kekuatan

dielektrik tinggi, memiliki sifat-sifat mekanikal yang baik

(elastisitas), dan tidak bersifat higroskopik karena kekurangan

dielektrik setiap bahan akan rnenurun banyak bilamana menjadi

lembab. Ada beberapa cara menaruh kabel, antara lain :

a) Cara menaruh langsung (direct laying) : kabel ditanam langsung

dalam tanah, kira-kira 0,6 - 1,2 meter untuk menghindari tekanan

mekanis. Kadang kabel dilindungi dengan memasukkan dalam pipa

beton. Kabel yang ditanam giasanya kurang dari lima.

b) Sistem pipa (duct line) : menggunakan pipa-pipa beton bertulang

atauasbes semen atau baja atau PVC keras, yang ditanam dan

dihubungkan dengan lubang-lubang kezja (manholes) berjarak 100

- 200 meter. Kabel yang ditanam biasanya kurang dari enambelas.

c) Sistem terusan tertutup : kabel ditaruh dalam terowongan yang

melalui lubang-lubang kerja, seperti pada sistem pipa. Kabel yang

ditanam biasanya kurang dari dua puluh.

Dalam memilih cara menaruh kabel perlu disesuaikan kondisi

daerahnya, namun yang perlu juga dipertimbangkan adalah aspek

Page 28: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

15

ekonomi, segi perluasan, dan pemeliharaanya. Tabel 2.2 menunjukkan

beberapa ciri dari sistim menaruh kabel.

Tabel 2.2 Ciri beberapa sistim menaruh (lay) kabel

Hal Sistem

Menaruh

Langsung

Sistem Pipa Sistem

Terusan

Tertutup

Biaya pembangunan dan waktu Kecil Agak besar Besar

Penggantian dan perluasan Sukar Mudah Mudah

Perbaikan gangguan Sukar Mudah Mudah

Kapasitas arus Besar Kacil Besar

Kerusakan luar Sering Agak sering Jarang

Elastisitas kabel Kecil Kecil besar

2.4. Peralatan Pengaman

Macam-macam pengaman yang digunakan adalah

a) Pemutus tenaga (PMT)

b) Penutup Balik Otomatis (PBO) / Recloser

c) Pemmaxs Seksi Otomatis (PSO) / Sectionalizer

Page 29: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

16

d) Pengaman Lebur (PL) / Fuse Cut Out (F CO) Pemasangan masing-

masing pengaman dalam sistem distribusi digambarkan pada gambar

2.8.

Gambar 2.8 Pemasangan masing-masing pengaman

2.4.1 Pemutus Tenaga (PMT)

Pemutus tenaga adalah suatu “switching device” yang

mampu memutus beban, juga mampu memutus arus hubung

singkat aldbat gangguan sesuai dengan ratingnya. Bila terjadi

gangguan maka PMT akan membuka dan rnenutup jaringan secara

otomatis dan bila diiakukan, perbaikan jaringan maka PMT dapat

dioperasikan secara manual. PMT dilengkapi dengan alat deteksi

relay, yang berguna untuk mendeteksi adanya arus beban lebih atau

arus hubung singkat antara phasa dengan tanah yang dilengkapi

trafo arus (current transformer). Bila relay merasakan adanya arus

yang melampaui setting penyetelan relay, maka relay akan bekerja

Sectionalizer

S

R

S

R

Recloser

PMT

PMT

Trafo Gardu Induk

Page 30: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

17

memerintahkan PMT untuk membuka (trip). Dalam jaringan,

pemasangan PMT dilakukan pada :

a) out going (keluaran) j aringan (feeder) 20 kV di Gardu Induk

b) gardu atau cubicle tegangan menengah konsumen industri yang

memakai daya Iistrik besar.

2.4.2 Penutup Balik Otomatis (Recloser).

Recloser adalah pengaman arus lebih yang secara otomatis

akan membuka (trip) dan menutup kembali selang waktu tertentu

apabila ada arus lebih yang diakibatkan adanya gangguan hubung

singkat. Selang waktunya dapat diatur, sehingga bekeljanya bisa

cepat atau lambat. Recloser juga dapat dioperasikan secara manual.

Recloser mengamankan sistem dari gangguan yang sifatnya

temporer dan akan terkunci (lock out) bila gangguannya permanen.

Recloser dapat diatur untuk beberapa operasi yang berbeda, yaitu :

a) Dua operasi sesaat (membuka dan menutup) 'diikuti dengan dua

tenggang waktu operasi trip untuk mengunci.

b) Satu operasi sesaat ditambah tiga tenggang waktu operasi.

c) Tiga sperm? sesaat ditambah satu tenggang waktu operasi.

d) Empat operasi sesaat

e) Empat operasi tenggang waktu.

Karakteristik sesaat dan tenggang waktu dan recloser

berfungsi untuk menentukan ratingnya. Rating recloser antara 5

Page 31: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

18

sampai 1120 A dengan gulungan sed dan 100 sampai 2240 A untuk

membuka sesaat pada dua kali rating arus.

Recloser ada yang untuk satu phase dan tiga phase, namun

recloser satu phase lebih andal daripada recloser tiga phase. Jika

jaringan primer tiga phase dihubungkan secara bintang maka

digunakan sebuah recloser tiga phase atau tiga recloser satu phase.

Sehingga jaringan primer tiga phase dihubungkan secara delta

maka digunakan dua recloser satu phase yang bergtma untuk

melindungi jaringan dan gangguan satu/tiga phase. Recloser terdiri

:

a) PMT Recloser, adalah peralatan recloser yang berhubungan

langsung dengan tegangan menengah dimana peralatan inilah

yang mengadakan interuptor yaitu masukan atau pelepasan

beban.

b) Electronic Control Box Recloser, adalah peralatan elektronik

yang rnengontrol pemasukan atau pelepasan PMT recloser dan

dalam peralatan ini setting recloser ditentukan.

2.4.3 Pemutus Seksi Otomatis (Sectionalizer)

Sectionalizer adalah peralatan pengaman arus lebih yang

hanya dipasang setelah recloser. Sectionalizer adalah peralatan

pemisah saluran distribusi yang secara otomatis bekeija sendiri

untuk membuka jaringan setelah melakukan deteksi arus dan

melalcukan perhitungan operasi pemutusan dari peralatan

Page 32: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

19

pengaman (recloser). Mode operasi dan sectionalizer adalah

sebagai berikut :

a) Jika gangguan dihilangkanitlengan membukanya recloser,

penghitimg sectionalizer akan mereset pada posisi normal

setelah jaringan menutup kembali.

b) Jika gangguan masih ada ketika jaringan menutup kembali,

penghitung arus gangguan pada sectionalize akan kembali

bersiap menghitung saat recloser terbuka.

c) Jika recloser diatur untuk mengunci pada operasi trip yang

keempat, sectionalize akan siap untuk membuka (trip) selama

waktu jaringan terbuka mengikuti operasi trip yang ketiga dari

recloser.

Ada dua hal yang sangat penting dalam penentuan setting

sectionalizer yaitu count to open dan actuating current.

a) Hitungan buka (Count to open)adalah cara kerja elektronik yang

mencatat jumlah padamnya tegangan TM yang terjadi akibat

bekerjanya recloser yang terpasang didepan sectionalize.

Jumlah hitungan buka setting sectionalize adalah n - 1, dimana

n adalah setting jumlah lock out recloser yang terpasang didepan

sectionalizer.

b) Arus penguatan (Actuating current) adalah besarnya setting arus

primer yang melewati sectionalizer. Apabila sectionalize dilalui

Page 33: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

20

arus sebesar setting arus penguatannya maka secara elektronik

akan mencatat dan bekeija sebagaimana mestinya. Pada

umumnya setting arus penguatan adalah 80 % dari setting arus

recloser.

