55
1. Pendahuluan Secara populer orang sering menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. Menurut Martinet (1987:19), linguistik adalah telaah ilmiah mengenai bahasa manusia. Orang yang profesinya berhubungan dengan bahasa perlu mempelajari dan mempunyai pengetahuan mengenai Linguistik, sebab Linguistik akan memberikan pemahaman mengenai hakikat dan seluk beluk bahasa sebagai satu-satunya alat komunikasi terbaik yang hanya dimiliki manusia, serta bagaimana bahasa itu menjalanan perannya dalam kehidupan manusia bermasyarakat. Ilmu linguistik lazim disebut linguistik umum. Hal itu dikarenakan ilmu linguistik mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya dimana bahasa di dunia ini banyak sekali perbedaannya, akan tetapi ada pula persamaannya. Tiap bahasa ada ciri-ciri yang universal, dan itulah yang diteliti oleh linguistik. Maka dapat dikatakan bahwa linguistik bersifat umum. 1

Tugas Merangkum Bahasa Indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

rangkuman

Citation preview

1. Pendahuluan

Secara populer orang sering menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. Menurut Martinet (1987:19), linguistik adalah telaah ilmiah mengenai bahasa manusia.

Orang yang profesinya berhubungan dengan bahasa perlu mempelajari dan mempunyai pengetahuan mengenai Linguistik, sebab Linguistik akan memberikan pemahaman mengenai hakikat dan seluk beluk bahasa sebagai satu-satunya alat komunikasi terbaik yang hanya dimiliki manusia, serta bagaimana bahasa itu menjalanan perannya dalam kehidupan manusia bermasyarakat. Ilmu linguistik lazim disebut linguistik umum. Hal itu dikarenakan ilmu linguistik mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya dimana bahasa di dunia ini banyak sekali perbedaannya, akan tetapi ada pula persamaannya. Tiap bahasa ada ciri-ciri yang universal, dan itulah yang diteliti oleh linguistik. Maka dapat dikatakan bahwa linguistik bersifat umum.Dalam dunia keilmuan pun ada pula ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek untuk diteliti. Beberapa diantaranya adalah ilmu susastra, sosial, psikologi, dan fisika. Akan tetapi setiap ilmu memandang bahasa dalam sudut pandang yang berbeda. Misalnya, ilmu susastra memandang bahasa sebagai wadah untuk mengungkapkan hasil seni, ilmu sosiologi memandang bahasa sebagai alat komunikasi sosial, dan sebagainya. Khusus untuk ilmu linguistik, bahasa dipandang sebagai bahasa saja, bukan sebagai sosok yang lain. 2. Linguistik Sebagai Ilmu2.1 Keilmiahan LinguistikIlmu linguistik telah mengalami tahap perkembangan sebagai berikut:1. Tahap spekulasi. Tahap ini berisi pembicaraan mengenai sesuatu dan cara mengambil kesimpulan dilakukan dengan sikap spekulatif. Artinya kesimpulan itu dibuat tanpa didukung oleh bukti-bukti empiris dan dilaksanakan tanpa menggunaka prosedur-prosedur tertentu.

2. Tahap observasi dan klasifikasi. Pada tahap ini para ahli di bidang bahasa baru mengumpulkan dan menggolongkan segala fakta bahasa dengan teliti tanpa memberi teori atau kesimpulan apa pun.

3. Tahap perumusan teori. Pada tahap ini setiap disiplin ilmu berusaha memahami masalah-masalah dasar dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai masalah-masalah itu berdasarkan data empiris yang dikumpulkan.Dengan mengalami ketiga tahap diatas, linguistik sudah dapat dikatakan merupakan kegiatan ilmiah. 2.2 Subdisiplin LinguistikLinguistik dibagi dalam beberapa subdisiplin linguistik yang berdasarkan: (a) objek kajiannya adalah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu, (b) objek kajiannya adalah bahasa pada masa tertentu atau bahasa sepanjang masa, (c) objek kajiannya adalah struktur internal bahasa itu atau bahsa itu dalam kaitannya dengan berbagai faktor di luar bahasa, (d) tujuan pengkajiannya apakah untuk keperluan teori atau aliran yang digunakan untuk menganalisis objeknya.2.2.1 Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu dapat dibedakan adanya linguistik umum dan linguistik khusus.Linguistik umum adalah linguistik yang berusaha mengkaji kaidah-kaidah bahasa secara umum. Sedangkan linguistik khusus berusaha mengkaju kaidah-kaidah bahasa yang berlaku pada bahasa tertentu. Kajian umum dan khusus ini dapat dilakukan terhadap keseluruhan sistem bahasa atau juga hanya pada satu tataran dari sistem bahasa itu.2.2.2 Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada masa tertentu atau bahasa sepanjang masa dapat dibedakan adanya linguistik sinkronik dan linguistik diakronik.

Linguistik sinkronik mengkaji bahasa pada masa yang terbatas. Studi linguistik sinkronik ini biasa disebut linguistik deskriptif, karena berupaya mendeskripsikan bahasa secara apa adanya pada suatu masa tertentu.Linguistik diakronik berupaya mengkaji bahasa pada masa yang tidak terbatas; bisa sejak awal kelahiran bahasa itu sampai jaman punahnya bahasa tersebut. Kajian linguistik ini biasanya bersifat historis dan komparatif. Tujuan linguistik diakronik adalah untuk mengetahui sejarah struktural bahasa itu beserta dengan segala bentuk perubahan dan perkembangannya. Hasil kajian diakronik seringkali diperlukan untuk menerangjelaskan deskripsi studi sinkronik2.2.3 Berdasarkan objek kajiannya, apakah struktur internal bahasa atau bahasa itu dalam hubungannya dengan faktor di luar bahasa dibedakan adanya linguistik makro dan linguistik mikro.

Linguistik mikro mengarahkan kajiannya pada struktur internal suatu bahasa tertentu atau struktur internal bahasa pada umumnya. Studi linguistik mikro ini sesungguhnya merupakan studi dasar linguistik sebab yang dipelajari adalah struktur internal bahasa itu. Sedangkan linguistik makro, yang menyelidiki bahasa dalam kaitannya dengan faktor-faktor di luar bahasa, lebih banyak membahasa faktor luar-bahasanya itu daripada struktur internal bahasa.

