21
BAB I PENDAHULUAN Sebelum terlalu jauh menjabarkan tentang Kehidupan anak jalanan kami ingin memberitahukan tentang latar belakang,tujuan pembuatan makalah, dan sistematika. Agar pembaca tahu tujuan dibuatnya makalah ini. Kami hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, untuk itu jika ada kesalahan kata dari pengetikan makalah ini mohon di maklum. 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan sosial yang ada di Indonesia yaitu semakin meningkatnya jumlah masyarakat miskin di negara ini. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya jumlah pengemis atau pengamen jalanan, terutama di ibukota Jakarta. Pengamen jalanan timbul akibat adanya kemiskinan dan kesenjangan pendapatan di kota ini. Sesuai dengan tema yaitu ”Kehidupan Anak Jalanan.” Dalam menjalankan observasi dan wawancara untuk makalah ini, kami memilih untuk berfokus pada pengamen jalanan di bawah umur, karena kami memiliki keprihatinan khusus terhadap pekerja anak. Anak adalah harapan masa depan suatu bangsa, tunas yang berpotensi membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik atau bisa juga lebih buruk. Maka dari itu, amat miris rasanya melihat anak-anak yang hidup mengamen di jalanan, bukannya bersekolah. Rasanya lebih menyedihkan daripada melihat orang dewasa yang melakukan pekerjaan serupa. Oleh karena itu kami melakukan observasi dan wawancara terhadap salah satu pengamen. 1.2 Tujuan Penelitian Sebelum membahas permasalahan tersebut diatas maka kami memepunyai tujuan dalam membuat makalah ini sebagai berikut :

Tugas Antropolgi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas antropologi

Citation preview

Page 1: Tugas Antropolgi

BAB I

PENDAHULUAN

            Sebelum terlalu jauh menjabarkan tentang Kehidupan anak jalanan kami ingin

memberitahukan tentang latar belakang,tujuan pembuatan makalah, dan sistematika. Agar

pembaca tahu tujuan dibuatnya makalah ini. Kami hanya manusia biasa yang tak luput dari

kesalahan, untuk itu jika ada kesalahan kata dari pengetikan makalah ini mohon di maklum.

1.1  Latar Belakang

Salah satu permasalahan sosial yang ada di Indonesia yaitu semakin meningkatnya jumlah

masyarakat miskin di negara ini. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya jumlah

pengemis atau pengamen jalanan, terutama di ibukota Jakarta. Pengamen jalanan timbul

akibat adanya kemiskinan dan kesenjangan pendapatan di kota ini.

Sesuai dengan tema yaitu ”Kehidupan Anak Jalanan.” Dalam menjalankan observasi dan

wawancara untuk makalah ini, kami memilih untuk berfokus pada pengamen jalanan di bawah

umur, karena kami memiliki keprihatinan khusus terhadap pekerja anak.

Anak adalah harapan masa depan suatu bangsa, tunas yang berpotensi membawa bangsa

ini ke arah yang lebih baik atau bisa juga lebih buruk. Maka dari itu, amat miris rasanya

melihat anak-anak yang hidup mengamen di jalanan, bukannya bersekolah. Rasanya lebih

menyedihkan daripada melihat orang dewasa yang melakukan pekerjaan serupa. Oleh karena

itu kami melakukan observasi dan wawancara terhadap salah satu pengamen.

1.2  Tujuan Penelitian

Sebelum membahas permasalahan tersebut diatas maka kami memepunyai tujuan dalam

membuat makalah ini sebagai berikut :

·         Ingin mengetahui tentang kehidupan anak jalanan khususnya pengamen.

·         Ingin mengetahui mengapa mereka harus mencari nafkah seperti itu.

·         Ingin memberi solusi kepada mereka tentang kehidupan yang sebenarnya harus mereka

lakukan.

