Upload
ricka-a-sugiarti
View
29
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tkvco
Citation preview
TUGAS KHUSUS
PEMBUATAN VCO DENGAN METODE PANCINGAN DAN
PENAMBAHAN ENZIM
Minyak kelapa merupakan minyak yang paling sehat dan aman
dibandingkan dengan minyak goreng golongan minyak sayur, seperti minyak
jagung, minyak kedelai, minyak biji bunga matahari, dan minyak kanola. Minyak
kelapa mampu mendukung system kekebalan tubuh dari mikroorganisme
berbahaya. Jika mikroorganisme yang memakan energi tubuh dapat ditekan
jumlahnya, sistem kekebalan tubuh bisa meningkat. Minyak kelapa dapat
memberikan energi secara cepat dan merangsang metabolisme.
VCO merupakan minyak kelapa murni yang terbuat dari kelapa tua segar
sebagai bahan baku dan diproses tanpa pemanasan atau dengan pemanasan
terbatas, bergizi tinggi dan mengandung 50-53% asam laurat. Diproses dengan
meniru cara alam sehingga tidak merusak kandungan essensial dari lemak kelapa.
Proses yang tidak melibatkan pemanasan bukan hanya menghasilkan lemak–
lemak rantai sedang tetapi juga dapat menjamin keberadaan vitamin E dan enzim-
enzim yang terkandung dalam buah kelapa. VCO bersifat natural, tanpa bahan
pengawet, warna minyak sejernih air, beraroma khas kelapa dan telah diujilabkan
dan bisa dikonsumsi langsung atau dioleskan.
Virgin Coconut Oil (VCO) berdasarkan kandungan asam lemaknya
digolongkan ke dalam minyak laurat. Klasifikasi ini dilakukan karena kandungan
asam laurat VCO paling besar dibandingkan dengan asam lemak lainnya. VCO
mengandung 90% asam lemak jenuh yang terdiri atas asam laurat, miristat, dan
palmirat. Kandungan asam lemak jenuh dalam VCO didominasi oleh asam laurat
dan asam miristat, sedangkan kandungan asam lemak lainnya lebih rendah.
Tingginya asa, lemak jenuh yang dikandungnya menyebabkan VCO tahan
terhadap proses ketengikan akibat oksidasi. Komponen paling penting penyusun
prosuk VCO adalah asam laurat. Kandungan asam laurat yang tinggi merupakan
ciri khsa dari produk ini. Kunci suksesnya pembuatan extra virgin coconut oil
sangat ditentukan oleh metode pemecahan emulsi yang digunakan. Sedang
kualitas extra virgin coconut oil ditentukan oleh sifat kimia dan fisika minyak.
Sifat kimia yang harus dipenuhi adalah kadar asam lemak bebas, kadar air, kadar
logam dan bakteri e.colii nya tidak terdeteksi dengan alat yang sensitifitanya
tinggi. Sedang sifat fisika yang dipersyaratkan adalah minyak harus jernih, encer
dan berbau harum. Kandungan vitamin E alami extra virgin coconut oil sekitar
3000 ppm dengan batas kadaluwarsa selama dua tahun lebih satu bulan.
Dalam tubuh, asam laurat diubah menjadi monolaurin yang mengandung
antibiotik alami sehingga mampu membunuh berbagai jenis kuman, virus,
mikroorganisme dengan cara merusak membran yang membungkus sel yang
terdiri dari asam lemak. Manfaat asam lemak jenuh dan Medium Chain Fatty Acid
(MCFA) pada VCO sama seperti pada air susu ibu (ASI), yaitu dapat emberi gizi
serta melindungi tubuh dari penyakit menular dan penyakit degeneratif. VCO
disamping mengandung asam laurat, juga mengandung vitamin E yang baik untuk
kesehatan. VCO yang diperoleh melalui proses basah memiliki efek yang
bermanfaat dalam menurunkan komponen lipid. Polifenol VCO juga mampu
mencegah antioksidasi LDL (Low Density Lipoprotein). VCO mengandung
koponen tidak tersabunkan seperti vitamin E dan polifenol yang berfungsi sebagai
anti oksidan dan mencegah peroksidasi lipid. Dalam tubuh MCFA dapat berperan
sebagai antioksidan dengan cara melindungi asam lemak tak jenuh dari oksidasi.
