57
TUGAS TERSTRUKTUR FARMAKOTERAPI IV KANKER PAYUDARA Disususn oleh: Kelompok 3 Kelas B Jauvita Alvica Madyawati G1F012006 Mutiara Nur Shovie G1F012010 Dilla Wendistia G1F012014 Rizky Tris Irianto G1F012018 Cesa Radita Putra G1F012022 Muntofingah G1F012024 Devi Yanti G1F012026 Ihsanti Dwi Rahayu G1F012028 Nindya Nur Bagaskarina G1F012048 Dina Qoyima G1F012046 Anita Kurnia G1F012050 Novita Cahya Puspitasari G1F012078 Rafdy Falih Albani G1F012076 Putri Margareta G1F012088 Dosen Pembimbing : Laksmi Maharani., M.Sc., Apt KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIDKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN FARMASI

Tugas Kanker Payudara Edit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pharmacist

Citation preview

Page 1: Tugas Kanker Payudara Edit

TUGAS TERSTRUKTUR FARMAKOTERAPI IV

KANKER PAYUDARA

Disususn oleh:

Kelompok 3 Kelas B

Jauvita Alvica Madyawati G1F012006Mutiara Nur Shovie G1F012010Dilla Wendistia G1F012014Rizky Tris Irianto G1F012018Cesa Radita Putra G1F012022Muntofingah G1F012024Devi Yanti G1F012026Ihsanti Dwi Rahayu G1F012028Nindya Nur Bagaskarina G1F012048Dina Qoyima G1F012046Anita Kurnia G1F012050Novita Cahya Puspitasari G1F012078Rafdy Falih Albani G1F012076Putri Margareta G1F012088

Dosen Pembimbing : Laksmi Maharani., M.Sc., Apt

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIDKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN FARMASI

PURWOKERTO

2014

Page 2: Tugas Kanker Payudara Edit

A. PATOFISIOLOGI

1. Tahapan Terbentuknya Sel Kanker

Gambar 2. Hallmarks of Cancer

(Sumber : Langhorne et al., 2007)

a) Sustaining Proliferation

Pada tahapan ini sel kanker memiliki kemampuan untuk terus-

menerus berproliferasi dalam kondisi kronik tanpa adanya

stimulasi eksternal. Pada sel kanker terjadi perubahan dari pro-

onkogen menjadi onkogen sehingga mengakibatkan sel mampu

memicu pertumbuhan sel secara mandiri.

b) Evading Growth Suppressors

Page 3: Tugas Kanker Payudara Edit

Tumour suppressor genes dapat mencegah pertumbuhan sel. Sel

kanker dapat mengatasi kondisi tersebut melalui pertumbuhan sel

tumor.

c) Resisting Cell Death (apoptosis)

Proliferasi sel kanker kemungkinan dapat meningkat dengan

terjadinya mutasi pada gen yang mengatur regulasi kematian sel

secara terprogram.

d) Enabling Replicative Immortality

Sel kanker membutuhkan potensi replikasi secara luas untuk

membangun tumor makroskopis. Telomer pada akhir segmen

kromosom memendek selama pembelahan sel. Pada sel kanker

pemendekan telomer dapat dihindari oleh enzim telomerase hal ini

memungkinkan sel untuk bereplikasi secara luas.

e) Sustained Angiogenesis

Seperti pada jaringan normal, sel tumor membutuhkan nutrisi dan

oksigen sama baiknya dengan kemampuan sel tersebut untuk dapat

menghilangkan sisa hasil metabolisme dan karbon dioksida untuk

tetap bertahan hidup. Melalui proses angiogenesis, sistem

peredaran darah dibangun untuk pertumbuhan sel tumor dan

metastasis.

f) Activating Invasion and Metastasis

Sel kanker dapat menyebar melalui sel melalui sel yang ada di

tumor primer, kemudian memasuki pembuluh darah terdekat dan

menuju ke sistem limpa. Dengan memasuki kedua sistem tersebut

sel kanker akan memproduksi tumor sekunder di tempat yang

berbeda.

(Langhorne et al., 2007)

2. Patofisiologi Kanker Payudara

Kanker payudara adalah penyakit yang bersifat ganas akibat tumbuhnya

sel kanker yang berasal dari sel-sel normal di payudara. Sel kanker ini bisa

berasal dari kelenjar susu, saluran susu, atau jaringan penunjang seperti lemak

dan saraf (Sjamsuhidajat dan De Jong, 2004). Kanker payudara (carcinoma

Page 4: Tugas Kanker Payudara Edit

mammae) bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya,

dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Pada Carsinoma mammae,

metastasis yang sering terjadi adalah ke paru, pleura, dan tulang (Page, 2004).

Pada umumnya tumor pada payudara bermula dari sel epitelial, sehingga

kebanyakan kanker payudara dikelompokkan sebagai karsinoma (keganasan

tumor epitelial). Sedangkan sarkoma, yaitu keganasan yang berangkat dari

jaringan penghubung, jarang dijumpai pada payudara. Berdasarkan asal dan

karakter histologinya kanker payudara dikelompokkan menjadi dua kelompok

besar yaitu in situ karsinoma dan invasive karsinoma. Karsinoma in situ

dikarakterisasi oleh lokalisasi sel tumor baik di duktus maupun di lobular,

tanpa adanya invasi melalui membran basal menuju stroma di sekelilingnya.

Sebaliknya pada invasive karsinoma, membran basal akan rusak sebagian atau

secara keseluruhan dan sel kanker akan mampu menginvasi jaringan di

sekitarnya menjadi sel metastatik (Hondermarck, 2003).

Gambar 3. Perbedaan sel non-invasive dan sel invasive

Sumber : (www.breastcancer.org)

Meskipun mekanisme molekuler yang mempengaruhi risiko

terjadinya kanker payudara dan progresi dari penyakit ini belum dapat

diketahui secara persis namun aktivasi onkogen yang disebabkan oleh

modifikasi genetik (mutasi, amplifikasi atau penyusunan ulang kromosomal)

atau oleh modifikasi epigenetik (ekspresi berlebihan) dilaporkan mampu

mengarahkan pada terjadinya multiplikasi dan migrasi sel. Beberapa onkogen

telah diketahui mempengaruhi karsinogenesis kanker payudara, diantaranya

Ras, c-myc, epidermal growth factor receptor (EGFR, erb-B1), dan erb-B2

(HER-2/neu) (Greenwald, 2002).

Awalnya, proses metastase kanker payudara diinisiasi oleh adanya

aktivasi atau overekspresi beberapa protein, misalnya reseptor estrogen (ER)

Page 5: Tugas Kanker Payudara Edit

dan c-erbB-2 (HER2) yang merupakan protein predisposisi kanker payudara

(Fuqua, 2001). Kedua protein tersebut selain berperan dalam metastasis, juga

berperan dalam perkembangan kanker payudara (early cancer development).

Estrogen berikatan dengan reseptor estrogen (ER) membentuk kompleks

reseptor aktif dan mempengaruhi transkripsi gen yang mengatur proliferasi

sel. Estrogen dapat memacu ekspresi protein yang berperan dalam cell cycle

progression, seperti Cyclin D1, CDK4 (cyclin-dependent kinase 4), Cyclin E

dan CDK2. Aktivasi reseptor estrogen juga berperan dalam aktivasi beberapa

onkoprotein seperti Ras, Myc, dan CycD1 (Foster et al., 2001). Aktivasi

protein ini mengakibatkan adanya pertumbuhan berlebih melalui aktivasi

onkoprotein yang lain seperti PI3K, Akt, Raf dan ERK. Protein Myc

merupakan protein faktor transkripsi yang penting untuk pertumbuhan,

sedang CycD1 merupakan protein penting dalam kelangsungan cell cycle

progression sehingga adanya aktivasi tersebut akan mengakibatkan

perkembangan kanker yang dipercepat (Hanahan and Weinberg, 2000).

Estrogen akan menstabilkan keberadaan protein Myc. Protein ini sendiri

berfungsi dalam menghambat kemampuan CKIKIPI untuk menghambat

Cdk2 (Foster et al., 2001), padahal komplek Cyclin E/Cdk2 bertanggung

jawab pada proses transisi sel dari fase G1 memasuki fase S (Pan et al.,

2002).

