Upload
kemond
View
127
Download
40
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pengolahan limbah cair domestik rumah sakit
Citation preview
PRA-RANCANGAN BANGUNAN PENGOLAH LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI PROSES BIOFILTER
ANAEROB-AEROB, KAPASITAS 8 - 12 M3/HARI
Tugas: Pembuatan BEDPDosen Pengampu: Ir. Prayitno, M.Eng.
Disusun oleh:Ilman Asnur (11313995)
SEKOLAH TINGGI TEKNIK LINGKUNGAN (STTL)YAYASAN LINGKUNGAN HIDUP (YLH)
YOGYAKARTA 2012
i
ABSTRAK
Air limbah yang berasal dari kegiatan Rumah Sakit merupakan salah satu sumber pencemar air yang sangat
potensial. Disebabkan karena air limbah Rumah Sakit mengandung senyawa organik bersifat Biodegradable
yang cukup tinggi, kemungkinan megandung senyawa-senyawa kimia lain serta mikro organisme patogen
yang dapat menyebabkan penyakit terhadap masyarakat disekitarnya. Oleh karena potensi limbah Rumah
Sakit terhadap kesehatan masyarakat sangat besar, maka setiap Rumah Sakit diharuskan mengolah limbah
Rumah Sakit sampai memenuhi persyaratan standar baku mutu yang berlaku (Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup nomor : Kep-58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kesehatan
Rumah Sakit).
Berdasarkan sifat air limbah Rumah Sakit yang Biodegradable, maka pengolahan air limbah Rumah Sakit
untuk menurunkan kandungan zat organik akan lebih sesuai dilakukan dengan cara biologi. Pengolahan air
limbah Rumah Sakit dengan proses biofilter tercelup dengan menggunakan media plastik sarang tawon
merupakan proses sederhana tetapi hasilnya cukup baik. Proses ini mampu mengurangi BOD, COD, TSS,
senyawa Ammonium, Deterjen, dan Phospat yang ada didalam air baku.
ii
DAFTAR ISI
Daftar isi
ABSTRAK.................................................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL..........................................................................................................................................v
BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................................................................vi
1.1. Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2. Maksud dan Tujuan...........................................................................................................1
1.3. Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.4. Ruang Lingkup.................................................................................................................2
1.5. Langkah Kerja..................................................................................................................2
BAB II. LANDASAN TEORI.........................................................................................................................3
2.1. Pengertian Air Limbah.......................................................................................................3
2.2. Sumber Air Limbah............................................................................................................3
2.3. Sistem Penanganan Air Limbah..........................................................................................3
2.4. Pembuangan Limbah Tinja.................................................................................................6
2.5. IPLT................................................................................................................................8
BAB III. PELAKSANAAN..........................................................................................................18
3.1. Diagram Alir Proses Bangunan IPLT................................................................................................18
3.2. Proyeksi Penduduk...........................................................................................................................18
3.3. Spesifikasi Air Limbah......................................................................................................................19
3.4. Perhitungan Desain..........................................................................................................................19
3.5. Spesifikasi Hasil...............................................................................................................................22
3.6. Analisis Ekonomi..............................................................................................................................22
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 . Langkah Kerja..........................................................................................................................2
Gambar 2. Sistem Pembuangan Air...........................................................................................................6
Gambar 3. Gambaran Kolam Anaerobik..................................................................................................11
Gambar 4. Proses Kolam Fakultatif .......................................................................................................... 13
Gambar 5. Kolam Fakultatif ...................................................................................................................... 13
Gambar 6. Kolam Maturasi ....................................................................................................................... 15
Gambar 7. Potongan Bak Pengering Lumpur .......................................................................................... 16
Gambar 8. Diagram Alir Proses Bangunan IPLT ...................................................................................... 17
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Karakteristik Lumpur Tinja.............................................................................................................9
Tabel 2. Alternatif Sistem Pengolahan Lumpur.........................................................................................10
Tabel 3. Alternatif II Pemilihan Modul IPLT dan Perhitungan Perkiraan Kebutuhan Lahan......................16
v
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam upaya menigkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya di kota-kota besar semakin
meningkat pendirian rumah sakit (RS). Sebagai akibat kualitas efluen limbah rumah sakit tidak memenuhi
syarat. Limbah rumah sakit dapat mencemari lingkungan penduduk di sekitar rumah sakit dan dapat
menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan dalam limbah rumah sakit dapat mengandung
berbagai jasad renik penyebab penyakit pada manusia termasuk demam typoid, kholera, disentri dan
hepatitis sehingga limbah harus diolah sebelum dibuang ke lingkungan (BAPEDAL, 1999).
SAMPAH dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan
rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam
dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair. Bentuk limbah
klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian
menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet
pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat
menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin
terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radio aktif.
Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut: Limbah yang berkaitan dengan pasien yang
memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif). Limbah laboratorium yang berkaitan dengan
pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular. Limbah jaringan
tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan
atau otopsi. Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat
sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.Limbah farmasi ini dapat berasal
dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau
kemasan yang terkontaminasi, obat- obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-
obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi
obat- obatan. Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan
medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.
Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan sampah non klinis
atau dapat disebut juga sampah non medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari kantor / administrasi
kertas, unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien, sisa makanan buangan;
sampah dapur (sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan, sayur dan lain-lain). Limbah cair yang
dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi. Limbah rumah sakit
bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme, tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat
pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang dan jenis sarana yang ada (laboratorium, klinik dll). Tentu saja
dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang bersifat patogen. Limbah rumah sakit seperti halnya
1
limbah lain akan mengandung bahan-bahan organik dan anorganik, yang tingkat kandungannya dapat
ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya seperti BOD, COD, pH, mikrobiologik, dan lain-lain. (Arifin.
M, 2008 ; (online).
Pengelolaan limbah rumah sakit yang sudah lama diupayakan dengan menyiapkan perangkat lunaknya
yang berupa peraturan-peraturan, pedoman-pedoman dan kebijakan-kebijakan yang mengatur pengelolaan
dan peningkatan kesehatan dilingkungan rumah sakit.
Disamping peraturan-peraturan tersebut secara bertahap dan berkesinambungan Departemen
Kesehatan terus mengupayakan dan menyediakan dan untuk pembangunan insilasi pengelolaan limbah
rumah sakit melalui anggaran pembangunan maupun dari sumber bantuan dana lainnya. Dengan demikian
sampai saat ini sebagai rumah sakit pemerintah telah dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan limabah,
meskipun perlu untuk disempurnakan. Namun pengelolaan limbah rumah sakit masih perlu ditingkatkan
permasyarakatan terutama dilingkungan masyarakat rumah sakit. (Depkes RI, 1992).
Rumah sakit adalah merupakan fasilitas sosial yang tak mungkin dapat dipisahkan dengan
masyarakat, dan keberadaannya sangat diharapkan oleh masyarakat, karena sebagai manusia atau
masyarakat tentu menginginkan agar keseahatan tetap terjaga. Oleh karena itu rumah sakit mempunyai
kaitan yang erat dengan keberadaan kumpulan manusia atau masyarakat tersebut. Di masa lalu, suatu
rumah sakit dibangun di suatu wilayah yang jaraknya cukup jauh dari dareah pemukiman, dan biasanya
dekat dengan sungai dengan pertimbangan agar pengelolaan limbah baik padat maupun cair tidak
berdampak negatip terhadap penduduk, atau bila ada dampak negatip maka dampak tersebut dapat
diperkecil.
Sejalan dengan perkembangan penduduk yang sangat pesat, lokasi rumah sakit yang dulunya jauh
dari daerah pemukiman penduduk tersebut sekarang umumnya telah berubah dan berada di tengah
pemukiman penduduk yang cukup padat, sehingga masalah pencemaran akibat limbah rumah sakit baik
limbah padat atau limbah cair sering menjadi pencetus konflik antara pihak rumah sakit dengan masyarakat
yang ada di sekitarnya.
Dengan pertimbangan alasan tersebut, maka rumah sakit yang dibangun setelah tahun 1980 an
telah diwajibkan menyediakan sarana limbah padat maupun limbah cair. Namun dengan semakin mahalnya
harga tanah, serta besarnya tuntutan masyarakat akan kebutuhan peningkatan sarana penunjang
pelayanan kesehatan yang baik, dan di lain pihak peraturan pemerintah tentang pelestarian lingkungan juga
semakin ketat, maka pihak rumah sakit umumnya menempatkan sarana pengolah limbah pada skala
prioritas yang rendah. Akibatnya, sering terjadi benturan perbedaan kepentingan antar pihak rumah sakit
dengan masyarakat atau pemerintah. Dengan adanya kebijakan legal yang mengharuskan pihak rumah
sakit agar menyediakan fasilitas pengolahan limbah yang dihasilkan, mengakibatkan biaya investasi
maupun biaya operasional menjadi lebih besar.
Air limbah yang berasal dari limbah rumah sakit merupakan salah satu sumber pencemaran air yang
sangat potensial. Hal ini disebabkan karena air limbah rumah sakit mengandung senyawa organik yang
cukup tinggi juga kemungkinan mengandung senyawa-senyawa kimia lain serta mikro-organisme patogen
2
yang dapat menyebabkan penyakit terhadap masyarakat di sekitarnya. Oleh karena potensi dampak air
limbah rumah sakit terhadap kesehatan masyarakat sangat besar, maka setiap rumah sakit diharuskan
mengolah air limbahnya sampai memenuhi persyaratan standar yang berlaku.
Dengan adanya peraturan yang mengharuskan bahwa setiap rumah sakit harus mengolah air limbah
sampai standar yang diijinkan, maka kebutuhan akan teknologi pengolahan air limbah rumah sakit
khususnya yang murah dan hasilnya baik perlu dikembangkan. Hal ini mengingat bahwa kendala yang
paling banyak dijumpai yakni teknologi yang ada saat ini masih cukup mahal, sedangkan di lain pihak dana
yang tersedia untuk membangun unit alat pengolah air limbah tersebut sangat terbatas sekali. Untuk rumah
sakit dengan kapasitas yang besar umumnya dapat membangun unit alat pengolah air limbahnya sendiri
karena mereka mempunyai dana yang cukup. Tetapi untuk rumah sakit tipe kecil sampai dengan tipe
sedang umumnya sampai saat ini masih membuang air limbahnya ke saluran umum tanpa pengolahan
sama sekali.
Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dikembangkan teknologi pengolahan air limbah rumah sakit
yang murah, mudah operasinya serta harganya terjangkau, khususnya untuk rumah sakit dengan kapasitas
kecil sampai sedang. Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat kedala yang cukup besar yakni kurangnya
tersedianya teknologi pengolahan yang baik dan harganya murah. Masalah ini menjadi kendala yang cukup
besar terutama untuk rumah sakit kecil, yang mana pihak rumah sakit tidak/belum mampu untuk
membangun unit alat pengilahan air limbah sendiri, sehingga sampai saat ini masih banyak sekali rumah
sakit yang membuang air limbahnya ke saluran umum.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari pembangunan Instalsi Pengolahan Limbah Cair adalah merupakan upaya
dalam peningkatan kualitas kesehatan lingkungan.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan pertimbangan dari latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka perumusan
masalah ditetapkan pada:
1. Bangunan apa saja yang akan direncanakan pada PLC (Pengolahan Limbah Cair) RS ?
2. Berapa dimensi dari masing-masing unit bangunan /perhitungan desain dari PLC RS ?
3. Berapa biaya yang dibutuhkan dan analisis ekonominya dari pembangunan PLC RS ?
1.4. Ruang Lingkup
Supaya dalam pembahasan selanjutnya tidak menyimpang dari judul yang diambil, maka
permasalahan dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:
1. Pemilihan bangunan/ komponen pada PLC RS
2. Perhitungan desain bangunan PLC RS
3. Analisis ekonomi
3
1.5. Alur Proses Pengolahan Limbah Cair
Gambar 1. Diagram Proses Pengolahan Limbah Cair
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Air Limbah
Air buangan/limbah diartikan sebagai masuknya atau dimasukkannya benda padat, cair dan gas ke
dalam air dengan sifatnya berupa endapan atau padat, padat tersuspensi, terlarut, koloid, emulsi yang
menyebabkan air dimaksud harus dipisahkan atau dibuang dengan sebutan air buangan. Air buangan yang
berasal dari buangan rumah tangga, sekolah, perkantoran, pasar, hotel dan restoran disebut dengan air
buangan domestik. (Tjokrokusumo, 1998).
Air limbah adalah sisa air yang digunakan dalam industri atau rumah tangga yang dapat
mengandung zat tersuspensi dan zat terlarut. Air limbah adalah air yang dikeluarkan oleh industri akibat
proses produksi dan pada umunya sulit diolah karena biasanya mengandung beberapa zat seperti : pelarut
organik zat padat terlarut, suspended solid, minyak dan logam berat (Tchobanoglous, et al., 2003)
2.2. Sumber Air Limbah
Data mengenai sumber air limbah dapat dipergunakan untuk memperkirakan jumlah rata-rata aliran
air limbah. Jumlah rata-rata aliran air limbah harus dihitung perkembangannya atau pertumbuhannya untuk
merencanakan pemasangan saluran pembuangannya dan untuk merencanakan bangunan pengolahannya.
Pada dasarnya air limbah bersumber dari:
a. Air limbah rumah tangga
Sumber utama air limbah rumah tangga adalah berasal dari perumahan, daerah perdagangan,
daerah perkantoran atau lembaga serta daerah fasilitas rekreasi.
b. Air limbah industri
Air limbah industri mempunyai jumlah aliran yang bervariasi, tergantung dari jenis dan besar kecilnya
industri, pengawasan dalam proses industri serta tingkat daur ulang air limbah dan metode IPAL
setempat yang digunakan.
c. Air limbah rembesan dan tambahan
Limpahan air hujan yang tidak tertampung pada saluran air hujan akan masuk ke saluran air limbah,
dengan demikian air hujan akan menambah jumlah air limbah. Selain air yang masuk melalui
limpahan air juga masuk melalui rembesan. Air yang merembes ke dalam tanah akhirnya menjadi air
tanah. Apabila permukaan air tanah bertemu dengan saluran air limbah, maka bukanlah tidak
mungkin terjadi penyusupan air tanah tersebut ke saluran air limbah melalui sambungan-sambungan
pipa atau melalui celah-celah yang ada karena rusaknya pipa saluran (Sugiharto, 1987).
5
2.3. Sumber – sumber Limbah Cair Rumah Sakit
Sumber limbah cair rumah sakit bervariasi sesuai dengan klasifikasi dan jenisnya. Klasifikasi rumah
sakit tergantung pada jenis fasilitas dan kemampuan medik spesialisasi dan spesialistik dan sub spesialistik
yang dimiliki.
Rumah sakit di Indonesia dibagi menurut beberapa kelas, yaitu kelas A, B, C dan D rumah sakit
kelas A adalah rumah sakit yang memiliki lebih dari 1000 tempat tidur, kelas B memiliki 400 sampai 1000
tempat tidur, kelas C memiliki 100 sampai 400 tempat tidur, dan rumah sakit kelas D memiliki 25 sampai 100
tempat tidur (Anonim, 1989).
