41
Bab I Pendahuluan 1.1 Resep 1 1.2 Skrining Resep 2 1.3 Hasil Patient Assessment 3 1.4 Data Pasien 4 Bab II Identifikasi masalah pada terapi obat 2.1 Definisi penyakit 6 2.2 Gejala 8 2.3 Etiologi dan patofisiologi penyakit 2.4 Terapi pada penyakit 2.5 Terapi obat pada resep Bab III Rencana Asuhan Kefarmasian 3.1 Tujuan terapi 3.2 Compounding and Dispensing 3.3 KIE 3.4 Lain-lain Bab IV Penutup

TUGAS PELAYANAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dhegdfysguyfu

Citation preview

Page 1: TUGAS PELAYANAN

Bab I Pendahuluan

1.1 Resep

1

1.2 Skrining Resep

2

1.3 Hasil Patient Assessment

3

1.4 Data Pasien

4

Bab II Identifikasi masalah pada terapi obat

2.1 Definisi penyakit

6

2.2 Gejala

8

2.3 Etiologi dan patofisiologi penyakit

2.4 Terapi pada penyakit

2.5 Terapi obat pada resep

Bab III Rencana Asuhan Kefarmasian

3.1 Tujuan terapi

3.2 Compounding and Dispensing

3.3 KIE

3.4 Lain-lain

Bab IV Penutup

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

Bab V Daftar Pustaka

Bab I

Pendahuluan

2.1 Resep

Dr. Lola Purnama

Komplek Bumi Harapan Permai TA/27 Jakarta

Page 2: TUGAS PELAYANAN

Telp 021-98765432

SIP No. 272/KUD/DV/XI/1999

Jakarta, 21-11-10

R/ Lacto B no 111

S 1 dd 1 sach

R/ Vosedon 2 tab

Sanlin 500mg 1 ½ caps

Colistin 2 tab

Smecta 1 Sach

Mf pulv dd no V111

S 3 dd 1

Pro : Vika Alita ( 7th)

1.2 Skrining Resep

· Tanggal Resep : [ Ö ] 21 November 2010

· Aturan Pakai : [ Ö ] R/1 S Idd I sach

R/2 S 3 dd I

· Paraf Dokter : [ Ö ] ----

· Tanda Buka Resep : [ Ö ] R/

· Nama Obat : [ Ö ] R/1 Lacto B

R/2 Vosedon

Sanlin

Colistin

Smecta

1.3 Hasil Patient Assesment

AA : “Selamat pagi bu, ada yang bisa saya bantu?”

P :

AA : “Iya bu, obatnya tersedia disini.

Nama ibu siapa? Alamatnya dimana?”

P :

AA : “Kalau boleh saya tau, dalam 24 jam terakhir anak mengalami diare

berapa kali?”

Page 3: TUGAS PELAYANAN

P :

AA : “Apakah anak muntah-muntah?”

P :

AA : “Sebelumnya, anak mengkonsumsi makanan apa saja?”

P :

AA : “Apakah anak sedang mengkonsumsi obat?”

P :

AA : “Apa sajakah pertolongan pertama yang telah anda lakukan untuk anak?”

P :

AA : “Oh seperti itu, terimakasih atas beberapa info yang ibu berikan. Saya

akan segera mengambilkan obatnya. Mohon tunggu beberapa menit karena

obatnya diracik terlebih dahulu, terimakasih.”

2.1 Data Pasien

· Nama : Vika Alita

· Umur : 7 tahun

· Alamat : Gadang gang V/25 Malang

· Telepon : 0341700000

· Berat badan : 15 kg

· Tinggi badan : 75 meter

Bab II

Identifikasi Masalah pada Terapi Obat

2.1 Definisi Diare

Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam sehari

dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya lebih dari 200gram atau

200ml / 24 jam, tinja berbentuk cair ataupun setengah cair. Atau dalam arti lain

diare adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsangan buang air

besar yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki kandungan air

berlebihan dan dapat atau tanpa disertai erist dan darah. Di dunia ke-3, diare

adalah penyebab kematian paling umum kematian balita, dan juga membunuh

lebih dari 1,5 juta orang per tahun.

Page 4: TUGAS PELAYANAN

Kondisi ini dapat merupakan gejala dari luka, penyakit, alergi (fructose, lactose),

memakan makanan yang asam, pedas, atau bersantan secara berlebihan, dan

kelebihan vitamin C. Biasanya disertai sakit perut, dan seringkali mual dan

muntah. Ada beberapa kondisi lain yang melibatkan tapi tidak semua gejala diare,

dan definisi resmi medis dari diare adalah defekasi yang melebihi 200 gram per

hari.

Hal ini terjadi ketika cairan yang tidak mencukupi diserap oleh usus besar.

Sebagai bagian dari proses digestasi atau karena masukan cairan, sehingga

makanan tercampur dengan sejumlah air dengan volume besar. Oleh karena itu

makanan yang dicerna terdiri dari cairan sebelum mencapai usus besar. Usus

besar menyerap air, meninggalkan material yang lain sebagai kotoran yang

setengah padat. Bila usus besar rusak / radang, penyerapan tidak terjadi dan

hasilnya adalah kotoran yang berair.

Diare dapat menjadi gejala penyakit yang lebih serius, seperti disentri, kolera atau

botulisme, dan juga dapat menjadi indikasi sindrom kronis seperti penyakit Crohn.

Meskipun penderita apendisitis umumnya tidak mengalami diare, diare menjadi

gejala umum radang usus buntu.

Diare seringkali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan

nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh

dua juta anak didunia setiap tahun. Sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas

(2001) diare merupakan salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita

Jenis-jenis diare antara lain :

1. Diare akut, disebabkan oleh infeksi usus, infeksi bakteri, obat-obat tertentu

atau penyakit lain. Gejala diare akut adalah tinja berbentuk cair, terjadi mendadak,

badan lemas kadang demam dan muntah, serta berlangsung beberapa jam sampai

beberapa hari.

2. Diare kronik, yaitu diare yang menetap atau berulang dalam jangka waktu

lama, berlangsung selama 2 minggu atau lebih.

3. Disentri adalah diare disertai dengan darah dan lender.

Diare digolongkan menjadi dua, diare spesifik dan diare non spesifik :

1. Diare spesifik

Page 5: TUGAS PELAYANAN

Diare non spesifik adalah diare yang disebabakan oleh infeksi baik bakteri,

parasit, maupun virus.

