38
AZAS KETERPADUAN Azas penyelenggaraan puksesmas yang ketiga adalah keterpaduan. Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan, yakni: a. Keterpaduan lintas program Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggungjawab puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program antara lain: 1. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA dengan P2M, gizi, promosi kesehatan, pengobatan 2. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan lingkungan dengan promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan jiwa 3. Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi, promosi kesehatan, kesehatan gigi 4. Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi P2M, kesehatan jiwa, promosi kesehatan b. Keterpaduan lintas sektor Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan penyelenggaraan upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas sektor antara lain: 1. Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama 2. Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian3. Upaya kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK, PLKB 4. Upaya perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pertanian, pendidikan,

TUGAS IKM

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Materi iKM

Citation preview

Page 1: TUGAS IKM

AZAS KETERPADUAN

Azas penyelenggaraan puksesmas yang ketiga adalah keterpaduan. Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan, yakni:

a. Keterpaduan lintas program Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggungjawab puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program antara lain: 1. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA dengan P2M, gizi, promosi kesehatan, pengobatan 2. Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan lingkungan dengan promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan jiwa 3. Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi, promosi kesehatan, kesehatan gigi 4. Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi P2M, kesehatan jiwa, promosi kesehatan

b. Keterpaduan lintas sektor Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan penyelenggaraan upaya puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas sektor antara lain: 1. Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama 2. Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian3. Upaya kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK, PLKB 4. Upaya perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pertanian, pendidikan, agama, koperasi, dunia usaha, PKK, PLKB 5. Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, koperasi, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan 6. Upaya kesehatan kerja: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, dunia usaha.

UPK PENGEMBANGAN PUSKESMAS PALARAN

1. Perawatan Kesehatan Masyarakat Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) merupakan salah satu upaya

puskesmas yang mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan memadukan ilmu/praktik keperawatan dengan kesehatan masyarakat lewat dukungan peran serta aktif masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyuluh dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya.

Page 2: TUGAS IKM

Petugas Perkesmas adalah semua perawat fungsional yang bekerja di puskesmas dan mendukung adanya kolaborasi dengan petugas kesehatan lain (dokter, bidan, petugas gizi, petugas kesling, dll) sesuai kebutuhan dan lingkup permasalahan yang dihadapi ketika melayani masyarakat.

Kegiatan pelayanan Perkesmas dapat dilaksanakan di dalam dan di luar gedung puskesmas. Di dalam gedung, perawat melakukan asuhan keperawatan bagi individu yang datang ke puskesmas sedangkan kegiatan di luar gedung, perawat dapat melakukan asuhan keperawatan keluarga maupun asuhan keperawatan kelompok khusus/rawan kesehatan di daerah binaan Perkesmas. Berbagai masalah kesehatan yang memerlukan pelayanan Perkesmas antara lain; kasus penyakit menular (Tuberkulosis, Malaria, HIV/AIDS) penyakit tidak menular (Hipertensi, DM, Paska Stroke, Jantung), masalah kesehatan gizi (gizi kurang dan gizi buruk) atau asuhan keperawatan kepada kelompok lansia, kelompok balita, kelompok calon jemaah haji, kelompok dengan penyakit tertentu. Jenis kegiatan yang dilakukan selama memberikan pelayanan perkesmas seperti; deteksi dini, penyuluhan kesehatan, konseling, perawatan kesehatan dasar, dan rujukan ke pelayanan kesehatan terdekat.

Adapun yang menjadi sasaran program Perkesmas ini adalah seluruh masyarakat yang dapat terbagi menjadi:

1. Individu khususnya individu risiko tinggi (risti): menderita penyakit, balita, lanjut usia (lansia), masalah mental/jiwa.

2. Keluarga khususnya ibu hamil (bumil), lansia, menderita penyakit, masalah mental/jiwa.3. Kelompok/masyarakat berisiko tinggi, termasuk daerah kumuh, terisolasi, konflik, tidak

terjangkau pelayanan kesehatan.Fokus sasaran Perkesmas adalah keluarga rawan kesehatan dengan prioritasnya adalah

keluarga rentan terhadap masalah kesehatan (Gakin), keluarga risiko tinggi (anggota keluarga bumil, balita, lansia, menderita penyakit).

Adapun bentuk kegiatan Perkesmas antara lain:

a. Pengkajian keperawatan pasien sebagai deteksi dini (sasaran prioritas)b. Penyuluhan kesehatanc. Tindakan Keperawatan (direct care)d. Konseling keperawatane. Pengobatan (sesuai kewenangan)f. Rujukan pasien/masalah kesehatang. Dokumentasi keperawatan

Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat di PKM Palaran Induk diwujudkan dengan dilakukannya beberapa program, antara lain adalah :

Pembinaan Individu Rentan

Page 3: TUGAS IKM

Pembinaan Keluarga Rentan Pembinaan Masyarakat Rentan

2. Upaya Kesehatan Usia LanjutUpaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan paripurna dasar dan menyeluruh di

bidang kesehatan usia lanjut yang meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan dan pengobatan dan pemulihan.

Upaya kesehatan usia lanjut dilakukan dengan dijalankannya suatu program posyandu lansia yang memiliki visi untuk menjaga atau bahkan meningkatkan keadaan para lansia agar tetap sehat baik secara fisik maupun mental. Posyandu lansia ini juga memiliki misi agar kinerja posyandu semakin meningkat diiringi oleh upaya penganekaragaman kegiatan yang dilaksanakan.

3. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Gigi dan MulutUpaya pencegahan dan penanggulangan penyakit gigi dan mulut diwujudkan dengan

dilakukannya beberapa program, antara lain adalah :

1. Upaya Kesehatan Gigi Sekolah.2. Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat

4. Upaya Kesehatan Mata / Pencegahan Kebutaan

Program kerja yang direncana dalam upaya kesehatan mata pencegahan kebutaan ini, yaitu upaya penemuan kasus buta katarak pada usia > 45 tahun.

Upaya pelayanan kesehatan mata di Puskesmas Palaran tergolong program yang baru, namun upaya pelayanan kesehatan ini sudah mulai ditingkatkan dengan menjalin kerjasama dengan BKMOM, sehingga dijadwalkan dokter spesialis mata/perawat mata datang ke Puskesmas Palaran secara berkala (setiap 2 bulan sekali).

5. Kesehatan Jiwa

Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosiologi yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang elektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosional.

