Upload
yosafat-mustikoarto
View
251
Download
18
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Review
Citation preview
ASPEK-ASPEK MEDIS KANKER PARU BESERTA PENANGANANNYA
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh :
Indah Sari 05120131 N
PRORAM STUDI D-IVANALIS KESEHATANFAKULTAS ILMU KESEHATAN
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah
yang berjudul “ASPEK-ASPEK MEDIS KANKER PARU BESERTA
PENANGANANNYA”.
Karya tulis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia program studi Diploma IV Analis Kesehatan
Universitas Setia Budi Surakarta.
Penyusun tugas karya tulis ini dapat terwujud berkat bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih terutama kepada yang terhormat :
1. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi D-IV Analis
Kesehatan Universitas Setia Budi yang telah memberikan ilmu yang
bermanfaat terutama dalam penyusunan tugas Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Seluruh pihak yang telah membantu dalam memberikan bantuan yang berguna
bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan tugas Karya Tulis
Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa tugas Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangan berkaitan keterbatasan penulis. Selanjutnya penulis berharap semoga
Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat.
Surakarta, Desember 2012
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penulisan 2
C. Manfaat Penulisan 3
BAB II TINJAUAN TEORITIS 4
A. Pengertian 4
1. Angka Harapan Hidup 4
B. Etiologi 5
1. Merokok 5
2. Iradiasi 6
3. Kanker paru akibat kerja 6
4. Polusi udara 6
5. Genetik 6
6. Diet 7
C. Klasifikasi 7
D. Manifestasi Klinis 10
1. Gejala awal 10
2. Gejala umum 10
iii
E. Patofisiologi 11
F. Pemeriksaan Diagnostik 12
1. Radiologi 12
2. Laboratorium 12
3. Histopatologi 12
4. Pencitraan 13
G. Prognosis 13
H. Pencegahan Kanker Paru-Paru 14
I. Penatalaksanaan 15
1. Kuratif 15
2. Paliatif 15
3. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal 15
4. Supotif 16
BAB III PEMBAHASAN 17
A. Kajian tentang Kasus Kanker Paru-Paru 17
B. Diagnosa terhadap Pasien Kanker Paru-Paru 18
1. Radiologi 18
2. Pemeriksaan Sitologi 18
BAB IV PENUTUP 21
A. Kesimpulan 21
DAFTAR PUSTAKA 22
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paru-paru merupakan salah satu organ paling vital pada tubuh manusia
yang berfungsi sebagai tempat pertukaran oksigen dan mengeluarkan CO2
hasil sisa proses pernapasan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh.
Karenanya menjaga kesehatan paru-paru mutlak harus dilakukan oleh setiap
orang. Semakin tercemarnya udara serta berbagai bibit penyakit di udara dapat
menimbulkan berbagai penyakit paru-paru. Salah satunya adalah kanker paru-
paru.
Penyakit Kanker Paru-paru tergolong dalam penyakit kanker yang
mematikan, baik bagi pria maupun wanita. Dibandingkan dengan jenis
penyakit kanker lainnya, seperti kanker prostat, kanker usus, dan kanker
payudara, penyakit kanker paru-paru dewasa ini cenderung lebih cepat
meningkat perkembangannya.
Penyakit kanker paru-paru adalah sebuah bentuk perkembangan sell
yang sangat cepat (abnormal) didalam jaringan paru yang disebabkan oleh
perubahan bentuk jaringan sell atau ekspansi dari sell itu sendiri. Jika
dibiarkan pertumbuhan yang abnormal ini dapat menyebar ke organ lain, baik
yang dekat dengan paru maupun yang jauh misalnya tulang, hati, atau otak.
Penyakit kanker paru-paru lebih banyak disebabkan oleh merokok
(87%), sedangkan sisanya disebabkan oleh zat asbes, radiasi, arsen, kromat,
v
nikel, klorometil eter, gas mustard dan pancaran oven arang bisa menyebabkan
kanker paru-paru, meskipun biasanya hanya terjadi pada pekerja yang juga
merokok.
Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada
pria dan wanita. Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi
paru – paru yang mengejutkan. America Cancer Society memperkirakan
bahwa terdapat 1.500.000 kasua baru dalam tahun 1987 dan 136.000
meningggal. Prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi, di USA
tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di inggris 40.000/tahun, sedangkan di
Indonesia menduduki peringkat 4 kanker terbanhyak. Di RS Kanker Dharmais
Jakarta tahun 1998 tumor paru menduduki urutan ke 3 sesudah kanker
payudara dan leher rahim. Karena sistem pencatatan kita yang belum baik,
prevalensi pastinya belum diketahui tetapi klinik tumor dan paru di rumah
sakit merasakan benar peningkatannya. Sebagian besar kanker paru mengenai
pria (65 %), life time risk 1:13 dan pada wanita 1:20. Pada pria lebih besar
prevalensinya disebabkan faktor merokok yang lebih banyak pada pria.
Insiden puncak kanker paru terjadi antara usia 55 – 65 tahun.
.
B. Tujuan Penulisan
Mahasiswa mampu untuk memahami pengertian, etiologi, klasifikasi,
stadium, pathway, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan,
dan asuhan keperawatan pada klien dengan kanker paru.
vi
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa mampu menjelaskan beberapa aspek yang terdapat pada
kanker paru.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan kembali tentang penyakit paru.
2. Bagi Pasien
a. Pasien mengetahui tentang penyakit kanker paru .
b. Pasien mengetahui tentang penanganan kanker paru .
vii
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Kanker paru merupakan keganasan pada jaringan paru (Price, 1995).
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami
proliferasi dalam paru (Underwood, 2000). Kanker paru-paru adalah
pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru yang dapat
disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok.
Menurut World Health Organization (WHO), kanker paru merupakan
penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria maupun
wanita. Sebagian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-
paru; tetapi kanker paru-paru bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh
lainnya yang menyebar ke paru-paru.
1. Angka Harapan Hidup
Secara keseluruhan, hanya 20% dari orang yang terdiagnosis
kanker paru akan bertahan hidup satu tahun setelah diagnosis, dengan
pengurangan sampai 6% setelah lima tahun diagnosis. Angka harapan
hidup tergantung pada stadium saat kanker terdiagnosis serta pilihan terapi
yang dipergunakan. Jika kanker terdiagnosis pada stadium dini, sampai
80% pasien akan bertahan hidup setidaknya lima tahun sejak terdiagnosis,
tentu saja dengan menjalani terapi. Sayangnya, banyak pasien tidak
terdiagnosis pada stadium dini. Hampir 70% kasus NSCLC terdiagnosis
viii
pada stadium lanjut, saat kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain.
Pada tahap ini, 15-35% pasien akan hidup sampai satu tahun, dengan
hanya 2% pasien bertahan hidup sampai lima tahun. Rata-rata angka
harapan hidup pasien dengan NSCLC tahap lanjut hanya empat bulan.
B. Etiologi
Penyebab terbesar adalah merokok, Sedangkan lainnya adalah
disebabkan adanya kontaminasi udara sekitar oleh zat asbes, polusi udara oleh
asap kendaraan ataupun pembakaran termasuk asap rokok. Ada beberapa
kasus penyakit yang memicu terjadinya penyakit kanker paru-paru ini, yaitu
penyakit TBC dan Pneumonia. Kedua penyakit ini dapat menimbulkan
perlukaan pada jaringan sell organ paru sehingga mensupport terjadinya
pertumbuhan sell abnormal didalam rongga tersebut. Biasanya kanker paru
yang berkembang dari kasus ini adalah jenis adenocarcinoma (adenoma).
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi
ada beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan
insiden kanker paru :
1. Merokok
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan
statistik yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari
dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik).
Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari
pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya
ix
dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan
perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah
ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit
hewan, menimbulkan tumor.
2. Iradiasi
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di
Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 %
meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif
dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
3. Kanker paru akibat kerja
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan
karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja
pemecah hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja
dengan asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.
4. Polusi udara
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang
lebih tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah
diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di
kota (Thomson, 1997).
5. Genetik
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam
kanker paru, yakni teori onkogenesis, yaitu terjadinya kanker paru didasari
oleh tampilnya gen suppresor tumor dalam genom (onkogen). Adanya
inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara menghilangkan
x
(delesi/del) atau penyisipan (insersi/ inS) sebagian susunan pasangan
basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau neu/erbB2 berperan dalam anti
apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah- programmed cell
death). Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam
hal ini sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang
autonom. Dengan demikian kanker merupakan penyakit genetic yang pada
permulaan terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi agresif pada
jaringan sekitarnya.