Aplikasi sectionalize pada sistem distribusi memerlukan beberapa

persyaratan, antara lain :

a) Harus dipasang Seri dengan peralatan pengaman lain tetapi

tidak boleh diantara dua recloser.

b) Peralatan pengaman pendukung (backup) harus peka terhadap

arus gangguan minimum pada akhir area pengamanan

sectionalize.

c) Arus gangguan minimum harus lebih besar daripada arus

minimum pada sectionalize.

d) Diluar keadaan, rating waktu yang singkat dan pendek pada

sectionalize harus dilebihkan.

e) Jika ada dua peralatan pengaman pendukung yang seri satu

dengan yang lain dan berada lurus sectionalize terhadap sumber,

peralatan pendukung pertama dan kedua harus dipilih untuk

empat dan tiga operasi trip dan sectionalize harus dipilih untuk

membuka selama waktu jaringan mati pada suatu gangguan

melalui sectionalize.

Page 34: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

21

f) Jika ada dua sectionalize dihubungkan seri satu dengan yang

lain dan ditempatkan setelah peralatan pengaman yang dekat

dengan sumber, peralatan pendukung harus diatur untuk

mengunci setelah operasi keempat, dan sectionalize pertama dan

kedua harus diatur untuk membuka mengikuti operasi

penghitungan kedua dan ketiga.

Rating arus kontinyu standar untuk sectionalize dari 10 sampai 600

A. Keuntungan dengan menggunakan sectionalize adalah :

1. Bila difungsikan sebagai pengganti recloser, maka tingkat biaya

dan permintaan lebih rendah dari pemeliharaan.

2. Bila difungsikan sebagai pengganti fuse cutout, tidak

menunjukkan kesulitan koordinasi bila digabungkan dengan

fuse cutout untuk menggantikan ukuran fuse yang tidak sesuai.

3. Bisa digunakan untuk pemadaman atau switching beban sesuai

rating.

Namun ada juga kerugian menggunakan sectionalize, yaitu :

1. Saat difungsikan sebagai pengganti fuse cutout, tingkat biaya

dan permintaan lebih besar daripada perawatan.

2. Dari pengalaman yang sudah, kerusakannya akan jauh lebih

besar daripada fuse cutout

Page 35: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

22

2.4.4 Fuse Cutout

Fuse cutout adalah sejenis pengaman lebur yang bekerja

karena adanya arus lebih yang melampaui arus ratingnya.

Berdasarkan cara kerjanya fuse dibedakan menjadi :

a) Current zero awaiting type, misalnya expultion fuse

b) current zero shifting type, misalnya current limiting

Menurut bentuk fisiknya fuse cut out dapat dibedakan menjadi :

a) Enclose (tertutup)

b) Open (terbuka)

c) Open link (elemen terbuka)

Pengaman jenis ini banyak digunakan dalam sistem distribusi dan

dipasang sebagai pengaman pada :

a) Jaringan percabangan satu fase, untuk melindungi penghantar

Serta memisahkan jaringan pada saat terjadi gangguan dan

memperkecil daerah pernadaman.

b) Peralatan trafo 3 fase maupun 1 fase.

c) Pada sisi primer dari kapasitor.

d) Pada sisi primer dari trafo non CSP atau konvensional.

Page 36: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

23

2.4.5 Relai

Relai digunakan untuk pengaman terhadap gangguan fasa ke

fasa yaitu gangguan 3 fase dan 2 fase dapat digunakan tiga buah

relai atau dua buah relai arus lebih. Pengaman arus lebih dengan

dua buah relai telah cukup untuk mengatasi gangguan antar fase

mengingat adanya gangguan 3 fase kedua relai akan bekerja,

sedangkan untuk gangguan dua fase salah satu relai atau kedua-

duanya akan bekerja tergantung fase-fase yang terganggu misalnya

: gangguan antara fase yaitu R dengan S maka relai R yang akan

bekerja. Gangguan fase S dengan T, maka relai T yang bekerja.

Sedangkan gangguan fase T dengan R maka relai R maupun T akan

bekerja.

Gambar 2.9. Pengaman terhadap gangguan fase ke fase dengan

menggunakan tiga buah relay

2.4.6 Lighting Arrester

Lighting arrester digunakan sebagai pengaman tegangan

lebih akibat surja petir. Alat ini dihubungkan antara kawat fasa

Current Transformer (CT)

R

S T

Kumparan Trip

S T

R R

Kontak relay

Page 37: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

24

dengan tanah, dengan tujuan menyalurkan tegangan lebih ke tanah

sampai dengan batas aman bagi peralatan tersambung. Penempatan

pemasangan ialah pada transfomator CSP, ada yang dipasang

dengan eksternal gap, maupun disambung langsung pada terminal

bushing dari trafo. Dengan system pentanahan effektif maka rating

regangan arrester lebih kurang 80 % tegangan phase-phase. Akibat

yang ditimbulkan oleh sambaran petir pada kawat fase atau

jaringan dapat berupa :

Tegangan tembus luar yang dapat merusak isolator dan

bagian-bagian permukaan peralatan.

a) Tegangan tembus dalam, merusak isolasi utama dari peralatan

ke tanah dan isolasi antara bagian dalam peralatan.

b) Tegangan tembus luar dan dalam yang mungkin terjadi sebagai

akibat kegagalan isolasi yang terjadi pada peralatan.

2.4.7 Pengaman Gangguan Tanah

Multi grounded dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan

tahanan pembumian sekecilnya dengan jalan memanfaatkan pole

yang bersifat penghantar sebagai penetralan arus ke bumi. Maka

semua tiang harus disertai pemasangan sebuah penghantar

pentanahan dan dihubungkan dengan netral yang tersedia.

Page 38: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

25

2.5. Gangguan pada Sistem Distribusi :

Ada empat kemungkinan tipe gangguan yang timbul pada sistem

distribusi, yaitu :

a) Gangguan tiga phase (3ᴓ)

b) Gangguan line to line (L-L)

c) Gangguan double line to ground (2LG)

d) Gangguan single line to ground (SLG)

Gangguan tipe pertama terjadi pada jaringan tiga phase sedangkan

tipe kedua dan ketiga pada jaringan tiga phase atau dua phase. Meskipun,

pada jaringan yang terkena gangguan SLG dapat diatasi dengan

konstruksi multigrounded, namun semua gangguan yang terjadi,

tergantung pada beberapa faktor, antara lain : konfigurasi jaringan,

ketinggian dari ground wires, kelas tegangan, metode pentanahan,

tingkat isolasi ke ground dan antar phase, kecepatan menghilangkan

gangguan, jumlah angin besar pertahun, dan kondisi alam. Probabilitas

dari berbagai tipe gangguan dapat dituliskan sebagai berikut :

Tabel 2.3 Kemungkinan dari gangguan yang timbul

Tipe Kemungkinan

SLG = 0.70

L – L = 0.15

2LG = 0.10

3ϕ = 0.05

TOTAL 1.00

Page 39: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

26

Tabel kemungkinan diatas pada kenyataannya mungkin saja

berbeda antara sistem yang satu dengan yang lain.

2.6. Jaringan Distribusi Tegangan Rendah

Jaringan Distribusi Tegangan Rendah bermula dari sisi tegangan

rendah pada Transformator Distribusi seperti digambarkan oleh Gambar

2.10, yakni suatu Jaringan Distribusi Tegangan Rendah dengan empat

jurusan Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR)

Gambar 2.10 Jaringan Tegangan Rendah dengan empat Jurusan

(SUTR)

SUTR dapat berupa saluran udara dengan konduktor yang

telanjang atau kabel udara. Saluran Tegangan Rendah dapat pula kabel

tanah namun hal ini jarang sekali dipakai di Indonesia mengingat

harganya yang relatif mahal. SUTR yang menggunkan kabel udara

banyak dikembangkan pemakainnya oleh PLN karena gangguan yang

lebih sedikit dibandingkan dengan SUTR yang menggunkan konduktor

telanjang. Dibandingkan dengan kabel tanah Tegangan Rendah, SUTR

yang memakai kabel udara masih lebih murah.

