TUGAS Dr Ginandjar

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas gimul

Citation preview

1. Apa dan bagaimana penyebabnya gigi bisa menjadi abses? Penjelasan disertai gambar perjalanan abses!Jawaban :Abses merupakan suatu penyakit infeksi yang ditandai oleh adanya nanah (pus) dalam suatu jaringan yang sakit. Pus merupakan pertahanan efektif terhadap penjalaran infeksi dan cenderung berpindah akibat pengaruh tekanan, gravitasi, panas lokal, atau lapisan otot dekat permukaan. Dental abses yaitu abses yang terbentuk di dalam jaringan periapikal atau jaringan periodontalkarena infeksi gigi atau perluasan dari gangrene pulpa. Abses gigi terjadi ketika terinfeksi bakteri dan menyebar ke rongga mulut atau dalam gigi. Penyebabnya adalah bakteri yang merupakan flora normal dalam mulut, yaitu bakteri coccus aerob gram positif, coccus anaerob gram positif dan negative. Bakteri terdapat di dalam plak yang berisi sisa makanan dan kombinasi dengan air liur. Bakteri-baktrei tersebut dapat menyebabkan karies gigi, gingivitis, dan periodontitis. Jika mencapai jaringan yang lebih dalam melalui nekrosis pulpa dan pocket periodontal dalam, maka akan terjadi infeksi odontogen.Abses gigi ini terjadi akibat adanya faktor iritasi seperti plak, kalkulus, karies, invasi bakteri, inpaksi makanan atau trauma jaringan. Keadaan ini dapat mengakibatkan kerusakan tulang alveolar sehingga terjadi gigi goyang. Berikut adalah perjalanan abses gigi dimulai dari adanya suatu karies pada gigi.

A. Infeksi Odontogenik Jalur Periapical Karies GigiDefinisi Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat yang diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya.

Etiologi Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah faktor waktu. Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama.a) Faktor host atau tuan rumahAda beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap karies yaitu: faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel,faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi. Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks yang mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar enamel mengalami mineralisasi yang lebih sempurna dan mengandung banyak fluor, fosfat dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten. Gigi susu lebih mudah terserang karies daripada gigi tetap.b). Faktor agen atau mikroorganisme Plak gigi memegang peranan peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Pada awal pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis, Streptokokus mitis dan Streptokokus salivarius serta beberapa strain lainnya. Selain itu,ada juga penelitian yang menunjukkan adanya laktobasilus pada plak gigi. Pada penderita karies aktif, jumlah laktobasilus pada plak gigi berkisar 104 105 sel/mg plak. Walaupun demikian, S. mutans yang diakui sebagai penyebab utama karies, oleh karena S. mutans mempunyai sifat asidogenik dan asidurik (resisten terhadap asam).c). Faktor substrat atau diet Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies. Orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting dalam terjadinya karies.d). Faktor waktu Karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.

Patofisiologi Terdapat tiga teori mengenai terjadinya karies yaitu teori asidogenik (teori kemoparasiter Miller), teori proteolitik, dan teori proteolisis kelasi.1. Teori AsidogarikMiller menyatakan bahwa kerusakan gigi adalah proses kemoparasiter yang terdiri atas dua tahap, yaitu dekalsifikasi email sehingga terjadi kerusakan total email dan dekalsifikasi dentin pada tahap awal diikuti oleh pelarutan residunya yang telah melunak. Asam yang dihasilkan oleh bakteri asidogenik dalam proses fermentasi karbohidrat dapat mendekalsifikasi dentin, menurut teori ini, karbohidrat, mikroorganisme, asam, dan plak gigi berperan dalam proses pembentukan karies.