Selain itu, kompleks estrogen dengan reseptornya juga akan memacu

transkripsi beberapa gen tumor suppressor, seperti BRCA1, BRCA2, dan

p53. Gen BRCA 1 terletak pada kromosom 17q21, terdiri dari 22 ekson dan

panjangnya kira-kira 100 kb. Gen ini merupakan tumor suppresor gene.

Resiko terjadinya kanker payudara karena mutasi gen ini sebesar 85 % dan

pada wanita usia di bawah 50 tahun sebesar 50 %. Gen BRCA 2 mempunyai

ukuran 70 kb dan terdiri dari 27 ekson, terletak pada kromosom 13q12.

Resiko terjadinya kanker payudara karena mutasi pada gen ini sebesar 80-90

% pada wanita. Gen p53 secara normal menyandi protein dengan berat

molekul 53 kDa yang terlibat dalam kontrol pertumbuhan sel. Terjadinya

mutasi pada gen ini dapat menyebabkan pertumbuhan sel menjadi tidak

terkontrol (Gondhowiarjo, 2004). Hilangnya 4p, 4q dan 5q pada BRCA1

Page 6: Tugas Kanker Payudara Edit

serta 7p dan 17q24 pada BRCA2 dapat digunakan untuk membedakan antara

kanker payudara yang disebabkan faktor keturunan atau penyebab umum

lainnya. Mutasi pada BRCA1 adalah delesi ekson 11 sedangkan pada BRCA2

adalah delesi ekson 12 dan 3 (Franks and Teich, 1997). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa peran BRCA1 dan BRCA2 diantaranya dapat menjaga

kestabilan dan integritas genetik melalui kemampuannya untuk melakukan

homolog rekombinasi. Fungsi BRCA1 dalam perbaikan DNA berkaitan

dengan protein GADD45 (Growth Arrest and DNA Damage) yang di-

upregulasi ketika terjadi overekspresi BRCA1. Saat terjadi kerusakan DNA,

BRCA1 akan terlepas dari pasangannya, yaitu CtIP (CtBP-Interacting

Protein) sehingga BRCA1 dapat mengaktifkan GADD45 yang akan menjaga

stabilitas genomik (Wickremasighe and Hoffbrand, 1999).

B. GEJALA KLINIK

Gejala dan pertumbuhan kanker payudara tidak mudah dideteksi karena

awal pertumbuhan sel kanker payudara tidak dapat diketahui dengan mudah.

Gejala umumnya baru diketahui setelah stadium kanker berkembang agak

lanjut, karena pada tahap dini biasanya tidak menimbulkan keluhan. Penderita

merasa sehat, tidak merasa nyeri, dan tidak mengganggu aktivitas (Elisabeth,

2001).

Gejala-gejala kanker payudara yang tidak disadari dan tidak dirasakan

pada stadium dini menyebabkan banyak penderita yang berobat dalam kondisi

kanker stadium lanjut dan akan mempersulit penyembuhan serta semakin kecil

peluang untuk disembuhkan. Tanda yang mungkin muncul pada stadium dini

adalah teraba benjolan kecil di payudara yang tidak terasa nyeri (Pane, 2002).

Gejala yang timbul saat penyakit memasuki stadium lanjut semakin

banyak, seperti (Pane , 2002) :

1. Timbul benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan, makin

lama benjolan ini makin mengeras dan bentuknya tidak beraturan.

2. Saat benjolan mulai membesar, barulah menimbulkan rasa sakit (nyeri)

saat payudara ditekan karena terbentuk penebalan pada kulit payudara.

Page 7: Tugas Kanker Payudara Edit

3. Bentuk, ukuran atau berat salah satu payudara berubah kerena terjadi

pembengkakan.

4. Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil

dibawah ketiak.

5. Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam

dan yang tadinya berwarna merah muda dan akhirnya menjadi kecoklatan.

6. Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang

sedang tidak hamil. Eksim pada puting susu dan sekitarnya sudah lama

tidak sembuh walau sudah diobati.

7. Luka pada payudara sudah lama tidak sembuh walau sudah diobati

8. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peau d’orange) akibat dari

neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan pitting

kulit. Payudara yang mengalami peau d’orange

Gejala kanker payudara pada pria sama seperti kanker payudara yang

dialami wanita, mulanya hanya benjolan. Umumnya benjolah hanya dialami di

satu payudara, dan bila diraba terasa keras dan menggerenjil. Bila stadium

kanker sudah lanjut, ada perubahan pada puting dan daerah hitam di sekitar

puting. Kulit putingnya bertambah merah, mengerut, tertarik ke dalam, atau

puting mengeluarkan cairan.

C. FAKTOR RESIKO PENDERITA

Faktor risiko kanker payudara yang tidak dapat diubah, berikut ini

merupakan faktor resiko dari kanker payudara (American cancer society,

2014):

1. Jenis Kelamin

Wanita merupakan faktor risiko utama terkena kanker payudara. Pria juga

dapat terkena kanker payudara, tetapi kanker payudara 100 kali lebih umum

terjadi pada wanita dibandingkan pria. Hal ini mungkin karena pria memiliki

lebih sedikit hormon wanita estrogen dan progesteron, yang dapat

meningkatkan pertumbuhan sel kanker payudara.

2. Penuaan

Page 8: Tugas Kanker Payudara Edit

Resiko terkena kanker payudara meningkat seiring bertambahnya usia.

Sekitar 1 dari 8 kanker payudara invasif yang ditemukan pada wanita yang

lebih muda dari usia 45 tahun, sementara sekitar 2 dari 3 invasif kanker

payudara ditemukan pada wanita usia 55 tahun atau lebih tua.

3. Faktor risiko genetik

Sekitar 5% sampai 10% dari kasus kanker payudara dianggap turun-temurun,

yang berarti bahwa mereka hasil langsung dari cacat gen (disebut mutasi)

yang diwarisi dari orangtua.

4. Riwayat keluarga kanker payudara

Risiko kanker payudara lebih tinggi terjadi pada wanita yang memiliki

keluarga mengidap kanker payudara.

5. Sejarah pribadi dari kanker payudara

Seorang wanita dengan riwayat kanker pada satu payudaranya memiliki

peningkatan risiko mengembangkan kanker baru di payudara lainnya atau

di bagian lain dari payudara yang sama. Risiko ini bahkan lebih tinggi jika

kanker payudara didiagnosis pada usia yang lebih muda.

6. Ras dan etnis

Secara keseluruhan, wanita yang berkulit putih (Amerika) sedikit lebih

rendah untuk mengembangkan kanker payudara daripada wanita berkulit

hitam (Afrika).

7. Jaringan payudara yang padat

Payudara terdiri dari jaringan lemak, jaringan fibrosa, dan jaringan

kelenjar. Seseorang dikatakan memiliki payudara padat ketika mereka

memiliki lebih banyak jaringan kelenjar dan fibrosa tetapi jaringan

lemaknya kurang. Wanita dengan payudara padat memiliki risiko

kanker payudara 1,2-2 kali dari wanita dengan kepadatan payudara

rata-rata.

8. Periode menstruasi

Wanita yang memiliki siklus menstruasi lebih karena mereka mulai

menstruasi lebih awal (sebelum usia 12) memiliki risiko sedikit lebih

tinggi terkena kanker payudara.

Page 9: Tugas Kanker Payudara Edit

Gaya hidup juga mempengaruhi resiko kanker payudara, berikut

ini merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan gaya hidup untuk

kanker payudara (American cancer society, 2014):

1. Memiliki anak

Wanita yang belum memiliki anak atau yang memiliki anak pertama

setelah usia 30 tahun memiliki risiko kanker payudara sedikit lebih

tinggi. Dapat diartikan bahwa hamil pada usia dini mengurangi

risiko kanker payudara.

2. Terapi hormon setelah menopouse

Penggunaan terapi hormon gabungan (HT) pasca menopause dapat

meningkatkan risiko terkena kanker payudara. Hal ini juga dapat

meningkatkan kemungkinan kematian akibat kanker payudara.

Peningkatan risiko dapat dilihat hanya setelah 2 tahun penggunaan.

3. Menyusui

Beberapa studi menunjukkan bahwa wanita menyusui memiliki risiko

kanker payudara sedikit lebih rendah, terutama jika dilanjutkan untuk 1 ½

sampai 2 tahun. Jadi wanita yang tidak menyusui dapat terkena risiko

kanker panyudara lebih besar, terutama di negara-negara seperti Amerika

Serikat, di mana menyusui selama ini jarang terjadi.