Limbah rumah sakit berbentuk padat, cair maupun gas. Adapun sumber-sumber yang dapat
menghasilkan limbah cair di rumahh sakit antara lain : Ruang Perawatan, Ruang um; Pencucian Linen;
Ruang Laboratorium; Ruang Radiologi; Ruang Dapur; Ruang Mandi, WC; Ruang Persalinan; Ruang Bedah;
Ruang Mayat.
Disamping pengelompokan jenis limbah menurut sumbernya, limbah car rumah sakit dapa
dikelompokan menurut sifatnya, yaitu bersifat racun (toksik), dan tidak racun(non-toksik). Limbah cair yang
bersifat racun yaitu ; limbah cair yang mengandung zat-zat beracun seperti bahan bahan kimia organik,
deterjen, dan zat radioaktif. Zat-zat tersebut merupakan racun bagi mikroorganisme yang mempunyai sifat
mudah menghambat metabolisme, juga dapat membunuh mikroorganisme itu sendiri. Limbah cair ini
berasal dari ruangan laboratorium, ruangan pencucian linier dan ruang radiologi (Anonim, 1990).
2.4. Karakteristik Limbah Cair
Karakteristik limbah cair rumah sakit adalah sebagai berikut :
a) Karakteristik fisik limbah cair
1) Suhu
Air yang baik tidak boleh memiliki perbedaan suhu yang mencolok dengan udara sekitar (udara
ambien). Di Indonesia, suhu air minum idealnya ± 30º C dari suhu udara di atas atau di bawah
suhu udara berarti mengandung zat-zat tertentu (misalnya fenol yang terlarut) atau sedang terjadi
proses biokimia yang mengeluarkan atau menyerap energi air (Kusnaedi, 2002).
2) Kekeruhan
Air keruh adalah air mengandung partikel padat tersuspensi yang dapat berupa zat-zat yang
berbahaya bagi kesehatan. Disamping itu air yang keruh sulit didesinfeksi, karena mikroba
patogen dapat terlindung oleh partikel tersebut (Slamet, 2007).
3) Warna
6
Air buangan yang masih bau berwarna abu-abu, sedang air buangan yang sudah basi atau busuk
berwarna gelap. Warna disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang terlarut di dalam air seperti zat
organik tertentu yang menyebabkan warna dalam air.
4) Bau
Bau memberikan gambaran apakah suatu air buangan masih baru atau telah membusuk. Air
buangan yang masih hampir tidak berbau. Campuran dari nitrogen, sulfur dan fosfor juga berasal
dari pembusukan protein dan bahan-bahan organik yang terdapat dalam air buangan.
b) Karakteristik kimia limbah cair
1) Organik
a. Karbohidrat
Karbohidrat termasuk di dalamnya gula, kanji, selulosa dan kayu. Semua ini dapat dijumpai
pada air buangan domestik.
b. Lemak dan Minyak
Lemak dan minyak merupakan komponen utama bahan makanan yang banyak didapatkan
di dalam air buangan domestik. Lemak termasuk dalam bahan organik yang tetap dan tidak
mudah diuraikan oleh bakteri.
c. Protein
Protein adalah kandungan utama dari mahluk hidup, termasuk juga di dalamnya tanaman
dan binatang bersel satu. Protein adalah penyebab bau karna adanya proses pembusukan
dan penguraian.
d. Deterjen
Deterjen adalah golongan dari molekul organik yang dipergunakan sebgai pengganti sabun
untuk pembersih, supaya mendapat hasil yang baik. Di dalam air zat ini menimbulakan buih
dan selama proses aerasi buih tersebut berada diatas permukaan gelembung udara dan
biasanya relatif tetap.
2) Anorganik
a. pH
konsentrasi ion hidrogen merupakan ukuran kualitas dari air minum maupun air buangan.
Kadar yang baik adalah masih memungkinkan kehidupan biologis di dalam air berjalan
dengan baik. Air limbah dengan konsentrasi yang tidak netral akan menyulitkan proses
biologis, sehingga mengganggu proses penjernihan.
c) Karaktik biologi
Karakteristik biologis meliputi mikroorganisme yang terdapat di air buangan untuk memisahkan apakah
ada bakteri patogen di dalam air buangan, karakteristik biologis ini diperlukan untuk mengukur kualitas
7
airyang dipergunakan sebagai air minum keperluan kolam renang, selain itu untuk mengetahui tingkat
kekotoran air buangan sebelum dibuang ke badan air (Sugiharto, 1987).
2.5. Parameter Limbah Cair Rumah Sakit
Tabel 1. Karakteristik limbah cair rumah sakit
No PARAMETERKONSENTRASI AIR
LIMBAHBaku Mutu (Ment LH
No. 58 Th 1995 Satuan
1 BOD 412 75 Mg/L
2 COD 729 100 Mg/L
3 TSS 825 100 Mg/L
4 pH 7,3 6,0 – 9,0 -
Parameter air buangan limabh cai rumah sakit untuk BOD, COD dan TSS belum memenuhi batas
syarat effluen standar baku mutu yaitu Ment LH No. 58 Th 1995.