Subdisiplin Mikro:

Linguistik fonologi : menyelidiki ciri-ciri bunyi bahaa, cara terjadinya, dan fungsinya dalam sistem sistem kebahasaan secara keseluruhan.

Morfologi : menyelidiki strukur kata, bagian-bagiannya, serta cara pembentukannya. Sintaksis : menyelidiki satuan-satuan kata dan satuan-satuan lain di atas kata, hubungan satu dengan lainnya, serta cara penyusunannya sehingga menjadi satuan ujaran. Semantik menyelidiki makna bahasa baik yang bersifat leksial, gramatikal, maupun kontekstual.

Leksikologi menyelidiki leksikon atau kosakata suatu bahasa dari berbagai aspeknya. Subdisiplin linguistik makro: Sosiolinguistik: mempelajari bahasa dalam hubungan pemakaiannya di masyaakat.

Antropolinguistik: mempelajari hubungan bahasa dengan budaya dan pranata budaya manusia, termasuk bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh.

Stilistika : mempelajarai bahasa yang digunakan dalam bentuk-bentuk karya sastra.

Filologi : mempelajari bahasa, kebudayaan, pranata, dan sejarah suatu bangsa sebagaimana terdapat dalam bahasa-bahasa tertulis.

Dialektologi: mempelajari batas-batas dialek dan bahasa dalam suatu wilayah tertentu.2.2.4 Berdasarkan tujuannya, apakah penyelidikan linguistik itu semata-mata untuk merumuskan teori ataukah untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari bisa dibedakan adanya linguistik teoritis dan linguistik terapan.

Linguistik teoritis berusaha mengadakan penyelidikan terhadap bahasa atau bahasa-bahasa atau juga terhadap hubungan bahasa dengan faktor-faktor yang berada di luar bahasa hanya untuk menemukan kaidah-kaidah yang berlaku dalam objek kajiannya itu. Jadi, kegiatannya hanya untuk kepentingan teori belaka. Linguistik terapan berusaha mengadakan penyelidikan terhada bahasa atau hubungan bahasa dengan faktor-faktor di luar bahasa untuk kepentingan memecahkan masalah-masalah praktis yang terdapat di dalam masyarakat.2.2.5 Berdasarkan aliran atau teori yang digunakan dalam penyelidikan bahasa dikenal adanya linguistik tradisional, struktural, transformasional, generatif, semantik, relasional, dan sistematik. Luasnya bidang, cabang, atau subdisiplin linguistik terjadi karena objek linguistik yang berupa bahasa mempunyai jangkauan hubungan yang luas dalam kehidupan manusia.

2.3 Analisis Linguistik2.3.1 Struktur, Sistem, dan DistribusiFerdinand de Saussure membedakan adanya dua jenis relasi yang terdapat dalam antara satuan-satuan bahasa, yaitu relasi sintagmatik dan relasi asosiatif. Relasi sintagmatik adalah hubungan yang terdapat antara satuan bahasa di dalam kalimat yang konkret tertentu; sedangkan relasi asosiatif adalah hubungan yang terdapat dalam bahasa, namun tidak tampak dalam susunan satuan kalimat. Contoh hubungan asosiatif: Dia mengikut ibunya terdapat 15 buah fonem yang berkaitan dengan cara tertentu; ada 3 buah kata yang hubungannya tertentu pula, dan ada 3 fungsi sintaksis, yaitu subjek, predikat, dan objek, yang mempunyai hubungan tertentu pula.

Dari contoh tersebut, dapat dikatakan bahwa struktur adalah susunan bagian kalimat atau konstituen kalimat secara linear.

Struktur dibedakan menurut tataran sistematik bahasanya, yaitu menurut susunan fonetis, alofonis, morfemis, dan sintaksis. Sistem pada dasarnya menyangkut masalah distribusi.

Distribusi merupakan istilah yang menyangkut masalah dapat tidaknya penggantian suatu konstituen tertentu dalam kalimat tertentu dengan konstituen lainnya.

2.3.2 Analisis Bawahan LangsungSering disebut sebagai analisis unsur langsung atau analisis bawahan terdekat. Analisis bawahan langsung adalah suatu teknik dalam menganalisis unsur-unsur atau konstituen-konstituen yang membangun suatu satuan bahasa, entah satuan kata, satuan fase, satuan klausa, maupun satuan kalimat. 2.3.3 Analisis Rangkaian Unsur dan Analisis Proses Unsur- Analisis rangkaian unsur : mengajarkan bahwa setiap satuan bahasa dibentuk atau ditata dari unsur-unsur lain. - Analisis proses unsur: menganggap setiap satuan bahasa adalah merupakan hasil dari suatu proses pembentukan.2.4 Manfaat LinguistikManfaat linguistik sangat banyak dan dapat membantu dalam berbagai aspek serta bidang pekerjaan, diantaranya adalah sebagai berikut:

Linguis : membantu menyelesaikan dan melaksanakan tugasnya, Peneliti, kritikus, dan peminat sastra linguistik : membantu memahami karya-karya sastra dengan lebih baik, Guru (terutama guru bahasa) : melatih keterampilan berbahasa, menulis, dan menerangkan kaidah-kaidah bahasa dengan benar, Penyusun buku: menyusun kalimat yang tepat, memilih kosakata yang sesuai dengan jenjang usia pembaca buku.3. Objek Linguistik: Bahasa3.1 Pengertian BahasaKata bahasa dalam bahasa Indonesia memiliki lebih dari satu makna atau pengertian. Menurut Kridalakasana, bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. 3.2 Hakikat BahasaSifat atau ciri bahasa antara lain adalah:

1. Bahasa itu adalah sebuah sistem

2. Bahasa itu berwujud lambang

3. Bahasa itu bersifat arbitrer

4. Bahasa itu berupa bunyi

5. Bahasa itu bermakna

6. Bahasa itu bersifat konvensional

7. Bahasa itu bersifat unik

8. Bahasa itu bersifat universal

9. Bahasa itu bersifat produktif

10. Bahasa itu bervariasi

11. Bahasa itu dinamis

12. Bahasa itu sebagai alat interaksi sosial

13. Bahasa itu merupakan identitas penuturnya3.2.1 Bahasa sebagai sistemBahasa terdiri dari unsur-unsur atau komponen-komponen yang secara teratur, Tersusun menurut pola tertentu, dan membentuk suatu kesatuan.