4. Minum alkohol

Konsumsi alkohol jelas terkait dengan peningkatan risiko terkena kanker

payudara. Risiko meningkat dengan jumlah alkohol yang dikonsumsi.

Dibandingkan dengan non-peminum, wanita yang mengkonsumsi 1

minuman beralkohol setiap hari memiliki peningkatan risiko yang sangat

kecil. Mereka yang mengkonsumsi 2 sampai 5 minuman beralkohol setiap

hari memiliki sekitar 1 ½ kali risiko kanker payudara.

5. Kelebihan berat badan atau obesitas

Kelebihan berat badan atau obesitas setelah menopause dapat

meningkatkan risiko kanker payudara. Wanita yang kelebihan berat badan

juga cenderung memiliki tingkat insulin darah yang lebih tinggi. Kadar

Page 10: Tugas Kanker Payudara Edit

insulin yang tinggi berkaitan dengan beberapa jenis kanker, termasuk

kanker payudara.

6. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik dalam bentuk latihan dapat mengurangi risiko kanker

payudara. Dalam suatu penelitian, dari berjalan cepat sekitar 2 ½ jam per

minggu dapat mengurangi satu risiko sebesar 18%. Untuk mengurangi

risiko terjadinya kanker payudara, American Cancer Society

merekomendasikan agar wanita dewasa setidaknya melakukan aktivitas

fisik dalam bentuk latihan sekitar 150 menit intensitas sedang atau 75

menit intensitas kuat setiap minggu.

D. PENATALAKSANAAN TERAPI

1. Guideline (PNKP)

a. Stadium 1 dan 2

(Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015)

b. Stadium 3 dan 4

Page 11: Tugas Kanker Payudara Edit

(Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015)

c. Radioterapi

(Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015)

2. Klasifikasi kanker dibedakan menurut:

Page 12: Tugas Kanker Payudara Edit

i. Kanker payudara stadium 0 (TIS / T0, N0M0)

Terapi definitif pada T0 bergantung pada pemeriksaan

histopatologi. Lokasi didasarkan pada hasil pemeriksaan

radiologik.

ii. Kanker payudara stadium dini dini / operabel (stadium I dan II,

tumor <= 3 cm)

Dilakukan tindakan operasi :

• Mastektomi

• Breast Conserving Therapy (BCT) (harus memenuhi

persyaratan tertentu)

Terapi adjuvan operasi:

Kemoterapi adjuvant bila :

1. Grade III

2. TNBC

3. Ki 67 bertambah kuat

4. Usia muda

5. Emboli lymphatic dan vaskular

6. KGB > 3

Radiasi bila :

1. Setelah tindakan operasi terbatas (BCT)

2. Tepi sayatan dekat / tidak bebas tumor

3. Tumor sentral / medial

4. KGB (+) > 3 atau dengan ekstensi ekstrakapsuler

Indikasi BCT :

• Tumor tidak lebih dari 3 cm

• Atas permintaan pasien

• Memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1) Tidak multipel dan/atau mikrokalsifikasi luas dan/atau terletak

sentral

2) Ukuran T dan payudara seimbang untuk tindakan kosmetik

3) Bukan ductal carcinoma in situ (DCIS) atau lobular carcinoma in

situ (LCIS)

Page 13: Tugas Kanker Payudara Edit

4) Belum pernah diradiasi dibagian dada

5) Tidak ada Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau

skleroderma

6) Memiliki alat radiasi yang adekuat

iii. Kanker payudara locally advanced (lokal lanjut)

Operabel (IIIA)

o Mastektomi simpel + radiasi dengan kemoterapi adjuvant

dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi target

o Mastektomi radikal modifikasi + radiasi dengan kemoterapi

adjuvant, dengan/tanpa hormonal, dengan/ tanpa terapi target

o Kemoradiasi preoperasi dilanjutkan dengan atau tanpa BCT atau

mastektomi simple, dengan/tanpa hormonal, dengan/tanpa terapi

target

Inoperabel (IIIB)

o Radiasi preoperasi dengan/tanpa operasi + kemoterapi + hormonal

terapi

o Kemoterapi preoperasi/neoadjuvan dengan/tanpa operasi +

kemoterapi + radiasi + terapi hormonal + dengan/tanpa terapi

target

o Kemoradiasi preoperasi dengan/tanpa operasi dengan/ tanpa

radiasi adjuvan dengan/ kemoterapi + dengan/ tanpa terapi target.

iv. Kanker payudara stadium lanjut

Prinsip :

o Sifat terapi paliatif

o Terapi sistemik merupakan terapi primer (kemoterapi dan terapi

hormonal)

o Terapi lokoregional (radiasi & bedah) apabila diperlukan

3. Penatalaksanaan Menurut WHO

Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian

pengobatan meliputi :

a) pembedahan

Page 14: Tugas Kanker Payudara Edit

b) kemoterapi

c) terapi hormon

d) terapi radiasi

e) terapi imunologi (antibodi)

Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau

membatasi perkembangan penyakit serta menghilangkan gejala-

gejalanya. Keberagaman jenis terapi ini mengharuskan terapi

dilakukan secara individual yaitu (WHO, 2003) :

1) Pembedahan

Tumor primer biasanya dihilangkan dengan

pembedahan. Prosedur pembedahan yang dilakukan pada

pasien kanker payudara tergantung pada tahapan penyakit,

tumor, umur dan kondisi kesehatan pasien secara umum.

Ahli bedah dapat mengangkat tumor (lumpectomy),

mengangkat sebagian payudara yang mengandung sel

kanker atau pengangkatan seluruh payudara (mastectomy).

Untuk meningkatkan harapan hidup, pembedahan biasanya

diikuti dengan terapi tambahan seperti radiasi, hormon atau

kemoterapi.

2) Terapi Radiasi

Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan

intensitas tinggi untuk membunuh sel kanker yang tidak

terangkat saat pembedahan.

3) Terapi Hormon

Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor

yang peka hormon dan sebagai terapi pendamping setelah

pembedahan atau pada stadium akhir. Contoh terapi hormon

yang sering digunakan adalah

a) Terapi yang memblok reseptor esterogen, dimana obat

golongan ini menggantikan esterogen untuk berikatan

dengan reseptor sehingga tidak terjadi pertumbuhan dan

pembelahan sel. Obat jenis ini ada yang bekerja seperti

Page 15: Tugas Kanker Payudara Edit

esterogen di jaringan tetapi juga bekerja anti esterogen

pada jaringan lainnya sehingga disebut Selective

Estrogen Receptor Modulator (SERM). Contoh obatnya

adalah Tamoxifen dan Toremifen, sedangkan obat yang

bukan termasuk SERM adalah Fulvestrant (Jones, 2004).

b) Terapi menurunkan kadar esterogen, contohnya

Aromatase Inhibitor memiliki mekanisme kerja blokade

enzim (aromatase) dalam jaringan lemak yang memiliki

respon membuat esterogen pada orang yang telah

meopause. Obat ini tidak dapat menghentikan ovarium

memproduksi esterogen sehingga obat ini efektif untuk

wanita yang telah menopause. Contoh obat golongan ini

adalah Letrozole, Anastrozole, dan Exemestane (Jones,

2004).

c) Kemoterapi

Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal

ataupun tahap lanjut penyakit (tidak dapat lagi dilakukan

pembedahan). Obat kemoterapi bisa digunakan secara

tunggal atau dikombinasikan. Salah satu diantaranya

adalah Capecitabine, obat anti kanker oral yang

diaktivasi oleh enzim yang ada pada sel kanker, sehingga

hanya menyerang sel kanker saja. Berikut ini merupakan

obat-obat kemoterapi pada kanker payudara :

o Obat Kemoterapi untuk Metastatik Kanker Payudara

Page 16: Tugas Kanker Payudara Edit

(NCCN Guideline, 2013)

o Dosis Obat Kemoterapi

Page 17: Tugas Kanker Payudara Edit

(Carlson et al, 2009)

4) Terapi Taget HER-2

Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya

protein pemicu pertumbuhan atau HER-2 secara berlebihan

dan untuk pasien seperti ini trastuzumab, pertuzumab,

emtansine adotranstuzumab, dan lapatinib antibodi yang

secara khusus dirancang untuk menyerang HER2 dan

menghambat pertumbuhan tumor, bisa menjadi pilihan terapi.

