Upload
bonet-amran
View
46
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
limit dan kontinuitas fungsi beberapa variabel
Citation preview
1
A.PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib
dipelajari oleh setiap siswa sejak di bangku sekolah dasar sampai di
tingkat sekolah menengah. Materi yang diajarkan selalu berkembang
sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, bahkan ada beberapa materi
diajarkan di setiap jenjang pendidikan. Materi-materi dalam matematika
disusun secara spiral artinya suatu materi dikembangkan dan diajarkan di
setiap jenjang pendidikan kepada siswa dengan memperluas dan
memperdalam isi sesuai dengan tingkat perkembangan dan pendidikan
siswa. Septiani (dalam Hudojo ,1988: 3) menyatakan bahwa mempelajari
matematika haruslah bertahap dan berurutan serta berdasarkan kepada
pengalaman yang lalu.
Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang terstruktur,
terorganisasi, dan berjenjang, artinya antara materi yang satu dengan
materi yang lainnya saling berkaitan, materi yang satu kadang-kadang
merupakan prasyarat dari materi yang lain. Matematika yang diberikan
dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah biasa disebut
sebagai matematika sekolah (school mathematics).
Disis lain matematika merupakan pelajaran yang dianggap sulit,
dibenci dan ditakuti sebagian besar siswa sekolah dasar maupun siswa
sekolah menengah. Rumus-rumus, angka dan konsep adalah ciri khas
mata pelajaran ini. Jika tidak mengikuti pelajaran dari awal maka kita tidak
akan bisa mengerjakan bagian selanjutnya.
Jika matematika dilihat dari perkembangan teknologi modern,
matematika merupakan ilmu yang universal yang mempunyai peran
penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia.
Matematika bukan hanya alat bantu untuk matematika itu sendiri, tetapi
banyak konsep-konsepnya yang sangat diperlukan oleh ilmu lain, seperti
2
kimia, fisika, biologi, teknik dan farmasi. Melihat begitu pentingnya
matematika tidak mengherankan jika matematika dipelajari secara luas
dan mendasar sejak jenjang sekolah dasar.
Dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah
mata pelajaran matematika (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 22 Tahun 2006 tanggal 23 mei 2006 tentang standar isi) bahwa
mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik
mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama. Kemampuan ini dapat dikembangkan melalui
kegiatan pembelajaran matematika karena tujuan pembelajaran
matematika di sekolah menurut Depdiknas (dalam Herman, 2010:1)
adalah:
1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan,
2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi,
intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran
divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan,
serta mencoba-coba,
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, dan
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi dan
mengkomunikasikan gagasan.
Menurut Herman (2010:1) salah satu penyebab rendahnya
penguasaan matematika siswa adalah guru tidak memberi kesempatan
yang cukup kepada siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya.
Matematika dipelajari oleh kebanyakan siswa secara langsung dalam
bentuk yang sudah jadi (formal), karena matematika dipandang oleh
kebanyakan guru sebagai suatu proses yang prosedural dan
mekanistis.Sedangkan dari hasil penelitian yang dilakukan Rohmayasari
3
(2010:68) didapat bahwa sikap dan kemampuan berpikir matematika
siswa masih rendah dan belum memuaskan, diantaranya:
1. Para siswa tidak memiliki motivasi untuk mempelajari matematika
karena dianggap matematika adalah kumpulan dari rumus - rumus.
2. Para siswa menganggap bahwa pelajaran matematika adalah
pelajaran yang membosankan.
3. Matematika masih sulit dipahami oleh siswa.
4. Soal matematika yang diberikan sulit untuk dikerjakan.
5. Siswa masih merasa bingung dalam mengaplikasikan konsep
matematika dalam kehidupan sehari-hari.
6. Soal yang diberikan adalah soal-soal rutin yang kurang
meningkatkan kemampuan berpikir matematika siswa.
