24
A. PENDAHUALUAN Kemampuan manusia untuk menggunakan akal dalam memahami lingkungannya merupakan potensi dasar yang memungkinkan manusia Berfikir”. dengan berfikir manusia menjadi mampu melakukan perubahan dalam dirinya, dan memang sebagian besar perubahan dalam diri manusia merupakan akibat dari aktivitas Berfikir. Oleh karena itu sangat wajar apabila Berfikir merupakan konsep kunci dalam kedudukan manusia di muka bumi, ini berarti bahwa tanpa Berfikir, manusia pun tidak punya makna bahkan mungkin tak akan pernah ada. Pengkajian manusia dengan alat fikirnya terhadap suatu bidang pengetahuan harus dibangun dari fondasi filsafat yang kuat, jelas, terarah, sistematis, berdasarkan norma-norma keilmuan dan dapat dipertanggungjawabkan. Filsafat ilmu merupakan kajian yang dilakukan secara mendalam mengenai dasar-dasar ilmu. Pendekatan yang digunakan dalam menguak landasan-landasan atau dasar-dasar ilmu adalah melalui tiga hal yaitu ontologi, aksiologi dan epestimologi. Ilmu sejarah dan ilmu filsafat merupakan dua ilmu yang berbeda, akan tetapi keduanya saling membutuhkan satu sama lain, ilmu sejarah berbicara mengenai masa 1

Tugas FAILSAFAT Sejarah_ENAL.docx

Embed Size (px)

Citation preview

A. PENDAHUALUAN

Kemampuan manusia untuk menggunakan akal dalam memahami lingkungannya merupakan potensi dasar yang memungkinkan manusia Berfikir. dengan berfikir manusia menjadi mampu melakukan perubahan dalam dirinya, dan memang sebagian besar perubahan dalam diri manusia merupakan akibat dari aktivitas Berfikir. Oleh karena itu sangat wajar apabila Berfikir merupakan konsep kunci dalam kedudukan manusia di muka bumi, ini berarti bahwa tanpa Berfikir, manusia pun tidak punya makna bahkan mungkin tak akan pernah ada. Pengkajian manusia dengan alat fikirnya terhadap suatu bidang pengetahuan harus dibangun dari fondasi filsafat yang kuat, jelas, terarah, sistematis, berdasarkan norma-norma keilmuan dan dapat dipertanggungjawabkan. Filsafat ilmu merupakan kajian yang dilakukan secara mendalam mengenai dasar-dasar ilmu. Pendekatan yang digunakan dalam menguak landasan-landasan atau dasar-dasar ilmu adalah melalui tiga hal yaitu ontologi, aksiologi dan epestimologi.Ilmu sejarah dan ilmu filsafat merupakan dua ilmu yang berbeda, akan tetapi keduanya saling membutuhkan satu sama lain, ilmu sejarah berbicara mengenai masa lalu, sedangkan ilmu filsafat berbicara mengenai bagaimana berfikir secara rasional, analisis dan kritis, kedua ilmu ini akan sangat bersinergi dalam memecahkan masalah-masalah yang bermunculan di zaman kontemporer ini, ilmu sejarah memberikan gambaran dari masa lalu, yang mana pada masa lalu pernah terjadi bebagai macam persoalan-persoalan, baik persoalan yang meliputi masalah politik, pemerintahan, masalah sosial, ekonomi maupun masalah yang bersifat religious. Terkait dengan hal tersebut, maka dalam subtansii dari penuisana makalah ini akan dipaparkan bagaimana filsafat ilmu dikaji dalam konteks filsafat sejarah.