Konsumsi VCO secara teratur dapat membantu melindungi tubuh dari radikal
bebas. Beberapa keunggulan minyak kelapa dibandingkan dengan minyak nabati
lain adalah sebagai berikut:
a) Tidak menimbun lemak dan kolestrol.
b) Tidak bersifat toksik.
c) Tidak menghasilkan radikal bebas.
d) Tidak mudah menjadi tengik.
Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan VCO yaitu daging buah
kelapa tua. Kualitas bahan (kelapa) yang digunakan akan sangat berpengaruh
teradap kualitas VCO yang dihasilkan, disamping juga dipengaruhi oleh proses
produksi. Kecuali itu, kualitas bahan yang digunakan juga berpengaruh terhadap
rendemen VCO yang dihasilkan. Semakin baik mutu kelapa yang digunakan,
semakin baik juga kualitas VCO yang akan dihasilkan, disampping juga
rendemennya yang tinggi, demikian sebaliknya. Adapun ciri-ciri kelapa yang baik
untuk digunakan sebagai bahan baku embuatan VCO adalah sebagai berikut:
a) Berasal dari varietas kelapa dalam arau kelapa hibrida lokal. Rendemen yang
diperoleh dari varietas ini akan lebih banyak dibandingkan dengan kelapa
hibrida.
b) Telah berumur 11-13 bulan. Jangan terlalu tua atau terlalu muda.
c) Kulit sabut kelapa sudah berwarna coklat. Hal ini menandakan bahwa elapa
tersebut sudah cukup tua.
d) Apabila diketok bunyinya terdengar nyaring. Tentu saja hal ini sangat
ber
hubungan dengan jumlah air yang terdapat didalamnya. Apabila diketok
terdengar nyaring, menandakan bahwa jumlah air didalamnya telah berkurang.
Berkurangnya jumlah air kelapa ini berhubungan dengan dekomposisi
kandungan gizi kelapa. Banyak kandungan zat-zat gizi air kelapa yang
berpindah ke dalam daging kelapa. Dengan demikian kandungan gizi dalam
daging kelapa akan bertambah banyak, terutama kandungan minyak atau
lemaknya.
e) Kelapa belum berkecambah. Apabila sudah berkecambah, kelapa tersebut
sudah terlalu tua sehingga kandungan gizinya sudah banyak berubah.
Pembuatan VCO dapat dilakukan melalui dua proses, yaitu proses basah
(menggunakan santan) dan proses kering (menggunakan kopra). Proses basah
merupakan cara paling sederhana untuk mendapatkan bahan pembuatan VCO,
yaitu santan. Secara umum sendiri cara pembuatan minyak kelapa murni
dibedakan menjadi beberapa cara, yaitu pemanasan, fermentasi, penambahan
enzim, dan pancingan. Berikut pembuatan VCO dengan metode pancingan dan
penambahan enzim:
1. Metode Pancingan
Tahapan metode pancingan dilakukan dengan cara kelapa segar diubah
menjadi santan terlebih dahulu, lalu krim kental (kanil) yang berupa cairan kental
putih dipisahkan dari air dengan cara mendiamkannya selama 1 jam. Kemudian
krim itu dicampur dengan munyak kelapa murni sebagai pancingan dengan
perbandingan tertentu lalu diaduk hingga rata dan didiamkan selama 7-8 jam. Lalu
aan terbentuk tiga lapisan, yaitu lapisan atas berupa minyak murni, lapisan tengah
berupa blondo dan lapisan bawah berupa air. Pada prinsipnya, santan adalah
campuran antara moleekul minyak, molekul air, dan protein. Ikatan tersebut
terbentuk karena adanya protein yang mengalilingi molekul minyak. Dengan
metode pancingan, molekul minyak dan santan akan ditarik olek minyak umpan
sampai akhirnya bersatu. Tarikan tersebut membuat air dan protein yang
sebelumnya terikat dengan molekul santan menjadi terlepas. Jadi, model
pancingan ini merubah bentuk emulsi air-minyak menjadi minyak-minyak.
Metode pancingan diperlukan minyak kelapa murni terlebih dahulu untuk
proses produksinya. Sehingga tidak cocok untuk dikembangkan menjadi skala
industri. Metode pancingan ini memiliki tahapan awal yang sama dengan metode
yang lain, yaitu pembuatan santan. Perbedaannya terletak pada proses pengolahan
krim. Pada metode ini, krim yang sudah jadi dicampur dengan minyak pancingan
dengan perbandingan tertentu. Minyak pancignan adalah minyak kelapa murni
hasil fermentasi. Campuran antara kri dengan minyak pancinga tersebut diaduk
hingga rata dan didiamkan selama 7-8 jam. Setelah didiakan, campuran ini agar
membentuk tiga lapisan seperti pada mmetode fermentasi.