Pasien sebaiknya juga menjalani tes HER-2 untuk

menentukan kelayakan terapi dengan trastuzumab. Terapi

Page 18: Tugas Kanker Payudara Edit

HER-2 bisa dikombinasikan dengan obat kemoterapi untuk

mengatasi kanker payudara pada pasien (NCCN Guideline,

2013).

a. Regimen obat kemoterapi + Terapi Target HER-2

(NCCN Guideline, 2009)

Page 19: Tugas Kanker Payudara Edit

b. Dosis obat kemoterapi + Terapi Target HER-2

(Carlson(NCCN Guideline, 2009)

4. Mengobati Pasien Pada Tahap Akhir Penyakit

Banyak obat anti kanker yang telah diteliti untuk membantu 50%

pasien yang mengalami kanker tahap akhir dengan tujuan memperbaiki

harapan. Meskipun demikian, hanya sedikit yang terbukti mampu

memperpanjang hidup pada pasien, diantaranya adalah kombinasi

trastuzumab dengan capecitabine. Fokus terapi pada kanker tahap akhir

bersifat paliatif (mengurangi rasa sakit). Pada pasien kanker payudara

dengan HER2 positif, trastuzumab memberikan harapan untuk pengobatan

kanker payudara yang dipicu oleh HER2 (NCCN Guideline, 2013).

Page 20: Tugas Kanker Payudara Edit

5. Penatalaksanaan Kanker Payudar

Penatalaksanaan kanker payudara menurut Smeltzer dan Bare adalah

pengobatan lokal kanker payudara, yaitu memiliki tujuan utama

menyingkirkan adanya kanker lokal (NCCN Guideline, 2013):

Mastektomi radiasi yang modifikasi.

Bedah dengan menyelamatkan payudara :

i. Mastektomi, merupakan pengangkatan ke

seluruh tubuh payudara dan beberapa

nodus limfe untuk menghilangkan tumor

payudara dengan membuang payudara

dan jaringan yang mendasari.

ii. Terapi radiasi, biasanya di lakukan sel

infuse massa tumor untuk mengurangi

kecenderungan kambuh dan

menyingkirkan kanker resudial.

iii. Rekontruksi / pembedahan dilakukan

tergantung pada stadium 1 dan 11 lakukan

mastektomi radikal, bila ada metastasis

dilanjutkan dengan radiasi regional dan

kemoterapi ajuvan. Dapat juga dilakukan

mastektomi simplek yang harus di ikuti

radisi tumor bed. Untuk setiap tumor yang

terletak pada kuadran sentral

iv. Terapi Hormonal, tujuannya dari terapi

hormonal adalah untuk menekan sekresi

hormon esterogen

v. Tranplantasi sumsum tulang yang di

lakukan adalah pengangkatan sumsum

tulang dan memberikan kemoterapi dosis

tinggi, sumsum tulang pasien yang di

Page 21: Tugas Kanker Payudara Edit

pisahkan dari efek samping kemoterapi,

kemudian infuskan ke IV.

E. EVALUASI OBAT

1.   Trastuzumab (Herceptin)

Herceptin® (trastuzumab) adalah terapi yang diperuntukkan bagi pasien

kanker payudara yang jenis tumornya memiliki banyak protein yang

disebut HER2. Jenis kanker payudara ini disebut “HER2+”, “HER2

positif” atau “overekspresi HER2”. Kanker payudara dengan HER2+

cenderung tumbuh lebih cepat dibandingkan jenis lainnya. Oleh sebab

itulah, sangat penting untuk memeriksa status HER2 pada kanker

payudara sebelum memulai terapi (Genentech, 2015).

Herceptin® bukan untuk kemoterapi. Herceptin® adalah terapi anti-

kanker jenis baru yang berbeda dari kemoterapi maupun ataupun terapi

hormon. Herceptin® disebut sebagai terapi antibodi monoklonal

(Genentech, 2015).

Trastuzumab merupakan Antibodi Monoklonal Pertama (MAb) untuk

Kanker Payudara. Trastuzumab diberikan melalui infus intravena.

Trastuzumab dirancang untuk membidik dan menghambat

HER2.  Trastuzumab telah menunjukan efektifitasnya sebagai terapi

tunggal ataupun kombinasi dengan kemoterapi standar, karena dapat

meningkatkan  respon pengobatan dan harapan hidup serta kualitas hidup

yang lebih baik pada wanita penderita kanker payudara stadium lanjut

dengan HER2 positif (Genentech, 2015). 

Efek samping dari Herceptin antara lain demam dan rasa dingin (biasa

terjadi saat pengobatan pertama kali), gagal nafas dan gagal jantung,

diare, sakit kepala, mual, dan muntah, nyeri, ruam pada kulit, dan

kelemahan. Bagaimanapun juga, yang paling tidak mengenakan dari

laporan tentang Herceptin adalah metastase otak (Genentech, 2015).

Sediaan Trastuzumab yang beredar di Indonesia yaitu

HERCEPTIN Roche Kt (Trastuzumab 440 mg). Indikasi terapi yaitu

kanker payudara dengan metastase yang menunjukkan ekspresi dari

Page 22: Tugas Kanker Payudara Edit

HER2, sebagai terapi lini pertama, monoterapi untuk pengobatan pasien

yang telah menerima 1 atau beberapa regimen kemoterapi untuk penyakit

metastasisnya dan terapi kombinasi dengan kemoterapi untuk pasien yang

belum menerima kemoterapi (paclitacel, docetaxel). Memiliki Kontra

Indikasi Hipersensitif terhadap trastuzumab dan murine protein denga

Dosis  4mg/kgBB/hari secara infus i.v selama ≥90 menit (Bendell C.

Johanna, et all., 2003).

2.      Capecitabine (Xeloda)

Capecitabine (dipasarkan dengan nama Xeloda®) adalah tablet yang

bekerja menyerang sel kanker saja tanpa menimbulkan ketidaknyamanan

dan bahaya seperti pada terapi intravena konvensional (Drug bank, 2013).

Capecitabine  memiliki profil toksisitas yang jauh lebih baik

dibandingkan dengan kemoterapi standar. Secara keseluruhan, 

capecitabine mengurangi resiko diare, sariawan, rambut rontok, mual,

netropenia (rendahnya  sel darah putih) serta mengurangi perawatan di

rumah sakit. Kelebihan Capecitabine diantaranya (Drug bank, 2013):

Sebelum  capecitabine  dikembangkan, pasien dengan kanker 

kolorektal metastase yang ingin mendapatkan terapi terbaik

atas penyakit mereka tidak memiliki pilihan kecuali kemoterapi

infus teratur dengan 5-FU/LV yang dimasukkan ke vena,

dipompakan melalui kateter yang secara permanen ditanamkan

di bawah kulit.

 Bersamaan dengan ketidaknyamaan kateter – dan operasi yang

diperlukan untuk menanamnya – pasien juga beresiko terkena

infeksi, pembekuan darah dan memar serta harus melakukan

kunjungan rutin ke rumah sakit untuk mendapatkan

kemoterapi.

Ketersediaan  capecitabine  tablet memungkinkan pasien untuk

menjalani kemoterapi di rumah yang terntu saja efektifitasnya

lebih baik.

Dua studi  yang menguji pilihan pasien menemukan bahwa

pasien lebih memilih  meminum tablet untuk kemoterapi

Page 23: Tugas Kanker Payudara Edit

dibandingkan dengan suntikan/infus, sepanjang tablet tersebut

bekerja seefektif infus, dan  capecitabine memiliki daya kerja

yang diinginkan.

Efek Samping, Keamanan dan Tolerabilitas Capecitabine yaitu :

Efek samping yang paling banyak ditemui dalam terapi 5-FU

adalah diare, mual, stomatitis serta rambut rontok. Angka

kejadian pada pasien pengguna capecitabine  lebih rendah

secara bermakna dibandingkan dengan 5-FU/LV infus

(WHO,2008).

Pada pasien pengguna  capecitabine ditemukan kemerahan

pada  telapak tangan dan kaki atau biasa disebut  hand-foot

syndrome, tetapi dapat diatasi dengan penghentian terapi

sementara serta penyesuaian dosis. Sindrom ini tidak

membahayakan jiwa (WHO,2008).