6. Kesehatan Olahraga

Kesehatan olahraga diwujudkan dengan dilakukannya beberapa program, antara lain adalah :

1. Pendataan Kelompok OlahragaSenam Kesehatan Jasmani, Bulu Tangkis, Sekolah Sepak Bola.

Page 4: TUGAS IKM

2. Penyuluhan kesehatan olahragaHingga saat ini program tersebut belum dilaksanakan.

7. Pelayanan Kesehatan Kerja

Upaya pelayanan kesehatan kerja adalah suatu upaya dalam pemberian perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja bagi masyarakat pekerja, yang mempunyai tujuan memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja, mencegah timbulnya gangguan kesehatan dan melindungi pekerja dari bahaya kesehatan serta menempatkan pekerja di lingkungan kerja sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerja.

Tujuan dari program ini yaitu pelaksanaan manajemen kesehatan kerja diwiliyah kerja puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya, dan terselenggaranya pelayanan kesehatan kerja dasar pada masyarakat pekerja yang bermutu, merata dan terjangkau untuk meningkatkan produktivitas kerja masyarakat pekerja dan kondisi kerja yang aman sehat dan produktif.

Adapun upaya pelayanan kesehatan Kerja ini terbagi dalam beberapa Program, yaitu :

Pelayanan kesehatan bagi pekerja sakit Penyuluhan kesehatan di tempat kerja yang formal Penyuluhan kesehatan di tempat kerja yang informal Pembinaan pada kelompok kerja

PROMOSI KESEHATAN

Tujuan UPK promosi kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan merubah paradigma di masyarakat yang semula berparadigma sakit menjadi paradigma sehat. Data puskesmas untuk tahun 2015 belum ada dikarenakan program promosi kesehatan akan dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sehingga data yang digunakan masih tahun 2014. Pada tahun 2015, program UPK promosi kesehatan yaitu

NO

KEGIATAN SASARAN TargetPENANGGUNG JAWAB

1 Penyuluhan PHBS di masyarakat Masyarakat 6 x 1 tahun Tim Promkes

2Penyuluhan kesehatan di masyarakat

Masyarakat 6 x 1 tahun Tim Promkes

3 Pengadaan Media Promosi MasyarakatLeaflet 500 lembar, poster 10 lembar

Tim Promkes

4 Penyuluhan kesehatan Siswa sekolah 4 SMA, 3 SMP Tim Promkes

Page 5: TUGAS IKM

reproduksi remaja di sekolah

5 Penyuluhan narkoba di sekolah Siswa SMP 3 SMP Rawa makmur Tim Promkes

6 Survey PHBS Masyarakat150 RT di Rawa Makmur

Tim Promkes

7 Pertemuan kader PHBS Kader 1 x 1 tahun Tim Promkes

8Penyuluhan Kesehatan Mata dan Pendengaran

Siswa SD 10 Sekolah Tim Promkes

8 Kelas ibu hamil Bumil 14 x 1 tahun Tim Promkes

NO NAMA KEGIATAN

TANGGAL PELAKSANAAN

TEMPAT PELAKSANAAN

PESERTA

1 Penyuluhan bekal sehat anak sekolah

15 Januari 2015 Gereja Harmoni Gotong Royong

Jemaat gereja

2 Pembuatan Spanduk PHBS, Vitamin A

Januari 2015 Puskesmas Wilayah kerja Puskesmas

3 Pembinaan kader Posyandu

Januari, Februari, Maret ( hari Selasa minggu ke - 4 setiap bulan)

Puskesmas Kader Posyandu

4 Kampanye Vitamin A

27-28 Februari 2015 Pasar Palaran Bayi dan balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas palaran28 Februari 2015 Pasar Malam Simpang

Pasir5 Pembuatan spanduk

DBDFebruari 2015 Puskesmas Wilayah kerja Puskesmas

6 Pendistribusian leaflet kesehatan

Januari - Maret 2015 Rawat Inap Puskesmas Palaran

Pasien yang berkunjung ke Puskesmas

7 Deteksi Dini Tumbuh Kembang

Februari 2015 KB, PAUD dan TK di wilayah kerja Puskesmas palaran

Siswa

8 Pembinaan UKS 3 Maret 2015 SDN. 003 Sekolah

4 Maret 2015 TK. Nurul Huda

Page 6: TUGAS IKM

5 Maret 2015 SMPN. 14

6 Maret 2015 SMAN. 6

9 Penyuluhan KB 25 Maret 2015 Puskesmas Kader Posyandu

10 Koordinasi lintas sektor pembinaan PHBS

24 Maret 2015 Kelurahan Rawa Makmur

Staff Kelurahan

PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

Upaya perbaikan gizi memiliki beberapa program kerja yang dilaksanakan dalam wilayah kerjanya dengan koordinator yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan dan pelaporan program yang dijalankan.

Program yang dikerjakan merupakan program standar yang ada di tiap puskesmas di Indonesia. Berdasarkan data Puskesmas Palaran pada tahun 2015, prrogram tersebut, antara lain:

1. Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Anak Usia 6-24 Bulan Keluarga Miskin Program Pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga

miskin ini dilaksanakan dalam rangka perbaikan status gizi anak terutama pada keluarga miskin. Rencananya, makanan pendamping ASI yang diberikan berasal dari Dinas Kesehatan yang didistribusikan melalui kader Posyandu di lingkup wilayah puskesmas. Kader Posyandu akan membagikan ke anak usia 6 – 24 bulan yang berasal dari keluarga miskin. Bayi balita Keluarga Miskin (Gakin) adalah bayi usia 6-11 bulan dan balita usia 12-24 bulan dari keluarga miskin yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui Tim Koordinasi Kabupaten/ Kota dengan melibatkan Tim Desa. Namun, menurut pelaksanaannya, hal ini mnegalami beberapa ketidaksesuaian dikarenakan kurang tersedianya supply dari dinas, yang mengakibatkan program ini sempat terhenti selama 2 tahun lebih, dan baru mulai berjalan lagi tahun ini. Biasanya dari dinas akan diberikan sejumlah pax, lalu tim gizi akan terjun ke masyarakat dan membagikan kepada masyarakat yang mau. Berdasarkan data Puskesmas tahun 2015, program ini baru berjalan kembali bulan April dan Mei 2015, dengan jumlah penerima masing-masing 6 orang per bulan.