2.6. Landasn Teori
Pada limbah cair rumah sakit seperti sakit seperti halnya limbah cair lainnya yang mengandung
bahan-bahan organik dan bahan anorganik yang tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air
kotor pada umumnya seperti, BOD, COD, TSS dan lain-lain. Ukuran, fungsi dan kegiatan rumah sakit
mempengaruhi kondisi limbah cair yang dihasilkan.
Secara umum limbah cair rumah sakit mengandung bahan organik tinggi yang berasal dari kamar
mandi, pencucian dan dapur. Tujun perancangan instalasi pengolahan limbah cair rumah sakit untuk
menurunkan kandungan bahan-bahan organik dengan mengurangi pencemaran air. Pemilikan pengolahan
limbah cair dengan proses kombinasi aerob dan anaerob untuk merancang instalasi pengolahan limbah cair
antara lain :
• Efisiensi pengolahan cukup tinggi.
• Pengelolaannya sangat mudah.
• Biaya operasinya rendah.
• Suplai udara untuk aerasi relatif kecil.
• Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar.
• Dapat menghilangan padatan tersuspensi (SS) dengan baik.
8
Rancangan alat yang digunakan dalam prose pengolahan limbah cair dengan proses kombinasi aerob dan
anaerob adalah sebagai berikut :
1. Bak Kontrol
2. Bak Pengurai Anaerob
3. Proses Pengolahan Lanjutan
1) Bak Pengendap awal
2) Zona Anaerob
3) Zona Aerob
4) Bak Pengendap Akhir
Komponen pengolahan limbah cair rumah sakit
1. Bak Kontrol
Bak kontrol berfungsi untuk mencegah sampah padat misalnya plastik, kaleng, kayu agar supaya
tidak masuk ke unit pengolahan limbah, serta mencegah padatan yang tidak bisa terurai misalkan
lumpur, pasir, atau abu gosok dan lainya agar tidak masuk kedalam unit pengolahan limbah.
2. Bak Pengurai Anaerob
Untuk Proses Anaerobik berfungsi untuk menguraikan kandungan bahan pencemar organik yang
masih mengandung senyawa Organik Karbon (BOD5 dan COD) yang relatif tinggi (> 1.500 mg/l),
sehingga akan mengurangi kebutuhan Oksigen (O2) yang tinggi pada proses selanjutnya, yaitu
pada unit proses lanjutan. Dari unit ini selanjutnya limbah cair dialirkan ke Unit Proses Pengolahan
lanjutan dengan sistem pengaliran secara gravitasi.
Disain teknis unit proses Anaerobik ini berbentuk Bak atau Kolam Penampung yang menerima
influent limbah cair dari bak kontrol. Disain bak ini berbentuk empat persegi panjang dengan
kedalaman (2-4) meter. Ketika pemisahan BOD dalam Unit Anaerobik pada prinsipnya sama
dengan konvensional Anaerobik Digester. Apabila terdapat kekurangan data maka dapat
digunakan metode empiris pada kuantitas BOD5 per-harinya per-unit volume :
v = Li*Q
V
dimana :
v = Pembebanan volumetrik BOD, gr/m3/hari.
Li = Konsentrasi BOD influent, mg/l
Q = Aliran rata-rata influent, m3/hari
9
V = Volume kolam, m3
Apabila pembebanan BOD5 volumetrik berada dibawah 400 g/m3 perhari dan fermentasi senyawa
alkali relatif stabil dengan mengeluarkan gas Methan (CH4) dapat dipertahankan, maka bau yang
timbul dapat ditekan seminimum mungkin. Apabila limbah cair relatif bersifat asam (pH rendah),
maka pH harus disesuaikan dengan menggunakan kapur atau pengurai NaOH, air olahan tahap
awal ini selanjutnya diolah dengan proses pengolahan lanjutan dengan sistem biofilter anaerob-
aerob.
Gambar 2. Proses Bak Anaerobik
3. Proses Pengolahan Lanjutan
Proses pengolahan lanjutan ini dilakukan dengan sistem biofilter anaerob dan aerob.
Pengolahan air limbah dengan proses biofilter anaerob dan aerob terdiri dari :
1) Bak Pengendap awal
Bak pengendap awal berfungsi sebagai pengendap partikel lumpur, pasir dan kotoran
lainnya, bak ini juga berfungsi sebagai bak pengontrol aliran serta bak pengurai senyawa
organik yang berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung
lumpur.
Parameter yang biasanya digunakan dalam perancangan bak pengendap adalah lanjut
muatan permukaan (beban permukaan) dan laju pelimpahan, yang dapat ditentukan dengan
rumus :
Laju muatan = Debit air buangan (Q) Luas permukaan (AS)
Laju limpasan = Debit (Q)
10
Panjang weir
Massa padat dari bak pengendap awal dapat dihitung dengan rumus :
Massa padat dari pengendap awal :
Mp = Efifiensi x SS x Q
2) Zona Anaerob
Didalam zona anaerob ini diisi dengan media dari bahan plastik yaitu media sarang tawon,
pengurain zat-zat organik yang ada didalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik.
Pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikro-organisme. Mikroorganisme ini
yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap.
3) Zona Aerob
Pada zona aerob ini diisi dengan media sarang tawon sambil diaerasi sehingga
mikroorganisme yang akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta
tumbuh dan menempel pada permukaan media, dengan demikian maka air limbah akan
kontak langsung dengan mikroorganisme yang tersuspensi dalam air maupun yang
menempel pada permukaan media yang mana hal ini dapat meningkatkan peningkatan
efesiensi pengurangan zat organik, detergen, serta penghilangan amonia menjadi lebih
besar.
4) Bak Pengendap Akhir
Bak pengendap akhir adalah bak lumpur aktif yang mengandung massa mikroorganisme
diendapkan dan dipompa kembali dan ke bagian inlet aerasi dengan pompa sirkulasi
lumpur. Sedangkan air limpasan dialirkan ke bak klorinasi didalam bak ini mikroorganisme
dikontakan dengan klhor agar bisa membunuh mikroorganisme patogen.
Metode yang dipakai berdasarkan pada pembebanan areal BOD5 (S) yaitu kuantitas BOD5 per
hari di dalam kolam per unit luas permukaan.
S = 10 Li Q/A
Dimana :
S = Areal pembebanan BOD5, kg/ha/hari.
A = Luas kolam, m2
Li = Konsentrasi BOD influen, mg/l
Q = Aliran rata-rata influen, m3/hari
11
Gambar 3. Proses Bak Lanjutan
12
BAB III PELAKSANAAN
3.1. Perhitungan Perencanaan Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit
A. Kapasitas Design PLC (Pengolahan Limbah Cair)
Unit alat dirancang untuk dapat mengolah limbah cari dari rumah sakit sebesar 12 m3/hari. Skenario
proses PLC ditunjukan seperti pada gambar 4 di bawah ini :
Gambar 4. Skenario Proses PLC Rumah Sakit
B. Perhitungan Design PLC
Kapasitas rencana : 8 - 12 m3/hari
BOD Masuk : 412 mg/lt
TSS Masuk : 825 mg/lt
Efisiensi Pengolahan : 96 -98 %
BOD Keluar : 16 mg/lt
TSS Keluar : 10 mg/lt
C. Dimensi Dari Setiap Proses
1. Bak Kontrol
Debit Air Limbah = 12 m3/hari = 0,5 m3/jam
BOD Masuk = 412 mg/l
TSS Masuk = 825 mg/l
Waktu Tinggal = 10 Jam
Volume Efektif = 10/24 x 12 m3 = 5 m3
Dimensi :
Lebar : 1,5 m
13
14
Panjang : 1,5 m
Tinggi : 2,3 m
Tinggi Ruang Bebas : 0,25 m
Bahan : Bata beton cor
2. Bak Pengurai Anaerob
Debit Air Limbah = 12 m3/hari = 0,5 m3/jam
BOD Masuk = 412 mg/l
BOD Keluar = 247,2 mg/l
Efisiensi Penurunan BOD diencanakan = 40%
Waktu Tinggal = 8 Jam
Volume Efektif = 8/24 x 12 m3 = 4 m3
Dimensi :
Lebar : 1,5 m
Panjang : 1,5 m
Tinggi : 2,0 m
Tinggi Ruang Bebas : 0,25 m
Bahan : Fiber Rainforced Plastic (FRP)
3. Proses Pengolahan Lanjutan
Dimensi :
Lebar : 1,0 m
Panjang : 3,2 m
Tinggi : 2,3 m
Bahan : Fiber Rainforced Plastic (FRP)
1) Bak Pengendap awal
Debit Air Limbah = 12 m3/hari = 0,5 m3/jam
BOD Masuk = 247,2 mg/l
BOD Keluar = 185,4 mg/l
Efisiensi Penurunan BOD diencanakan = 25%
Waktu Tinggal = 2,4 Jam
Volume Efektif = 2,4/24 x 12 m3 = 1,2 m3
Dimensi :
Lebar : 1,0 m
Panjang : 0,6 m
Tinggi : 2,0 m
14
15
Tinggi Ruang Bebas : 0,25 m
Bahan : Fiber Rainforced Plastic (FRP)
2) Zona Anaerob
Debit Air Limbah = 12 m3/hari = 0,5 m3/jam
BOD Masuk = 185,4 mg/l
BOD Keluar = 55,62 mg/l
Efisiensi Penurunan BOD diencanakan = 70%
Waktu Tinggal = 4,8 Jam
Volume Efektif = 4,8/24 x 12 m3 = 2,4 m3
Dimensi :
Lebar : 1,0 m
Panjang : 1,2 m
Tinggi : 2,0 m
Tinggi Ruang Bebas : 0,25 m
Jumlah Ruang : 2 ruangan
Bahan : Fiber Rainforced Plastic (FRP)
3) Zona Aerob
Debit Air Limbah = 12 m3/hari = 0,5 m3/jam
BOD Masuk = 55,62 mg/l
BOD Keluar = 27,81 mg/l
Efisiensi Penurunan BOD diencanakan = 50%
Waktu Tinggal = 2,8 Jam
Volume Efektif = 2,8 /24 x 12 m3 = 1,4 m3
Dimensi :
Lebar : 1,0 m
Panjang : 0,7 m
Tinggi : 2,0 m
Tinggi Ruang Bebas : 0,25 m
Bahan : Fiber Rainforced Plastic (FRP)
4) Bak Pengendap Akhir