B. PEMBAHASAN

I. FILSAFAT ILMUBerfikir filsafat adalah sebuah langkah penjelasan ilmu. Berfikir dengan filsafat ilmu berarti memikirkan dasar-dasar keilmuan dari objek pemikiran filsafat yang luas. Objek pemikiran filsafat adalah segala sesuatu yang ada dialam semesta. Segala yang merupaka bahan pemikiran filsafat. Filsafat merupakan usaha berfikir manusia yang sismatis sehingga membentuk ilmu pengetahuan.a. Pengertian FilsafatSecara etimologis filsafat berasal dari bahasa Yunani dari kata philo berarti cinta dan sophia yang berarti kebenaran, sementara itu menurut Pudjawijatna (1963 : 1) Filo artinya cinta dalam arti yang seluas-luasnya, yaitu ingin dan karena ingin lalu berusaha mencapai yang diinginkannya itu. Sofia artinya kebijaksanaan , bijaksana artinya pandai, mengerti dengan mendalam, jadi menurut namanya saja Filsafat boleh dimaknakan ingin mengerti dengan mendalam atau cinta dengan kebijaksanaan.Kecintaan pada kebijaksanaan haruslah dipandang sebagai suatu bentuk proses, artinya segala upaya pemikiran untuk selalu mencari hal-hal yang bijaksana, bijaksana di dalamnya mengandung dua makna yaitu baik dan benar, baik adalah sesuatu yang berdimensi etika, sedangkan benar adalah sesuatu yang berdimensi rasional, jadi sesuatu yang bijaksana adalah sesuatu yang etis dan logis. Dengan demikian berfilsafat berarti selalu berusaha untuk berfikir guna mencapai kebaikan dan kebenaran, berfikir dalam filsafat bukan sembarang berfikir namun berpikir secara radikal sampai ke akar-akarnya, oleh karena itu meskipun berfilsafat mengandung kegiatan berfikir, tapi tidak setiap kegiatan berfikir berarti filsafat atau berfilsafat. Sutan Takdir Alisjahbana (1981) menyatakan bahwa pekerjaan berfilsafat itu ialah berfikir, dan hanya manusia yang telah tiba di tingkat berfikir, yang berfilsafat. Guna lebih memahami mengenai makna filsafat berikut ini akan dikemukakan definisi filsafat yang dikemukakan oleh para akhli :1. Plato salah seorang murid Socrates yang hidup antara 427 347 Sebelum Masehi mengartikan filsafat sebagai pengetahuan tentang segala yang ada, serta pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli.2. Aristoteles (382 322 S.M) murid Plato, mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika. Dia juga berpendapat bahwa filsafat itu menyelidiki sebab dan asas segala benda.3. Cicero (106 43 S.M). filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha mencapai hal tersebut.4. Al Farabi (870 950 M). seorang Filsuf Muslim mendefinidikan Filsafat sebagai ilmu pengetahuan tentang alam maujud, bagaimana hakikatnya yang sebenarnya.5. Immanuel Kant (1724 1804). Mendefinisikan Filsafat sebagai ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan yaitu : a. Metafisika (apa yang dapat kita ketahui).b. Etika (apa yang boleh kita kerjakan).c. Agama ( sampai dimanakah pengharapan kita) d. Antropologi (apakah yang dinamakan manusia). Dari beberapa pengertian di atas nampak bahwa ada akhli yang menekankan pada subtansi dari apa yang difikirkan dalam berfilsafat seperti pendapat Plato dan pendapat Al Farabi, Aristoteles lebih menekankan pada cakupan apa yang difikirkan dalam filsafat demikian juga Kant setelah menyebutkan sifat filsafatnya itu sendiri sebagai ilmu pokok, sementara itu Cicero disamping menekankan pada substansi juga pada upaya-upaya pencapaiannya. Demikian juga H.C. Webb melihat filsafat sebagai upaya penyelidikan tentang substansi yang baik sebagai suatu keharusan dalam hidup di dunia. Definisi yang nampaknya lebih menyeluruh adalah yang dikemukakan oleh Titus, yang menekankan pada dimensi-dimensi filsafat dari mulai sikap, metode berfikir, substansi masalah, serta sistem berfikir. Meskipun demikian, bila diperhatikan secara seksama, nampak pengertian-pengertian tersebut lebih bersifat saling melengkapi, sehingga dapat dikatakan bahwa berfilsafat berarti penyeledikan tentang Apanya, Bagaimananya, dan untuk apanya, dalam konteks ciri-ciri berfikir filsafat, yang bila dikaitkan dengan terminologi filsafat tercakup dalam ontologi (apanya), epistemologi (bagaimananya), dan axiologi (untuk apanya)b. Ilmu Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari alima yalamu yang berarti tahu atau mengetahui, sementara itu secara istilah ilmu diartikan sebagai Idroku syai bi haqiqotih (mengetahui sesuatu secara hakiki). Dalam bahasa Inggeris Ilmu biasanya dipadankan dengan kata science, sedang pengetahuan dengan knowledge. Dalam bahasa Indonesia kata science (berasal dari bahasa lati dari kata Scio, Scire yang berarti tahu) umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu pada makna yang sama. Untuk lebih memahami pengertian Ilmu (science) di bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian : Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sementara itu The Liang Gie menyatakan dilihat dari ruang lingkupnya pengertian ilmu adalah sebagai berikut :a. Ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk menyebutkan segenap pengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai suatu kebulatan. Jadi ilmu mengacu pada ilmu seumumnya.b. Ilmu menunjuk pada masing-masing bidang pengetahuan ilmiah yang mempelajari pokok soal tertentu, ilmu berarti cabang ilmu khusus Sedangkan, jika dilihat dari segi maknanya The Liang Gie mengemukakan tiga sudut pandang berkaitan dengan pemaknaan ilmu/ilmu pengetahuan yaitu :a. Ilmu sebagai pengetahuan, artinya ilmu adalah sesuatu kumpulan yang sistematis, atau sebagai kelompok pengetahuan teratur mengenai pokok soal atau subject matter. Dengan kata lain bahwa pengetahuan menunjuk pada sesuatu yang merupakan isi substantif yang terkandung dalam ilmu.b. Ilmu sebagai aktivitas, artinya suatu aktivitas mempelajari sesuatu secara aktif, menggali, mencari, mengejar atau menyelidiki sampai pengetahuan itu diperoleh. Jadi ilmu sebagai aktivitas ilmiah dapat berwujud penelaahan (Study), penyelidikan (inquiry), usaha menemukan (attempt to find), atau pencarian (Search).c. Ilmu sebagi metode, artinya ilmu pada dasarnya adalah suatu metode untuk menangani masalah-masalah, atau suatu kegiatan penelaahan atau proses penelitian yang mana ilmu itu mengandung prosedur, yakni serangkaian cara dan langkah tertentu yang mewujudkan pola tetap. Rangkaian cara dan langkah ini dalam dunia keilmuan dikenal sebagai metode.Harsoyo mendefinisikan ilmu dengan melihat pada sudut proses historis dan pendekatannya yaitu :a. Ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematiskan atau kesatuan pengetahuan yang terorganisasikanb. Ilmu dapat pula dilihat sebagai suatu pendekatan atau suatu metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris, yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh pancaindra manusia.Dari pengertian di atas, nampak bahwa Ilmu memang mengandung arti pengetahuan, tapi bukan sembarang pengetahuan melainkan pengetahuan dengan ciri-ciri khusus yaitu yang tersusun secara sistematis, dan untuk mencapai hal itu diperlukan upaya mencari penjelasan atau keterangan, dalam hubungan ini Moh Hatta menyatakan bahwa Pengetahuan yang didapat dengan jalan keterangan disebut Ilmu, dengan kata lain ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh melalui upaya mencari keterangan atau penjelasan.Lebih jauh dengan memperhatikan pengertian-pengertian Ilmu sebabagaimana diungkapkan di atas, dapatlah ditarik beberapa kesimpulan berkaitan dengan pengertian ilmu yaitu :a. Ilmu adalah sejenis pengetahuanb. Tersusun atau disusun secara sistematisc. Sistimatisasi dilakukan dengan menggunakan metode tertentud. Pemerolehannya dilakukan dengan cara studi, observasi, eksperimen.Setelah mengenal pengertian dan makna apa itu filsafat dan apa itu ilmu, maka pemahaman mengenai filsafat ilmu tidak akan terlalu mengalami kesulitan. Hal ini tidak berarti bahwa dalam memaknai filsafat ilmu tinggal menggabungkan kedua pengertian tersebut, sebab sebagai suatu istilah, filsafat ilmu telah mengalami perkembangan pengertian serta para akhli pun telah memberikan pengertian yang bervariasi, namun demikian pemahaman tentang makna filsafat dan makna ilmu akan sangat membantu dalam memahami pengertian dan makna filsafat ilmu (Philosophy of science).Pada dasarnya filsafat ilmu merupakan kajian filosofis terhadap hal-hal yang berkaitan dengan ilmu, dengan kata lain filsafat ilmu merupakan upaya pengkajian dan pendalaman mengenai ilmu (Ilmu Pengetahuan/Sains), baik itu ciri substansinya, pemerolehannya, ataupun manfaat ilmu bagi kehidupan manusia. Pengkajian tersebut tidak terlepas dari acuan pokok filsafat yang tercakup dalam bidang ontologi, epistemologi, dan axiologi dengan berbagai pengembangan dan pendalaman yang dilakukan oleh para akhli.Secara historis filsafat dipandang sebagai the mother of sciences atau induk segala ilmu, hal ini sejalan dengan pengakuan Descartes yang menyatakan bahwa prinsip-prinsip dasar ilmu diambil dari filsafat, (Maemunah Dawi, 201 :43-45).

