Upload
diah-fitri
View
38
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERADABAN ISLAM DI INDONESIA
(SEBELUM DAN SESUDAH KEMERDEKAAN)
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan nilai mata kuliah ……Program Studi Magister Ilmu Agama
Diajukan oleh :
Syahmardan
NIM ……..
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
September 2014
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Sholawat
serta salam tercurahkan ke junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah …… dengan judul
PERADABAN ISLAM DI INDONESIA.
Penulisan makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari segala pihak
yang membantu menyelesaikan makalah ini. Maka dari itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ibu/ Bapak ……... selaku dosen mata kuliah ……. .
2. Rekan-rekan yang membantu mendorong serta memberikan informasi
yang sangat diperlukan dalam penyusunan makalah ini hingga dapat
terselesaikan.
3. Semua pihak yang telah ikut berpartisipasi serta telah memberikan
semangat dalam membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan sumbangan pikiran, pendapat
serta saran – saran yang berguna demi penyempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.
Berau, 2 September
2014
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Peradaban Islam Sebelum Kemerdekaan di Indonesia..............................3
2.1.1 Birokrasi Keagamaan.........................................................................3
2.1.2 Ulama dan Ilmu Keagamaan..............................................................3
2.1.3 Arsitek Bangunan...............................................................................4
2.2 Peradaban Islam Sesudah Kemerdekaan di Indonesia..............................5
2.2.1 Departemen Agama............................................................................5
2.2.2 Pendidikan..........................................................................................5
2.2.3 Hukum Islam......................................................................................8
2.2.4 Haji.....................................................................................................8
2.2.5 Majelis Ulama’ Indonesia..................................................................9
BAB III PENUTUP...............................................................................................10
3.1 Kesimpulan..............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di sejarah sudah di katakan bahwa Islam di kembangkan dan di
sebarluaskan oleh para saudagar. Sejak zaman pra sejarah, penduduk
kepulauan Nusantara di kenal sebagai pelayar - pelayar di lautan. Pada awal
masehi sudah ada yang ikut rute-rute pelayaran dan perdagangan antara
kepulauan Nusantara dengan daratan Asia Tenggara.
Latar belakang masuknya Islam di Indonesia di awali hubungan
dagang antara bangsa arab dengan bangsa Indonesia.
Setelah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia telah mencapai
puncaknya dengan di proklamirkannya proklamasi oleh Sukarno,
sesungguhnya perjuangan bangsa ini masih banyak yang harus
disempurnakan. Sejak awal kebangkitan Nasional, posisi agama sudah
mulai di bicarakan dalam kaitannya dengan politik atau Negara. Ada dua
pendapat yang didukung oleh dua golongan yang bertentangan tentang hal
itu. Satu golongan berpendapat, negara Indonesia merdeka hendaknya
merupakan sebuah negara “sekuler”, negara yang dengan jelas memisahkan
persoalan agama dan politik, sebagaimana diterapkan di negara turki oleh
mustafa kamal. Golongan lainnya bependapat, negara Indonesia merdeka
adalah “Negara Islam”.
Indonesia adalah Negara yang memiliki penduduk yang mayoritas
beragama Islam. Walaupun Indonesia tidak memakai Islam sebagai Asas
Negara, akan tetapi mayoritas kebudayaan yang diusung oleh Islam sangat
mendominasi kehidupan bangsa Indonesia, khususnya penduduk yang
beragama Islam. Kebudayaan-kebudayaan yang berlaku itu berangsur-
angsur membentuk suatu peradaban Islam yang mampu membawa
penduduk Indonesia kepada kemajuan dan kecerdasan.
1
Peradaban Islam di Indonesia Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan
mengalami perubahan yang sangat pesat, perubahan tersebut terjadi hampir
meliputi seluruh aspek kehidupan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan
masalahnya yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana peradaban Islam di Indonesia sebelum kemerdekaan?
2. Bagaimana peradaban Islam di Indonesia setelah kemerdekaan?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai barikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana peradaban Islam di Indonesia sebelum
kemerdekaan.