2. Diare non spesifik

Diare non spesifik dapat terjadi akibat salah makan (makanan terlalu pedas

sehingga mempercepat eristaltic usus), ketidakmampuan lambung dan usus dalam

memetabolisme laktosa (terdapat dalam susu hewan) disebut lactose intolerance,

ketidakmamapuan memetabolisme sayuran atau buah tertentu (kubis, kembang

kol, sawi, nangka, durian), juga infeksi virus-virus noninvasive yang terjadi pada

anak umur di bawah 2 tahun karena rotavirus.

Pengobatan diare harus tepat pada sasarannya. Sasaran yang dituju dalam

pengobatan diare yaitu dehidrasi. Pengobatan diare yang digunakan terbagi atas 2

cara, yaitu pengobatan/terapi non farmakologis yang berupa pencegahan penyakit

diare atau pertolongan pertama pada penderita diare dari dehidrasi dan terapi

farmakologis yang berupa obat-obatan yang dapat digunakan untuk menghentikan

diare.

2.2 Gejala Diare

Gejala-gejala pada diare :

ü Frekuensi buang air besar melebihi normal

ü Kotoran encer/cair

ü Sakit/kejang perut, pada beberapa kasus

ü Demam dan muntah, pada beberapa kasus

Gejala pada anak :

ü Dehidrasi ringan/sedang; gelisah, rewel, mata cekung, mulut kering, sangat

halus, kulit kering

ü Dehidrasi berat, lesu, tak sadar, mata sangat cekung, mulut sangat kering,

malas/tidak bias minum, kulit sangat kering

Mual dan muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus.

Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam,

penurunan nafsu makan atau kelesuan.

Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejal-gejala

lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala.

Page 6: TUGAS PELAYANAN

Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung

darah atau demam tinggi.

Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit (misalnya natrium dan

kalium), sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung

maupun perdarahan otak. Diare seringkali disertai oleh dehidrasi (kekurangan

cairan). Dehidrasi ringan hanya menyebabkan bibir kering. Dehidrasi sedang

menyebabkan kulit keriput, mata dan ubun-ubun menjadi cekung (pada bayi yang

berumur kurang dari 18 bulan). Dehidrasi berat bisa berakibat fatal, biasanya

menyebabkan syok.

Diagnosa Diare

Diagnosa diare ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Amati

konsistensi tinja dan frekuensi buang air besar bayi atau balita. Jika tinja encer

dengan frekuensi buang air besar 3 kali atau lebih dalam sehari, maka bayi atau

balita tersebut menderita diare.

Pemeriksaan darah dapat dilakukan untuk mengetahui kadar elektrolit dan jumlah

sel darah putih. Namun, untuk mengetahui organisme penyebab diare, perlu

dilakukan pembiakan terhadap contoh tinja.

Klasifikasi Dehidrasi

Berdasarkan klasifikasi dehidrasi WHO, maka dehidrasi dibagi tiga menjadi

dehidrasi ringan, sedang, atau berat.

1) Dehidrasi Ringan

Tidak ada keluhan atau gejala yang mencolok. Tandanya anak terlihat agak lesu,

haus, dan agak rewel.

2) Dehidrasi Sedang

Tandanya ditemukan 2 gejala atau lebih gejala berikut:

· Gelisah, cengeng

· Kehausan

· Mata cekung

Page 7: TUGAS PELAYANAN

· Kulit keriput, misalnya kita cubit kulit dinding perut, kulit tidak segera

kembali ke posisi semula.

3) Dehidrasi berat

Tandanya ditemukan 2 atau lebih gejala berikut:

· Berak cair terus-menerus

· Muntah terus-menerus

· Kesadaran menurun, lemas luar biasa dan terus mengantuk

· Tidak bisa minum, tidak mau makan

· Mata cekung, bibir kering dan biru

· Cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik

· Tidak kencing 6 jam atau lebih/frekuensi buang air kecil berkurang/kurang

dari 6 popok/hari.

· Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi

2.3 Etiologi dan Patofisiologi Diare

v Etiologi Diare

Berdasarkan metaanalisis di seluruh dunia, setiap anak minimal mengalami diare

satu kali setiap tahun. Dari setiap lima pasien anak yang datang karena diare, satu

di antaranya akibat rotavirus. Kemudian, dari 60 anak yang dirawat di rumah sakit

akibat diare satu di antaranya juga karena rotavirus.

Di Indonesia, sebagian besar diare pada bayi dan anak disebabkan oleh infeksi

rotavirus. Bakteri dan parasit juga dapat menyebabkan diare. Organisme-

organisme ini mengganggu proses penyerapan makanan di usus halus.

Dampaknya makanan tidak dicerna kemudian segera masuk ke usus besar.

Makanan yang tidak dicerna dan tidak diserap usus akan menarik air dari dinding

usus. Di lain pihak, pada keadaan ini proses transit di usus menjadi sangat singkat

sehingga air tidak sempat diserap oleh usus besar. Hal inilah yang menyebabkan

tinja berair pada diare.

Sebenarnya usus besar tidak hanya mengeluarkan air secara berlebihan tapi juga

elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare ini kemudian dapat

menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi inilah yang mengancam jiwa penderita diare.

Page 8: TUGAS PELAYANAN

Selain karena rotavirus, diare juga bisa terjadi akibat kurang gizi, alergi, tidak

tahan terhadap laktosa, dan sebagainya. Bayi dan balita banyak yang memiliki

intoleransi terhadap laktosa dikarenakan tubuh tidak punya atau hanya sedikit

memiliki enzim laktose yang berfungsi mencerna laktosa yang terkandung susu

sapi.

Tidak demikian dengan bayi yang menyusu ASI. Bayi tersebut tidak akan

mengalami intoleransi laktosa karena di dalam ASI terkandung enzim laktose.

Disamping itu, ASI terjamin kebersihannya karena langsung diminum tanpa

wadah seperti saat minum susu formula dengan botol dan dot.

Diare dapat merupakan efek sampingan banyak obat terutama antibiotik. Selain

itu, bahan-bahan pemanis buatan sorbitol dan manitol yang ada dalam permen

karet serta produk-produk bebas gula lainnya menimbulkan diare. Hal ini terjadi

pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang

normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari

rapuhnya tulang.

