Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
TUGAS AKHIR
ANALISIS KINERJA LOAD BALANCING JARINGAN 4G
PADA PC ROUTER MIKROTIK MENGGUNAKAN
METODE PCC
Disusun dalam Memenuhi
Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S1)
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Semarang
MOH. FAKHRUDIN NASIR
C.411.15.0078
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEMARANG
SEMARANG
2020
ii
HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS AKHIR DENGAN JUDUL
ANALISIS KINERJA LOAD BALANCING JARINGAN 4G
PADA PC ROUTER MIKROTIK MENGGUNAKAN
METODE PCC
NAMA : MOH. FAKHRUDIN NASIR
NIM : C.411.15.0078
Disusun dalam Memenuhi
Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S1)
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Semarang
TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI
SEMARANG,....................
Mengetahui
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
Ari Endang Jayati,ST,MT Ir.Erlinasari, M.Eng
NIS. 065570030102094 NIS. 065570030102024
KETUA JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
Titik Nurhayati,ST,M.Eng
NIS. 065570030102025
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tugas Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar
Nama : MOH. FAKHRUDIN NASIR
NIM : C.411.15.0078
Tanda Tangan :…………………….
Tanggal :…………………….
Yang menyatakan,
(………………………….)
iv
ABSTRAK
Nama : Moh. Fakhrudin Nasir
NIM : C.411.15.0078
Judul : Analisis Kinerja Load Balancing Jaringan 4G pada PC Router Mikrotik
Menggunakan Metode PCC
Pemasangan internet rumah sekarang lagi marak dikalangan masyarakat,
tetapi belum semua wilayah di indonesia terjangkau oleh kabel telepon atau layanan
ISP tersebut. 4G LTE adalah jaringan seluler generasi ke4 yang memiliki kecepatan
transfer yang cepat. Dapat mungkin menjadi pengganti ISP berbasis kabel dengan
melakukan load balancing pada jaringan.Load balancing adalah teknik untuk
mendistribusikan beban trafik pada dua atau lebih jalur koneksi, agar trafik dapat
berjalan optimal. Maka dari itu penulis melakukan penelitian terhadap kinerja load
balancing pada jaringan 4G LTE dan kualitas layanan internet yang digunakan.
penelitian dilakukan menggunakan PC router Mikrotik dengan metode PCC (Per
Connection Classifier). Pengujian dilakukan pada 2 buah provider seluler.
Parameter utama yang digunakan yaitu penyebaran koneksi yang ditandai saat
melakukan koneksi dan kualitas jaringan (QoS) pada provider seluler yang
digunakan. Pengukuran Quality of Service meliputi delay, packet loss, jitter,
throughput selama 7 hari dengan 2 waktu pengambilan dan dengan 3 skenario
interface hidup-hidup, mati-hidup, hidup-mati. Dari hasil pengujian penyebaran
koneksi saat melakukan browsing didapatkan data 59 kali dengan penyebaran
koneksi 26 di LTE1 dan 33 di LTE2. Pengujian download didapatkan data 9 kali
dengan penyebaran data 6 di LTE1 dan 3 di LTE2. Berdasarkan hasil tersebut PCC
berhasil membagi koneksi yang telah ditandai oleh kedua interface LTE tetapi
belum seimbang, ini dikarenakan respon time dan kestabilan serta kekuatan
jaringan pada kedua provider tidak sama mengakibatkan kurang seimbangnya
pembagian koneksi yang terjadi. Pada pengukuran QoS didapatkan hasil yang
sangat bagus berdasarkan standard TIPHON. Sehingga dapat digunakan sebagai
alternatif pengganti ISP berbasis kabel.
Kata kunci : 4G, Load balancing, Mikrotik, PCiC
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
Ari Endang Jayati,ST,MT Ir.Erlinasari, M.Eng
NIS. 065570030102094 NIS. 065570030102024
v
ABSTRACT
The installation of home internet is now again rife in the community's defeat,
but not yet all areas in indonesian are affordable by such telephone cables or ISP
services. 4G LTE is a 4th generation cellular network that has a rapid transfer rate.
Can be a cable-based ISP replacement by performing load balancing on a
network.Load balancing is a technique for distributing traffic loads on two or more
connection lines, in order for the traffic to run optimally. And so the author did
research into the performance of load balancing on 4G LTE networks and the
quality of internet services used. research was conducted using a Microtic router
PC by the PCC (Per Connection Classifier) method. Testing is done on 2 pieces of
mobile providers. The main parameter used is the deployment of the connection
marked when performing connections and network quality (QoS) on the mobile
provider used. Quality of Service measurements include delay, packet loss, jitter,
7-day throughput with 2 retrieval times and with 3 live-and-dead, live-dead
interface scenarios. From the result of connection deployment testing when
browsing is obtained data 59 times with connection deployment 26 in LTE1 and 33
in LTE2. Download testing is obtained data 9 times with data deployment 6 in LTE1
and 3 in LTE2. Based on such results the PCC managed to split connections that
had been marked by both LTE interfaces but had not been balanced, this was
because the time response and stability and network strength on both providers
were not the same resulting in a lack of balance of connection sharing occurring.
On QoS measurements are obtained excellent results based on the TIPHON
standard. So that can be used as an alternative to cable-based ISP replacements.
.
Keywords : 4G, Load balancing, Mikrotik, PCC
vi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat, karunia dan hidayah-Nya , penulis diberi kekuatan untuk meyelesaikan
Tugas Akhir . Penulisan Tugas Akhir ini dimaksudkan guna memenuhi salah satu
syarat untuk menyelesaikan Jenjang Pendidikan Sarjana (S-1) Program Studi
Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Semarang
Dengan telah selesainya Laporan Tugas Akhir ini yang tidak terlepas dari
dukungan dan bantuan dari pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar besarnya kepada :
1. Bapak Andy Kridasusila, SE, MM , selaku Rektor Universitas Semarang
2. Bapak Purwanto, ST, MT, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Semarang.
3. Ibu Titik Nurhayati, ST, M.Eng, selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Semarang
4. Ibu Ari Endang Jayati, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan, saran,
dan bimbingan materi serta berbagai kemudahan yang memungkinkan
dalam terselesaikannya penyusunan Tugas Akhir ini .
5. Ibu Ir.Erlinasari, M.Eng selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan, saran, dan
bimbingan materi serta berbagai kemudahan yang memungkinkan dalam
terselesaikannya penyusunan Tugas Akhir ini .
vii
6. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral serta doa
7. Serta sahabat serta teman- teman yang telah banyak membantu saya
menyelesaikan Tugas Akhir ini .
Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak sesempurna sebagaimana yang
diharaokan, untuk itu saran dan kritik sangat diharapkan demi penyempurnaan
Tugas Akhir ini . Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk para
akademisi , praktisi ataupun untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Akhir kata
penulis mohon maaf atas kekurangan dan kesalahan yang ada pada penyusunan
laporan ini . Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
pihak yang berkepentingan
Semarang,
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................. iii
ABSTRAK ........................................................................................................... iv
ABSTRACT ......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................xvii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xix
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan .............................................................................................................. 3
1.4 Batasan Masalah .............................................................................................. 4
1.5 Metodologi Penelitian ...................................................................................... 4
1.6 Sistematika Penulisan ...................................................................................... 5
BAB II DASAR TEORI
2.1 Mikrotik ........................................................................................................... 7
2.1.1 Fitur-fitur Mikrotik ........................................................................................ 8
2.2 PC Router ....................................................................................................... 9
2.3 Load Balancing .............................................................................................. 9
2.4 Per Connection Classifier (PCC) ................................................................... 13
2.4.1 Cara PCC Bekerja ........................................................................................ 14
2.4.1.1 Algoritma Hashing .................................................................................... 15
2.5 Failover ......................................................................................................... 15
2.6 Arsitektur Protokol TCP/IP ............................................................................ 16
2.6.1 TCP .............................................................................................................. 17
2.6.2 IP (Internet Protokol) ................................................................................... 18
ix
2.6.3 Cara Kerja Protokol TCP/IP ........................................................................ 18
2.7 NAT (Network Address Translator) .............................................................. 19
2.7.1 Static NAT .................................................................................................. 20
2.7.2 Dynamic NAT .............................................................................................. 20
2.7.3 Masquerading NAT ..................................................................................... 21
2.8 Firewall .......................................................................................................... 21
2.8.1 Mikrotik sebagai Firewall ........................................................................... 22
2.9 Jaringan 4G LTE (Ling Term Evolution) ....................................................... 24
2.9.1 Arsitektur Jaringan 4G ................................................................................. 27
2.10 Quality of Service (QoS) ............................................................................... 32
2.11 Monitoring Jaringan ...................................................................................... 38
2.11.1 Ping Tester ................................................................................................ 38
2.11.2 IDM (Internet Download Manager) ......................................................... 40
2.12 Winbox .......................................................................................................... 40
2.13 Switch ........................................................................................................... 41
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Analisis Kebutuhan Sistem ............................................................................ 42
3.1.1 Spesifisikasi Sistem ..................................................................................... 42
3.1.2 Spesifikasi Perangkat Lunak........................................................................ 43
3.1.3 Spesifikasi Kebutuhan Perangkat Keras ...................................................... 44
3.2 Langkah-langkah Implementasi Sistem ......................................................... 46
3.3 Perencanaan Instalasi MikrotikOS pada PC router ....................................... 47
3.4 Perencanaan Konfigurasi Load Balancing ..................................................... 47
3.4.1 Konfigurasi Dasar ........................................................................................ 47
3.4.2 Konfigurasi NAT ......................................................................................... 48
3.4.3 Konfigurasi Mangle ..................................................................................... 49
3.4.4 Pengaturan Routing ...................................................................................... 49
3.4.5 Pembuatan Failover ..................................................................................... 51
3.5 Perencanaan Sistem Uji ................................................................................. 52
3.5.1 Perencangan Pengujian Sistem Load Balancing ......................................... 53
3.5.2 Perencangan Pengujian Failover ................................................................. 55
3.5.3 Perancangan Pengujian QOS Jaringan ........................................................ 56
x
3.6 Implementasi Topologi Jaringan .................................................................... 60
3.7 Instalasi OS Mikrotik pada PC Router ........................................................... 61
3.8 Konfigurasi Load Balancing .......................................................................... 66
3.8.1 Konfigurasi Dasar ........................................................................................ 67
3.8.2 Konfigurasi DHCP Client ............................................................................ 69
3.8.3 Konfigurasi NAT (Network Address Translation) ...................................... 70
3.8.4 Konfigurasi Mangle ..................................................................................... 71
3.8.5 Konfigurasi Routing..................................................................................... 74
3.8.6 Konfigurasi Failover ................................................................................... 74
3.9 Uji Coba ......................................................................................................... 75
3.9.1 Pengujian Browsing ..................................................................................... 76
3.9.2 Pengujian Download .................................................................................. 77
3.9.3 Pengujian Failover....................................................................................... 79
3.10 Implementasi Software Ping Tester .............................................................. 88
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengukuran .................................................................................. 94
4.2 Data Delay ..................................................................................................... 95
4.2.1 Data Delay Waktu Pagi ............................................................................... 96
4.2.2 Analisis Data Delay Waktu Pagi ................................................................. 98
4.2.3 Data Delay Waktu Malam ........................................................................... 98
4.2.4 Analisis Data Delay Waktu Malam ...........................................................100
4.3 Data Packet Loss ..........................................................................................100
4.3.1 Data Packet Loss Waktu Pagi ...................................................................101
4.3.2 Analisis Data Packet Loss Waktu Pagi ......................................................102
4.3.3 Data Packet Loss Waktu Malam................................................................103
4.3.4 Analisis Data Packet Loss Waktu Malam .................................................104
4.4 Data Jitter .....................................................................................................105
4.4.1 Data Jitter Waktu Pagi...............................................................................105
4.4.2 Analisis Data Jitter Waktu Pagi ................................................................107
4.4.3 Data Jitter Waktu Malam ..........................................................................107
4.4.4 Analisis Data Jitter Waktu Malam ............................................................109
4.5 Data Throughput ..........................................................................................109
xi
4.5.1 Data Throughput Waktu Pagi ....................................................................110
4.5.2 Analisis Data Throughput Waktu Pagi ......................................................112
4.5.3 Data Throughput Waktu Malam ................................................................112
4.5.4 Analisis Data Throughput Waktu Malam ..................................................114
4.6 Analisis Parameter Quality of Service Terhadap Load Balancing ...............114
4.7 Analisis Kinerja Load Balancing Jaringan 4G Metode PCC .......................117
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................119
5.2 Saran ............................................................................................................ 121
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................122
LAMPIRAN .........................................................................................................124
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Load Balancing Dengan Dua ISP ..................................................... 10
Gambar 2.2 Ilustrasi Firewall ............................................................................... 22
Gambar 2.3 Ilustrasi 4G LTE ................................................................................ 23
Gambar 2.4 Arsitektur 4G LTE ............................................................................ 27
Gambar 2.5 Ilustrasi Arsitektur E-UTRAN .......................................................... 28
Gambar 2.6 Ilustrasi Arsitektur EPC .................................................................... 30
Gambar 2.7 Softaware Ping Tester ....................................................................... 38
Gambar 2.8 Tampilan WinBox ............................................................................. 41
Gambar 2.9 Switch TP-LINK ............................................................................... 41
Gambar 3.1 Rancangan Sistem Load Balancing Dua Koneksi Internet ............... 45
Gambar 3.2 Diagram Alir Proses Pengimplementasian Sistem ........................... 46
Gambar 3.3 Tahap Pengaturan Mangle ................................................................. 49
Gambar 3.4 Diagram Alir Algoritma Load Balancing Metode PCC.................... 50
Gambar 3.5 Diagram Alir Algoritma Failover ..................................................... 52
Gambar 3.6 Konfigurasi IP Address ..................................................................... 61
Gambar 3.7 Pembuatan Virtual Machine di Oracle VM VirtualBox.................... 62
Gambar 3.8 Membuat RAM Virtual Machine ...................................................... 62
Gambar 3.9 Membuat Virtual Hard Disk ............................................................. 63
Gambar 3.10 Pengaturan Storage Virtual Machine .............................................. 63
Gambar 3.11 Start Page Virtual Machine............................................................. 64
Gambar 3.12 Pemilihan Tempat File Penginstalan Virtual Machine ................... 64
Gambar 3.13 Pemilihan Fitur-fitur Mikrotik ........................................................ 65
Gambar 3.14 Proses Installasi Mikrotik ................................................................ 65
Gambar 3.15 Welcome Screen Mikrotik ............................................................... 66
Gambar 3.16 Pengecekan USB Modem ............................................................... 67
Gambar 3.17 IP Address Pada Masing-Masing Interface ..................................... 68
Gambar 3.18 Keterangan Interface “lte1 dan “lte2” ............................................. 69
Gambar 3.19 Konfigurasi DHCP Client “lte1 dan “lte2” ..................................... 70
Gambar 3.20 Koneksi yang Terjadi Ketika PC1 Melakukan Browsing ............... 76
Gambar 3.21 Koneksi yang Terjadi pada Saat Melakukan Download ................. 78
Gambar 3.22 Pengujian Download ....................................................................... 78
xiii
Gambar 3.23 Ping ke www.usm.ac.id .................................................................. 80
Gambar 3.24 “lte1” sebagai Gateway Ping .......................................................... 80
Gambar 3.25 Pemutusan Jalur Koneksi pada Interface lte2 ................................. 81
Gambar 3.26 Ping Setelah Pemutusan Jalur Koneksi pada lte2 ........................... 81
Gambar 3.27 Kondisi Sebelum Pemutusan Jalur Koneksi pada “lte” .................. 81
Gambar 3.28 Pemutusan Jalur Koneksi pada lte1 ................................................ 82
Gambar 3.29 Ping Setelah Pemutusan Jalur Koneksi pada lte1............................ 82
Gambar 3.30 Proses Download Sebelum Pemutusan Koneksi ............................. 83
Gambar 3.31 Proses Download Setelah Pemutusan Jalur Koneksi lte1 ............... 83
Gambar 3.32 Proses Download Setelah Pemutusan Jalur Koneksi lte2 ............... 84
Gambar 3.33 Kondisi Video Live Stream Pemutusan Jalur Koneksi .................... 85
Gambar 3.34 Kondisi Video Live Setelah Pemutusan Jalur Koneksi lte1 ............ 85
Gambar 3.35 Kondisi Video Live Setelah Pemutusan Jalur Koneksi lte2 ............ 86
Gambar 3.36 Tampilan Setup Instalasi Ping Tester .............................................. 88
Gambar 3.37 Tampilan License Agreement .......................................................... 89
Gambar 3.38 Tampilan Folder Instalation ........................................................... 89
Gambar 3.39 Tampilan Ready to Install ............................................................... 90
Gambar 3.40 Tampilan Instalasi Selesai ............................................................... 90
Gambar 3.41 Tampilan Pembuka Ping Tester ...................................................... 91
Gambar 3.42 Tampilan Target Hosts .................................................................... 91
Gambar 3.43 Tampilan Konfigurasi Host Name................................................... 92
Gambar 3.44 Konfigurasi Parameter Ping Tester ................................................. 92
Gambar 3.35 Tampilan Pengujian Ping Tester ..................................................... 93
Gambar 4.1 Sampel Data Ping Tester ................................................................... 95
Gambar 4.2 Grafik Hasil Perhitungan Delay Waktu Pagi 3 Skenario .................. 97
Gambar 4.3 Grafik Hasil Perhitungan Delay Waktu Malam 3 Skenario .............. 99
Gambar 4.4 Grafik Hasil Perhitungan Packet Loss Waktu Pagi 3 Skenario ......101
Gambar 4.5 Grafik Hasil Perhitungan Packet Loss Waktu Malam 3 Skenario ..103
Gambar 4.6 Grafik Hasil Perhitungan Jitter Waktu Pagi 3 Skenario .................106
Gambar 4.7 Grafik Hasil Perhitungan Jitter Waktu Malam 3 Skenario .............108
Gambar 4.8 Grafik Hasil Perhitungan Throughput Waktu Pagi 2 Skenario .......111
Gambar 4.9 Grafik Hasil Perhitungan Throughput Waktu Malam 2 Skenario...113
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Standar Delay TIPHON ........................................................................ 33
Tabel 2.2 Standar Packet Loss TIPHON............................................................... 34
Tabel 2.3 Standar Jitter TIPHON ......................................................................... 36
Tabel 2.4 Standar ThroughputI TIPHON ............................................................. 37
Tabel 3.1 Spesifikasi Software .............................................................................. 43
Tabel 3.2 Spesifikasi Hardware ............................................................................ 44
Tabel 3.3 Konfigurasi Modem dan Provider ........................................................ 45
Tabel 3.4 Konfigurasi IP address .......................................................................... 46
Tabel 3.5 Perencanaan Konfigurasi NAT ............................................................. 48
Tabel 3.6 Perencanaan Routing Tabel ................................................................... 50
Tabel 3.7 Perilaku Sistem saat Pemutusan Koneksi ............................................. 51
Tabel 3.8 Situs yang Dipilih Melakukan Uji Coba ............................................... 54
Tabel 3.9 Perencangan Pengujian Failover .......................................................... 56
Tabel 3.10 Perencanaan Pengujian Delay ............................................................. 57
Tabel 3.11 Perencanaan Pengujian Packet Loss ................................................... 58
Tabel 3.12 Perencanaan Pengujian Jitter .............................................................. 59
Tabel 3.13 Perencanaan Perencanaan Pengujian Throughput .............................. 60
Tabel 3.14 Perilaku Sistem Saat Pemutusan Salah Satu Jalur Koneksi ................ 87
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Rata-rata Delay (ms) Waktu Pagi............................ 96
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Rata-rata Delay (ms) Waktu Malam ....................... 98
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Rata-rata Packet Loss (%) waktu Pagi ..................101
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Rata-rata Packet Loss (%) Waktu Malam .............103
xv
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Rata-rata Jitter (ms) Waktu Pagi ...........................105
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Rata-rata Jitter (ms) waktu Malam .......................107
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Rata-rata Throughput (kbps) Waktu Pagi .............110
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Rata-rata Throughput (kbps) Waktu Malam .........112
Tabel 4.9 Nilai Keseluruhan Data Dengan Kategori TIPHON ...........................115
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Capture Pengujian Browsing ................................................................................ 1
Tabel Penyebaran Koneksi Browsing ................................................................... 2
Capture Pengujian Download ............................................................................... 3
Tabel Penyebaran Koneksi Download .................................................................. 4
Data Delay ............................................................................................................. 5
Data Packet Loss ................................................................................................... 6
Data Jitter .............................................................................................................. 7
Data Throughput ................................................................................................... 8
Gambar Dokumentasi............................................................................................ 9
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sekarang ini perkembangan teknologi sangat cepat dan maju, salah
satunya perkembangan di bidang internet dan jaringan. Maraknya iklan
pemasangan internet rumah seperti wifi rumah, wifi-cafe adalah salah bukti dari
perkembangan internet dan jaringan saat ini. Dengan banyaknya penyedia ISP
(Internet Service Provider) di indonesia, penyedia berlomba lomba memberikan
kualitas layanan internet yang baik, contoh beberapa penyedia layanan ISP yaitu
Telkom Indihome, MyRepublic, MNC Play Media, Biznet, dan lain sebagainya.
Tetapi yang menjadi masalah belum terjangkaunya semua wilayah di indonesia
oleh kabel telepon atau layanan ISP tersebut, sehingga masyarakat yang ingin
memasang internet rumah harus menyerah untuk memasang jaringan internet di
wilayahnya
Terkait dengan masalah tersebut, ada pilihan lain yang dapat dilakukan,
yaitu dengan menggunakan jaringan 4G LTE (Long Term Evolution) sebagai
sumber koneksi internet. Jaringan 4G LTE yang ditawarkan provider-provider di
indonesia memiliki kecepatan hingga 14,4Mbps. Dalam perkembangannya
jaringa 4G LTE juga semakin meluas hingga pelosok-pelosok desa. Permasalahan
yang muncul adalah koneksi yang kurang stabil akibat banyaknya pengguna.
Hal ini bisa diatasi dengan menggunakan lebih dari satu koneksi yaitu
menggunakan teknik Load Balancing pada dua atau lebih jalur koneksi. Load
balancing adalah teknik untuk mendistribusikan beban trafik pada dua atau lebih
2
jalur koneksi, agar trafik dapat berjalan optimal, memaksimalkan throughput,
memperkecil waktu delay dan menghindari overload pada salah satu jalur
koneksi. Kemampuan load balancing juga dimiliki oleh router Mikrotik yang
berbasis perangkat lunak, Mikrotik memiliki beberapa metode untuk melakukan
load balancing salah satunya metode PCC (Per Connection Classifier). Metode
PCC bekerja dengan cara mengelompokkan trafik koneksi yang melalui atau
keluar masuk router menjadi beberapa kelompok.