2. Teori ProteolitikGottlieb mempostulasikan bahwa karies merupakan suatu proses proteolisis bahan organik dalam jaringan keras gigi oleh produk bakteri. Dalam teori ini dikatakan mikroorganisme menginvasi jalan organik seperti lamela email dan sarung batang email (enamel rod sheath), serta merusak bagian-bagian organik ini. Proteolisis juga disertai pembentukan asam. Pigmentasi kuning merupakan ciri karies yang disebabkan produksi pigmen oleh bakteri proteolitik. Teori proteolitik ini menjelaskan terjadinya karies dentin dengan email yang masih baik.Manley dan Hardwick menggabungkan teori proteolitik dan teori asidogenik. Menurut mereka teori-teori tersebut dapat berjalan sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Teori ini menyatakan bahwa bakteri dapat membentuk asam dari substrat karbohidrat, dan bakteri tertentu dapat merusak protein jika tidak ada karbohidrat, karena itu terdapat dua tipe lesi karies. Pada tipe I, bakteri menginvasi lamela email, menyerang email dan dentin sebelum tampak adanya gejala klinis karies. Pada tipe II, tidak ada lamela email, hanya terdapat perubahan pada email sebelum terjadi invasi mikroorganisme. Perubahan email ini terjadi akibat dekalsifikasi email oleh asam yang dibentuk oleh bakteri dalam plak gigi di atas email. 3. Teori Proteolisis KelasiMenurut Schatz Kelasi adalah suatu pembentukan kompleks logam melalui ikatan kovalen koordinat yang menghasilkan suatu kelat. Teori ini menyatakan bahwa serangan bakteri pada email dimulai oleh mikroorganisme yang keratinolitik dan terdiri atas perusakan protein serta komponen organik email lainnya, terutama keratin. Ini menyebabkan pembentukan zat-zat yang dapat membentuk kelat dan larut dengan komponen mineral gigi sehingga terjadi dekalsifikasi email pada pH netral atau basa.

Manifestasi KlinisGambaran klinis karies yaitu: Lesi dini atau lesi bercak putih/coklat (karies insipien) Lesi lanjut (lesi yang telah mengalami kavitasi) Terasa nyeri atau kadang-kadang tidak menimbulkan rasa nyeriBaik bercak putih maupun coklat bisa bertahan bertahun-tahun lamanya karena perkembangan lesi tersebut dapat dicegah. Jika lesi email sempat berkembang, permukaan yang semula utuh akan pecah (kavitasi) dan akan terbentuk lubang (kavitas).

Jantung, otak, kulit, sendiRahang bawah : submandibula, submaseter, submental dan angina ludwigHematogen Limfogen Perkontinuitatum Menembus tulang alveolar Granuloma periapikalAbses periapikal Periodontitis apikalGangrene pulpaPulpitis irreversiblePulpitis reversibleKaries profundaKaries mediaKaries superfisial

Pulpitis kronis ulseratifAkut

Kronis

Pulpitis kronis hiperplastik/ granulomatous/polip

Rahang atas : abses palatal, abses submukosa, abses gingival, abses labial, dan abses fasial Penyebaran lokal lain : sinusitis, osteomielitis, cavernous sinus thrombosis, supurative jugular thrombophlebitis

Gambar 2 : Perjalanan Penyakit GigiCaries pada gigi mencapai pulpaPulpa kontak dengan lingkungan (memudahkan bakteri invasif ke pulpa)inflamasi pada pulpa (pulpitis)Dilatasi pembuluh darah untuk menghasilkan PMNReaksi antara PMN dan bakteri menyebabkan terbentuknya pusMenyumbat aliran darah (drainase) ke bagian pulpaNekrosis pada pulpa

Infeksi pada Pulpa (Pulpitis)Penyebab kerusakan pulpa dapat dikelompokan sebagai berikut:1. Fisik Mekanik ( trauma, atrisi, abrasi, perubahan tekanan udara). Termis (preparasi cavum,tambalan yang dalam tanpa semen base). Elektris(aliranlistrikdarivitaltester,tambalan-tambalanlogam yangberlainan).2. Kimia: Asam fosfat yang berasal dari silikat, AgNO3, monomeracrylic Erosikarenaasam-asam.3. Bakterial Toksin yangberhubungandengan karies Invasi langsung kuman-kuman padapulpa.

Definisi pulpitis: Respon inlamasi pertahanan jaringan pulpa terhadap rangsang mekanik yang ringan hingga sedang, kimia dan bakteri. Perubahan histologist dari jaringan pulpa ini direfleksikan dalam gejala klinis berupa respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan. Klasifikasi : Iritasi Pulpa : Kedalaman karies superfisialis, rasa linu jika terkena rangsang dingin , manis, asam atau mekanis. Hiperemi Pulpa : Kedalaman karies media sampai profunda, rasa ngilu bila terkena rangsang dingin , manis, asam, atau mekanis. Rasa ngilu hilang bila rangsang dihilangkan. Terjadi pelebaran pembuluh darah di dalam rongga pulpa. Patofisiologi Pulpitis awal dapat terjadi karena karies dalam, trauma. Gambaran mikroskopis ditandai oleh lapisan odontoblas rusak, vasodilatasi, sel radang kronis, kadang sel radang akut.