1.3  Sistematika Penelitian

Dalam mengerjakan makalah ini kami mempunyai (3) Bab untuk mempermudah dalam

pengerjaan makalah ini dan terdiri dari beberapa sub diantaranya :

Page 2: Tugas Antropolgi

Daftar Isi

Kata Pengantar……………………………………………………………………………….. i

BAB I PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang Masalah…………………………………………………………………….. 1

1.2   Tujuan Penelitian……………............................................................................................. 1

1.3   Sistematika Pembahasan……………………………………………………………………... 1

BAB II PEMBAHASAN MASALAH

2.1 Teori Kemiskinan…………………………………………………………………. 2

2.2 Macam & Jenis-Jenis Pengamen Jalanan / Artis Penghibur Jalanan………... 3

2.3 Pengamen Jalanan juga Target Operasi Street Crime………………………… 4

2.4 Anak Jalanan, Anak Bangsa……………………………………………………… 5

2.5 Metode pnelitian…………………………………………………………………… 6

            2.5.1 Observasi………………………………………………………………... 6

            2.5.2 Wawancara……………………………………………………………… 6

BAB III PENUTUP

            3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………… 7

            3.2 Saran-saran………………………………………………………………………... 7

Daftar Fustaka…………………………………………………………………………………. 8

Page 3: Tugas Antropolgi

BAB II

PEMBAHASAN MASALAH

            Dalam bab ini kami akan membahas tentang kehidupan anak jalanan khususnya

pengamen jalanan secara rinci agar kami dapat mengetahui bagai mana sebenarnya kehidupan

di jalanan. Dalam bab ini kami juga melakukan observasi ke jalan dan mewawancarai

pengamen jalanan.

2.1 Teori Kemiskinan

Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak mampu

mencukupi kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu. Konsep tentang kemiskinan itu

sendiri menurut Suparlan (1995: xi) kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu standard

tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau

golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan umum yang berlaku dalam

masyarakat bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini secara tidak langsung

berpengaruh pada tingkat kesehatan, kehidupan moral dan rasa harga diri mereka yang

tergolong orang miskin.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (1993: 3) juga menjelaskan kemiskinan

adalah situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh si miskin,

melainkan karena tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada padanya. Pendapat lain

dikemukakan oleh Ala dalam Setyawan (2001: 120) yang menyatakan kemiskinan adalah

adanya gap atau jurang antara nilai-nilai utama yang diakumulasikan dengan pemenuhan

kebutuhan akan nilai-nilai tersebut secara layak. Ada lima ketidak beruntungan yang

melingkari kehidupan orang atau keluarga miskin menurut Chambers dalam Ala (1996: 18)

yaitu:

1. Kemiskinan (poverty)

2. Fisik yang lemah (physical weakness)

3. Kerentanan (Vulnerability)

4. Keterisolasian (isolation)

5. Ketidak berdayaan (powerlessness)

2

Page 4: Tugas Antropolgi

Kelima hal diatas merupakan kondisi yang ada pada masyarakat miskin di negara

berkembang seperti Indonesia. Penyebab kemiskinan itu sendiri bersifat dinamis, maka ia akan

senantiasa berkembang mengikuti dinamika kehidupan sosial manusia. Kemiskinan yang

dihadapi oleh setiap generasi manusia pasti berbeda. Semakin tinggi taraf kehidupan suatu

masyarakat, maka semakin kompleks pula permasalahan kemiskinan yang mengelilingi

mereka. Karena itu, pemaknaan kemiskinan mengalami perubahan di setiap saat dan setiap

tempat.

Sebab-sebab kemiskinan itu sendiri menurut Sen dalam Ismawan (2003: 102) bahwa

penyebab kemiskinan dan keterbelakangan adalah persoalan aksesibilitas. Akibat keterbatasan

dan ketertiadaan akses maka manusia mempunyai keterbatasan pilihan untuk

mengembangkan hidupnya, kecuali menjalankan apa yang terpaksa saat ini dilakukan bukan

apa yang seharusnya dilakukan, akibatnya potensi manusia untuk mengembangkan hidupnya

manjadi terhambat. Itu semua bisa kita lihat bahwa semakin banyak jumlah para pengamen

jalanan yang diorganisir oleh pihak tertentu yang memaksa mereka untuk bekerja seperti itu

karena mereka juga tidak punya pilihan lain untuk mendapatkan uang. Penyebab lain menurut

Kuncoro (2000: 107) mencakup tiga aspek, yaitu :

1. Secara mikro kemiskinan minimal karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber

daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya

memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah.

2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber

daya yang rendah berarti produktivitasnya rendah. Rendahnya kualitas sumber daya ini

karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi atau karena

keturunan.

3. Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.

Ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious

circle poverty). Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar dan kurangnya modal

menyebabkan rendahnya produktivitas sehingga mengakibatkan rendahnya pendapatan yang

diterima. Rendahnya pendapatan akan mempengaruhi rendahnya tabungan dan investasi yang

berakibat pada keterbelakangan.