Tetapi penggunaan jaringan 4G LTE pada load balancing jarang
dilakukan, sehingga belum bisa di pastikan apakah load balancing akan berjalan
dengan seimbang dan kualitas layanan internet (Quality of service) pada jaringan
yang digunakan dapat bersaing dengan ISP yang menggunakan media kabel
telepon seperti Indihome dan lainnya. Maka dari itu penulis akan melakukan
analisis terhadap kinerja load balancing pada jaringan 4G LTE menggunakan
metode PCC (Per Connection Classifier) serta menganalisis apakah jaringan 4G
LTE dapat dijadikan sumber alternatif koneksi internet yang digunakan pada
internet rumah.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian Latar belakang, maka didapatkan permasalahan yang perlu
dihadapi antara lain.
1. Bagaimana mengimplementasikan load balancing pada jaringan 4G LTE
dengan menggunakan metode PCC (Per Connection Classifier)?
2. Bagaimana kinerja load balancing pada jaringan 4G LTE yang diukur dengan
penyebaran beban koneksi pada masing masing Provider?
3
3. Bagaimana QoS (Quality of Service) pada jaringan yang digunakan pada
sistem load balancing?
1.3. Tujuan dan Manfaat
Penyusunan dan penulisan Tugas Akhir ini memiliki tujuan dan manfaat antara
lain :
a. Tujuan
1. Mengetahui cara mengimplementasikan load balancing pada jaringan 4G LTE
pada PC Router Mikrotik
2. Mengetahui kinerja sistem load balancing yang dilakukan pada jaringan 4G
LTE
3. Mengetahui apakah load balancing pada jaringan 4G LTE dapat digunakan
sebagai alternatif sumber koneksi yang dapat dipercaya untuk kebutuhan
internet rumah yang diukur dengan kualitas layanan internet (QOS)
b. Manfaat
1. Dapat mengetahui cara pengimplementasian load balancing pada jaringan 4G
LTE pada PC Router Mikrotik
2. Memberikan informasi bahwa load balancing pada jaringan 4G LTE dapat
digunakan sebagai alternatif sumber koneksi yang dapat dipercaya untuk
kebutuhan internet rumah
4
1.4. Batasan Masalah
Agar ruang lingkup permasalahan lebih jelas serta mempermudah dalam
penelitian, maka permasalahan di tekankan pada :
1. Penelitian dilakukan hanya pada satu tempat saja dengan 2 waktu yang
berbeda (jam 09.00-11.00 dan 21.00-23.00 WIB) selama 1 minggu (7 hari)
(tanggal 17 Januari – 23 janiari 2020), dengan kondisi mendapatkan sinyal
jaringan 4G LTE pada masing masing provider
2. Pengimplementasian load balancing hanya dengan metode PCC (Per
Connection Classifier
3. Sumber koneksi pada load balancing menggunakan 2 (dua) buah provider
Telkomsel dan XL
1.5. Metode Penelitian
Penyusunan tugas akhir ini ada beberapa metodologi yang dicantumkan,
guna mendapatkan hasil yang maksimal, adapun metodologi – metodologi yang
digunakan sebagai pendekatan sistem pelaksanaan dalam penyusunan proposal
tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
a. Studi Literatur
Metode ini mengambil dan menggunakan buku sebagai sumber referensi
dan membuat teori - teori yang sangat menunjang materi tugas akhir ini.
Sehingga dapat membuat proposal tugas akhir sesuai dengan yang
diharapkan.
5
b. Metode Observasi
Metode yang digunakan adalah dengan pengambilan data secara langsung
guna mendapatkan data yang akurat dan sesuai dengan keadaan sebenarnya.
c. Metode Pengukuran
Agar mendapatkan hasil yang akurat dan sesuai dengan keadaan
sebenarnya. Pengukuran dilakukan pada pukul 09.00-12.00 WIB dan
20.00-23.00 WIB pada hari yang sama selama 1 minggu mulai tanggal 17
januari-23 januari 2020
1.6 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan tugas akhir ini terbagi dalam beberapa bab yang sistematik
dan memberikan uraian secara rinci agar lebih mudah untuk dipahami.
Adapun sistematika penulisan berikut ini:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada Bab ini terdiri dari Latar belakang, Perumusan Masalah, Tujuan
Penulisan, Batasan Masalah, Metodologi Penelitian Tugas akhir.
BAB II : DASAR TEORI
Bab ini berisi tentang teori Load balancing dan jaringan 4G yang terdapat
dalam literatur tertentu yang relevan. Menguraikan hasil penelitian sebelumnya
dan penjabaran dari tinjauan pustaka yang melandasi dasar dari Mikrotik dan
jaringan 4G LTE
6
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini akan membahas mengenai pemaparan perancangan sistem yang
digunakan dalam penelitian. yaitu langkah-langkah yang akan dilakukan untuk
mengimplementasi dan menganalisis sistem yang akan dibuat
BAB IV : ANALISA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini dibahas penerapan sistem yang terdiri pembentukan sistem
dan analisa sistem yang telah dibangun berdasarkan hasil pengujian.
BAB V : PENUTUP
Kesimpulan berasal dari hasil analisa dan penyampaian saran yang
bertujuan memberikan alternatif sumber koneksi internet untuk masyarakat yang
tinggal didaerah yang belum terjangkau kabel telepon dan ISP
7
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Mikrotik
Mikrotik dibuat oleh MikroTikls sebuah perusahaan di kota Riga,
Latvia. Latvia adalah sebuah negara yang merupakan “pecahan” dari negara Uni
Soviet dulunya atau Rusia sekarang ini. Mikrotik awalnya ditujukan untuk
perusahaan jasa layanan Internet (PJI) atau Internet Service Provider (ISP) yang
melayani pelanggannya menggunakan teknologi nirkabel atau wireless. Saat ini
MikroTik memberikan layanan kepada banyak ISP nirkabel untuk layanan akses
Internet dibanyak negara di dunia dan juga sangat populer di Indonesia. MikroTik
sekarang menyediakan hardware dan software untuk konektivitas internet di
sebagian besar negara di seluruh dunia. Produk hardware unggulan Mikrotik
berupa Router, Switch, Antena, dan perangkat pendukung lainnya. Sedangkan
produk Software unggulan Mikrotik adalah MikroTik RouterOS.
Mikrotik RouterOS merupakan sistem operasi jaringan (network operating
system) yang banyak digunakan oleh Internet Service Provider untuk keperluan
firewall atau router yang handal yang dilengkapi dengan berbagai fitur dan tool,
baik untuk jaringan kabel maupun jaringan wireless (Saputro, 2008)
Seperti penjelasan di atas, mikrotik merupakan router yang handal, yang
mampu memberikan kelebihan pada sistem jaringan kita, karena dengan
menggunakan mikrotik maka jaringan kita akan lebih stabil. Belakangan ini banyak
8
usaha warnet yang menggunakan mikrotik sebagai routernya, dan hasilnya mereka
merasa puas dengan apa yang diberikan mikrotik.
Mikrotik RouterOS hadir dalam berbagai level. Tiap level memiliki
kemampuannya masing-masing, mulai dari level 3, hingga level 6. Secara singkat,
level 3 digunakan untuk router berinterface ethernet, level 4 untuk wireless client
atau serial interface, level 5 untuk wireless AP, dan level 6 tidak mempunyai
limitasi apapun.
Untuk aplikasi hotspot, bisa digunakan level 4 (200 user), level 5 (500 user)
dan level 6 (unlimited user).
2.1.1 Fitur-fitur Mikrotik :
a. Firewall dan NAT
b. Routing
c. Static routing
d. Data Rate Management
e. Hotspot
f. Point-to-Point
1. tunneling protocols
g. Simple tunnels
h. IPsec
i. Web proxy
j. Caching DNS client
k. DHCP
l. Universal Client
m. VRRP
n. UPnP
o. NTP
p. Monitoring/Accounting
q. SNMP
r. M3P
s. MNDP
t. Tool
9
2.2. PC Router
Dari pengertian Router yang sudah disampaikan di atas dapat dikatakan
bahwa PC Router adalah perangkat pengatur lalu lintas data antar segmen
jaringan yang berbeda dengan memanfaatkan Personal Computer sebagai device
atau alatnya. Dengan perkataan lain PC Router adalah PC yang dimodifikasi
sedemikian rupa sehingga memiliki fungsi layaknya sebuah router yang
mengatur lalu lintas data. Dengan penggunaan PC sebagai router jaringan, maka
kita dapat memanfaatkan PC yang tidak perlu spesifikasi yang tinggi sebagai
router sehingga kita dapat menekan biaya, dibandingkan dengan pembelian
dedicated router yang digunakan sebagai router, selain harganya relatif mahal,
juga maintenance terhadap jenis router ini cukup sulit.
2.3. Load Balancing
Load balancing adalah teknik untuk mendistribusikan beban trafik pada dua
atau lebih jalur koneksi secara seimbang, agar trafik dapat berjalan optimal,
memaksimalkan throughput, memperkecil waktu tanggap dan menghindari
overload pada salah satu jalur koneksi (Dewobroto, 2009).
Dengan mempunyai banyak link maka optimalisasi utilisasi sumber daya,
throughput, atau respone time akan semakin baik karena mempunyai lebih dari satu
link yang bisa saling membackup pada saat network down dan menjadi cepat saat
network normal jika memerlukan realibilitas tinggi yang memerlukan 100 %
koneksi uptime dan yang menginginkan koneksi upstream yang berbeda dan dibuat
saling membackup (Syahrizal, 2007).
10
Pada dasarnya, Net Balancer mendistribusikan permintaan yang berasal dari
LAN dengan menggunakan metode tertentu ke beberapa gateway internet. Dengan
kata lain, jika pada suatu titik waktu tertentu hanya ada satu pengguna LAN maka
hanya membuat satu koneksi TCP (misalnya ia hanya menjalankan satu‐download
dari Web), lalu lintas‐nya akan mengalir dari satu gateway, sehingga tidak akan
mendapat manfaat dari Load Balancing ini.
Sebaliknya, jika LAN penuh sesak dengan pengguna, maka setiap
permintaan dari LAN menuju WAN pada waktu yang sama, secara keseluruhan,
hubungan mereka akan memiliki akses ke bandwidth yang lebih tinggi, sama
dengan jumlah dari bandwidth akses tunggal.
Dapat disimpulkan bahwa satu sambungan ini tidak pernah memiliki lebih
banyak bandwidth daripada apa yang ditawarkan oleh satu link, sedangkan
beberapa koneksi simultan, akan rata‐rata, semuanya memiliki akses ke bandwidth
yang lebih besar, yang akan meregangkan pada jumlah bandwidth internet semua
link yang seimbang.
Gambar 2.1 Load balancing dengan dua ISP (Fabianus,2014)
11
Dengan konsep yang sederhana, sebuah load balancing yang diletakkan
antara client dan server, seperti terlihat pada gambar 2.1, akan menampung trafik
yang datang dan membaginya kedalam request-request individual lalu menentukan
server mana yang menerima request tersebut. Beberapa keuntungan penerapan load
balancing antara lain :
a. Scalability : ketika beban sistem meningkat, kita dapat
melakukan perubahan terhadap sistem agar dapat mengatasi beban
sesuai dengan kebutuhan
b. High Avalibility : load balancer secara terus menerus melakukan
pemantauan terhadap server. Jika terdapat server yang mati, maka load
balancer akan menghentikan request ke server tersebut dan
mengalihkannya ke server yang lain
c. Manageability : mudah ditata meskipun memiliki fisik sistem yang
sangat besar.
d. Security : untuk semua trafik yang akan melewati load
balancer, aturan keamanan dapat diimplementasi dengan mudah.
Dengan private network digunakan untuk server, alamat Ipnya tidak
akan diakses secara langsung dari luar sistem.
Saat sebuah router mempunyai dua koneksi internet (sama atau berbeda
ISP) default gateway di router tetap hanya bisa satu, ditambahkan pun yang bekerja
tetap hanya satu. Jadi misalnya router terhubung ke ISP A melalui interface A dan
gateway A, dan terhubung ke ISP B melalui interface B dan gateway B, dan default
gateway ke ISP A, maka traffic downlink hanya akan datang dari ISP A saja. Begitu
pun sebaliknya jika dipasang default gateway ke ISP B. Penerapan teknik load
12
balancing dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dengn menghubungkan
traffic downlink ISP A dan ISP B sehingga di implementasikan secara bersamaan.
Prinsip kerja dari load balancing adalah sebagai berikut :
a. Lalu lintas koneksi didistribusikan berdasarkan probabilitas
b. Harus mengetahui seberapa besar tiap link, dan didistribusikan sesuai
lalu lintas.
c. Berdasarkan kecepatan pada keluaran dan masukan pada router, load
balance dapat diilustrasikan sebagai berikut
1 + 1 = 1 + 1
1 + 1 = 1
2+ 1
2+ 1
2+ 1
2
1 + 1 = 1
4 + 1
4 +1
4 + 1
4 + 1
4 + 1
4 +1
4 + 1
4
d. Jika ada dua gateway, misal A dan B, A memiliki bandwith sebesar 1
Mbps dan B memiliki bandwith sebesar 2 Mbps. Maka lalu lintas akan
dibagi ke dalam aliran, dan mengirim 1 aliran ke A dan 2 aliran ke B
Selama ini banyak beranggapan bahwa dengan menggunakan load
balancing dua jalur koneksi, maka besar bandwidth yang didapatkan menjadi dua
kali lipat besarnya dari bandwith sebelum menggunakan load balancing (akumulasi
dari kedua bandwith tersebut). Pada dasarnya, load balancing tidak menambah
besar bandwith yang diperoleh, tetapi hanya bertugas untuk membagi trafik dari
kedua bandwith agar dapat terkoneksi dan terpakai secara seimbang
Ada berbagai metode load balancing, antara lain static route dengan
address list, Equal CostMulti Path (ECMP), Nth dan Per Connection Classifier
(PCC). Setiap metode load balancing tersebut memiliki kekurangan maupun
13
kelebihan tersendiri, namun lebih dari hal itu, yang paling terpenting dalam
menentukan metode load balancing apa yang akan digunakan adalah harus terlebih
dahulu mengerti karakteristik dari jaringan yang akan diimplementasikan. Dalam
hal ini penelitian yang akan digunakan menggunakan metode Per Connection
Classifier (PCC).
2.4. Per Connection Classifier (PCC)
Per Connection Classifier (PCC) merupakan metode yang dikembangkan
oleh Mikrotik dan mulai diperkenalkan pada Mikrotik RouterOS versi 3.24. PCC
mengambil bidang yang dipilih dari header IP, dan dengan bantuan algoritma
hashing mengubah bidang yang dipilih menjadi 32-bit. Nilai ini dibandingkan
dengan denommator tertentu, jika sama maka paket akan ditangkap. Rules dapat
dibuat dengan memilih informasi dati scr-address, dst-address, src-port, atau dst-
port dari header IP (Hafizh, 2011)
Per Connection Classifier (PCC) merupakan metode yang
menspesifikasikan suatu paket menuju ke gateway koneksi tertentu. PCC
mengelompokan trafik koneksi yang melalui atau keluar masuk router menjadi
beberapa kelompok. Pengelompokan ini bisa dibedakan bedasarkan src-address,
dst-address, src-port dan atau dst-port
Mikrotik akan mengingat-ingat jalur gateway yang telah dilewati diawal
trafik koneksi, sehingga pada paket-paket data selanjutnya yang masih berkaitan
akan dilewatkan pada jalur gateway yang sama dengan paket data sebelumnya yang
sudah dikirim.
14
2.4.1. Cara PCC bekerja
PCC bekerja dengan cara mengmbil beberapa field dari IP header dan TCP
atau UDP header, kemudian dengan bantuan algoritma hashing akan menghasilkan
sebuah output. Output tersebut didapat dengan cara melakukan penjumlahan dari
beberapa field IP header, kemudian di bagi oleh penyebut yang telah ditentukan,
dan sisanya jika dibandingan dengan remainder tertentu, jika sama, maka paket
akan di capture. Kita dapat memilih source-address, destination-address, src-port,
dst-port dalam operasi ini (Fewi, 2010).
Source-address dan destination-address dapat diambil dari IP paket header
dan src-port dan dst-port diambil dari TCP atau UDP paket header. Salah satu
metode hash yang dapat digunakan adalah Modulo. modulo merupakan sebuah
operasi bilangan yang menghasilkan sisa pembagian dari suatu bilangan terhadap
bilangan lainnya. Misalkan dua bilangan a dan b, a modulo b (disingkat a mod b)
adalah bilangan bulat sisa pembagian a oleh b. Misalnya, "1 mod 3", "4 mod 3",
dan "7 mod 3" memiliki hasil 1, karena ketiga bilangan tersebut memiliki sisa 1 jika
dibagi oleh 3, sedangkan "9 mod 3" sama dengan 0. Penerapan operasi modulus
dalam teori bilangan tergolong aritmatika modulo.
Fungsi hashing dipakai karena mempunyai salah satu sifat yang
deterministik. Maksudnya adalah jika kita memasukkan input yang bertuliskan
"hello" dan mengghasilkan output "1", dan pernyataan itu bersifat mutlak, sehingga
jika kita menginputkan "hello" kedua kalinya akan menghasilkan output "1".
15
2.4.1.1 Algoritma Hashing
Hashing adalah transformasi aritmatik sebuah string dari karakter menjadi
nilai yang merepresentasikan string aslinya. Hashing digunakan sebagai metode
untuk menyimpan data dalam sebuah array agar penyimpanan data, pencarian data,
penambahan data dan penghapusan data dapat dilakukan dengan cepat. Ide
dasarnya adalah menghitung posisi record yang dicari dalam array, bukan
membandingkan record dengan isi pada array. Fungsi yang mengembalikan nilai
atau kunci disebut fungsi hash (hash function) dan array yang digunakan disebut
tabel hash (hash table). Hash table menggunakan struktur array asosiatif yang
mengasosiasikan record dengan sebuah field kunci unik berupa bilangan (hash)
yang merupakan representasi dari record tersebut
2.5. Failover
Penerapan load balancing sangat rentan terhadap putusnya salah satu jalur
koneksi internet, apalagi pada penelitian ini, koneksi yang digunakan adalah
jaringan 4G, biasanya terputusnya jalur internet terjadi secara tiba-tiba dan tanpa
pemberitahuan sebelumnya.
Jika hal ini terjadi, sistem load balancing tidak akan berjalan dengan baik,
karena beberapa client akan mengalami connectionless. Untuk menangani hal ini
teknik failover merupakan solusi yang tepat. Failover adalah kemampuan untuk
beralih secara otomatis ke gateway lainnya. Gateway yang masih aktif akan
mengambil alih tugas dari gateway yang mengalami putus koneksi.
16
2.6. Arsitektur Protokol TCP/IP
Arsitektur protokol TCP/IP adalah hasil penelitian dan pengembangan
protokol yang dilaksanakan pada jaringan penyambungan paket eksperimental,
ARPANET yang dibiayai oleh DARA (Defense Advanced Research Project
Agency) dan umumnya di rujuk sebagai paket protokol yang telah diterbitkan
sebagai standar internet dan IAB (Internet Architecture Board). (Stallings,
2007:76) Protocol ini paling popular dan paling banyak digunakan saat ini,
alasanya adalah :
a. TCP/IP menggunakan skema pengalamatan fleksibel yang dapat sekali
diroute, bahkan untuk network yang paling besar.
b. Hampir semua system operating dan platform dapat menggunakn TCP/IP.
c. Sejumlah besar utilitas dan tool dapat dipergunakan, sebagianya
digabungkan dengan rangakian protocol dan sebagian ditambahkan
dalam program untuk memonitoring dan mengatur TCP/IP.
d. TCP/IP merupakan protocol untik internet global. Sistem harus
menjalankan TCP/IP untuk berhubunagn dengan internet.
e. Kebanyakan network tingkat interprise menjalankan TCP/IP, dan yang
penting bahwa administrator network akrab dengan protokolnya.
Model TCP/IP mempunyai 4 lapisan (layer) yaitu lapisan akses jaringan
(data link), lapisan antara jarinagan (network), lapisan host ke host (transport), dan
lapisan proses/aplikasi (application). Lapisan ini bisa dikatakan lapisan yang
didapatkan dari lapis standar protocol OSI, dimana rincian protocol-protokol yang
ada dapa setiap lapisnya hamper sama. Jadi inti dari dari protocol ini terdiri dari dua
bagian besar, yaitu TCP dan IP (Daryanto, 2010)
17
2.6.1. TCP
TCP dikenal sebagai protocol connection oriented, artinya, protocol yang
membutuhkan koneksi terlebih dahulu untuk menghantarkan pesan sampai
terjadi proses petukaran antar program applikasi. TCP bertanggung jawab untuk
mengirimkan aliran data ke tujuannya secara handal, berurutan dan
terdokumentasi secara baik.
Ciri-ciri dari connection oriented adalah :
a. Semau paket mendapatkan tanda terima (acknoledgement) dari pengirim.
b. Paket yang hilang atau tidak diterima akan dikirim ulang.
c. Paket yang atang diurutkan kembali (sequence).
d. TCP bekerja sama dengan Internet Protocol (IP) untuk mengirimkan data
antar komputer melintasi jaringan atau internet. Jika IP menangani
pengahantaran data, maka TCP berperan mengawasi atau menjaga track unit
individu data (yang dikenal paket).
Dalam proses pengiriman data, Secara periodik TCP akan memotong
tumpukan data tersebut dan menambahkan sebuah header ke masing-masing
potongannya untuk membentuk segment. Kemudian tiap segment tersebut
dilewatkan ke lapis IP untuk diproses menjadi datagram dengan menambahkan
header IP.
2.6.2. IP (Internet Protokol)
Internet Protokol disingkat IP adalah protocol lapisan jaringan (network
layer dalam OSI Refence model) atau protokol lapisan internetwork yang
18
digunakan oleh protocol TCP/IP untuk melakukan pengalamatan dan routing
paket data antar host-host di jaringan computer berbasis TCP/IP. Sebuah paket
IP akan membawa data actual yang dikirim memlalui jaringan dari satu titik ke
titik lainya.
Metode yang digunakan adalah connectionless yang berarti ia tidak perlu
membuat dan memelihara sebuah sesi koneksi. Selain itu, protocol ini juga tidak
menjamin penyampaian data, tapi hal ini diserahkan kepada protokol pada
lapisan yang lebih tinggi lapisan transport dalam OSI Referene Model atau
lapisan antar host dalam DARPA Refernece Model yakni protokol Transmission
Control Protocol (TCP).