Penurunan jumlah sel darah putih (netropenia) pada pengguna 

capecitabine juga jauh lebih sedikit sehingga mengurangi

resiko infeksi serta perawatan di rumah sakit (WHO,2008).

Sediaan yang beredar di Indonesia adalah XELODA Roche K,

Kapesitabin 500 mg/tablet. Indikasi untuk kanker payudara setelah gagal

dengan regimen, paklitaksel dan antrasiklin. Kontra indikasi berupa

hipersensitif 5 FU atau fluoropirimidin. ES: kelainan saluran pencernaan,

nyeri (abdomen dan stomatitis), sakit kepala, anoreksia, fatique.Dengan

dosis 500 mg/m2/hari dibagi 2 dosis selama 2 minggu diikuti 1 minggu

istirahat dalam 1 siklus.

3.      Cyclophosphamide ( cytoxan, Neosar )

Cyclophosphamide merupakan regimen kemoterapi kanker payudara

yang paling sering digunakan. Bentuk Hidroxy-peroxy-cyclophosphamide,

derivat aktif cyclophosphamide, menekan aktivitas sel Natural Killer

(NK), hal ini memperberat efek imunosupresan cyclophospamide (Drug

bank, 2013).

Penderita kanker sendiri mengalami supresi imun, selain itu juga

kemoterapi pada penderita kanker juga akan mempengaruhi sistem imun

Page 24: Tugas Kanker Payudara Edit

itu sendiri. Cyclophosphamide menimbulkan kerusakan DNA permanen

dan menimbulkan efek yang lebih luas terhadap jaringan yang sedang

membelah. Sel-sel labil, seperti sel hemopoetik dalam sumsum tulang,

epitel rambut, epitel permukaan rongga organ dalam, yang mempunyai

kemampuan membelah terus menerus dan berprolifersi tak terbatas,

merupakan sasaran efek dari kemoterapi pada umumnya dan

cyclophosphamide pada khususnya. Hal ini tampak jelas terlihat seperti

rambut rontok, diare dan imunosupresi (Drug bank, 2013).

Untuk meminimalkan efek samping tersebut digunakan

imunostimulator. Salah satunya adalah transfer factor. Transfer factor

merupakan salah satu imunostimulator yang diproduksi oleh limfosit T,

tetapi sekarang dapat diperoleh dari pemurnian kolostrum sapi. Transfer

factor dapat mentransfer kemampuan pengenalan terhadap patogen ke sel

walaupun tidak kontak dengan patogen tersebut (sebagai fungsi memori)

dan dapat meningkatkan kemampuan sistem imun dalam bereaksi terhadap

patogen dan memicu pengenalan limfosit T terhadap antigen dan pada sisi

yang lain berperan sebagai produk gen yang mampu mempresentasikan

antigen ke limfosit T yang lain. Kemampuannya dalam meningkatkan

jumlah dan aktivitas Tumor Nekrosis Faktor(TNF) (Drug bank, 2013).

Sediaan yang beredar di Indonesia yaitu CYTOXAN Bristol-Myers

SquiBB K, Siklofosfamida 200 mg/vial injeksi. Indikasinya yaitu untuk

keganasan pada sumsum tulang dan jaringan limfoid, adenokarsima

ovarium, neuroblastoma, retinoblastoma, Ca mammae dan kanker paru.

Efek Samping obatnya berupa neoplasia sekunder, leukemia, anorexia,

mual dan muntah, alopecia, interstatial pulmonary fibrosis dan

cardiotoxicity (Drug bank, 2013).

Selain itu, ENDOXAN, Baxter Oncology/Transfarma          K

Siklofosfamid juga tersedia di Indonesia. Dosis yang digunakan sebanyak

200 mg; 500 mg; 1 gr/vial injeksi; 50 gr/tablet. Indikasi terapi yaitu untuk

karsinoma dan sarkoma (leukimia, limfogranulomatosis, limfosarkoma,

retotelial sarkoma, multiple myeloma, mammary carcinoma, ovarian

carcinoma) dengan kontra indikasi terhadap  kerusakan fungsi sumsum

Page 25: Tugas Kanker Payudara Edit

tulang yang parah, trimester pertama kehamilan, sistitis. Efek samping

yang dapat terjadi yaitu dosis tinggi dapat mengakibatkan leukositopenia,

trombositopenia dan anemia (BPOM,2015).

F. MONITORING KEBERHASILAN TERAPI

Setelah kanker payudara didiagnosa, banyak tes yang dilakukan selama

dan setelah pengobatan untuk memantau seberapa baik terapi bekerja. Tes

pemantauan juga dapat digunakan untuk memeriksa tanda-tanda kekambuhan.

1. Mammography

Mammogram adalah x-ray dari payudara yang digunakan untuk

mendeteksi dan mengevaluasi perubahan payudara dengan menggunakan

radiasi yang lebih sedikit pada lengan yang dapat meningkatkan kualitas

gambar (American Cancer Society, 2013).

Mamografi adalah andalan pencitraan pengawasan setelah pengobatan

kuratif kanker payudara dengan 8% -50% dari kekambuhan ipsilateral dan

18% -80% dari kanker metachronous kontralateral terdeteksi oleh mamografi

saja. Kebanyakan pedoman pengobatan termasuk American Society for

Clinical Oncology dan NCCN menyarankan mamografi tahunan setelah terapi

konservasi payudara (American Cancer Society, 2013).

Prosedur menghasilkan gambar hitam dan putih yang dibaca oleh seorang

ahli radiologi (dokter terlatih untuk menafsirkan gambar dari x-ray, USG,

MRI, dan tes terkait.) Mamografi pertama kali direkam pada film

(mammogram film), namun sekarang direkam pada komputer sebagai

gantinya (mammogram digita atau dikenal sebagai full-field mammogram

digital atau FFDM). Mammogram digital lebih baik daripada mammogram

Film dalam menemukan kanker pada wanita yang lebih muda dari 50 tahun

dan pada wanita dengan jaringan payudara yang padat. Sebuah jenis baru dari

mamografi dikenal sebagai tomosynthesis payudara atau 3D mamografi.

Untuk tes ini, payudara dikompresi sekali dan mesin membutuhkan banyak

sinar-x dosis rendah. Gambar kemudian dapat digabungkan oleh komputer

menjadi gambar 3 dimensi. Ini menggunakan lebih banyak radiasi daripada

kebanyakan standar 2D mammogram, tetapi memungkinkan dokter untuk

melihat payudara lebih jelas (American Cancer Society, 2013).

Page 26: Tugas Kanker Payudara Edit

(American Cancer Society, 2013)

2. Breast Ultrasound

USG, juga dikenal sebagai sonografi, menggunakan gelombang suara

untuk melihat ke dalam bagian tubuh. USG payudara sering digunakan untuk

memeriksa perubahan payudara saat mammogram menunjukkan jaringan

payudara yang padat. Gel A diletakkan pada kulit payudara dan alat yang

disebut transducer digerakkan di kulit untuk menunjukkan struktur jaringan di

bawahnya. Transduser memancarkan gelombang suara dan mengambil gema

saat dipantulkan jaringan tubuh. Gema yang diubah menjadi sebuah gambar

pada layar komputer. Tes ini tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak

mengekspos pasien untuk radiasi (American Cancer Society, 2013).

USG payudara yang paling sering digunakan untuk mengevaluasi masalah

payudara yang ditemukan selama mammogram atau pemeriksaan fisik, dan

untuk memandu biopsi jarum dari massa yang mencurigakan. Meskipun USG

kurang sensitif dibandingkan MRI namun menjadi alat yang berguna untuk

digunakan bersama dengan mammogram karena banyak tersedia, non-invasif,

dan biaya lebih murah (American Cancer Society, 2013).