2

Page 5: Tugas Antropolgi

2.2 Macam & Jenis-Jenis Pengamen Jalanan / Artis Penghibur Jalanan

Seperti kita tahu bahwa salah satu rofesi yang paling favorit dijalankan oleh orang-

orang yang tidak memiliki pekerjaan tetap adalah menjadi pengamen baik secara sendiri-

sendiri maupun berkelompok. Mengamen tidak harus bernyanyi tetapi juga bisa hanya

memainkan alat musik atau hanya bertugas menarik uang receh dari pendengar ngamenan.

Pengamen ada di mana-mana mulai di perempatan jalan raya, di dalam bis kota, di

rumah makan, di ruko, di perumahan, di kampung, di pasar, dan lain sebagainya. Penampilan

pengamen pun macam-macam juga mulai dari tampilan yang biasa saja sampai penampilan

banci / bencong, anak punk, preman, pakaian muslim, pakaian pengemis, pakaian seksi nan

minim, dsb.

Pengamen terkadang sangat mengganggu ketenangan kita akan tetapi mau bagaimana

lagi. Jika mereka tidak mengamen mereka mau makan apa dan daripada mereka melakukan

kejahatan lebih baik mengamen secara baik-baik walaupun mengganggu.

Berikut ini adalah macam-macam / jenis-jenis pengamen :

1. Pengamen Baik

Pengamen yang baik adalah pengamen profesional yang memiliki kemampuan

musikalitas yang mampu menghibur sebagian besar pendengarnya. Para pendengar pun

merasa terhibur dengan ngamenan pengamen yang baik sehingga mereka tidak sungkan untuk

memberi uang receh maupun uang besar untuk pengamen jenis ini. Pengamen ini pun sopan

dan tidak memaksa dalam meminta uang.

2. Pengamen Tidak Baik

Pengamen yang tidak baik yaitu merupakan pengamen yang permainan musiknya tidak

enak di dengar oleh para pendengarnya namun pengamen ini umumnya sopan dan tidak

memaksa para pendengar untuk memberikan sejumlah uang. Tetapi ada juga yang menyindir

atau mengeluh langsung ke pendengarnya jika tidak mendapatkan uang seperti yang

diharapkan.

3. Pengamen Pengemis

Pengamen ini tidak memiliki musikalitas sama sekali dan permainan musik maupun

vokal pun ngawur seenak udel sendiri. Setelah mengamen mereka tetap menarik uang receh

dari para pendengarnya. Dibanding mengamen mereka lebih mirip pengemis karena hanya

bermodal dengkul dan nekat saja dalam mengamen serta hanya berbekal belas kasihan orang

lain dalam mencari uang.

3

4. Pengamen Pemalak / Penebar Teror

Page 6: Tugas Antropolgi

Pengamen yang satu ini adalah pengamen yang lebih suka melakukan teror kepada

para pendengarnya sehingga para pendengar merasa lebih memberikan uang receh daripada

mereka diapa-apakan oleh pengamen tukang palak tersebut. Mereka tidak hanya menyanyi

tetapi kadang hanya membacakan puisi-puisi yang menebar teror dengan pembawaan yang

meneror kepada para pendengar. Pengamen jenis ini biasanya akan memaksa diberi uang dari

tiap pendengar dengan modal teror. Pengamen ini layak dilaporkan ke polisi dengan perbuatan

tidak menyenangkan di depan umum.

3

2.3 Pengamen Jalanan juga Target Operasi Street Crime

Page 7: Tugas Antropolgi

Para pengamen ini biasanya melakukan kegiatanya dengan menyasar para pelanggan

rumah-rumah makan maupun warung-warung tenda di pinggiran jalan. ''Mereka mengamen

tapi jangan sampai menekan (memaksa) kepada pelanggan meski hanya seribu atau dua ribu

rupiah saja,'' jelasnya.

Keberadaan pengamen memang dinilai cukup meresahkan masyarakat, pasalnya mereka bisa

meminta uang pada orang (pelanggan) yang sama hingga tiga sampai empat kali meski

personilnya (pengamen) beda tetapi alat musik yang mereka gunakan masih sama.