Format datagram IP digunakan Untuk keperluan perutean didalam
Internet, IP memecah pesan yang diterimanya dari lapis Host-Host menjadi
potongan-potongan dengan ukuran tertentu. Pada setiap potongan pesan,
kemudian IP menambahkan header sehingga membentuk datagram IP. Format
datagram IP dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
2.6.3. Cara Kerja Protokol TCP/IP
Agar jelas bahwa fasilitas komunikasi keseluruhan dapat terdiri dari banyak
jaringan, tiap jaringan penyusun biasanya disebut subjaringan (subnetwork).
Sejenis protokol akses jaringan,seperti logika ethernet, digunakan untuk
menghubungkan komputer ke subjaringan. Protokol ini memungkinkan host
mengirimkan data menyeberangi subjaringan ke host lain atau dalam kasus host
subjaringan lain, ke sebuah router. IP di implementasikan di semua sistem akhir
19
dan router. IP bertugas sebagai penerus untuk memindahkan suatu blok data dari
satu host, melalui satu atau lebih router ke host lain. TCP diimplementasikan hanya
di sistem-sistem akhir. TCP mengawasi blok-blok data untuk menjamin semua blok
terkirim dengan handal ke aplikasi yang sesuai.
Agar komunikasi berhasil, tiap entitas dalam sistem keseluruhan harus
memiliki alamat unik. Sebenarnya diperlukan dua tingkat pengalamatan. Tiap host
dalam satu subjaringan harus memiliki alamat global unik. Hal ini memungkinkan
data di kirimkan ke host yang benar. Tiap proses dalam host harus memiliki alamat
yang unik dalam host itu. Hal ini memungkinkan protokol host-to-host (TCP)
mengirimkan data ke proses yang benar. Alamat-alamat yang disebut belakangan
ini disebut juga sebagai port. (Stallings,2007:78).
2.7. NAT (Network Address Translator)
Network Address Translation atau yang lebih biasa disebu dengan NAT
adalah suatu metode untuk menghubungkan lebih dari satu komputer ke jaringan
internet dengan menggunakn satu alamat IP. Banyaknya penggunaan metode ini
disebabkan karena ketersediaan alamat IP yang terbatas, kebutuhan akan keamanan
(security), dan kemudian serta fleksibilitas dalam administrasi jaringan.
Karena keterbatasan inilah sebagian besar ISP (Internet Service Provider)
hanya akan mengalokasikan satu alamat untuk satu pengguna dan alamat ini bersifat
dinamik, artinya arti alamat IP yang diberikan akan berbeda setiap kali user
melakukan koneksi ke internet. Dengan NAT gateway yang dijalankan di salah satu
komputer, satu alamat IP tersebut dapat dibagi ke beberapa komputer yang lain dan
mereka bisa melakukan koneksi ke internet secara bersamaan.
20
Network address translator terdiri dari berbagai jenis yaitu :
2.7.1. Static NAT
NAT tipe statis menggunakan table routing yang tetap, atau alokasi translasi
alamat ip ditetapkan sesuai dengan alamat asal ke alamat tujuan, sehingga tidak
memungkinkan terjadinya pertukaran data dalam table nat, translasi static terjadi
ketika sebuah alamat lokal di petakan ke sebuah alamat global/internet. Alamat
lokal dan global dipetakan satu lawan satu secara statik. NAT secara statis akan
melakukan request atau pengambilan dan pengiriman paket data sesuai dengan
aturan yang telah ditabelkan dalam sebuah NAT.
2.7.2. Dynamic NAT
Dynamic Network Address Translation dimaksudkan untuk suatu keadaan
dimana anda mempunyai IP address terdaftar yang lebih sedikit dari jumlah IP
address un-registred. Dynamic NAT menterjemahkan setiap komputer dengan IP
tak terdaftar kepada salah satu IP address terdaftar untuk konek ke internet. Hal ini
agak menyulitkan para penyusup untuk menembus komputer didalam jaringan anda
karena IP address terdaftar yang diasosiasikan ke komputer selalu berubah secara
dinamis, tidak seperti pada NAT statis yang dipetakan sama. Kekurangan utama
dari dynamic NAT ini adalah bahwa jika jumlah IP address terdaftar sudah terpakai
semuanya, maka untuk komputer yang berusaha konek ke internet tidak lagi bisa
karena IP address terdaftar sudah terpakai semuanya
2.7.3. Masquerading NAT
Masquerading NAT ini menterjemahkan semua IP address tak terdaftar pada
jaringan anda dipetakan kepada satu IP address terdaftar. Agar banyak client bisa
21
mengakses internet secara bersamaan router NAT menggunakan nomor port untuk
bisa membedakan antara paket-paket yang dihasilkan oleh atau ditujukan
komputer-komputer yang berbeda. Solusi Masquerading ini memberikan
keamanan paling bagus dari jenis-jenis NAT sebelumnya, kenapa? Karena asosiasi
antara client dengan IP tak terdaftar dengan kombinasi IP address terdaftar dan
nomor port didalam router NAT hanya berlangsung sesaat terjadi satu keempatan
koneksi saja, setelah itu dilepas
2.8. Firewall
Firewall adalah sistem yang digunakan untuk menjalankan kontrol akses
keamanan pada jaringan internal terhadap jaringan untrusted seperti internet.
Umumnya, sebuah firewall diimplementasikan dalam sebuah mesin terdedikasi,
yang berjalan pada pintu gerbang (gateway) antara jaringan lokal dan jaringan
lainnya.
Firewall umumnya juga digunakan untuk mengontrol akses terhadap siapa
saja yang memiliki akses jaringan pribadi dari pihak luar.
Fungsi-fungsi umum firewall sebagai berikut :
a. Packet filtering : memeriksa header dari paket TCP/IP (tergantung arsitektur
jaringannya, dalam contoh ini TCP/IP) dan memutuskan apakah data ini
memiliki akses ke jaringan.
b. Network Address Transtation (NAT) : biasanya sebuah jaringan memiliki
sebuah IP public dan didalam jaringan sendiri terdiri memiliki IP tersendiri.
Firewall berfungsi untuk meneruskan paket data dari luar jaringan ke dalam
jaringan dengan benar sesuai IP komputer lokal.
22
c. Apllication proxxy : firewall bisa mendeteksi protokol aplikasi tertentu yang
lebih spesifik.
d. Traffic management : mencatat dan memantau trafik jaringan
Gambar 2.2 Ilustrasi Firewall (Ibeng, 2019)
2.8.1. Mikrotik sebagai Firewall
Selain digunakan sebagai gateway, mikrotik juga berfungsi sebagai firewall
bagi komputer lain dan memberikan prioritas bagi komputer lain agar bisa
mengakses data internet maupun data lokal.
Dalam fitur firewall terdapat direktori, yaitu :
a. Mangle, untuk menandai paket dengan suatu tanda khusus sebagai identitas
paket tersebut
b. Address-list, untuk mendefinisikan IP address ke dalam group tertentu
c. Filter, untuk menyaring paket yang masuk atau melewati router. Router
akan meneruskannya jika paket diizinkan lewat, dan sebaliknya. Didalam
direktori filter terdapat perintah chain, yang akan digunakan dalam lab ini
adalah chain input dan forward.
23
Ada beberapa chain yang telah ditetapkan pada RouterOS Mikrotik :
a. Input, digunakan untuk memproses paket memasuki router melalui salah
satu interface dengan alamat IP tujuan yang merupakan salah satu alamat
router.
b. Forward, digunakan untuk proses paket data yang melewati router
c. Output, digunakan untuk proses paket data yang berasal dari router dan
meninggalkan melalui salah satu interface.
d. NAT, untuk memetakan suatu IP address ke IP address lain
e. Export, untuk membackup semua konfigurasi didalam direktori firewall
f. Connection, untuk mengetahui informasi dari suatu koneksi yang aktif,
seperti IP address asal dan tujuan beserta port yang digunakan, jenis
protokol yang dipakai
g. Service-port, untuk mengaktifkan dan mengubah nomor port aplikasi
2.9. Jaringan 4G LTE (Long Term Evolution)
Gambar 2.3 Ilustrasi 4G LTE (Khan 2019)
24
4G adalah singkatan atau kepanjangan dari Fourth
Generation alias generasi keempat dari standar teknologi informasi dan
komunikasi. Jaringan 4G, diyakini memberikan banyak fitur dan nilai tambah
daripada 3G.
Selain memiliki semua fasilitas 3G, transmisi data 4G diyakini mempunyai
standar kecepatan transmisi berkisar antara 100 Mbps–1 Gbps. Percakapan,
internet, chatting, jejaring, permainan, video atau apa pun fitur yang ada di
dalamnya dapat dinikmati lebih baik dari 3G.
Menjadi jaringan tercepat, teknologi 4G dapat menyediakan sarana
kecepatan download 4 sampai 5 kali lebih cepat daripada 3G, bahkan hingga 10 kali
lipatnya. Secara nyata konsumen dapat mengakses internet dimanapun dan
kapanpun selama berada pada cakupan wilayah dengan perangkat 4G, termasuk
handphone atau smartphone, tablet, dan hotspot.
LTE adalah singkatan atau kepanjangan dari Long Term Evolution.
Teknologi ini telah dipasarkan dan dikenal secara umum dengan istilah 4G LTE.
Dikatakan demikian karena teknologi ini sebagian besar telah memenuhi standar
dari 4G dalam hal kecepatan. Ini merupakan evolusi atau perkembangan
berdasarkan jaringan GSM/EDGE (2G) dan UMTS/HSPA (3G) untuk
meningkatkan kapasitas dan kecepatan.
25
Macam-macam jaringan 4G LTE tersebut adalah sebagai berikut :
a) 4G LTE FDD
Jenis jaringan 4G LTE FDD merupakan singkatan dari Frequency Division
Duplex. Secara umum jenis jaringan 4G dibedakan berdasarkan frekuensi yang
digunakan, untuk 4G LTE TDD frekuensi yang dipergunakan adalah 800 Mhz dan
1800 Mhz.
4G LTE FDD memiliki kelebihan tersendiri, salah satunya adalah
jangkauan yang dimilikinya sangat luas. Sehingga jaringan TDD sangat cocok
dipakai untuk kepentingan telpon, browsing internet, dan sosial media.
Jaringan FDD menggunakan dual channel yang berbeda untuk untuk fungsi
yang berbeda pula yaitu Uplink dan Downlink. Channel Uplink digunakan untuk
mengunggah data sedangkan channel Downlink digunakan untuk mengunduh data.
Sehingga dengan penggunaan dual channel ini membuat arus data dapat berjalan
dengan lancar dan inilah yang membuat kecepatan download dan upload menjadi
cukup seimbang dan baik.
b) 4G LTE TDD
Jenis jaringan 4G LTE TDD merupakan singkatan dari Time Division
Duplex. Perbedaan dengan jaringan FDD terletak pada frekuensi yang
digunakannya. TDD menggunakan frekuensi 2300 MHz atau lebih tinggi dari FDD.
Kelebihan dari jaringan ini adalah kecepatan unduhannya yang sangat tinggi. Jauh
lebih tinggi daripada jaringan bertipe FDD. Namun, untuk kecepatan unggahan,
TDD termasuk lambat dan masih kalah dibandingkan dengan FDD. Karena
26
kelebihan inilah, jaringan TDD sangat cocok digunakan untuk keperluan browsing,
download atau streaming.
TDD tidak menggunakan channel yang berbeda seperti FDD. Jaringan ini
hanya menggunakan satu channel, yang mengakibatkan keseimbangan antara
proses download dan upload tidak berjalan terlalu baik.
c) 4G LTE ADVANCED
Jaringan internet ini juga disebut sebagai jaringan 4G+. Jaringan 4G+
termasuk teknologi baru yang mempunyai kualitas kecepatan download dan upload
data yang lebih baik daripada dua jenis sebelumnya dan jangkauan jaringan ini juga
lebih luas.
Jaringan internet ini beroperasi pada frekuensi antara 900 MHz hingga 2300
MHz. Jaringan ini juga menggunakan gabungan teknologi dari jaringan 4G FDD
dan TDD. Hal ini menyebabkan jaringan 4G+ lebih stabil dibandingkan dua
jaringan tersebut.
Kecepatan transfer data bila membandingkan antara 4G+ dengan FDD atau
TDD, kecepatan 4G+ jauh diatas dua jaringan tersebut. Pada jaringan FDD atau
TDD, kecepatan transfer data hanya berkisar antara 10 Mbps hingga 100 Mbps.
Namun, untuk 4G+, kecepatannya dapat mencapai 100 hingga 300 Mbps.
2.9.1. Arsitektur Jaringan 4G
Teknologi jaringan 4G LTE terdiri dari 3 komponen utama yaitu User
Equipment (UE), Evolved UMTS Terrestrial Radio Access Network (E-UTRAN)
dan Evolved Packet Core (EPC). EPC berkomunikasi dengan paket jaringan data di
27
dunia luar seperti internet, jaringan perusahaan swasta atau subsistem IP
multimedia. Antarmuka antara bagian-bagian yang berbeda dari sistem
dilambangkan dalam Uu, S1 dan SGI seperti yang ditunjukkan di bawah ini:
Gambar 2.4. Arsitektur 4G LTE (Sumber : Noerhamzah, 2016)
Berdasarkan dari ketiga bagian-bagian di atas maka dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. User Equipment (UE)
Arsitektur internal dari user equipment untuk LTE identik dengan yang
digunakan oleh UMTS dan GSM yang sebenarnya adalah sebuah Mobile
Equipment (ME) atau peralatan mobile. Peralatan Mobile terdiri dari 3 modul
penting, diantaranya Mobile Termination (MT), yang menangani semua fungsi
komunikasi, Terminal Equipment (TE), yang mengakhiri aliran data, dan Universal
Integrated Circuit Card (UICC), atau dikenal juga sebagai kartu SIM untuk
peralatan LTE. Ini menjalankan aplikasi yang dikenal sebagai Universal Subscriber
Identity Module (USIM).
28
Sebuah USIM menyimpan data pengguna tertentu sama halnya dengan kartu SIM
3G. Kartu ini berisi informasi tentang nomor pengguna ponsel, identitas jaringan
rumah, kunci keamanan dan lain-lain.
b. Evolved UMTS Terrestrial Radio Access Network (E-UTRAN)
Arsitektur evolved UMTS Terrestrial Radio Access Network (E-UTRAN)
telah diilustrasikan dalam gambar di bawah ini.
Gambar 2.5. Ilustrasi Arsitektur E-UTRAN (Sumber : Noerhamzah, 2016)
E-UTRAN menangani komunikasi radio antara telepon seluler dan Evolved
Packet Core dan hanya memiliki satu komponen, Base Station Tranmissions (BTS)
evolved, yang disebut eNodeB atau eNB. Setiap eNB adalah BTS yang mengontrol
telepon seluler dalam satu atau lebih sel. BTS yang berkomunikasi dengan ponsel
dikenal sebagai eNB yang melayaninya.
Ponsel LTE berkomunikasi hanya dengan satu BTS dan satu sel pada satu waktu
dan berikut adalah dua fungsi utama yang didukung oleh eNB :
29
eBN mengirim dan menerima transmisi radio untuk semua ponsel
menggunakan analog dan fungsi pemrosesan sinyal digital dari
antarmuka udara LTE.
eNB mengontrol operasi tingkat rendah dari semua ponselnya, dengan
mengirimkan sinyal pesan seperti perintah handover.
Setiap eBN dihubungkan ke EPC dengan menggunakan antarmuka S1 dan
ini juga dapat terhubung ke BTS terdekat dengan antarmuka X2, yang utamanya
digunakan untuk pemberian isyarat dan melanjutkan paket selama handover.
Diantara eNB, jaringan LTE memiliki antarmuka yang dinamai dengan
interface X2. Interface ini bukan interface fisik, namun logical interface. Proses
handover mobile dilakukan melalui interface X2 ini, namun jika interface X2 ini
tidak tersedia, maka dapat juga menggunakan interface S1 yang juga merupakan
logical interface. Namun tentunya jika menggunakan interface S1 ini data yang
ditukar lebih memakan banyak waktu dan menyebabkan latency semakin besar.
Sebuah home eNB (HeNB) adalah BTS yang telah dibeli oleh pengguna untuk
menyediakan cakupan femtocell di dalam rumah. Sebuah home eNB dimiliki oleh
sekelompok pelanggan tertutup (CSG) dan hanya dapat diakses oleh ponsel dengan
USIM yang juga dimiliki oleh kelompok serupa.
c. Evolved Packet Core (EPC).
Arsitektur Evolved Packet Core (EPC) telah digambarkan di bawah ini.
Beberapa komponen penting dari EPC adalah seperti MME, S-GW, P-GW,
HSS. HSS (Home Subscriber Server) adalah server yang menyimpan seluruh data
subscriber network operator.
30
Gambar 2.6. Ilustrasi Arsitektur EPC (Sumber : Noerhamzah, 2016)
Ada dua jenis interface yang menghubungkan antara E-UTRAN dan EPC
(eNB ke MME dan S-GW), yaitu interface S1-MME yang menangani signalling
message (control plane), dan interface S1-U yang menangani traffic (user plane).
Kemudian S-GW dihubungkan dengan MME melaui sebuah interface yang disebut
dengan interface S10 (control plane), sedangkan interface yang menghubungkan
antara S-GW dan P-GW adalah S5/S8. Dimana S5 adalah jika S-GW dan P-GW
berada dalam satu network, ini hubungannya dengan Roaming network. Sedangkan
S8 jika S-GW dan P-GW berada di network yang berbeda. Antarmuka yang
menghubungkan network dengan dunia luar adalah SGi yaitu antara PDN gateway
dan internet atau server network operator atau IP Multimedia Subsystem. Interface
S6a menghubungkan antara MME dan HSS.
MME (Mobility Management Entity) adalah komponen yang mengurus
high-level operation dari mobile, menangani mobility mobile (signalling message).
Sebuah UE akan terhubung dengan sebuah MME yang disebut dengan serving
MME. Namun dapat saja berpindah MME jika UE tersebut berpindah cukup jauh.
31
S-GW (Serving Gateway) berfungsi sebagai high-level router, yang mana
meneruskan data antara eNB dan P-GW. Sebuah UE akan terhubung dengan sebuah
S-GW tapi dapat saja berpindah ke S-GW yang lain jika UE tersebut berpindah
cukup jauh.
P-GW (Packet Data Network Gateway) adalah titik akhir dimana network
berhubungan dengan komponen luar. Seperti halnya internet, network operator
server, dan IP Multimedia subsystem. Setiap P-GW diidentifikasi dengan APN
(Access Point Name). Sebuah operator biasanya menggunakan APN untuk masing-
masing layanan, misal untuk internet atau IP multimedia subsystem. Ketika UE
pertama kali dinyalakan akan langsung disambungkan ke default PDN Gateway
seperti halnya internet untuk memberikan layanan always on. Selanjutnya, akan
dihubungkan ke PDN Gateway lain sebagai tambahan seperti halnya IP multimedia
subsystem atau private corporate network. Setiap PDN gateway akan tetap sama
selama masa waktu koneksi data.
Komparasinya dengan UMTS adalah PDN Gateway sebagai Gateway
GPRS Support Node (GGSN), sedangkan MME dan S-GW adalah Serving GPRS
Support Node (SGSN). Memisahkan antara traffic dan signalling dapat lebih
mengontrol lalu lintas data yang ada. MME hanya menangani masalah signalling,
yang artinya jika jumlah UE bertambah atau melebihi load maksimum maka dapat
ditambahkan MME pula, Sedangkan S-GW menangani traffic, dimana jika lalu
lintas data bertambah atau melebihi load maksimum dapat ditambahkan S-GW.
(Christopher Cox,2014:25).
32
2.10. Quality of Service (QoS)
Quality of Services adalah kemampuan dari sebuah layanan untuk menjamin
performansi dan merupakan parameter untuk mengukur kualitas dari sebuah
layanan. Parameter QoS mengacu pada performansi tingkat kecepatan dan
keandalan penyampaian berbagai jenis data dalam komunikasi. Parameter
parameter QoS adalah :
a. Delay
Delay (latency) adalah waktu tunda suatu paket yang diakibatkan oleh
proses transmisi dari satu titik menuju titik lain yang menjadi tujuannya. Delay
dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik, kongesti atau juga waktu proses yang
lama. Waktu tunda suatu paket yang diakibatkan oleh proses transmisi dari satu titik
ke titik lain yang menjadi tujuannya. Delay diperoleh dari selisih waktu kirim antara
satu paket TCP dengan paket lainnya yang direpresentasikan dalam satuan second.
Delay di dalam jaringan dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Packetisasi delay
Delay yang disebabkan oleh waktu yang diperlukan untuk proses
pembentukan paket IP dari informasi user. Delay ini hanya terjadi sekali saja, yaitu
di source informasi.
2. Queuing delay
Delay ini disebabkan oleh waktu proses yang diperlukan oleh router di
dalam menangani transmisi paket di sepanjang jaringan. Umumnya delay ini sangat
kecil, kurang lebih sekitar 100 micro second.
33
3. Delay propagasi
Proses perjalanan informasi selama di dalam media transmisi, misalnya
SDH, coax atau tembaga, menyebabkan delay yang disebut dengan delay propagasi.
Tabel 2.1. Standar Delay TIPHON
KATEGORI LATENSI BESAR DELAY INDEKS
Sangat Bagus < 150 ms 4
Bagus 150 s/d 300 ms 3
Sedang 300 s/d 450 ms 2
Jelek > 450 ms 1
Rumus untuk menghitung nilai delay adalah :
Rata-Rata Delay = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑎𝑘𝑒𝑡 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 ........................................(2.1)
b. Packet Loss
Packet Loss adalah banyaknya paket yang hilang pada suatu jaringan paket
yang disebabkan oleh tabrakan (collision) dan congestion. Pada jaringan hal ini
berpengaruh pada semua aplikasi karena retransmisi akan mengurangi efisiensi
jaringan secara keseluruhan meskipun jumlah bandwidth cukup tersedia untuk
aplikasi tersebut. Umumnya perangkat jaringan memiliki buffer untuk menampung
data yang diterima. Jika terjadi kongesti yang cukup lama, buffer akan penuh dan
(Sumber : TIPHON, 1999)
(Sumber : TIPHON dalam FATONI)
34
data baru tidak akan diterima, penuhnya kapasitas jaringan, dan penurunan paket
yang disebabkan oleh habisnya TTL (Time To Live) paket.