2. Meningkatkan Jumlah Posyandu AktifTujuan program ini adalah untuk meningkatkan jumlah posyandu aktif di wilayah kerja

Puskesmas Induk Palaran. Pelayanan kesehatan terpadu (Yandu) adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja Puskesmas. Tempat pelaksanaan pelayanan program terpadu di balai dusun, balai kelurahan, RW, dan sebagainya disebut dengan Pos pelayanan terpadu (Posyandu). Tujuan utama dari posyandu ini adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan berbasis komunitas kepada ibu hamil dan menyusui, serta memberikan pelayanan imunisasi untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Pelayanan

Page 7: TUGAS IKM

kesehatan dasar di Posyandu adalah pelayanan kesehatan yang mencakup yakni Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), Imunisasi , dan Gizi.

3. Rumah Tangga Mengkonsumsi Garam BeryodiumProgram ini bertujan untuk memenuhi konsumsi garam beryodium pada masyarakat

dalam wilayah kerja Puskesmas Induk Palaran dan meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai garam beryodium. Konsekuensi dari kekurangan yodium disebut Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), mencakup keterbelakangan mental yang permanen, gondok, kegagalan reproduksi, meningkatnya kematian anak dan penurunan sosial ekonomi. Anak dengan kekurangan yodium memiliki rata-rata IQ 13.5 poin lebih rendah dibandingkan yang cukup yodium. Untuk mengatasinya penanggulangan GAKY difokuskan pada peningkatan konsumsi garam beryodium.

Program ini dilakukan pada SD yang dipilih secara acak tiap kelurahannya. Program dilakukan pada murid kelas 4 SD, pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan dari pihak puskesmas. Anak kelas 4 SD yang menjadi sampel ini akan membawa contoh garam yang digunakan sehari-hari di rumahnya, kemudian garam tersebut akan dicek kadar yodiumnya.

Penyuluhan juga dilakukan mengenai garam beryodium, akibat dari kekurangan garam yodium, dan cara penyimpanan garam yodium yang baik.

Pencapaian program ini dilakukan dengan cara memperbaiki distribusi garam sehingga dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memasak atau selalu mengonsumsi garam mengandung cukup yodium.

4. Balita 6-59 Bulan Mendapat Kapsul Vitamin AProgram ini dilaksanakan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus.

Pemberian vitamin A untuk bayi (6-11 bulan) yaitu kapsul biru sebanyak 100.000 UI sedangkan untuk balita (1-5 tahun) sebanyak 200.000 UI berupa kapsul merah. Pemberian dilakukan di Puskesmas, Posyandu, TK dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), serta di bidan praktek. Yang melaksanakan program ini ialah petugas gizi puskesmas, tim posyandu dan kader. Sasaran program ini yaitu bayi (6-11 bulan) dan balita (1-5 tahun). Untuk bayi balita sumber data berasal dari register pemberian vitamin A baik dari posyandu maupun dari puskesmas yang dikumpulkan oleh bidan maupun dari petugas gizi. Pemberian vitamin A juga disertai dengan pemberian penyuluhan mengenai peningkatan konsumsi sumber vitamin A alami (sayuran hijau) dan bahaya akan kekurangan vitamin A.

5. Vitamin A Ibu NifasTujuan program ini adalah mencegah dan menurunkan jumlah kasus-kasus kekurangan

vitamin A pada ibu masa nifas. Mendata sasaran ibu nifas diambil dari register kohort ibu di poli Sayang Ibu di Puskesmas Palaran dan bidan praktek swasta. Pemberian vitamin A pada ibu masa nifas disertai dengan penyuluhan personal terhadap ibu ketika berkunjung ke pelayanan kesehatan.

Page 8: TUGAS IKM

6. Pendataan Bumil Dapat FE Tambah DarahTujuan dari program ini adalah mencegah anemia defisiensi besi yang terjadi pada ibu

hamil pada trimester 1 sampai trimester 3. Kegiatannya meliputi pemberian tablet besi bagi wanita hamil dan penggalakkan penggunaan bahan pangan alami sumber zat besi yang diusahakan lewat penyuluhan gizi.

7. Balita Gizi Buruk Mendapat PerawatanGizi buruk adalah status gizi menurut berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) dengan Z-

score < -3 dan atau dengan tanda-tanda klinis (marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor). Program ini adalah memberi perawatan terhadap balita yang diidentifikasi mengalami gizi buruk.

Pengidentifikasian balita yang mengalami gizi buruk dilakukan di Posyandu dalam wilayah Puskesmas Palaran. Setelah didapatkan balita yang mengalami gizi buruk, pihak Puskesmas akan meninjau ke lokasi.

Perawatan sesuai standar yaitu pelayanan yang diberikan mencakupa. Pemeriksaan klinis meliputi kesadaran, dehidrasi, hipoglikemia, dan hipotermib. Pengukuran antropometri menggunakan parameter BB dan TBc. Pemberian larutan elektrolik dan multi-mikronutrien serta memberikan

makanan dalam bentuk, jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan, mengikuti fase Stabilisasi, Transisi dan Rehabilitasi

d. Diberikan pengobatan sesuai penyakit penyerta

8. Konsultasi Klinik GiziPuskesmas Palaran mulai mengoperasikan klinik gizi sejak tahun 2014, klinik gizi

dijadwalkan pada hari Senin, Rabu, dan Jumat. Namun sampai sekarang klinik gizi masih belum bisa maksimal dalam beroperasi karena kurangnya sumber daya manusia. Klinik gizi melayani masalah gizi pada anak-anak, dewasa, dan juga lansia. Klinik gizi juga melayani konseling masalah gizi untuk para pasien. Pasien yang dikonsulkan oleh poli lain (umum, lansia, KIA) misalnya gizi kurang, hipertensi, dan diabetes melitus. Pasien secara langsung dijelaskan tentang pengaturan diet harian yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu.

9. Pemantauan Status Gizi Anak SekolahPemantauan status gizi anak sekolah dilakukan dengan cara mengunjungi sekolah-sekolah di wilayah puskesmas Palaran. Program ini dijadwalkan pada saat awal tahun ajaran baru. Pemantauan status gizi dilakukan dengan melakukan pemeriksaan antropometri pada anak sekolah. Pemantauan status gizi dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan kesehatan yang lain seperti pemeriksaan gigi dan mulut.

