Click here to load reader
Upload
achmad-fathony
View
43
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
SA
Citation preview
Keistimewaan dari produk pangan yaitu bahwa produk pangan mempunyai
nilai mutu subjektif yang menonjol disamping sifat mutu objektif. Sifat subjektif
pangan lebih umum disebut organoleptik atau sifat indrawi karena penilaiannya
menggunakan indra manusia, kadang – kadang juga disebut sifat sensorik
karena penilaiannya didasarkan pada rangsangan sensorik pada organ indra.
jadi sifat mutu indrawi pangan adalah sifat produk atau komoditas pangan yang
hanya dikenali atau diukur dengan proses pengindraan yaitu penglihatan dengan
mata, pembauan dengan hidung, pencicipan dengan rongga mulut, perabaan
dengan ujung jari tangan atau pendengaran dengan telingga (Soekarto, 1990).
Pengendalian mutu pada dasarnya adalah menganalisa dan mengenali
penyebab keragaman produk dan kemudian melakukan tindakan perbaikan
terhadap proses produksi agar dicapai produk yang bermutu baik dan seragam.
Konsep pengendalian mutu tercipta untuk mengatasi penyimpangan mutu pada
produk sehingga tetap dapat menghasilkan komoditas dengan kualitas atau mutu
yang kompetitif baik di pasar lokal atau global (Dwiloka et al., 2004).
Jadi dalam pengendalian mutu pangan terhadap sensori ini sebaiknya
untuk selalu menjaga respon positif terhadap bahan pangan yang telah
diproduksi dan hal yang perlu diperhatikan yaitu raw material (bahan baku) dari
pembuatan produk tersebut. Tingkat kesegaran dari raw material mempengaruhi
produk yang dihasilkan. Menurut Soekarto (1990), dalam menentukan kesegaran
komoditas udang atau ikan digunakan standarisasi mutu kesegaran yang
semata-mata menggunakan kriteria mutu organoleptik. Ditambahkan menurut
Moedjiharto (2000), pengendalian mutu akan berpengaruh terhadap
kenampakan, rasa, tekstur dan aroma (bau).
Dwiloka, Bambang; Soepardie; Nurwantoro. 2004. Pengawasan Mutu Hasil Ternak. Semarang: Universitas Diponegoro
Moedjiharto. 2000. Aplikasi Metoda Evaluasi Sensori pada Produk Perikanan. Malang: Universitas Brawijaya
Soekarto, Soewarno T. 1990. Dasar-Dasar Pengawasan dan Standarisasi Mutu Pangan. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Pemasaran merupakan suatu proses sosial dimana seseorang atau
kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dengan menciptakan, menawarkan
dan mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai kepada pihal lain. Dalam
industri pengolahan pangan juga terdapat 3 bagian utama yang langsung terlibat
dengan produk, yaitu bagian produksi, pengendalian mutu dan pemasaran. Pada
bagian sistem pemasaran menginginkan produk perusahaan laku terjual
karenanya menginginkan agar mutu produknya dapat memuaskan konsumen.
Bagian pemasaran merupakan bagian yang langsung berhadapan dengan
konsumen lebih mengenal tuntutan pasar, kebutuhan konsumen, perilaku
konsumen dan lebih mengetahui posisi produk perusahaan terhadap produk
saingannya (Dwiloka et al., 2004).
Jadi dalam bidang pemasaran hubungannya dengan analisis sensori yaitu
dapat mengetahui respon dari konsumen / masyarakat terhadap produk yang
telah dibeli atau dikonsumsinya entah itu dilihat dari tekstur, rasa, aroma dan
kenampakannya. Apabila dari pihak konsumen merasa tidak nyaman/enak
terhadap produk yang telah dipasarkan oleh produsen baik itu melalui indra
perasa ataupun pembau, maka hal tersebut dapat dilakukan evaluasi produk dari
pihak produsen. Sehingga kedepannya produk tersebut dapat diterima di kalayak
ramai.
Keberhasilah perusahaan dalam menjual produk dan meningkatkan
keuntungan terutama disebabkan dalam desain dan pemasaran produk sesuai
dengan keinginan konsumen. Pemahaman terhadap keinginan konsumen delam
memproduksi dan melakukan pengolahan merupakan aplikasi yang penting dari
sensori analisis pada pengembangan produk dan pemasaran. Hal yang penting
adalah pengetahuan mengenai karakteristik sensori yang disukai dan tidak
disukai oleh konsumen (Adawiyah, 2012).
Adawiyah, Dede R. 2012. Karakteristik dan Kegunaan Evaluasi Sensori.
Dwiloka, Bambang; Soepardie; Nurwantoro. 2004. Pengawasan Mutu Hasil Ternak. Semarang: Universitas Diponegoro
Menurut Sunarso dan Y. Djaoko (2008), untuk melakukan pengembangan
produk perlu strategi pengembangan yaitu melalui pengembangan pasar
(menjual produk lama di pasar baru), pengembangan produk sendiri
(mengembangkan produk baru untuk pasar lama) yang bisa dilakukan dengan:
a. Mengembangkan atribut produk baru:
1. Adaptasi (gagasan lain, pengembangan)
2. Modifikasi (mengubah warna, gerakan, suara, bentuk rupa, rasa,
kemasan).
3. Memperbesar (lebih kuat lebih panjang lebih tebal, tambahan).
4. Penataan kembali (pola lain, tata letak lain urutan lain, komponen).
5. Kombinasi (mencampur, meramu, asortasi, rakitan, unit gabungan).
b. Mengembangkan beragam tingkat mutu.
c. Mengembangkan model dan ukuran lain.
Jadi hubungan penelitian dan pengembangan terhadap analisis sensori
yaitu analisis sensori sangat diperlukan untuk penentuan dan
pengembangan riset dan penelitian ilmuan, terutama masalah pangan.
Misalnya ketika seorang peneliti mempunyai riset terhadap pengolahan
pangan, maka dia harus memanfaatkan alat indra yang dia miliki untuk
membandingkan mana pangan yang baik dikonsumsi serta diminati
konsumen dengan pangan yang tidak baik dikonsumsi serta tidak disukai
konsumen. Pengembangan terhadap alat dan teknologi analisis sensori
juga perlu dilakukan, karena keterbatasan panelis terhadap indra
dipengaruhi juga dengan aktifitas dan kondisi panelis. Pengembangan
dapat dilakukan dengan menciptakan alat indra buatan yang mampu
menggantikan panelis dalam uji organoleptik (Suseno, 2008).
Sunarso dan Y Djaoko Suseno, 2008. Analisis Dampak pengembangan
Produk Makanan Olahan Usaha Kecil Terhadap Kinerja
Usaha. Hal 20-21.