Contoh:

(1) Kucing itu melompatlah ke meja.

(2) Kucinglah melompat itu meja ke

Contoh yang benar adalah (1), sebab menurut pola aturan kaidah bahasa Indonesia dapat dikatakan benar.

Sebagai sebuah sistem, bahasa itu sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. Dengan sistematis, artinya, bahasa itu menurut suatu pola; tidak tersusun secara acak, secara sembarangan. Sedangkan sistemis, artinya, bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri juga dari sub-sistem; atau sistem bawahan. Contohnya: subsitem fonologi, morfologi, sintaksis, semantk.

Jenjang subsistem diatas dikenal dengan nama tataran linguistik atau tataran bahasa. Perlu diingat, kajian linguistik itu sendiri dibagi dalam beberapa tataran, yaitu tataran morfologi, sintaksis, semantik, dan leksikon. Tataran morfologi dengan tataran sintaksis sering digabung menjadi tataran gramatika. Diatas semua itu ada tataran pragmatik, yang kajiannya mempelajari penggunaan bahasa dengan pelbagai aspeknya, sebagai sarana komunikasi verbal bagi manusia.3.2.3 Bahasa sebagai lambang

Lambang dalam bahasa diwujudkan dalam bentuk bunyi. Bahasa juga merupakan suatu sistem lambang dalam bunyi-bahasa.

3.2.4 Bahasa adalah bunyi.

Menurut Kridalaksana (1983:27) bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara. Lalu yang dimaksud dengan bunyi pada bahasa atau yang termasuk lambang bahasa adalah bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Bunyi bahasa atau bunyi ujaran adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang di dalam fonetik diamati sebagai fon dan didalam fonemik sebagai fonem.

Dalam linguistik, yang disebut bahasa, yang primer adalah yang diucapkan, dilisankan, yang keluar dari alat ucap manusia. Bahasa yang dilisankan inilah yang pertama-tama menjadi objek linguistik. Sedangkan bahasa tulisan, meskipun juga tidak dilupakan dalam kajian linguistik, hanyalah bersifat sekunder. Jadi, bahasa yang seharusnya dilisankan atau diucapkan dalam bahasa tulisan diganti dengan huruf-huruf dan tanda-tanda lain menurut suatu aksara

3.2.5 Bahasa itu bermakna

Bahasa merupakan sistem lambang yang berwujud bunyi. Dan lambang pastinya memiliki suatu konsep, ide, atau suatu pikiran yang sering kita sebut makna.

Lambang-lambang bunyi bahasa yang bermakna itu di dalam bahasa berupa satuan-satuan bahasa yang berwujud morferm, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Semua satuan itu memiliki makna. Namun, karena ada perbedaan tingkatnya, maka jenis maknanya pun tidak sama. Makna yang berkenaan dengan morfem dan kata disebut makna lesikal; yang berkenaan dengan frase, klausa, dan kalimat disebut makna pragmatik, atau makna konteks.

Karena bahasa itu bermakna, maka segala ucapan yang tidak mempunyai makna dapat disebut bukan bahasa. Sebab, fungsi bahasa adalah meyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran.

3.2.6 Bahasa itu ArbitrerArbitrer dapat berarti sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka. Maksudnya adalah tidak ada hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut.3.2.7 Bahasa itu Konvensional

Meskipun hubungan antara lambang bunyi dnegan yang dilambangkannya bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat konvensional. Artinya, semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya.

Jika kearbitreran bahasa terletak pada hubungan antara lambang-lambang bunyi dengan konsep yang dilambangkannya , maka kekonvensionalan bahasa terletak pada kepatuhan para penutur bahasa untuk menggunakan lambangitu sesuai dengan konsep yang dilambag bengkannya.

3.2.8 Bahasa itu produktif

Bahasa dikatakan produktif, sebab meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas, tetapi dengan unsur-unsur yang jumlahnya terbatas itu dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas, meski secara relatif, sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa itu. Keproduktifan bahasa Indonesia dapat juga dilihat pada kalimat yang dapat dibuat.

Keproduktifan bahasa memang ada batasnya, dalam hal ini dapat dibedakan menjadi dua macam keterbatasan, yaitu keterbatasan pada tingkat parole dan keterbatasan pada tingkat langue. Keterbatasan pada tingkat parole adalah pada ketidaklaziman atau kebelumlaziman bentuk yang dihasilkan. Misalnya, dalam bahasa Indonesia, bentuk mencantikkan dan bentuk memperbetuli tidak berterima karena belum lazim. Pada tingkat langue keproduktifan itu dibatasi karena kaidah atau sistem yang berlaku.

3.2.9 Bahasa itu unik

Unik artinya mempunyai ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki orang lain. Bahasa itu unik, sebab setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dapat dimiliki oleh bahasa lainnya. Ciri khas ini bisa menyangkut sistem bunyi, sistem pembentukkan kata, sistem pembentukkan kalimat, atau sistem-sistem lainnya. 3.2.9 Bahasa itu universal

Bahasa bersifat universal, sebab ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini. Ciri bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi bahasa yang terdiri dari vokal dan konsonan.

3.2.10 Bahasa itu dinamis

Bahasa disebut dinamis. Alasannya, karena keterikatan dan keterkaitan bahasa dengan manusia, sedangngkan dalam kehidupannya di dalam masyarakat kegiatan manusia itu tidak tetap dan selalu berubah, maka bahasa itu juga ikut berubah, menjadi tidak tetap, menjadi tidak statis.

3.2.11 Bahasa itu bervariasi

Bahasa yang digunakan menjadi bervariasi atau beragam disebabkan status sosial serta latar belakang budaya yang berbeda-beda.

Ada tiga istilah yang perlu diketahui, yaitu idiolek, dialek, dan ragam. Idiolek adalah variasi atau agam bahasa yang bersifat perseorangan.

Dialek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu.

Ragam atau ragam bahasa adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi, keadaan, atau untuk keperluan tertentu.