''Kadang kita sadari bahwa saat kita makan hingga satu jam bisa saja 3-4 kali dengan gitar

yang sama hanya personilnya beda. Ini yang akan menjadi target kita,'' ujar Kombes

Zulkarnain Adinegara.

Aktifitas para pengamen itu bisanya dilakukan pada malam hari sehingga terkadang

lepas dari jangkauan operasi kepolisian.

Pada gelaran operasi yang bertujuan untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat

itu dilaksanakan di seluruh Indonesia. Operasi tersebut menargetkan tempat-tempat yang

dianggap rawan kejahatan seperti kawasan pusat-pusat perbelanjaan, tempat sepi, lampu

merah, dll.

4

2.4 Anak Jalanan, Anak Bangsa

Page 8: Tugas Antropolgi

Saat ini, permasalahan terkait anak semakin banyak dan beragam. Indikasinya adalah

semakin banyaknya anak-anak terlantar dan yatim-piatu yang tidak terurus, pemberdayaan

anak-anak yang tidak pada tempatnya seperti dipekerjakan dengan waktu kerja yang sangat

keterlaluan dan gaji yang tidak masuk akal, dsb. Sedangkan kita semua mengetahui bahwa

kehidupan anak-anak seharusnya diisi dengan bermain, belajar, dan bersuka ria. Begitu juga

dengan permasalahan anak jalanan di perkotaan merupakan suatu hal yang dianggap wajar

oleh masyarakat, padahal hal ini seharusnya merupakan suatu hal yang tidak wajar terjadi.

Permasalahan anak jalanan merupakan salah satu dampak dari kurangnya kesadaran dan

kepedulian sosial di masyarakat terhadap kondisi anak-anak.

Undang-undang dasar mengatur bahwa Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara

oleh Negara (pasal 34 ayat 1), namun kenyataannya kemampuan pemerintah tidak sebanding

dengan meningkatnya permasalahan anak, baik secara kuantitas maupun kualitas. Jumlah

anak terlantar (dimana anak jalanan termasuk didalamnya) cenderung semakin meningkat,

seiring dengan permasalahan kemiskinan yang belum dapat diatasi. Data PUSDATIN tahun

2014 menunjukkan bahwa anak terlantar di Indonesia mencapai 2.815.383 jiwa. Karena

keterbatasan pemerintah itulah, peran aktif dari masyarakat untuk menyelesaikan

permasalahan ini sangat dibutuhkan.

Apa yang dapat dilakukan masyarakat terkait anak jalanan tersebut? Pada dasarnya,

kebutuhan individu dapat dibedakan menjadi 2 kelompok besar, yaitu kebutuhan fisiologis dan

psikologis (Cole dan Bruce, 1959). Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan primer seperti

makan, minum, tidur, seksual, atau perlindungan diri. Sedangkan kebutuhan psikologis yang

disebut juga kebutuhan sekunder dapat mencakup kebutuhan untuk mengembangkan

kepribadian seseorang, contohnya adalah kebutuhan untuk dicintai, kebutuhan

mengaktualisasikan diri, atau kebutuhan untuk memiliki sesuatu, di mana kebutuhan

psikologis tersebut bersifat lebih rumit dan sulit diidentifikasi segera.

Begitu juga dengan anak jalanan tersebut, untuk dapat memupuk harga diri, perilaku

dan aktualisasi dirinya, pertimbangan mengenai keunggulan dan kelemahan serta kebutuhan

anak jalanan tersebut perlu dilakukan.

5

Begitu juga dengan kondisi anak-anak jalanan (ANJAL) yang berada di sekitar pasar

Lama Depok ini. Begitu banyak orang yang menilai negatif terhadap ANJAL tanpa mengetahui

Page 9: Tugas Antropolgi

kondisi ANJAL tersebut dengan sesungguhnya. Mengelem, meminta-minta memang dianggap

hina oleh masyarakat sekitar, bahkan oleh kaum terdidik seperti mahasiswa juga menganggap

hal itu adalah perbuatan hina. Namun apakah kita mengetahui apa penyebab mereka

melakukan perbuatan hina tersebut secara langsung? Pasti kebanyakan dari kita hanya

berasumsi tanpa terjun secara langsung untuk mencari tahu penyebab mereka melakukan hal

ini. Dengan menumbuhkan dan menunjukkan sedikit rasa kepedulian kita dengan cara

mencari informasi mengenai kondisi anak jalanan itu dapat memberikan kontribusi dalam

perubahan perilaku anak jalanan tersebut.