3. Termografi

Termografi adalah cara untuk mengukur dan memetakan panas pada

permukaan payudara menggunakan kamera panas-sensing khusus. Ini

didasarkan bahwa suhu meningkat pada daerah dengan peningkatan aliran

darah dan metabolisme, yang dapat menjadi tanda tumor. Termografi telah ada

Page 27: Tugas Kanker Payudara Edit

selama bertahun-tahun, tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa termografi

bukan merupakan alat skrining yang efektif untuk menemukan kanker

payudara dini. Termografi hanya mampu mendeteksi seperempat dari kanker

payudara yang ditemukan dengan mamografi. Dengan kata lain, gagal untuk

mendeteksi 3 dari 4 kanker yang mungkin ditemukan dalam payudara. Oleh

karena itu, termografi tidak boleh digunakan sebagai pengganti mammogram

(American Cancer Society, 2014).

4. Scan Bone

Scan tulang digunakan untuk memeriksa kerusakan tulang yang

disebabkan oleh kanker atau penyakit lain. Ini adalah tes kedokteran nuklir,

yang berarti menggunakan zat radioaktif dalam jumlah yang sangat kecil.

Scan membantu menemukan kanker yang dimulai pada tulang dan kanker

yang menyebar ke tulang. Scan tulang juga digunakan untuk memantau

bagaimana kanker pada tulang merespon pengobatan, dengan cara memindai

seluruh tubuh. Jika hasilnya menunjukkan kerusakan tulang yang mungkin

disebabkan oleh kanker, maka tes lanjutan perlu dilakukan, seperti biopsy, CT

dan MRI (Anonim, 2014).

Scan tulang dapat dilakukan pada bagian radiologi atau kedokteran nuklir

dan dilakukan oleh teknolog kedokteran nuklir yang telah dilatih secara

khusus dan bersertifikat. Teknolog diawasi oleh seorang ahli radiologi

(seorang dokter yang mengkhususkan diri dalam menggunakan tes pencitraan

untuk mendiagnosa penyakit) atau dokter kedokteran nuklir. Sebelum

melakukan bone scan pasien tidak perlu puasa makan dan minum, namun

perlu menghindari obat-obatan yang mengandung barium atau bismuth karena

dapat mempengaruhi hasil tes. Pasien sebaiknya menjelaskan kondisi medis

yang dialami seperti riwayat alergi dan untuk pasien perempuan perlu

menginformasikan kondisi seperti menyusui atau hamil (Anonim, 2014).

Proses bone scan dimulai dengan menyuntikan bahan radioaktif (pelacak)

ke dalam tubuh melalui vena lengan. Injeksi mungkin menyengat sedikit,

tetapi pasien tidak akan merasakan pelacak bergerak. Pelacak membutuhkan

waktu satu sampai empat jam untuk diserap oleh tulang. Selama menunggu

pasien akan perlu untuk minum beberapa gelas air, yang menyebabkan sering

Page 28: Tugas Kanker Payudara Edit

buang air kecil yang akan menghapus bahan radioaktif yang belum

dikumpulkan dalam tulang. Pengobatan ini tidak berbahaya bagi orang lain

karena jumlah radioaktivitas kurang dari jumlah xray normal. Selama proses

bone scan tidak boleh menggunakan perhiasan maupun logam yang menempal

pada tubuh. Kemudian teknolog akan membantu Anda berbaring telentang di

atas meja ujian empuk di ruang pemindaian dan akan memposisikan kamera

scanning besar di atas tubuh pasien. Selama pemindaian, kamera akan

bergerak perlahan ke seluruh tubuh pasien, mengambil gambar dari tracer

dalam tulang. (Area dimana terlalu banyak atau terlalu sedikit tracer telah

diserap mungkin menunjukkan kanker). Pasien perlu untuk berbaring diam

karena gerakan dapat mengaburkan gambar. Teknolog akan meminta Anda

untuk mengubah posisi selama pemindaian untuk mendapatkan gambar dari

sudut yang berbeda (Anonim, 2014).

Setelah proses bone scan pasien dapat beraktivitas seperti biasa dan

dianjurkan untuk banyak minum air putih selama 24 jam hingga 48 jam

setelah bone scan dilakukan untuk membersihkan zat radioaktif yang mungkin

tertinggal dalam tubuh (Anonim, 2014).

5. Biopsy

Biopsi dilakukan ketika pada pemeriksaan dengan mammogram, tes

pencitraan lainnya, atau pemeriksaan fisik ditemukan adanya perubahan/

kelainan pada payudara yang mungkin kanker. Hingga saat ini biopsi adalah

satu-satunya alat diagnostik untuk memastikan kanker atau tidak. Sampel

diambil dari bagian tubuh yang dicurigai, dalam bentuk sediaan hapusan

jaringan untuk dilihat di bawah mikroskop oleh dokter ahli patologi anatomi.

Ada beberapa jenis biopsi, seperti, biopsi aspirasi jarum halus (fine needle

aspiration biopsy), biopsi jarum inti/ besar ( core /large needle biopsy) , dan

biopsi bedah (surgical biopsy).

a. Biopsi aspirasi jarum halus (fine needle aspiration biopsy/ FNA)

Pada biopsi aspirasi jarum halus (FNA) digunakan jarum berongga sangat

tipis yang melekat pada jarum suntik untuk menarik (aspirasi) sejumlah

kecil jaringan dari daerah yang dicurigai, yang kemudian dilihat di bawah

mikroskop (Taghian AG, 2010). Biopsi FNA merupakan jenis biopsi yang

Page 29: Tugas Kanker Payudara Edit

paling mudah, tetapi memiliki beberapa kelemahan. Hasil positif pada

pemeriksaan ini bukan indikasi untuk bedah radikal karena hasil positif

palsu dapat terjadi, sementara hasil negatif palsu juga sering terjadi

(Sjamsuhidajat dan de Jong, 2004). Kanker bisa tidak terdeteksi jika jarum

ditempatkan tidak tepat di antara sel-sel kanker (Taghian AG, 2010).

b. Biopsi jarum inti ( core needle biopsy)

Biopsi inti menggunakan jarum yang lebih besar dibandingkan dengan

jarum untuk biopsi FNA untuk aspirasi sampel yang penentuan lokasinya

dipandu dengan menggunakan USG atau mammogram. Dikenal sebagai

stereotactic core needle biopsy. Potongan jaringan yang diambil lebih

besar dari biopsi FNA, sehingga hasilnya lebih jelas untuk penegakan

diagnosis (Sjamsuhidajat dan de Jong, 2004; Taghian AG, 2010),

meskipun masih ada beberapa jenis kanker yang belum jelas dengan

menggunakan metode ini.

c. Biopsi bedah/ biopsi terbuka (surgical biopsy) Kanker payudara biasanya

dapat didiagnosis cukup dengan menggunakan biopsi jarum. Operasi

jarang dilakukan untuk membuat hapusan semua atau sebagian dari

benjolan untuk diperiksa di bawah mikroskop, tapi kadang biopsi bedah

(terbuka) diperlukan, tergantung lokasi lesi, bila biopsi jarum tidak

memberikan hasil yang jelas (Taghian AG, 2010; American Cancer

Society, 2013).

d. Biopsi kelenjar getah bening Jika kelenjar getah bening di bawah aksila

membesar (baik dengan diraba atau dengan tes pencitraan seperti

mamografi atau USG), perlu diperiksa untuk mengetahui penyebaran

kanker. Dilakukan dengan biopsi kelenjar getah bening sentinel (sentinel

lymph node biopsy) dan / atau diseksi kelenjar getah bening aksila

(American Cancer Society, 2013).

Sampel biopsi jaringan payudara diperiksa di laboratorium untuk

menentukan ada atau tidaknya kanker, menentukan jenis sel kanker, grading

kanker, menilai status reseptor estrogen dan progesteron, serta status

HER2/neu. Pedoman medis mengatakan bahwa sekitar 90% dari biopsi harus

biopsi jarum, setidaknya prosedur invasif. Namun, penelitian telah

Page 30: Tugas Kanker Payudara Edit

menunjukkan bahwa sekitar 70% dari biopsi payudara adalah biopsi bedah. Ini

berarti bahwa banyak wanita yang tidak memiliki kanker mengalami operasi

yang tidak perlu. Ini juga berarti bahwa wanita yang didiagnosis dengan

kanker payudara harus memiliki operasi kedua untuk mengangkat kanker

(Anonim, 2015).