Pulpitis IrreversibleLanjutan dari pulpitis reversible akibat jaringan pulpa tidak mampu memberi respon inflamasi & imunologis yang adekuat. Radang pulpa akut akibat karies yang lama. Kerusakan jaringan pulpa mengakibatkan gangguan system mikrosirkulasi pulpa yang berakibat edema, syaraf tertekan dan menimbulkan rasa nyeri hebat.Klasifikasi: Pulpitis parsialis: Kedalaman karies media sampai profunda, rasa sakit berdenyut spontan, hilang timbul, terutama pada malam hari. Pulpitis totalis: Kedalaman karies media sampe profunda, Terdapat trias gejala: Sakit berdenyut spontan terus-menerus, rasa sakit menyebar dan terdapat gejala periodontitis apikalis.

Nekrosis Pulpa / Gangren PulpaDefinisi Nekrosis adalah matinya pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya tergantung apakah sebagian atau seluruh pulpa terlibat. Disebabkan oleh bakteri, trauma dan iritasi.Manifestasi Klinis Manifestasi Klinis Gangren Pulpa: Bisa asimtomatis. Gigi non vital sondasi (-), tes dingin (-) Pada lubang perforasi tercium bau busuk. Sakit bila penderita minum atau makan-makanan panas Gigi mengalami perubahan warna keabu-abuan atau kecokelat-cokelatanPatofisiologi Jaringan pulpa yang kaya akan vaskuler, syaraf dan sel odontoblast; memiliki kemampuan untuk melakukan defensive reaction yaitukemampuan untuk mengadakan pemulihan jika terjadi peradangan. Akan tetapi apabila terjadi inflamasi kronis pada jaringan pulpa atau merupakan proses lanjut dari radangjaringan pulpa maka akan menyebabkan kematian pulpa/nekrosis pulpa. Nekrosis pulpa pada dasarnya terjadi diawali karena adanya infeksi bakteri pada jaringan pulpa. Ini bisa terjadi akibat adanya kontak antara jaringan pulpa dengan lingkungan oral akibat terbentuknya dentinal tubules dan direct pulpal exposure, hal ini memudahkan infeksi bakteri ke jaringan pulpa yang menyebabkan radang pada jaringan pulpa. Apabila tidak dilakukan penanganan,maka inflamasi pada pulpa akan bertambah parah dan dapat terjadi perubahan sirkulasi darah di dalam pulpa yang pada akhirnya menyebabkan nekrosis pulpa. Trauma padagigi dapat menyebabkan obstruksi pembuluh darah utama pada apek dan selanjutnya mengakibatkan terjadinya dilatasi pembuluh darah kapiler pada pulpa. Dilatasi kapiler pulpa ini diikuti dengan degenerasi kapiler dan terjadi edema pulpa. Karena kekurangan sirkulasi kolateral pada pulpa, maka dapat terjadi ischemia infark sebagian atau total pada pulpa dan menyebabkan respon pulpa terhadap inflamasi rendah. Hal ini memungkinkan bakteri untuk penetrasi sampai ke pembuluh dara kecil pada apeks. Semua proses tersebut dapat mengakibatkan terjadinya nekrosis pulpa

Periodontitis apikalisBila respon inflamasi dan imunologis tidak mampu melawan proses infeksi, maka proses ini akan berlanjut ke arah apeks yang kemudian menimbulkan respon inflamasi di daerah ligamentum periodontal periodontitis apikalis. Etiologi : akibat dari penumpukan plak dan karang gigi (tartar) diantara gigi dan gusi. Akan terbentuk kantong diantara gigi dan gusi dan meluas ke bawah diantara akar gigi dan tulang dibawahnya. Kantong ini mengumpulkan plak dalam suatu lingkungan bebas oksigen, yang mempermudah pertumbuhan bakteri. Tanda dan Gejala : perdarahan gusi - perubahan warna gusi Bau mulut (halitosis) Gigi terasa sakit pada waktu mengunyah Tes perkusi terasa sakit (+) Gusi tampak bengkak dan berwarna merah keunguan. Endapan plak atau karang di dasar gigi disertai kantong yang melebar di gusi Pada rontgen gigi sejumlah tulang yang keropos daerah periodontium radiolusent Riwayat : karies di gigi (+), pulpitis (+)

Abses PeriapikalDefinisi Abses periapikal adalah suatu reaksi inflamasi akut atau kronik (radang) jaringan yang mengelilingi apeks gigi, disertai dengan kumpulan pus (nanah), akibat infeksi yang terjadi setelah infeksi pulpa melalui lesi karies atau sebagai akibat dari trauma (cedera) yang menyebabkan nekrosis pulpa.