JTM

Trafo Distribusi

Sekring TM

Saklat TR

Rel TR

Pelanggan Pelanggan

SUTR 4

SUTR 3

SUTR 2

SUTR 1 Tiang

Sekring TR

Page 40: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

27

Masalah utama dalam operasi Jaringan Tegangan Rendah adalah

gangguan yang kebanyakan disebabkan oleh pohon/tanaman, kontak-

kontak yang kendor, layang-layang dan lain-lain perbuatan manusia serta

kelakuan binatang.

Dengan menggunakan kabel udara maka gangguan yang

disebabkan hal-hal ini menjadi berkurang kecuali yang disebabkan

kontak-kontak yang kendor tetap tidak berkurang.

Konfigurasi Jaringan Tegangan Rendah hanya Radial dan

pengamannya hanya dengan sekring saja. Gangguan pada sambungan

Rumah penyebabnya adalah serupa dengan yang untuk SUTR, tetapi

untuk bagian Sambungan Rumah yang ada dalam bangunan rumah

pelanggan gangguannya serupa dengan gangguan pada instalasi

pelanggan, yaitu karena kontak yang kendor, isolasinya rusak karena

dimakan binatang atau sebab-sebab mekanis Serta kebocoran air masuk

kedalam instalasi. Pada operasi JTR harus diamati secara periodik beban

yang ada pada setiap fasa dan dijaga agar selalu seimbang. Apabila beban

tidak seimbang maka harus dilakukan pemindahan-pemindahan beban

yaitu pemindahan sambungan sambungan Rumah dan dibagi-bagi antara

ketiga fasa agar dicapai keseimbangan beban. Karena pada JTR tidak

terdapat instalasi pengukuran tegangan dan arus maka pengukuran

tegangan dan arus perlu dilakukan secara periodic pada titik-titik tertentu

dalam jaringan untuk mengetahui tegangan tersedia bagi para pelanggan

masih cukup baik atau tidak dalam kebesarannya maupun

Page 41: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

28

keseimbangannya khususnya bagi pelanggan dengan sambungan tiga

fasa. Sedangkan pengukuran arus diperlukan untuk mengetahui

keseimbangan beban antara fasa-fasa serta mengetahui apakah saluran

telah berbeban lebih atau tidak.

2.7. Perbaikan Faktor Daya.

Pada umumnya beban yang digunakan mempunyai factor daya

80%. Dari distribusi bebannya, arus tertingggal terhadap tegangannya.

Cosinus antara arus dan tegangan sisi kirim dikenal sebagai factor daya

rangkaian. Jika arus sisi kirim dan arus sisi terima masing-masing

dikalikan dengan tegangan sisi kirim dan tegangan sisi terima, akan

didapat hubungan segi tiga daya seperti Gambar 2.15. Gambar ini

menunjukan hubungan segitiga antara kilo watt, kilo volt ampere dan kilo

volt ampere reaktif. Penambahan kapasitor pada komponen reaktif Q

dapat mengurangi besar daya semu S pada beban. Gambar 2.16 dan 2.17

menunjukan kenaikan komponen reaktif Q dengan perubahan daya 10%.

Gambar 2.11 a. Diagram vector arus; b. Segitiga daya

Pada awalnya daya rekatif yang dibangkitkan pada pusat

pembangkit dikirim ke pusat beban yang pada umunya berada pada

tempat yang jauh sehingga hal ini kurang ekonomis, tetapi sekarang

Ix = I sin

IR = I cos

I

Q.KVAR

r.KW

s.KVA

(a) (b)

Page 42: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

29

dapat dengan mudah menempatkan kapasitor pada pusat beban. Gambar

2.17 menunjukan perbaikan factor daya yang diberikan pada sistem. Pada

gambar tersebut dilukiskan kapasitor mempunyai daya reaktif

mendahului (leading) terhadap sisi kirim.

Gambar 2.12 Ilustrasi kenaikan daya semu dan daya reaktif

sebagai faktor beban dengan daya nyata

Gambar 2.13 Ilustrasi perubahan daya nyata dan nyata reaktif

sebagai fungsi faktor beban dengan daya semu konstan

Gambar 2.14 Ilustrasi perbaikan faktor daya

Ditunjukan bahwa beban berupa daya P, daya reaktif Q1 tertinggal,

sedang daya semu S, sehingga factor daya tertinggal (langging) adalah :

100 kW

100 kW

48,4

KVAR

100 kW

75

KVAR

100 kW

102

KVAR

100 kW

13,3

KVAR

100 kVA

pf = 1

111,11 kVA

pf = 0,9

125 kVA

pf = 0,8

142,86 kVA

pf = 0,7

166,67 kVA

pf = 0,6

100

kW

90 kW

43,59

KVAR

80 kW

60

KVAR

70 kW

71,41

KVAR

60 kW

80

KVAR

100 kVA

pf = 1

100 kVA

pf = 0,9

100 kVA

pf = 0,8

100 kVA

pf = 0,7

100 kVA

pf = 0,6

Beban

Q2 = Q1 - QC

P

Q1

P P

S2

S1

Q2

QC

Q1

2 1

Page 43: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

30

cos θ1 = P

S1

cos θ1 = P

(P2 + Q12)

1

2

Jika kapasitor parallel sebesar Qc KVA dipasang pada beban,

factor daya dapat diperbaiki dari cos θ1 menjadi Cos θ2 dimana:

cos θ2 = P

S2

cos θ2 = P

√(P2 + Q22)

atau

cos θ2 = P

√(P2 + (Q1 − Qc)2)

Sehingga daya semu dan daya reaktif menurun, yaitu dari S1 kVA

menj adi S2 kVA dari Q1 kVAR menjadi Q2 kVAR.

2.8. Pemakaian Kapasitor Pada Sistem Distribusi

Definisi umum,

1. Elemen kapasitor : adalah bagian kapasitor yang tak dapat

dirubah, berupa elektroda yang dipisah oleh bahan isolasi

2. Unit kapasitor : rakitan satu atau lebih elemen kapasitor

didalam sebuah tangki yang dilengkapi dengan terminal saluran

keluaran.

3. Segmen Kapasitor : Kelompok untuk kapasitor satu fasa

dilengkapi pengaman dan sistem kontrol

Page 44: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

31

4. Bank kapasitor : sejumlah modul kapasitor yang dihubungkan

satu dengan lainnya.

2.9. Pengaruh Hubungan seri kapasitor

Permasalahan fungsi kapasitor yang mendasar ialah kapasitor

dihubungkan Seri atau paralel, dihubungkan sendiri atau bank kapasitor

yaitu untuk mengatur tegangan dan daya reaktif yang mengalir dimana

kapasitor itu dipasang.

Kapasitor hubungan seri digunakan untuk memperbaiki reaktansi

induktif yang digunakan pada rangkaian, untuk membatasi lingkup

rangkaian distribusitipe khusus dengan alat-alat untuk pemakain yang

terbatas. Dimana permasalahan pokok pada penggabungan masing-

masing pemakaian, yaitu tingkat keperluan penyelidikan yang kompleks.

Dimana pada umumnya pemakaian kapasitor seri diutamakan untuk

ulcuran kecil.

Seperti ditunjukan pada Gambar 2.11 kapasitor Seri untuk

mengkompensasi rekatansi induktif. Dengan kata lain kapasitor Seri

ialah suatu reaktansi kapasitif (negatif) yang dihubung seri dengan

rangkaian reaktansi induktif (positif) dengan maksud untuk

mengkompensasi. Dimana tujuan utama kapasitor Seri untuk

memperkecil, bahkan menahan rugi tegangan yang disebabkan oleh

reaktansi induktif pada rangkaian. Pada keadaan tertentu kapasitor Seri

bahkan dapat dipergunakan sebagai perlengkapan pengatur tegangan,

untuk meningkatkan tegangan batere dan yang umum untuk

Page 45: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

32

memperbesar faktor daya. Karena itu kapasitor seri sebagai palengkap

penaik tegangan secara otomatis dan pertambahan beban sesaat. Juga

kapasitor seri lebih banyak dipergunakan untuk pada faktor daya rendah

yang sering menghasilkan rugi tegangan. Bagaimanapun suatu kapasitor

seri tidak banyak memperbaiki sistim faktor daya dari pada kapasitor

paralel yang berpengaruh kecil terhadap arus sumber.