Sebagai contoh, di Rumah Belajar  Sahabat Anak Jalanan Citayam, para anak jalanan

mendapatkan sedikit rasa kepedulian dari berbagai macam relawan yang datang dan pergi.

Rasa kepedulian itu bermacam-macam bentuknya, ada yang mengajak mereka menggambar

bersama, ada yang mengajarkan baca tulis dan berhitung, ada yang mengajak mereka jalan-

jalan dan bahkan ada yang rela menginap barsama mereka untuk menunjukkan kepedulian

mereka. Mungkin tidak semua orang sudah memiliki sekaligus merealisasikan rasa kepedulian

mereka seperti yang diatas. Untuk mulai menumbuhkan rasa kepedulian dan

merealisasikannya membutuhkan niat yang begitu luar biasa pada awalnya. Coba kita

pikirkan, waktu kita dalam sehari ada 24 jam, tidak bisakah kita luangkan waktu kita lima

menit dalam satu hari untuk menyapa dan menanyakan kabar mereka, atau mungkin setengah

jam dalam sehari untuk mengajarkan arti dan makna hidup ini.

Saat ini, permasalahan terkait anak semakin banyak dan beragam. Indikasinya adalah

semakin banyaknya anak-anak terlantar dan yatim-piatu yang tidak terurus, pemberdayaan

anak-anak yang tidak pada tempatnya seperti dipekerjakan dengan waktu kerja yang sangat

keterlaluan dan gaji yang tidak masuk akal, dsb.

5

Sedangkan kita semua mengetahui bahwa kehidupan anak-anak seharusnya diisi

dengan bermain, belajar, dan bersuka ria. Begitu juga dengan permasalahan anak jalanan di

perkotaan merupakan suatu hal yang dianggap wajar oleh masyarakat, padahal hal ini

Page 10: Tugas Antropolgi

seharusnya merupakan suatu hal yang tidak wajar terjadi. Permasalahan anak jalanan

merupakan salah satu dampak dari kurangnya kesadaran dan kepedulian sosial di masyarakat

terhadap kondisi anak-anak.

coba bayangkan ketika kita dilahirkan kedunia dalam kehidupan serba pas-pasan dan

miskin apakah kita menyalahkan kedua orang tua kita? disini saya melihat banyak hal yang

sangat berbeda. setiap hari saya berangkat pulang kekantor tempat saya bekerja dengan kereta

api jurusan bojong gede jakarta-kota saya melihat banyak sekali anak-anak jalanan atau

terlantar mengais rejeki dikereta api ekonomi mulai pagi hingga petang bahkan kadang malam

hari saat mereka harus istirahat mereka masih terus berjuang untuk hidup dimanakah peran

pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan di Ibukota Jakarta ini apakah pemerintah

daerah maupun pemerintah pusat sudah benar-benar mengentaskan kemiskinan yang saat

mereka berjanji untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia.

Apakah sudah terealisasi dengan benar coba lihat seorang ibu hamil masih mengais

rejeki untuk biaya persalinan anak-anak yang mengamen untuk sekedar mencari sebungkus

nasi untuk makan hari ini para tuna netra yang dilepas setelah selesai dibina dari panti-panti

untuk mencari makan di kereta coba bayangkan ini hanya sedikit dari kemiskinan di ibu kota

masih ada lagi para gadis belia menjajakan diri dipinggiran Ibukota untuk bisa bertahan hidup

hal ini sangat terasa kalau hidup ini adalah perjuangan namum bagaimana dengan

tanggungjawab pemerintah apakah hal ini terus akan berjalan sesuai dengan kodrat masing-

masing manusia coba bayangkan bila nasib kita sama dengan mereka.

5

2.5 Metode Penelitian

Page 11: Tugas Antropolgi

            Dalam hal ini kami pelakukan penelitian tentang kehidupn anak-anak jalanan atan

ANJAL dengan cara riset lapangan,  atau dengan melakukan observasi, wawancara, dan

kepustakaan. Agar kami mendapat pengetahuan yang lebih dalam membuat makalah ini.

2.5.1 Observasi

            Observasi dilakukan dengan cara pengamatan langsung kelokasi, agar data-data yang

diharapkan benar-benar obyektif. Artinya data yang di ambil tidak di buat-buat. Obyek

pengamatannya adalah Ingin mengetahui mengapa para pengamen itu lebih memilih hidup di

jalanan.