Orang tua berperan besar dalam menentukan penyebab anak diare. Bayi dan balita

yang masih menyusui dengan ASI eksklusif umumnya jarang diare karena tidak

terkontaminasi dari luar. Namun, susu formula dan makanan pendamping ASI

dapat terkontaminasi bakteri dan virus

Penyebab terjadinya diare :

1. Bakteri , virus, parasit ( jamur, cacing , protozoa).

2. Anak sedang terapi dengan pemakaian antibotika

3. Alergi susu (intoleran laktosa)

4. Sanitasi buruk

5. Nutrisi buruk

6. Intoleransi terhadap bahan makanan tertentu, misalnya; obat-obatan seperti

laksatif/pancahar, antibiotik (Ampicilin), antihipertensi (Reserpine), kolinergik

(Metoclopramide), obat kardiovaskular (Digoxin, Digitalis); AIDS-yang

dihubungkan dengan diare dan agen penginfeksi.

7. Keracunan makanan/minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan

kimia.

Page 9: TUGAS PELAYANAN

8. Immuno defesiensi

9. Konsumsi alcohol yang berlebihan

10. Ansietas / cemas (misal : saat ujian, bepergian)

11. Infeksi virus dari usus (missal : flu usus)

12. Alergi terhadap makanan tertentu, tidak tahan susu (pada orang-orang yang

tidak mempunyai enzim lactase yg berfungsi untuk mencernakan susu)

13. Peradangan usus misalnya : cholera, disentri, bakteri lain, virus dsb

14. Kekurangan gizi, misalnya : kelaparan, kekurangan zat putih telur

15. Oportunistik kuman (kuman tidak pada tempatnya)

16. Efek samping obat

17. Penyakit endokrin (seperti endokrin)

18. Penyakit neurologik (seperti Parkinson)

Dari penelitian pada tahun 1993-1994 terhadap 123 pasien dewasa yang menderita

diare akut, penyebab terbanyak hasil infeksi bakteri E.coli (38.29%), V.cholerae

Ogawa (18.29%), dan Aeromonas. Sp (14.29%)

v Patofisiologi Diare

Istilah diare digunakan jika feses kehilangan konsistensi normalnya yang padat.

Hal ini biasanya berhubungan dengan peningkatan beratnya (pada laki-laki >235

gram/hari dan perempuan >175gram/hari) dan frekuensinya (>2 perhari).

Diare akibat infeksi ditularkan secara fekal oral. Hal ini disebabkan makanan atau

minuman yang terkontaminasi, makanan yang tidak matang bahkan disajikan

tanpa dimasak. Penularannya adalah melalui transmisi orang ke orang melalui

aerosolisasi, tangan yang terkontaminasi (Clostridium difficile), atau melalui

aktifitas seksual. Faktor penyebab yang mempengaruhi patogenesis antara lain

penetrasi yang merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang

mempengaruhi sekresi cairan di usus serta daya lekat kuman. Kuman tersebut

membentuk koloni yang dapat menginduksi diare.

Patofisiologi diare yang disebabkan karena infeksi bakteri terbagi dua, yaitu :

1. Bakteri noninvasif (enterotoksigenik). Toksin yang diproduksi bakteri akan

terikat pada usus halus namun tidak merusak mukosa. Bakteri yang termasuk

golongan ini adalah V. cholera, Enterotoksigenik E.coli, C.perfingers, S.aureus,

Page 10: TUGAS PELAYANAN

dan vibrio-nonaglutinabel. Secara klinis, diare berupa cairan dan meninggalkan

dubur secara deras dan banyak. Keadaan seperti ini disebut diare sekretorik

isotonik voluminal.

2. Bakteri enteroinvasif Diare yang menyebabkan kerusakan dinding usus

berupa nekrosis dan ulserasi dan bersifat sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat

bercampur lendir dan darah. Bakteri yang termasuk golongan ini adalah

enteroinvasive E.coli, S.paratyphi B , S. typhimurium, S.enteriditis, S.

choleraesuis, Shigela, Yersinia dan C. perfingers Tipe C.

Patofisiologi Diare antara lain :

ð Diare osmotik

Terjadi akibat asupan sejumlah makanan yang sukar diserap bahkan dalam

keadaan normal atau pada malabsorbsi. Termasuk dalam kelompok pertama

adalah sorbitol(ada dalam obat bebas gula dan permen serte buah-buahan

tertentu), fruktosa (jeruk, lemon, berbagai buah, madu), garam magnesium

(antasida, laktasif) serta anion yang sukar diserap seperti sulfat, fosfat atau sitrat.

Zat yang tidak diserap bersifat aktif secara osmotic pada usus halus sehingga

menarik air ke dalam lumen. Dan hal ini tergambarkan dalam beberapa percobaan.

Misalnya, asupan zat yang tidak diserap sebesar 150 mmol dalam 250 ml air akan

memulai sekresi air secara osmitik di duodenum sehingga volumenya meningkat

hingga 750 ml.

Pada malabsorbsi karbohidrat, penurunan absorbsi Na di usus halus bagian atas

menyebabkan penyerapan air menjadi berkurang . Aktivitas osmotic dari

karbohidrat yang tidak diserap juga menyebabkan sekresi air. Akan tetapi, bakteri

di dalam usus besar dapat memetabolisme karbohidrat yang tidak diserap hingga

sekitar 80 g/hari menjadi asam organic yang berguna untuk menghasilkan energi,

yang bersama-sama dengan air akan diserap di dalam kolon. Hanya gas yang

dihasilkan dalam jumlah besar yang akan memberikan bukti terjadinya

malabsorbsi karbohidrat. Namun, jika jumlah yang tidak diserap >80 g/hari atau

bakteri usus dihancurkan oleh antibiotik, akan terjadi diare.

ð Diare sekretorik

Page 11: TUGAS PELAYANAN

Dalam pemahaman yang lebih sempit terjadi jika sekresi Cl di mukosa usus halus

diaktifkan. Di dalam sel mukosa , Cl secara sekunder aktif diperkaya oleh

pembawa simport Na-K-2Cl basolateral dan disekeresi melalui kanal Cl di dalam

lumen. Kanal ini akan lebih sering membuka ketika konsentrasi cAMP intrasel

meningkat. cAMP dibentuk dalam jumlah yang lebih besar jika terdapat misal

laktasif dan toksin bakteri tertentu (kolera). Toksin kolera menyebabkan diare

massif (hingga 1000mL/jan) yang dapat secara cepat mengancam nyawa akibat

kehilangan air, K dan HCO3.