2. Untuk mengetahui bagaimana peradaban Islam di Indonesia sesudah
kemerdekaan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peradaban Islam Sebelum Kemerdekaan di Indonesia
2.1.1 Birokrasi Keagamaan
Penyebaran Islam pertama kali di Indonesia di mulai dari pesisir.
Tumbuh di berbagai pelabuhan di antaranya: Sumatra Pasai, Sumatra Barat,
Palembang, Sunda Kelapa (Jakarta), Jepara, Tuban, Gresik, Madura, dan
Ambon. Dan Islam semakin menyebar luas dan akhirnya menyebar
diantaranya adalah Samudra Pasai, Aceh, Demak, Banten, Cirebon, Ternate,
Tidore dan sebagainya.
Ibukota di samping pusat politik dan perdagangan pusat perkumpulan
para ulama’ dan mubaligh isalm. Raja- raja Aceh mengangkat para ulama’
menjadi penasehat dan pejabat di bidang keagamaan. Sultan Iskandar muda
(1607-1636) mengangkat Syekh Nuruddin ar-Raniri menjadi mufti kerajaan
dan Sultan Saefuddin Syah mengangkat Syekh Abdur Rauf Singkel. [1]
Kedudukan ulama sebagai penasehat raja, di Demak penasehat Raden
Fatah, raja pertama Demak, Sunan Ampel dan Sunan Kalijaga. Sunan
Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) yang berperan sebagai guru agama dan
mubalig saat di Ternate dibantu seorang penasehat. Kesimpulannya selain
menjadi penasehat badan peradilan juga memberi nasehat kepada raja
apabila melanggar. [2]
2.1.2 Ulama dan Ilmu Keagamaan
Ulama sangat berperan sebagai penyebar agama juga berpartisipasi
dalam bidang pendidikan, ada dua cara yang di lakukan sebagai berikut :
a) Membentuk karder-karder ulama yang bertugas sebagai muballig ke
daerah-daerah yang luas.
3
b) Karya-karya yang tersebar dan dibaca di berbagai tempat yang jauh.
Karya-karya tersebut mencerminkan pemikiran dan ilmu keagamaan di
Indonesia pada masa itu.
Syekh Muhammad Naqub Al-Attas menyatakan menyaksikan suatu
kesuburan dalam penulisan sastra, filsafat, metafisika, dan teologi rasional
yang tidak ada tolak banding di zaman apapun di Asia. Ilmuan muslim
pertama di Indonesia diantaranya sebagai berikut :
a) Hamzah Fansuri : Seorang sufi terkemuka berasal dari Fansur (barus)
Sumatra Utara. Karya nya yang terkenal Asrarul Arifin fi Bayan ila
Suluk wa at-tauhid, tentang ilmu kalam menurut teologi islam.
b) Syamsuddin as- Sumatrani : Murid dari Hamzah Fansuri, mengrang
buku yang berjudul Miratul Mu’minin ( cermin orang beriman)
tentang ilmu kalam.
c) Nuruddin ar-Raniri : Berasal dari India keturunan Arab Quraisy
Hadramaut. Dikenal sebgai orang yang membela ajaran Ahlusunnah
wal jama’ah. Kaya nya Al-lanah fi tafkir msn qala bi khalq al-Qur’an.
d) Abdur Rauf Singkel : Mendalami ilmu pengetahuan di Makkah dan
Madinah. Menghidupkan kembali ajaran tassawuf yang sebelumnya di
kembangkan oleh Hamzah Fansuri.
2.1.3 Arsitek Bangunan
Hasil seni bangunan yang mempunyai nilai sejarah di antaranya
adalah Masjid Kuno Demak, Sendang Duwur Agung kesepuhan di Cirebon,
Masjid Agung Banten, Baiturrahman di Aceh dan lain-lain. Beberapa masjid
kuno mengingatkan pada seni candi menyerupai bangunan meru pada
zaman Indonesia Hindu. Selain itu nisan kubur di daerah Tralaya, Tuban,
Madura, Demak, Kudus.