3.2.12 Bahasa itu Manusiawi

Alat komunikasi manusia yang bernama namanya bahasa adalah bersifat manusiawi, dalam arti hanya milik manusia dan hanya dapat digunakan oleh manusia. 3.3 Bahasa dan Faktor luar bahasa3.3.1 Masyarakat bahasaMasyarakat bahasa adalah sekelompok orang yang merasa menggunakan bahasa yang sama. Konsep masyarakat bahasa dapat menjadi luas dan dapat menjadi sempit. Masyarakat bahasa bisa melewati batas propinsi, batas negara, bahkan juga batas benua.

3.3.2 Variasi dan status sosial bahasa Dalam beberapa masyarakat tertentu ada semacam kesepakatan untuk membedakan adanya dua macam variasi bahasa yang dibedakan berdasarkan status pemakainnya. Yang pertama adaah variasi tinggi yang digunakan dalam situasi resmi. Yang kedua adalah variasi rendah, digunakan dalam situasi yang tidak fomal.

3.3.3 Penggunaan bahasa

1. Menurut Hymes, seorang pakar sosiolinguistik, suatu komunikasi dengan menggunakan bahasa harus memperhatikan delapan unsur, yang diakronimkan menjadi SPEAKING, yakni:2. Setting and Scene: unsur yang berkenaan dengan tempat dan waktu terjadinya percakapan.

3. Participantas: orang-orang yang terlibat dalam percakapan.

4. Ends: hasil percakapan.

5. Act Sequences: hal yang menunjuk pada bentuk isi percakapan.

6. Key: menunjuk pada cara atau semangat dalam percakapan.

7. Instrumentalities: menunjuk pada jalur percakapan apakah secara lisan atau bukan.

8. Norms : menunjuk pada kategori atau ragam bahasa yang digunakan.

9. Genres: menunjukka pada kategori atau ragam bahasa yang digunakan.

3.3.4 Kontak bahasa

Dalam masyarakat yang terbuka, artinya para anggotanya dapat menerima kedatangan anggota dari masyarakat lain, baik dari satu atau lebih dari satu masyarakat, akan terjadilah apa yang disebut kontak baawa.

3.3.5 bahasa dan budaya

Ada dua pendapat yang menyatakan bahasa adalah bagian dari budaya dan bahasa mempengaruhi kebudayaan, sehingga mempengaruhi cara berpikir dan bertidak masyarakat penuturnya. Akan tetapi pada dasarnya, bahasa dan kebudayaan memang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan.3.4 Klasifikasi Bahasa3.4.1 Klasifikasi genetis

Disebut juga klasifikasi genelogis, dilakukan berdasarkan garis keturunan bahasa-bahasa itu. Artinya, suatu bahasa berasal atau diturunkan dari bahasa yang lebih tua. Klasifikasi genetis dilakukan berdasarkan kriteria bunyi dan arti, yaitu atas kesamaan bentuk (bunyi) dan makna yang dikandungnya. Klasifikasi genetis ini menunjukkan bahwa perkembangan bahasa-bahasa di dunia ini bersifat divergensif. 3.4.2 Klasifikasi tipologis

Dilakukan berdasarkan kesamaan tipe atau tipe-tipe yang terdapat pada sejumlah bahasa. Tipe ini merupakan unsur tertentu yang dapat timbul berulang-ulang dalam suatu bahasa. Unsur yang berulang ini dapat mengenai bunyi, morfe, kata, frase, kalimat, dan sebagainya. Oleh karena itu, tipologi ini dapat dilakukan dalam semua tataran bahasa.

3.4.3 Klasifikasi Areal

Klasifikasi areal dilakukan berdasarkan adanya hubungan timbal balik antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain di dalam suatu areal atau wilayah, tanpa memperhatikan apakah bahasa itu berkerabat secara genetik atau tidak. Yang terpenting adanya data pinjam-meminjam yang meliputi bentuk dan arti; atau pinjaman salah satu.

3.4.4 Klasifikasi SosiolinguistikDilakukan berdasarkan hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor yang berlaku dalam masyarakat; tepatnya berdasarkan status, fungsi, penilaian yang diberikan masyarakat terhadap bahasa itu.

Klasifikasi ini dilakukan berdasarkan empat ciri atau kriteria yaitu : historitas, standardisasi, vitalitas, dan homogenesitas.

3.4.5 Bahasa tulis dan sistem aksaraBagi linguistik bahasa lisan adalah bahasa primer, sedangkan bahasa tulis adalah sekunder. Bahasa lisan lebih dahulu ada daripada bahasa tulis.Mengenai asal mula tulisan, para ahli memperkirakan tulisan itu berawal dan tumbuh dari gambar-gambar dengan bentuk sederhana. Gambar tersebut secara langsung menyatakan maksud yang ingin disampaikan. Gambar itu disebut piktogram, sistem tulisannya piktograf. Kemudian berkembang dengan penggambaran suku kata, yang disebut aksara silabis. Dan setelah itu muncul pula aksara Yunani yang diambil Romawi dan akhirnya lazim disebut sebagai aksara Latin. Adapun macam-macam aksara lainnya yang telah berkembang menjadi huruf tiap bahasa.4. Tataran Linguistik (1) : FONOLOGI4.1 FonetikFonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis dan mebicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa. Menurut hierarki satuan bunyi memang menjadi objek studinya, fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik. Secara umum fonetik biasa dijelaskan sebagai cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-unyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Sedangkan fonemik adalah cabang studi fonoligi yang mempelajari buni bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna. Fonetik terbagi tiga jenis, yaitu fonetik Artikulatoris (mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa, serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan), fonetik akustik (mempelajari bunyi bahasa sebagai peistiwa fisis atau fenomena alam), dan fonetis auditoris (mempelajari mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita).4.1.1 Alat ucap

Alat-alat yang terlibat dalam produksi bunyi bahasa adalah:

1. Paru-paru

2. Batang tenggorok

3. Pangkal tenggorok

4. Pita suara

5. Krikoid

6. Tiroid

7. Aritenoid

8. Dinding rongga kerongkongan

9. Epiglotis

10. Akar lidah

11. Pangkal lidah

12. Tengah lidah

13. Daun lidah

14. Ujung lidah

15. Anak tekak

16. Langit-langit lunak

17. Langit-langit keras

18. Gusi, lengkung kaki gigi

19. Gigi atas

20. Gigi bawah

21. Bibir atas

22. Bibir bawah

23. Mulut

24. Rongga mulut

25. Rongga hidung4.1.1 Proses fonasi

Terjadinya bunyi bahasa pada umumnya dimulai dengan pemompaan udara keluar dari pau-par melalui pangkal tenggorokan ke pangkal tenggorok, yang di dalamnya terdapat pita suara. Supaya udahra bisa keluar, entah melalui rongga mulut atau hidung, udara tadi diteruskan ke udara bebas.