c. Pengetahuan Manusia memiliki sifat ingin tahu terhadap segala sesuatu. Sesuatu yang ingin diketahui manusia tersebut disebut pengetahuan. Poedjawijatna (1991: 12) mengatakan bahwa orang yang tahu disebut mempunyain pengetahuan. Dengan demikian pengetahuan tidak berasal dari hasil tahu. Sebagai contoh seorang tahu bahwwa contoh itu rendah, maka ia mengakui hal rendah terhadap pohon itu. Berarti ia mengakui sesuatu terhadap sesuatu. Dengan demikian tahu itulah yang menghasilkan pengetahuan. Adapun pengetahuan sesuatu sesuatu terhadap sesuatu itu adalah putusan dan pengetaahuan itu sama. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa putusan itu adalah cetusan dari pengetahuan. Oleh karena dalam pengetahuan dan pengakuan sesuatau terhadap sesuatu,maka ada dua sesuatu dalam putusan, sehingga putusan selalu ada bagianya, yaitu yang menjadi dasar pengakuan dan yang diakuai terhadap dasar itu, (Abd Rahman Pilang, 2013:28). Menurut Louis Leahy, yang dikutip Maemunah Dawi, (2014:1) Pengetahuan merupakan suatu kekayaan dan kesempurnaan. apabila seseorang tahu lebih banyak bahkan lebih baik kalau dibanding dengan yang tidak tahu apa-apa. Sejalan dengan itu, Sartre mengatakan, mengetahui merupakan kegiatan yang menjadikan subjek berkomunikasi Secara dinamik dengan eksistensi dan kodrat dari ada atau berwujud. Dalam pengertian filsuf, pengetahuan dibedakan menjadi empat, yaitu:1) Pengetahuan indra: atrinya pengetahuan hasil daya tarik indra manusia. Termasuk didalamanya hasil daya tangkap indra ke enam manusia.2) Pengetahuan ilmiah, artinya pengetahuan yang diciptakan dalam secara sismatis, melalalui proses berfikir, kohoren, transparan, dan akurat,3) Pengetahuan filsafat: artinya pengetahuan didapat melalui oleh piker4) Pengetahuan agama: artinya pengetahuan yang diperoleh atas dasar doktrin.Istilah pengetahuan (knowlegde) tidak sama dengan ilmu pengetahuan (science). Science, biasanya disebut sains, dan bercirikan pada pemahaman seantifik, artinya bersifat ilmiah. Pengetahuan manusia dapat berasal dari pengalamannya atau dapat juga berasal dari orang lain. Sedangakan ilmu adalah pengetahuan yang memiliki objek, metode dan sismatika tertentu serta ilmu juga bersifat universal. Ilmu dan pengetahuan saling melengkapai hingga terbentuk ilmu pengetahuan. Filsafat, mencoba memahami ilmu dan pengetahuan. Dengan modal filsafat, ilmu pengetahuan dapat berkembang luas. (Suwardi Endaswara, 2012:1-2). Sejarah mencatat bahwa ilmu pengetahuan adalah merupakan satu alat yang sangat diperlukan oleh ummat manusia dalam situasi dan kondisi apapun ia berada. Sebab dengan ilmu pengetahuan segala urusan akan dengan mudah dapat dilakukan dan tujuan yang hendak dicapai akan dapat tercapai dalam waktu yang relatif singkat.d. Konsep Filsafat IlmuFilsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan bagaiamana, suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaiman ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi. Filsafat ilmu dapat dirumuskan sebagaai usaha untuk menemukan kebijaksanaan suatu ilmu. Ilmu yang bijak dianggap benar, maka filsafat ilmu senantiasa mengupayakan kebenaran secara hakiki, artinya, filsafat ilmu berusaha meletakan hakikat keilmuan. Manfaat setelah memperoleh pengetahuan filsafat ilmu adalah semakin meningkatkan kesadaran kita dalam meletakan hakikat kebenaran tentang suatu hal pada tempat yang tepat. Kita semakin menyadari bahwa kebenaran dalam ilmu pengetahuan yang kita peroleh ternyata bersifat relative atau (tidak bersifat absolot).Dengan filsafat ilmu, seharusnya ilmu tidak keruh dan menemui jalan buntu. Filsafat ilmu seharusnya mempermudah ilmu itu sendiri, hingga tidak terjadi tumpang tindih. Pada dasarnya filsafat ilmu merupakan kajian filosofis terhadap hal-hal yang berkaitan dengan ilmu, dengan kata lain filsafat ilmu merupakan upaya pengkajian dan pendalaman mengenai ilmu (Ilmu Pengetahuan/Sains), baik itu ciri substansinya, pemerolehannya, ataupun manfaat ilmu bagi kehidupan manusia. Pengkajian tersebut tidak terlepas dari acuan pokok filsafat yang tercakup dalam bidang ontologi, epistemologi, dan axiologi dengan berbagai pengembangan dan pendalaman yang dilakukan oleh para akhli.II. FILSAFAT ILMU DALAM KONTEKS FILSAFAT SEJARAH