Etiologi Penyebab abses periapikal adalah sebagai berikut. Pulpitides adalah karies dentis yang disebabkan oleh: Baby-bottle tooth decay (BBTD): karies pada masa awal kanak-kanak. Plak: presipitat dari denatured salivary proteins yang mempermudah bakteri menempel pada enamel gigi. Pasien immunocompromised , bakteri mudah menyebar secara hematogen untuk menginvasi pulpa gigi. Posttraumatic infection atau postsurgical infection.Klasifikasi Dapat terbagi atas keadaan akut dan kronis tergantung daya tahan tubuh penderita. Keadaan kronis ditandai dengan terbentuknya granuloma periapikal yang merpakan reaksi peradangan kronik yang ditandai dengan adanya agregat dari makrofag yang teraktivasi. Granuloma periapikal merupakan reaksi peradangan granuloma yang terbentuk disekitar apeks gigi. Pembentukan ini menunjukan adanya kemampuan tubuh untuk membatasi infeksi. Patogenesis yang mendasari granuloma periapikal adalah respon sistem imun untuk mempertahankan jaringan periapikal terhadap berbagai iritan yang timbul melalui pulpa, yang telah menjalar menuju jaringan periapikal. Terdapat tiga karakteristik utama pulpa yang mempengaruhi proses inflamasi. Pertama, pulpa tidak dapat mengkompensasi reaksi inflamasi secara adekuat karena dibatasi oleh dinding pulpa yang keras. Inflamasi akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan meningkatnya volume jaringan karena transudasi cairan. Kedua, meskipun pulpa memiliki banyak vaskularisasi, namun hanya disuplai oleh satu pembuluh darah yang masuk melalui saluran sempit yang disebut foramen apikal, dan tidak ada suplai cadangan lain. Edema dari jaringan pulpa akan menyebabkan konstriksi pembuluh darah yang melalui foramen apikal, sehingga jaringan pulpa tidak adekuat dalam mekanisme pertahanan, terlebih lagi edema jaringan pulpa akan menyebabkan aliran darah terputus, menyebabkan pulpa menjadi nekrosis. Ruangan pulpa dan jaringan pulpa yang nekrotik akan memudahkan kolonisasi bakteri. Ketiga, karena gigi berada pada rahang, maka bakteri akan menyebar melalui foramen apikal menuju jaringan periapikal.

Tanda dan Gejala Gigi terasa sakit, bila mengunyah juga timbul nyeri. Demam disertai pembengkakan kelanjar getah bening di leher Pada anamnesis dapat ditemukan nyeri dan bengkak yang terlokalisasi (dapat terjadi sejak beberapa jam atau beberapa hari sebelumnya), sensitif terhadap suhu, demam, dan gusi berdarah (hal ini biasanya terjadi pada abses periodontal). Pada pemeriksaan fisik ditemukan: Gingiva : bengkak, hangat, eritem , fluktuasi massa yang biasanya meluas ke sisi bukal dari gusi dan ke gingival-buccal reflection Pembesaran regional lymph node Pada infeksi yang lebih parah dapat terjadi: trismus dysfagia dyspnea, dan bengkak pada leher atau wajah.

B. Infeksi Odontogenik Jalur Periodontal Gingivitis marginalis periodontitis marginalis abses periodontitis

Gingivitis marginalis Definisi Gingivitis merupakan perdangan pada gusi Perubahan secara klinis Kemerahan pada daerah marginal dan papilar Kecenderungan untuk berdarah akibat instrumen pada sulkus gingival Padat dan membesar Pembengkakan kontur yang membulat dan tumpul Konsistensi yang lembut

Periodontitis MarginalisDefinisiInflamasi di daerah periodontal yang berasal dari peradangan di gusi Gejala klinis: Gusi bengkak dan berwarna merah keunguan. Endapan plak atau karang di dasar gigi

Abses Periodontal Abses yang terjadi pada gingiva atau pocket periodontal akibat faktor iritasi : plak, kalkulus, infeksi bakteri, impaksi, makanan, atau trauma jaringan, yang akan menimbulkan kerusakan alveolar dan menyebabkan gigi goyang. Manifestasi Klinis Gingiva bengkak Mukosa kebiruan Sangat sakit terutama bila giginya beradu. Demam.