Gambar 2.15 Diagram vector tegangan pada suatu penyulang dengan

faktor daya pengikut. a dan c tanpa kapasitor seri, b dan d

dengan kapasitor seri

VR

Z = R + jXL

IS R L

(a)

VR Z' = R + J(XL– XC)

I R L

(b)

VS

I

IXL IR

IZ

VS

I

IR Cos IXLSin

IXL IZ' VR VR

VS'

IXC

IR

'

I VC

IR Cos I(XL-XC)Sin

(c) (d)

Page 46: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

33

Dimana :

𝑝 = 𝐼. 𝑅 𝐶𝑜𝑠 𝜃

𝑞 = 𝐼. 𝑋𝐿 𝑆𝑖𝑛 𝜃

p′ = I. R Cos θ

q′ = I(XL − Xc). Sin θ

Sin θ = sinus sudut factor daya sisi terima

Jika digunakan kapsitor seri seperti pada Gambar 2.15b dan 2.15d

besarnya rugi tegangan akan lebih kecil dan dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut :

AV = I. R Cos θ+ I. (XL - XC). Sin θ

dimana XC = reaktansi kapasitif kapasitor seri.

Penentuan kompensasi lebih pada penyulang distribusi dengan

mamakai kapasitor seri, jika nilai total rekatansi kapasitif lebih kecil dari

pada nilai reaktansi induktifpada penyulang tersebut. Tetapi dalam

menentukan pemakaian kapasitor seri (dimana tahanan saluran lebih

besar dari pada reaktansi induktif), kembali kepada masalah rugi

tegangan bahwa.

AV = I. R Cos θ+ I. (XL - XC). Sin θ

Persyaratan diatas diketahui sebagai kompensasi lebih. Gambar

2.12a menunjukan vector diagram kompensasi lebih pada beban nominal.

Pada keadaan tertentu bila memilih besar kompensasi lebih dapat pada

beban dasar nominal, besar tegangan pada sisi terima untuk kompensasi

lebih tidak bisa tetap, hal ini disebabkan arus induktif pada motor besar

Page 47: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

34

pada saat awal “(start)” dapat menimbulkan kenaikan tegangan yang

berlebihan, seperti ditunjukan pada Gambar 2.12b, yang dapat merugikan

pada pemakain lampu (umurnya pendek) dan menyebabkan lampu

berkedip, dan akhirnya pelanggan bisa menuntut.

Gambar 2.16 Kompensasi lebih tegangan sisi terima

a. Keadaan beban nominal

b.Keadaan awal (start) motor besar

Faktor daya mendahului, diperlukan untuk mengurangi rugi

tegangan pada saluran antara sisi kirim dan sisi terima dengan

menggunkan kapasitor seri, maka arus beban harus mempunyai factor

daya tertinggal. Sebagai contoh, Gambar 2.13a menunjukan diagram

vector dengan factor daya beban mendahului, tanpa dilengkapi kapasitor

pada salurannya. Gambar 2.13b mentmjukan resultan diagram vector

tegangan dengan factor daya yang sama (mendahului) tetapi dalam hal

ini pada salurannya dipasang kapasitor seri. Seperti terlihat pada gambar

tegangan sisi terima berkurang besarnya karena adanya kapasitor seri.

Bilamana Cos θ = 1,0 ; sin θ= 0. sehingga I.(XL - XC) Sin θ = 0,

IR VR

IZ

VS

I

I(XC-XL)

VR

IZ

VS

IR

(a) (b)

I

Page 48: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

35

Dengan demikian rugi tegangan menjadi ΔV = I.R.

Jadi dalam kenyataannya, kapasitor Seri jarang digtmakan.

Gambar 2.17 Diagram vector tegangan dengan factor daya

Mendahului :

a. tanpa kapasitor Seri

b. Dengan kapasitor Seri

Karena alasan yang telah disebutkan dimuka dan yang lain

(resonansi pada besi trafo, resonansi sinkron selama motor dijalankan,

penempatarmya selama motor bekerja normal dan kesulitan dalam

melindungi kapasitor dari arus gangguan sistem), kapasitor seri tidak

banyak dipakai pada sistem distribusi. Tetapi kapasitor digunkan pada

sistem sub transmisi untuk mengubah bagian beban antara saluran

parallel. Sebagai contoh, sering suatu saluran substransmisi dengan

kapasitor besar diparalel dengan saluran yang ada. lni sangat sulit, jika

tidak, tidak mungkin untuk membebani saluran subtransmisi tanpa

kelebihan beban pada saluran yang sudah tua. Disini kapasitor seri dapat

dipergunakan untuk mengatur reaktansi saluran dengan kapsitor yang

lebih besar. Dipergunakan juga pada sistem subtransmisi untuk

menurunkan pengaturan tegangan.

I.R

VR

IZ

VS

(a)

I

I.R

VR

IZ VS'

(b)

I I.XC I.XL

Page 49: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

36

2.10. Pengaruh Hubungan Shunt kapasitor

Kapasitor shunt yaitu kapasitor yang dihubungkan parallel dengan

saluran, dipakai untuk mengintensifkan sistem distribusi. Kapasitor shunt

mencatu daya reaktif atau untuk melawan komponen arus beban induktif.

Kenyataannya kapasior shunt dipergunakan untuk mengubah sifat beban

induktif dengan menggambarkan suatu arus mendahului untuk melawan

komponen arus mengikuti atau komponen arus beban induktif pada titik

instalasi. Dimana suatu kapasitor shunt mempunyai efek yang sama terhadap

penguatan lebih kapasitor sinkron, generator atau motor.

Rugi tegangan pada penyulang atau transmisi jarak pendek, dengan

factor daya pengikut dapat digunakan pendekatan sebagai berikut :

ΔV = IR.R + IX.XL volt

dimana : R = tahanan total dari penyulang (ohm)

XL = reaktansi induktif total dari penyulang (ohm)

IR = komponen nyata dari arus mengikut (Ampere)

IX = komponen reaktif dari arus pengikut (ampere)

Jika kapasitor dipasang pada sisi terima saluran, besar rugi tegangan

dapat dihitung dengan pendekatan sebagai berikut :

ΔV = IR.R + IX.XL - IC.XL volt

dimana IC = komponen raktif dari arus mendahului (ampere).

Perbedaan rugi tegangan yang dihitung antara kedua rumus diatas dari

pemasangan kapasitor tersebut dinyatakan sebagai herikut :

VR = IC.XL vol

Page 50: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

37

BAB III

RUGI TEGANGAN PADA SISTEM DISTRIBUSI

3.1. Saluran Jarak Pendek

Untuk saluran udara yang kapasitansinya dapat diabaikan disebut

“Saluran Pendek”. Secara umum hal ini diterapkan pada sistem yang

tegangannya sampai 66 kV dan panjangnya mencapai 50 miles (8O,5 km).

Oleh, sebab itu rangkaian ekivalennya terdiri dari tahanan dan reaktansi yang

tersambung Seri seperti yang terlihat pada Gambar 3.1

Gambar 3.1. Saluran Distribusi jarak-pendek

a). Rangkaian ekivalennya

b). Pasor diagramnya

I R XL

(a)

Beban Vk Vt

IR

I

0 Q1

Ircos Qt

Vt

dV

V

V

Vk

a b c

d

e

IXLsinQt

(b)

Page 51: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

38

Jatuh tegangan pada sistem distribusi mencakup jatuh-tegangan pada

a. Penyulang Tegangan Menengah (T.M)

b. Tranformator Distribusi

c. Penyulang Jauingan Tegangan Rendah (J .T.R)

d. Instalasi rumah.