2.5.2 Wawancara

            Kami melakukan wawancara kepada sekelompok pengamen yang berada di terminal

Depok Baru karena kami ingin mengetahui secara langsung bagaimana sebenarnya pengamen

jalanan itu lebih memilih hidup di jalanan. Wawancara ini di lakukan pada waktu minggu

siang tanggal 13 April 2014 jam 11:24 WIB.

            Adapun hasil wawancara yang kami lakukan kepada para pengamen jalanana adalah

sebagai berikut :

Peneliti                       : “Permisi de”.

Pengamen                  : “Iya, ada apa ya?”.

Peneliti                       : “kami mau tanya-tanya tentang kehidupan kalian disini ”.

Pengamen                  : “Buat apa ya klo gw boleh tau ?”.

Peneliti                       : “untuk membuat makalah tentang kehidupan anak jananan”.

Pengamen                  : “Owh..gitu?   Boleh ja”.

Peneliti                       : “ya,,Kalau gitu kenapa kalian ini semua mau tinggal di

jalanan?”.

Pengamen                  : “Enak si bang soalnya bisa lebih bebas aja”.

Peneliti                       : “Bebas gimana maksudnya ?”.

Pengamen                  : “ya enak ja kalau mau kemana mana ga ada yang ngatur”.

Peneliti                       : “Mangnya tidak cape jadi pengamen jalanan ?”.

Pengamen                  : “ya mau gimana lagi, mo cari kerjaan yang laen juga susah”.

Peneliti                       : “Owy,,ni ade-adenya masi pada sekolah ga ?”.

Pengamen                  : “Sebagian ada yang sekolah tapi banyakan yang ga sekolah”.

Peneliti                       : “kenapa ga pada sekolah ?”.

Pengamen                  : “Enakan ngamen Bang bisa dapet duit dari pada sekolah”.

6

Peneliti                       : “Emangnya kalian mau jadi pengamen terus, pasti kalian

Page 12: Tugas Antropolgi

Juga maukan ada perubahan dalam hidup kalian ?”.

Pengamen                  : “Iya lah kami juga kepengen berobah dan mau mempunyai

Keluarga (menikah), kalo Cuma gini aja kasihan nantinya kaluarga gw”.

Peneliti                       : “Owh,,,Punya Cw juga ni ?..Tapi orang tu Cw Elu tau ga kalau

                                    Kalian ini pengamen jalanan?”.

Pengamen                  : “Iya lah..Hehe..,Orangtuanya Cw gw ga tau kalau gw tu

Seorang pengamen jalanan, tapi kalau Cw gw si dia tau kalau gw tu hidup di jalanan dan

seorang pengamen jalanan tapi dia tetep cinta Za ma gw”.

Peneliti                       : “Owy,,Uda berapa lama kalian jadi pengamen di sini ?”.

Pengamen                  : “Wah udah lama Bang,,Dari kecil kita udah di jalanan”.

Peneliti                       : “Di sini kalian kalau tidur dimana ?”.

Pengamen                  : “Di sini aja di terminal, ya paling di kursi-kursi kami

tidurnya”.

Peneliti                       : “Ni kalian asalnya pada dari mana aja, apa jangan-jangan

warga sini ya ?”.

Pengamen                  : “kami beda-deda asalnya ada yang dari Bogor, Purwokerto

dan lain sebagainya.”

Peneliti                       : “Orang tua kalian tau ga kalau kalian tu disini kerjaanya

ngamen ?”.

Pengamen                  : “Orang tua gw ga tau bang kalo gw disini tu ngamen meraka

taunya gw tu kerja ja di jakarta”.

Peneliti                       : “Pandangan kalian terhadap masyarakat gimana soalnya

kebanyakan masyarakat bilang kalau keadaan kalian ni sudah

meresahkan masyarakat ?”.

Pengamen                  : “Masyarakatnya aja yang berfikiran kaya gitu kalau kita si

kalau emang dianya sopan kami juga bakalan sopan kami ga akan

macem-macem apalagi kalau di mau  ngasih sedikit uangnya”.

Penaliti                       : “Terus yang kalian harapkan dari masyaraka apa ?”.

Pengamen                  : “Kami tidak banyak berharap dari masyarakat kami Cuma

minta pengertiannya aja dari masyarakat”.