Walaupun matematika dikenal sebagai ilmu yang sukar dipahami,
akan tetapi banyak faktor yang dapat membantu memudahkan
pemahaman matematika, salah satunya adalah cara penyampaian materi,
misalnya saja dengan menekankan kepada keterlibatan siswa secara aktif
dalam proses belajar mengajar sehingga potensi siswa dapat berkembang
dengan baik. Menyikapi permasalahan-permasalahan yang timbul dalam
pendidikan matematika di sekolah, terutama yang berkaitan dengan
prestasi belajar siswa, praktek pembelajaran di kelas, pentingnya
meningkatkan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi, salah satu
solusinya adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran. Untuk
mengatasi hal tersebut di atas berbagai upaya telah dilakukan
untuk meningkatkan mutu pendidikan. Perbaikan-perbaikan dapat
dilakukan oleh pihak guru dan sekolah baik pada aspek proses pembelajaran,
maupun pada aspek evaluasi yang diterapkannya. Oleh karena itu,
diperlukan metode-metode yang tepat guna meningkatkan penguasaan
bahan ajar. Rendahnya hasil belajar matematika siswa disebabkan oleh
kurangnya pemahaman konsep matematika itu sendiri. Siswa dituntut
untuk selalu menghafalkan setiap rumus yang akan digunakan dalam
4
pembelajaran tanpa tahu cara mendapatkan rumus tersebut. Sehingga
menyebabkan siswa menjadi lupa dan bahkan tidak mengerti dengan
rumus yang ada.
Pada materi lingkaran, siswa sulit membedakan antar rumus luas
daerah lingkaran dan rumus keliling lingkaran. Hal ini mungkin disebabkan
karena kurangnya pengetahuan guru tentang cara mendapatkan rumus
tersebut. Hal ini tentu saja berdampak negatif pada pembelajaran di kelas,
di mana siswa hanya diberikan rumus untuk dihafal tanpa tahu bagaimana
cara mendapatkan rumus tersebut. Oleh karena itu, maka penulis
menganggap perlu untuk membahas materi lingkaran, khususnya cara
mendapatkan rumus luas daerah lingkaran.
Berdasarkan uraian di atas, penulis berpendapat bahwa untuk
membuat pelajaran matematika menjadi bermakna, efektif serta banyak
disukai oleh siswa maka perlu digunakannya model pembelajaran yang
menarik. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif.
2. Pertanyaan
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka pertanyaanya
adalah?
Apakah dengan model pembelajaran kooperatif tipe group
investigation dapat memudahkan siswa dalam memahami konsep
luas lingkaran dengan pendekatan luas bangun datar lainnya?
3. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk :
a. Mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group
investigation dalam memudahkan siswa untuk memahami konsep
Luas lingkaran dengan pendekatkan luas bangun datar yang lain.
b. Melengkapi syarat dalam mengikuti perkuliahan Problematika
Pembelajaran Matematika.
5
B. PEMBAHASAN
1. Pembelajaran Aktif sebagai Induk Pembelajaran Kooperatif
Dalam sejarah kependidikan, secara historis perlunya
pembelajaran aktif sudah dirasakan oleh Sophocles ( dalam Warsono dan
Hariyanto, 2012 : 3) mengatakan “ Seseorang harus belajar dengan cara
melakukan sesuatu, karena walaupun anda berfikir telah mengetahui
sesuatu, anda tidak akan memiliki kepastian tentang hal tersebut sampai
anda mencoba melakukan sendiri.”
Identik dengan pendapat Sophocles ini pepatah dari Cina (ada
sumber uang menyebutkan sebagai ucapan Konfusius) yang mengatakan:
Apa yang saya dengar, saya lupakan
Apa yang saya lihat, saya ingat
Apa yang saya lakukan, saya pahami.
Prinsip pembelajaran aktif berawal dari Kredo John Locke (1690an)
(dalam Warsono dan Hariyanto, 2012 : 3) dengan prinsip tabula rasa
yang mengatakan bahwa : “ Knowledge comes from experience” yang
artinya pengetahuan berpangkal dari pengalaman. Mendukung pendapat
ini Bobble De Porte dan Mike Hernacki dalam publikasinya yang terkenal
berjudul Quantum Learning menyatakan bahwa belajar dapat terjadi
dengan cara :
10 % dari apa yang kita baca;
20 % dari apa yang kita dengar;
30 % dari apa yang kita lihat;
50 % dari apa yang kita lihat dan dengar;
70 % dari apa yang kita katakan;
90 % dari apa yang kita katakan dan lakukan.
