tugas rian

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Infeksi saluran kemih (ISK) adalah salah satu penyakit infeksi dengan angka kejadian yang cukup tinggi. Johansen (2006) menyebutkan di Eropa angka kejadian ISK dirumah sakit mencapai 727 kasus setiap tahunnya. Sedangkan di Amerika angka kejadian ISK sekitar 7-8 juta Setiap tahunnya Blondeau, 2004). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Afsah (2008) di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta didapatkan angka kejadian ISK pada pasien yang dipasang kateter urin sebanyak 20 % dari 30 pasien. ISK adalah salah satu penyakit infeksi dimana jumlah bakteriuria berkembang biak dengan jumlah kuman biakan urine >100.000 /ml urine (Morgan, 2003). Bakteriuria asimtomatik di definisikan sebagai kultur urine positif tanpa keluhan, sedangkan bakteriuria simtomatik didifenisikan sebagai kultur urine positif disertai keluhan (Sukandar, 2006). ISK disebabkan oleh berbagai macam bakteri diantaranya E.Coliklebsiella, proteus, providensiac, citrobacter, p.aeruginosa, acinetobacter, enterococu faecali, dan

staphylococcus saprophyticus namun, sekitar 90% ISK secara umum disebabkan oleh E.coli. (Sukandar, 2006).

B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan apakah terdapat hubungan antara teknik pemasangan dan perawatan kateter terhadap pasien dengan ISK.

C. Tujuan 1. Tujuan umum Agar pembaca mengetahui tentang infeksi saluran kemih

2. Tujuan khusus a. Memahami pengertian ISK b. Memahami Klasifikasi ISK c. Memahami Etiologi ISK d. Memahami Etiologi ISK e. Memahami Patofisiologi ISK (Pathway ISK) ISK1

f. Memahami Tanda dan Gejala ISK g. Memahami Pemeriksaan Penunjang ISK h. Memahami Penatalaksanaan ISKi. Memahami Komplikasi ISK

2

BAB II TINJAUAN TEORITIS ASKEP INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

A. Pengertian Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001) Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998)

B. Klasifikasi - Kandung kemih (sistitis) - Uretra (uretritis) - Prostat (prostatitis) - Ginjal (pielonefritis) C. Etiologi Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain: Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple) Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain: Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang kurang efektif Mobilitas menurun Nutrisi yang sering kurang baik Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral. Adanya hambatan pada aliran urin Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat D. Patofisiologi ISK (Pathway ISK) Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK yaitu asending dan hematogen. Secara asending yaitu: Masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal.3

Secara hematogen yaitu: Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain. Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya: Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif. Mobilitas menurun Nutrisi yang sering kurang baik System imunnitas yang menurun Adanya hambatan pada saluran urin Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun. E. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah : 1. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih 2. Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis 3. Hematuria 4. Nyeri punggung dapat terjadi

Tanda dan gejala ISK bagian atas adalah : 1. Demam 2. Menggigil 3. Nyeri panggul dan pinggang 4. Nyeri ketika berkemih 5. Malaise 6. Pusing 7. Mual dan muntah F. Pemeriksaan Penunjang 1. Urinalisis Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.4

Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.

2. Bakteriologis Mikroskopis Biakan bakteri Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.

3. Metode tes Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.

4. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS) : Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).

5. Tes- tes tambahan : Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten. G. Penatalaksanaan Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhadap flora fekal dan vagina.

Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas: 1. 2. 3. 4. Terapi antibiotika dosis tunggal Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu Terapi dosis rendah untuk supresi5

Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah. Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin), trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius jug adapt digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi. H. Komplikasi - Pembentukan Abses ginjal atau perirenal - Gagal ginjal

6

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ISK Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Infeksi Saluran Kemih (ISK) A. Pengkajian Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko: 1. Adakah riwayat infeksi sebelumnya? 2. Adakah riwayat obstruksi pada saluran kemih? 3. Adanya faktor predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial 4. Bagaimana dengan pemasangan folley kateter ? 5. Imobilisasi dalam waktu yang lama ? 6. Apakah terjadi inkontinensia urine? 7. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih 8. Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor predisposisi terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah) 9. Adakah disuria? 10. Adakah urgensi? 11. Adakah hesitancy? 12. Adakah bau urine yang menyengat? 13. Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan konsentrasi urine? 14. Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih bagian bawah ? 15. Adakah nyesi pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi saluran kemih bagian atas?