Pembentukan VIP (vasoactive intestinal peptide) yang berlebihan oleh sel tumor

pulau pancreas juga menyebabkan tingginya kadar cAMP di mukosa usus

sehingga mengakibatkan diare yang berlebihan dan mengancam nyawa yang biasa

disebut dengan kolera pankreatik.

Terdapat beberapa alasan mengapa diare terjadi setelah reaksi ileum dan sebagian

kolon. Garam empedu, yang normalnya diabsorbsi di ileum, akan mempercepat

aliran yang melalui kolon(absorbsi air menurun). Selain itu, garam empedu yang

tidak diserap akan dehidroksilasi oleh bakteri dikolon. Metabolit garam empedu

yang terbentuk akan merangsang sekresi NaCl dan H2O dikolon. Akhirnya, juga

terjadi kekurangan absorbsi aktif Na pada segmen usus yang direseksi.

13

ð Diare Eksudatif

Rusaknya kerusakan mukosa usus halus atau usus besar akibat inflamasi.

Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri, non infeksi (gluten

sensitive entera phaty, IBD) atau akibat radiasi. Contohnya,kolitif ulserosa,

penyakit Crohn, amebiasis, shigellarosis, champylobacter dan yersinia.

ð Diare karena gangguan motilitas

Terjadi gangguan pada control otonimia yaitu waktu transit usu menjadi lebih

cepat. Misalnya pada diabetic neuropati, post vagotomi, post reseksi usus,

hipertiroid, tiroktioksikosis, dan sindroma usus iritabel.

2.4 Terapi pada Diare

v Terapi Farmakologi

Page 12: TUGAS PELAYANAN

Terapi atau pengobatan farmakologi pada antidiare :

1) Untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Cairan yang mengandung glukosa

atau cairan oralit banyak mengandung elektrolityang diperlukan tubuh ketika

diare, banyak cairan elektrolit yang terbuang bersamatinja yang berbentuk encer,

jika cairan tersebut tidak diganti maka tubuh penderitaakan lemas dan bisa

menyebabkan kematian.

2) Untuk menghilangkan gejala dan penyebab diare.

§ Loperamid, yang paling banyak digunakan ini mempunyai

mekanismememperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot

sirkuler dan longitudinal usus.

§ Racecordil, Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak

menyebabkankonstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak

mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat.

§ Nifuroxazide, senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal terhadap

Escherichiacoli, Shigella dysenteriae, Streptococcus, Staphylococcus dan

Pseudomonasaeruginosa. Obat ini bekerja lokal pada saluran pencernaan.

Pemberian obat pada diare dimaksudkan untuk:

1) Mengurangi frekuensi diare dengan zat yang bersifat pengental, contoh:

kaolin dan pektin (kaopectate: merek Indonesia), bismuth

2) Mengurangi penyerapan air di usus dengan zat pengecil pori-pori saluran

cerna atau adstringensia, contoh: tannin (teh, daun jambu biji, dan buah salak

muda) dan arang aktif (diapet, new diatab, norit: merek Indonesia)

3) Mengurangi motilitas/ gerakan usus dengan zat parasimpatolitik, contoh:

golongan narkotika (kodein, loperamid (loperamide, lomid, imodium: merek

Indonesia). Obat –obat yang bisa digunakan untuk mengatasi diare antara lain:

golongan obat yang mengandung Karboadsorben, Attapulgit, Bismuthi

Subsalisilat, atau Kombinasi attapulgit dan pektin.

v Terapi Non-farmakologi

Terapi non farmakologi dapat dilakukan dengan upaya pencegahan yang dapat

dilakukan dengan menghindari pemicu diare. Contohnya bila tidak mampu

memetabolisme laktosa maka dapat mengonsumsi susu nabati atau dengan

Page 13: TUGAS PELAYANAN

mengurangi makanan pedas. Penanganan utama diare dapat dilakukan dengan

cara mengoreksi kehilangan cairan dan elektrolit tubuh (dehidrasi) dengan terapi

rehidrasi, yaitu menggantikan cairan dan elektrolit secepat mungkin. Bila masih

memungkinkan secara oral, maka larutan gula garam atau oralit buatan pabrik

telah mencukupi kebutuhan asalkan diberikan sesuai patokan (sesuai umur

penderita dan berat ringannya dehidrasi). Penyebab kematian terbesar pada kasus

diare adalah terjadinya dehidrasi, bukan karena bakteri atau penyebab lainnya.

Terapi non farmakologi dengan menggunakan larutan yang mengandung

elektrolit-glukosa sangat efektif dalam mengatasi dehidrasi pada diare, terutama

diare akut. Larutan ini sering disebut rehidrasi oral. Larutan ini mempunyai

komposisi campuran Natrium klorida, kalium klorida, glukosa anhidrat dan

natrium bikarbonat. Larutan rehidrasi oral ini mempunyai nama generik oralit dan

larutan ini sekarang dijual dengan berbagai merek dagang seperti Alphatrolit®,

Aqualyte®, Bioralit® dan Corsalit®. Oralit tersedia dalam bentuk serbuk untuk

dilarutkan dan dalam bentuk larutan diminum perlahan-lahan. Serbuk dilarutkan

dalam 200 ml atau 1 (satu) gelas air matang hangat.

Terapi atau pengobatan non-farmakologi pada penyakit diare antara lain :

1) Dengan air tajin dan pisang ijo, air tajin dalam beberapa situs digunakan

sebagaianti diare dengan cara mengatasi dehidrasi pada balita. Sedangkan pisang

ijomampu mengatasi gangguan diare, Menurut hasil peneliti Bangladesh

melaporkandari sebuah pertemuan tahunan di Digestive Disease Week,

menyebutkan buahpisang efektif untuk mengatasi gangguan diare . Para peneliti

secara acak menugaskan sebanyak 62 anak yang mengalami diare. hasilnya, 65 %

anak darikelompok pisang mempunyai kualitas tinja yang sudah normal. pisang

hijaumenurunkan penyerapan usus dan inilah yang membuat ekskresinya kembali

normal.

2) Kontrol makanan.

Makanan yang pedas dapat menyebabkan diare karena, makanan yang pedas dapat

meningkatkan motilitas saluran cerna sehingga memicu terjadinya diare

2.5 Terapi Obat pada Resep

Lacto-b

Page 14: TUGAS PELAYANAN

· KOMPOSISI

o Per Sachet mengandung : Energi 3,4 Kalori, Karbohidrat 0,6 gram, Protein

0,02 gram, Lemak total 0,1 gram, Vitamin C 10 mg, Vitamin B1 0,5 mg, Vitamin

B2 0,5 mg, Vitamin B6 0,5 mg, Niacin 2 mg.

