Tugas GT Pra Fieldtrip

Embed Size (px)

DESCRIPTION

a

Citation preview

1. Pembuatan TPA (Tempat Pembuangan Akhir)Menentukan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) adalah sesuatu hal yang melibatkan berbagai macam komponen kriteria tata cara pemilihan lokasi yang kompleks. Berikut ini adalah masalah-masalah yang harus diselidiki dalam pembuatan TPA antara lain :a) Mekanisme pembuangan dan pengolahan air lindiAir lindi adalah air hasil larutan air hujan yang jatuh dan mengalami proses leaching bersama dengan sampah di TPA. Air lindi ini menjadi permasalahan yang serius yang dihadapi ketika suatu daerah digunakan sebagai TPA. Hal itu dikarenakan air lindi mengandung banyak senyawa kimia baik organik maupun non organic hasil pelarutan dan jika tidak diolah dan dibuang pada tempat yang tepat, maka dikhawatirkan akan mencemari daerah sekitar seperti air tanah mupun sungai.b) Tinggi rata-rata muka air tanah di sekitar daerah TPAMuka air tanah yang dangkal akan mempercepat pencemaran karena air lindi akan langsung bercampur dengan air tanah dan mengalir bersama air tanah. Wilayah yang cocok untuk pembangunan TPA adalah wilayah dengan muka air tanah lebih dalam dari 3 meter.c) Alas/batuan penyusun daerah terkait dalam penentuan tempat pembuatan TPASeperti diketahui dengan adanya air lindi hasil larutan air hujan pasti akan bergerak ke bawah. Jika batuan alas memiliki porositas dan permeabilitas yang tinggi, dikhawatirkan dapat mencemari air tanah. Oleh karena itu, diperlukan daerah yang memiliki satuan batuan yang punya nilai porositas dan permeabilitas yang rendah, seperti batuan bulkanik, breksi, batulempung, napal. d) Retakan hasil dari struktur geologi seperti sesarSelain berakibat fatal ketika terjadi proses stuktur, dengan adanya retakan semakin mempercepat terjadinya infiltrasi air masuk ke air tanah. Oleh karena itu, daerah yang cocok untuk pembuatan TPA adalah daerah yang memiliki struktur geologi paling sedikit.Selain itu, dalam pembangungan TPA harus berdasarkan perencanaan yang sudah dibuat, pihak pelaksana lapangan harus menyiapkan gambar perencanaan untuk diterapkan dilapangan, terutama dalam pemasangan pipa lindi yang diperlukan ketelitian dan perhitungan agar setelah ditimbun dengan sampah tidak terjadi kebocoran. Perlu di perhatikan juga penempatan tiang-tiang leachate di setiap zonanya. Ketersediaan lahan penutup juga sangat penting, untuk menerapkan perencanaan yang sudah dibuat, terutama dengan sistem sanitary landfill. Penyediaan jalan masuk ke lokasi TPA hendaknya disesuaikan dengan jenis kendaraan yang akan masuk ke TPA, minimal lebar jalan masuk 3 m dengan perkerasan aspal yang berkualitas baik, Juga ketersediaannya lahan parkir untuk penempatan turk-truk pengangkutan sampah dan tempat cuci truk-truk.

2. Analisis Kestabilan LerengKemantapan (stabilitas) lereng merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam pekerjaan yang berhubungan dengan penggalian dan penimbunan tanah, batuan dan bahan galian, karena menyangkut persoalan keselamatan manusia (pekerja), keamanan peralatan serta kelancaran produksiDalam menentukan kestabilan atau kemantapan lereng dikenal istilah faktor keamanan (safety factor) yang merupakan perbandingan antara gaya-gaya yang menahan gerakan terhadap gaya-gaya yang menggerakkan tanah tersebut dianggap stabil, bila dirumuskan sebagai berikut :Faktor kemanan (F) = gaya penahan / gaya penggerak