2. Apa yang disebut fraktur tulang mandibula, sebutkan penyebabnya dan sebutkan jenis-jenis fraktur yang mengenai mandibula/gigi ?DefinisiHilangnya kontinuitas pada struktur tulang pada mandibula.Etiologi Benturan yang keras pada wajah dapat menimbulkan fraktur mandibula. Toleransi mandibula terhadap benturan lebih tinggi daripada tulang-tulang wajah yang lain. Fraktur mandibula lebih sering terjadi daripada fraktur tulang wajah yang lain karena bentuk mandibula yang menonjol sehingga sensitif terhadap benturan. Pada umumnya fraktur mandibula disebabkan oleh karena trauma langsung. Fraktur mandibula dapat disebabkan oleh trauma maupun proses patologik. 1. Fraktur traumatik disebabkan oleh : a. Kecelakaan kendaraan bermotor (50.8%) b. Terjatuh (22.3%) c. Kekerasan atau perkelahian (18.8%) d. Kecelakaan kerja (2.8%) e. Kecelakaan berolahraga (3.7%) f. Kecelakaan lainnya (1.6%) 2. Fraktur patologik Fraktur patologik dapat disebabkan oleh kista, tumor tulang, osteogenesis imperfekta, osteomieleitis, osteoporosis, atropi atau nekrosis tulang.

Klasifikasi Secara umum klasifikasi fraktur mandibula dapat diklasifikasikan berdasarkan terminologi, yaitu : 1. Tipe fraktur a. Fraktur simple atau fraktur tertutup, yaitu keadaan fraktur dengan jaringan lunak yang terkena tidak terbuka. b. Fraktur kompoun atau fraktur terbuka, yaitu keadaan fraktur yang berhubungan dengan lingkungan luar, yakni jaringan lunak seperti kulit, mukosa atau ligamen periodontal terpapar di udara.c. Fraktur komunisi, yaitu fraktur yang terjadi pada satu daerah tulang yang diakibatkan oleh trauma yang hebat sehingga mengakibatkan tulang hancur berkeping-keping disertai kehilangan jaringan yang parah. d. Fraktur greenstick, yaitu fraktur tidak sempurna dimana pada satu sisi dari tulang mengalami fraktur sedangkan pada sisi yang lain tulang masih terikat. Fraktur ini sering dijumpai pada anak-anak. e. Fraktur patologis, yaitu fraktur yang diakibatkan oleh adanya penyakit pada mandibula, seperti osteomielitis, tumor ganas, kista atau penyakit tulang sistemik. Proses patologis pada mandibula menyebabkan tulang lemah sehingga trauma yang kecil dapat mengakibatkan fraktur.

2. Lokasi fraktur Klasifikasi fraktur mandibula berdasarkan pada letak anatomi dari fraktur mandibula dapat terjadi pada daerah-daerah sebagai berikut : a. Dentoalveolar b. Kondilus c. Koronoideus d. Ramus e. Sudut mandibula f. Korpus mandibula g. Simfisis h. Parasimfisis

3. Pola fraktur a. Fraktur unilateral adalah fraktur yang biasanya tunggal pada satu sisi mandibula saja. b. Fraktur bilateral adalah fraktur yang sering terjadi akibat kombinasi trauma langsung dan tidak langsung, terjadi pada kedua sisi mandibula. c. Fraktur multipel adalah variasi pada garis fraktur dimana bisa terdapat dua atau lebih garis fraktur pada satu sisi mandibula. Lebih dari 50% dari fraktur mandibula adalah fraktur multiple.