Pengkajian psikologi pasien: - Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan yang telah dilakukan? - Adakakan perasaan malu atau takut kekambuhan terhadap penyakitnya.

B. Diagnosa Keperawatan 1. 2. 3. 4. Infeksi berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) yang berhubungan dengan ISK. Nyeri berhubungan dengan ISK. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.

C. Intervensi7

1.

Infeksi berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih - Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien memperlihatkan tidak adanya tanda-tanda infeksi. - Kriteria Hasil : a. Tanda vital dalam batas normal b. Nilai kultur urine negative c. Urine berwarna bening dan tidak bau

Intervensi : 1. Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38,50 C Rasional : Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh 2. Catat karakteristik urine Rasional : Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan. 3. Anjurkan pasien untuk minum 2 3 liter jika tidak ada kontra indikasi Rasional : Untuk mencegah stasis urine 4. Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan sensivitas untuk menentukan respon terapi. Rasional : Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan penderita.

2.

Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan frekuensi dan atau nokturia) yang berhubunganm dengan ISK. - Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat. - Kriteria : a. Klien dapat berkemih setiap 3 jam b. Klien tidak kesulitan pada saat berkemih c. Klien dapat bak dengan berkemih

Intervensi : 1. Ukur dan catat urine setiap kali berkemih Rasional : Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input/out put 2. Anjurkan untuk berkemih setiap 2 3 jam Rasional : Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika urinaria. 3. Palpasi kandung kemih tiap 4 jam8

Rasional : Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih.

3.

Nyeri yang berhubungan dengan ISK - Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa nyaman dan nyerinya berkurang. - Kriteria Hasil : a. Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih. b. Kandung kemih tidak tegang c. Pasien nampak tenang d. Ekspresi wajah tenang

Intervensi : 1. Kaji intensitas, lokasi, dan factor yang memperberat atau meringankan nyeri. Rasional : Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi 2. Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di toleran. Rasional : Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot-otot 3. Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi Rasional : Untuk membantu klien dalam berkemih 4. Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi. Rasional : Analgetik memblok lintasan nyeri 5. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.

-

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak memperlihatkan tanda-tanda gelisah. Kriteria hasil : a. Klien tidak gelisah b. Klien tenang

Intervensi : 1. Kaji tingkat kecemasan Rasional : Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien 2. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya9

Rasional : Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan pengobatan 3. Beri dorongan spiritual Rasional : Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME.Beri 5)Beri 4. penjelasan tentang penyakitnya Rasional : Agar klien mengerti sepenuhnya tentang penyakit yang dialaminya. 4. Implementasi Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan (Doenges E Marilyn, dkk, 2000) 5. Evaluasi Pada tahap yang perlu dievaluasi pada klien dengan ISK adalah, mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah terdapat : 1. Apakah pencegahan infeksi berhasil atau tidak. 2. Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan ingin kencing, menetes setelah berkemih. 3. Nyeri bertambah atau berkurang. 4. Apakah pasien dan keluarga pasien sudah memahami dari penyuyluhan yang diberikan.

10

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001) Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998) B. Saran Dengan adanya penyusunan makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami asuhan keperawatan tentang gangguan system pernafasan pada anak yaitu asma dan rhinitis alergi, kami menyadari dalam pembuatan makalh ini terdapat kekurangan dan kami mengharpkan saran dan masukan dari pembaca sekalian untuk kesempurnaan makalah yang akan datang.

11

DAFTAR PUSTAKA Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC. Suriadi, SKp, MSN, Yulianni Rita, Skp, M.Psi, 2006, Asuhan Keperawatan Pada Anak aedisi 2, Jakarta: EGC Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.

12