6. Ct (Cat) Scans (Computerized Tomography)

CT scan (juga disebut CAT scan, atau komputerisasi tomografi scan)

adalah teknik X-ray yang memberikan informasi kepada dokter tentang organ

tubuh secara 2-dimensi, atau lintas-bagian. Selama CT scan, Anda berbaring

di meja bergerak dan melewati mesin berbentuk donat yang mengambil sinar-

X dari tubuh dari berbagai sudut. Sebuah komputer menempatkan sinar-X ini

bersama-sama untuk menciptakan gambar rinci dari dalam tubuh. Sebelum

tes, Anda harus disuntik solusi kontras (dye) ke lengan Anda melalui jalur

intravena. Karena pewarna dapat mempengaruhi ginjal, dokter mungkin

melakukan tes fungsi ginjal sebelum memberikan Anda solusi kontras

(Anonim, 2013a).

Sekarang, CT scan tidak digunakan secara rutin untuk mengevaluasi

payudara. Jika Anda memiliki kanker payudara yang besar, dokter Anda

mungkin melakukan CT scan untuk menilai apakah kanker telah pindah ke

dinding dada. Hal ini membantu menentukan apakah kanker dapat dihilangkan

dengan mastektomi atau tidak (Anonim, 2013a).

7. Chest X-Rays

Sebelum memulai pengobatan untuk kanker payudara invasif, Anda

mungkin akan melakukan dada X-ray untuk memeriksa dan melihat apakah

kanker telah menyebar ke paru-paru. Tes ini juga dapat digunakan untuk

menilai jantung dan paru-paru sebelum Anda menerima anestesi umum atau

kemoterapi (Anonim, 2013a).

Selama pengobatan untuk kanker payudara, rontgen dada dapat digunakan

dalam situasi berikut (Anonim, 2013a) :

Jika seseorang telah kanker payudara yang telah menyebar ke paru-paru

X-ray dada digunakan untuk memeriksa bagaimana penyakit ini

menanggapi pengobatan.

Page 31: Tugas Kanker Payudara Edit

Bagi orang yang mengalami demam selama kemoterapi, rontgen dada

digunakan untuk memeriksa keberadaan pneumonia.

Jika seseorang mengalami sesak napas baru dalam beberapa bulan pertama

setelah terapi radiasi, dengan atau tanpa batuk, dokter mungkin

memerintahkan dada X-ray untuk melihat apakah radiasi yang disebabkan

setiap radang paru-paru

8. Breast Mri (Magnetic Resonance Imaging)

MRI, atau pencitraan resonansi magnetik, adalah teknologi yang

menggunakan magnet dan gelombang radio untuk menghasilkan gambar

penampang rinci dari dalam tubuh. MRI tidak menggunakan sinar-X, sehingga

tidak melibatkan paparan radiasi. MRI payudara memiliki sejumlah kegunaan

yang berbeda untuk kanker payudara, termasuk: skrining perempuan berisiko

tinggi, mammogram atau USG, pemantauan untuk kekambuhan setelah

pengobatan (Anonim, 2013c).

Page 32: Tugas Kanker Payudara Edit

9. Hitung Sel Darah

Sebelum dan selama melakukan pengobatan untuk kanker payudara,

dokter Anda akan melakukan perhitungan sel darah (eritrosit, leukosit,

trombosit). Pengecekan tersebut dilakukan guna mengetahui apakah jumlah

variasi sel darah yang dimiliki pasien berada dalam kadar normal atau tidak.

Sedangkan kanker dan perlakuannya, seperti, kemoterapi dan terapi radiasi

dapat menurunkan kadar sel darah penting yang dibutuhkan oleh tubuh agar

berfungsi sebagaimana mestinya (American Cancer Society, 2013).

Sebelum pengobatan dimulai, perhitungan sel darah akan diperlukan untuk

menentukan apakah Anda mengidap kondisi medis lain, seperti anemia yang

harus diatasi terlebih dahulu. Jumlah yang tidak normal juga bisa menjadi

Page 33: Tugas Kanker Payudara Edit

indikasi bahwa kanker telah menyebar ke sumsum tulang (jaringan spons

dalam tulang di mana sel darah dibuat) (American Cancer Society, 2013).

Selama pengobatan dengan kemoterapi, jumlah sel darah Anda akan dicek

terlebih dahulu sebelum memasuki setiap tahapan siklus pengobatan.

Pengobatan dengan kemoterapi dapat secara signifikan mengurangi kadar sel-

sel darah yang seharusnya dimiliki tubuh Anda. Terapi radiasi juga memiliki

pengaruh yang hampir sama, meskipun pada tingkat yang lebih rendah. Sel

darah akan dihitung selama proses radiasi, terutama jika radiasi diberikan ke

area luas atau jika Anda sudah atau sedang melakukan kemoterapi (American

Cancer Society, 2013).

Jika diketahui jumlahnya terlalu rendah, maka dokter Anda akan

memberikan obat yang disebut dengan faktor pertumbuhan untuk merangsang

pertumbuhan beberapa jenis sel darah. Contoh faktor pertumbuhan meliputi

(American Cancer Society, 2013) :

Procrit (nama kimia: alfa epoetin), Epogen (nama kimia: alfa epoetin),

atau Aranesp (nama kimia: alfa darbepoetin) untuk meningkatkan jumlah

sel darah merah

Neumega (nama kimia: oprelvekin) untuk meningkatkan jumlah trombosit

Neupogen (nama kimia: filgrastim) untuk meningkatkan tingkat sel darah

putih

Transfusi darah adalah solusi lain, merupakan proses menransfer darah

yang sehat atau komponen darah yang diperlukan ke dalam tubuh Anda.

Setelah pengobatan, tes darah dilakukan untuk mencari tanda-tanda

kambuh atau tidak dan juga untuk melihat kemungkinan efek samping dari

pengobatan tersebut. Perhitungan sel-sel darah putih (sel-sel imun) dan

trombosit akan terus dilakukan sampai mereka kembali normal. Kemudian,

dokter Anda akan menyusun jumlah sel darah jika dibutuhkan saja, tergantung

pada jenis pengobatan dan perasaan Anda (American Cancer Society, 2013).

10. Tes Kimia Darah

Tes kimia darah mengukur kadar tertentu dalam darah yang dapat

memberitahu dokter apakah organ-organ tubuh sehat dan berfungsi dengan

Page 34: Tugas Kanker Payudara Edit

baik selama pengobatan. Tes ini dapat dilakukan dengan tujuan untuk

mengukur (American Cancer Society, 2013) :

Kadar enzim hati (protein khusus yang terlibat dalam reaksi kimia penting)

dan bilirubin (zat yang membantu memecah lemak) untuk mengevaluasi

fungsi hati.

Kadar kalium klorida dan kadar nitrogen urea, yang mencerminkan

kesehatan hati dan ginjal selama dan setelah pengobatan.

Kadar kalsium, untuk menentukan kesehatan tulang dan ginjal.

Kadar gula darah, yang penting bagi penderita diabetes dan bagi

pengkonsumsi steroid (obat untuk mengurangi pembengkakan, nyeri, dan

gejala lain peradangan).

Hasil kimia darah yang abnormal juga dapat menunjukan bahwa kanker

payudara telah menyebar ke tulang atau hati. Dalam hal ini, dokter Anda akan

meminta studi penggambaran berupa CT scan guna mengumpulkan informasi

lebih dalam (American Cancer Society, 2013).

11. Tes Penanda Darah

Dokter Anda akan meminta Anda melakukan tes darah sebagai

pendeteksi aktivitas kanker atau tumor di dalam tubuh. Protein dan sel-sel

tumor yang menyebar merupakan dua jenis penanda yang dapat diukur.

Tumor kanker biasanya menghasilkan protein khusus dalam darah yang

berfungsi sebagai penanda untuk kanker. Sel tumor yang beredar adalah sel

yang terputus dari kanker dan bergerak ke dalam aliran darah. Penanda protein

dan sel-sel tumor yang beredar dapat diukur melalui sebuah tes sederhana

(American Cancer Society, 2013).

Tes penanda darah bisa dilakukan sebelum pengobatan guna membantu

mendiagnosa kanker payudara dan menentukan apakah berpindah ke bagian

lain di dalam tubuh; selama pengobatan untuk mengetahui apakah kanker

merespon; dan setelah pengobatan, untuk mengetahui apakah kanker muncul

kembali (American Cancer Society, 2013).