MENENTUKAN PRIORITAS MASALAH

Page 9: TUGAS IKM

Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan oleh

sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan urutan

masalah dari yang paling penting sampai yang kurang penting

Dalam  menetapkan prioritas masalah ada beberapa pertimbangan yang harus

diperhatikan, yakni:

1. Besarnya masalah yang terjadi

2. Pertimbangan politik

3. Persepsi masyarakat

4. Bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan

Cara pemilihan prioritas masalah banyak macamnya. Secara sederhana dapat dibedakan

menjadi dua macam, yaitu

1. Scoring Technique (Metode Penskoran)

2. Non Scoring Technique

Teknik Non-Skoring

Bila tidak tersedia data, maka cara menetapkan prioritas masalah yang lazim digunakan

adalah dengan teknik non-skoring

I. Metode Delbeq

Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini adalah melalui diskusi

kelompik namun pesertadiskusi terdiri dari para peserta yang tidak sama keahliannya,

maka sebelumnya dijelaskan dahulu sehingga mereka mempunyai persepsi yang sama

terhadap masalah-masalah yang akan dibahas.

Hasil diskusi ini adalah prioritas masalah yang disepakati bersama.

Caranya

1. Peringkat masalah ditentukan oleh sekelompok ahli yang berjumlah antara 6 sampai 8 orang

Page 10: TUGAS IKM

2. Mula-mula dituliskan pada white board masalah apa yang akan ditentukan peringkat prioritasnya

3. Kemudian masing-masing orang tersebut menuliskan peringkat urutan prioritas untuk setiap masalah yang akan ditentukan prioritasnya

4. Penulisan tersebut dilakukan secara tertutup

5. Kemudian kertas dari masing-masing orang dikumpulkan dan hasilnya dituliskan di belakang setiap masalah

6. Nilai peringat untuk setiap masalah dijumlahkan, jumlah paling kecil berarti mendapat peringkat tinggi (prioritas tinggi).

Delbeque menyarankan dilakukan satu kali lagi pemberian peringkat tersebut, dengan

harapan masing-masing orang akan mempertimbangkan kembali peringkat yang

diberikan setelah mengetahui nilai rata-rata

Tidak ada diskusi dalam teknik ini, yaitu untuk menghindari orang yang dominan

mempengaruhi orang lain

Kelemahan

1. Menentukan siapa yang seharusnya ikut dalam menentukan peringkat prioritas tersebut

2. Penentuan peringkat bisa sangat subyektif

3. Cara ini lebih bertujuan mencapai konsensus dari interest yang berbeda dan tidak untuk menentukan prioritas atas dasar fakta

II. Metode Delphi

Masalah-masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang mempunyai keahlian

yang sama. Melalui diskusi tersebut akan menghasilkan prioritas masalah yang

disepakati bersama. Pemilihan prioritas masalah dilakukan melalui pertemuan khusus.

Setiap peserta yang sama keahliannya dimintakan untuk mengemukakan beberapa

masalah pokok, masalah yang paling banyak dikemukakan adalah prioritas masalah

yang dicari

Caranya

Page 11: TUGAS IKM

1. Identifikasi masalah yang hendak/ perlu diselesaikan

2. Membuat kuesioner dan menetapkan peserta/para ahli yang dianggap mengetahui dan menguasai permasalahan

3. Kuesioner dikirim kepada para ahli, kemudian menerima kembali jawaban kuesioner yang berisikan ide dan alternatif solusi penyelesaian masalah

4. Pembentukan tim khusus untuk merangkum seluruh respon yang muncul dan mengirim kembali hasil rangkuman kepada partisipan

5. Partisipan menelaah ulang hasil rangkuman, menetapkan skala prioritas/ memeringkat alternatif solusi yang dianggap terbaik dan mengembalikan kepada pemimpin kelompok/pembuatan keputusan

Teknik Skoring

Pada cara ini pemilihan prioritas dilakukan dengan memberikan score (nilai) untuk

berbagai parameter tertentu yang telah ditetapkan. Parameter yang dimaksud adalah:

1. Prevalensi penyakit (prevalence) atau besarnya masalah

2. Kenaikan atau meningkatnya prevalensi (rate of increase)

3. Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut (degree of unmeet need)

4. Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi (social benefit)

5. Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah (technical feasibility)

6. Sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah (resources availibility)

A. Metode Bryant

Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi

1. Prevalence : Besarnya masalah yang dihadapi2. Seriousness : Pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah

dalam masyarakat dan dilihat dari besarnya angka kesakitan dan angka kematian akibat masalah kesehatan tersebut

3. Manageability : Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan sumber daya

Page 12: TUGAS IKM

4. Community concern : Sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah kesehatan tersebut

Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang ingin dicari prioritasnya

diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah satu sampai lima yang

ditulis dari arah kiri ke kanan untuk tiap masalah. Kemudian dengan penjumlahan

dari arah atas ke bawah untuk masing-masing masalah dihitung nilai skor akhirnya.

Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Tetapi

metode ini juga memiliki kelemahan, yaitu hasil yang didapat dari setiap masalah

terlalu berdekatan sehingga sulit untuk menentukan prioritas masalah yang akan

diambil.

B. Metode Matematik PAHO (Pan American Health Organization)

Disebut juga cara ekonometrik. Dalam metode ini parameter diletakkan pada kolom

dan dipergunakan kriteria untuk penilaian masalah yang akan dijadikan sebagai

prioritas masalah. Kriteria yang dipakai ialah:

1. Magnitude : Berapa banyak penduduk yang terkena masalah

2. Severity : Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukan dengan case

fatality rae masing-masing

3. Vulnerability : Menunjukan sejauh mana masalah tersebut

4. Community and political concern : Menunjunkan sejauh mana masalah

tersebut menjadi concern atau kegusaran masyarakat dan para politisi

5. Affordability : Menunjukan ada tidaknya dana yang tersedia

Parameter diletakkan pada baris atas dan masalah-masalah yang ingin dicari

prioritasnya diletakkan pada kolom. Pengisian dilakukan dari satu parameter ke

parameter lain. Hasilnya didapat dari perkalian parameter tersebut.