3. Bila saudara telah bekerja sebagai dokter umum, menghadapi pasien dengan usia 40 tahun, dan pasien mengeluh gigi geraham bengkak, sakit dan mengganggu aktivitas. Langkah-langkah apa saja yang akan saudara kerjakan?Jawaban :Yang akan saya kerjakan pertama kali yaitu melakukan perkenala terlebih dahulu kepada pasien, dan menanyakan identitas pasien secara lengkap. Setelah mendapatkan identitas lengkap, lalu saya akan melakukan informed consent pada pasien sebelum dilakukannya prosedur anamnesis maupun pemeriksaan. Setelah pasien menyetujuinya, lalu saya lakukan anamnesis lengkap mengenai keluhan yang dirasakan oleh pasien. Mulai dari keluhan utama, anamnesis khusus yang berhubungan dengan keluhan utama, keluhan tambahan, riwayat pengobatan, riwayat alergi, dan riwayat cara menjaga kebersihan mulutnya. Setelah mendapatkan data yang cukup lengkap mengenai keluhan pasien, lalu saya akan melakukan pemeriksaan secara umum dari keluhan pasien tersebut, seperti pemeriksaan tanda vital, inspeksi,palpasi, dan dilihat apakah terdapat tanda radang ataupun tidak pada daerah yang dikeluhkan oleh pasien, dan apakah terdapat pembesaran kelenjar getah bening regional ataupun tidak. Lalu apabila memungkinkan, saya akan lakukan pemeriksaan rontgen panoramic terlebih dahulu. Apakah terdapat tanda peradangan ataupun tidak. Dari anamnesis dan pemeriksaan secara umum mengenai keluhan pasien tersebut, saya dapat mendiagnosis banding ataupun mendiagnosis kerja dari data yang telah saya kumpulkan. Setelah itu, penanganan awal yang dapat saya berikan yaitu pemberian obat-obatan seperti analgetik, antibiotik dan antiradang. Setelah itu saya akan rujuk pasien tersebut ke dokter gigi untuk pemeriksaan lebih lanjut.

4. Sebutkan cabang ilmu yang terdapat di dalam dunia kedokteran gigi?Jawaban :a. Konservasi Bagian penambalan gigi Perawatan endodontia (sub bagian endodontik)b. Periodontologi (bagian jaringan pendukung gigi)c. Oral surgery (bagian bedah mulut)d. Phrosthodontic ( bagian geligi tiruan)e. Orthodontic (bagian meluruskan gigi)f. Pedodontic (bagian gigi anak)g. Dental public health (bagian kesehatan gigi masyarakat)h. Dental rontgenology ( bagian rontgen gigi)

5. Jika anda menghadapi pasien bayi usia 8-9 bulan, dengan keluhan terdapat celah bibir + langit-langit. Tindakan apa saja yang akan saudara segera lakukan?Jawaban :Jika saya sebagai dokter umum mendapatkan kasus tersebut, saya akan berikan edukasi pada pasien mengenai penyakit yang telah diderita pasien dan akibat dari adanya penyakit tersebut. Edukasi pada orang tua pasien mengenai cara pemberian makan atau minum pada keadaan tersebut. Untuk penanganan kasus tersebut hanya bisa dilakukan dengan cara operasi. Oleh karena itu saya akan rujuk pasien tersebut ke bagian spesialis bedah mulut pada anak, untuk penanganan lebih lanjut.

6. Apa dan bagaimana penyebab gangguan sendi temporomandibular joint (TMJ), sebutkan gejala yang paling umum dirasakan oleh pasien!Jawaban : Definisi Gangguan pada organ stomatognatik (TMJ & otot-otot) yang menimbulkan gejala rasa sakit pada otot pengunyahan, TMJ, gigi-gigi dan jaringan periodontium. Etiologi Ada 3 kelompok utama faktor etiologi yang terlibat A= Anatomi (meliputi oklusi & sendi Temporomandibula itu sendiri) N= Neuromuskular P = PsikologisKetiga faktor ini saling berhubungan dan sebagai faktor yang terintegrasi serta bertanggung jawab untuk gejala yang ada. Faktor anatomis (A) misalnya laksitas sendi (sendi yang longgar) pada seorang pasien merupakan faktor predisposisi. Suatu peristiwa yang penuh stress ( suatu faktor psikologis,P) mengawali hiperfungsi, yang merupakan faktor lanjutan (neuromuskular , N ) untuk temporomandibula disfungsiFaktor Predisposisi 1. Faktor Sistemik Penyakit Rematologik 2. Faktor Struktural - Trauma- Maloklusi - Sangkutan Oklusal - Kehilangan Banyak Gigi Posterior- Gangguan Pertumbuhan & Perkembangan - Iatrogenik 3. Faktor Psikologis Stress yang terpendam : - Bruxism Diurnal / Clenching- Bruxism Nocturnal / Grinding4. Faktor Inisiasi (pencetus) - Trauma primer (cedera)- Aktivitas Parafungsi yang kronis :(Clenching, Grinding, Mengunyah Satu Sisi, Bertumpang Dagu, Menggigit Bibir atau Benda Lain, Memegang Telepon dengan leher, serta Bad Postural Habit) Masalah TMJHiperaktifitas otot-otot pengunyahan Spasme otot Disfungsi TMJ Gejala TMJ1. Rasa Nyeri & Kepekaan Otot-Otot Unilateral & Tumpul Konstan Jk buka mulut/ mengunyah Bertambah Parah Saat Bangun Tidur Myospasm : kaku saat dipalpasi.2. Kliking (saat buka/tutup mulut) Simtom umum, 60-70 % populasi. Inkoordinasi Diskus-Kondilus Gangguan Fungsi Otot-otot Pengunyahan3.Keterbatasan & Penyimpangan Gerakan Mandibula Pembukaan mulut < 30 mm Trismus Keterbatasan Gerak Unilateral Deviasi/Defleksi Lintasan gerak buka/tutup berayun ke satu sisi atau zigzag 4. Gejala tambahan Sakit kepala, umumnya satu sisi (tipe tension headache) Vertigo Tinitus Sakit di daerah leher, terutama di tengkuk Sakit/kaku pada bahu, atau meluas ke punggung bag. Atas