· INDIKASI

o Lactic Acid Bacterial menghasilkan asam organik yang menghambat bakteri

merugikan, sehingga dapat membantu memperbaiki ketidakseimbangan flora usus

pada diare.

o Lactobacilli menghasilkan enzim β-Galaktosidase, untuk menghidrolisa laktosa

menjadi glukosa dan galaktosa.

o Lacto-B dapat mengurangi lactose intolerance (diare akibat mengkonsumsi

susu formula yang mengandung laktosa).

o Vitamin B dapat membantu keseimbangan flora usus.

· DOSIS

o Dibawah 1 tahun : 2 sachet per hari.

o Usia 1 sampai 6 tahun : 3 sachet per hari.

Dapat diberikan langsung (rasa enak) atau dicampur dengan susu, makanan bayi

atau air.

Vosedon

· KOMPOSISI

Domperidon 10 mg/tablet; 5 mg/5 ml suspensi.

· INDIKASI

Mengurangi gejala mual dan muntah akut, yang disebabkan pemberian obat

levodopa atau bromokriptin, pada anak setelah kemoterapi kanker atau radiasi.

Pengobatan gejala dispepsia fungsional.

· EFEK SAMPING

o Muka merah, sakit kepala, mengantuk, mulut kering.

o Reaksi distonik akut

o Kejang usus sementara, ruam, urtikaria.

Page 15: TUGAS PELAYANAN

· PERHATIAN

Dosis dikurangi pada pasien gagal ginjal. Timbul efek ekstrapiramidal bila

diberikan bersama obat lain. jangan diberika pada bayi, wanita hamil & laktasi.

Tidak direkomendasikan untuk penggunaan lama, gangguan hati.

· DOSIS

o Dispepsia fungsional : Dewasa : 3 x sehari 10 mg (1 tablet atau 2 sendok teh),

15 -30 menit sebelum makan dan bila perlu, sekali sebelum tidur.

o Mual dan muntah :

Dewasa : 3 – 4 x sehari 10 - 20 mg (1-2 tablet atau 2-4 sendok teh), 15 - 30 menit

sebelum makan dan sebelum tidur malam.

Anak-anak : 0,25 mg/ kg bb 3 x sehari, 15 - 30 menit sebelum makan dan sebelum

tidur.

· INTERAKSI

Penggunaan bersama antikolinergik dapat mengantagonis efek antidispepsia.

Dengan antasida & antisekretorik dpt menurunkan bioavaibilitas

Sanlin

· KOMPOSISI

Tetracycline / Tetrasiklin Fosfat buffer.

· INDIKASI

Infeksi saluran pernafasan, saluran pencernaan, saluran kemih & kelamin, kulit &

jaringan lunak.

· KONTRA INDIKASI

o Hipersensitifitas

o Kerusakan ginjal berat

o Hamil

o Anak berusia kurang dari 12 tahun

· INTERAKSI OBAT

o Absorbsi dikurangi oleh antasida

o Obat-obat hepatotolsis

Page 16: TUGAS PELAYANAN

o Bisa mengganggu aksi penisilin dan kontrasepsi oral

o Potensiasi efek antikoagulan

· EFEK SAMPING

o Gangguan saluran pencernaan, superinfeksi, toksisitas hati & ginjal

o Jarang : peningkatan tekanan kranial

o Dapat mengakibatkan penyakit atau gejala-gejala penyakit lupus eritematosus

sistemik yang ada menjadi kambuh secara mendadak

o Perubahan warna pada gigi dan hipoplasia gigi pada anak-anak yang sedang

dalam masa pertumbuhan

· DOSIS

o Dewasa & anak-anak dengan berat badan lebih dari 40 kg : 2 - 4 kali sehari

250-500 mg.

o Anak berusia 6-15 tahun : 2 - 3 kali sehari 250 mg

o Anak berusia 1-5 tahun : 2 - 3 kali sehari 125 mg.

19

Colistin

· KOMPOSISI

o Setiap Colistine Actavis 250.000 IU Tablet berisi : Colistine sulfat 250.000 IU

o Setiap Colistine Actavis 1.500.000 IU Tablet berisi : Colistine sulfat 1.500.000

IU

· INDIKASI

Untuk pengobatan diare disebabkan oleh bakteri Gram ensitiv yang ensitive

terhadap obat, misalnya Ecoli.

· KONTRA INDIKASI

Pasien dengan hipersensitivitas dikenal untuk Colistine.

Page 17: TUGAS PELAYANAN

· INTERAKSI

Harus dihindari jika diberikan bersama dengan obat nefrotoksik lain (seperti

aminoglikosida), dapat meningkatkan nefrotoksisitas.

· DOSIS

o Dewasa : 1 – 2 tablet 1,5 MIU 3 x sehari.

o Anak-anak 0 – 15 kg berat badan : 1 – 2 tablet 0,25 MIU 3 x sehari.

15 – 30 kg: 3 – 6 tablet 0,25 MIU 3 x sehari.

Disarankan untuk melarutkan tablet di dalam air, air gula, susu atau kaldu.

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Smecta

KOMPOSISI

Dioktahedral Smektit.

· INDIKASI

Pengobatan gejala-gejala diare non spesifik.

· PERHATIAN

Dehidrasi, insufisiensi ginjal berat.

· INTERAKSI OBAT

Bisa menganggu waktu dan atau kecepatan absorpsi obat-obat lainnya jika

diberikan secara bersamaan.

· EFEK SAMPING

Jarang : memperparah sembelit (susah buang air besar).

· DOSIS

o Dewasa & anak berusia lebih dari 12 tahun : 3 bungkus / hari

o Anak berusia 6-12 tahun : 1-2 bungkus / hari.