Peneliti                       : “Ada tidak pengalaman yang berkesan bagi kalian selama

mengamen ?”.

Pengamen                  : “Ada Bang, waktu  Gw lagi ngamen ya terus ada yang

ngambil pakaian di jemuran, terus ada yang teriak maling-maling gitu,

Gw mah asik ja ya maen musik soalnya tu bukan temen gw ini, eh warga

pada meneriakin kalo Gw tu temennya maling tadi yaudah Gw ikutan

lari juga dari pada Gw di gebukin di situ. Untungnya gw bisa kabur jadi

selamet dah gw”.

Peneliti                       : “Owh Gitu,,Kalau katangkep u bisa di hajar masa tu. Oke deh

makasih ya uda mau ngeberi info ke kami tentang kehidupan kalian,

berkat kalian kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini”.

Pengamen                  : “Oky Bang sama-sama biar gw pengamen gw juga masi

punya hati”.

Page 13: Tugas Antropolgi

Adapun foto waktu observasi pada saat melaksanakan kami masukan ke dalam lampiran.

BAB III

Page 14: Tugas Antropolgi

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

            Setelah kami melakukan penelitian tentang kehidupan anak jalanan yang di singkat

menjadi  ANJAL khususnya pengamen jalanan ternya pengamen itu terbagi menjadi beberapa

bagian yang di antaranya : Pengamen Baik, Pengamen Tidak Baik, Pengamen Pengemis,

Pengamen Pemalak / Penebar Teror, Pengemen Penjahat, Pengamen Cilik / Anak-Anak.

                Sebagian besar banyaknya para pengamen di picu karena masalah ekonomi mereka,

buruknya lapangan pekerjaan di negri ini membuat mereka menjadi pengamen jalanan, orang-

orang menjadi pengamen jalanan ialah orang-orang dari berbagai daerah di indonesia yang

sengaja datang ke kota-kota besar yang mempunyai  niat untuk mendapatkan pekerjaan tetapi

kurangnya lapangan pekerjaan untuk mereka dan skil yang meraka punya pun belum bisa

bersaing dengan yang lain, sehingga mereka putus asa dan memilih menjadi pengamen jalanan

sebagai mata pencarian mereka.

3.2 Saran  saran

                Dalam makalah yang kami yang bejudul Anak Jalanan atau ANJAL yang di

khususkan ke pada pengamen jalanan kami memiliki dua [2] saran yaitu untuk para pengamen

jalanan dan para masyarakat.

                Untuk Para pengamen jalanan setelah kami melakukan penelitian sebenarnya

sebagian besar dari kalian para pengamen jalanan datang ke kota-kota besar tidak mau

menjadi pengamen sebagai pekerjaan sehari-hari, tepapi buruknya lapangan pekerjaan yang

membuat kalian menjadi pengamen jalanan. Untuk itu kami memberi saran kepada kalian

kalau memang belum mempunyai kemampuaan untuk bersaing mendapatkan pekerjaan lebih

baik jangan datng dulu ke kota-kota besar lebih baik bekerja di daerah sendiri pasti orang tua

anda lebih bangga dengan anda di  bandingkan harus datang ke kota dan kehidupan anda

menjadi tidak jelas seperti ini.

7

                Untuk masyarakat bila menemui para pengamen dan apa lagi pengamen itu masih

muda-muda dan gagah-gagah masih kuat untuk bekerja sebaiknya tidak usah di beri uang

Page 15: Tugas Antropolgi

karena itu bisa membuat mereka makin malas mencari pekerjaan, dari pada memberikan uang

kepada para pengamen jalanan yang seperti itu dan biasanya para pengamen itu ada yang

mengkoordinir jadi hasil yang mereka dapat itu harus di bagi lagi kepada orang yang

mengkoordinir mereka, lebih baik di berikan saja kepada pengemis tua yang sudah tidak

mampu untuk bekerja lagi.

7

Daftar Pustaka

Page 16: Tugas Antropolgi

Anarita, Popon, dkk, Baseline Survei untuk Program Dukungan dan Pemberdayaan Anak Jalanan di

Perkotaan (jakarta), Bandung: Akatiga-Pusat analisis sosial, 2014.

Direktorat Pemberdayaan Peran Keluarga Dirjen Pemberdayaan Sosial, Standarisasi

Pemberdayaan Peran Keluarga, Jakarta: Depsos, 2002.

8