6. Diet
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan
vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru (Ilmu
Penyakit Dalam, 2001).
C. Klasifikasi
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru – paru
(1977):
1. Karsinoma Bronkogenik
a. Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan
epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka
panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral
sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor
jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar
xi
langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan
mediastinum.
b. Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama
bronki.Tumor ini timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal
dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti
hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke
mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan
penyebaran hematogen ke organ – organ distal.
c. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan
dapat mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer
segmen bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan jaringan
parut local pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi
seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium
dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukkan gejala – gejala sampai
terjadinya metastasis yang jauh.
d. Karsinoma sel besar.
Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi
sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam
– macam. Sel – sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru -
paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke
tempat – tempat yang jauh.
xii
e. Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.
f. Lain – lain.
1). Tumor karsinoid (adenoma bronkus).
2). Tumor kelenjar bronchial.
3). Tumor papilaris dari epitel permukaan.
4). Tumor campuran dan Karsinosarkoma
5). Sarkoma
6). Tak terklasifikasi.
7). Mesotelioma.
8). Melanoma.
(Price, 1995).
Pengklasifikasian dari penyakit kanker paru-paru dilihat dari tingkat
penyebarannya baik dijaringan paru itu sendiri maupun terhadap organ tubuh
lainnya. Namun pada dasarnya penyakit kanker paru-paru terbagi dalam dua
kriteria berdasarkan level penyebarannya:
1. Kanker paru-paru primer
Memiliki 2 type utama, yaitu Small cell lung cancer (SCLC) dan
Non-small cell lung cancer (NSCLC). SCLC adalah jenis sell yang kecil-
kecil (banyak) dimana memiliki daya pertumbuhan yang sangat cepat
hingga membesar. Biasanya disebut "oat cell carcinomas" (karsinoma sel
gandum). Type ini sangat erat kaitannya dengan perokok, Penanganan
cukup berespon baik melalui tindakan chemotherapy and radiation therapy.
xiii
Sedangkan NSCLC adalah merupakan pertumbuhan sell tunggal,
tetapi seringkali menyerang lebih dari satu daerah di paru-paru. Misalnya
Adenoma, Hamartoma kondromatous dan Sarkoma.
2. Kanker paru sekunder
Merupakan penyakit kanker paru yang timbul sebagai dampak
penyebaran kanker dari bagian organ tubuh lainnya, yang paling sering
adalah kanker payudara dan kanker usus (perut). Kanker menyebar melalui
darah, sistem limpa atau karena kedekatan organ.
D. Manifestasi Klinis
Gejala klinis kanker paru-paru ditandai dengan batuk terus menerus
dan berkepanjangan. Selain itu, infeksi dada yang tidak kunjung sembuh,
napas pendek-pendek, suara parau, batuk berdahak dan berdarah, serta nyeri
pada dada ketika batuk. Tidak hanya itu gejala lainnya adalah nyeri saat
menarik napas dalam-dalam, kehilangan nafsu makan serta berat badan yang
terus menurun.
1. Gejala awal
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh
obstruksi bronkus.
2. Gejala umum
a. Batuk
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk
mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi
xiv
berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan
purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
b. Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang
mengalami ulserasi.
c. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.
E. Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa
batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat
terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan
adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke
struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,
pericardium, otak, tulang rangka.
xv
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Radiologi
a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta
Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi
adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi.
Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural,
atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
b. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2. Laboratorium
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan
ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada
kanker paru).
3. Histopatologi
a. Bronkoskopi
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi
lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
xvi
b. Biopsi Trans Torakal (TTB)
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan
ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c. Torakoskopi
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik
dengan cara torakoskopi.
d. Mediastinosopi
Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang
terlibat.
e. Torakotomi
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam –
macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal
mendapatkan sel tumor.