Prinsip pembuatan VCO dengan metode ini adalah pengubahan emulsi
minyak-air menjadi minyak-minyak. Minyak umpan akan menarik minyak pada
krim yang masih berikatan dengan protein dan air. Metode pancingan juga dikenal
dengan metode fermentasi adalah proses pemidalah minyak dari santan yang
dilakukan oleh bakteri secara spontan maupun dengan bakteri tertentu
(pancingan). Contoh pembuatna minyak kelapa dengan metode pancingan adalah
pembuatan santan sama dengan yang lain. Air santan dituangkan dalam bejana
transparan yang memiliki kran dibawahnya (misal galon air dibalik, pantatnya
dilubangi dan bagian tutup diberi kran). Setelah sekitar satu jam santan
didiamkan, bagian kental putih berada di atas dan air di bawah. Air kemudian
dipisahkan dari bagian santan yang kental, cukup dengan membuka kran. Bagian
yang kental kemudian ditambahkan minyak virgin dalam jumlah perbandingan
dua bagian santan kental dan satu bagian minyak yang sudah jadi. Keduanya
dicampur dan diaduk menjadi emulsi sampai benar-benar merata dan homogen,
alatnya dengan menggunakan mixer roti. Campuran atau emulsi didiamkan dalam
wadah transparan sampai terpisah menjadi tiga atau empat bagian. Air paling
bawah, bagian padat putih di atasnya, minyak di atasnya lagi dan bagian kental
padat putih tipis berada paling atas. Jangan terburu-buru dalam memisahkan.
Tunggu sampai benar-benar semua butir-butir emulsi memecah dan memisah.
Biasanya sampai lima jam. Pertama buang air secara perlahan dengan membuka
kran. Selanjutnya tampung bagian padat dalam wadah sendiri dan terpisah dari
lainnya. Demikian juga tampung di wadah yang bersih minyak yang ada. Minyak
inilah yang disebut vico, tentunya setelah mengalami penyaringan dari partikel
padat lainnya. Bagian padat terakhir dikeluarkan dimasukkan dalam wadah yang
sama dengan lapisan kedua. Padatan berupa bubur putih sangat kental ini masih
cukup banyak mengandung minyak. Panaskan padatan ini dalam api kecil, maka
diperoleh minyak kelapa dengan kualitas yang sangat baik.
2. Metode Penambahan Enzim
Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis
(senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu
reaksi kimia organik. Molekul awal yang disebut substrat akan dipercepat
perubahannya menjadi molekul lain yang disebut produk. Jenis produk yang akan
dihasilkan bergantung pada suatu kondisi/zat, yang disebut promoter. Semua
proses biologis sel memerlukan enzim agar dapat berlangsung dengan cukup cepat
dalam suatu arah lintasan metabolisme yang ditentukan oleh hormon sebagai
promoter. Enzim bekerja dengan cara bereaksi dengan molekul substrat untuk
menghasilkan senyawa intermediat melalui suatu reaksi kimia organik yang
membutuhkan energi aktivasi lebih rendah, sehingga percepatan reaksi kimia
terjadi karena reaksi kimia dengan energi aktivasi lebih tinggi membutuhkan
waktu lebih lama. Enzim terbagi ke dalam 7 golongan besar, yaitu :
a) Polimerase (tiokinase) berfungsi untuk menggabungkan monomer-monomer
sehingga terbentuk polimer.
b) Ligase/sintetase (tiokinase) berfungsi untuk menggabungkan dua molekul yang
disertai dengan hidrolisis ATP.
c) Isomerase (epimerase) berfungsi untuk mengkatalisir perubahan isomer.
d) Liase (fumarase) berfungsi untuk membentuk ikatan rangkap dengan
melepaskan satu gugus kimia.
e) Hidrolase (protease, lipase, amilase) berfungsi untuk memutuskan ikatan
kimia dengan penambahan air.
f) Transferase (Kinase) berfungsi untuk memindahkan gugus senyawa kimia.
g) Oksidoreduktase (nitrat reduktase) berfungsi untuk memisahkan dan
menambahkan elektron atau hidrogen.