Pembelajarn aktif secara sederhana didefinisikan sebagai metode
pengajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses
6
pembelajaran (student centered learning) dan guru hanya sebagai
fasilitator.. Pembelajaran aktif adalah sebagai induk pembelajaran
Kooperatif.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif terkadang disebut juga kelompok
pembelajaran (group learning), yang merupakan istilah generik bagi
bermacam prosedur instruksional yang melibatkan kelompok kecil yang
interaktif. Siswa bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas akademik
dalam suatu kelompok kecil untuk saling membantu dan belajar bersama
dalam kelompok mereka serta kelompok lain.
Pada umumnya dalam implementasi motode pembelajaran
kooperatif, para siswa saling berbagi (sharing), bertukar pikiran tentang
hal-hal sebagai berikut :
a. Siswa bekerja sama tentang suatu tugas bersama melalui kerja
kelompok.
b. Siswa bekerja sama dalam suatu kelompok kecil 2-6 orang.
c. Siswa bekerja sama, berprilaku pro-sosial untuk menyelesaikan
tugas bersama.
d. Saling tergantung secara positif.
e. Setiap siswa bertanggung jawab secara individu terhadap tugas
yang menjadi bagiannya.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka pada pembahasan ini
penulis menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group
investigation sesuai dengan materi yang akan dibahas.
3. Pengertian Model Pembelajaran Group Investigation
Model Group Investigation seringkali disebut sebagai metode
pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Hal ini memadukan
beberapa landasan pemikiran, yaitu berdasarkan pandangan
kontruktivistik, democratic teaching dan kelompok belajat kooperatif.
7
Berdasarkan pandangan kontruktivistik, proses pembelajaran dengan
model group investigation memberikan kesempatan selus-luasnya kepada
siswa untuk terlibat secara langsung dan aktif dalam proses pembelajaran
mulai dari perencanaan sampai cara mempelajari suatu topik melalui
investigasi.
Eggen dan Kauchak (dalam Maimunah, 2006: 21) mengemukakan
Group investigation adalah strategi belajar kooperatif yang menempatkan
siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu
topik tertentu atau objek khusus.
a. Tujuan Model Pembelajaran Group Investigation
Metode Group Investigation memiliki tiga tujuan yang saling terkait :
1. Group Investigasi membantu siswa untuk melakukan investigasi
terhadap suatu topik secara sistematis dan analitik. Hal ini
mempunyai implikasi yang positif terhadap pengembangan
keterampilan penemuan dan membantu mencapai tujuan.
2. Pemahaman secara mendalam terhadap suatu topik yang dilakukan
melalui investigasi.
3. Melatih siswa bekerja secara kooperatif dalam memecahkan masalah
dan siswa dibekali keterampilan hidup (life skill).
b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Group Investigation
1. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen.
2. Guru memanggil ketuaketua kelompok untuk materi tugas secara
kooperatif.
3. Masing-masing kelompok membahas materi tugas secara
kooperatif dalam kelompok.
4. Setelah selesai . masing-masing kelompok yang diwakili ketua
kelompok atau salah satu anggotanya menyampaikan hasil
pembahasan
5. Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil
pembahasan.
8
6. Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila terjadi
kesalahan konsep dan memberikan kesimpulan.
7. Evaluasi.
Untuk lebih praktisnya Model Pembelajaran Group Investigation
dapat diadaptasi dalam bentuk kerangka operasional sebagai
berikut :
c.
Kelebihan dan Kelemahan Model Group Investigation
Tahap I
Mengidentifikasi topik
dan membagi siswa
ke dalam kelompok.
Guru memberikan kesempatan bagi
siswa untuk memberi kontribusi apa yang
akan mereka selidiki. Kelompok dibentuk
berdasarkan heterogenitas.
Tahap II
Merencanakan
tugas.