4
2.2 Peradaban Islam Sesudah Kemerdekaan di Indonesia
2.2.1 Departemen Agama
Setelah kemerdekaan Indonesia, para pemimpin rakyat Indonesia
sepakat menerapkan bentuk Republik dalam pemerintahan Indonesia. Dan
berdasarkan pada asas pancasila dan UUD 1945.
Dalam pancasila ditemukan kesamaan dengan ajaran Syariat Islam
dalam Al-Qur’an sebagai sumber hukum utama umat Islam. Dalam struktur
pemerintahan Republik Indoesia dibentuk departemen Agama yang dulu
bernama kementrian agama. Yang didirikan pertama kali pada masa kabinet
syahrir sampai sekarang mentri agamanya masih dipegang oleh seorang
muslim. Kepala negara dan mentrinya mayoritas dari kaum muslimin.
Sebelum terbentuknya kementrian ini, ada pembahasan mengenai
apakah kementrian ini akan dinamakan kementrian agama Islam ataukah
kementrian agama saja. Akhirnya diputuskan menjadi kementrian agama,
yang pertama-tama mempunyai tiga seksi dan kemudian empat seksi,
masing-masing kaum muslimin, umat protestan, umat katholik, dan umat
hindu budha (dulu disebut agama Hindu Bali).
Sesuai dengan perkembangan departemen ini strukturnya berkembang
dari yang hanya terdiri dari empat seksi, sekaang terdiri dari lima direktorat
jendral, yaitu direktorat jendral bimbingan masyarakat Islam dan urusan
haji, di rektorat jendral pembinan kelembagaan agama Islam, direktorat
jrndral bimbingan masyarakat katholik, direktorat jendral bimbingan
masyarakat protestan, dan direktorat jendral bimbingan masyarakat hindu
dan budha. Menti agama juga dibantu oleh lembaga inspektorat jendral,
sekretariat jendral, badan penelitian dan pengembangan (balitbang) agama
dan pusat pendidikan dan latihan (pusdiklat) pegawai.
2.2.2 Pendidikan
Setelah berdirinya departemen agama, persoalan pendidikan mulai
mendapat perhatian lebih serius. Badan pekerja komite nasional pusat dalam
bulan desember 1945 menganjurkan agar pendidikan madrasah diteruskan.
5
Kurikulum 1975 tercipta setelah melalui perjuangan pihak pengemban
madrasah, untuk berusaha menyamakan status dan derajat madrasah yang
dikelola oleh departemen agama dengan status dan derajat pendidikan lain
yang dikelola oleh departemen pendidikan dan kebudayaan.
Berkenaan dengan perguruan tinggi Islam kaum muskmin di
Indonesia sejak awal sudah berfikir untuk membangunnya. Mahmud yunus
membuka Islamic College pertama tanggal 9 desember 1940 di padang yang
terdiri dari Fakultas Syari’ah dan Fakultas Pendidikan dan Bahasa Arab.
Tujuannya adalah untuk mendidik Ulama.
Pada tahun 1958 pemerintah terdorong untuk mendirikan Madrasah
Negeri dengan ketentuan kurikulum 30% pelajaran agama, 70% pelajaran
umum. Sistem penyelenggaraan sama dengan sekolah umum menggunakan
tingkatan sebagai berikut:
1. Madrasah Ibtidaiyyah Negeri (MIN) setingkat SD, lama belajar 6
tahun.
2. Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) setingkat SMP, lama belajar 3
tahun.
3. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) setingkat SMA, lama belajar 3 tahun.
Salah satu tugas penting yang dilakukan Departemen Agama adalah
menyelenggarakan, membimbing, dan mengawasi pendidikan agama.
Lembaga-lembaga pendidikan Islam sudah berkembang beberapa bentuk
sejak zaman penjajahan belanda. Salah satu bentuk Pendidikan Islam tertua
di Indonesia adalah pesantren yang tersebar di berbagai pelosok. Dengan
berkembangnya pemikiran pembaharuan dalam Islam di awal abad ke-20,
persoalan administrasi dan organisasi pendidikan mulai mendapat perhatian
beberapa kalangan atau organisasi. Kurikulum mulai jelas. Belajar untuk
memahami, dan bukan sekedar menghafal, ditekankan, dan pengertian
ditumbuhkan. Itulah yang dinamakan Madrasah.
