4
Tugas Ringkasan Kuliah Pertemuan II (Senin, 23 Februari 2015) Nama : Richard Silitonga Jurusan / angkatan : Manajemen Energi / 2014 Mata Kuliah : Manajemen & Ekonomi Energi Dosen Pengajar : Prof. Ir. Rinaldy Dalimi M.Sc., Ph.D Power System Reliability Sistem ketenagalistrikan memiliki fungsi dasar melayani pelanggan dengan listrik, baik besar ataupun kecil, dengan seekonomis dan sehandal mungkin. Kehandalan dalam sistem ketenagalistrikan adalah kemampuan untuk menyediakan pasokan listrik dalam jangka waktu tertentu dalam masa operasional yang dijalani. Secara sederhana kehandalan sistem ketenagalistrikan dapat dibagi menjadi dua aspek, yaitu: 1. Kecukupan Hal ini keterkaitannya dengan ketersediaan fasilitas yang memadai dalam sistem untuk memenuhi kebutuhan (load) pelanggan. Termasuk fasilitas untuk pembangkitan, transmisi dan sistem distribusi yang dibutuhkan untuk menghantarkan listrik yang dihasilkan hingga titik beban. 2. Keamanan Hal ini keterkaitannya dengan respon sistem terhadap gangguan, termasuk gangguan yang bersifat lokal dan gangguan dengan cakupan lebih luas, serta kehilangan pembangkitan ataupun transmisi utama. Dalam sistem interkoneksi yang terdiri dari banyak unit pembangkit, maka kehandalan unit-unit pembangkit yang beroperasi dibandingkan dengan beban yang harus dilayani menggambarkan kehandalan sistem tersebut. Loss-of-Load Probability (LOLP) Loss of Load merupakan kondisi dimana pembangkit tidak dapat memenuhi kebutuhan beban. Sedangkan probabilitas

Tugas II Manajemen & Ekonomi Energi

Embed Size (px)

Citation preview

Nama

Tugas Ringkasan Kuliah Pertemuan II (Senin, 23 Februari 2015)

Nama

: Richard SilitongaJurusan / angkatan: Manajemen Energi / 2014

Mata Kuliah

: Manajemen & Ekonomi Energi

Dosen Pengajar: Prof. Ir. Rinaldy Dalimi M.Sc., Ph.D

Power System ReliabilitySistem ketenagalistrikan memiliki fungsi dasar melayani pelanggan dengan listrik, baik besar ataupun kecil, dengan seekonomis dan sehandal mungkin. Kehandalan dalam sistem ketenagalistrikan adalah kemampuan untuk menyediakan pasokan listrik dalam jangka waktu tertentu dalam masa operasional yang dijalani.

Secara sederhana kehandalan sistem ketenagalistrikan dapat dibagi menjadi dua aspek, yaitu:

1. KecukupanHal ini keterkaitannya dengan ketersediaan fasilitas yang memadai dalam sistem untuk memenuhi kebutuhan (load) pelanggan. Termasuk fasilitas untuk pembangkitan, transmisi dan sistem distribusi yang dibutuhkan untuk menghantarkan listrik yang dihasilkan hingga titik beban.

2. Keamanan

Hal ini keterkaitannya dengan respon sistem terhadap gangguan, termasuk gangguan yang bersifat lokal dan gangguan dengan cakupan lebih luas, serta kehilangan pembangkitan ataupun transmisi utama.Dalam sistem interkoneksi yang terdiri dari banyak unit pembangkit, maka kehandalan unit-unit pembangkit yang beroperasi dibandingkan dengan beban yang harus dilayani menggambarkan kehandalan sistem tersebut.

Loss-of-Load Probability (LOLP)

Loss of Load merupakan kondisi dimana pembangkit tidak dapat memenuhi kebutuhan beban. Sedangkan probabilitas kehilangan beban (LOLP) adalah metode yang dipergunakan untuk mengukur tingkat kehandalan dari suatu sistem pembangkit dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya peristiwa sistem pembangkit tidak dapat mensuplai beban secara penuh. Nilai LOLP dapat diperkecildengan menambah daya terpasang atau menurunkan nilai Forced Outage (FOR) unit pembangkit, karena dua langkah ini dapat memperkecil probabilitas daya tersedia.Forced Outage Rate (FOR) atau kinerja pada unit pembangkitdiambil dari jumlah durasi gangguan unit per satuan waktu, biasanya dalam satu tahun, disebut dengan forced Outage Rate (FOR) yaitu kemungkinan terjadinya gangguan pada unit tersebut dalam persen atau angka desimal. Misalkan apabila sebuah unit pembangkit mempunyai FOR=7maka kemungkinan unit ini beroperasi adalah sesuai rumus availibility 99,93%atau 1- 0,07 (nilai FOR), sedangkan kemungkinan mengalami gangguan adalah 0,07 sesuai dengan nilai FORnya.