Filsafat ilmu dalam Pendekatan sejarah berusaha memahami filsafat dengan melihat aspek sejarah dan perkembangan pemikiran filsafat dari waktu ke waktu dan dengan melihat kecenderungan-kecenderungan umum sesuai dengan semangat zamannya, kemudian dilakukan periodisasi untuk melihat perkembangan pemikiran filsafat secara kronologis.Dari pendekatan-pendekatan tersebut di atas, nampak sekali bahwa untuk memahami filsafat ilmu seseorang dapat memasukinya melalui empat pintu. Namun demikian bagi pemula, pintu-pintu tersebut harus dilalui secara terurut, mengingat pintu pendekatan Tokoh dan pendekatan Historis perlu didasari dengan pemahaman awal tentang filsafat yang dapat diperoleh melalui pintu pendekatan definisi dan pendekatan sistematika.Sedangkan dalam kontek filsafat sejarah sebagai ilmu ia berusaha mandiri, sejarah juga sebagai ilmu positif, Leopold Van Ranke (1795-1886) menganjurkan supaya sejarah hanya menulis Apa sesungguhnya yang terjadi, ia sering disebut sebagai bapak historiografi modern, dengan cara menulis tentang apa yang sesunguhnya terjadi.Sejarah akan menjadi objektif, sering tokoh-tokoh agama dari zaman pertengahan di eropa dijadikan teladan bagi modal masyrakat. Filsafat itu abstrak (bahasa latin abstraktus berarti pikiran) dan spekulatif (bahasa latin spekulation berarti gambaran angan-angan) dalam arti filsafat hanya berurusan dengan pikiran umum. Kalau sejarah berbicara tentang manusia, maka yang dibicarakan ialah orang tertentu yang mempunyai waktu dan tempat, serta terlibat dalam kejadian. Filsafat sebaliknya, kalau ia berbicara tentang manusia, maka manusia itu ialah manusia pada umumnya, manusia yang hanya ada dalam gambaran anganangan. Namun adakalanya sejarah bukan saja selalubenar secara faktual, tetapi benar secara filsafat (Kuntowijayo, 2013: 4).Filsafat sangat berpengaruh terhadap ilmu sejarah karena filsafat yang merupakan pemikiran manusia secara kritis selalu dan terus menerus berkembang. Hal ini didalami tidak dengan melakukan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara jelas serta solusi yang paling tepat. Filsafat akan berhubungan dengan sejarah karena perkembangannya. Dalam perkembangan tersebut, filsafat akan mengurai sejarahnya.Dalam semua bentuk pengalaman manusiawi, akan ditemukan kategori-kategori, demikian dikatakan oleh Ernst Cassirer (1990: 261). Sesungguhnyalah, dunia sejarah pun tidak dapat dipahami dan ditafsirkan dari sudut perubahan semata-mata. Dunia sejarah pun mengandung unsur substansial, unsur ada --meski tak boleh dirumuskan dengan cara yang persis sama dengan dunia fisik. Tanpa unsur substansial ini, maka tak mungkin berbicara, sebagaimana dilakukan oleh Ortega y. Gasset, tentang sejarah sebagai suatu sistem (Ernst Cassirer, 1990: 261). Sebuah sistem senantiasa mengandaikan, kalaupun bukan identitas dalam hal kodrat, sekurang-kurangnya identitas dalam hal struktur. Sebenarnya identitas struktural ini selalu digaris bawahi oleh para sejarawan besar. Mereka menunjukkan bahwa manusia mempunyai sejarah karena manusia mempunyai kodrat. Itulah pendirian para sejarawan Renaisans, seperti Machiavelli, dan banyak didukung oleh sejarawan modern. Di balik arus waktu dan di belakang beraneka corak kehidupan manusia, mereka berharap bisa menggali ciri-ciri konstan kodrat manusia. Dalam Thought on World History, Jakob Burckhardt merumuskan tugas sejarawan adalah untuk mengetahui dengan pasti unsur-unsur.Filsafat sejarah menurut Ankersmit yaitu merupakan suatu bagian dari filsafat yang memiliki keterkaitan dengan perenungan, bersifat spekulatif guna menjawab beberapa masalah dalam suatu proses sejarah. Filsafat sejarah menurutnya terdiri atas tiga unsur yang memang saling berhubungan; namun masing-masing berdasarkan permasalahannya sendiri. Unsur-unsur tersebut antara lain unsur deskriptif, spekulatif dan kritis.Prof. J.M. Romein (1893-1962) seorang ahli sejarah asal Belanda membedakan istilah teori sejarah dengan filsafat sejarah. Teori-teori sejarah dia berikan tempat tersendiri untuk dipelajari. Teori sejarah menurut Romein bertugas untuk menyajikan teori-teori dan konsep-konsep yang memungkinkan seorang ahli sejarah mengadakan integrasi terhadap semua pandangan fragmentaris mengenai masa silam seperti dikembangkan oleh macam-macam spesialisasi di dalam ilmu sejarah, selain itu teori sejarah juga bertugas menyusun kepingan-kepingan mengenai masa silam sehingga kita dapat mengenali kembali wajah masa silam melalui integrasi masa silam.Angkersmit tidak setuju dengan pendapat Romein yang membedakan filsafat sejarah dengan teori sejarah. Menurut Ankersmit teori sejarah dengan filsafat sejarah tidak ada batasan kajian dalam pengkajiannya. Filsafat sejarah sangat terkait dengan teori sejarah dalam kata lain filsafat sejarah mempelajari teori-teori sejarah. Maka dari itu Ankersmit berpendapat agar istilah teori sejarah dijadikan dalam satu istilah yaitu filsafat sejarah. Maka menurut Ankersmit teori sejarah merupakan isi konsep-konsep dan teori-teori sejarah yang dikaji dalam filsafat sejarah.Hegel sebagai pemikir filsafat sejarah pertama. menyatakan bahwa filsafat sejarah merupakan hasil karya Budi atau Roh. Roh atau Budi memiliki dua sifat yaitu Roh Subyektif dan Roh Obyektif. Roh yang bersifat subyektif inilah yang mendorong manusia untuk melakukan suatu proses sejarah. Hegel tidak mempercayai adanya suatu kebetulan dalam suatu peristiwa sejarah. Kenyataan menurutnya adalah suatu hal yang didasarkan pada konsep-konsep rasional. Hegel membedakan filsafat sejarah menjadi dua macam yaitu filsafat sejarah formal dan filsafat sejarah material. Filsafat sejarah formal didasarkan pada akal budi manusia sedangkan filsafat sejarah material mengukur segala sesuatu tentang sesuatu yang Nampak atau dapat ditangkap oleh rasional. Hegel ini merupakan salah satu pendukung filsafat sejarah spekulatif yang penuh dengan perkiraan. Maka dari itu filsafat sejarah ala Hegel banyak memiliki kelemahan yang memaknai sejarah dengan apriori dan aposteriori. Salah satu sejarawan yang mengkritik pemikiran filsafat ala Hegel yaitu adalah Leopold von Ranke.Pemikiran filsafat sejarah Leopold von Ranke yang sangat mengkritisi pemikiran sejarah Fajar Budi ala Hegel. Ranke berpendapat seorang peneliti sejarah bukannya menghakimi masa silam, bukannya memberi ajaran yang berguna kepada masyarakat mengenai masa mendatang, melainkan hanya menunjukkan bagaimana masa sebetulnya masa silam tersebut. Dari pernyataan tersebut Ranke tidak menyetujui adanya filsafat sejarah karena berupa pemikiran-pemikiran yang tidak bersumber dari fakta atau sumber sejarah yang kongkrit, melainkan dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran seorang filusuf sejarah. Leopold von Ranke merupakan bapak dari pemikiran Historisme yang menyusun peristiwa sejarah dimulai dari sumber-sumber sejarah.Pemikiran filsafat sejarah Collingwood mengembangkan filsafar sejarah dengan metode re-enactmentyaitu dalam menerangkan sejarah kita juga harus memasuki jiwa dari pelaku sejarah, contohnya dalam menceritakan kisah Ken Arok yang menikahi Ken Dedes yang jelas-jelas telah mengandung anak dari anak Tunggul Ametung. Kita harus mengetahui apa yang dirasakan atau bahkan merasakan apa yang dirasakan Ken Arok agar kita dapat menerangkan peristiwa sejarah tersebut.Re-enactmentyaitu memunculkan kembali sejarah pada silam untuk merekonstruksinya di masa sekarang.Setelah mengetahui beberapa pemikiran filsafat sejarah diatas tentu kita dapat mengambil kesimpulan manakah pemikiran filsafat sejarah yang paling dapat dipertanggungjawabkan dalam menerangkan sejarah. Menurut penulis filsafat sejarah yang dikembangkan Leopold von Ranke-lah yang dapat dipertanggungjawabkan karena sejarah disusun dari sumber sejarah dan jauh dari pemikiran-pemikiran para filusuf yang menyusun sejarah untuk kepentingan masa depan dengan kata lain subyektivitas dari penulis sejarah.