Kelompok akan membagi sub topik
kepada seluruh anggota. Kemudian
membuat perencanaan dari masalah
yang akan diteliti, bagaimana proses dan
sumber apa yang akan dipakai.
Tahap III
Membuat
penyelidikan.
Siswa mengumpulkan, menganalisis dan
mengevaluasi informasi, membuat
kesimpulan dan mengaplikasikan bagian
mereka ke dalam pengetahuan baru
dalam mencapai solusi masalah
kelompok.
Tahap IV
Mempersiapkan
tugas akhir.
Setiap kelompok mempersiapkan tugas
akhir yang akan dipresentasikan di depan
kelas.
Tahap V
Mempresentasikan
tugas akhir.
Siswa mempresentasikan hasil kerjanya.
Kelompok lain tetap mengikuti.
Tahap VI
Evaluasi.
Soal ulangan mencakup seluruh topik
yang telah diselidiki dan dipresentasikan.
9
Di dalam pemanfaatannya atau penggunaannya model
pembelajaran group investigation juga mempunyai kelemahan dan
kelebihan, yakni sebagai berikut:
Kelebihan pembelajaran model group investigation:
1. Pembelajaran dengan kooperatif model Group Investigation
memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Penerapan metode pembelajaran kooperatif model Group
Investigation mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.
3. Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling
bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa
memandang latar belakang.
4. Model pembelajaran group investigation melatih siswa untuk
memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dan
mengemukakan pendapatnya.
5. Memotivasi dan mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar
mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
Kelemahan pembelajaran dengan model group investigation:
Model pembelajaran group investigation merupakan model
pembelajaran yang kompleks dan sulit untuk dilaksanakan dalam
pembelajaran kooperatif. Kemudian pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran group investigation juga membutuhkan waktu yang
lama.
4. Pembuktian luas lingkaran dengan pendekatan luas kebangun
datar lainnya
Untuk membuktikan rumus luas daerah lingkaran dapat dilakukan
pembuktian secara empiris. Pembuktian rumus luas daerah lingkaran
secara empiris yang biasa dilakukan adalah dengan memotong-motong
lingkaran sehingga menjadi juring-juring lalu membentuknya menjadi
10
bentuk bangun datar yang lain. Biasanya bangun datar yang dibentuk dari
juring-juring lingkaran tersebut adalah persegi panjang, namun selain
persegi panjang, masih banyak bangun datar yang dapat kita gunakan
sebagai pendekatan untuk membuktikan luas lingkaran.
Berikut merupakan penjelasan mengenai pembuktian luas lingkaran
melalui pendekatan kebeberapa bentuk bangun datar :
1. Pembuktian Rumus Luas Daerah Lingkaran dengan
Menurunkan dari Rumus Luas Daerah Persegi panjang
Untuk membentuk persegi panjang, Lingkaran dipotong-potong
menjadi 16 juring. semakin banyak juring maka akan semakin
membentuk persegi panjang yang lebih mendekati dengan syarat
jumlahnya genap dan jangan lupa salah satu juring dibagi dua
sama menurut jari-jari. kemudian disusun secara zigzag ke samping
dengan menempelkan sisi jari-jari dari masing-masing juring
sehingga mendekati bentuk persegi panjang seperti terlihat pada
gambar di bawah :
Perhatikan gambar tersebut, kita dapat melihat bahwa susunan 16
potong juring lingkaran tersebut mendekati bentuk persegi panjang.