Kegagalan paket tersebut mencapai tujuan, dapat disebabkan oleh beberapa
kemungkinkan, di antaranya yaitu:
a) Terjadinya overload trafik di dalam jaringan,
b) Tabrakan (congestion) dalam jaringan.
c) Error yang terjadi pada media fisik.
d) Kegagalan yang terjadi pada sisi penerima antara lain bisa disebabkan karena
overflow yang terjadi pada buffer.
Di dalam implementasi jaringan IP, nilai packet loss ini diharapkan
mempunyai nilai yang minimum. Secara umum terdapat empat kategori penurunan
performansi jaringan berdasarkan nilai packet loss sesuai dengan standar TIPHON,
yaitu seperti tampak pada tabel berikut:
Tabel 2.2 Standar Packet Loss TIPHON
KATEGORI
DEGRADASI
PACKET LOSS
(X)
INDEKS
Sangat Bagus X ≤ 3% 4
Bagus X ≤ 15% 3
Sedang X ≤ 25% 2
Jelek X ≥ 25% 1
(Sumber : TIPHON, 1999)
35
Rumus yang digunakan untuk menghitung Packet Loss :
Packet Loss = 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑘𝑖𝑟𝑖𝑚−𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎
𝑃𝑎𝑘𝑒𝑡 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑘𝑖𝑟𝑖𝑟𝑚 x 100 % ..................(2.2)
(Sumber : TIPHON dalam FATONI)
c. Jitter
Jitter atau variasi kedatangan paket, diakibatkan oleh variasi - variasi dalam
panjang antrian, dalam waktu pengolahan data dan juga dalam waktu
penghimpunan ulang paket-paket di akhir perjalanan jitter . Jitter lazimnya disebut
variasi delay berhubungan erat dengan latency, yang menunjukkan banyaknya
variasi delay pada transmisi data di jaringan. Delay antrian pada router dan switch
dapat menyebabkan jitter.
Besarnya nilai jitter akan sangat dipengaruhi oleh variasi beban trafik dan
besarnya tumbukan antar paket (congestion) yang ada dalam jaringan IP. Semakin
besar beban trafik di dalam jaringan akan menyebabkan semakin besar pula peluang
terjadinya congestion dengan demikian nilai jitter-nya akan semakin besar.
Semakin besar nilai jitter akan mengakibatkan nilai QoS akan semakin turun. Untuk
mendapatkan nilai QoS jaringan yang baik, nilai jitter harus dijaga seminimum
mungkin.
Terdapat empat kategori penurunan performansi jaringan berdasarkan nilai
peak jitter sesuai dengan standar TIPHON.
36
Tabel 2.3 Standar Jitter TIPHON
KATEGORI
LATENSI
PEAK JITTER INDEKS
Sangat Bagus 0 ms 4
Bagus 1 s/d 75 ms 3
Sedang 76 s/d 125 ms 2
Jelek 126 s/d 225 ms 1
Rumus yang digunakan untuk menghitung jitter adalah :
Jitter = 𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 𝑉𝐴𝑅𝐼𝐴𝑆𝐼 𝐷𝐸𝐿𝐴𝑌
𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 𝑃𝐴𝐾𝐸𝑇 𝐷𝐼𝑇𝐸𝑅𝐼𝑀𝐴−1 ...................................................(2.3)
Total variasi delay diperoleh dari penjumlahan :
(delay 2 – delay 1) + (delay 3 – delay 2) + ..... + (delay n – delay (n-1) )
d. Throughput
Throughput, yaitu kecepatan (rate) transfer data efektif, yang diukur dalam
bps. Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang sukses dan diamati
pada destination selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi interval waktu
tersebut.
Secara umum terdapat empat kategori penurunan performansi jaringan
berdasarkan nilai Throughput sesuai dengan standar TIPHON
(Sumber : TIPHON, 1999)
37
(Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over Networks) yaitu
seperti tampak pada tabel berikut:
Tabel 2.4 Standar Throughput
KATEGORI THROUGHPUT (X) Indeks
Jelek 0-338 kbps 0
Sedang 338-700 kbps 1
Bagus 700-1200 kbps 2
Sangat Bagus 1200 kbps- 2.1 Mbps 3
Terbagus >2.1 Mbps 4
Acuan konversi satuan
1 Byte = 8 bit (Sumber : ISO/IEC 2382-1:1993)
Rumus yang digunakan untuk mencari Throughtput adalah :
Througtput = 𝐽𝑈𝑀𝐿𝐴𝐻 𝐵𝐼𝑇 𝑌𝐴𝑁𝐺 𝐷𝐼𝐾𝐼𝑅𝐼𝑀
𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 𝑊𝐴𝐾𝑇𝑈 𝑃𝐸𝑁𝐺𝐼𝑅𝐼𝑀𝐴𝑁 ........................................(2.4)
(Sumber : TIPHON dalam FATONI)
2.11. Monitoring jaringan
Monitoring jaringan adalah salah satu fungsi dari management yang
berguna untuk menganalisis apakah jaringan masih cukup layak untuk digunakan
atau perlu tambahan kapasitas atau perbaikan. Hasil monitoring juga dapat
membantu jika admin ingin mendesain ulang jaringan yang telah ada. Untuk
(Sumber : TIPHON, 1999)
38
melakukan monitoring, telah tersebar luas di internet jaringan yang menyediakan
tools secara gratis. Banyak hal dalam jaringan yang bisa dimonitorring, salah satu
diantaranya load traffic jaringan yang lewat pada sebuah router atau interface
komputer. Monitoring dapat dilakukan dengan standar SNMP, selain load traffic
jaringan, kondisi jaringan pun harus dimonitoring, misalnya status up atau down
dari sebuah peralatan jaringan. Hal ini dapat dilakukan dengan tes ping.
2.11.1. Ping Tester
Gambar 2.7 Software Ping Tester
Ping Tester merupakan salah satu aplikasi yang berfungsi sebagai network
analyzer (penganalisa jaringan) dengan cara menangkap paket–paket data atau
informasi di jaringan melalui network iterface card (NIC). Software ini mudah
digunakan karena tampilannya menggunakan graphical user interface (GUI) atau
tampilan grafis yang sederhana.
Ping Tester biasa digunakan untuk melakukan pengujian terhadapat suatu
domain, ip address, maupun suatu hostname untuk mengetahui respon Delay dan
39
Packet Loss. Data yang diperoleh dari program ini juga bisa dianalisa untuk mencari
nilai Quality Of Services (QOS) lain seperti Jittler dan Througput.
Program Ping Tester bekerja dengan cara mengirimkan Internet Control
Message Protocol (ICMP) atau Echo Request (permintaan gema) ke Host target dan
mendengarkan balasannya. Ping mencatat waktu yang diperlukan protokol ICMP
pergi-pulang, kerugian paket (packet loss) jika ada, waktu rata-rata dan waktu
maksimal. Hasil pengukuran tersebut akan ditampilan dalam bentuk data angka.
Fitur yang ada pada program ini antara lain :
a. Melakukan Ping dan Trace Route pada suatu IP Address.
b. Melakukan pemindaian cepat sebuah kelompok IP.
c. Menjalankan DOS Command pada kotak dialog Windows.
d. Buat laporan ringkasan untuk menganalisis.
e. Ekspor hasil tes ke file .txt atau .csv / Excel.
2.11.2. IDM (Internet Download Manager)
IDM adalah salah satu tool downloader yang paling populer saat ini,
perangkat buatan New York, Amerika ini menempati posisi teratas dalam
memaksimalakan kecepatan mengunduh data. IDM di klaim bisa meningkatkan
download hingga 500%
Cara kerja IDM :
IDM akan membagi sebuah berkas saat proses mengunduh berlangsung
hingga menjadi enam belas bagian. Selanjutnya IDM akan membagi kecepatan
yang sama besar perbagiannya. Namun jika salah satu bagian-bagian tersebut
40
mengalami hambatan dalam proses unduh maka kecepatan pada bagian ini akan
digunakan untuk membantu bagian yang bermasalah.
2.12. Winbox
Winbox adalah sebuah utiliti yang digunakan untuk melakukan remote
ke server mikrotik dalam mode GUI. Jika ingin mengkonfigurasi mikrotik dalam
bentuk text mode, kita dapat mengakses mikrotik melalui PC. Namun apabila
kita ingin mengkonfigurasi mikrotik melalui mode GUI, kita dapat menggunakan
WinBox yang diakses melalui komputer client. Pada dasarnya, melakukan
konfigurasi mikrotik melalui WinBox ini lebih banyak digunakan karena
penggunaannya tergolong lebih mudah dibanding konfigurasi melalui text mode
Gambar 2.8 Tampilan WinBox
41
2.13. Switch
Swith adalah sebuah alat jaringan uang berfungsi melakukan bridging
transparan atau penghubung segmentasi banyak jaringan dengan forwarding
berdasarkan MAC address. Switch pada jaringan dapat digunakan sebagai
penghubung komputer atau router pada satu area yang terbatas. Switch juga
bekerja pada lapisan data link. Cara kerja yang hampir sama seperti bridge, tetapi
switch memiliki sejumlah port sehingga sering dinamakan multiport bridge
(Sugeng, 2006)
Gambar 2.9. Switch TP-LINK
42
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Analisis Kebutuhan Sistem
3.1.1 Spesifikasi Sistem
Sistem yang akan dibangun bertujuan melakukan analisis terhadap unjuk
kerja load balancing dengan menggunakan metode PCC dan mengukur QOS
(Quality of service) pada jaringan 4G LTE yang digunakan. Penerapan load
balancing dilakukan dengan menggunakan dua koneksi jaringan 4G LTE.
Provider yang akan digunakan yaitu Telkomsel dan XL, penelitian dilakukan
hanya pada satu tempat saja, dengan kondisi provider mendapatkan sinyal yang
bagus dengan pengambilan data pengujian dua waktu (jam 09.00-11.00 dan
21.00-23.00) dan selama satu minggu (17 januari-23 januari 2020)
Sistem Load balancing akan dipadukan dengan sistem failover untuk
menangani jika terjadi pemutusan salah satu jalur koneksi yang sewaktu-waktu
bisa terjadi, mengingat jaringan nirkabel lebih rentan terhadap interferensi
dibandingkan jaringan kabel. Dalam tahap pengukuran, Penulis menggunakan
parameter dari penelitian sebelumnya, yang dilakukan oleh (Dionysius,2009).
Parameter pengukuran keberhasilan load balancing yang digunakan adalah :
a. Perbandingan jumlah beban trafik pada masing-masing Provider
b. Perilaku sistem jika terjadi pemutusan koneksi pada salah satu Provider
43
Maka dari itu dalam penelitian ini akan menggunakan parameter tersebut.
Karena jaringan yang digunakan dalam penelitian merupakan jaringan selluler,
yang jarang digunakan sebagai menyediakan layanan internet pada jaringan
menengah ke bawah. Maka perlu dilakukan analisa terhadap kualitas jaringan
tersebut sehingga dapat diketahui apakah jaringan yang digunakan dapat
dijadikan sebagai alternatif sumber koneksi pada jaringan menengah kebawah.
Penulis menggunakan parameter QOS (Quality of Service) dalam pengukuran
kualitas jaringan internet yang digunakan.
3.1.2 Spesifikasi Perangkat Lunak
Analisis perangkat lunak bertujuan untuk memilih secera tepat perangkat
lunak apa saja yang digunakan untuk melakukan konfigurasi load balancing agar
dapat beroperasi dengan benar dan efisien. Perangkat lunak yang digunakan
untuk melakukan konfigurasi load balancing akan di tampilkan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1. Spesifikasi Software
No Software Keterangan
1 MikrotikOS router versi 6.3 Sebagai sistem operasi mikrotik
2 Microsoft Windows 7 Sebagai sistem operasi untuk
client
3 Mikrotik winbox v.2.2.16 Utility untuk Remote GUI ke
router Mikrotik
44
3.1.3 Spesifikasi Kebutuhan Perangkat keras
Kebutuhan hardware yang digunakan untuk merancang konfigurasi
load balancing adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Spesifikasi Hardware
NO. Perangkat Jumlah Spesifikasi Unit
1 PC Router 1 - CPU: Intel(R) Core(TM) i5-250Gz
(4 CPUs), ~2,5GHz
- Memory: 4GB RAM
- Hardisk: 258GB
- 4 slot USB
- 1 port Ethernet
2 PC Client 3 - CPU: Intel(R) Intel(R) Core(TM) i3
CPU
M350 @2.27GHz
- Memory: 2 GB RAM
- Hardisk: 80GB
- 1 Ethernet card (NIC)
3 Flashdisk 1 - Kingstons Data Traveler SE9 8Gb
3 Modem USB
GSM
2 - HUAWEI E5577
- HUAWEI E5673s-609
4 Switch-Hub 1 TP-LINK
5 Provider 2 -SIM Card Telkomsel
-SIM Card XL
45
Rancangan Hardware dapat digambarkan seperti tampak pada gambar
dibawah ini
Gambar 3.1 Rancangan Sistem Load Balancing Dua Koneksi Internet
Dalam konfigurasi Modem dan Provider pada penelitian ini dapat
digambarkan pada tabel 3.3 Dibawah ini :
Tabel 3.3 Konfigurasi Modem dan Provider
No Modem Provider Ket
1 HUAWEI E5577 TELKOMSEL lte1
2 HUAWEI E5673s-609 XL lte2
Untuk pengesetan nomor IP pada masing-masing PC client yang
digunakan dapat digambarkan pada tabel 3.3 dibawah ini :
46
Tabel 3.4 Konfigurasi IP address
3.2 Langkah-Langkah Implementasi Sistem
Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan penulis untuk
implementasi
Gambar 3.2 Diagram Alir Proses Pengimplementasian Sistem
NO. Nama PC Ethernet Port USB IP address
1 PC Router Port 1
Port 2
Port 3
192.168.78.2/24
2 PC client 1 Eth1 192.168.78.1/24
3 PC client 2 Eth1 192.168.78.3/24
4 PC client 3 Eth1 192.168.78.4/24
Analisa
47
3.3 Perencanaan Instalasi MikrotikOS pada PC router
Instalasi mikrotikOS dilakukan pada PC dengan spesifikasi yang telah di
jelaskan pada Tabel 3.2. Penulis menggunakan MikrotikOS versi 6.3.3 yang telah
dibuat Bootable pada sebuah Flashdisk. Pada penginstalan ini, Flashdisk yang
digunakan harus diformat terlebih dahulu ke sistem NTFS (New Technology File
System)
Penggunaan PC sebagai router mempunyai kemampuan yang sama atau
bahkan lebih dibandingkan dengan routerboard yang dimiliki Mikrotik, karenan
memiliki kemampuan processing dengan speed yang lebih tinggi. PC router juga
memiliki beberapa keuntungan yaitu bisa men-support fitur-fitur terbaru dari
mikrotik, instalasi yang mudah serta dapat menghemat biaya
3.4 Perancangan Konfigurasi Load Balancing
Konfigurasi pada implementasi sistem load balancing ini meliputi beberapa
tahap yaitu :
3.4.1 Konfigurasi Dasar ;
Konfigurasi load balancing memerlukan beberapa tahap yang pertama
adalah konfigurasi dasar :
Yang pertama melakukan konfigurasi interface yang akan digunakan
modem USB untuk men-dial internet lewat router mikrotik. Berbeda dengan
modem 3G yang menggunakan interface PPP (point to point protocol),mikrotik
48
modem 4G sudah tersedia sendiri interface LTE. Dengan langsung ini, modem 4G
hanya perlu mensetting protokol DCHP Client langsung tanpa harus memeriksa
apakah kondisi line atau saluran telepon tersedia atau tidak, juga melakukan
autentifikasi password yang digunakan dalam protokol PPP . kemudian menetapkan
koneksi dengan ISP dan melakukan permintaan alamat IP
Selanjutnya melakukan konfigurasi IP address pada masing-masing
Ethernet dan DNS yang akan digunakan.
3.4.2 Konfigurasi NAT
Setelah pengkonfigurasian IP dan DNS, selanjutnya menambahkan
konfigurasi NAT (network address translation). NAT berguna agar client dapat
terhubung dengan internet. NAT akan mengubah alamat sumber paket yaitu client
yang memiliki IP address private agar dapat dikenali oleh internet yaitu dengan
cara mentranslasikannya menjadi IP address public. Penggunaan NAT ini
menggunakan metode Masquerasing NAT. Karena provider yang digunakan hanya
memberikan satu IP public, jadi semua IP address dari client akan dipetakan kepada
satu IP public.
Tabel 3.5 Perencanaan Konfigurasi NAT
Chain Out.Interface Action
scrnat lte1 Masquerade
scrnat lte2 Masquerade
49
3.4.3 Konfigurasi Mangle
Mangle berguna untuk melakukan penandaan suatu paket, penandaan yang
dilakukan sesuai kondisi dan syarat yang kita inginkan, setelah itu hasil dari
penandaan akan digunakan untuk kebutuhan tertentu berdasarkan action yang di
pilih
Proses penandaan ini berdasarkan pada hasil stateful packet inspection,
yaitu scr-IP, dst-IP,scr-port dan dst-port. Dari parameter tersebut kemudian dapat
dilakukan connection-mark dan routing-mark, yang kemudian dapat digunakan
untuk pengolahan paket yang spesifik. Selain itu terdapat chain yang merupakan
tahapan dari proses pengolahan data, sehingga penandaan dapat dilakukan dengan
lebih spesifik sesuai dengan chain yang ada. Pada proses mangle ini terdapat
metode PCC dimana penandaan connection dilakukan dengan menggunakan
hashing.
Gambar 3.3 Tahap Pengaturan Mangle
3.4.4 Pengaturan Routing
Selanjutnya akan menetapkan route, berdasarkan routing mark yang sudah
dibuat pada konfigurasi mangle, routing-mark yang pertama akan menggunakan
50
gateway ”Lte1” dan routing-mark yang kedua akan menggunakan gateway “Lte2”.
Berikut perancang roting table yang akan dibuat :
Tabel 3.6. Perencanaan Routing Tabel
Dst-address Gateway Routing-mark
0.0.0.0/0 Lte1 Jalur1
0.0.0.0/0 Lte2 Jalur2
Gambar 3.4 Diagram Alir Algoritma Load Balancing Metode PCC
Mark connection “LTE1_conn”
Mark connection “LTE2_conn”
LTE1 sebagai gateway
LTE2 sebagai
gateway
PC client menjalin koneksi internet
0 1
END
51
*Keterangan :
- 1 & 0 = Merupakan hasil algoritma hashing, yang akan digunakan sebagai
pengingat dimanakah paket akan di tandai koneksi dan routing-nya
3.4.5. Pembuatan Failover
Failover berguna untuk menangani jika terjadi pemutusan koneksi pada
salah satu jalur/ISP. Diharapkan sistem akan melakukan perpindahan gateway
secara otomatis ke jalur yang masih tersedia atau aktif
Fitur yang digunakan adalah memanfaatkan proses pemeriksaan gateway
dengan mengirimkan ICMP echo request kepada sebuah alamat yang dapat
digunakan untuk mendeteksi kegagalan sebuah jalur. Dengan cara ini maka
kegagalan jalur yang disebabkan oleh kegagalan sebuah hop dalam proses transaksi
sata juga dapat terdeteksi. Dibawah ini merupakan tabel perilaku sistem yang akan
dibuat jika terjadi pemutusan salah satu koneksi
Tabel 3.7 Perilaku Sistem Saat Pemutusan Koneksi
Status
Perilaku sistem
LTE1 LTE2
Hidup Hidup Mengarahkan gateway ke LTE1 dan LTE2
Mati Hidup Semua koneksi diarahkan ke gateway LTE2
Hidup Mati Semua koneksi diarahkan ke gateway LTE1
Mati Mati -
52
Gambar 3.5 Diagram Alir Algoritma Failover
3.5 Perencangan Sistem Uji
Pada tahap ini penulis membuat perancangan dalam melakukan pengujian
terhadap unjuk kerja sistem load balancing menggunakan metode PCC serta
pengujian QOS (quality of service) dari jaringan internet setelah dilakukan load
balancing.
Untuk melakukan Pengujian, penulis menggunakan beberapa tools, seperti
tools winbox, tools downloader seperti IDM (Internet download manager) dan Ping
Tester setelah itu akan dilakukan analisa.
53
3.5.1 Perancangan Pengujian Sistem Load Balancing
Pengujian sistem load balancing akan dilakukan meliputi dua fase, yang
pertama adalah pengujian browsing dan yang kedua pengujian download.
Pengujian browsing dilakukan dengan cara semua PC client melakukan browsing
ke situs yang sudah ditentukan. Kemudian dilakukan analisa menggunakan tools
connections dan menu interface. Jika mark-connection dan besar paket pada
masing-masing interface memiliki jumlah koneksi yang sama atau hampir sama,
maka bisa dikatakan PCC sudah berjalan dengan baik
Dibawah ini merupakan merupakan daftar situs yang akan di akses, penulis
hanya menggunakan lima situs, sehingga akan terjadi beberapa koneksi yang
berbeda, dari sini akan terlihat penyebaran jumlah koneksi pada setiap gateway.
Dalam pemilihan situs yang digunakan untuk uji coba, penulis melakukan
penelitian untuk mencari situs-situs yang memiliki server disemarang
Penelitian ini dilakukan dengan kondisi hanya dilakukan pada satu tempat
saja dan provider yang digunakan dengan kondisi hanya dilakukan pada satu tempat
saja dan provider yang digunakan adalah Telkomsel. Penulis menggunakan tools
traceroute dan ping dalam melakukan penelitian ini. Hal ini dilakukan agar tidak
mempengaruhi hasil ketika aktifitas browsing dilakukan pada waktu yang berbeda
dan mempermudah dalam melakukan analisa.
54
Tabel 3.8 Situs Yang Dipilih Melakukan Uji Coba
No Nama Situs IP address Hop Lokasi
1. www.usm.ac.id 103.134.215.4 11
Semarang
2. www.dinus.ac.id 103.246.107.90 15 Semarang
3. www.walisongo.ac.id 103.19.37.200 12 Semarang
4. www.polines.ac.id 103.247.9.242 12 Semarang
5. www.unimus.ac.id 103.97.100.2 9 Semarang
Yang kedua merupakan pengujian download, penulis akan melakukan
download sebuah file video pada situs google drive dengan link yang sudah
ditentukan, dengan menggunakan tools yang men-support multiple koneksi yaitu
IDM (internet download manager). Pengujian download dilakukan hanya pada
salah satu client saja. Kemudian dilakukan analisa menggunakan tools connections
dan menu interface yang terdapat di winbox untuk mengetahui penyebaran
penandaan koneksi dan besar paket yang dikirim pada masing-masing interface.
Sistem load balancing dikatakan berhasil jika pada satu proses download
menggunakan gateway yang tersedia secara bersama-sama dan kecepatan
download tiap gateway berimbang serta besar paket yang dilewatkan pada masing-
masing interface juga berimbang.