Debit Air Limbah = 12 m3/hari = 0,5 m3/jam
BOD Masuk = 27,81 mg/l
BOD Keluar = 16 mg/l
Efisiensi Penurunan BOD diencanakan = 42 %
Waktu Tinggal = 2,4 Jam
15
16
Volume Efektif = 2,4 /24 x 12 m3 = 1,2 m3
Dimensi :
Lebar : 1,0 m
Panjang : 0,6 m
Tinggi : 2,0 m
Tinggi Ruang Bebas : 0,25 m
Bahan : Fiber Rainforced Plastic (FRP)
3.2. Hasil Air Buangan Yang Diharapkan
Tabel 2. Karakteristik limbah cair rumah sakit yang diharapkan
No PARAMETERBaku Mutu
(Ment LH No. 58 Th 1995
KONSENTRASI AIR LIMBAH
Konsentrasi Olahan * Satuan
Efisiensi penghilangan
(%)
1 BOD 75 412 16 Mg/L 96
2 COD 100 729 52 Mg/L 92,8
3Total SS
(suspended solids)
100 825 10 Mg/L 98,8
4 pH 6,0 – 9,0 7,3 7,9 - -
Dilihat dari tabel 2, nilai karakteristik air limbah yang diharapkan dari setiap parameter menunjukan
konsentrasi dari awalnya konsentrasinya tinggi melebihi baku mutu, tetapi dengan melalui proses yang
direncanakan diharpakan konsentrasi parameter menurun sesuai dengan yang diinginkan.
16
3.3. Rencana Anggaran Biaya
A. Bahan dan Alat • Bahan
1. Beton cora) Bak kontrol
Alas dan tutup = 2x(0,6 x 1,5 x 1,5) = 0,27 m3
Dingding = 4x(0,12 x 1,5 x 2,55) = 0,918 m3
b) Biofilter anaerob Alas = 0,6 x 1,5 x 1,5 = 0,1,35 m3
Dingding = 4x(0,6 x 1,5 x 2,3) = 0,9 m3
c) Proses lanjutanAlas = 0,6 x 3,2 x 2,3 = 0,4416 m3
Dingding (a) = 2x(0,6 x 1 x 2,3) = 0,276 m3
Dingding (b) = 2x(0,6 x 3,2 x 2,3) = 0,8831 m3
Total beton cor = 3,82375 = 4 m3
2. Pipa PVC 4 Ø = 1 pcs (12 m) 1/2 Ø = 1 pcs (12 m)3. Tee 4 Ø = 4 pcs 4. Elbow 450 (4 Ø) = 1 pcs
Elbow 900 (1/2 Ø) = 4 pcs5. Lem PVC = 1 pcs 6. Media Biofilter ( sarang tawon)
Material : PVC sheet Ketebalan : 0,15 – 0,23 mm Luas Kontak Spsesifik : 200 – 226 m2/m3 Diameter lubang : 2 cm x 2 cm Warna : bening /transparan. Berat Spesifik : 30 -35 kg/m3 Porositas Rongga : 0,98 Jumlah : 5 m3
• Alat :a) Unit Bak Pengulai Anaerob = 1 pcs
Dimensi : Lebar : 1,5 m Panjang : 1,5 m Tinggi : 2,0 m Tinggi Ruang Bebas : 0,25 m Bahan : Fiber Rainforced Plastic (FRP)
b) Unit Bak Pengolahan Lanjut (Aerob) = 1 pcsDimensi Reaktor : Panjang : 320 cm Lebar : 150 cm Tinggi : 230 cm Bahan : Fiber Rainforced Plastic (FRP
17
18
Tabel 3. Rancangan Anggaran Biaya
NO URAIAN PEKERJAAN SATUAN VOLUME HARGA JUMLAH SATUAN (Rp) (Rp)
I PEKERJAAN PERSIAPAN 1.1 Administrasi & manajemen 1.000.000 1.000.000 1.2 Pembersihan lokasi* m2 10 5.500 55.000 1.3 Pengukuran lokasi 50.000 50.000 Sub Total 1.105.000II PEKERJAAN TANAH 2.1 Galian Tanah* m3 19 25500 486.234 2.2 Membuang tanah* m3 15 11175 170.468 Sub Total 656.702III PEKERJAAN BETON & BEKISTING 3.1 Beton cor 7,4 Mpa* m3 4 511.025 2.044.099 3.2 Pembuatan Bekisting* m2 8 135.690 1.044.813 3.2 Bongkar Bekisting* m2 8 130.000 1.001.000 Sub Total 4.089.912 IV PEK. IPAL 4.1 Bak kontrol 4.2 Bak Pengurai anaerob a. Bak FRP pcs 1 8.100.000 8.100.000 4.3 Bak Pengolahan lanjutan a. Bak FRP pcs 1 11.776.000 11.776.000 4.4 Pemasangan pipa a. Pemasangan pipa PVC 4" m 10 63.984 639.835
b.Pemasangan pipa PVC 1/2" m3 10 9.346 93.460
c. Elbow 90 (1/2") pcs 4 2.500 10.000 e. Tee 4" pcs 4 10.000 40.000 f. Elbow 45 (4") pcs 1 8.000 8.000
4.5Pemasangan Alat dan Media
a. Blower Udara pcs 1 6.000.000 6.000.000 b. Pompa silkulasi pcs 1 80.000 80.000 c. Media sarang tawon m3 5 100.000 500.000 Sub Total 27.247.295IV PEK.PELESTERAN 5.1 Pelester a. Pelester 1PC tebal 15 mm m2 8 24.006 192.048 Sub Total 192.048
Lain lain 11.669.443 Total 44.960400 Jasa pemborong 10% 4.995.600 Total 49.956.000
1. Dasar perhitungan
A. Asumsi
18
19
Air limbah cair dari rumah sakit Rp. 135 /liter, kapasitas pengolahan limbah cair per hari adalah
12000 L/ hari, ditargetkan kita mendapatkan limbah cair sekitar 10000 L/hari atau 30000 L/
bulan.