Secara garis besar, ada beberapa hal yang dapat digaris bawahi, yang
pertama Geliat pemikiran Islam di Indonesia pada era 2000-an memang
6
agak berlainan dengan era sebelumnya. Sebab, pada era ini, pemikiran Islam
lebih banyak dimotori oleh anak muda NU yang notabene telah menjadi
santri kota. Hal ini menyiratkan betapa anak kampung (cah ndeso) melawan
belantara kota guna mensosialisasikan pemikiran mereka. Hal ini
sesungguhnya juga di alami oleh pemikiran lainnya, namun untuk kasus
anak muda, mereka telah memiliki panggung yang dipelopori oleh Gusdur.
Di samping itu, mereka juga sudah siap menyantap apa saja sebab
mereka tidak menggunakan modal sendiri, karena dibayari oleh funding
internasional. Demikian pula, mereka tidak perlu ambil pusing dengan menu
masakannya, sebab menu mereka memang hasil kolaborasi antara sarjanah
Indonesianis dan Arab kontemporer. Kendati untuk menyantap masakan
tersebut, mereka masih mengakui bahwa mereka berasal dari komunitas
wong cilik yaitu pesantren dan IAIN.
Kedua, jika diniati secara mendalam, pemikiran anak muda NU
memang bukan barabg baru dalam kancah pemikiran Islam di Indonesia.
Hanya saja, sebagai mana lazimnya pemikiran, dia pasti menyodok
menyeruak ke permukaan seiring dengan perkembangan zaman. Namun,
jika ditilik dari agenda anak muda NU, maka agenda mereka sudah”agak
ketinggalan,” sebab wacana yang dikembangkan sesudah “ selesai” di
kalangan IAIN. Pemikiran mereka menjadi heboh tampaknya ketika
dikonsumsi di wilayah Komoditi, seperti Jakarta yang memang menciptakan
pemikiran dari sisi market, bukan substansi pemikiran itu sendiri. Seperti di
tegaskan oleh Robinhus seperti di atas, bahwa pada saatnya pada saatnya
anak muda NU ini akan kembali kekandangnya seperti yang terlihat pula
dari sosok Gus Dur, kendati di usung kemana mana, toh akhirnya kembali
ke NU juga.
Ketiga, hal ini menjadi catatan awal untuk memahami pemikiran
Islam di Indonesia era 2000-an. Sebab saat ini anak muda NU lah yang
paling terdepan dibandingkan dengan kelompok muda lainnya. Dalam buku
Islam Historis,bahwa pemikiran Islam akan banyak ditentukan oleh anak
Muda NU yang “berani” melawan tradisi dan anak muda dari IAIN yang
7
seringkali dicap Islam Kere. Hal ini tentu saja akan memberikan prespektif
baru terhadap dinamika studi pemikiran Islam di Indonesia. Dengan kata
lain, era Nur Cholish Madjid telah selesai seiring dengan keinginannya
terlibat dalam politik praktis. Dan inipun akan dilakukan oleh anak muda
NU, seperti yang dilakukan oleh sang pelindung mereka Gus Dur.
2.2.3 Hukum Islam
Lembaga Islam yang sangat penting yang juga ditangani oleh
Departemen Agama adalah Hukum atau Syari’at. Pengadilan Islam di
Indonesia membatasi dirinya pada soal-soal hukum muamalat yang bersifat
pribadi. Hukum muamalat terbatas pada persoalan nikah, cerai dan rujuk,
hukum waris (faraidh), wakaf, hibah, dan baitul mal.