MCUA

(Multiple Criteria Utility Asessment Method)

Pada metode ini parameter diletakkan pada baris dan harus ada kesepakatan mengenai

kriteria dan bobot yang akan digunakan. Metode ini memakai lima kriteria untuk

penilaian masalah tetapi masing-masing kriteria diberikan bobot penilaian dan

Page 13: TUGAS IKM

dikalikan dengan penilaian masalah yang ada. Cara untuk menentukan bobot dari

masing-masing kriteria dengan diskusi, argumentasi, dan justifikasi

Kriteria

1. Emergency : Kegawatan menimbulkan kesakitan atau kematian

2. Greetes member : Menimpa orang banyak, insiden/prevalensi

3. Expanding scope : Mempunyai ruang lingkup besar di luar kesehatan

4. Feasibility : Kemungkinan dapat/tidaknya dilakukan

5. Policy : Kebijakan pemerintah daerah /nasional

Metode CARL

• Metode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan. Metode CARL juga

didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0 – 10.

1. C = Capability (ketersediaan sumber daya (dana, saran, dan peralatan)

2. A = Accessibility (kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak.

Kemudahan dapat didasarkan pada ketersediaan metode / cara / teknologi serta

penunjang pelaksana seperti peraturan)

3. R = Readiness (kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran,

seperti keahlian atau kemampuan motivasi)

4. L = Leverage (seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain

dalam pemecahan masalah yang dibahas)

Metode Reinke

• Metode Reinke juga merupakan metode dengan mempergunakan skor. Nilai skor berkisar

1-5 atas serangkaian kriteria:

1. M = Magnitude of the problem (besarnya masalah yang dapat dilihat dari %

atau jumlah/kelompok yang terkena masalah, keterlibatan masyarakat serta

kepentingan instansi terkait

2. I = Importancy / kegawatan masalah (tingginya angka morbiditas dan

mortalitas serta kecendrungan dari waktu ke waktu)

Page 14: TUGAS IKM

3. V = Vulnerability (sensitif atau tidaknya pemecahan masalah dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sensitifitsnya dapat diketahui dari perkiraan

hasil (output) yang diperoleh dibandingkan dengan pengorbanan (input) yang

dipergunakan

4. C = Cost (biaya atau dana yang dipergunakan untuk melaksanakan pemecahan

masalah. Semakin besar biaya semakin kecil skornya

Metode USG

            Urgency, Seriousness, Growth (USG)  adalah salah satu alat untuk menyusun

urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya dengan menentukan tingkat urgensi,

keseriusan, dan perkembangan isu dengan menentukan skala nilai 1 – 5 atau 1 – 10. Isu

yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas. Untuk lebih jelasnya,

pengertian urgency, seriousness, dan growth dapat diuraikan sebagai berikut:

I. Urgency

Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu yang tersedia

serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah yang

menyebabkan isu tadi.

II. Seriousness

Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang timbul

dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut atau akibat

yang menimbulkan masalah-masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak

dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah yang

dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila dibandingkan dengan suatu

masalah lain yang berdiri sendiri.

III. Growth

Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang dikaitkan

kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk kalau dibiarkan.

3 PRINSIP MANAJEMEN PUSKESMAS

Page 15: TUGAS IKM

1. PERENCANAAN

a. Rencana Usulan Kegiatan (R.U.K):

RUK sama dengan plan of action (POA) atau rencana kerja yang biasanya disusun

menjelang pergantian tahun anggaran kegiatan baru

b. Rencana Kerja dan Anggaran (RKA):

RKA, merupakann pengembangan dari RUK setelah ada perbaikan tata cara

pembuatan anggaran kegiatan dalam setiap unit Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD).

c. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) :

Setelah disusun rencana kegiatan itu kemudian dibuatkan strategi pelaksanaan

secara terpadu

d. Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) :

DPA merupakan kelanjutan dari RKA yang telah disetujui sebagai pedoman

pelaksanaan penggunaan anggaran kegiatan

2. PENGATURAN

a. Penggerakan : Mini Lokakarya Lintas Program

Mini Lokakarya (MinLok) ini dilaksanakan puskesmas setiap sebulan sekali, untuk

mengevaluasi hasil kegiatan pelayanan

b. Pelaksanaan : Mini Lokakarya Linta Sektoral

Minlok ini dilaksanakan puskesmas setiap tiga bulan sekali dengan melibatkan

instansi terkait seperti dinkes,diknas, kecamatan, kelurahan, dan lainnya, sesuai porsi

kegiatan puskesmas.

3. PENILAIAN

a. Pengawasan : Monitoring

Kegiatan pelayanan harus terus diawasi pelaksanaannya agar mencapai target yang

telah ditetapkan

b. Pengendalian : Controlling

Pelayanan yang sudah optimal tetap perlu dikendalikan arahnya agar tidak

menyimpang dari tujuan kegitan

c. Penilaian : Evaluation

Page 16: TUGAS IKM

Setiap hasil kegiatan harus dievaluasi sebagai bentuk pertanggungjawaban institusi

terhadap publik dan pemerintah daerah.

SISTEM RUJUKAN

Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang

melaksanakan pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus penyakit atau masalah

kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik vertical dalam arti dari satu strata

sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun horizontal

dalam arti antara strata sarana pelayanan kesehatan yang sama.

Macam-macam rujukan Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh

puskesmas, ada dua macam rujukan yang dikenal yakni :

1) Rujkan upaya kesehatan perorangan

Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus penyakit.

Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus penyakit tertentu,

maka puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang

lebih mampu (baik hotizontal maupun vertical).Sebaliknya pasien pasca rawat inap

yang hanya memerlukan rawat jalan sederhana, bias dirujuk kembali ke puskesmas.

Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga macam :

a. Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan medik (missal

operasi) dan lain lain.

b. Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang

lebih lengkap.

c. Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih

kompeten atau melakukan bimbingan tenaga puskesmas dan atau

menyelenggarakan pelayanan medik spesialis di puskesmas.

2) Rujukan upaya kesehatan masyarakat

Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah kesehatan

masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan dan bencana.

Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat juga dilakukan apabila satu puskesmas

tidak mampu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat wajib dan

Page 17: TUGAS IKM

pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut telah menjadi

kebutuhan masyarakat. Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi

masalah kesehatan masyarakat dan atau tidak mampu menyelenggarakan upaya

kesehatan masyarakat, maka puskesmas wajib merujuknya ke dinas kesehatan

kabupaten atau kota.

Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam :

a. Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging,

peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual, bantuan

obat, vaksin, dan bahan bahan habis pakai dan bahan makanan.

b. Rujukan tenaga, antara lain dukungan tenanga ahli untuk penyidikan kejadian

luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hokum kesehatan, penanggulangan

gangguan kesehatan karena bencana alam.

c. Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan dan

tanggungjawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat (antara lain usaha

kesehatan sekolah, usaha kesehatan kerja, usaha kesehatan jiwa, pemeriksaan

contoh air bersih) kepada dinas kesehatan kabupaten / kota. Rujukan

operasional diselenggarakan apabila puskesmas tidak mampu

KEGIATAN SURVEILANS DI PUSKESMAS

1. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular. Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit menular. Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes)  No. 1479 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu, Jenis penyakit yang termasuk didalam Surveilans Terpadu Penyakit di Puskesmas meliputi kolera, diare, diare berdarah, tifus perut klinis, TBC paru BTA (+), tersangka TBC paru, kusta PB, kusta MB,campak, difteri, batuk rejan, tetanus,AFP, hepatitis klinis, malaria klinis, malaria vivax, malaria falsifarum, malaria mix, demam berdarah dengue, demam dengue, pneumonia, sifilis, gonorrhoe, frambusia, filariasis, dan influenza.2. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit tidak menular. Surveilans epidemiologi penyakit tidak menular antara lain :

Hipertensi, stroke dan penyakit jantung koroner Diabetes Melitus

Page 18: TUGAS IKM

Neoplasma Penyakit paru obstruksi kronis Gangguan mental Masalah kesehatan akibat kecelakaan

3. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku.  Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan faktor resiko untuk mendukung program penyehatan lingkungan. Surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan dan perilaku, meliputi:

Sarana air bersih Tempat-tempat umum (TTU) Pemukiman dan lingkungan   perumahan Limbah industri, rumah sakit Vektor penyakit Kesehatan dan keselamatan kerja Rumah Sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain, termasuk infeksi nasokomial Perilaku merokok Pola makan diet Aktivitas fisik

4. Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan.  Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor resiko untuk mendukung program-program kesehatan tertentu. Surveilan epidemiologi  masalah kesehatan, meliputi:

SKPG (sistem kewaspadaan pangan dan gizi) Kekurangan Gizi mikro (kekurangan yodium, anemia gizi besi, kekurangan vitamin A) Kekurangan Gizi makro (Gizi kurang, Gizi buruk) Gizi lebih Kesehatan ibu dan anak (termasuk kesehatan reproduksi) Usia lanjut Penyalahgunaan napza Penggunaan sediaan farmasi, obat, obat tradisional, bahan kosmetik dan alat kesehatan Kualitas makanan dan bahan makanan  tambahan

5. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra.  Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor resiko untuk upaya mendukung program kesehatan matra. Survelans epidemiologi masalah matra, meliputi:

Kesehatan haji Kesehatan pelabuhan dan lintas  batas perbatasan Bencanan dan masalah sosial Kesehatan matra laut dan udara KLB penyakit dan keracunan

Page 19: TUGAS IKM

6. Manfaat Surveilans PuskesmasAdapun manfaat Surveilans Epidemiologi  adalah:

Deteksi Perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan distribusinya Identifikasi dan perhitungan trend dan pola penyakit Identifikasi kelompok risiko tinggi menurut waktu, orang dan tempat Identifikasi factor risiko dan penyebab lainnya Deteksi perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi Dapat memonitoring kecenderungan penyakit endemis Mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologinya Memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi kebutuhan pelayanan kesehatan

dimasa datang Membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas dan prioritas sasaran program pada

tahap perencanaan

Sumber data Surveilans Puskesmas1. Laporan (catatan/registrasi) 

Kematian Kesakitan Laboratorium Kejadian Luar Biasa/Wabah Kasus individu Laporan penelitian (eksperimen atau observasi) 

2. Survei khusus terhadap penyakit tertentu atau screening3. Laporan vector binatang (reservoir)4. Data lingkungan (sanitasi, geografi termasuk curah hujan, ketinggian, dll)5. Data penduduk (termasuk social budaya, komposisi umur, dll)

Peran dan Mekanisme Kerja Surveilans Terpadu Penyakit (STP) di Puskesmas

Pengumpulan dan Pengolahan Data. Unit surveilans Puskesmas mengumpulkan dan mengolah data STP Puskesmas harian bersumber dari register rawat jalan & register rawat inap di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, tidak termasuk data dari unit pelayanan bukan puskesmas dan kader kesehatan. Pengumpulan dan pengolahan data tersebut dimanfaatkan untuk bahan analisis dan rekomendasi tindak lanjut serta distribusi data.

Analisis serta Rekomendasi Tindak Lanjut. Unit surveilans Puskesmas melaksanakan analisis bulanan terhadap penyakit potensial KLB di daerahnya dalam bentuk tabel menurut desa/kelurahan dan grafik kecenderungan penyakit mingguan, kemudian menginformasikan hasilnya kepada Kepala Puskesmas, sebagai pelaksanaan pemantauan wilayah setempat (PWS) atau sistem kewaspadaan dini penyakit potensial KLB di Puskesmas. Apabila ditemukan adanya kecenderungan peningkatan jumlah

Page 20: TUGAS IKM

penderita penyakit potensial KLB tertentu, maka Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi dan menginformasikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Unit surveilans Puskesmas melaksanakan analisis tahunan perkembangan penyakit dan menghubungkannya dengan faktor risiko, perubahan lingkungan, serta perencanaan dan keberhasilan program. Puskesmas memanfaatkan hasilnya sebagai bahan profil tahunan, bahan perencanaan Puskesmas, informasi program dan sektor terkait serta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 

Umpan Balik. Unit surveilans Puskesmas mengirim umpan balik bulanan absensi laporan dan permintaan perbaikan data ke Puskesmas Pembantu di daerah kerjanya.