BAB III

Rencana Asuhan Kefarmasian

3.1 Tujuan Terapi

Tujuan pengobatan diare :

Page 18: TUGAS PELAYANAN

a. Mencegah kurangnya kalori protein, dengan cara memberikan makanan

selama diare berlangsung dan setelah diare berhenti.

b. Mengurangi lama dan beratnya diare dan mengurangi kekambuhan diare

pada hari-hari mendatang

c. Mengurangi gejala mual dan muntah

d. Mengurangi frekuensi diare dengan zat yang bersifat pengental

e. Mengurangi penyerapan air di usus dengan zat pengecil pori-pori saluran

cerna atau adstringensia

f. Mengurangi motilitas/ gerakan usus dengan zat parasimpatolitik

g. Mencegah terjadinya dehidrasi dan kekurangan elektrolit

3.2 Compounding and Dispensing

Ü Cara Pembuatan

1. Siapkan etiket

2. Setarakan timbangan

3. Ambil vosedon sebanyak 2 tab

4. Ambil sanlin sebanyak 1 ½ kapsul

5. Ambil colistin sebanyak 2 tab

6. Ambil smecta sebanyak 1 sachet

7. (2 + 3 + 4 + 5) blender ad halus ad homogeny

8. Ayak dan tuang ke perkamen

9. Bagi (6) menjadi 8 bagian secara visual

10. Rekatkan perkamen dengan mesin perekat

11. Masukkan kedalam etiket dan beri copy resep jika paasien membutuhkannya

Page 19: TUGAS PELAYANAN

Ü Etiket

3.3 KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)

AA : “Ny. Ani?”

P : “Ya.”

AA : “Ini obatnya, yang sachet diminumkan satu kali sehari. Dan yang puyer

diminumkan tiga kali sehari ya bu.”

P : “Oh seperti itu, terima kasih.”

AA : “Iya sama-sama.”

3.4 Lain-lain

Berikut beberapa artikel mengenai diare

PENGGUNAAN ORALIT DAN LOPERAMID PADA DIARE

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan di indonesia. Diare pada umumnya

terjadi akibat dari sanitasi lingkungan yang buruk. Diare adalah suatu penyakit

yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air besar (BAB) lebih dari

tiga kali sehari disertai dengan adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja.

Menurut lama waktu terjadinya, diare dibagi menjadi dua yaitu diare akut dan

diare kronis. Diare akut timbul dengan tiba-tiba dan berlangsung beberapa hari,

sedangkan diare kronis berlangsung lebih dari tiga minggu. Apabila seseorang

terkena diare, maka ada beberapa gejala yang tampak, seperti sering buang air

besar, sakit pada bagian abdominal, sering merasa haus dan kehilangan berat

badan. Apabila diare disebabkan karena adanya infeksi bakteri atau virus maka

demam dapat menjadi salah satu gejala yang timbul.

Sebagian besar diare akut akan sembuh dengan sendirinya tanpa perawatan

khusus, namun apabila diare tidak segera sembuh dalam beberapa hari dan

semakin bertambah parah maka diare ini harus diobati. Sasaran dari pengobatan

diare yaitu faktor penyebab diare, dehidrasi dan kerja usus. Pengobatan bertujuan

untuk mengeliminasi faktor penyebab diare (apabila diare disebabkan karena

infeksi), mencegah dehidrasi dan menormalkan kerja usus.

Apakah diare berbahaya….?

Bahaya utama diare adalah kematian yang disebabkan karena tubuh banyak

kehilangan air dan garam terlarut yang disebut dehidrasi. Dehidrasi terjadi karena

Page 20: TUGAS PELAYANAN

usus tidak bekerja sempurna sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut

dibuang bersama tinja sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan. Pada anak-anak

dan orang tua, sangat besar kemungkinan mengalami dehidrasi. Karena bahaya

diare terletak pada dehidrasi maka penanggulangan utama penyakit diare adalah

mencegah timbulnya dehidrasi dan rehidrasi intensif bila telah terjadi dehidrasi.

25

Bagaimana mencegah dan mengatasi dehidrasi…?

Terapi non farmakologi dengan menggunakan larutan yang mengandung

elektrolit-glukosa sangat efektif dalam mengatasi dehidrasi pada diare, terutama

diare akut. Larutan ini sering disebut rehidrasi oral. Larutan ini mempunyai

komposisi campuran Natrium klorida, kalium klorida, glukosa anhidrat dan

natrium bikarbonat. Larutan rehidrasi oral ini mempunyai nama generik oralit dan

larutan ini sekarang dijual dengan berbagai merek dagang seperti Alphatrolit®,

Aqualyte®, Bioralit® dan Corsalit®. Oralit tersedia dalam bentuk serbuk untuk

dilarutkan dan dalam bentuk larutan diminum perlahan-lahan. Serbuk dilarutkan

dalam 200 ml atau 1 (satu) gelas air matang hangat.

Antimotilitas

Obat antimotilitas bekerja dengan mengurangi gerakan peristaltik usus sehingga

diharapkan akan memperpanjang waktu kontak dan penyerapan di usus. Obat

antimotilitas digunakan apabila diare berlangsung terus menerus selama 48 jam.

Pada pasien yang mengalami demam dan di dalam tinjanya terdapat darah, maka

sangat mungkin sekali diare yang terjadi disebabkan karena adanya infeksi

bakteri. Perlu diingat!! bahwa diare sendiri merupakan suatu mekanisme

pertahanan tubuh untuk mengeluarkan kontaminasi (termasuk bakteri) dari dalam

tubuh. Pada kasus ini, antimotilitas tidak boleh digunakan karena hanya akan

memperlama keberadaan bakteri di dalam tubuh.

Apakah itu loperamid…?

Loperamid hidroklorida merupakan nama generik dari salah satu obat

antimotilitas yang sering digunakan untuk terapi diare. Terapi dengan

Page 21: TUGAS PELAYANAN

menggunakan obat, disebut juga sebagai terapi farmakologi. Terapi farmakologi

ini tidak serta merta menyembuhkan diare namun hanya akan meredakan diare.

26

Masih banyak kontroversi tentang penggunaan obat loperamid, karena dianggap

kurang efektif dalam mengatasi diare dan ada efek samping yang ditimbulkan,

terutama penggunaan antimotilitas loperamid pada anak-anak < 2 tahun. Saat ini

loperamid banyak dijual dengan berbagai merek dagang, diantaranya Imodium®,

Bidium ®, Diadium®, dan Midix®. Loperamid digunakan sebagai tambahan

terapi selain rehidrasi pada diare akut dan traveler diarrhea (diare yang terjadi

pada saat perjalanan jauh akibat makanan atau minuman yang tidak higienis), obat

ini bekerja dengan menghambat gerakan peristaltik usus. Di Indonesia, loperamid

dijual dalam dua (2) bentuk sediaan yaitu tablet 2 mg dan kapsul 2 mg.