Sekarang, anggap bangun datar yang telah kita bentuk tadi adalah
persegi panjang dengan panjang = ½ keliling lingkaran dan
lebar = r . dari data tersebut kita dapat membuktikan luas lingkaran
dengan uraian sebagai berikut :
l = r
P = ½ K
11
2. Pembuktian Rumus Luas Daerah Lingkaran dengan
Menurunkan dari Rumus Luas Daerah Segitiga
Untuk membentuk segitiga, Lingkaran dipotong-potong menjadi 16
juring, semakin banyak juring maka akan semakin membentuk
segitiga sama kaki yang lebih mendekati dengan syarat banyaknya
juring merupakan bilangan kuadrat . Kemudian juring-juring
tersebut disusun menjadi mendekati bentuk segitiga sama kaki
seperti pada gambar dibawah ini:
Pada gambar diatas, 16 juring lingkaran di bentuk menjadi segitga
sama kaki dengan panjang alas = ¼ keliling lingkaran dan
tinggi = 4r. selanjutnya kita akan membuktikan luas lingkaran melalui
pendekatan segitiga sama kaki dengan uraian sebagai berikut :
12
3. Pembuktian Rumus Luas Daerah Lingkaran dengan
Menurunkan dari Rumus Luas Daerah Jajar Genjang
Untuk membentuk jajar genjang, Lingkaran dipotong-potong
menjadi 16 juring. semakin banyak juring maka akan semakin
membentuk jajar genjang yang lebih mendekati dengan syarat
jumlahnya genap. Hampir sama dengan pada saat membuktikan
luas lingkaran dengan pendekatan persegi panjang, namun
perbedannya adalah jika pada saat membentuk persegi panjang
salah satu juring dibagi dua sama menurut jari-jari, maka dalam
membentuk jajar genjang langkah tersebut tidak perlu dilakukan.
Kemudian juring-juring tadi disusun secara zigzag ke samping
dengan menempelkan sisi jari-jari dari masing-masing juring
sehingga mendekati bentuk jajar genjang seperti terlihat pada
gambar di bawah :
t = 2r
a = ¼ K
13
Pada gambar diatas, 16 juring lingkaran di bentuk menjadi jajar
genjang dengan panjang alas = ¼ keliling lingkaran dan tinggi = 2r
selanjutnya kita akan membuktikan luas lingkaran melalui pendekatan
jajar genjang dengan uraian sebagai berikut :
4. Pembuktian Rumus Luas Daerah Lingkaran dengan
Menurunkan dari Rumus Luas Daerah Trapesium
Untuk membentuk trapesium, Lingkaran dipotong-potong menjadi
16 juring dan seterusnya. semakin banyak juring maka akan
semakin membentuk trapesium yang lebih mendekati dengan
syarat banyaknya juring merupakan bilangan ganjil yang lebih
dari 1 (2n+1). (Banyak juring adalah bilangan ganjil (2n+1) tersebut
merupakan syarat untuk membentuk trapesium 1 tingkat, jika ingin
membentuk trapesium 2 tingkat maka rumus menjadi 4(2n+1) dan
untuk trapesium 3 tingkat maka rumus menjadi 3(2n+3)). Kemudian
juring-juring tersebut disusun menjadi mendekati bentuk trapesium
seperti pada gambar dibawah ini:
a = 3/16 K
t = 2r
b = 5/13 K
14
Pada gambar diatas, 16 juring lingkaran di bentuk menjadi
trapesium 2 tingkat dengan panjang sisi atas = 3/8 keliling
lingkaran dan panjang sisi bawah= 3/8 keliling lingkaran
sedangkan tinggi = 2r. Selanjutnya kita akan membuktikan luas
lingkaran melalui pendekatan trapesium sama kaki dengan uraian
sebagai berikut :
15
C. KESIMPULAN.
Berdasarkan pada pembahasan dan ditambah pengalaman dilapangan
dapat disimpulkan :
1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
keaktifan, berfikir mandiri , kerjasama sehingga berdampak positif
terhadap hasil belajar siswa.
2. Dalam pembelajaran pada materi lingkaran untuk menemukan luas
lingkaran dengan pendekatan luas bangun datar lainnya
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation dapat mempermudah siswa memahami konsep luas
lingkaran.
16
D. DAFTAR PUSTAKA
Septiani, I. (2010). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMP.(Skripsi)
Warsono dan Hariyanto. (2013). Pembelajaran Aktif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Maimunah. (2005). Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Group Investigation pada Siswa Kelas X SMA Laboratorium UM.(Tesis)’
Adinawan, M.Cholok dan Sugijono. (2007). Matematika untuk SMP Kelas VIII. Jakarta : Erlangga
Rifandy. (2014). Pembuktian Luas Lingkaran. Diakses Maret 2015.http://rifandy23.blogspot.com/2014/06/pembuktian -luas-lingkaran.