4.1.2 Tulisan fonetik

Pada dasarnya dalam tulisan fonetik setiap huuf ata lambang hanya digunakan untuk melambangkan satu bunyi bahasa.

4.1.3 Klasifikasi bunyi

Bunyi dibedakan atas bunyi vokal dan konsonan. Serta ada pula Diftong atau vokal rangkap yang terjadi karena posisi lidah ketika memproduksi bunyi, bagian awal dan akhirnya tidak sama.

Klasifikasi konsonan: Bilabial (terjadi pada kedua belah bibir), labiodental (konsonan yang terjadi pada gigi bawah dan gigi atas), laminoalveolar (konsonan yang terjadi pada daun lidah dan gusi), dorsovelar (konsonan yang terjadi pada pangkal liadah dan velum).

4.1.4 Unsur Supragmental

Bunyi yang tidak dapat disegmentasikan disebut supragmental. Berikut pembagiannya:

1. Tekanan atau stres

2. Nada atau pitch

4.1.5 Jeda atau persendian

Berkenaan dengan hentian bunyi dalam arus ujar. Biasanya dibedakan adanya sendi dalam atau internal juncture dan sendi luat atau open juncture.

4.1.6 Silabel

Merupakan satuan ritmis terkecil dalam suatu arus ujaran atau runtunan bunyi ujaran. 4.2 Fonemik

Objek penelitian fonemik adalah fonem, yakni bunyi bahasa yang berfungsi membedakan makna kata. Kemudian Alofon, merupakan realisasi dari fonem dan

4.2.1 Klasifikasi Fonem

Fonem diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:1. Fonem segmental

2. Fonem supra segmental

4.2.2 Khazanah Fonem

Maksudnya adalah banyaknya fonem yang terdapat dalam satu bahasa.

4.2.3 Perubahaan fonemUcapan sebuah fonem dapat berbeda-beda, tergantung pada lingkungannya atau pada fonem-fonem lain yang berada di sekitarnya:

1. Asimilasi dan Disimilasi

2. Netralisasi dan Arkifonem

3. Umlaut, Ablaut, dan Harmoni vokal

4. Kontraksi

5. Metasis dan Epentesis.

4.2.4 Fonem dan Grafem

Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang fungsional atau dapat membedakan makna kata. Untuk menetapkan sebuah bunyi berstatus sebagai fonem atau bukan, harus dicari pasangan minimalnya, berupa dua buah kata yang mirip, yang memiliki satu bunyi yang berbeda, sedangkan yang lainnya sama. Grafem adalah huruf yang digunakan dari aksara Latin.5. Tataran Linguistik (2) : MORFOLOGI

5.1 Morfem

5.1.1 Identifikasi morfem

Apabila sebuah satuan bentuk bisa hadir secara berulang-ulang dengan bentuk lain, maka bentuk tersebut adalah sebuah morfem.

5.1.2 Morf dan Alomorf

Bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari morfem yang sama itu disebut alomorf. Dengan perkataan lain, alomorf adalah perwujudan konkret (di dalam penuturan) dari sebuah morfem. Jadi, setiap morfem tentu memiliki alomorf. Dapat juga dikatakan morf dan alomorf adalah dua buah nama untuk sebuah bentuk yang sama. Morf adalah nama untuk semua bentuk yang belum diketahui statusnya; sedangkan alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui status morfemnya5.1.3 Klafisikasi Morfem

Morfem diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria. Antara lain berdasarkan kebebasannya, keutuhannya, maknanya, dan sebagainya. Berikut pembagiannya:

1. Morfem bebas dan morfem terikat.

Yang dimaksud morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain muncul dalam pertuturan. Sedangkan morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan.

2. Morfem utuh dan morfem terbagi

Pembadaan morfem utuh dan morfem terbagi berdasarkan bentuk formal yang dimiliki morfem tersebut: apakah merupakan satu kesatuan utuh atau merupakan dua bagian yang terpisah atau terbagi, karena disisipi morfem lain.

3. Morfem segmental dan suprasegmental

Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmetal. Sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental, seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya.

4. Morfem beralomorf zero

Dalam linguistik deskriptif dikenal konsep mengenai morfem beralomorf zero atau nol, yaitu morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental maupun suprasegmental.

5.1.4 Mordem dasar, bentuk dasar, pangkal (stem), dan akar (root).- Istilah morfem dasar biasanya digunakan sebagai dikotomi dengan morfem afiks.

- Istilah bentuk dasar biasanya dignakan untuk menyebut sebuah bentuk yang menjadi dasar dalam suatu proses morfologi.

- Istilah pangkal digunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam proses infleksi, atau proses pembubuhan afiks inflektif.

- Istilah akar digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh lagi. Artinya, akar itu adalah bentuk yang tersisa setelah semua akfiksnya.

5.2 Kata

Yang ada dalam tata bahasa tradisional sebagai satuan lingual yang selalu dibicarakan adalah satuan yang disebut kata.

5.2.1 Hakikat kata

Kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian; atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi, dan mempunyai satu arti.5.2.2 Klasifikasi kata

Para bahasawan tradisional menggunakan kriteria makna dan kriteria fungsi untuk membagi klasifikasi kata. Kriteria makna digunakan untuk mengidentifikasikan preposisi, konjungsi, adverbia, pronomina dan lain-lainnya. 5.2.3 Pembentukan kata

Untuk dapat digunakan di dalam kalimat atau pertuturan tertentu, maka setiap bentuk dasar, terutama dalam bahasa fleksi dan aglutunasi, harus dibentuk lebih dahulu menjadi sebuah kata gramatikal baik melalui proses afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses komposisi. Pembentukan kata ini mempunyai dua sifat, yaitu pertama membentuk kata-kata yang bersifat inflektif, dan kedua yang bersifat derivatif.