Dosis. Pengaturan dosis loperamid sebagai berikut :

Ü Untuk anak-anak : diare akut dosis awal : (2-5 tahun) 1 mg, 3 kali/hari. (6-8

tahun) 2 mg 2 kali/hari; (8-12 tahun) 2 mg 3 kali/hari. Selanjutnya setelah BAB

diberikan 0,1 mg/kgBB, tapi tidak boleh mencapai dosis awal. traveler diarrhea

(2-5 tahun) tidak direkomendasikan; dosis awal (6-8 tahun) 2 mg setelah BAB,

diikuti 1 mg tiap setelah BAB maksimal 4mg/hari; dosis awal (9-11 tahun) 2 mg

setelah BAB, diikuti 1 mg tiap setelah BAB maksimal 6mg/hari; umur ≥ 12 tahun

mengikuti dosis dewasa.

Ü Untuk orang dewasa : diare akut dosis awal 4 mg diikuti 2mg setelah tiap

BAB, maksimal 16 mg/hari. Diare kronis dosis awal sama dengan diare akut,

selanjutnya maksimal 4-8 mg/hari. Traveler diarrhea dosis awal 4 mg setelah

BAB, diikuti 2 mg setelah tiap BAB, maksimal 8 mg/hari.

Efek samping. Apabila menggunakan loperamid, maka efek samping yang dapat

terjadi antara lain kram pada daerah perut, konstipasi, pusing, merasa lelah,

mengantuk dan mulut terasa kering. Loperamid dikontraindikasikan untuk pasien

yang hipersensitif pada loperamid, anak diusia 2 tahun, diare dengan tinja

berdarah, diare dengan suhu tubuh diatas 38oC, diare yang disebabkan oleh

bakteri.

Page 22: TUGAS PELAYANAN

Peringatan. Wanita yang sedang menyusui dilarang menggunakan loperamid.

Hati-hati penggunaan loperamid pada pasien dengan disfungsi hati.

27

Pedoman Pengobatan Mandiri untuk Diare Akut Dewasa

Diare akut tanpa komplikasi pada orang dewasa, secara umum bisa diobati sendiri.

Pedoman pengobatan sudah banyak dibuat, hanya saja tidak konsisten. Kadang-

kadang kontradiktif dan lebih sering berupa dogma daripada berdasarkan bukti.

Sebuah kelompok yang terdiri dari 7 ahli tingkat dunia dari berbagai disiplin ilmu

telah dibentuk. Kelompok ini meneliti kembali berbagai petunjuk pengobatan

yang rasional dan memeriksa validitas dari berbagai pengobatan yang berbeda,

sehingga diperoleh suatu petunjuk pengobatan berdasarkan bukti dan dapat

diaplikasikan secara luas. Penting untuk memberi tekanan bahwa tujuan

pembuatan guideline ini adalah untuk merumuskan standar pengobatan sendiri

pada orang dewasa yang masih kuat.

Kelompok peneliti ini mengulas banyak makalah mengenai diare dari Medlines

untuk melihat apakah benar bahwa diare adalah mekanisme pertahanan.

Disimpulkan bahwa anggapan diare sebagai mekanisme pertahanan terlihat

sebagai logika yang tidak terlalu mendalam, terutama jika diare tersebut

disebabkan oleh patogen. Sulit untuk menjelaskan bagaimana diare dapat

menghilangkan patogen yang sudah melekat di fimbrae dan mengurangi sekresi

yang disebabkan oleh toksin yang sudah melekat kuat di mukosa usus. Atau, pada

kasus diare karena virus, bagaimana bisa meningkatkan absorbsi jika mukosanya

sudah rusak. Pada pasien karena AIDS atau infeksi parasit dengan perubahan

respons imun, diare tidak melenyapkan patogen. Lebih jauh, hipotesis mengenai

mekanisme pertahanan tidak cocok untuk diare yang lain, seperti diare karena

diabetes, stres, atau hipertiroid yang tidak ada hubungannya dengan patogen.

Mereka juga mengkaji berbagai pilihan terapi diare akut pada orang dewasa. Studi

farmakologi dan studi klinis juga memeriksa dosis, jadwal pemberian (contoh,

seperti profilaksis dan terapi akut), dan hubungannya dengan efektivitas klinis

Page 23: TUGAS PELAYANAN

serta pengobatan sendiri pada diare akut dewasa. Secara umum diakui bahwa

pengobatan diare akut dapat menghilangkan ketidaknyamanan dan disfungsi

sosial yang terjadi. Tidak ada bukti bahwa pengobatan sendiri dapat

memperpanjang penyakit, bahkan cukup aman bagi pasien dewasa.

Pilihan terapi diare akut yang dikaji meliputi cairan rehidrasi oral (CRO),

probiotik, adsorbent, dan beberapa obat antidiare. Hasil yang diperoleh di

antaranya CRO tidak mengurangi lamanya diare atau mengurangi frekuensi diare.

CRO juga tidak memberikan manfaat yang berarti bagi orang dewasa yang dapat

menjaga asupan cairannya selama diare. Sementara itu, hanya ada sedikit bukti

bahwa pengobatan dengan probiotik pada manusia mengurangi kolonisasi

pathogen atau melindungi dari organisme seperti Vibrio cholera atau E. coli.

Adsorbent bekerja dengan mengikat air sehingga mengurangi cairan yang keluar

bersama diare. Tetapi, selain memiliki efek samping yang rendah, adsorbent tidak

memberikan banyak manfaat pada orang dewasa yang terkena diare akut.

28

Obat antidiare yang lebih lama seperti opium, morphine, dan codein memang

efektif mengatasi diare, tapi memiliki efek sentral. Secara umum, efektivitasnya

lebih rendah dibanding loperamide. Karena itu, loperamide oral adalah pilihan

utama terapi. Loperamide adalah peripheral acting opiate, yang tidak berpotensi

untuk disalahgunakan. Obat ini tidak melewati sawar darah otak dan sulit

mencapai sirkulasi sistemik karena ekstraksi yang ekstensif di hati serta ekskresi

melalui tinja. Loperamide memiliki banyak efek antiekskresi, beberapa di

antaranya tidak dimediasi oleh reseptor opiat. Pada orang dewasa sehat, dosis

terapeutik sebesar 4 mg tidak secara signifikan memperlambat transit orocaecal.

Dosis yang lebih besar atau pengulangan dosis yang mempertinggi konsentrasi

obat di sirkulasi enterohepatik, memperlambat jejunum atau transit orocaecal.