Dimana untuk keadaan :1. F > 1,0 : lereng dalam keadaan mantap1. F = 1,0 : lereng dalam keadaan seimbnag, dan siap untuk longsor1. F < 1,0 : lereng tidak mantapIdentifikasi masalah-masalah pada analisa kestabilan lereng :1. Geometri LerengMakin tinggi lereng, makin besar resiko yang akan di hadapi. Hal ini disebabkan karena makin tinggi lereng, maka makin besar perubahan tegangan (stress) yang dapat menyebabkan konsentrasi tegangan pada kaki lereng serta dengan makin besarnya geometri, maka ketersingkapan struktur pun akan makin besar yang menyebabkan terjadinya kelongsoran blok batuan. 1. Bidang LemahKekuatan massa batuan merupakan gabungan dari kekuatan batuan utuh, kondisi air tanah dan kondisi/posisi/geometri serta frekwensi bidang diskontinyu. Jika batuan utuh makin kuat serta bidang lemah makin sedikit dan makin kuat, maka massa batuan akan makin kuat. Selain itu pula adanya kehadiran bidang lemah yang cukup lebar/panjang harus diperhitungkan secara tersendiri karena akan menjadi faktor penentu kelongsoran.1. Air TanahPada batuan sangat berpengaruh jika ada bidang lemah yang terisi oleh air karena akan menyebabkan meningkatkan tegangan terhadap bidang lemah tersebut. Selain itu, air dapat mengikis pengisi ruang antar bidang lemah, melapukan sisi bidang lemah dan melarutkan mineral - mineral sulfida. Pada beberapa kasus, air dapat menjadi faktor utama ketidakstabilan lereng terutama pada lereng tanah.

1. GetaranGetaran dapat diakibatkan oleh gempa bumi, getaran alat berat ataupun peledakan. Getaran menyebabkan berpindahnya suatu massa dalam frekwensi tertentu yang mengakibatkan timbulnya gaya dorong pada suatu blok batuan, Karakteristik mekanik tanah yang lemah menyebabkan tanah mudah longsor. Tapi karena tanah ini merupakan massa yang kontinyu, maka mudah untuk menganalisa keruntuhan/kelongsorannya. Tetapi jika penggalian dilakukan lebih dalam, maka akan ditemukan suatu zona campuran antara tanah dengan boulder batuan. Pada zona ini seringkali terjadi kelongsoran yang tidak terduga, karena selain karakteristik mekanis material pada zona ini sangat beragam, juga reaksi terhadap penggalian beragam. Kondisi ketidakseragaman ini sering terjadi jika zona batuan solid cukup keras.

3. Sabo DAMSabo DAM pengertiannya secara luas yaitu erosion and sedimentation control work atau pekerjaan pengendalian erosi dan sedimentasi. Bangunan sabo berarti bangunan untuk penangggulangan pasir dan kerikil yang terbawa oleh suatu aliran pekat debris flow. Pembangunan sabo DAM memiliki fungsi untuk mencegah terjadinya bencana sedimen dan mempertahankan daerah hulu terhadap kerusakan lahan. Dalam proses pembangunan sabo DAM terlebih dahulu perlu diperhatikan masalah-masalah yang dapat terjadi. Masalah-masalah yang harus diselidiki dalam pembangunan sabo DAM adalah :a) Permasalahan retakan atau bidang lemah pada konstruksi SABO DAM. Permasalahan ini muncul akibat pada daerah disekitar tubuh konstruksi terdapat daerah shear zone dimana pada daerah tersebut terdapat struktur-struktur geologi berupa patahan dan retakan dan menghasilkan diskontinuitas karena melewati zona rekahan (shear zone).b) Ketidakstabilan pada batuan dibagian kanan dan kiri konstruksi yang dapat menghasilkan landslide.Kurangnya data geologi teknik berupa tingkat kestabilan lereng berupa sifat mekanik seperti kuat geser tanah terhadap tekanan, pada tebing sekitar konstruksi dapat mengakibatkan landslide yang akan merusak konstruksi sabo DAM itu sendiri.c) Ketidakstabilan penopang konstruksi sabo DAMPenentuan lokasi pembangunan sabo DAM harus diawali dengan indentifikasi sifat keteknikan batuan terutama dalam analisa kuat tekan pada batuan disekitar konstruksi.

Bangunan sabo DAM berbeda dengan bendungan untuk irigasi. Sabo DAM tidak memerlukan kekedapan tertentu, sedangkan bendung harus kedap air untuk menjaga kestabilan bangunan terhadap bahaya guling atau geser.