55
3.5.2 Perancangan Pengujian Failover
Pada pengujian failover penulis akan melakukan pengujian menggunakan
beberapa protokol yaitu ICMP, TCP, UDP. Pengujian protokol ICMP penulis akan
melakukan Ping ke sebuah situs yaitu www.usm.ac.id kemudian kita akan lihat
gateway menggunakan ”lte1” atau “ lte2”, apabila menggunakan “lte1’ selanjutnya
penulis akan memutus koneksi pada “lte1” begitu pun dengan sebaliknya, dengan
cara men-disable interface pada lte yang akan diputus.
Begitu pula dengan pengujian protokol TCP dan UDP sekenario pengujian
yang dilakukan tidak jauh berbeda, yang membedakan hanya tools yang akan
digunakan. Pengujian TCP dilakukan dengan men-download sebuah file dengan
menggunakan tool IDM setelah itu dilakukan pemutusan salah satu gateway. Untuk
pengujian protokol UDP penulis akan menonton Live Streaming online pada kanal
youtube KompasTV, kemudian akan dilakukan pemutusan pada salah satu jalur
Failover dikatakan berhasil jika setelah pemutusan jalur yang sebelumnya
digunakan dalam melakukan ping, download dan video call sistem akan berpindah
secara otomatis ke jalur yang masih aktif. Dibawah ini merupakan tabel
perencanaan pengujian failover.
56
Tabel 3.9 Perancangan Pengujian Failover
PC1 Kondisi Provider Jalur yang digunakan
lte1 lte2 lte1 lte2
PING
Hidup Hidup
Mati Hidup
Hidup Mati
Download
Hidup Hidup
Mati Hidup
Hidup Mati
Live
Streaming
Hidup Hidup
Mati Hidup
Hidup Mati
3.5.3 Perancangan Pengujian QOS Jaringan
Pengujian QOS perlu dilakukan untuk mengukur seberapa bagus kualitas
layanan internet yang digunakan pada load balancing. Karena kualitas layanan
internet tidak hanya diukur oleh seberapa besar bandwith diberikan, melainkan
kualitas layanan internet yang baik juga memiliki karakteristik yang lain seperti
waktu delay kecil, menimalkan packetloss dan sebagainya.
Parameter yang digunakan untuk mengukur QOS (Quality of service) adalah
paket loss, jitter, delay, dan troughput. pengukuran QOS menggunakan semua PC
Client dan dilakukan secara bersama-sama kecuali pada pengukuran throughput.
Pengujian dilaksanakan pada tgl 17 Januari 2020 – 23 Januari 2020, pada jam 09.00
– 11.00 WIB dan jam 21.00 – 23.00, masing-masing dilakukan sebanyak tiga (3)
kali dengan kondisi jalur yang berbeda yaitu ketika kedua jalur dengan status Hidup
dan ketika salah satu mati.
57
a. Pengujian Delay
Pengujian delay untuk mengukur total waktu yang dibutuhkan dalam proses
transmisi paket dari suatu titik ke titik yang lain. Pengujian ini akan menggunakan
tools Ping Tester dengan cara semua PC client melakukan ping ke alamat
www.usm.ac.id selama 10 menit dengan paket yang dikirim masing-masing sebesar
32 Byte, dengan interval 1000 ms atau 1 detik. Setelah itu dilakukan pemutusan
salah satu koneksi secara bergantian.
Dibawah ini merupakan tabel perancanaan pengujian Delay yang diuji
selama 1 minggu dengan 3 skenario pengambilan dan 3 buah PC client . Data hasil
pengujian tertera pada lampiran
Tabel 3.10 Perencanan Pengujian Delay
JAM Status Gateway
Delay (ms) Rata -
rata Ket
PC1 PC2 PC3 lte1 lte2 (ms)
HARI
09.00 Hidup Hidup
21.00
09.00 Mati Hidup
21.00
09.00 Hidup Mati
21.00
b. Pengujian Paket Loss
Pengujian paket loss untuk mengukur seberapa besar paket yang hilang saat
dilakukannya proses transmisi. Pengukuran ini juga menggunakan tools Ping
Tester. Cara pengujian sama dengan pengujian delay yaitu semua PC client
58
melakukan ping ke www.usm.ac.id setelah itu dilakukan pemutusan salah satu
koneksi secara bergantian dan paket yang dikirim sebesar 32Byte selama 10 menit.
Pada tabel 3.11 merupakan tabel perencanaan pengujian packet loss yang
akan diuji selama 1 minggu dengan 3 skenario dan 3 buah. Data hasil pengujian
tertera pada lampiran
Tabel 3.11 Perencanaan Pengujian Packet Loss
JAM Status Gateway
Packet Loss (%) Rata -
rata
Ket.
PC1 PC2 PC3 lte1 lte2
Hari
09.00 Hidup Hidup
21.00
09.00 Mati Hidup
21.00
09.00 Hidup Mati
21.00
c. Pengujian Jitter
Pengujian jitter dilakukan untuk mengukur variasi delay atau variasi waktu
kedatangan paket. Jitter yang tinggi disebabkan oleh peningkatan trafik data,
sehingga menimbulkan antrian. Dalam pengujian ini penulis akan melakukan
perhitunggan jitter secara manual dengan mengolah data yang sudah didapat pada
proses pengujian delay.
59
Rumus yang digunakan :
Jitter = 𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 𝑉𝐴𝑅𝐼𝐴𝑆𝐼 𝐷𝐸𝐿𝐴𝑌
𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿 𝑃𝐴𝐾𝐸𝑇 𝐷𝐼𝑇𝐸𝑅𝐼𝑀𝐴−1
Total variasi delay diperoleh dari penjumlahan :
(delay 2 – delay 1) + (delay 3 – delay 2) + ..... + (delay n – delay (n-1) )
Pada tabel 3.12 merupakan tabel perencanaan pengujian jitter selama 1
minggu dengan 3 skenario pengambilan dan 3 buah PC client. Data hasil pengujian
tertera pada lampiran.
Tabel 3.12 Perencanaan Pengujian Jitter
JAM Status Gateway
Jitter (ms) Rata -
rata Ket.
PC1 PC2 PC3 lte1 lte2 (ms)
Hari
09.00 Hidup Hidup
21.00
09.00 Mati Hidup
21.00
09.00 Hidup Mati
21.00
d. Pengujian Throughput
Pengujian Throughput disebut sebagai kecepatan sebenarnya suatu jaringan
dalam melakukan penggiriman data. Pengujian ini dilakukan dengan cara men-
download file video berukuran 56,6 MB pada situs google drive yang telah
ditentukan, dan diukur waktu lama download-nya menggunakan stopwatch
60
Pada tabel 3.13 merupakan tabel perencanaan pengujian throughput selama
1 minggu dengan 3 skenario pengambilan dan 1 PC client
Tabel 3.13 Perencanaan Pengujian Throughput
JAM Status Gateway
Durasi
Download Throughput
lte1 lte2 (s) (Kbps)
Hari
09.00 Hidup Hidup
21.00
09.00 Mati Hidup
22.00
10.00 Hidup Mati
22.00
3.6 Implementasi Topologi Jaringan
Setelah perancangan sistem selesai dibuat, langkah selanjutnya adalah
melakukan implementasi, tahap ini mengacu pada tahap perencangan yang telah
dibuat diatas. Yang pertama penulis akan melakukan konfigurasi pada client dan
alat sesuai topologi yang dibuat pada bab sebelumnya. Langkah-langkah yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Menyambungkan semua client pada hub menggunakan kabel UTP Cat6e
b. Melakukan konfigurasi IP address pada semua client, pemberian IP address
dilakukan dengan cara klik Start Control panel Network Connection
Local Area Connection klik properties klik 2 kali internet protokol
(TCP/IP), kemudian akan muncul window untuk mengset IP address :
61
Gambar 3.6 Konfigurasi IP Address
Penulis hanya memberikan penjelasan singkat, dengan hanya memberikan
satu gambar pengset IP address pada PC Client1.
c. Melakukan penginstalan software winbox pada salah satu client, setelah
pengkonfigurasian selesai, maka penulis akan melakukan tes konektivitas
pada semua client, dengan cara melakukan ping antara
a. PC Client1 PC Client2
b. PC Client2 PC Client3
Jika semua client sudah saling terhubung maka selanjutnya penulis akan
menyiapkan PC router.
3.7 Instalasi OS Mikrotik pada PC Router
Langkah selanjutnya penulis akan melakukan penginstalan MikrotikOS
pada sebuah PC yang telah disiapkan dengan spesifikasi PC seperti pada Tabel 3.2
. Sebelum proses penginstalan, Pertama-tama penulis menyiapkan OS mikrotik
yang akan diinstall, OS mikrotik dapat diunduh dari situs resmi mikrotik yaitu
62
www.mikrotik.com. Setelah itu OS mikrotik dintall ke sebuah Flashdisk. Adapun
langkah langkah penginstalan mikrotik seperti berikut : NTFS (New Technology
File System)
a. Format Flashdisk dengan file sistem NTFS (New Technology File System)
b. Buat virtual machine mikrotik OS pada Oracle VM VirtualBox
Gambar 3.7 Pembuatan Virtual Machine di Oracle VM VirtualBox
c. Masukan jumlah RAM untuk Virtual Machine MikrotikOS
Gambar 3.8 Membuat RAM Virtual Machine
d. Pada kolom pembuatan Virtual Hard Disk centang “do not add virtual hard
disk”dan klik Create
63
Gambar 3.9 Membuat Virtual Hard Disk
e. Klik menu Setting Storage , masukan file OS mikrotik yang telah di
downlaod. klik OK
Gambar 3.10 Pengaturan Storage Virtual Machine
f. Klik Start MikrotikOS Virtual Machine
64
Gambar 3.11 Start Page Virtual Machine
g. Pada toolbar Devices klik USB, pilih Flashdisk yang akan dijadikan
tempat penginstalan
Gambar 3.12 Pemilihan Tempat File Penginstalan Virtual Machine
h. Setelah proses booting akan muncul menu fitur mikrotik yang akan dipasang
atau diinstall, ketik “a” untuk mencentang semua fitur mikrotik, setelah itu
ketik “i” untuk memilih option software
65
Gambar 3.13 Pemilihan Fitur-fitur Mikrotik
i. Setelah itu muncul pesan konfirmasi, ketik y kemudian akan muncul proses
instalasi MikrotikOS
Gambar 3.14 Proses Intsallasi Mikrotik
j. Sistem akan meminta reboot virtual machine setelah proses installasi
selesai.
66
k. Cabut USB pada laptop penginstalan mikrotik, tancapkan USB Flashdisk
yang telah di intsall mikrotikOS ke laptop yang dipilih sebagai PC router.
Dan nyalakan
l. Setting BIOS untuk booting pertama menggunakan USB Flashdisk.
Kemudian mikrotik akan melakukan konfigurasi sistem secara otomatis.
m. Selanjutnya akan muncul user login. User dan password default Mikrotik
adalah User: admin password: kosong. Setelah login akan muncul tampilan
welcome screen mikrotik.
Gambar 3.15 Welcome Screen Mikrotik
3.8 Konfigurasi Load Balancing
Mengacu pada skenario perancangan load balancing sebelumnya terdapat
konfigurasi-konfigurasi yang harus di atur pada MikrotikOS yaitu antara lain :
67
3.8.1 Konfigurasi Dasar
Dalam tahap konfigurasi dasar, hal pertama yang dilakukan adalah
melakukan konfigurasi hardware yaitu memasangkan semua modem ke port USB
yang tersedia. Untuk memastikan bahwa modem yang digunakan telah tersupport
oleh MikrotikOS dapat dilihat menggunakan perintah system-resource-usb melalui
winbox atau terminal, keterangan lebih lengkap dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 3.16 Pengecekan USB Modem
Jika semua modem telah terbaca oleh mikrotik maka modem tersebut telah
support oleh mikrotik. Dan mikrotik akan membuatkan interface baru untuk kedua
modem tersebut dengan nama ”lte1” dan lte2”.
Langkah selanjutnya adalah memberikan IP address. PC router yang
digunakan memiliki tiga interface “lte1”,”lte2” yang merupakan interface yang
digunakan WAN melewati modem USB dan interface “ether1” digunakan untuk
LTE1
LTE2
68
LAN atau interface yang menghubungkan antara router dengan client. Pada
interface “ether1”,pemberian ip address dilakukan dengan perintah sebagai berikut:
Baris pertama perintah untuk masuk ke menu IP address selanjutnya
merupakan perintah untuk memberikan ip address pada interface “ether1” dengan
IP 192.168.78.2 dan subneting /24.
Keterangan selanjutnya seperti gambar berikut
Gambar 3.17 IP Address Pada Masing-Masing Interface
Untuk Interface lte1 dan lte2 tidak dilakukan pemberian IP address secara
manual, karena setelah modem melakukan dial, maka modem tersebut otomatis
akan mendapatkan IP address, IP address tersebut bersifat dinamis, yang artinya
jika modem tersebut di putus dan melakukan dial lagi maka IP address pada modem
tersebut akan berubah.
/ip address
add address=192.168.78.2/24
interface=ether1
69
Gambar 3.18 Keterangan interface “lte1” dan “lte2”
Yang terakhir dalam konfigurasi dasar yaitu pemberian IP DNS server.
Seperti penjelasan sebelumnya, DNS server berguna untuk memetakan host name
sebuah komputer ke IP address. Pada tahap ini alamat DNS yang digunakan
merupaka DNS public yang dimiliki oleh google. Konfigurasinya seperti berikut :
Sampai disini konfigurasi dasar yang dilakukan telah selesai, tahap
selanjutnya adalah ,melakukan konfigurasi load balancing.
3.8.2 Konfigurasi DHCP Client
Saat interface LTE muncul pada konfigurasi dasar, sistem LTE
menyediakan DHCP server,termasuk informasi DNS, dan sebagainya. Langkah
/ip dns
Set servers=8.8.8.8 allow-remote-requests=yes
70
selanjutnya mengaktifkan DHCP Client dengan semua interface LTE yang ada.
Disini router akan mendapatkan informasi IP address dari modem LTE.
Gambar 3.19 Konfigurasi DHCP Client “lte1” dan “lte2”
3.8.3 Konfigurasi NAT (Network Address Translation)
Agar komputer client dapat terhubung dengan internet, maka perlu
dilakukan tsanslasi dari IP privat yang dimiliki client ke IP publik. Konfigurasi
NAT dapat dilihat dari coding dibawah ini :
/ip firewall nat
add chain=srcnat out-interface=lte1
action=masquerade
add chain=srcnat out-interface=lte2
action=masquerade
71
Baris pertama merupakan perintah untuk masuk ke menu konfigurasi NAT,
Selanjutnya perintah tersebut mengintruksikan router agar menggantikan sumber
alamat IP dari sebuah paket ke alamat IP publik yang dimiliki interface “lte1” dan
“lte2” dengan metode masquerade.
3.8.4 Konfigurasi Mangle
Mangle digunakan untuk melakukan penandaan suatu paket yang keluar
masuk dari suatu interface sebelum paket itu diproses sesuai dengan rule routing
yang dibuat. Penulis menggunakan beberapa perintah mangle yaitu :
a. Chain Prerouting adalah proses dimana router dapat menanipulasi paket
sebelum paket di route-kan.
b. Chain input adalah proses pemeriksaan paket yang akan memasuki dan
diproses oleh router melalui salah satu interface.
c. Chain output adalah proses pemeriksaan paket yang telah diproses oleh router
yang akan menuju keluar sebelum proses routing.
Berikut ini tahapan-tahapan untuk melakukan konfigurasi pada mangle mikrotik :
a. Dimulai dengan melakukan penandaan koneksi yang berasal dari laur
jaringan atau interface public yang menuju alamat lokal. Penandaan
dilakukan dengan mengatur koneksi yang berasal dari lte1 akan diberi tanda
“LTE1_conn” dan koneksi yang berasal dari lte2 akan diberi tanda
“LTE2_conn”.
72
Konfigurasinya sebagai berikut :
b. Tahap selanjutnya melakukan penandaan routing mark sebagai jalur paket
connection yang sudah ditandai yang akan keluar dari router. Untuk tiap-tiap
koneksi yang ditandai dengan “LTE1_conn” akan diberikan mark-routing
“jalur1” yang akan dilewatkan pada interface lte1 dan tiap-tiap koneksi yang
ditandai “LTE2-conn” akan diberikan mark-routing “jalur2” yang akan
dilewatkan pada interface lte2.
Konfigurasinya sebagai berikut :
/ip firewall mangle
add chain=input in-interface=lte1
action=mark-connection
new-connection-mark=LTE1_conn
add chain=input in-interface=lte2
action=mark-connection
new-connection-mark=LTE2_conn
/ip firewall mangle
add chain=output connection-
mark=WAN1_conn action=mark-routing
new-routing-mark=to_LTE1
add chain=prerouting dst-
address="IP NETWORK LTE1"
action=accept in-interface=ether1
add chain=output connection-
mark=WAN2_conn action=mark-routing
new-routing-mark=to_LTE2
add chain=prerouting dst-
address="IP NETWORK LTE2"
action=accept in-interface=ether1
73
c. Setelah dilakukan penandaan koneksi, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan pembagian jalur koneksi menjadi dua jalur dengan dibantu
algoritma PCC.
Algoritma PCC akan menjumlah noth address dan port pada masing-masing
koneksi, kemudian dibagi oleh suatu bilangan, pada penelitian ini menggunakan 2
(dua), sesuai dengan jumlah ISP yang digunakan. Kemudian sisa hasil baginya akan
digunakan sebagai penanda, jika sisa hasil bagi 0 (nol) maka koneksi tersebut akan
ditandai sebagai “LTE1_conn” kemudian dilewatkan ke routing-mark “jalur1”
yaitu menggunakan gateway (lte1), dan jika sisa hasil bagi 1 (satu) maka koneksi
tersebut akan ditandai sebagai “LTE2_conn” kemudian dilewatkan ke routing-mark
“jalur2” yaitu menggunakan gateway (lte2)
Konfigurasinya sebagai berikut :
/ip firewall mangle
add chain=prerouting dst-address-type=!local
in-interface=ether1 per-connection-
classifier=both-addresses-and-ports:2/0
action=mark-connection new-connection-
mark=LTE1_conn passthrough=yes
add chain=prerouting dst-address-type=!local
in-interface=ether1 per-connection-
classifier=both-addresses-and-ports:2/1
action=mark-connection new-connection-
mark=LTE2_conn passthrough=yes
add chain=prerouting connection-mark=WAN1_conn
in-interface=ether1 action=mark-routing new-
routing-mark=to_LTE1
add chain=prerouting connection-mark=WAN2_conn
in-interface=ether1 action=mark-routing new-
routing-mark=to_LTE2
74
3.8.5 Konfigurasi Routing
Setelah penandaan paket selesai pada tahap konfigurasi mangle, langkah
selanjutnya adalah melakukan konfigurasi routing tabel agar paket bisa diteruskan
ke gateway ISP yang sesuai dengan marking-route yang dibuat pada konfigurasi
mangle, dengan aturan mark-route “jalur1” akan menggunakan gateway IP yang
dimiliki “lte1” dan mark-route “jalur2” akan menggunakan gateway IP yang
dimiliki “lte2”.
Konfigurasinya sebagai berikut
3.8.6 Konfigurasi Failover
Ketika terjadi pemutusan koneksi pada salah satu jalur, maka pada jalur
yang putus tidak dapat melayani request yang ada, dan ketika melakukan browsing
pada situs tertentu situs tersebut tidak termuat secara sempurna atau bahkan tidak
bisa tidak bisa mengakses situs tersebut.
/ip route
add dst-address=0.0.0.0/0
gateway="IP ADDRESS LTE1" routing-
mark=to_LTE1 check-gateway=ping
distance=1
add dst-address=0.0.0.0/0
gateway="IP ADDRESS LTE2" routing-
mark=to_LTE2 check-gateway=ping
distance=1
75
Maka dari itu perlu dibuatkan routing backup untuk mencegah hal itu
terjadi. Failover berguna agar ketika salah satu koneksi putus, koneksi yang masih
aktif akan mengambil alih semua request yang ada.
Konfigurasinya sebagai berikut :
Pada konfigurasi diatas merupakan sebuah aturan routing yang digunakan
sebagai routing backup dari default route yang telah dibuat sebelumnya.
Cara kerja failover ini adalah setiap router akan mentransmisikan data ke
alamat tujuan, router akan memeriksa gateway apakah aktif atau tidak dengan cara
melakukan ping ke IP gateway tersebut. Kemudian jika ternyata gateway tidak
memberi jawaban, router akan memilih jalur lain yaitu rule routing yang memiliki
parameter distance yang lebih besar dari rule routing sebelumnya. Parameter
distance ini menunjukkan prioritas pada saat pemilihan jalur routing, semakin kecil
nilai distance maka semakin besar proiritas yang diberikan.
/ip route
add dst-address=0.0.0.0/0
gateway=" IP ADDRESS LTE1"
distance=2 check-gateway=ping
add dst-address=0.0.0.0/0
gateway=" IP ADDRESS LTE2"
distance=2 check-gateway=ping
76
3.9 Uji Coba
Pada tahap uji coba, penulis akan mengukur sejauh mana sistem yang telah
dibangun dapat berjalan secara optimal, dengan cara melihat unjuk kerja sistem
load balancing serta melihat kualitas jaringan yang digunakan pada load balancing
Uji coba dilakukan mengacu pada perancangan sistem uji yang telah dibuat
pada 3.4 yaitu meliputi 4 tahap yaitu pengujian browsing, download, failover dan
QOS (Quality of Service)
3.9.1 Pengujian Browsing
Pada tahap pengujian browsing ini penulis akan melakukan browsing
menggunakan PC client dengan situs yang dituju mengacu pada Perancangan Uji
Coba. Kegiatan ini sebagi sample aktifitas browsing dari client. Karena sifat PCC
yang akan mengingat jalur yang telah dilewati diawal trafik koneksi, maka penulis
akan membersihkan chace route pada router sebelum melakukan browsing agar
router melakukan proses load balancing dari awal.
Langkah selanjutnya adalah menganalisis koneksi yang terjadi dan besar
paket yang dilewatkan pada masing-masing interface sehingga dapat diketahui
sistem load balancing telah bekerja dengan baik atau belum.