Tapi, pada keadaan diare dosis terapi tersebut akan menormalkan transit. Bukti

dari studi yang terkontrol memperlihatkan loperamide tidak memiliki efek yang

tidak baik untuk kasus infeksi non-disentri pada diare perjalanan (tanpa demam

Page 24: TUGAS PELAYANAN

tinggi atau darah di tinja), meskipun disebabkan oleh E. coli, Shigella,

Campylobacter atau Salmonella, baik monoterapi maupun dikombinasi dengan

antibiotik. Jika dikombinasi dengan antibiotik, loperamide akan mengurangi

frekuensi diare dan memperpendek durasi diare.

Secara singkat, panel ahli merekomendasikan pedoman pengobatan diare akut

dewasa sbb.:

¯ Intake cairan: Sebaiknya dikonsumsi sesuai dengan rasa haus yang timbul.

Dianjurkan untuk minum cairan yang mengandung glukosa (limun, soda manis,

jus buah) atau sup yang mengandung banyak elektrolit.

¯ Cairan rehidrasi oral: Meskipun sangat penting untuk kasus diare pada anak-

anak, ORS tidak diperlukan untuk orang dewasa sehat yang terkena diare. Tidak

ada bukti bahwa ORS dapat menyembuhkan atau memperpendek masa diare.

¯ Intake makanan: Sebaiknya konsumsi makanan padat tetap dilakukan sesuai

selera. Tidak ada bukti bahwa memakan makanan padat akan menghambat

penyembuhan. Makanan kecil yang ringan dianjurkan. Makanan berlemak, berat,

pedas, atau merangsang (kafein, termasuk yang terdapat dalam minuman yang

mengandung cola), sebaiknya dihindari. Menghindari laktosa di dalam makanan

(seperti susu) mungkin akan membantu untuk kasus diare akut yang episodenya

lebih panjang.

¯ Probiotik: Terbukti tidak membantu meskipun digunakan pada awal

pengobatan.

¯ Obat anti diare: Pilihan utamanya adalah loperamide 2 mg (dosis fleksibel,

tergantung dari seberapa sering BAB cair yang terjadi). Anti diare lain tidak

direkomendasikan karena efektivitasnya belum pasti, mula kerja yang lambat, dan

potensi efek samping yang ditimbulkan. Tidak ada bukti bahwa menghambat

keluarnya BAB cair akan memperpanjang penyakit. Justru telah terbukti

penggunaan antidiare akan mengurangi diare dan mmperpendek durasi diare.

¯ Antimikroba: Dianjurkan untuk diberikan pada turis yang bepergian dalam

travel kit beserta loperamide. Quinolone direkomendasikan sebagai pilihan utama,

dan pilihan berikutnya adalah cotrimoxazole.

Page 25: TUGAS PELAYANAN

Campur tangan dokter juga diperlukan jika tidak ada perbaikan gejala setelah 48

jam, atau ada bukti terjadinya kemunduran, seperti dehidrasi, perut kembung, atau

tanda-tanda disentri (panas > 38,5ºC dan darah pada tinja).

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

ð Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam satu

hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang yang mengalami

diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi. Hal ini

membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa,

khususnya pada anak dan orang tua.

ð Gejala diare biasanya buang air besar yang terus menerus disertai sakit dan

nyeri perut, badan lesu atau lemah, serta pucat, mual, tidak nafsu makan, dan

menurunnya pengeluaran urin. Diare juga bisa menyebabkan kehilangan cairan

dan elektrolit yang disebut dengan dehidrasi.

ð Penyebab diare antara lain, ansietas/cemas, keracunan makanan, infeksi virus

dari usus, alergi terhadap makanan tertentu, tidak tahan susu, peradangan usus,

kekurangan gizi, dan lain-lain.

ð Pengobatan diare ada 2 cara, pertama terapi farmakologi dengan menggunakan

obat-obat diare, dan kedua menggunakan terapi non farmakologi dengan

menggunakan terapi alternative.

4.2 Saran

ð Untuk mengatasi diare hal yang utama yaitu dengan pemberian cairan oralit

untuk menghindari terjadinya dehidrasi yang dapat mengancam jiwa penderita

diare.

Page 26: TUGAS PELAYANAN

ð Minum banyak cairan (air sari buah, sup bening). Hindari alcohol, kopi, teh,

susu. Teruskan pemberian air susu ibu pada bayi, tetapi pemberian susu pengganti

ASI encerkan sampai dua kali.

ð Cucilah tangan dengan baik setiap habis buang air beesar dan sebelum

menyiapkan makananan. (diare karena infeksi bakteri/virus bisa menular)

ð Bila diare berlanjut sampai dua hari, bila terjadi dehidrasi, kotoran berdarah,

atau terus-menerus kejang perut periksakan ke dokter( diare pada anak/bayi

sebaiknya segera dibawa ke dokter.

Daftar Pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Diare

http://kedokteran-febrian.blogspot.com/2009/03/patofisiologi-diare.html

http://timehome1714.com/2008/06/24/pedoman-pengobatan-mandiri-untuk-diare-

akut-dewasa/

http://koranindonesiasehat.wordpress.com/2009/11/29/atasi-diare-pada-orang-

dewasa- perlukah-obat/epository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../1/penydalam-

srimaryani2.pdf

http://medicastore.com/diare/

http://www.infeksi.com/articles .

http://www.indospiritual.com/artikel_pengobatan-alternatif-diare-dengan-air-

tajin.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Air_tajin

http://priyasha.wordpress.com/2008/11/17/khasiat-pisang-hijau-atasi-diare-anak/

Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, 28, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan

Makanan, Jakarta.

Diemert, David., J., 2006, Prevention and Self-Treatment of Traveler’s Diarrhea,

http://cmr.asm.org/cgi/reprint/19/3/583, diakses tanggal 16 desember 2007

Larson, C., P., Saha., U., R., Islam., R., and Roy., I., 2006, Childhood diarrhoea

management practices in Bangladesh: private sector dominance and continued

Page 27: TUGAS PELAYANAN

inequities in care,http://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez, diakses tanggal 16

Desember 2007

Lacy, Charles. F., dkk, 2006, Drug Informatorium Handbook, 14th ed, 949-951,

Lexi-Comp. inc, United States.

Spruill, William, J., and Wade, William, E., Pharmacotherapy: A

Pathophysiologic Approach, Sixth Edition, 677-681, Mcgraw-Hill Medical

Publishing Division, New York.

MIMS Indonesia, 2008-2009. Petunjuk Konsultasi, edisi 8, halaman A47 – A51

http://www.farmasiku.com/index.php?target=categories&category_id=165.