Pemasukan dari limbah yang akan di olah 300000 L/bulan
Harga Rp. 135 / L atau Rp. 135.000 /M3
B. Analisis
No Uraian Harga1 Investasi 1. Pompa Blower Rp 6.000.000 2. Pompa Sirkulasi Rp 80.000 3. Bak pengurai anaerob Rp 8.100.000 4. Bak pengolahan lanjutan Rp 11.776.000 5. alat dan bahan pelengkap Rp 24.000.000 Total Rp 49.956.0002 Biaya produksi 1.1 Biaya tetap 1. Penyusutan bak anaerob Rp 97.200 2. penyusutan bak pengolahan lanjutan Rp 141.312 3. Penyusutan blower Rp 72.000 4. Penyusutan pompa sirkulasi Rp 960 5. Penyusutan alat pelengkap Rp 7.200.000 6. Alat tranport * 5 tahun Rp 5.000.000 Total Rp 12.511.472 1.2 Biaya variable 1. Bahan kimia Rp 20.000 2. Listrik Rp 157.608 3. Tenaga kerja Rp 3.000.000 4. Solar Rp 1.500.000
Total Rp 4.677.608
TOTAL BIAYA PRODUKSI (bulan) = TBP = BIAYA TETAP + BIAYA VARIABLE
= Rp 12.511.472 + Rp 4.677.608 = Rp 17.189.080
C. Pendapatan
Air limbah L/hari (bulan) = 300000 x Rp 135 = 40500000 /hari
19
20
= Rp 40.500.000
D. Keuntungan Bersih
keuntungan/bulan = Hasil Penjualan - Biaya Produksi= Rp 40.500.000 - Rp 17.189.080 = Rp 23.310.920
E. Benefit Cost (B/C) Ratio
B/C = Tot. Pendapatan : Tot. Biaya Produksi= Rp 23.310.920 : Rp 17.189.080 = Rp 1,36
Artinya setiap penanaman modal RP. 1 akan memperoleh hasil sebesar, Rp. 1,36 dengan
demikian bisnis ini menguntungkan.
F. BEF (Break Event Point)
BEP= TOTAL BIAYA INVESTASI KEUNTUNGAN BERSIH
BEP= Rp 49.956.000 Rp 23.310.920
BEP= 2,14 * * Artinya keuntungan utuh akan di terima setelah lewat dari 2,14 bulan kita menjalani usaha,
dibulatkan 3 bulan atau bulan ke 4 kita akan mendapatkan keuntungan utuh.
20
21
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Debit pengolahan limbah cair rumah sakit yang direncanakan yaitu kapasitas 8 – 12 M3/ hari. Kualitas
limbah cair yang dihasilkan dari rumah sakit adalah, 825 mg/L untuk TSS, 412 mg/L untuk BOD dan 729
mg/L untuk COD. Dan untuk efluen dari hasil pengolahan limbah yang dihasilkan adalah 10 mg/L untuk
TSS, 16 mg/L untuk BOD dan 52 mg/L untuk COD.Perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk membangun
pengolahan limbah cair rumah sakit dengan kapasitas 8 – 12 M3/ hari adalah sebesar Rp. 49.956.000.
4.2 Saran
Pengolahan ini sangat menguntungkan apabila ini dijadikan suatu usaha atau kegiatan, tapi agas
usaha atau kegiatan ini berjalan lancar maka harus mengikuti peraturan peraturan yang telah ditetapkan
yaitu ijin usaha pengolahan limbah.
21
22
BAB IV DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (1995), “Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Kep -51/MENKLH/10/1995” Baku Mutu LimbaH Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. Jakarta
Metclaf And Eddy (1978). " Waste Water Engineering”, Mc Graw Hill.Said,N.I. (2000). “ Pengolahan Air Limbah dengan Proses Biofilter Anaerob-Aerob”. Jurnal Teknologi
Lingkungan Vol.1 No.2. Jakarta.
22