Sesui dengan defmisi, jatuh-tegangan adalah :

∆V = |Vk − |Vt||……………………………………..(3.1)

dimana :

Vk = nilai mutlak tegangan ujung-kirim

Vt = nilai mutlak tegangan ujung-terima

Jadi AV merupakan perbedaan secara ilmu hitung antara tegangan-

pengirimdantegangan-penerima.

Sebagai dasar dalam menghiumg AIC di misalkan suatu sirkuit fasa-

tunggal dua kawat, dimana tahanan dan reaktansinya masing-masing

dinyatakandengan R dan XL dan pada uj ung saluran terdapat suatu beban

lihat Gambar 3.1a.

3.1.1 Tegangan Ujung Pengirim

Diagram pasor dari Gambar 3.1 untuk faktor daya yang tertinggal,

digambarkan kembali dengan arus I dibuat mendatar, seperti yang

terlihat padaGambar 3.2.

Tegangan ujung penerima Vt, dibuat konstan dan rnerupakan

pasor acuan,

Page 52: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

39

dimana OA = V, untuk arus beban I yang tertinggal terhadap V

sebesar sudut 𝜑𝑡

Jatuh tsgangan pada tahanan-saluran = I x R dan dinyatakan pada

Gambar 3.2. Sebagai AB yang sefasa dengan arus I, dan arenanya

sejajar dengan OD.

Jatuh tegangan pada reaktansi saluran = I x XL, jatuh tegangan

reaktif inidinyatakan oleh BC pada Gambar 3.2. Jatuh tegangan induktif

ini mendahului 90°terhadap arus, oleh sebab itu BC tegak-lurus

terhadap OD. Jatuh tegangan impedansi IZ adalah penjumlahan pasor

jatuh-tegangan tahanan dan jatuh-tegangan induktif, pada Gambar 3.2

dinyatakan oleh AC.

Gambar 3.2 Diagram pasor dari gambar 3.1 untuk faktor daya tertinggal

Tegangan-ujung pengirim Vk diatur sdemikian rupa agar

tegangan-ujung penenerima Vt dijaga konstan. Tegangan-ujung-

pengirim Vk. Dinyatakan oleh OD.Arus I = OD tertinggal sebesar sudut

𝜑k terhadap Vk. Oleh sebab itu 𝜑𝑡, merupakanfactor-daya beban diukur

pada tegangan-ujung-pengirim. Dalam Gambaf 3.2, 𝛿 adalah beda fasa

IZ

A

0

k

I.XL

t

Vt

Vk

C

B

F G D

I

Page 53: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

40

antara kedua ujung saluran.Besaran dari Vk, dapat dicari segi-tiga OGC,

sebagai berikut :

(OC)2 = (OG)2 + (GC)2 = (OF + FG)2 + (GB + BC)2

𝑉𝑘2 = (Vt cos𝜑𝑡 + IR)2 +(Vt sin𝜑𝑡 + IXL)2

Jadi tegangan ujung-pengixim adalah :

Vk =[(Vt cos φt + IR)2 + (Vt sin φt + IXL)2]1

2⁄ …………..(3.2)

Dapat juga ditulis bentuk lain, yaitu :

Vk =Vt [( cos φt + IR

Vt)

2

+ (sin φt +IXL

Vt)

2

]

12⁄

……………..(3.3)

Faktor-daya dari bebean diukir pada tegangan-ujung pengirim adalah :

cos φk = OG

OC=

OF+FG

OC=

VTCOS φt +IR

VK…………………...…..(3.4)

Alternatif lain untuk menentukan Vk

Perhatikan gbar 3.1b. yang merupakan pasor diagram dari

gambar 3.1a, sekarang dicari persamaan yang berkaitan dengan Vk, Vt

dan δV, persamaan itu adalah :

Vk2 = (Vt + dV)2 + δV2

𝑉𝑘2 = (𝑉𝑡 + 𝐼. 𝑅𝑐𝑜𝑠𝜑𝑡 + 𝐼. 𝑋𝐿𝑠𝑖𝑛𝜑𝑡)2 + (𝐼. 𝑋𝐿𝑐𝑜𝑠𝜑𝑡 + 𝐼. 𝑅. 𝑠𝑖𝑛𝜑𝑡)2

Bila beban fasa tunggal, daya-aktif beban (P) dan daya reaktif beban

(Q) diketahui, besar arusnya I = 𝑃

𝑉𝑡 𝑐𝑜𝑠 𝜑𝑡 atau I =

𝑄

𝑉𝑡 𝑠𝑖𝑛 𝜑𝑡 , maka

Vkdapat dinyatakan dalam bentuk :

Vk2 = (𝑉𝑘 +

𝑅.𝑃

𝑉𝑡+

𝑋𝐿 .𝑄

𝑉𝑡)

2

+ (𝑋𝐿 .𝑃

𝑉−

𝑅.𝑄

𝑉𝑡)

2

……………………(3.6)

Dimana : 𝑑𝑉 = 𝑅.𝑃

𝑉𝑡+

𝑋𝐿𝑄

𝑉𝑡……………………………………...(3.7)

Page 54: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

41

Dan 𝛿𝑉 = 𝑋𝐿.𝑃

𝑉𝑡−

𝑅.𝑄

𝑉𝑡 ……………………………………...(5.8)

tan 𝛿 =𝑐𝑑

𝑜𝑑=

𝛿𝑉

𝑉𝑡+𝑑𝑉=

𝐼𝑋𝐿𝑐𝑜𝑠𝜑𝑡−𝐼𝑅𝑠𝑖𝑛𝜑𝑡

𝑉𝑡+𝐼𝑅𝑐𝑜𝑠𝜑𝑡+𝐼𝑋𝐿𝑠𝑖𝑛𝜑𝑡………….……...(5.9)

Dari sini dapat diketahui 𝜑𝑘 = 𝜑𝑡 + 𝛿, jadi faktor-daya beban

diukur pada tegangan ujung pengirm adalah :

(𝜑𝑘 + 𝛿) …………………………………(5.10)

Menggunakan bilangan komplek

Dalam menentukan tegangan kirim, dapat juga ditentukan dengan

mengunakan bilangan komplek.

Perhatikan gambar 3.1b, Vt diambil sebagai pasor acuan, maka :

V̅t = Vt+ j0

Untuk faktor – daya yang tertinggi cos 𝜑𝑡 – jIsin 𝜑𝑡

I̅ = I cos φt − jIsin φt

Impedansi saluran Z = R + jXL

Tegangan-ujung-pengirim adalah :

Vk = V̅t + IZ̅

= (Vt + j0) + (Icosφt − jIsinφt)(R + jXL)

V̅k = (Vt + IR cos φt) + 𝑗(IXL𝑐𝑜𝑠 φt − IR sin φt) + (IXL𝑐𝑜𝑠 φt)

Vk = [(Vt + IR cos φt + IXL𝑐𝑜𝑠 φt)2 + j(IXL𝑐𝑜𝑠 φt − IR sin φt)2]1

2⁄

Dan

Tan 𝛿 = IXL𝑐𝑜𝑠 φt− IR sin φt

Vt+ IR cos φt+IXL𝑐𝑜𝑠 φt

Perlu diketahui daya ujung pengirim adalah :cos φk = (φt + δ)

Page 55: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

42

3.1.2. Perhitungan Rugi Tegangan

a. Secara Eksak

Dari persamaan (3.3) maupun (3.6), dapat diketahui

besarnya teganganujung-pengirim Vk secara eksak kemudian

jatuh-tegangan∆Vdihitung berdasarkan persamaan (3.1)

b. Secara pendekatan

Perhatikan Gambar 3.1d yang merupakan pasor diagram

dari Gambar 3.1a, dengan titi O sebagai titik pusat dari

lingkaran engn jari jari Od = Vk dibuat lingkaran, seingga

memotong perpanjangan Vt pada titik e, jadi :

Vk = Oe = Oa + ac + ce,

Oleh karena ce << Vk;ce dapat diabaikan, sehingga Vk ≈Oa +

ac

Selanjutnya, Oa = Vt ; ac = ab + bc dimana ab = IR cos 𝜑𝑡 dan

bc = IXLsin 𝜑𝑡.Seghingga:

Ac = dV = IR cos 𝜑𝑡 + IXLsin φt.