Beberapa enzim beroperasi dengan kinetika yang lebih cepat daripada laju
difusi. Hal ini tampaknya sangat tidak mungkin. Beberapa mekanisme telah
diajukan untuk menjelaskan fenomena ini. Beberapa protein dipercayai
mempercepat katalisis dengan menarik substratnya dan melakukan pra-orientasi
substrat menggunakan medan listrik dipolar. Model lainnya menggunakan
penjelasan penerowongan kuantum mekanika, walaupun penjelasan ini masih
kontroversial. Penerowongan kuantum untuk proton telah terpantau pada
triptamina. Reaksi enzim berbeda dengan reaksi kimia dalam hal berikut :
a) Katalis enzim sangat spesifik dan hanya mengkatalis satu atau sejumlah kecil
reaksi kimia. Sebagian besar enzim yang ada bisa mengkatalis reaksi dengan
jangkauan yang sangat luas.
b) Laju reaksi berkatalis enzim biasanya lebih cepat dari pada reaksi yang sama
dengan katalis non-biologis. Hanya sejumlah kecil enzim yang dibutuhkan
untuk menghasilkan pengaruh yang diinginkan.
c) Kondisi reaksi (temperatur, tekanan,pH dan lain-lain) untuk reaksi enzim
sangat terbatas.
d) Enzim sangat sensitif, atau merupakan molekul yang tidak stabil dan
membutuhkan perhatian dalam penggunaannya.
Dari penjelasan diatas dijelaskan bahwa enzim yang digunakan dalam
suatu reaksi berperan untuk mempercepat dan membantu reaksi dalam hal ini
enzim yang digunakan dalam VCO berfungsi mempercepat dan membantu
pembuatan VCO yang dalam hal ini menggunkana enzim papin, yang berfungsi
untuk menguraikan protein yang terdapat dalam santan sehingga emulsi santan
bisa dipecahkan sehingga terbentuk tiga lapisan yaitu air, blondo dan minyak, dan
dapat diperoleh minyak kelapa yang murni. Jenis-jenis enzim yang digunakan
dalam pembuatan VCO dengan metode penambahan enzim adalah:
a) Enzim Papain
Enzim papin merupakan enzim protease yang terkandung dalam getah
pepaya,baik dalam buah,batang dan daunnya. Sebagai enzim yang berkemampuan
memacahkan molekul protein,dewasa ini papain menjadi suatu produk yang
sangat bermanfaat bagi kehidupan,baik di rumah tangga maupun industri. Enzim
papain adalah enzim yang terdapat dalam getah pepaya, merupakan jenis enzim
proteolitik yaitu enzim yang mengkatalis ikatan peptida pada protein menjadi
senyawa-senyawa yang lebih sederhana seperti dipeptida dan asam amino.
Pemecahan emulsi santan berlangsung melalui reaksi hidrolisis yang dapat terjadi
dengan adanya enzim proteolitik. enzim papain merupakan enzim proteolitik yang
terdapat pada getah pepaya. Enzim ini dapat mengkatalis reaksi pemecahan rantai
peptida pada protein dengan menghidrolisa ikatan peptidanya menjadi senyawa-
senyawa yang lebih sederhana.
Kualitas getah sangat menentukan aktivitas proteolitik dan kualitas tersebut
tergantung pada bagian tanaman asal getah tersebut. Berdasarkan penelitian yang
sudah dilakukan bagian tanaman yang mengandung getah dengan kulaitas
aktivitas proteolitik yang baik ada pada bagian buah, batang dan daun.
Sifat enzim papain antara lain dapat bekerja secara optimum pada suhu antara 50-
60oC dan pH antara 5-7, serta memiliki aktifitas proteolitik antara 70-1000
unit/gram. Aktivitas enzim selain dipengaruhi oleh proses pembuatannya juga
dipengaruhi oleh umur dan jenis varietas pepaya yang digunakan.
b) Enzim Bromelain
Enzim bromelin didapat dari buah nenas, digunakan untuk mengempukkan
daging. Aktifitasnya dipengaruhi oleh kematangan buah, konsentrasi pemakaian,
dan waktu penggunaan. Untuk memperoleh hasil yang maksimum sebaiknya
digunakan buah yang muda. Semakin banyak nenas yang digunakan, semakin
cepat proses bekerjanya.
Bromelain dapat merujuk pada salah satu dari dua protease enzim diekstraksi
dari keluarga tanaman Bromeliaceae atau bisa lihat kombinasi enzim tersebut
bersama dengan senyawa lainnya yang dihasilkan dalam ekstrak. Ekstrak
Bromelain adalah campuran protein-enzim proteolitik enzim yang disebut atau
protease dan beberapa zat lain dalam jumlah yang lebih kecil. Enzim proteolitik
yang disebut sebagai protease sulfhidril sejak sekelompok sulfhidril bebas dari
rantai-sisi sistein diperlukan untuk fungsi.