Contoh penanda yang akan diuji oleh dokter meliputi (American Cancer

Society, 2013):

Page 35: Tugas Kanker Payudara Edit

• CA 15.3: digunakan untuk menemukan kanker payudara dan kanker

ovarium

• TRU-QUANT dan CA 27,29: berarti kanker payudara terdeteksi

• CA125: menandakan kemungkinan adanya kanker ovarium, kanker

ovarium dan kanker payudara muncul kembali

• CEA (Carcinoembryonic antigen): penanda untuk kanker usus besar,

paru-paru, dan hati. Penanda ini dapat digunakan untuk menentukan

apakah kanker payudara telah menyebar ke area lain dari tubuh.

• Sel Tumor yang bersirkulasi: sel yang terputus dari kanker dan bergerak

ke dalam aliran darah. Jumlah sel tumor bersirkulasi yang tinggi mungkin

menunjukkan bahwa kanker tersebut sedang tumbuh. Tes CellSearch

telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk

memantau Sel tumor yang bersirkulasi pada yang menderita kanker

payudara metastatik.

Beberapa dokter menggunakan hasil tes penanda sebagai indikasi awal

perkembangan kanker payudara (kanker semakin parah) atau kambuh. Mereka

dapat menggunakan informasi ini untuk mengambil keputusan kapan

sebaiknya mengubah terapi – jika terapi saat ini tidak menunjukan progres

lebih baik – atau untuk memulai pengobatan dari kanker yang muncul

kembali. Apabila Anda memiliki penanda yang tinggi, dokter Anda akan

memeriksa penanda itu secara berkala untuk mengetahui respon Anda

terhadap kemoterapi dan treatmen lainnya (American Cancer Society, 2013). .

Ketika memutuskan apakah Anda harus melakukan tes penanda darah

untuk kanker payudara, ada beberapa hal yang mungkin perlu

dipertimbangkan (American Cancer Society, 2013) :

• Biaya: memakan biaya yang besar

• kecemasan: bukan hanya dari penanda darah yang tinggi, tetapi dengan

semua tes Anda perlu mencari tahu apa yang menyebabkan

penandanya naik.

Page 36: Tugas Kanker Payudara Edit

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society, 2013. Breast Cancer.

http://www.cancer.org/acs/groups/cid/ documents/webcontent/003090-

pdf . Diakses 28 September 2015

American Cancer Society, 2013. Mammograms and Other Breast Imaging Tests.

American Cancer Society.

American Cancer Society, 2014. Breash Cancer Pevention And Early Detection.

Http://Www.Cancer.Org/Acs/Groups/Cid/Documents/Webcontent/003165

-Pdf.Pdf. Diakses Tanggal 25 Oktober 2015

Anonim, 2013a, CT (CAT) Scans (Computerized Tomography).

http://www.breastcancer.org/symptoms/testing/types/cat_scans. Diakses

tanggal 29 September 2015.

Anonim, 2013b. Chest X-Rays.

http://www.breastcancer.org/symptoms/testing/types/xray. Diakses tanggal

29 September 2015.

Anonim, 2013c. Breast MRI (Magnetic Resonance Imaging).

http://www.breastcancer.org/symptoms/testing/types/mri, 29 September

2015.

Anonim, 2014. Bone Scan, Cancer.Net Editorial Board. diakses tanggal 26

September 2015

Anonim, 2015. Biopsy.

http://www.breastcancer.org/symptoms/testing/types/biopsy. Diakses

tanggal 29 September 2015.

Anonim, Breast Cancer, http://www.breastcancer.org/symptoms/understand_bc

(diakses tanggal 4 oktober 2015).

Bendell C. Johanna, et all., 2003. Central Nervous System Metastases in Women

who Receive Trastuzumab-Based Therapy for Metastatic Breast

Carcinoma, American Cancer Society. Department of Adult Oncology,

Massachusetts General Hospital, Boston, Massachusetts, 15 juni 2003,

Vol: 97:2972-2977

Page 37: Tugas Kanker Payudara Edit

BPOM,2015. Pusat Informasi Obat Nasional: Endoxan.

http://pionas.pom.go.id/obat/endoxan-0. Diakses tanggal 26 September

2015

Carlson, Robert., Anderson, Benjamin., Carter, W. Bradford., et al., 2009. Breast

Cancer : Clinical Practice Guidelines in Oncology, Jornal of The National

Comprehensive Cancer Network, 7 (2) : 122 – 192.

Drug bank, 2013. Capecitabine (Xeloda).

http://www.drugbank.ca/drugs/DB0110 1 . Diakses tanggal 25 september

2015.

Drug bank, 2013. Cyclophosphamide. http://www.drugbank.ca/drugs/DB0110 1 .

Diakses tanggal 25 september 2015

Elisabeth, T., 2001. Panduan Lengkap Pencegahan dan Pengendalian Kanker

Pada Wanita. Ladang Pustaka dan Intimedia: Jakarta.

Foster, J.S., Henley, D.C., Ahamed, S., And Wimalasena, J., 2001, Estrogens And

Daur Sel Regulation In Breast Cancer, Trends In Endocrinology &

Metabolism, 12(7), 320-327.

Frank, L. M., And Teich, N. M., 1997, Cellular And Molecular Biology Of

Cancer, 3th Ed., Oxford University Perss, London, 207.

Fuqua, S.A. (2001). The Role Of Estrogen Receptor In Breast Cancer Metastasis.

J Mammary Gland Biol Neoplasia . 6(4): 407-414.

Genentech, 2015. Herceptin® (trastuzumab).

http://www.gene.com/gene/products/information/oncology/herceptin/facts

heet.html. Diakses tanggal 25 september 2015

Gondhowiardjo, S., 2004, Proliferasi Sel Dan Keganasan, Majalah Kedokteran

Indonesia, 54 (7): 289-299

Greenwald, Peter. 2002. Cancer Chemoprevention. Bmj 324: 714 -718.

Hanahan, D., And Weinberg, R. A., 2000, The Hallmarks Of Cancer, Cell 100,

57-70

Hondermarck H, 2003. Breast Cancer. Molecular & Cellular Proteomics 2.5. The

American Society For Biochemistry And Molecular Biology, Inc. Pp.

281-291.

Page 38: Tugas Kanker Payudara Edit

Jones, Kellie L., Buzdar, Aman U., 2004, A Review of Adjuvant Hormonal

Therapy in Breast Cancer [Review], Endocrine-Related Cancer, 11 : 391 -

406

Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015. Panduan Nasional Penanganan

Kanker Payudara. Kemenkes RI. Jakarta

Langhorne, M. E., Fulton, J. S. And Otto, S. E., 2007, Oncology Nursing, 5th Ed.,

Missouri: Mosby Elsevier.

NCCN Guideline, 2013. Breast Cancer. National Comprehensive Network

Page, D.L. 2004. Breast Lesions, Pathology And Cancer Risk. Breast J.10 (1):3-4.

Pan, M. H., Chen, W. J., Shiau, S. Y. L., Ho, C. T., And Lin, J. K. 2002.

Tangeretin Induced Cell Cycle G1 Arrest Through Inhibiting Cyclin

Dependent Kinases 2 And 4 Activities As Well As Elevating Cdk

Inhibitor P21 And P27 In Human Colorectal Carcinoma Cell,

Carcinogenesis, 23 (10): 1677-1684.

Pane, M., 2002. Aspek Klinis dan Epidemiologi Penyakit Kanker Payudara.

Jurnal Kedokteran dan Farmasi Medika No 8 Tahun XXVIII, Agustus

2002

Sjamsuhidajat R. dan de Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Tindakan bedah

organ dan sistem organ: Payudara. Edisi 2. EGC. Jakarta.

Smeltzer dan Bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan medikal bedah Edisi 8 Volume

1. EGC. Jakarta

Taghian AG, Smith BL, Erban JK. 2010. Breast Cancer: A Multidisciplinary

Approach to Diagnosis and Management. Demos Medical. New York.

WHO, 2003. Global Cancer Control; Worldwide Cancer Burden. Geneva,

Switzerland.WHO Press.

WHO, 2008. Global Cancer Control; Worldwide Cancer Burden. Geneva,

Switzerland.WHO Press. 2008:42-55.

Wickremasinghe, R. G., Hoffbrand, A. V., 1999, Biochemical And Genetic

Control Of Apoptosis: Relevance To Normal Hematopoiesis And

Hematological Malignancies, Blood, 3 (11): 3587-3600.