4. Pencitraan
a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim
paru dan pleura.
b. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
G. Prognosis
Prognosis kanker paru adalah menentukan stadium penyakit. Pada
kasus kanker paru jenis NSCLC yang dilakukan tindakan pembedahan,
kemungkinan hidup 5 tahun adalah 30%. Pada karsinoma in situ, kemampuan
xvii
hidup setelah dilakukan pembedahan adalah 70%, pada stadium I, sebesar 35-
40% pada stadium II, sebesar 10-15% pada stadium III, dan kurang dari 10%
pada stadium IV. Kemungkinan hidup rata-rata tumor metastasis bervariasi
dari 6 bulan sampai dengan 1 tahun. Hal ini tergantung pada status penderita
dan luasnya tumor. Sedangkan untuk kasus SCLC, kemungkinan hidup rata-
rata adalah 1-2 tahun pasca pengobatan. Sedangkan ketahanan hidup SCLC
tanpa terapi hanya 3-5 bulan (Wilson, 2005).
Angka harapan hidup 1 tahun untuk kanker paru sedikit meningkat dari
35 % pada tahun 1975-1979 menjadi 41% di tahun 2000-2003. Walaupun
begitu, angka harapan hidup 5 tahun untuk semua stadium hanya 15%. Angka
ketahanan sebesar 49% untuk kasus yang dideteksi ketika penyakit masih
bersifat lokal, tetapi hanya 16% kanker paru yang didiagnosis pada stadium
dini (American Cancer Society, 2008).
H. Pencegahan Kanker Paru-Paru
Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Sebelum terlanjur sakit
lebih baik menjaga pola hidup sehat agar tidak terkena berbagai macam jenis
penyakit. Untuk kanker paru-paru sendiri karena penyebab utamanya adalah
merokok dan polusi udara lainnya maka sedapat mungkin kita menghindari
hal-hal tersebut. Merokok merupakan kebiasaan yang akan menimbulkan
kerugian besar terhadap kesehatan terutama yang berhubungan dengan
pernapasan. Tidak hanya perokok saja yang akan terkena imbasnya, orang
yang tidak sengaja menghirup asap rokok tersebut (perokok pasif) juga akan
xviii
mengalami resiko yang sama dengan perokok tersebut dan bahkan lebih besar
resikonya. Selain menghindari asap rokok dan polusi udara, konsumsi
makanan sehat dan bergizi serta hidup di lingkungan yang bersih juga
merupakan salah satu pencegahan terhadap segala jenis penyakit.
Sel-sel yang melapisi mulut dapat mencerminkan kerusakan molekul
yang disebabkan oleh rokok pada lapisan paru-paru, demikian laporan
beberapa peneliti AS. Pemeriksaan jaringan oral yang melapisi mulut untuk
mengukur perubahan molekul yang menyebabkan kanker pada paru-paru
dapat menyelamatkan pasien dan orang yang beresiko terserang kanker paru-
paru dari prosedur tak nyaman yang digunakan saat ini, kata tim peneliti
tersebut. Mereka berharap akan ada kemungkinan untuk pada suatu hari
menyeka mulut perokok guna meramalkan siapa yang akan terserang kanker
paru-paru, sehingga menghindari biopsi berbahaya dan menyakitkan pada
paru-paru.
I. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
1. Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan
hidup klien.
2. Paliatif
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
3. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal
xix
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien
maupun keluarga.
4. Supotif
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian
nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi
(Doenges, 2000).
xx
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kajian tentang Kasus Kanker Paru-Paru
Etiologi atau faktor resiko tersebut yang menyerang percabangan
segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga
terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen
maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer
yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang
pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta
dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Dari mekanisme diatas dpat menyebakan
klein mengeluh sesak nafas dan nyeri. Jika klien merasa tidak nyaman dan
sesak nafas bila berbaring, karten pada waktu berbaring pengembangan paru
tidak maximal.
Dilihat secara histologi, perkembangan yang terjadi pada paru – paru
dalam karya tulis ini dapat dikategorikan dalam jenis karsinoma sel skuamosa
yang mempunyai hubungan dekat dengan faktor resiko merokok. Tetapi untuk
diagnosa yang lebih lanjut (oleh dokter)atau memastikan jenis karsinoma,
xxi
maka diperlukan pemeriksaan – pemeriksaan lainnya seperti laboratorium,
radiology, histopatologi, dan pencitraan.