Laporan. Setiap minggu, Puskesmas mengirim data PWS penyakit potensial KLB ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagaimana formulir PWS KLB. Setiap bulan, Puskesmas mengirim data STP Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan jenis penyakit dan variabelnya sebagaimana formulir STP.PUS. Pada data PWS penyakit potensial KLB dan data STP Puskesmas ini tidak termasuk data unit pelayanan kesehatan bukan puskesmas dan data kader kesehatan. Setiap minggu, Unit Pelayanan bukan Puskesmas mengirim data PWS penyakit potensial KLB ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

SURVEILANS KESEHATAN KERJA

Definisi Surveilans Kesehatan Kerja

Surveilans Kesehatan Kerja adalah usaha pengumpulan data secara sistematis dan berkelanjutan, melakukan analisisatas data tersebut serta melakukan interpretasidengan tujuan untuk perbaikan dari segi kesehatan dan keselamatan kerja (NIOSH = national institut occupatinal safety and health)

Ruang Lingkup Surveilan K3

Secara garis besar ruang lingkup surveilans K3 terbagi dua, yaitu :1. Surveilans Efek Kesehatan dan Keselamatan

Pengumpulan, analisis & diseminasi/komunikasi data kesehatan (data penyakit) dan data keselamatan (data kecelakaan) spesifik untuk populasi pekerja berisiko dengan cara sitematik dan berksinabungan yang dapat digunakan bagi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program K3 di dunia usaha dan dunia kerja

2. Surveilans Hazard Kesehatan dan KeselamatanIdentifikasi hazard, pengukuran pajanan, analisis dan diseminasi atau komunikasi

hazard kesehatan dan keselamatan yang spesifik bagi populasi pekerja berisiko dengan cara sistematik dan berkesinambungan digunakan bagi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program K3 di dunia usaha dan dunia kerja

Metode Surveilans K3

Page 21: TUGAS IKM

Dalam rangka pemantauan hazard dan risiko yang ada di tempat kerja, maka hal penting yang harus dilakukan adalah melakukan Surveilans Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surveilans K3 terdiri dari strategi-strategi dan metode untuk mendeteksi dan menilai secara sistematis dampak dari suatu pekerjaan terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja. Dengan surveilans maka dilakukanlah pengumpulan, analisis, interpretasi data, dan penyebaran informasi agar dapat diambil tindakan segera yang diyakini dapat mencegah pekerja dari penyakit dan kecelakaan.

Step awal dalam kegiatan ini adalah dengan melakukan rekognisi faktor risiko, kemudian melakukan analisis, dan komunikasi yang nantinya diharapkan dapat dikembangkannya sistem pengumpulan, analisis dan diseminasi serta komunikasi data kesehatan dan keselamatan di tempat kerja

Kegiatan Program meliputi rekognisi, analisis data kesehatan seluruh pekerja berisiko, dan komunikasi pada seluruh pihak yang berkepentingan.

Metode yang digunakan untuk pelaksanaan Program Occupational Health surveilans adalah dengan melakukan identifikasi faktor risiko di tempat kerja dan identifikasi pekerja di populasi yang berisikoData Faktor Risiko Lingkungan Kerja

Data Pemantauan Higiene Industri Data Pemantauan Ergonomi Data Pemantauan Stres Kerja Data Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Bekerja, Berkala, Khusus, Return to Work,

PHK/Pensiun Analisis & Komunikasi Trend Faktor Risiko & Status Kesehatan, Hubungan Antara

Faktor Risiko & Efek Kesehatan

Objek Surveilans Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut; Pekerja Lingkungan kerja Pekerjaan

Pengukuran Pajanan pada Pekerja: Noise dosimeter Personal dust sampler Pengukuran dengan Spirometer Pengukuran logam berat di urine & darah

Pengukuran Pajanan pada Lingkungan Kerja Kebisingan di lingkungan kerja Debu di lingkungan kerja Temperatur di lingkungan kerja Logam berat di lingkungan kerja

Page 22: TUGAS IKM

Berdasarkan pekerjaan, tergantung lama pajanan orang pada pekerjaan tersebut, dijelaskan dalam bentuk hitungan atau fungsi dari pajanan dan tahun;

pajanan x tahun = person-years

Adapun pengukuran Pajanan juga ada dua macam, yakni Pajanan  sesaat Pajanan kumulatif

Pajanan rata-rata berdasarkan: Sampel area Sampel individu. Misalnya:

o azide iodide pd urine krn karbondisulfida

o asam t-t mukonat dalam urine karena benzene)

Persyaratan dan Teknik PelaksanaanPersyaratan untuk Mengadakan Surveilans K3 di Tempat Kerja adalah sebagai berikut.1. Ada penyakit maupun cedera yang dapat diidentifikasi atau adanya dampak negatif pada

pekerja lain yang dinilai dapat merugikan2. Efek penyakit dan/atau cedera  tersebut terkait dengan eksposur/pajanan di tempat kerjanya.3. Ada kemungkinan atau probability bahwa efek penyakit dan/atau cedera tersebut

berpotensi dapat terjadi4. Ada beberapa teknik yang berlaku untuk mendeteksi indikasi dari efek penyakit dan/atau

cedera tersebut.

Teknik Surveilans kesehatan harus:1. Sensitif2. Spesifik3. Mudah untuk dilakukan dan diinterpretasikan4. Aman5. Non-invasif6. Dapat diterima

Beberapa contoh-contoh Survelans Kesehatan Kerja Pengawasan Biologik  

2.5-hexane di one (metabolit dari n-hexane) dalam urin pada pekerja yang terpapar methylene chloride. 

Pengawasan efek biologik  Cholinesterase dalam darah pekerja yang terpapar pestisida organophosphorus

Page 23: TUGAS IKM

Wawancara, inspeksi atau pemeriksaan oleh pemeriksa yang memiliki kompetensi yang sesuaikuesioner tentang gejala-gejala asma atau rinitis pada pekerja; pemeriksaan fisik pada pekerja yang mengalami dermatitis.

Medical surveillance  Pengukuran fungsi paru pada pekerja yang terpapar substansi yang dapat memicu asma

Manfaat sumber data yang tersedia untuk keperluan aksi

Data yang tersedia atau didapat, digunakan untuk mengatasi masalah K3 berdasarkan bukti, dengan menyusun upaya promotif, preventif, kebijakan, perencanaan program antara lain seperti berikut.

1. Mengolah data sebagai alat/metode guna pemantauan penyakit atau masalah K3 di wilayah setempat

2. Memantau kemajuan pelayanan K3 dan cakupan indikator K3 secara teratur (bulanan) dan terus menerus.

3. Menilai kesenjangan pelayanan K3 terhadap standar pelayanan K3.4. Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator K3 terhadap target yang ditetapkan,

antara lain seperti berikut:a. Konsentrasi debu, pelarut organik, pestisida, uap logam atau bahan kimia lainnya di

udara lingkuan kerja dibandingkan dengan nilai ambang batas yang diperkenankanb. Tingkat pajanan bising, panas, atau getaran pada individu kelompok pekerja berisiko

dibandingkan dengan nilai ambang batas yang diperkenankan.c. Hasil pantauan biomarker timah hitam, benzene, aseton, inhibitor kolinesterase  atau

bahan kimia lainnya dalam spesimen cairan tubuh pekerja dibandingkan dengan indeks pajanan biologik

d. Tingkat kekerapan dan tingkat keparahan absenteisme yang terekam dibandingkan dengan standar atau target yang ditetapkan

e. Tingkat kekerapan dan tingkat keparahan kecelakaan yang terekan dibandingkan dengan stanar atau target yang ditetapkan

5. Menilai Prevalens dan insiden penyakit spesifik yang diduga berkaitan dengan pajanan hazard di tempat kerja

6. Menentukan sasaran individu, kelompok kerja, jenis pekerjaan dan wilayah prioritas yang akan ditangani secara intensif berdasarkan besarnya kesenjangan.