5.3 Morfemis

5.3.1 Afiksasi

Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat unsur-unsur (1) dasar atau bentuk dasar, (2) afiks, dan (3) makna gramatikal yang dihasilkan.

5.3.2 Reduplikasi

Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi.

5.3.3 Komposisi

Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau yang baru.

5.3.4 Konversi dan Modifikasi InternalKonversi, sering disebut derivasi zero, transmutasi, dan transposisi, adalah proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan unsur segmental.

Modifikasi internal (sering disebut juga penambahan internal atau perubahan internal) adalah proses pembentukan kata dengan penambahan unsur-unsur (yang biasanya berupa vokal) ke dalam morfem yang berkerangka tetap (yang biasanya berupa konsonan).5.3.5 Pemendekan Pemendekan adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat, tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk utuhnya.5.3.6 Produkivitas Proses Morfemis

Yang dimaksud dengan produktivitas dalam proses morfemis ini adalah dapat tidaknya proses pembentukan kata itu, terutama afiksasi, reduplikasi, dan komposisi, digunakan berulang-ulang yang secara relatif tak terbatas; artinya, ada kemungkinan menambah bentuk baru dengan proses tersebut.

5.4 Morfofonemik

Morfofonemik, disebut juga morfonemik, morfofonologi, atau morfonologi, atau peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis, baik afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi. 6. TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS

6.1 Struktur Sintaksis Secara umum struktur sintaksis terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (K). Eksistensi struktur sintaksis terkecil ditopang oleh, kita sebut saja, urutan kata, bentuk kata, dan intonasi; dalam hal ini bisa juga ditambahkan dengan konektor yang biasanya berupa konjungsi.

6.2 Kata sebagai satuan sintaksisDalam sintaksis kata merupakan satuan terkecil, yang secara hierarkial menjadi komponen pembentuk menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase. 6. 3 FraseFrase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu ungsi sintaksis di dalam kalimat.

Frase biasanya dibedakan adanya frase (1) eksosentrik, (2) endosentrik, (3) koordinatif, dan (4) frase apositif.

Frase eksosentrik adalah frase yang komponen-komponennya tidak koordinatif adalah frase yang komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen atau lebih yang sama dan sederajat, dan secara potensial dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif. Frase apositif adalah frase koordinatif yang kedua komponennya saling merujuk sesamanya; dan oleh karena itu, urutan komponennya dapat dipertukarkan.

6.3.3 Perluasan Frase

Salah satu ciri frase adalah bahwa frase itu dapat diperluas. Maksudnya, frase itu dapat diberi tambahan komponen baru sesuai dengan konsep atau pengertian yang akan ditampilkan.

6.4 KLAUSA

Klausa merupakan tataran di dalam sintaksis yang berada di atas tataran frase dan dibawah tataran kalimat.

6.4.1 Pengertian Klausa

Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikaif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, sebagai objek, dan sebagai keterangan.

6.4.2 Jenis Klausa

Jenis klausa dapat diperbedakan berdasarkan strukturnya berdasarkan kategori segmental yang menjadi predikatnya. Berdasarkan strukturnya dapat dibedakan adanya klausa bebas dan klausa terikat.

Klausa bebas adalah klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap, sekurang-kurangnya mempunyai subjek dan predikat; dan karena itu, mempunyai potensi untuk menjadi kalimat mayor.

Berbeda dengan klausa bebas yang mempunyai unsur lengkap, maka klausa terikat memiliki struktur yang tidak lengkap.

Berdasaran kategori unsur segmental yang menjadi predikatnya dapat dibedakan adanya klausa verba, nominal, ajektifal, adverbial, dan klausa preposisional.- Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya berkategori verbal. Kemudin sesuai dnegan adanya berbagai tipe verba, maka dikenal adanya (1) klausa transitif, yaitu klausa yang predikatnya berupa verba transitif, (2) klausa intransitif, yaitu klausa yang predikatnya berupa verba intransitif, dan (3) klausa refleksif, yaitu klausa yang predikatnya berupa refleksif.

- Klausa nominal adalah klausa yang predikatnya berupa nomina atau frase nominal.

- Klausa ajektifal adalah klausa yang predikatnya berkategori ajektifa, baik berupa kata maupun frase.

- Klausa adverbial adalah klausa yang predikatnya berupa adverbia.

- Klausa preposisional adalah klausa yang predikatnya berupa frase yang berkategori preposisi.

- Klausa numeral adalah klausa yang predikatnya berupa frase numeralia.

6.5 KALIMAT

Definisi umum kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap.Jenis kalimat dapat dibedakan berdasarkan berbagai kriteria atau sudut pandang. Pembagian tersebut dapat dilihat di bawah ini.

1. Kalimat inti dan non-inti

Kalimat inti, biasa juga disebut kalimat dasar, adalah kalimat yang dibentk dari klasusa inti yang lengkap dan bersifat deklaratif. Kalimat inti dapat diubah menjadi kalimat noninti dengan berbagai proses transformasi, seperti transformasi pemasifan, transformasi pengingkaran, transformasi penanyaan, transformasi pemerintahan, transformasi penginversian, transformasi pelesapan, dan transformasi penambahan.

2. Kalimat tunggal dan kalimat majemuk

Pembedaan kalimat tunggal dan kalimat majemuk berdasarkan banyaknya klausa yang ada di dalam kalimat itu. Kalau klausanya hanya satu, maka kalimat tersebut disebut kalimat tunggal. Kalau klausa di dalam sebuah kalimat terdapat lebih dari satu, maka kalimat itu disebut kalimat majemuk.

3. Kalimat mayor dan minor

Pembedaan kalimat mayor dan minor dilakukan berdasarkan lengkap dan tidaknya klausa yang menjadi konstituen dasa kalimat itu. Kalau klausanya tidak lengkap, maka kalimat tersebut disebut kalimat minor. Sebaliknya apabila klausanya lengkap, maka disebut kalimat mayor.4. Kalimat verbal dan kalimat non-verbalKalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal, sedangkan kalimat non-verbal adalah kalimat yang predikatnya bukan kata atau frase verbal; bisa nominal, ajektifal, adverbial, atau juga numeralia.