Pengolahan minyak kelapa secara enzimatis memerlukan enzim untuk dapat
memepercepat reaksi pemecahan lapisan protein/molekul lemak yang terdapat
dalam santan. Enzim yang digunakan adalah enzim bromelin yang merupakan
golongan enzim protease, yang terkandung dalam buah nanas. Pada percobaan
pengolahan minyak kelapa dengan menggunakan enzim bromelin ini santan yang
dimanfaatkan adalah santan krim. Penambahan enzim bromelin pada santan krim
dilakukan dengan variasi volume dan dilakukan pemeraman santan krim dengan
perbedaan waktu pemeraman. Penambahan enzim bromelin pada pengolahan
minyak kelapa tradisional berpengaruh terhadap kuantitas minyak dan variasi
waktu pemeraman santan krim daari minyak yang dihasilkan.
c) Enzim Ficin
Ficain (atau ficin) adalah enzim yang berasal dari buah ara lateks. Ini adalah
dari keluarga protease yang dikenal sebagai endopeptidases sistein , kelompok
yang juga termasuk papain yang berasal dari getah pepaya, bromelase (
bromelain ) diekstraksi dari batang nanas, calpain , caspases , cathespisin B , dan
chymopapain . Ini adalah salah satu yang paling umum digunakan untuk
membedakan berbagai grup antigen darah: misalnya menghancurkan M, N, S,
Duffy a dan Duffy b dan meningkatkan beberapa antigen lainnya.
d) Enzim α-Amilase
Potensi penggunaan enzim α-amilase sangat besar, namun masih terdapat
kendala, yaitu enzim tersebut masih harus diimpor dengan harga relatif mahal.
Untuk memproduksi sendiri juga masih menghadapi beberapa kendala, antara lain
tidak tersedianya strain mikroba unggul penghasil enzim α-amilase dan kurangnya
pengetahuan tentang teknologi produksi enzim. Usaha untuk meningkatkan pro-
duksi enzim dari mikroorganisme telah dilakukan, baik dengan manipulasi ling-
kungan maupun sifat mikroba tersebut. Pemanfaatan bahan mutagen seperti sinar
ultra violet, sinar gamma, dan N-methyl-N-nitrosoguanidin (NTG) untuk
mengubah sifat mikroorganisme telah banyak dilakukan. Teknik kloning gen juga
telah berkembang dan banyak dimanfaatkan untuk memperoleh mikroba unggul
penghasil enzim.
Teknik rekayasa genetika telah terbukti dapat digunakan untuk melipat
gandakan produktivitas enzim sampai dengan 100-200 kali lipat (Ganter et al.,
1988). Mikroba yang sudah umum digunakan untuk menghasilkan enzim adalah
bakteri dan kapang, terutama Bacillus dan Aspergillus. Kedua mikroba dari genus
tersebut mensekresikan enzim dalam jumlah relatif besar (Aunstrup et al., 1979).
Kimura dan Chiba (1983) telah melakukan penelitian α-amilase yang diproduksi
oleh Bacillus subtilis dengan substrat pati ubi jalar dan barley. Sedangkan
Ratankhanokchai et al. (1992) mencoba Chloroflexus aurantiacus untuk mempro-
duksi α-amilase yang dapat menghidrolisis pati menjadi maltotetraosa dan malto-
triosa. Berdasarkan pertimbangan bahwa pustaka genom gen α-amilase telah
diperoleh, maka untuk meningkatkan ekspresi gen α-amilase dilakukan seleksi
positif koloni pembawa gen α-amilase dan pembentukan sistem over expression.
Bakteri rekombinan pembawa gen α-amilase tersebut selanjutnya digunakan da-
lam produksi α-amilase, sehingga produksi dan aktivitas enzimnya menjadi
tinggi.
e) Enzim Pektinase
Enzim pektinase merupakan enzim yang diperoleh dari limbah kulit jeruk.
Pektinase telah lama dikenal memiliki banyak manfaat terhadap kesehatan.
Pektinase sebagai sumber dietary fiber dilaporkan berpotensi menurunkan kadar
kolesterol darah. Salah satu penyakit degeneratif yang banyak melanda
masyarakat di kota-kota besar adalah penyakit kardiovaskular yang ditandai
dengan tingginya kadar kolesterol dalam darah.