7. Menilai keberhasilan pencapaian target, mengevaluasi dan menyusun strategi perbaikan secara terus menerus

Persiapan Pelaksanaan Surveillans Kesehatan Kerja1. Penilaian risiko kesehatan atau HRA yang dilakukan berdasarkan hazard yang

teridentifikasi oleh tim HI. Apabila belum ada, proses identifikasi hazard dan penilaian risiko serta HRA dilakukan oleh tim multidisiplin yang anggotanya terdiri dari wakil

Page 24: TUGAS IKM

pimpinan dan pelaksana dari unit kerja terkait bagian kesehatan, keselamatan, HI ataupun lingkungan dan ergonomis.

2. Perencanaan program

Setelah mendapatkan HRA, penaggungjawab surveilans Kesja yang adalah Dokter Kesehatan kerja Dan HI yang akan menyusun program awalan hingga menetapkan pekerja yang berisiko, penetapan jenis hazard dan efek kesehatan.

3. Penetapan pekerja yang beresiko4. Penetapan jenis Hazard dan efek kesehatan yang dipantau

Tabel 1. Cara penyajian data mengenai jenis Hazard yang dipantau.Aktivitas Hazard

TeridentifikasiHazard yang dipantau

Antisipasi efek kesehatan

Survei dan pembukaan hutan

Racun flora faunaDebu dari kerak bumiVibrasi kendaraanBising kendaraanErgonomik

Racun floraDebuVibrasiBisingPostur Janggal

Iritasi kulitPneumokoniosisGangguan syaraf tepiPenurunan pendengaranCTD

Pengupasan kerak bumi

DebuVibrasiBisingPostur janggal

PneumokoniosisGangguan syaraf tepiPenurunan pendengaranCTD

5. Penetapan Jenis pemeriksaan kesehatan

Tabel 2. Contoh Jenis pemeriksaan kesehatan berdasarkan hazard spesifikHazard Jenis pemeriksaanBising Audiometri, kuesionerDebu Spirometri. Foto toraks dan kuesionerUltra Violet Mata dan kuitVirus Hepatitis B HBsAg, HBcAg, SGOT dan SGPTPelarut organik Nerologic, iritasi mata dan saluran pernafasan, fungsi

ginjal dan hati, spirometri, dan pemantauan biologic

       Tabel 3. Contoh Jenis pemeriksaan kesehatan berdasarkan hazard spesifikJabatan Jenis pemeriksaanPengguna Fungsi paru

Page 25: TUGAS IKM

respiratorOff shore Audiogram, Fungsi paru, drugs dan alcoholSupir Visus, audiogram, drugs dan alcoholWelders Urinalisis dan BiomonitoringFire fighter Audiogram dan fungsi paru

6. Komunikasi untuk mendapatkan dukungan dan komitmen

Melibatkan seluruh pemangku kepentingan khusunya pemimpin tertinggi dan pekerja. Sebelum penyusunan proposal program, hendaknya dilakukan komunikasi berjenjang.

7. Pembentukan tim surveilans

Profesi utama yang bertanggungjawab dalah doketr, perawat kesja, HI dan ergonomis. Dan membutuhkan keterlibatan manajer SDM untuk menentukan penempatan SDM. Supervisor untuk mengawas hazard dan pekerja serta memastikan pekerja terlibat aktif dalam surveilans kesehatan kerja.

8. Hasil pemeriksaan kesehatan dan informed concern

Tahapan Pelaksanaan Surveillans Kesehatan Kerja1. Tahap pengumpulan data

a. Data Faktor Risiko

Dikumpulkan dengan survey jalan selintas, interview, chemical inventory, tinjauan dokumen seperti safet data sheet.

b. Data gangguan kesehatan

Dikumpulkan dengan survey jalan selintas, notulen rapat P2K3 dan data pemeriksaan kesehatan pekerja.

c. Data pemantauan biologic

Biasanaynya data ini didapat dari HI atau pengukuran dengan melibatkan Laboratorium Provider. Sedangkan Informasi penanda kimia didapat dari ACGIH dan NIOSH

2. Tahap analisis data dan surveilans PAKDilakukan analisis trend dan interaksi pajanan, hasil pemantaun biologic dan efek

kesehatan yang ditimbulkan, baik perorangan maupun kelompok. Analisis hasil surveilans hazard adalah membandingkan dengan nilai ambang batas.

Analisi hasil surveilans efek kesehatan akan didapat apa, siapa, di mana, bilamana  gangguan kesehatan terjadi sehingga didapat data distribusi frekuensi penyakit berdasarkan beberapa faktor risiko. Surveilans hazard kesehatan di lingkungan dapat menjawab intensitas, pajanan dan surveilans efek kesehatan pada pekerja menyediakan data status kesehatan pekerja.

Page 26: TUGAS IKM

Menggabungkan data surveilans hazard dan surveilans efek kesehatan dapat dilakukan analisis epidemiologi untuk menjelaskan mengapa dan bagaimana suatu gangguan kesehatan timbul. Lebih lanjut dapat dilakukan pebandigan risiko relative pada pekerja terpajan dan tidak terpajan maka akan lebih jelas hubungan atau asosiasi antara factor risiko dan efek yang ditimbulkan.

3. Tahap pelaporan dan pemanfaatan hasil surveilans untuk perbaikan

Pelaporan ini dilakukan pada forum yang melibatkan semua manajemen.Hasil analisis dikomunikasikan dalam bentuk agregat dengan kode etik dan menjunjung privasi. Penyampaian manfaat yang tinggi dan menguntungkan banyak pihak harus dilakukan untuk kesuksesan pelaksanaan rekomendasi, terkait program kesehatan yang diencanakan.