7. Sebutkan penyebab kebiasaan buruk pada anak-anak dan apa akibatnya jika kebiasaan buruk tersebut berlangsung?a. Bernafas melalui mulutPenyebab utama kebiasaan bernafas melalui mulut yaitu tersumbatnya hidung sebagai saluran pernafasan yang normal. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya kelainan anatomi hidung atau penyakit-penyakit hidung, antara lain polip, sinusitis dan rhinitis kronis.Untuk pencegahannya yaitu harus segera mencari penyebabnya. Bawa anak anda ke poliklinik THT untuk mengetahui apakah terdapat kelainan saluran pernafasan atau tidak.Jika kebiasaan tersebut terus menerus dilakuka, maka akan mengakibatkan pertumbuhan gigi menjadi tumpang tindih di luar lengkung rahang yang normal. Jika tulang rahang tidak tumbuh dengan benar. Sementara itu bernafas melalui mulut umumnya dilakukan dengan mulut terbuka, yang akan membuat pertumbuhan wajah lebih kea rah vertical. Wajah terlihat memanjang dan tidak proporsional. Dagu seolah memendek, rahang atas menyempit. Selain itu susunan gigi tidak teratur dan bibir tidak kompeten sehingga pasien semakin sulit untuk menutup mulut. Pertumbuhan rahang yang tidak benar ini akan merusak wajah, seiring anak semakin dewasa. Selain menyebabkan pertumbuhan gigi dan tulang rahang tidak normal, pernafasan melalui mulut juga akan membawa dampak buruk lainnya. Udara yang masuk melalui mulut tidak disaring dengan baik seperti halnya udara yang dihirup melalui hidung. Sehingga penderita lebih rentan terkena infeksi. Disamping itu, aliran oksigen yang masuk ke dalam darah lebih sedikit, akibatnya penderita mudah mengantuk dan sulit konsentrasi.b. Menghisap jariKebiasaan menghisap jari dapat disebabkan oleh hal-hal berikut : Orang tua terlambat memberikan minum susu pada anak yang telah berusia 1-2 tahun sehingga anak akan mencari benda lain untuk dimasukkan ke dalam mulutnya. Anak mengalami gangguan emosi, misalnya anak merasa sedih dan kesepian sehingga ketenangan dengan menghisap jarinya. Kurang eratnya jalinan kasih sayang antara orang tua dengan anaknya sehingga mencari perhatian dengan melakukan hal-hal yang tidak disukai oleh orang tua.Untuk menghilangkan kebiasaan buruk tersebut maka orang tua harus mencari penyebabnya terlebih dahulu. apabila penyebabnya sudah diketahui, secara bertahap orang tua dapat menghilangkannya dengan cara melakukan pendekatan psikologis kepada anak. Apabila anak terus melakukan kebiasaan tersebut terus-menerus maka akan mengakibatkan gigi depan atas menjadi lebih maju. Segala macam aktivitas yang memberikan tekanan pada gigi dan berlangsung lama dapat mengakibatkan perubahan posisi gigi. Gigi depan atas yang sangat maju dapat mengakibatkan anak kesulitan dalam menutup mulut, dan posisi gigi depan atas yang telah maju tidak dapat diperbaiki kecuali dengan cara pembedahan atau dirapikan oleh seorang ahli ortodonti. Jika anak sudah berusia lebih dari tahun, dan melakukan kebiasaan tersebut, sebaiknya orang tua bekerja sama dengan dokter gigi untuk membuat alat ortodonti untuk mencegah kontaknya ibu jari dengan langit-langit rongga mulut sehingga kenikmatan menghisap jari akan terhalangi oleh alat tersebut. c. Menjulurkan lidah ke depan (abnormal tongue position)Kebiasaan menjulurkan lidah ke depan akan mengganggu keseimbangan dari otot-otot disekitar mulut dan lengkung gigi. Sehingga dapat mempengaruhi posisi gigi. Posisi gigi yang terdorong ke arah bibir menyebabkan mulut tampak maju ke depan atau tonggos.d. Posisi tidur dengan satu sisi wajahPola tidur yang salah ini mempengaruhi terhadap pembentukan rahang secara tidak langsung. Tidur pada salah satu sisi wajah yang dilakukan terus-menerus tidak dapat berkembang sempurna sedangkan sisi yang bebas sebaliknya, apalagi bila dalam amsa pertumbuhan aktif dapat menyebabkan bentuk wajah yang tidak seimbang antara kiri dan kanan sehingga mempengaruhi estetika wajah.