Dengan demikian maka besarnya cadangan daya tersedia yang bisa diandalkan bergantung juga pada FOR unit-unit pembangkit.Makin kecil FOR nya makin tinggi jaminan yang didapat, sebaliknya makin besar FOR makin kecil jaminan yang didapat.

Peramalan Beban

Peramalan pada dasarnya merupakan suatu dugaan atau prakiraan mengenani terjadinya suatu kejadian atau peristiwa dimasa yang akan datang. Dalam kegiatan perencanaan peramalan merupakan kegiatan mula dari proses tersebut.Ramalan di bidang tenaga elektrik pada dasarnya merupakan ramalan kebutuhan energi elektrik (watt jam) dan ramalan beban tenaga elektrik (watt).

Suatu model peramalan beban yang akurat sangat penting dalam perencanaan dan pengoperasian sistem tenaga listrik. Peramalan beban sangat membantu perusahaan listrik dalam mengambil keputusan untuk menyuplai tenaga listrik termasuk keputusan dalam mengatur pembangkitan, pemutusan beban (load switching), dan juga pembangunan infrastruktur kelistrikan.

Peramalan beban dibagi dalam tiga kategori yaitu:

1. Peramalan beban jangka pendek (short-term load forecasting) yang meramalkan beban dalam jangka waktu per jam hingga per minggu.

2. Peramalan beban jangka menengah (medium-term load forecasting) yang meramalkan beban dalam jangka waktu mingguan hingga 1 tahun.

3. Peramalan beban jangka panjang (long-term load forecasting) yang meramalkan beban tahunan atau lebih dari satu tahun ke depan.

Secara umum terdapat lima kelompok besar metoda peramalan yang biasa digunakan oleh banyak perusahaan kelistrikan dewasa ini. Kelima metoda tersebut adalah sebagai berikut :

1. Metode Sampling Statistik

Metoda ini dibangun berdasarkan data dan analisa penggunaan tenaga listrik pada setiap sektor pemakaian. Keuntungan metoda ini ialah hasil ramalan merupakan simulasi dari penggunaan tenaga elektrik di masyarakat dengan lebih terinci serta dapat pada mensimulasikan perubahan teknologi, kebiasaan pemakaian dan kebijaksaaan pemerintah. Kelemahannya adalah dalam hal penyediaan data yang banyak dan kadang-kadang tidak tersedia di pusat data.2. Metode Ekstrapolasi

Pada metoda ini sangat bersandar pada data-data masa lampau dan kemudian memproyeksikannya kemasa yang akan datang. Teknik ekstrapolasi ini beranggapan bahwa faktor perubahan yang tercermin pada masa lampau akan memiliki pengaruh yang sama dan bersifat kontiniu dimasa yang akan datang. Bila terjadi fluktuasi-fluktuasi seperti terjadi pada daerah yang sedang berkembang maka metoda ini kurang tepat.

3. Metode Perbandingan

Yaitu proyeksi dengan analisa perbandingan dan kecenderungan yang homogen pada daerah lain. Metoda ini tidak bisa diterapkan pada daerah yang mempunyai kelistrikan yang sama. Metoda ini disebut juga metoda kecenderungan yaitu metoda yang dibangun berdasarkan hubungan data masa lalu tanpa memperhatikan penyebab (pengaruh ekonomi, iklim, teknologi, dan lain-lain). Metoda ini biasanya digunakan untuk peramalan jangka pendek.

4. Metode Sektoral

Metoda ini mengamati pertumbuhan beban listrik pada tiap-tiap sektor beban. Dimana beban dikelompokkan kedalam beberapa sektor beban, pada studi ini beban dibagi menjadi empat sektor beban, yaitu : Sektor Rumah Tangga, Komersil, Industri dan Fasilitas Umum. Kebutuhan tenaga listrik di pusat beban adalah merupakan jumlah kebutuhan keempat sektor di dalam pusat beban tersebut. Metoda ini cocok digunakan untuk menghasilkan perhitungan yang lebih teliti dibandingkan dengan metoda yang lainnya.5. Metoda Gabungan

Metoda gabungan ini merupakan metoda gabungan dari keempat metode diatas. Setiap metode dan proses mempunyai kelebian dan kekurangannya masing masing , sehingga sulit untuk menentukan mana yang terbaik, hal ini juga disebabkan oleh pelaksanaan peramalan yang berbeda-beda menurut kondisi dan ruang lingkupnya. Metode yang terbaik adalah metode yang dikembangkan berdasarkan keadaan daerah yang bersangkutan dan kondisi sosio-ekonomi setempat. Pada setiap perioda tertentu ramalan beban harus dikoreksi kembali dan disesuaikan dengan kondisi pertumbuhan keadaan yang sebenarnya. Faktor lain yang harus diperhatikan dalam menentukan metode adalah masalah kependudukan dan penyebaran nya.