Selanjutnya Vk dapat ditulis dalam bentuk :

Vk ≈Vt + dV

≈ Vt + IR cos 𝜑𝑡 + IXLsin φt

Atau

Vk – Vt≈ IR cos 𝜑𝑡 + IXLsin φt

Sesuai dengan definisi ∆V = |Vk| − |Vt|, maka didapat :

∆V ≈ IR cos 𝜑𝑡 + IXLsin φt ……………….(3.11)

Page 56: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

43

Jatuh tegangan secara pendekatan dapat juga dinyatakan dalam

daya-aktif beban (P) dan daya-reaktif beban (Q) tertentu, dari

gambar 3.1 didapat :

𝑉𝑘2 = (𝑉𝑡 + 𝑑𝑉)2 + 𝛿𝑉2

Jika 𝛿𝑉 ≪ 𝑉𝑡 + 𝑑𝑉; maka 𝛿𝑉 dapat diabaikan, sehingga

persamaan diatas menjadi

𝑉𝑘2 ≅ (𝑉𝑡 + 𝑑𝑉)2

Vk2 ≅ (Vt +

RP + XLQ

Vt)

2

Atau

Vk − Vt ≅ RP + XLQ

Vt

Sesuai dengan definisi ∆V = |Vk| − |Vt|, maka diapat

∆V ≅ RP+XLQ

Vt ………………………(3.12)

Dengan demikian secara ilmu hitung perbedaan tegangan-kirim

dan tegangan terima (∆𝑉) secara pendekatan dapat dinyatakan

oleh :

RP + XLQ

Vt

3.2. Rugi Tagangan dalam prosen

Jatuh dalam prosen, menurut definisi adalah :

(∆V

Vf) % =

|𝑉𝑘|− |𝑉𝑡|

𝑉𝑡 100% …………….(3.13)

Vt biasanya diambil tegangan sistem yang berangkutan, dalam hal

ini Vf merupakan dalam hal ini Vf merupakan tegangan fasa

sistem, jadi persamaan (3.13) biasa dalam bentuk :

Page 57: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

44

(∆V

Vf) % =

∆V

Vf 100% ………………….(3.14)

Menurut persamaan (3.11) ∆V = |Vk| − |Vt| ≅ IR cosφt +

IXLsinφt sehingga persamaan (3.14) dapat ditulis sebagai :

(∆V

Vf) % = (∆V)% ≅

IR cos φt+ IXL sin φt)

Vf100%, ……….(3.15)

Dimana, Vr adala tegangan-fasa nimonal atau tegangan pengenal

dari sistem yang bersangkutan.

Persamaan (3.15), dapat juga dibuat dalam bentuk lain, yang

mengandung daya aktif P dan daya reaktif Q dari beban yang

besangkutan. Dengan memperhatikan persamaan (3.12), dimana

∆V ≈RP + XLQ

Vf,maka jatuh-tegangan dalam prosen menjadi :

(∆V

Vf) % = (∆V)% ≅

RP + XLQ

Vf2 x 100% ……….(3.16)

Dimana :

P = daya aktif, dalam MW

Q = daya reaktif, dalam MVAR

Vf = Vt teganan fasa, dalam kV

Persamaan (3.15) atau (3.16) merupakan rumus-dasar dalam

menghitung jatuh-tegangan secara pendekatan.

3.2.1. Rugi Tegangan pada sistem Fasa-Tunggal, dua kawat

Untuk sistem fasa tunggal, dua kawat perhatikan Gambar

3.3 bila bebannya sama dengan S, maka didapat hubungan S =

Vf.I, dan I = S

Vf, bila nilai arus ini disubstitusikan kedalam

persamaan (3.14), maka didapat

(∆V)% ≅ S (R cos φ+ XL sin φ)

Vf2 100%……………(3.17)

Page 58: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

45

Atau,

(∆V)% ≅ S x 2L (R cos φ +XL sin φ

Vf2 x 100%..………(3.18)

dimana :

S = beban MVA

R = 2.L.r dalam ohm

𝑋𝐿 = reaktansi perfasa, dalam ohm/km

Gambar 3.3. Sirkit fasa-tunggal dengan beban S

3.2.2. Rugi tegangan Pada Sistem Fasa-tunggal, tiga kawat.

Pada Gambar 3.4 adalah saluran suatu system Fasa-satu

dengan tiga kawat.

Gambar 3.4 Sistem Fasa-tunggal tiga kawat

I L

XL

S

R

V

V

2V

L

Page 59: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

46

Dengan anggapan bahwa setiap sirkuit fasanya memikul

beban yang sama besarnya, yaitu S/2. Menurut persamaan

(3.10). Rugi tegangan dari setiap sirkuit fasanya adalah :

∆𝑉 ≅ I (R cos φ + XL sin φ)

Atau

∆𝑉 ≅ I. 2L (r cos φ + x sin φ)………………(3.19)

Besarnya raus I =

1

2𝑆

𝑉 atau I =

S

2V=

S

Vf , sehingga :

(∆𝑉

𝑉𝑓) % =

2𝑆 𝑥 𝐿 (𝑟 𝑐𝑜𝑠 𝜑 + 𝑥 𝑠𝑖𝑛 𝜑)

2𝑉

Atau jatuh tegangan pada prosen adalah :

(∆V

Vf) % =

2S x L (r cos φ+x sin φ)

2V x Vf100% ……….(3.20)

3.3 Perhitungan Rugi Tegangan Pada Saluran tegangan Rendah

Untuk menyederhanakan perhitungan, diasumsikan beban-

bebannya merupakan beban fasa-tiga yang seimbang dan factor dayanya

cos 𝜑 = 0,9.

Jatuh tegangan secara pendekatan dapat dihitung berdasarkan

hubungan :

(∆V) = I (R cos φ + X sin φ) Volt

Dimana I dalam ampere, R dan X dalam ohm.

Untuk sitem fasa tiga, besar arus fasanya adalah :

I =103 x S

√3 x V=

103 x P

√3 x V cos φampere

Dimana S dalam kVA dan P dalam kW, maka : (∆𝑉)

∆𝑉 = 103x 𝑆

√3x 𝑉 cos 𝜑(R cos φ + X sin φ)volt

Page 60: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

47

Dimana P dalam kW, V dalam volt, R dan X dalam ohm jatuh tegangan

dalam prosen adalah :

(∆𝑉

𝑉𝑓) % =

103 𝑥 𝑃

√3 𝑥 𝑉 𝑥 𝑉𝑓 𝑥 𝑐𝑜𝑠 𝜑(𝑅 𝑐𝑜𝑠 𝜑 + 𝑋 𝑠𝑖𝑛 𝜑) 𝑥 100%

atau

(∆𝑉)% = 103x 100 xP xL

V2cos 𝜑(r cos φ + x sin φ) x 100%

Dimana R = L.r ohm; X = L.x ohm dan L dalam meter, r = ohm per meter

dan x = ohm per meter.

Sebagaimana diketahui tahanan/resistensi r = 1

𝑝𝑥𝑎 ohm/meter, maka

jatuh tegangan dalam prosen dapat ditulis :

(∆𝑉)% = 103x 100 xP xL x r

V2cos 𝜑(r cos φ +

x

rsin φ) x 100%

(∆𝑉)% = 103x 100 xP xL x r

pxaxV2(1 +

x

rtan φ) x 100%

dimana L adalah jarak antara beban sampai sumber.