e. Kebiasaan minum susu botolPemberian susu botol sebelum laktasi tidak baik karena menimbulkan respon pengisap bayi yang salah. Pola pengisapan yang salah ditimbulkan karena menggunakan bentuk dot yang tidak. Kebiasaan minum susu botol ini biasanya dibawa sampai tidur sehingga menimbulkan rampan karies, deformitas wajah dan akhirnya maloklusi yang salah.f. Mengunyah satu sisiMengunyah satu sisi disebabkan karena kesenangan atau usaha menghindari gigi yang sakit. Bagian yang sering berfungsi akan memicu perkembangan rahang, sedangkan yang dibiarkan pasif menjadi tidak begitu berkembang. Jadi jika dilihat dari luar maka pipi yang giginya sering digunakan akan menjadi lebih besar.g. Bruxism Bruxism atau gigi gemeretuk adalah suatu kondisi yang tidak normal di dalam rongga mulut yaitu clinching (mengatupkan gigi pada rahang atas dan bawah dengan tekanan yang berlebihan) grinding (menggesek gigi-gigi antara rahang atas dan bawah) atau bracing (menggeremetekan gigi), biasanya berlangsung dalam keadaan tidur. Efek samping dari bruxism yaitu gigi gigi aus (abrasi), sehingga menjadi gigi sensitive dan menimbulkan nyeri otot pengunyahan. Pada gigi susu dampaknya sering mengenai cups atau tonjolan mahkota gigi caninus (gigi taring) dan cups gigi premolar susu. Pada anak-anak dengan kendala mental retardasi dan serebral palsy, kasus bruxism sering terjadi sehingga mengakibatkan gigi aus dan abrasi. Selian itu menimbulkan disfungsi pada sendi temporomandibular.Penyebab pasti bruxism sulit untuk diketahui, diantara penyebabnya yaitu : Faktor lokal karena adanya ketidaksesuaian gigitan akibat tambahan gigi yang terlalu tinggi. Faktor sistemik adanya penyakit epilepsy, meningitis dan gangguan pada lambung Factor psikologis, pada anak yang kondisi psikisnya masih sangat labil sehingga mudah mengalami perubahan karena pengaruh lingkungan. Saat keinginan anak tidak terpenuhi, akan muncul rasa frustasi dan marah. Dalam keadaan marah anak akan melampiaskan dengan menggigit sesuatu, sehingga dapat terjadinya bruxism. Bruxism dapat diturunkan dari orang tua. Jika orang tua mempunya kebiasaan tidur dalam keadaan mengerat, anaknya pun akan demikian.Akibat yang dapat ditimbulkan dari kebiasaan bruxism : Gigi akan aus atau abrasi sehingga akan mengakibatkan gigi ngilu. Nyeri pada kepala dan nyeri pada otot-otot pipi Gusi dapat retak akibat tekanan yang kuat pada bruxism Pada anak-anak karena masih dalam pertumbuhan, pertumbuhan dari rahang akan terganggu.