Berikut ini salah satu hasil monitoring koneksi yang terjadi ketika PC1
client melakukan browsing pada situs www.dinus.ac.id :
77
Gambar 3.20 Koneksi yang Terjadi Ketika PC1 Melakukan Browsing
Hasil capture yang lebih lengkap dapat dilihat pada halaman lampiran
Berdasarkan monitoring yang telah di lakukan penulis memasukkan data
koneksi ke dalam tabel kemudian melakukan perhitungan berapa koneksi yang
ditandai sebagai “LTE1_conn” dan “LTE2_conn”, tabel dapat dilihat pada halaman
lampiran :
Dari tabel yang berada pada lampiran, koneksi yang ditandai dengan
“LTE1_conn” dan “LTE2_conn” kurang berimbang yaitu 26 dan 33 kali, dengan
hasil ini berarti PCC telah menandai koneksi yang terjadi dan membaginya. Dalam
hal ini penulis menganalisa kurang berimbangnya load balancing ini karena respon
time antara ke dua provider tidak sama, mengakibatkan ketidakseimbangan
pembagian koneksi pada PCC, besar paket data antara lte1 dan lte2 ternyata tidak
sama, hal ini dikarenakan PCC hanya membagi beban berdasarkan koneksi yang
terjadi, bukan dari besar paket, sehingga tiap koneksi akan melakukan pengiriman
paket yang memiliki besar yang berbeda-beda sehingga menyebabkan
ketidakseimbangan besar paket yang dilewatkan pada masing-masing interface
78
3.9.2 Pengujian Download
Pengujian download dilakukan untuk mengetahui sejauh mana sistem akan
membagi beban koneksi kepada kedua gateway pada saat melakukan download file,
file yang di-download merupakan file yang berformat .mp4 yang berukuran 56,6
MB yang diambil dari Google Drive
Parameter yang digunakan pada pengujian ini adalah jumlah penyebaran
koneksi dan besar trafik download dari masing-masing interface yang ditandai pada
kotak merah, yang dapat dilihat dari menu interface.
Gambar 3.21 Koneksi yang Terjadi pada Saat Melakukan Download
Berdasarkan monitoring yang telah dilakukan, penulis memasukkan data
koneksi kedalam tabel kemudian melakukan perhitungan berapa koneksi yang
ditandai sebagai “LTE1_conn” dan “LTE2_conn, tabel dapat dilihat pada halaman
lampiran
Dari tabel yang berada pada lampiran, koneksi yang ditandai dengan
“LTE1_conn” dan “LTE2_conn” kurang berimbang yaitu 6 dan 3 kali, dalam
pembagian koneksi ini PCC sudah berhasil membagi koneksi antara dua sumber
koneksi.
79
Selanjutnya dilakukan analisis kecepatan dan besar paket yang dilewatkan
pada masing-masing interface
Gambar 3.22 Pengujian Download
Pada gambar proses downlaod diatas ketika PCclient melakukan download
suatu file menggunakan tools IDM, gateway yang digunakan adalah lte1 dan lte2
karena tools IDM akan memecah file menjadi beberapa bagian kemudian akan men-
download secara bersama-sama.
Dari gambar diatas hanya lte1 yang berfungsi sebagai gateway dengan
kecepatan 9.9 Mbps sementara lte2 tidak terlihat lalu lintas koneksi yang terjadi
pada menu interface, ini dikarenakan karena perbedaan kekuatan dan kestabilan
jaringan pada ke dua interface yang mengakibatkan selisih kecepatan download
antara lte1 dan lte2 begitu jauh, karena load balancing terpenuhi jika koneksi
internet dari dua interface sinyalnya bagus, jika salah satu kurang stabil
dibandingkan dengan lain maka koneksi paling bagus akan terhisap semua.
80
Disini dapat disimpulkan bahwa load balancing tidak bekerja dengan baik
karena tidak dapat membagi beban koneksi secara seimbang karena kurang
stabilnya jaringan antar interface lte.
3.9.3 Pengujian Failover
Pengujian failover berguna untuk mengetahui perilaku sistem jika terjadi
pemutusan koneksi pada salah satu jalur koneksi, seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, pengujian ini terdiri dari tiga bagian yaitu pengujian pada protokol
ICMP, TCP dan UDP. Pada pengujian protokol ICMP, dilakukan dengan cara salah
satu client melakukan Ping ke suatu situs yang telah ditentukan yaitu
www.usm.ac.id kemudian memutus salah satu jalur dengan cara men-disable
interface yang digunakan sebagai gateway pada saat melakukan Ping.
Berikut adalah gambar peilaku sistem ketika terjadi pemutusan salah satu
koneksi :
Gambar 3.23 Ping ke www.usm.ac.id
81
Gambar 3.24 “lte2” sebagai Gateway Ping
Dari gambar diatas terlihat bahwa gateway yang dipakai untuk melakukan
ping adalah “lte2”, hal ini dilihat dari lalu lintas data pada interface lte2 dengan
kecepatan 4.9kbps dari sisi download dan 3.0kbps dari sisi upload. Sedangkan
interface “lte1” tidak terjadi lalu lintas data. Pada saat pengujian, PCclient tidak
melakukan aktifitas lain selain menggunakan ping.
Setelah mengetahui gateway yang digunakan dalam melakukan ping
selanjutnya penulis akan melakukan pemutusan koneksi dengan cara men-disable
interface “lte2”
Gambar 3.25 Pemutusan Jalur Koneksi pada Interface lte2
Gambar 3.26 Ping Setelah Pemutusan Jalur Koneksi pada lte2
82
Dari gambar diatas terlihat bahwa setelah pemutusan jalur koneksi pada
“lte2” gateway yang dipakai dalam melakukan ping berganti menjadi “lte1”
ditunjukan dengan tanda panah.
Berikutnya penulis akan mencoba melakukan percobaan perpindahan
otomatis dari lte1 ke lte2
Gambar 3.27 Kondisi Sebelum Pemutusan Jalur Koneksi pada “lte1”
Setelah melakukan ping, penulis akan memutus jalur koneksi “lte1, gambar
diatas terlihat bahwa interface yang digunakan dalam melakukan ping adalah lte1
Gambar 3.28 Pemutusan Jalur Koneksi pada lte1
Gambar 3.29 Ping Setelah Pemutusan Jalur Koneksi pada lte1
83
Dari gambar diatas terlihat bahwa setelah pemutusan jalur koneksi pada
“lte1” gateway yang dipakai dalam melakukan ping berganti menjadi “lte2
ditunjukan dengan tanda panah
Selanjutnya pengujian dengan protokol TCP yaitu dengan PC client
melakukan download salah satu video pada situs www.youtube.com kemudian
dilakukan pemutusan salah satu koneksi.
Berikut adalah gambar perilaku sistem ketika terjadi pemutusan salah satu
koneksi :
Gambar 3.30 Proses Download Sebelum Pemutusan Koneksi
84
Pada gambar diatas gateway yang digunakan pada proses download adalah
“lte1, setelah mengetahui gateway mana yang digunakan. Selanjutnya dilakukan
pemutusan jalur koneksi “lte1”
Gambar 3.31 Proses Download Setelah Pemutusan Jalur Koneksi lte1
Setelah melakukan pemutusan koneksi, gateway yang digunakan sudah
berpindah ke “lte2” secara otomatis. Selanjutnya dilakukan pemutusan jalur
koneksi “lte2” dan pengembalian jalur koneksi “lte1” secara bersamaan
Gambar 3.32 Proses Download Setelah Pemutusan Jalur Koneksi lte2
Setelah melakukan pemutusan koneksi lte2, gateway yang digunakan
berpindah otomatis, dari sini dapat disimpulkan bhwa sistem failover pada protokol
TCP berjalan dengan baik.
Selanjutnya akan melakukan pengujian pada protokol UDP yang mengacu
pada skenario yang dijelaskan sebelumnya yaitu dengan cara menonton live stream
online pada situs www.youtube.com di kanal KompasTV
Berikut adalah gambar perilaku sistem ketika terjadi pemutusan salah satu
koneksi :
85
Pertama penulis akan menonton video live stream pada situs youtube pada
kanal kompasTV dengan resolusi 720p HD. Setelah video live stream berjalan
kemudian penulis akan melakukan pemutusan pada salah satu interface
Gambar 3.33 Kondisi Video Live Stream Sebelum Pemutusan Jalur Koneksi
Pada gambar diatas gateway yang digunakan adalah “lte1”. Selanjutnya
adalah melakukan pemutusan koneksi interface “lte1” :
Gambar 3.34 Kondisi Video Live Setelah Pemutusan Jalur Koneksi “lte1”
86
Setelah pemutusan dilakukan ternyata kondisi live stream video tetap
berjalan lancar dan tidak terputus tanpa penurunan kualitas video. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa perpindahan gateway dari interface “lte1 ke “lte2” secara
otomatis berjalan dengan baik. Selanjutnya akan dilakukan pemutusan pada
interface “lte2”
Gambar 3.35 Kondisi Video Live Setelah Pemutusan Jalur Koneksi lte2
Setelah pemutusan interface “lte2”, ternyata proses live stream tetap
berjalan tanpa mengalami penurunan kualitas video dari sini dapat disimpulkan
bahwa perpindahan gateway dari interface “lte2” ke “lte1” secara otomatis berjalan
dengan baik.
Tabel 3.14 Perilaku Sistem Saat Pemutusan Salah Satu Jalur Koneksi
PC1 Kondisi Provider Jalur yang digunakan
LTE1 LTE2 LTE1 LTE2
PING
Hidup Hidup O
Mati Hidup O
Hidup Mati O
Download
Hidup Hidup O
Mati Hidup O
Hidup Mati O
Live
Streaming
Hidup Hidup O
Mati Hidup O
Hidup Mati O
87
Berdasarkan hasil dari pengujian failover diatas yang dapat dilihat pada
tabel 3.14, dapat dianalisa bahwa sistem failover sudah berjalan dengan baik pada
protokol ICMP, TCP dan UDP karena pada saat pemutusan koneksi pada salah satu
jalur yang digunakan sistem akan otomatis berpindah pada jalur yang masih aktif.
3.10 Implementasi Software Ping Tester
Ping Tester merupakan salah satu aplikasi yang berfungsi sebagai network
analyzer (penganalisa jaringan) dengan cara mengirim pesan ICMP (Internet
Message Protocol) Echo Request dan menerima Echo Relpy untuk menentukan
apakah host tujuan dapat dijangkau dan berapa lama paket yang dikirim dibalas oleh
host tujuan.
Informasi dari proses ICMP Echo Request dan Echo Reply dapat dengan
mudah diketahui dengan aplikasi Ping Terster. Proses instalasi dari software ini
bisa dilihat sebagai berikut:
a. Langkah pertama download ping tester secara gratis melalui situs
www.pingtester.net. Setelah itu klik software instalasinya lalu akan muncul
kotak dialog seperti berikut dan klik “Next”
88
Gambar 3.36 Tampilan Setup Instalasi Ping Tester
b. Kemudian akan muncul kotak dialog License Agreement, lalu klik “I agree to
the terms of this license agreement” dan klik “Next”.
Gambar 3.37 Tampilan License Agreement
89
c. Selanjutnya akan ada informasi mengenai software Ping Tester lalu klik “Next”
dan akan muncul kotak dialog lokasi penyimpanan instalasi. Jika ingin
mengubah lokasi klik “Browse” dan klik “Next”.
Gambar 3.38 Tampilan Folder Instalation
d. Setelah itu akan tampil ringkasan informasi instalasi, klik “Next”
Gambar 3.39 Tampilan Ready to Install
90
e. Terakhir tunggu proses instalasi berjalan, jika sudah selesai maka tampilan akan
seperti di bawah ini lalu klik “Finish”.
Gambar 3.40 Tampilan Instalasi Selesai
Setelah instalasi software Ping Tester berhasil pada perangkat laptop,
maka selanjutnya penulis akan menjelaskan bagaimana cara untuk melakukan
konfigurasi agar software Ping Tester siap untuk dilakukan pengujian jaringan
bergerak 4G. Cara konfigurasinya adalah sebagai berikut:
a. Pertama buka Software Ping Tester lalu klik “Run the free edition”.
91
Gambar 3.41 Tampilan Pembuka Ping Tester
b. Selanjutnya konfigurasi target hosts dengan cara klik “Add singel IP or URL”.
Gambar 3.42 Tampilan Target Hosts
c. Kemudian masukkan nama dan URL/Host-name “usm.ac.id” seperti gambar di
bawah ini.
92
Gambar 3.43 Tampilan Konfigurasi Host Name
d. Setelah konfigurasi hotst selesai, berikutnya adalah konfigurasi parameter
“Test interval”, “Send buffer size”, “Time out”, “Total test quantity” dan
“Repeat per IP”. Nilai dari parametet tersebut bisa dilihat pada gambar
berikut:
Gambar 3.44 Konfigurasi Parameter Ping Tester
93
e. Setaleh target host dan parameter selesai dikonfigurasi selanjutnya adalah
melakukan pengujian dengan cara memilih host “Universitas Semarang” yang
sudah dibuat tadi, lalu klik “Ping” dan untuk berhenti klik “Stop”.
Gambar 3.45 Tampilan Pengujian Ping Tester
94
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengukuran
Pengukuran pengujian dilakukan pada datu tempat dengan menggunakan 2
buah provider. Parameter yang digunakan untuk mengukur QOS (Quality of
service) adalah paket loss, jitter, delay, dan throughput. pengukuran QOS
menggunakan tiga buah (3) PC Client dan dilakukan secara bersama-sama.
Pengujian dilaksanakan pada tgl 17 Januari 2020 – 23 Januari 2020, pada jam 09.00
– 11.00 WIB dan jam 21.00 – 23.00, masing-masing dilakukan sebanyak tiga (3)
kali dengan kondisi jalur yang berbeda yaitu ketika kedua jalur dengan status Hidup
dan ketika salah satu mati. Kecuali throughput hanya dua (2) kali kondisi yaitu
hidup mati dan mati hidup dikarenakan pada bab 3 bagian uji coba download hasil
load balancing pada saat kondisi hidup-hidup gateway yang digunakan hanya 1,
tidak bisa membagi pada 2 sumber koneksi dengan seimbang
Pengambilan data memanfaatkan software bernama Ping Tester yang
kemudian dari data tersebut diolah serta dianalisa untuk mengetahui nilai parameter
Packet Loss, Delay dan Jitter. Sedangkan Throughput dengan men-download file
sebesar 56,6 MB dihitung durasi lama download menggunakan stopwatch. sampel
data saat pengambilan ping tester tertera pada gambar 4.1.
Data hasil pengukuran tertera pada lampiran.
95
Gambar 4.1 Sampel data Ping Tester
4.2 Data Delay
Delay (latency) adalah waktu tunda suatu paket yang diakibatkan oleh
proses transmisi dari satu titik lain yang menjadi tujuannya. Delay dapat
dipengaruhi oleh jarak, media fisik, kongesti atau juga waktu proses yang lama.
Waktu tunda suatu paket yang diakibatkan oleh proses ytansmisi dari satu titik ke
titik lain yang menjadi tujuannya. Delay diperoleh dari selisih waktu kirim antara
satu paket TCP dengan paket lainnya yang direpresentasikan dalam satuan second.
Berdasarkan konfigurasi software Ping Tester yang menjadi target Hosts
adalah www.usm.ac.id, batas waktu timeout diatur sebesar 10 detik dan waktu
96
interval diatur sebesar 1 detik sehingga ketika pengujian selama 10 menit
didapatkan sampel sebanyak 600 data per PC client. Pada pengujian ini dilakukan
di pedurungan. Hasil dari pengujian adalah nilai Delay dan rata-rata bisa dihitung
menggunakan rumus ke-3 pada bab 2
4.2.1 Data Delay Waktu Pagi
Berikut tabel hasil beserta rata-ratanya dari pengujian delay selama satu
minggu dengan 3 skenario dan 3 buah PC client yang sudah dirata-rata :
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan rata-rata Delay (ms) Waktu Pagi
Skenario Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu Rata-
rata
Hidup hidup 65,00 64,00 64,00 65,33 58,00 54,67 59,00 61,43
Mati hidup 70,33 59,67 61,67 77,33 60,00 56,00 60,67 63,67
Hidup mati 57,33 79,33 73,67 80,33 57,33 63,67 64,33 68,00
Rata-rata 64,22 67,67 66,45 74,33 58,44 58,11 61,33
Berdasarkan gambar grafik 4.2, dapat dilihat nilai delay pada waktu pagi
untuk skenario hidup-hidup (HH), mati-hidup (MH), hidup-mati (HM).
97
Gambar 4.2 Grafik Hasil Perhirungan Delay Waktu Pagi 3 Skenario
Nilai rata-rata delay pada kondisi pagi pada grafik 4.2 dengan puncak nilai
tertinggi terjadi pada hari kamis. Nilai delay untuk waktu pengukuran pagi dengan
skenario hidup-hidup (HH) tertinggi terjadi pada hari kamis dengan nilai 65,33
milidetik atau milisecond (ms) dan terendah terjadi pada hari sabtu sebesar 54,67
ms. Sedangkan untuk skenario mati-hidup (MH) nilai tertinggi juga terjadi pada
hari kamis dengan nilai 77,33 ms dan nilai terendah terjadi pada hari sabtu dengan
nilai 56 ms. Untuk skenario hidup-mati (HM) nilai tertinggi juga terjadi pada hari
kamis dengan nilai 80,33 ms dan sekaligus menjadi nilai tertinggi, kemudian nilai
terendah terjadi pada hari senin dan jum’at dengan nilai yang sama yang bernilai
57,33 ms. Berdasarkan ketiga skenario diatas yang memiliki rata-rata delay
terendah dan stabil selama seminggu terjadi pada skenario hidup-hidup (HH)
karena naik turun grafik tidak melonjak secara signifikan, diikuti skenario mati-
hidup (MH) dan terburuk pada skenario hidup-mati (HM).
65 64 6465,33
58
54,67
59
70,33
59,6761,67
77,33
60
56
60,67
57,33
79,33
73,67
80,33
57,33
63,67 64,33
50
60
70
80
90
100
S E N I N S E L A S A R A B U K A M I S J U M ' A T S A B T U M I N G G U
DEL
AY
(ms)
HH
MH
HM
98
4.2.2 Analisis Data Delay Waktu Pagi
Nilai rata-rata delay yang diperoleh 1 minggu dengan 3 skenario
pengukuran (Hidup-Hidup, Mati-Hidup, Hidup-Mati) pada waktu pagi hari
diperoleh nilai rata-rata sebesar 61,43 milidetik (milisecond ms) pada skenario HH,
skenario MH sebesar 63,67 ms, skenario HM sebesar 68 ms. Hasil tersebut menurut
TIPHON (Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over
Networks) delay pada pengukuran load balancing jaringan 4G pada pagi hari
termasuk ke dalam kategori indeks nomor 4 yaitu sangat bagus dengan nilai kurang
dari 150 ms.
4.2.3 Data Delay Waktu Malam
Berikut tabel hasil beserta rata-ratanya dari perhitungan delay selama 1
minggu dengan 3 skenario dan 3 PC client yang sudah dirata-rata :
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Rata-rata Delay (ms) Waktu Malam
Skenario Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu Rata-
rata
Hidup hidup 62,00 60,67 63,67 68,67 65,67 62,33 86,67 67,10
Mati hidup 61,00 62,00 73,00 70,33 72,67 62,67 70,67 63,67
Hidup mati 61,00 61,67 75,67 67,00 61,33 60,00 65,33 64,57
Rata-rata 61,33 61,45 70,78 68,67 66,56 61,67 74,22
Berdasarkan gambar grafik 4.3, dapat dilihat nilai delay pada waktu malam
untuk skenario hidup-hidup (HH), mati-hidup (MH), hidup-mati (HM).
99
Gambar 4.3 Grafik Hasil Perhitungan Delay Waktu Malam 3 Skenario
Pada grafik 4.3 diatas dapat dilihat bahwa nilai delay untuk kondisi malam
cenderung meningkat. Pada skenario hidup-hidup (HH) nilai delay tertinggi pada
hari minggu sebesar 86,67 ms dan menjadi nilai tertinggi pada kondisi malam,
untuk nilai terendah terjadi pada hari selasa dengan nilai 60,67 ms. Kemudian pada
skenario mati-hidup (MH) nilai delay tertinggi terjadi pada hari rabu dengan nilai
73 ms dan nilai terendah pada hari senin bernilai 61 ms. Selanjutnya pada skenario
hidup-mati (HM) nilai delay tertinggi terjadi pada hari rabu sebesar 75,67 dan nilai
terendah terjadi pada hari sabtu dengan nilai 60 ms. Berdasarkan ketiga skenario
pengukuran diatas rata-rata nilai delay terendah dan stabil selama seminggu terjadi
pada skenario mati-hidup (MH), diikuti skenario hidup-mati (HM). Dan terburuk
pada skenario hidup-hidup (HH).
6260,67
63,67
68,67
65,67
62,33
86,67
6162
73
70,33
72,67
62,67
70,67
61 61,67
75,67
67
61,3360
65,33
50
60
70
80
90
S E N I N S E L A S A R A B U K A M I S J U M ' A T S A B T U M I N G G U
DEL
AY
(ms)
HH
MH
HM
100
4.2.4 Analisis Data Delay Waktu Malam
Nilai rata-rata delay yang diperoleh dari pengukuran serta pengujian selama
1 minggu dengan 3 skenario (Hidup-Hidup, Mati-Hidup, Hidup-Mati) untuk
pengukuran malam hari diperoleh nilai rata-rata 67,10 milidetik (milisecond ms)
untuk skenario HH, skenario MH sebesar 67,48 ms, dan skenario HM sebesar 64,57
ms. Hasil tersebut menurut TIPHON (Telecommunications and Internet Protocol
Harmonization Over Networks) delay pada pengukuran load balancing jaringan
4G pada malam hari termasuk ke dalam kategori indeks nomor 4 yaitu sangat bagus
dengan nilai kurang dari 150 ms.
4.3 Data Packet Loss
Packet loss adalah banyaknya paket yang hilang pada suatu jaringan paket
yang disebabkan oleh tabrakan (collision) dan congestion. Pada jaringan hal ini
berpengaruh pada semua aplikasi karena retransmisi akan mengurangi effisiensi
jaringan secara keseluruhan meskipun jumlah bandwidth cukup tersedia untuk
aplikasi tersebut.
Berdasarkan konfigurasi software yang telah penulis lakukan yaitu batas
waktu timeout dan interval. Data yang sudah didapatkan tersebut kemudian dihitung
menggunakan rumus kedua pada bab 2 untuk mencari packet loss
101
4.3.1 Data Packet Loss Waktu Pagi hari
Berikut tabel hasil beserta rata-ratanya dari perhitungan packet loss selama
1 minggu dengan 3 skenario dan 3 PC client yang sudah dirata-rata :
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan rata-rata Packet Loss (%) waktu Pagi
Skenario Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu Rata-
rata
Hidup hidup 0 0 0,166 0,056 0 0 0,166 0,055
Mati hidup 0,056 0 0,5 0,056 0 0 0 0,087
Hidup mati 0,056 0,113 0,223 0,056 0,056 0,78 0,11 0,199
Rata-rata 0,037 0,038 0,296 0,056 0,019 0,260 0,092
Berdasarkan gambar grafik 4.4, dapat dilihat presentase nilai packet loss
kondisi pagi hari dengan 3 skenario hidup-hidup (HH), mati-hidup (MH), hidup-
mati (HM).