Atau

(∆𝑉)% = (𝑃 x 𝐿)9•x 10−4

Dimana : 9 = 105

pxaxV2 (1 +x

rtan φ) = 9•x 10−4

Page 61: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

48

P = dalam kW

V = dalam Volt

L = dalam meter

a = penampang penghantar dalam mmz

g = daya hantar jenis dalam mho-meter per mm

r = tahanan dalam ohm perfasa per km

X = reaktansi dalam ohm perfasa per km

Page 62: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

49

BAB IV

ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA JUWONO KEC.

NGRONGGOT KAB. NGANJUK PADA GTT 025

4.1. Single Line JT R Ds JuwonoTrafo no 025

Pada JTR Desa Juwono terdapat dua sisi (sisi kanan dan sisi kid), hasil

pengukuran tegangan ujung pada semester H tahun 2011 didapat susut

teganganpada sisi kirim R-N = 220V, S-N = 222, T-N = 218 Volt tegangan

ujung R-N =210V, S-N = 210, T-N = 210 Volt. Kabel yang digunakan AAAC

50 mm2 dengan nilai reaktansi dan inpedansi sepefti pada table 4.1 dibawah

ini.Tabel 4.1 Daftar nilai reaktansi dan impedansi dari penghantar AAAC; 9'

Single line dapat dilihat pada Tabel 4.1 dibawah ini. Lihat lampiran

Penampang

Kawat AI

(mm2)

16 25 35 50 70 95 120

r(ohm/km) 2,0161 1.2963 0.9217 0.6452 0.4608 0.3396 0.2688

x(ohm/km) 0,4036 0,39895 0,3790 0,3678 0,3572 0,3449 0,3376

z(ohm/km) 2,051 1,3535 0,9965 0,7428 0,5830 0,4840 0,4315

x/r 0,2002 0,3004 0,4112 0,5701 0,7752 1,0156 1,2560

9* 10,1012 6,7567 5,048 3,760 2,8947 2,3134 1,9740

Page 63: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

50

4.2. Susut Tegangan yang terjadi pada JTR Ds.Juwono dalam prosen.

Susut tegangan dalam prosen, didasarkan rumus :

(∆𝑉)% = 𝑃 𝑥 𝐿 𝑥 9∙ 𝑥 10−4%

Nilai 9∙ dapat dilihat pda table 4.1 maka jatuh/susut tegangan dapat dihitung

sebagai berikut :

4.2.1 Susut tegangan pada sisi line A dan C

Hasil perhitungan drop tegangan di JTR desa Juwono Kec.

Ngronggot Kab. Nganjuk pada GTT 025 dengan program Microsoft

excel 2010 adalah :

Tabel 4.2 Hasil Analisa Pergitungan Drop Trafo MD 025 = TC

3x50/1x35 mm2

Titik No Tiang Jarak

Tiang

kWh Terpasang Daya

Beban

(kW)

Total

Daya di

Tiang

(kW)

Susut

Tegangan

(%)

Tegangan di

Tiang

Jml

plngn

Arus

(A)

Daya

(VA) R-N S-N T-N

220 222 218

Trafo MD025(Sumber)

Line C

1 A1D1 47 3 3 1350 0.95 21.74 0.37 219 221 217

2 A1D2 47 9 11 4950 3.47 17.01 0.29 218 220 216

3 A1D3 47 5 6 2700 1.89 13.55 0.23 218 220 216

4 A1D4 47 4 4 1800 1.26 11.66 0.20 217 219 215

5 A1D4A1 47 11 12 5400 3.78 10.40 0.18 216 218 214

6 A1D4A2 47 2 3 1350 0.95 6.62 0.11 215 217 213

7 A1D4A3 47 8 12 5400 3.78 5.67 0.10 214 216 212

8 A1D4A3 47 3 3 1350 0.95 1.89 0.03 213 215 212

9 A1D4A4 47 2 3 1350 0.95 0.95 0.02 213 215 211

10 A1D5 47 2 3 1350 0.95 0.95 0.02 213 215 212

11 A3 47 1 2 900 0.63 3.78 0.07 213 215 211

12 A5D1 47 9 9 4050 2.84 2.84 0.05 212 214 210

13 A6 47 1 1 450 0.32 0.32 0.01 211 213 209

Hasil Ukur tagangan 210 210 210

Page 64: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

51

Titik No Tiang Jarak

Tiang

kWh Terpasang Daya

Beban

(kW)

Total

Daya di

Tiang

(kW)

Susut

Tegangan

(%)

Tegangan di

Tiang

Jml

plngn

Arus

(A)

Daya

(VA) R-N S-N T-N

220 222 218

Trafo MD025 (Sumber)

Line C

1 C1 40 1 2 900 0.63 37.49 0.43 219 221 217

2 C2 59 2 3 1350 0.95 36.86 0.63 218 220 216

3 C2D1 40 5 6 2700 1.89 24.89 0.29 216 218 214

4 C2D2 48 8 8 3600 2.52 23.00 0.32 215 217 213

5 C2D3 43 3 5 2250 1.58 20.48 0.25 214 216 212

6 C2D4 30 7 8 3600 2.52 18.90 0.16 212 214 210

7 C2D5 40 5 6 2700 1.89 16.38 019 211 213 209

8 C2D6 40 4 4 1800 1.26 14.49 017 210 211 208

9 C2D7 40 2 2 900 0.63 13.23 0.15 208 210 206

10 C2D5C1 40 5 5 2250 1.58 12.60 0.15 207 209 205

11 C2D5C2 40 2 2 900 0.63 11.03 0.13 206 208 204

12 C2D5C2D1 40 4 5 2250 1.58 1.58 0.02 204 206 202

13 C2D5C2B1 40 4 6 2700 1.89 3.78 0.04 203 205 201

14 C2D5C2B2 40 4 6 2700 1.89 1.89 0.02 202 204 200

15 C2D5C3 40 3 4 1800 1.26 5.04 0.06 201 202 199

16 C2D5C4 40 8 12 5400 3.78 3.78 0.04 199 201 197

17 C3 48 4 28 12600 8.82 11.03 0.15 198 200 196

18 C5 47 7 7 3150 2.21 2.21 0.03 197 199 195

Hasil Ukur tagangan 210 210 210

Page 65: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

52

Hasil perhitungan penekanan drop tegangan dengan mengganti diameter

penghantar dari 3 x 50 mm2 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2 hasil Analisis Perhitungan Drop Travo MD025 = TC 3 x 70/1 x 50

mm2

Titik No Tiang Jarak

Tiang

kWh Terpasang Daya

Beban

(kW)

Total

Daya di

Tiang

(kW)

Susut

Tegangan

(%)

Tegangan di

Tiang

Jml

plngn

Arus

(A)

Daya

(VA) R-N S-N T-N

220 222 218

Trafo MD025(Sumber)

Line C

1 A1D1 47 3 3 1350 0.95 21.74 0.37 219 221 217

2 A1D2 47 9 11 4950 3.47 17.01 0.29 218 220 216

3 A1D3 47 5 6 2700 1.89 13.55 0.23 218 220 216

4 A1D4 47 4 4 1800 1.26 11.66 0.20 217 219 215

5 A1D4A1 47 11 12 5400 3.78 10.40 0.18 216 218 214

6 A1D4A2 47 2 3 1350 0.95 6.62 0.11 215 217 213

7 A1D4A3 47 8 12 5400 3.78 5.67 0.10 214 216 212

8 A1D4A3 47 3 3 1350 0.95 1.89 0.03 213 215 212

9 A1D4A4 47 2 3 1350 0.95 0.95 0.02 213 215 211

10 A1D5 47 2 3 1350 0.95 0.95 0.02 213 215 212

11 A3 47 1 2 900 0.63 3.78 0.07 213 215 211

12 A5D1 47 9 9 4050 2.84 2.84 0.05 212 214 210

13 A6 47 1 1 450 0.32 0.32 0.01 211 213 209

Hasil Ukur tagangan 210 210 210

Page 66: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

53

Titik No Tiang Jarak

Tiang

kWh Terpasang Daya

Beban

(kW)