Keberadaan lembaga peradilan agama di masa Indonesia merdeka
adalah kelanjutan dari masa kolonial belanda. Pada masa pendudukan
jepang, pengadilan agama tidak mengalami perubahan. Setelah Indonesia
merdeka jumlah pengadilan agama bertambah, tetapi administrasinya tidak
segera dapat diperbaiki. Para hakim Islam nampak ketat dan kaku karena
hanya berpegang pada madzhab Syafi’i. Sementara itu, belum ada kitab
undang-undang yang seragam yang dapat dijadikan pegangan para hakim
dan pengadilan Agama di dominasi oleh golongan tradisionalis. Karena
itulah, sekolah Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN) dan Fakultas
Syari’ah di perguruan-perguruan tinggi didirikan.
2.2.4 Haji
Setelah kemerdekaan, pada tahun 1970-an, banyak para pejabat tinggi
pemerintah, termasuk menteri, yang tidak ketinggalan berangkat ke tanah
suci. Bahkan dari kalangan merekalah amir al-hajj (pemimpin jama’ah haji)
Indonesia ditunjuk.
Sejak zaman penjajahan belanda, umat Islam Indonesia ingin
mempunyai kapal laut untuk dipergunakan dalam penyelenggaraan
perjalanan haji. Iuran dikumpulkan, saham diedarkan, tetapi selama zaman
jajahan keinginan ini tidak terwujud. Setelah Indonesia merdeka, usaha ini
8
dilanjutkan. Pada tahun 1950 sebuah yayasan, yaitu perjalanan haji
Indonesia, didirikan di Jakarta. Pemerintah memberikan kekuasaan kepada
yayasan itu untuk menyelenggarakan perjalanan haji. Sebuah bank, bank
haji Indonesia dan sebuah perusahaan kapal, pelayaran Muslim Indonesia
(MUSI) didirikan. Tetapi 10 tahun kemudian perusahaan MUSI ini masih
saja bertindak sebagai agen dalam mencarter kapal dari perusahaan asing
dalam artian MUSI tidak mempunyai kapal sendiri.
Cara ini ditempuh samapai tahun 1962, ketika MUSI diperbolehkan
oleh pemerintrah, mungkin sekali karena pertimbangan politik. Setahun
sebelumnya, pada tahun 1961, petugas haji Indonesia (PHI) yang bertugas
memberikan kemudahan-kemudahan naik haji, juga dibubarkan karena
banyak anggota PHI adalah anggota Masyumi, partai yang telah dibubarkan.
2.2.5 Majelis Ulama’ Indonesia
Cara yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam menyelenggarakan
administrasi Islam ialah mendirikan Majelis Ulama. Suatu program
pemerintah, apalagi yang berkenaan dengan agama, hanya bisa berhasil
dengan baik. Pertama kali Majelis Ulama didirikan pada masa pemerintahan
Soekarno. Majelis ini pertama-tama berdiri di daerah-daerah karena
diperlukan untuk menjalin keamanan. Di jawa barat berdiri pada tanggal 12
juli 1958, diketahui oleh seorang panglima militer. Setelah keamanan sudah
pulih dari pemberontakan DI-TII tahun 1961 majelis Ulama ini bergerak
dalam kegiatan-kegiatan diluar persoalan keamanan, seperti Da’wah dan
Pendidikan.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian makalah ini penulis mengambil kesimpulan sebagai
berikut: Perkembangan Islam di Indonesia di bagi menjadi dua yaitu:
sebelum merdeka, setelah merdeka. Peradaban yang berkembang sebelum
Indonesia merdeka antara lain sebagai berikut: birokrasi keagamaan, ulama
dan ilmu-ilmu keagamaan, arsitek bangunan.
Peradaban yang berkembang setelah Indonesia merdeka antara lain
sebagai berikut: Departemen agama, Pendidikan, Hukum Islam, Haji,
Majelis Ulama Indonesia.
Itulah kesimpulan yang dapat penulis simpulkan pada makalah ini dari
pertama samapai terakhir.
10
DAFTAR PUSTAKA
[1] Fatah Syukur. 2009. Sejarah Peradaban Islam. PT. Pustaka Rizki Putra. Semarang. hlm 268-267
[2] Badri Yatim. 2003. Sejarah Peradaban Islam. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. hlm 299-300
Samsul Munir Amin. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Amzah. Jakarta.
11