5. Kalimat bebas dan kalimat terikat

Kalimat bebas adalah kalimat yang mempunyai potensi menjadi ujaran lengkap. Sedangkan kalimat terikat adalah kalimat yang tdak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap, atau menjadi pembuka paragraf atau waana tanpa bantuan konteks.

Adapun dalam kalimat yang perlu diperhatikan adalah intonasi, aspek, kala, modalitas, fokus, diatesis, dan modus. 6.6 Wacana

Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Alat-alat gramatikal yang dapat digunakan untuk membuat sebuah wacana menjadi kohesif antara lain : Konjungsi, kata ganti (dia, nya, mereka, ini dan itu) sebagai rujukan anaforis, dan menggunakan elipsis

Wacana juga mempunyai pembagian Ada wacana lisan dan wacana tulis. Kemudian ada pembagian wacana prosa dan wacana puisi dilihat dari penggunaan bahasa.

6.7 Catatan mengenai hierarki satuanHierarki adalah urutan normal teoritis. Maka dalam urutannya kita dapat membuat bagian urutan sebagai berikut: Morfem Kata Frase Klausa Kalimat Wacana.7. Tataran Linguistik (4) : SEMANTIKSemantik, dengan objeknya yakni makna, berada di seluruh atau di semua tataran untuk yang bangun-membangun ini: makna berada di dalam tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis.

7.1 Hakikat Makna

Menurut teori yang dikembangkan dari pandangan Ferdinand de Sausurre bahwa makna adalah pengertian atauu konsep yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda-linguistik.7.2 Jenis Makna

Makna bahasa menjadi bermacam-macam bila dilihat dari segi atau pandangan yang berbeda. Berikut beberapa jenis makna yang ada:

1. Makna Leksikal, Gramatikal, dan Kontekstual

Makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apa pun. Berbeda dengan makna leksikal, makna gramatikal baru ada kalau terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi. Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam satu konteks.

2. Makna Denotatif dan Makna konotatif

Makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem. Sedangkan makna konotatif adalah makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. 3. Makna Konseptual dan Makna AsosiatifYang dimaksud dengan makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Sedangkan makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa. 4. Makna Kata dan Makna Istilah

Dalam penggunaanya makna kata itu baru menjadi jelas kalau kata itu sudah berada di dalam konteks kalimatnya atau konteks situasinya. Berbeda dengan kata, maka yang disebut istilah mempunyai makna yang pasti, yang jelas, yang tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat. Oleh karena itu, sering dikatakan bahwa istilah itu bebas konteks, sedangkan kata tidak bebas konteks.

5. Makna Idiom dan Peribahasa

Idiom adalah satuan ujarang yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna, baik secara leksikal maupun secara gramatikal. Berbeda dengan idiom, peribahasa memiliki makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya karena adanya asosiasi antara makna asli dengan maknanya sebagai peribahasa. 7.3 Relasi Makna

Yang dimaksud dengan relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya. Dalam pembicaraan relasi makna ini, masalah yang dibicarakan disebut sinonim, antonim, polisemi, homonimi, hiponimi, ambiguiti, dan redundansi.

- Sinonim: hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya.

- Antonim: hubungan semantik antara dua buah satuan ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan, atau kontras antara yang satu dengan yang lain.

- Polisemi: sebuah kata atau satuan ujaran yang memiliki makna lebih dari satu.

- Homonimi: dua buah kata atau satuan ujaran ang bentuknya kebetulan sama; maknanya tentu saja berbeda, karena masing-maing merupakan kata atau bentuk ujaran yang berlainan.

- Hiponimi: hubungan semantik antara sebuah bentuk ujaran yang maknanya tercakup dalam makna bentuk ujaran yang lain.- Ambiguiti atau Ketaksaan: gejala dapat terjadinya kegandaan makna akibat tafsiran gramatikal yang berbeda.

- Redundansi: berlebih-lebihannya pengunaan unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran.

7.4 Perubahan Makna

Kemungkinan perubahan makna memang ada tapi ini tidak berlaku untuk semua kosakata yang terdapat dalam sebuah bahasa, melainkan hanya terjadi pada sejulah kata saja, yang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:

- Perkembamgan dalam bidang ilmu teknologi

- Perkembangan sosial budaya

- Perkembangan pemakaian kata

- Pertukaran tanggapan indra

- Adanya asosiasi

7.5 Medan Makna dan Komponen Makna

Kata-kata yang berada dalam satu kelompok lazim dinamai kata-kata yang berada dalam satu medan makna atau satu medan leksikal. Sedangkan usaha untuk menganalisis kata atau leksem atas unsur-unsur makna yang dimilikinya disebut analisis komponen makna atau analisis ciri-ciri leksikal. Medan makna adalah seperangkat unsur leksikal yang maknanya saling berhubungan karena menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu.

Setiap kata, leksem atau butir leksikal tentu mempunyai makna. Makna yang dimiliki oleh setiap kata itu terdiri dari sejumlah komponen (yang disebut komponen makna), yang membentuk keseluruhan makna itu. Komponen makna ini dapat dianalisis, dibutiri, atau disebutkan satu per satu, berdasarkan pengertian-pengertian yang dimilikinya.

8. SEJARAH DAN ALIRAN LINGUISTIK8.1 Linguistik Tradisional

Tata bahasa tradisional menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik; sedangkan tata bahasa struktural berdasarkan struktur atau ciri-ciri formal yang ada dalam suatu bahasa tertentu.

- Linguistik Zaman Yunani

Studi bahasa pada zaman Yunani mempunyai sejarah panjang yaitu dari lebih kurang abad ke-5 S.M. sampai lebih kurang abad ke-2 M. Masalah pokok yang menjadi pertentangan para linguis pada waktu itu adalah (1) pertentangan antara fisis dan nomos, dan (2) pertentangan antara analogi dan anomali.