C. KESIMPULAN Filsafat ilmu dapat dirumuskan sebagaai usaha untuk menemukan kebijaksanaan suatu ilmu. Ilmu yang bijak dianggap benar, maka filsafat ilmu senantiasa mengupayakan kebenaran secara hakiki, artinya, filsafat ilmu berusaha meletakan hakikat keilmuan.Dalam kontek filsafat sejarah sebagai ilmu akan berusaha mandiri, sejarah juga sebagai ilmu positif, Leopold Van Ranke (1795-1886) menganjurkan supaya sejarah hanya menulis Apa sesungguhnya yang terjadi, ia sering disebut sebagai bapak historiografi modern, dengan cara menulis tentang apa yang sesunguhnya terjadi.Sejarah akan menjadi objektif, sering tokoh-tokoh agama dari zaman pertengahan di eropa dijadikan teladan bagi modal masyrakat. Filsafat itu abstrak (bahasa latin abstraktus berarti pikiran) dan spekulatif (bahasa latin spekulation berarti gambaran angan-angan) dalam arti filsafat hanya berurusan dengan pikiran umum. Kalau sejarah berbicara tentang manusia, maka yang dibicarakan ialah orang tertentu yang mempunyai waktu dan tempat, serta terlibat dalam kejadian. Filsafat sebaliknya, kalau ia berbicara tentang manusia, maka manusia itu ialah manusia pada umumnya, manusia yang hanya ada dalam gambaran anganangan. Namun adakalanya sejarah bukan saja selalubenar secara faktual, tetapi benar secara filsafat.Pemikiran filsafat sejarah Leopold von Ranke sangat mengkritisi pemikiran sejarah Fajar Budi ala Hegel. Ranke berpendapat seorang peneliti sejarah bukannya menghakimi masa silam, bukannya memberi ajaran yang berguna kepada masyarakat mengenai masa mendatang, melainkan hanya menunjukkan bagaimana masa sebetulnya masa silam tersebut. Dari pernyataan tersebut Ranke tidak menyetujui adanya filsafat sejarah karena berupa pemikiran-pemikiran yang tidak bersumber dari fakta atau sumber sejarah yang kongkrit, melainkan dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran seorang filusuf sejarah. Daftar Pustaka Ahmad Supardi Hasibuan, 2010. Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi Ilmu, Artikel, Tidak diterbitkan. Dawi Maemunah, 2014. Bahan Kuliah filsafat Ilmu, Makassar: Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar, tidak diterbitkan.Diperoleh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat, diakses pada tanggal 27 Desember 2014.Endaswra, Suwardi, 2012. Filsafat Ilmu Konsep, Sejarah, dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan, Jogjakarta: (Cet-1), Caps.Pilang, Abd. Rahman, 2003. Filsafat Ilmu, Makassar: Badan Penerbit UNM. Poedjawijatna, 1991. Tahu dan Pengetahuan Pengantar Keilmuan dan Filsafat, Jakarta: Rineka Cipta.Kuntowijoyo. 2003.Metodologi Sejarah. Yogyakarta: UGMIrmayanti Meliono, dkk. 2007. MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI.

2