Gambar 4.4 Grafik Hasil Perhitungan Packet loss Waktu Pagi 3 Skenario
0 0
0,166
0,0560 0
0,166
0,0560
0,5
0,0560 0 0
0,0560,113
0,223
0,056 0,056
0,78
0,11
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu
Pa
cket
Lo
ss (%)
HH
MH
HM
102
Nilai tertinggi presentase packet loss terjadi pada skenario hidup-mati (HM)
yaitu pada hari sabtu sebesar 0,78 % dan terendah terjadi pada hari senin, kamis,
jumat dengan nilai 0,056 %. Pada skenario mati-hidup (MH) nilai tertinggi packet
loss terjadi pada hari rabu sebesar 0,5 % dan 0 % untuk nilai terendah terjadi pada
hari selasa, jum’at, sabtu. Selanjutnya untuk skenario hidup-hidup (HH) nilai
tertinggi terjadi pada hari rabu dan minggu dengan nilai packet loss 0,166 % dan 0
% untuk nilai terendah terjadi pada hari senin, selasa, jum’at, sabtu. Berdasarkan
grafik diatas nilai Packet Loss terendah selama seminggu terjadi pada skenario
hidup-hidup (HH), diikuti skenario mati-hidup (MH) dan terburuk pada skenario
hidup-mati (HM).
4.3.2 Analisis Data Packet Loss Waktu Pagi
Nilai rata-rata Packet Loss yang didapatkan dalam melakukan pengujian
selama 1 minggu dengan 3 skenario pengambilan (Hidup-Hidup, Mati-Hdup,
Hidup-Mati) untuk waktu pengukuran pagi hari diperoleh nilai rata-rata Packet
Loss sebesar 0,055 % untuk skenario HH, skenario MH sebesar 0,087 % dan
skenario HM sebesar 0,199 %. Hasil tersebut menurut TIPHON
(Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over Networks) Packet
Loss pengukuran load balancing jaringan 4G pada pagi hari termasuk dalam
kategori indeks nomor 4 yaitu sangat bagus dengan nilai kurang dari 3 %.
103
4.3.3 Data Packet Loss Waktu Malam
Berikut tabel hasil rata-rata dari perhitungan packet loss selama 1 minggu
dengan 3 skenario dan 3 PC client yang sudah dirata-rata :
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Rata-rata Packet Loss (%) Waktu Malam
Skenario Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu Rata-
rata
Hidup hidup 0,056 0,113 0 0,276 0 0 0 0,064
Mati hidup 0 0,056 0,17 0,5 0 0 0,223 0,136
Hidup mati 0,22 0 0 0,333 0 0 0 0,079
Rata-rata 0,092 0,056 0,057 0,370 0,000 0,000 0,074
Berdasarkan grafik 4.5, dapat dilihat presentase nilai packet loss pada waktu
malam hari dengan 3 skenario berbeda hidup-hidup (HH), mati-hidup (MH), hidup-
mati (HM).
Gambar 4.5 Grafik Hasil Perhitungan Packet Loss Waktu Malam 3 Skenario
0,056
0,113
0
0,276
0 0 0
0
0,056
0,17
0,5
0 0
0,2230,22
0 0
0,333
0 0 00
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu
Pa
cket
Lo
ss (%)
HH
MH
HM
104
Pada grafik 4.5 diatas packet loss mengalami penurunan dan kenaikan pada
tiap-tiap skenario selama 1 minggu. Pada 3 skenario pengujian nilai packet loss
tertinggi terjadi pada hari kamis dengan nilai 0,276 % pada Skenario hidup-hidup
(HH), 0,333 % pada skenario hidup-mati (HM), dan 0,5 % pada skenario mati-hidup
(MH). Untuk nilai terendah dengan nilai 0 % terjadi pada skenario hidup-hidup
(HH) pada hari rabu, jum’at, sabtu, minggu. Skenario mati-hidup (MH) pada hari
senin, jum’at, sabtu dan pada skenario hidup-mati (HM) pada hari selasa, rabu,
jum’at, sabtu, dan minggu. Berdasarkan grafik diatas nilai Packet Loss terendah
selama seminggu terjadi pada skenario hidup-hidup (HH), diikuti skenario hidup-
mati (HM) dan terburuk pada skenario mati-hidup (MH).
4.3.4 Analisis Data Packet Loss Waktu Malam
Nilai rata-rata Packet Loss yang didapatkan dalam melakukan uji coba
selama 1 minggu dengan 3 skenario pengambilan (Hidup-Hidup, Mati-Hidup,
Hidup-Mati) untuk waktu pengukuran malam hari diperoleh nilai rata-rata Packet
Loss sebesar 0,064 % untuk skenario HH, skenario MH sebesar 0,136 % dan
skenario HM sebesar 0,079 %. Hasil tersebut menurut TIPHON
(Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over Networks) packet
loss pengukuran load balancing jaringan 4G pada waktu malam hari termasuk ke
dalam kategori indeks nomor 4 yaitu sangat bagus dengan nilai kurang dari 3 %
105
4.4 Data Jitter
Jitter atau variasi kedatangan paket, diakibatkan oleh variasi-variasi dalam
panjang antrian, dalam waktu pengolahan data dan juga dalam waktu
penghimpunan ulang paket-paket di akhir perjalanan jitter. Jitter biasanya disebut
variasi delay, berhubungan erat dengan latency, yang menunjukan banyaknya
variasi delay pada transmisi data di jaringan.
Berdasarkan hasil dari analisa packet loss dan delay maka dapat dihitung
juga nilai dari jitter dengan rumus yang ada pada bab 2
4.4.1 Data Jitter Waktu Pagi
Berikut tabel hasil beserta rata-rata dari penghitungan jitter selam 1 minggu
dengan 3 skenario dan 3 PC client yang sudah dirata-rata :
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Rata-rata Jitter (ms) Waktu Pagi
Skenario Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu Rata-
rata
Hidup hidup 14,89 10,93 11,07 13,92 7,82 7,96 8,78 8,78
Mati hidup 19,14 8,73 11,22 14,03 7,54 7,22 8,61 10,927
Hidup mati 9 25,69 16,83 19,46 7,12 9,93 11,99 14,289
Rata-rata 14,343 15,117 13,040 15,803 7,493 8,370 9,793
Berdasarkan grafik 4.6, dapat dilihat nilai jitter pada waktu pagi hari dengan
3 skenario pengujian hidup-hidup (HH), mati-hidup (MH), hidup-mati (HM).
106
Gambar 4.6 Grafik Hasil Perhitungan Jitter waktu Pagi 3 Skenario
Nilai jitter untuk waktu pagi hari pada 3 skenario jika dilihat maka akan
membentuk pola yang hampir sama naik turun. Pada skenario hidup-hidup (HH)
nilai jitter tertinggi terjadi pada hari senin dengan nilai delay sebesar 14,89 ms dan
nilai terendah terjadi pada jum’at dengan nilai 7,82 ms. Untuk skenario mati-hidup
(MH) nilai tertinggi juga terjadi pada hari senin dengan nilai 19,14 ms dan nilai
terendah pada hari sabtu dengan niali 7,22 ms. Sedangkan untuk skenario hidup-
mati (HM) nilai tertinggi terjadi pada hari selasa dengan nilai 25,69 ms dan nilai
terendahnya 7,12 ms yang terjadi pada hari jum’at. Berdasarkan ketiga skenario
diatas yang memiliki rata-rata Jitter terendah dan stabil selama seminggu terjadi
pada skenario hidup-hidup (HH) karena naik turun grafik tidak melonjak secara
signifikan, diikuti skenario mati-hidup (MH) dan terburuk pada skenario hidup-
mati (HM).
14,89
10,93 11,07
13,92
7,82 7,968,78
19,14
8,73
11,22
14,03
7,54 7,228,619
25,69
16,83
19,46
7,12
9,93
11,99
5
7
9
11
13
15
17
19
21
23
25
27
Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu
Jitt
er (
ms)
HH
MH
HM
107
4.4.2 Analisis Data Jitter Waktu Pagi
Nilai rata-rata yang diperoleh dari pengukuran serta pengujian selama 1
minggu dengan 3 skenario pengambilan (Hidup-Hidup, Mati-Hidup, Hidup-Mati)
untuk waktu pengambilan pagi hari diperoleh nilai rata-rata Jitter sebesar 8,78 ms
untuk skenario HH, skenario MH sebesar 10,927 ms, dan skenario HM sebesar
14,289 ms. Hasil tersebut menurut TIPHON (Telecommunications and Internet
Protocol Harmonization Over Networks) jitter pengukuran load balancing jaringan
4G pada waktu pagi hari termasuk ke dalam kategori indek nomor 3 yaitu bagus
dengan nilai kurang dari 75 ms.
4.4.3 Data Jitter Waktu Malam
Berikut tabel beserta rata-rata dari penghitungan jitter pada malam hari
dengan 3 skenario
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Rata-rata Jitter (ms) waktu Malam
Skenario Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu Rata-
rata
Hidup hidup 10,87 8,94 10,97 11,41 19,01 9 19,86 19,86
Mati hidup 9,56 8,73 13,93 12,46 17,15 8,34 15,35 12,217
Hidup mati 9,93 8,03 16,21 9,99 7,96 9,78 10,52 10,346
Rata-rata 10,120 8,567 13,703 11,287 14,707 9,040 15,243
Berdasarkan grafik 4.7, dapat dilihat nilai jitter waktu malam hari selama 1
minggu dengan 3 skenario pengujian hidup-hidup (HH), mati-hidup (MH), hidup-
mati (HM).
108
Gambar 4.7 Grafik Hasil Perhitungan Jitter waktu Malam 3 Skenario
Nilai jitter untuk waktu malam hari memiliki pola tidak teratur, pada
skenario hidup-hidup (HH) nilai jitter tertinggi terjadi pada hari minggu sebesar
19,86 ms sekaligus menjadi tertinggi pada waktu malam hari, untuk nilai
terendahnya terjadi pada hari selasa dengan nilai delay 8,94 ms. Selanjutnya
skenario mati-hidup (MH) nilai jitter tertinggi terjadi pada hari jum’at dengan nilai
delay 17,15 dan nilai terendahnya terjadi pada hari sabtu dengan nilai 8,34 ms.
Untuk skenario hidup-mati (HM) nilai tertinggi terjadi pada hari rabu dengan nilai
delay 16,21 ms dan nilai terendah 8,03 ms yang terjadi pada hari selasa sekaligus
menjadi nilai terendah untuk waktu pengujian malam hari. Berdasarkan ketiga
skenario diatas yang memiliki rata-rata jitter terendah dan stabil selama seminggu
terjadi pada skenario hidup-mati (HM), diikuti skenario mati-hidup (MH) dan
terburuk pada skenario hidup-hidup (HH).
10,87
8,94
10,97 11,41
19,01
9
19,86
9,568,73
13,93
12,46
17,15
8,34
15,35
9,93
8,03
16,21
9,99
7,96
9,7810,52
0
2,5
5
7,5
10
12,5
15
17,5
20
Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu
Jitt
er (
ms)
HH
MH
HM
109
Nilai rata-rata yang diperoleh dari pengukuran serta pengujian selama 1
minggu dengan 3 skenario pengambilan (Hidup-Hidup, Mati-Hidup, Hidup-Mati)
untuk waktu pengambilan malam hari diperoleh nilai rata-rata Jitter sebesar 19,86
ms untuk skenario HH, skenario MH sebesar 12,217 ms dan skenario HM sebesar
10,346 ms. Hasil tersebut menurut TIPHON (Telecommunications and Internet
Protocol Harmonization Over Networks) Jitter pengukuran load balancing jaringan
4G pada waktu malam hari termasuk ke dalam kategori indeks nomor 3 yaitu bagus
dengan nilai kurang dari 75 ms.
4.5 Data Throughput
Throughput adalah bandwidth aktual, diukur dalam satuan waktu tertenntu
dan dalam kondisi jaringan tertentu yang digunakan untuk mentransfer file dengan
ukuran tertentu. Faktor yang mempengaruhi throughput ada banyak seperti jenis
data yang akan dikirim, spesifikasi dalam komputer, perangkat jaringan, cuaca, dan
lain sebagainya.
Pada konfigurasi pengujian throughput bab 3 yaitu hanya menggunakan 1
PC client untuk melakukan pengukuran throughput dan dengan 2 skenario
pengujian mati-hidup (MH), hidup-mati (HM) tanpa skenario hidup-hidup (HH),
dikarenakan kondisi jaringan pada kedua provider kurang stabil yang
mengakibatkan hanya 1 provider yang melakukan pekerjaan dan 1 standby.
4.4.4 Analisis Data Jitter Waktu Malam
110
Berbeda dengan parameter delay, packet loss dan jitter. Pengujian
throughput menggunakan file video yang penulis upload ke situs google drive yang
berukuran 56,6 MB (MegaByte) di-download menggunakan web browser dengan
diukur lamanya durasi download menggunakan stopwatch. Data waktu yang sudah
didapatkan tersebut kemudian dihitung menggunakan rumus kedua pada bab 2
untuk mencari Throughput. Karena rumus throughput menggunakan satuan bit
sedangkan file pengujian memiliki satuan MegaByte maka perlu dilakukan
konversi satuan terlebih dahulu menggunakan acuan yang pada bab 2
4.5.1 Data Throughput Waktu Pagi
Berikut tabel hasil beserta rata-rata dari perhitungan throughput waktu pagi
hari selama 1 minggu dengan 2 skenario :
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Rata-rata Throughput (Kbps) Waktu Pagi
Skenario Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu Rata-
rata
Mati hidup 13480 15610 6170 7240 8910 7150 3060 8802,86
Hidup mati 18480 11880 8790 9860 9300 6330 5090 9961,43
Rata-rata 15980 13745 7480 8550 9105 6740 4075
Berdasarkan grafik 4.8, dapat dilihat nilai throughput waktu pagi hari
dengan 2 skenario pengujian mati-hidup (MH) dan hidup-mati (HM).
111
Gambar 4.8 Grafik Hasil Perhitungan Throughput Waktu Pagi 2 Skenario
Pada grafik throughput waktu pagi memiliki pola naik turun. Pada skenario
mati-hidup (MH) nilai throughput tertinggi terjadi pada hari selasa dengan nilai
15.610 Kbps (Kilobit per second) dan nilai terendah pada hari minggu dengan nilai
throughput 3.060 Kbps. Sedangkan untuk skenario hidup-mati (HM) nilai tertinggi
terjadi pada hari senin dengan nilai throughput 18.480 Kbps dan nilai terendah juga
terjadi pada hari minggu dengan nilai 5.090 Kbps. Berdasarkan kedua skenario
diatas yang memiliki rata-rata throughput terbaik selama 1 minggu terjadi pada
skenario hidup-mati (HM) kemudian skenario mati-hidup (MH).
4.5.2 Analisis Data Throughput Waktu Pagi
Nilai rata-rata Throughput yang didapatkan dalam melakukan pengujian
selama 1 minggu dengan 2 skenario pengambilan (Mati-Hidup, Hidup-Mati) untuk
waktu pengambilan pagi hari diperoleh nilai rata-rata Throughput sebesar 8.802, 86
13480
15610
61707240
8910
7150
3060
18480
11880
87909860
9300
63305090
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
20000
Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu
Thro
ug
hp
ut
(K
bp
s)
MH
HM
112
Kbps (Kilobit bit per second) untuk skenario Mati-Hidup (MH) dan 9.961 Kbps
untuk skenario Hidup-Mati (HM). Hasil tersebut menurut TIPHON
(Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over Networks)
Throughput pengukuran load balancing jaringan 4G pada waktu pagi hari termasuk
ke dalam kategori indeks nomor 4 yaitu terbagus dengan nilai lebih dari 2,1 Mbps.
4.5.3 Data Throughput Waktu Malam
Berikut tabel hasil beserta rata-rata dari perhitungan throughput waktu
malam hari selama 1 minggu dengan 2 skenario :
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Rata-rata Throughput (Mbps) Waktu Malam
Skenario Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu Rata-
rata
Mati hidup 5710 3590 4900 5700 4990 4430 4490 4830
Hidup mati 3750 5590 6820 6220 4560 6170 6490 5657,14
Rata-rata 4730 4590 5860 5960 4775 5300 5490
Berdasarkan grafik 4.9, dapat dilihat nilai throughput waktu malam hari
dengan 2 skenario pengujian mati-hidup (MH) dan hidup-mati (HM).
113
Gambar 4.9 Grafik Hasil Perhitungan Throughput Waktu Malam 2 Skenario
Dalam grafik throughput waktu malam hari grafik skenario mati-hidup
(MH) dimulai dengan penurunan dihari selasa dan naik turun pelan dibanding
skenario hidup mati yang mengalami grafik naik turun yang relatif sama. Nilai
tertinggi pada skenario mati-hidup (MH) yaitu 5.170 Kbps yang terjadi pada hari
senin dan nilai throughput terendah terjadi pada hari selasa dengan nilai 3.590
Kbps. Sedangkan untuk skenario hidup-mati (HM) nilai tertinggi terjadi pada hari
rabu sekaligus menjadi yang tertinggi untuk waktu pengukuran malam hari dengan
nilai throughput 6.820 Kbps dan nilai terendah terjadi pada hari senin dengan nilai
3.750 Kbps. Berdasarkan kedua skenario diatas yang memiliki rata-rata throughput
terbaik selama 1 minggu terjadi pada skenario hidup-mati (HM) kemudian skenario
mati-hidup (MH).
5710
3590
4900
5700
4990
4430 4490
3750
5590
6820
6220
4560
61706490
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu Minggu
Thro
ug
hp
ut
(M
bp
s)
MH
HM
114
4.5.4 Analisis Data Throughput Waktu Malam
Nilai rata-rata Throughput yang didapatkan dalam melakukan pengujian
selama 1 minggu dengan 2 skenario pengambilan (Mati-Hidup, Hidup-Mati) untuk
waktu pengambilan malam hari diperoleh nilai rata-rata Throughput sebesar 4.830
Kbps untuk skneario Mati-Hidup (MH) dan 5.657 Kbps untuk skenario Hidup-Mati
(HM). Hasil tersebut menurut TIPHON (Telecommunications and Internet
Protocol Harmonization Over Networks) Throughput pengukuran load balancing
jaringan 4G pada waktu malam hari termasuk ke dalam kategori indek nomer 4
yaitu terbagus dengan nilai lebih dari 2,1 Mbps.
4.6 Analisis Parameter Quality of Service Terhadap Load Balancing
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja load balancing pada 3 skenario dan
2 interface LTE dapat diketahui nilai-nilai parameter QoS dalam kategori TIPHON
(Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over Networks).
115
Tabel 4.9 Nilai Keselurahan Data Dengan Kategori TIPHON
Nilai Indeks Nilai Indeks Nilai Indeks Nilai Indeks
HH 65,00 SB 0 SB 14,89 B X - SB
MH 70,33 SB 0,056 SB 19,14 B 13480 SB SB
HM 57,33 SB 0,056 SB 9 B 18480 SB SB
HH 62,00 SB 0,056 SB 10,87 B X - SB
MH 61,00 SB 0 SB 9,56 B 5710 SB SB
HM 61,00 SB 0,22 SB 9,93 B 3750 SB SB
HH 64,00 SB 0 SB 10,93 B X - SB
MH 59,67 SB 0 SB 8,73 B 15610 SB SB
HM 79,33 SB 0,113 SB 25,69 B 11880 SB SB
HH 60,67 SB 0,113 SB 8,94 B X - SB
MH 62,00 SB 0,056 SB 8,73 B 3590 SB SB
HM 61,67 SB 0 SB 8,03 B 5590 SB SB
HH 64,00 SB 0,166 SB 11,07 B X - SB
MH 61,67 SB 0,5 SB 11,22 B 6170 SB SB
HM 73,67 SB 0,223 SB 16,83 B 8790 SB SB
HH 63,67 SB 0 SB 10,97 B X - SB
MH 73,00 SB 0,17 SB 13,93 B 4900 SB SB
HM 75,67 SB 0 SB 16,21 B 6820 SB SB
HH 65,33 SB 0,056 SB 13,92 B X - SB
MH 77,33 SB 0,056 SB 14,03 B 7240 SB SB
HM 80,33 SB 0,056 SB 19,46 B 9860 SB SB
HH 68,67 SB 0,276 SB 11,41 B X - SB
MH 70,33 SB 0,5 SB 12,46 B 5700 SB SB
HM 67,00 SB 0,333 SB 9,99 B 6220 SB SB
HH 58,00 SB 0 SB 7,82 B X - SB
MH 60,00 SB 0 SB 7,54 B 8910 SB SB
HM 57,33 SB 0,056 SB 7,12 B 9300 SB SB
HH 65,67 SB 0 SB 19,01 B X - SB
MH 72,67 SB 0 SB 17,15 B 4990 SB SB
HM 61,33 SB 0 SB 7,96 B 4560 SB SB
HH 54,67 SB 0 SB 7,96 B X - SB
MH 56,00 SB 0 SB 7,22 B 7150 SB SB
HM 63,67 SB 0,78 SB 9,93 B 6330 SB SB
HH 62,33 SB 0 SB 9 B X - SB
MH 62,67 SB 0 SB 8,34 B 4430 SB SB
HM 60,00 SB 0 SB 9,78 B 6170 SB SB
HH 59,00 SB 0,166 SB 8,78 B X - SB
MH 60,67 SB 0 SB 8,61 B 3060 SB SB
HM 64,33 SB 0,11 SB 11,99 B 5090 SB SB
HH 86,67 SB 0 SB 19,86 B X - SB
MH 70,67 SB 0,223 SB 15,35 B 4490 SB SB
HM 65,33 SB 0 SB 10,52 B 6490 SB SB
Pagi
Malam
Pagi
Malam
Pagi
Malam
Pagi
Malam
Pagi
Malam
Rabu
Kamis
Jumat
Sabtu
Minggu
Senin
Pagi
Malam
Selasa
Pagi
Malam
Throughput
(kbps) KesimpulanHari Waktu SkenarioDelay (ms)
Packet Loss
(%)Jitter (ms)
*Ket - SB = Sangat Bagus, B = Bagus, Se = Sedang, J = Jelek, X = Fail
116
Berdasarkan skenario hidup-hidup (HH) pada tabel 4.9 dengan
menggabungkan 2 sumber koneksi menggunakan load balancing dengan metode
PCC, nilai parameter QoS dalam indeks TIPHON dalam kondisi yang sangat bagus
dengan indeks bernilai sangat bagus berjumlah 2 dan indeks bernilai bagus
berjumlah 1, dengan tanpa pengujian throughput karena beban koneksi yang di-
download tidak bisa dibagi oleh kedua interface yang disebabkan oleh kurang
stabilnya kondisi jaringan pada kedua interface yang mengakibatkan ketimpangan
beban download hanya pada satu interface saja. Dengan demikian dapat dianalisa
parameter QoS dalam load balancing jaringan 4G ini memiliki nilai yang sangat
bagus dari segi kualitas jaringan.