Pengujian secara in vivo dengan menggunakan tikus percobaan dilakukan
untuk mengetahui pengaruh pektin kulit dalam menurunkan kadar kolesterol
darah. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan pektin kulit
jeruk
lemon dalam dalam ransum terhadap kadar total kolesterol, Low Density
Lipoprotein (LDL), High Density Lipoprotein (HDL) dan trigliserida serum darah
tikus.
Proses pengolahan minyak kelapa murni dengan metode enzimatis
dilakukan dengan menggunakan enzim secara langsung atau melalui mikroba
penghasil enzim tertentu. Penambahan enzim dilakukan dengan tujuan untuk
memecah protein yang berikatan dengan minyak dan karbohidrat sehingga minyak
dapat terpisah dengan baik. Proses pengolahan VCO dengan metode enzimatis
diawali dengan pembuatan santan. Santan ditempatkan dalam wadah yang bersih,
kemudian dibiarkan beberapa saat hingga terbentuk kanil. Kanil dipisahkan ke
dalam wadah lalu ditambahkan ragi atau larutan cuka nira secukupnya. Campuran
diaduk merata dan difermentasi selama 10–14 jam.
Proses fermentasi dinyatakan berjalan baik jika dari campuran tersebut
terbentuk tiga lapisan, yaitu lapisan atas berupa minyak, lapisan tengah berupa
protein dan lapisan terbawah berupa air. Lapisan minyak kemudian dipisahkan
secara hati-hati. Beberapa penelitan pembuatan minyak kelapa dengan cara
fermentasi dan enzimatis telah dilakukan. Pada proses pembuatan VCO dengan
penambahan jamur tempe, ditambahkan jamur tempe 0,2% (b/v) pada kanil
dengan pemeraman selama 24 jam. Rendemen minyak kelapa yang dihasilkan
sebesar 26,04%. Pemecahan emulsi santan pada proses tersebut berlangsung
melalui reaksi hidrolisis oleh enzim ekstraseluler yang dihasilkan oleh mikroba
yaitu jamur atau kapang. Pemecahan emulsi santan melalui pengadukan,
pemanasan dan penambahan 3M H3PO4. Dengan proses enzimatis ini dihasilkan
rendemen sebesar 84%.
Mikroba pengasil asam, yang dibiakkan dan digiatkan metabolismenya,
sehingga didapatkan enzim dengan pH yang rendah. Mikroba yang umum
digunakan adalah ragi roti, yang dibiakkan dalam medium skim dan krim santan.
Penambahan enzim dilakukan dengan tujuan untuk memecahkan protein yang
berikatan dengan minyak dan karbihidrat sehingga minyak dapat terpisah dengan
baik. Maka, munyak kelapa yang dihasilkan dari pengolahan minyak kelapa
dengan metode enzimatis disebut minytak kelapa murni (Virgin Coconut Ol).
Minyak kelapa pada umumnya dibagi menjadi dua kategori utama, yakni RBD
(Refined, Bleached, and Deodorised) dan Virgin. Pembagian ini didasarkan pada
proses pembuatannya. RBD dibuat dengan cara pemanasan sedangkan Virgin
Coconut Oil dibuat tanpa pemanasan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Pembuatan Virgin Coconut Oil. Online: http://ummiatiko.blog
spot.com/2013/05/v-behaviorurldefaultvmlo_9.html. (Diakses pada
tanggal 8 Maret 2015).
Febrianto, A. 2010. Teknologi Pembuatan VCO. Online: http://ariefebrianto.
blogspot.com/2010/10/teknologi-pembuatan-vco.html. (Diakses pada
tanggal 8 Maret 2015).
Feto. 2013. Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil). Online: http://naha
krida.blogspot.com/2013/06/minyak-kelapa-murni-virgin-coconut-oil.
html. (Diakses pada tanggal 8 Maret 2015).
Novita. 2013. Cara Pembuatan Virgin Coconut Oil. Online: http://ndvivinovita.
blogspot.com/2013/01/cara-pembuatan-vco-virgin-coconut-oil.html.
(Diakses pada tanggal 8 Maret 2015).
Prasetyawan. 2014. Membuat Minyak Kelapa VCO dengan Metode Mixing.
Online: http://ikadaluprasetyawan.blogspot.com/2014/08/membuat-
minyak-kelapa
-vco-metode-mixing.html. (Diakses pada tanggal 8 Maret 2015).