- Zaman Pertengahan

Studi bahasa pada zaman pertengahan di Eropa mendapat perhatian penuh. Dan dari zaman ini yang patut dibicarakan dalam studi bahasa antara lain adalah peranan kaum Modistaer, tata bahasa spekulativa, dan Petrus Hispanus.- Zaman Renaisans

Zaman ini dianggap sebagai zaman pembukaan abad pemikiran abad modern. Dalam sejarah studi bahasa ada dua hal pada zaman Renaisans ini yang menonjol yang perlu dicatat, yaitu: (1) selain menguasai bahasa Latin, sarjana-sarjana pada waktu itu juga menguasai bahasa Yunani, bahasa Ibrani, dan bahasa Arab; (2) selain bahasa sebelumnya, bahasa-bahasa Eropa lainnya juga mendapat perhatian dalam bentuk pembahasan, penyusunan tata bahasa, dan malah juga perbandingan.- Menjelang Lahirnya Linguistik Modern

Masa antara lahirnya linguistik modern dengan masa berakhirnya zaman renaisans ada satu tonggak yang sangat penting dalam sejarah studi bahasa. Tonggak yang dianggap sangat enting itu adalah dinyatakannya adanya hubungan kekerabatan antara bahasa Sanskerta dengan bahasa Yunani, Latin, dan bahasa- bahasa Jerman lainnya.*Kesimpulan pembicaraan mengenai linguistik tradisional:

1. tata bahasa tradisional tidak mengenal adanya perbedaan antara bahasa ujaran dengan bahasa tulisan. Oleh karena itu, deskripsi bahasa hanya bertumpu pada bahasa tulisan;

2. bahasa yang disusun tata bahasanya dideskripsikan dengan mengambil patokan-patokan dari bahasa lain, tertutama bahasa Latin;

3. kaidah-kaidah bahasa dibuat secara preskriptif, yakini benar atau salah;

4. persoalan kebahasaan seringkali dideskripsikand dengan melibatkan logika;

5. penemuan-penemuan atau kaidah-kaidah terdahulu cenderung untuk selalu dipertahankan.

- Menjelang Lahirnya Linguistik ModernLinguistik strukturalis berusaha mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas yang dimiliki bahasa itu. Pandangan ini adalah sebagai akibat dari konsep-konsep atau pandangan-pandangan baru terhadap bahasa dan studi bahasa yang dikemukakan oleh Bapak Linguistik Modern, yaitu Ferdinand de Saussure.1. Ferdinand SaussurePandangan yang dimuat dalam bukunya Course de Linguitique, mengena konsep: (1) telaah sinkronik dan diakronik, (2) perbedaan langue dan parole, (3) perbedaan signifiant dan signifi, dan (4) hubungan sintamatik dan paradigmatik banyak berpengaruh dalam perkembangan linguistik di kemudian hari.

2. Aliran praha

Dalam bidang fonologi, aliran Praha inilah yang pertama-tama membedakan dengan tegas akan fonetik dan fonologi.

3. Aliran Glosematik

Tokohnya, antara lain, Louis Hjemslev. Namanya terkenal karena usahanya untuk membuat ilmu bahasa menjadi ilmu yang berdiri sendiri, bebas dari ilmu lain, dengan peralatan, metodologis dan terminologis sendiri. Hjemslev juga menganggap bahasa sebagai suatu siste hubungan; dan mengakui adanya hubungan sintagmatik dan hubungan paradigmatik.

4. Aliran Firthian

Tokohnya adalah John R. Firth, guru besar pada universitas London. Terkena karena teorinya mengenai fonologi prosodi. Karena itulah aliran yang dikembangkannya dikenal dengan nama aliran prosodi; tetapi di samping itu dikenal pula dengan nama aliran firth, firthian, atau London.

5. Linguistik Sistematik

Tokohnya adalah M.A.K Holiday. Mengembangkan teori linguistik sistemik. Pokok-pokoknya adalah: memberikan perhatian penuh pada segi kemasayaraktan bahasa, memandang bahasa sebagai pelaksana, mengutamakan pemerian ciri-ciri bahasa tertentu beserta variasinya, dan mengenal adanya gradasi atau kontinum.6. Strukturalis Amerika

Tokohnya adalah Leonard Bloomfield. Faktor yang menyebabkan aliran ini berkembang adalah: linguis Amerika menghadapi banyak masalah, Bloomfield menolak mentalitik sejalan dengan filsafan behaviourisme., dan diantara linguis ada hubungan yang baik.

8.3 Linguistik Transformasional dan Aliran-Aliran Sesudahnya.

Model-model linguistik transformasional dan aliran sesudahnya adalah sebagai berikut:1. Tata bahasa transformasi:Tokohnya adalah Noam Chomsky, pembuat buku mengenai tata bahasa transformasi. Menurut Chomsky, salah satu tujuan dari penelitian bahasa adalah untuk menyusun tata bahasa dari bahasa tersebut. Bahasa dapat dianggap sebagai kumpulan kalimat yang terdiri dari deretan bunyi yang mempunyai makna. Maka kalau begitu, tugas tata bahasa haruslah dapat menggambarkan hubungan bunyi dan arti dalam bentuk kaidah-kaidah yang tepat dan jelas. Tata bahasa itu harus memenuhi dua syarat, yaitu: (1) kalimat yang dihasilkan oleh tata bahasa itu harus diterima oleh pemakai bahasa tersebut, dan (2) tata bahasa tersebut harus berbentuk sedemikian rupa, sehinga satuan atau istilah yang digunakan tidak berdasarkan pada gejala bahasa tertentu saja, dan semuanya ini harus sejajar dengan teori linguisti tertentu.

2. Semantik generatif

Menurut semantik generatif, sudah seharusnya semantik dan sintaksis diselidiki bersama sekaligus karena keduanya adalah satu. Dan menurut mereka , argumen adalah segala sesuatu yang dibicarakan; sedangkan predikat itu semua yang menunjukkan hubungan, perbuatan, sifat, keanggotaan, dan sebagainya. Jadi, dalam menganalisis sebuah kalimat, teori ini berusaha mengabstraksikan predikatnya dan menentukan argumen-argumennya.

3. Tata bahasa kasus

Tokohnya adalah Charles J. Fillmore. Yang dimaksudkannya dengan kasus dalam teori ini adalah hubungan anara verba dengan nomina. 4. Tata bahasa relasionalTujuan tata bahasa relasional serupa dengan tata bahasa transformasi, yaitu berusaha mencari kaidah kemestaan bahasa. \

1