Total

Daya di

Tiang

(kW)

Susut

Tegangan

(%)

Tegangan di

Tiang

Jml

plngn

Arus

(A)

Daya

(VA) R-N S-N T-N

220 222 218

Trafo MD025 (Sumber)

Line C

1 A1D1 47 3 3 1350 0.95 21.74 0.37 219 221 217

2 A1D2 47 9 11 4950 3.47 17.01 0.29 218 220 216

3 A1D3 47 5 6 2700 1.89 13.55 0.23 218 220 216

4 A1D4 47 4 4 1800 1.26 11.66 0.20 217 219 215

5 A1D4A1 47 11 12 5400 3.78 10.40 0.18 216 218 214

6 A1D4A2 47 2 3 1350 0.95 6.62 0.11 215 217 213

7 A1D4A3 47 8 12 5400 3.78 5.67 0.10 214 216 212

8 A1D4A3 47 3 3 1350 0.95 1.89 0.03 213 215 212

9 A1D4A4 47 2 3 1350 0.95 0.95 0.02 213 215 211

10 A1D5 47 2 3 1350 0.95 0.95 0.02 213 215 212

11 A3 47 1 2 900 0.63 3.78 0.07 213 215 211

12 A5D1 47 9 9 4050 2.84 2.84 0.05 212 214 210

13 A6 47 1 1 450 0.32 0.32 0.01 211 213 209

Hasil Ukur tagangan 210 210 210

Page 67: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

54

4.2.2 Perbedaan hasil Pengukuran dengain Hasil Perhitungan

Ada perbedaan hasil pengukuran dengan hasil perhitungan. Pada sisi

line A dari penghantar 3 X 50 mm2 R-N = 21 1V, S-N = 213, T-N = 209 Volt.

Tegangan ujung hasil pengukLu'an R-N = 210V, S-N = 210, T-N = 210 Volt.

dan line C dihasilkan perhittmgan R-N = 19lV, S-N = 193, T-N = 189 Volt.

Tegangan ujung hasil pengukuran R-N = 210V, S-N = 210, T-N = 210 Volt.

Dari hasil perhitungan drop tegangan dengan penggantian diameter

penghantar dari 50 mm2 ke diameter 70 mm2 adalah Pada sisi line A

daripenghantar 3 x 50 mm2 R-N = 213V, S-N = 215, T-N = 211 Volt.

Tegangan ujung hasil pengukuran R-N = 210V, S-N = 210, T-N = 210 Volt.

dan line C dihasilkan perhitungan R-N = 197V, S-N = 199, T-N = 195 Volt.

Tegangan ujung hasil pengulcuran R-N = 210V, S-N = 210, T-N = 210 Volt.

Hal ini dimungldnkan karena ada sambungan yang ngevong (kurang rapat)

atau ada penghantar yang mengalirkan arus ke tanah. Dimungkinkan juga ada

pemasangan listrik liar yang sangat merugikan.

Page 68: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

55

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Setelah dilakukan analisa susut tegangan pada JTR desa Juwono Kec.

Ngronggot Kab. Nganjuk pada GTT 025, maka penulis dapat membuat

kesirnpulan sebagai berikut :

1. Susut tegangan yang terjadi pada JTR desa Juwono kec. Ngronggot kab.

Nganjuk pada GTT 025 diakibatkan terlalu panjang kabel yang digunakan

dan terlalu besar beban pada sisi line A dan sisi line C, besar penampang

kabel kurang besar.

2. Drop tegangan dengan penggantian diameter penghantar dari 50 mm2 ke

diameter 70 mm2. Pada sisi line A dari penghantar 3 x 50 mm2 R-N = 213V,

S-N = 215, T-N = 211 Volt. Tegangan ujung hasil pengukuran R-N = 210V,

S-N = 210, T-N = 210 Volt. Pada sisi line C dihasilkan perhitungan R-N =

197V, S-N = 199, T-N = 195 Volt. Tegangan ujung hasil pengukuran R-N

= 210V, S-N = 210, T-N = 210 Volt.

3. Agar tidak terjadi susut tegangan, maka kabel JTR dapat diganti dengan

kabel AAAC ukuran 70 mm2 atau menambah satu tarfo sisipan pada sisi

line’ C.

Page 69: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

56

5.2. Saran-saran

Dari analisa pembahasan susut tegangan pada JTR desa Juwono Kec.

Ngronggot Kab. Nganjuk pada GTT 025, maka penulis dapat memberikan

saran sebagai berikut :

1. Susut tegangan hasil analisa dan kenyataan dilapangan jauh lebih kecil,

maka perlu dilihat semua sambungan pada JTR tersebut, untuk

dikencangkan. Dan perlu diadakan pengecekan penyaluxan.

2. Kabel JTR sisi line C pelu diganti dengan kabel AAAC ukuran 70 mm2,

atau menambah satu trafo sisipan, pilih Salah satu dan perhatikan factor

ekonomis.

3. Agar pelanggan tidak merasa dirugikan, maka susut tegangan pada desa

Juwono kec. Ngronggot kab. Nganjuk pada GTT 025 segera diatasi.

Page 70: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

DAF TAR PUSTAKA

Abdul Kadir, 2000, Dislribusi Dan Urilisasi T enaga Lisrrik, UI-Press.

A. Arismunandar, 1978, Teknik Tegangan Tinggi, Pradnya Paramita, Jakarta.

A. Arismunandar, Teknik Tenaga Listrik Jilid III Gardu Induk, Pradnya

ParamitaJakarta.

Djiteng Marsudi, 1990, Operasi Sistem Tenaga Listrik, Balai Penerbit dan

HumasISTN, Bhumi Srengseng Indah, Jakarta Selatan.

Gallagher, T. J., A. J. Pearmain. 1983. High Voltage. Bath: John Wiley & Sons.

Golde, R. H. 1977. Lightning. London: Academic Press Inc. Vol-2.

Hasan Basri, 2003, Dasar-dasar Sistem Distribusi Tenaga Listrik, Materi kursus

“Pengembangan” Dalam Rangka Penyetaraan PJT Golongan C

BidangElektrikal dan Mekanikal, APEI, Jatim.

Hayt. William. HJR, The Houw Liong, Ph.D. 1990. Elektromagnetika

Teknologi.Jakarta: Penerbit Erlangga. edisi ke 4. jilid 2.

Hutatuuk, TS. 1987. Pengetanahan Netral Sistem Tenaga &

PengetanahanPeralatan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Military, 2003, Handbook. Grounding, Bonding & Shielding for

ElectronicEquipment and Facilities. Dept. of Defense Washington

D.C.2030l. Thirdedition. Vol 1.

Morrison. Ralph. 1986. Grounding and Shielding Techniques in

Instrumentation.U.S. States: John Wiley & Sons - A Wiley-Interscience

Publication. ThirdEdition.

Page 71: TUGAS AKHIR ANALISA RUGI TEGANGAN JTR DESA …

Naidu, M. S., V. Karamaju. 1982. High Voltage Engineering. New Delhi:

TATAMcGraw -Hill publishing Co. Ltd.

Razevig D. V. 1982. High Voltage Engineering. Delhi-6: Khanna Publisher.

Setio Saksomo, Diktat Proteksi Tenaga Listrik Fakultas Teknik

ElektroUniversitasBrawijaya

Sirait K. T., Zoro R. 1986. Perlindungan Terhadap Tegangan Lebih Pada

SistemTenaga Listrik. Bandung: Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi

DanPengukuran Listrik Jurusan Teknik Elektro ITB.

Suhadi, 1986, DistribusiAn1s Bolak-balik, IKIP Negeri Surabaya