Berdasarkan skenario mati-hidup (MH) dengan hanya menggunakan 1
sumber koneksi dari interface lte2, nilai parameter QoS dalam indeks TIPHON
dalam kondisi yang sangat bagus dengan indeks bernilai sangat bagus berjumlah 3
dan indeks bernilai bagus berjumlah 1. Dapat dianalisa parameter QoS dalam
skenario mati-hidup (MH) load balancing dengan 1 jalur koneksi memiliki nilai
yang sangat bagus dari segi kualitas jaringan.
Berdasarkan skenario hidup-mati (HM) dengan hanya menggunakan 1
sumber koneksi dari interface lte1, nilai parameter QoS dalam indeks TIPHON
dalam kondisi yang sangat bagus dengan indeks bernilai sangat bagus berjumlah 3
dan indeks bernilai bagus berjumlah 1. Dapat dianalisa parameter QoS dalam
skenario hidup-mati (HM) load balancing dengan 1 jalur koneksi memiliki nilai
yang sangat bagus dari segi kualitas jaringan.
117
4.7 Analisis Kinerja Load Balancing Jaringan 4G Metode PCC
Dari uji coba Load Balancing menggunakan 2 buah sumber koneksi dengan
metode PCC yang penulis lakukan. Pada pengujian browsing, Load balancing yang
menggunakan metode PCC berhasil menandai koneksi dan membaginya meskipun
kurang berimbang karena respon time dari masing-masing provider tidak sama,
besar beban koneksi juga tidak bisa dibagi karena metode PCC hanya membagi
beban berdasarkan koneksi yang terjadi, bukan dari besar paket, sehingga tiap
koneksi akan melakukan pengiriman paket yang memiliki besar yang berbeda-beda.
Pada pengujian Download load balancing metode PCC berhasil membagi
koneksi yang terjadi,tapi setelah dilakukan monitoring lalu lintas koneksi yang
terjadi hanya 1 interface saja yang digunakan sebagai gateway download dan
interface lainnya hanya standby, Ini karena kekuatan dan kestabilan jaringan antara
kedua provider pada saat pengujian tidak sama yang mengakibatkan hanya 1 yang
bergerak men-downlaod file dan interface lain hanya menunggu jika interface yang
bergerak men-download file mengalami gangguan atau diskoneksi kondisi ini bisa
disebut sebagai backup koneksi.
Pada pengujian Failover Load balancing metode PCC, sistem failover
sudah berjalan dengan baik pada protokol ICMP, TCP, dan UDP karena pada saat
pemutusan koneksi pada salah satu jalur yang digunakan sistem akan otomatis
berpindah pada jalur yang masih aktif.
Pada pengujian QoS Load Balancing metode PCC baik itu pengujian Delay,
Packet Loss, Jitter, dan Throughput memiliki hasil yang baik sesuai dengan standar
penelitian dari TIPHON. Dengan pengujian selama 1 minggu dengan 3 buah PC
118
client dengan 3 kondisi pengambilan pada delay, Packet Loss, dan Jitter sedangkan
throughput pada 1 PC client dengan 2 skenario pengambilan.
Penulis juga mengamati bahwa sistem yang telah dibangun juga memiliki
kelemahan. Yaitu :
a. Ketika provider yang digunakan memiliki kekuatan sinyal dan respon time
yang berbeda, mengakibatkan ketika melakukan browsing akan menjadi
lebih lambat dari sebelum dilakukannya load balancing, dan penyebaran
besar paket data menjadi tidak seimbang.
b. Karena sistem ini menggunakan jaringan 4G LTE, kecepatan yang
dihasilkan dipengaruhi banyak hal, beberapa diantaranya adalah sinyal dan
banyaknya pengguna pada jam sibuk. Sehingga kualitas jaringan yang
dihasilkan bersifat fluktuatif.
c. Sistem Operasi MikrotikOS yang dipakai adalah versi gratis untuk belajar
yang sudah unlock semua fitur untuk waktu 1 x 24 jam saja. Jadi untuk
penerapan aslinya harus membayar lisensi dimikrotiknya.
119
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan tahap-tahap penilitian adalah
sebagai berikut :
1. Penerapan load balancing pada jaringan 4G LTE menggunakan metode
PCC memiliki kinerja yang kurang bagus dibuktikan dengan penyebaran
jumlah beban koneksi yang kurang seimbang pada setiap gateway hal ini
adalah “lte1” dan “lte2”. Hal ini dikarenakan respon time dan kestabilan
jaringan pada masing-masing interface tidak sama. Besar paket yang
dilewatkan pada masing-masing interface juga tidak seimbang. Hal ini
dikarenakan PCC hanya membagi berdasarkan koneksinya saja, bukan dari
besar paket yang dilewatkan.
2. Sistem failover yang dibuat sudah dapat mengatasi masalah ketika salah
satu gateway mengalami putusnya koneksi, dengan cara semua beban
dialihkan secara otomatis ke gateway yang masih aktif pada protokol ICMP,
TCP, dan UDP.
3. QOS (Quality of Service) yang digunakan terlihat bagus pada waktu pagi
dan malam hari berdasarkan hasil pengukuran data menggunakan sofware
ping tester dengan panduan standar TIPHON ;
Nilai rata-rata pada Delay yang diperoleh dari hasil pengukuran
waktu pagi didapat skenario HH dengan hasil terbaik sebesar 61,43
120
ms dan skenario HM dengan hasil terjelek sebesar 68 ms, untuk
waktu malam skenario MH dengan hasil terbaik sebesar 63,10 ms
dan skenario HH dengan hasil terjelek sebesar 67,10 ms
Nilai rata-rata Packet Loss yang diperoleh dari hasil dari pengukuran
waktu pagi didapat skenario HH dengan hasil terbaik sebesar 0,055
% dan skenario HM dengan hasil terjelek sebesar 0,199 %, untuk
waktu malam skenario HH dengan hasil terbaik sebesar 0,064 % dan
skenario MH dengan hasil terjelek sebesar 0,136 %
Nilai rata-rata pada Jitter yang diperoleh dari hasil pengukuran
waktu pagi didapat skenario HH dengan hasil terbaik sebesar 8,78
ms dan skenario HM dengan hasil terjelek sebesar 14,289 ms, untuk
waktu malam skenario HM dengan hasil terbaik sebesar 10,346 ms
dan skenario HH dengan hasil terjelek sebesar 19,86 ms
Nilai rata-rata pada Throughput yang diperoleh dari pengukuran
waktu pagi didapat skenario HM dengan hasil terbaik sebesar
9.961,43 Kbps dan skenario MH dengan hasil terjelek sebesar
8.802,86 Kbps, untuk waktu malam skenario HM dengan hasil
terbaik sebesar 5657,14 Kbps dan skenario MH dengan hasil terjelek
sebesar 4.830 Kbps.
4. Load balancing pada jaringan 4G LTE dapat dijadikan sebagai salah satu
cara unttuk menciptakan alternatif sumber koneksi internet yang cukup
realible, dengan catatan daerah tersebut memiliki sinyal 4G LTE yang
bagus.
121
5.2. Saran
Dari hasil kesimpulan yang penulis sampaikan diatas, load balancing pada
jaringa 4G LTE menggunakan metode PCC memiliki potensi yang bagus untuk
dikembangkan menjadi jauh lebih baik dan lebih lengkap. Oleh karena itu maka
penulis mencoba memberikan saran yang mungkin dapat berguna pada penelitian
selanjutnya :
1. Untuk menyeimbangkan beban yang lebih baik, sebaiknya menggunakan
provider yang sama dan modem dengan spesifikasi yang sama.
2. Load balancing dapat dikembangkan menggunakan lebih dari dua sumber
(jalur) koneksi dan dalam pelaksanaanya diperlukan penelitian lebih lanjut.
3. Penerapan load balancing sebaiknya dilengkapi dengan sistem bandwidth
management jika diterapkan pada jaringan yang memiliki banyak client agar
pendistribusian bandwidth merata pada setiap client.
122
Hasil Capture Koneksi Pada Pengujian Browsing Pc Client 1
Koneksi yang terjadi ketika PC 1 melakukan browsing ke www.usm.ac.id
Koneksi yang terjadi ketika PC 1 melakukan browsing ke www.dinus.ac.id
Koneksi yang terjadi ketika PC 1 melakukan browsing ke www.polines.ac.id
123
Koneksi yang terjadi ketika PC 1 melakukan browsing ke www.walisongo.ac.id
Koneksi yang terjadi ketika PC 1 melakukan browsing ke www.unimus.ac.id
124
TABEL PENYEBARAN KONEKSI PENGUJIAN BROWSING
Conn. Scr. Adress Scr.
Port Dst. Address
Dst.
Port
Sisa
bagi
Mark-
Connection Domain
Name Lte1 Lte2
1 192 168 78 1 1210 103 134 215 4 80 1
usm
.ac.id
2 192 168 78 1 1211 103 134 215 4 80 1
3 192 168 78 1 1214 103 134 215 4 80 1
4 192 168 78 1 1215 103 134 215 4 80 0
5 192 168 78 1 1216 103 134 215 4 80 1
6 192 168 78 1 1217 103 134 215 4 80 1
7 192 168 78 1 1239 103 246 107 90 443 1
din
us.a
c.id
8 192 168 78 1 1240 103 246 107 90 443 1
9 192 168 78 1 1241 103 246 107 90 443 1
10 192 168 78 1 1242 103 246 107 90 443 1
11 192 168 78 1 1244 103 246 107 90 443 1
12 192 168 78 1 1245 103 246 107 90 443 0
13 192 168 78 1 1223 103 246 107 90 80 1
14 192 168 78 1 1224 103 246 107 90 80 0
15 192 168 78 1 1225 103 246 107 90 80 0
16 192 168 78 1 1228 103 246 107 90 80 1
17 192 168 78 1 1231 103 246 107 90 80 0
18 192 168 78 1 1232 103 246 107 90 80 1
19 192 168 78 1 1233 103 246 107 90 80 0
20 192 168 78 1 1234 103 246 107 90 80 0
21 192 168 78 1 1235 103 246 107 90 80 0
22 192 168 78 1 1249 103 246 107 90 80 0
23 192 168 78 1 1250 103 246 107 90 80 1
24 192 168 78 1 1251 103 246 107 90 80 0
25 192 168 78 1 1252 103 246 107 90 80 1
26 192 168 78 1 1253 103 246 107 90 80 0
27 192 168 78 1 1254 103 246 107 90 80 0
28 192 168 78 1 1260 103 246 107 90 80 1
29 192 168 78 1 1262 103 246 107 90 80 0
30 192 168 78 1 1263 103 246 107 90 80 0
31 192 168 78 1 1264 103 246 107 90 80 1
32 192 168 78 1 1265 103 246 107 90 80 0
33 192 168 78 1 1268 103 246 107 90 80 0
34 192 168 78 1 1270 103 246 107 90 80 0
35 192 168 78 1 1271 103 246 107 90 80 1
36 192 168 78 1 1285 103 247 9 242 443 1 po
lines.a
c.id
37 192 168 78 1 1286 103 247 9 242 443 1
38 192 168 78 1 1287 103 247 9 242 443 1
39 192 168 78 1 1291 103 247 9 242 443 1
40 192 168 78 1 1292 103 247 9 242 443 0
41 192 168 78 1 1293 103 247 9 242 443 1
125
42 192 168 78 1 1281 103 247 9 242 80 1
43 192 168 78 1 1282 103 247 9 242 80 1
44 192 168 78 1 1283 103 247 9 242 80 1
45 192 168 78 1 1284 103 247 9 242 80 0
46 192 168 78 1 1299 103 19 37 200 443 0
wa
lison
go
.ac.id
47 192 168 78 1 1300 103 19 37 200 443 1
48 192 168 78 1 1302 103 19 37 200 443 1
49 192 168 78 1 1303 103 19 37 200 443 1
50 192 168 78 1 1344 103 19 37 200 443 1
51 192 168 78 1 1345 103 19 37 200 443 0
52 192 168 78 1 1307 103 19 37 200 80 0
53 192 168 78 1 1308 103 19 37 200 80 0
54 192 168 78 1 1346 103 97 100 2 80 1 un
imu
s.ac.id
55 192 168 78 1 1347 103 97 100 2 80 0
56 192 168 78 1 1348 103 97 100 2 80 0
57 192 168 78 1 1349 103 97 100 2 80 0
58 192 168 78 1 1350 103 97 100 2 80 1
59 192 168 78 1 1351 103 97 100 2 80 1
Total
26
kali
33
kali
126
Hasil Capture Koneksi Pada Pengujian Download Pc Client 1
Koneksi yang terjadi ketika PC 1 melakukan Download file video 56.6 MB GoogleDrive
128
Tabel Penyebaran Koneksi Pengujian Download
Conn. Scr. Adress Scr.
Port Dst. Address
Dst.
Port
Sisa
bagi
Mark-
Connection
Lte1 Lte2
1 192 168 78 1 3352 74 125 24 132 443 0
2 192 168 78 1 3359 74 125 24 132 443 0
3 192 168 78 1 3361 74 125 24 132 443 0
4 192 168 78 1 3362 74 125 24 132 443 1
5 192 168 78 1 3363 74 125 24 132 443 0
6 192 168 78 1 3364 74 125 24 132 443 1
7 192 168 78 1 3365 74 125 24 132 443 0
8 192 168 78 1 3366 74 125 24 132 443 0
9 192 168 78 1 3367 74 125 24 132 443 1
Total 6 kali 3 kali
129
DATA DELAY
JAM
Status
Gateway
Delay (ms) Rata - rata
PC1 PC2 PC3 LTE1 LTE2 (ms)
SENIN
09.00 Hidup Hidup
62 63 70 65
21.00 62 62 62 62
09.00 Mati Hidup
69 71 71 70,33
21.00 61 62 60 61
09.00 Hidup Mati 57 56 59 57,33
21.00 62 62 59 61
SELASA
09.00 Hidup Hidup
66 65 61 64
21.00 61 60 61 60,67
09.00 Mati Hidup
60 60 59 59,67
21.00 63 62 61 62
10.00 Hidup Mati
80 79 79 79,33
21.00 62 62 61 61,67
RABU
09.00 Hidup Hidup
64 63 65 64
21.00 64 64 63 63,67
09.00 Mati Hidup
61 61 63 61,67
21.00 73 73 73 73
10.00 Hidup Mati
69 69 83 73,67
21.00 75 74 78 75,67
KAMIS
09.00 Hidup Hidup
67 66 63 65,33
21.00 69 69 68 68,67
09.00 Mati Hidup
77 76 79 77,33
21.00 67 68 76 70,33
09.00 Hidup Mati
80 82 79 80,33
21.00 66 66 69 67,00
JUMAT
09.00 Hidup Hidup
58 58 58 58
22.00 60 59 78 65,67
09.00 Mati Hidup
60 60 60 60
21.00 75 68 75 72,67
09.00 Hidup Mati
57 57 58 57,33
21.00 62 61 61 61,33
SABTU
09.00 Hidup Hidup
59 46 59 54,67
22.00 62 63 62 62,33
09.00 Mati Hidup
56 55 57 56
21.00 63 63 62 62,67
130
09.00 Hidup Mati
64 64 63 63,67
22.00 59 60 61 60
MINGGU
09.00 Hidup Hidup
59 59 59 59
21.00 88 85 87 86,67
09.00 Mati Hidup
61 61 60 60,67
21.00 66 67 79 70,67
09.00 Hidup Mati
65 65 63 64,33
21.00 67 67 62 65,33
131
DATA PACKET LOSS
JAM
Status
Gateway
Packet Loss (%)
Rata - rata PC1 PC2 PC3
LTE1 LTE2
SENIN
09.00 Hidup Hidup
0 0 0 0
21.00 0,17 0 0 0,057
09.00 Mati Hidup
0 0,17 0 0,057
21.00 0 0 0 0
09.00 Hidup Mati
0 0 0,17 0,057
21.00 0,33 0,33 0 0,220
SELASA
09.00 Hidup Hidup
0 0 0 0
21.00 0,17 0 0,17 0,113
09.00 Mati Hidup
0 0 0 0
21.00 0 0 0,17 0,057
09.00 Hidup Mati
0,17 0 0,17 0,113
21.00 0 0 0 0
RABU
09.00 Hidup Hidup
0,17 0 0,33 0,167
22.00 0 0 0 0
09.00 Mati Hidup
0,67 0,5 0,33 0,500
21.00 0,17 0,17 0,17 0,170
09.00 Hidup Mati
0 0 0,67 0,223
22.00 0 0 0 0
KAMIS
09.00 Hidup Hidup
0 0,17 0 0,057
21.00 0,33 0,5 0 0,277
09.00 Mati Hidup
0 0,17 0 0,057
21.00 0,5 0,83 0,17 0,500
09.00 Hidup Mati
0,17 0 0 0,057
21.00 0,33 0,17 0,5 0,333
JUMAT
09.00 Hidup Hidup
0 0 0 0
21.00 0 0 0 0
09.00 Mati Hidup
0 0 0 0
21.00 0 0 0 0
09.00 Hidup Mati
0 0,17 0 0,057
21.00 0 0 0 0
SABTU
09.00 Hidup Hidup
0 0 0 0
21.00 0 0 0 0
09.00 Mati Hidup
0 0 0 0
21.00 0 0 0 0
09.00 Hidup Mati
1,17 1 0,17 0,780
21.00 0 0 0 0
132
MINGGU
09.00 Hidup Hidup
0,17 0,33 0 0,167
21.00 0 0 0 0
09.00 Mati Hidup
0 0 0 0
21.00 0,5 0,17 0 0,223
09.00 Hidup Mati
0 0 0,33 0,110
21.00 0 0 0 0
133
DATA JITTER
JAM
Status
Gateway
Jitter (ms) Rata - rata
PC1 PC2 PC3 LTE1 LTE2 (ms)
SENIN
09.00 Hidup Hidup
12,83 12,19 19,65 14,89
21.00 11,01 10,63 10,97 10,87
09.00 Mati Hidup
17,98 22,2 17,24 19,14
21.00 10,37 10,08 8,23 9,56
09.00 Hidup Mati
8,75 7,71 10,53 9,00
21.00 10,32 11,04 8,43 9,93
SELASA
09.00 Hidup Hidup
11,94 11,41 9,43 10,93
21.00 9,68 8,05 9,09 8,94
09.00 Mati Hidup
9,11 8,58 8,51 8,73
21.00 8,1 7,74 7,49 7,78
09.00 Hidup Mati
27,4 25,04 24,64 25,69
21.00 7,69 8,16 8,23 8,03
RABU
09.00 Hidup Hidup
11,39 9,74 12,09 11,07
21.00 11,27 10,71 10,93 10,97
09.00 Mati Hidup
12,05 10,26 11,34 11,22
21.00 13,01 12,85 15,93 13,93
09.00 Hidup Mati
12,89 13,7 23,91 16,83
21.00 15,89 12,8 19,94 16,21
KAMIS
09.00 Hidup Hidup
16,53 13,15 12,09 13,92
21.00 11,59 9,71 12,92 11,41
09.00 Mati Hidup
13,32 13,36 15,42 14,03
21.00 10,91 11,15 15,33 12,46
09.00 Hidup Mati
19,32 18,67 20,39 19,46
21.00 9,45 9,18 11,34 9,99
JUMAT
09.00 Hidup Hidup 8,04 8,25 7,18 7,82
21.00 10,14 9,36 37,54 19,01
09.00 Mati Hidup 7,75 7,42 7,44 7,54
21.00 13,33 19,03 19,09 17,15
09.00 Hidup Mati 7,34 6,75 7,27 7,12
21.00 8,71 7,18 7,98 7,96
SABTU
09.00 Hidup Hidup
8,33 7,22 8,32 7,96
21.00 9,06 9,79 8,14 9,00
09.00 Mati Hidup
7,33 6,54 7,8 7,22
21.00 8,46 9,09 7,48 8,34
09.00 Hidup Mati
9,93 11,42 8,45 9,93
21.00 9,62 10,9 8,83 9,78
134
MINGGU
09.00 Hidup Hidup
8,17 10,39 7,78 8,78
21.00 24,57 21,52 13,49 19,86
09.00 Mati Hidup
8,55 8,39 8,9 8,61
21.00 13,43 15,73 16,89 15,35
09.00 Hidup Mati
13,81 13,32 8,85 11,99
21.00 11,14 11,69 8,74 10,52
135
DATA THROUGHPUT
JAM Status Gateway waktu Throughput
LTE1 LTE2 (s) (Kbps)
SENIN
09.00 Mati Hidup
33,6 13,48
22.00 79,3 5,71
10.00 Hidup Mati
24,5 18,48
22.00 120,6 3,75
SELASA
10.00 Mati Hidup
29 15,61
22.00 126 3,59
10.00 Hidup Mati
38,1 11,88
22.00 81 5,59
RABU
10.00 Mati Hidup
73,4 6,17
22.00 92,5 4,90
10.00 Hidup Mati
51,5 8,79
22.00 66,4 6,82
KAMIS
10.00 Mati Hidup
62,5 7,24
22.00 79,4 5,70
10.00 Hidup Mati
45,9 9,86
22.00 72,8 6,22
JUMAT
10.00 Mati Hidup
50,8 8,91
22.00 90,7 4,99
10.00 Hidup Mati
48,7 9,30
22.00 99,4 4,56
SABTU
10.00 Mati Hidup
63,3 7,15
22.00 102,1 4,43
10.00 Hidup Mati
71,5 6,33
22.00 73,4 6,17
MINGGU
10.00 Mati Hidup
148 3,06
22.00 100,8 4,49
10.00 Hidup Mati
88,9 5,09
22.00 69,8 6,49
136
Gambar Dokumentasi
Topologi Load Balancing
Pc Router Dan Kedua Modem
137
SWITCH-HUB
PC CLIENT1
138
PC CLIENT 2
PC CLIENT 3