B. Diagnosa terhadap Pasien Kanker Paru-Paru
Pemeriksaan diagnostik tambahan yang dapat dilakukan adalah :
pemeriksaan laboratorium (sputum, pleural, atau nodus limfe, pemeriksaan
fungsi paru dan GDA, tes kulit, jumlah absolute limfosit), pemeriksaan
histopatologi, dan pencitraan.
1. Radiologi
a. Foto thorax
Untuk mengetahui adanya pembesaran massa atau tidak dan letak
pembesaran tersebut.
b. CT Scan
Dapat memberikan bantuan lebih lanjut dalam membedakan lesi – lesi
yang dicurigai.
c. Bronkoskopi
Bronkoskopi yang sertai dengan biopsi untuk mendiagnosis jenis
karsinoma yang terjadi.
d. Biopsi kelenjar skalenus
Cara terbaik untuk mendiagnosis kanker yang tidak terjangkau oleh
bronkoskopi.
2. Pemeriksaan Sitologi
Sputum rutin, dikerjakan terutama bila ada keluhan seperti batuk.
Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberikan hasil yang berarti karena
xxii
tergantung pada :
a. Letak tumor terhadap bronkus.
b. Jenis tumor.
c. Teknik mengeluarkan sputum.
d. Jumlah sputum yang diperiksa (dianjurkan pemeriksaan 3 – 5 hari
berturut – turut).
e. Waktu pemeriksaan sputum.
Pada kanker paru yang letaknya sentral pemeriksaan sputum yang baik
dapat memberikan hasil positif sampai 67 – 85 % pada karsinoma sel
skuamosa. Sehingga dapat dilakukan sitologi ini untuk mamastikan apakah
termasuk dalam kanker paru sel skuamosa.
Anemia terjadi sebagai akibat dari metastase kanker paru keorgan lain
seperti hati, limpa dan tulang belakang, yang berkaitan dengan proses
pembentukan dari sel darah merah. Sedangkan polisitemia yang dapat
berhubungan dengan merokok cigarette karena kontak dengan karbon
monoksida kronik mempertinggi eritrositosis. Hemoglobin diproduksi dan
difagositosis terutama di hati, limpa dan sumsum tulang. Dimana pada salah
satu proses yaitu sisa hem direduksi menjadi menjadi karbon monoksida (CO)
dan beliverdin. CO ini diangkut dalam bentuk karboksi hemoglobin, dan
dikeluarkan melalui paru. Jika paru terkena kanker maka proses ini akan
mengalami gangguan, dan CO terus dibentuk dan tidak dikeluarkan akan
mempertinggi eritrositosis.
xxiii
Hasil laboratorium kreatinin meningkat, fungsi ginjalnya sudah mulai
terganggu. Ini disebabkan ekstra torak. Penyebaran ekstra torak tergantung
dari empat metastase. Struktur yang sering terkena adalah kelenjar getah
bening skalenus (terutama pada tumor paru – paru), adrenal (50%), hati
(30%), otak (20%), tulang (20%), dan ginjal (15%).
xxiv
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada
wanita maupun pria, yang sering kali di sebabkan oleh merokok. Setiap tipe
timbul pada tempat atau tipe jaringan yang khusus, menyebabkan manifestasi
klinis yang berbeda, dan perbedaan dalam kecendrungan metastasis dan
prognosis. Karena tidak ada penyembuhan dari kanker, penekanan utama
adalah pada pencegahan misalnya dengan berhenti merokok karena perokok
mempunyai peluang 10 kali lebih besar untuk mengalami kanker paru di
bandingkan bukan perokok, dan menghindari lingkungan polusi. Pengobatan
pilihan dari kanker paru adalah tindakan bedah pengangkatan tumor.
Sayangnya, sepertiga dari individu tidak dapat dioperasi ketika mereka
pertama kali didiagnosa.
xxv
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta
Long, Barbara C, (1996), Perawatan Medikal Bedah; Suatu Pendekatan Proses Holistik, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran, Bandung.
Suyono, Slamet, (2001), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Underwood, J.C.E, (1999), Patologi Umum dan Sistematik, Edisi 2, EGC, Jakarta.
xxvi