Upload
septio-haga
View
28
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Pada pemukiman yang terletak didaerah pantai, tetapi arus atau gelombang lautnya
tidak terlampau kuat, maka kenaikan permukaan air laut hanya akan menggenangi daerah
pemukiman. Tetapi pada daerah yang memiliki gelombang laut yang kuat, maka abrasi
pantai akan terjadi. Pada kondisi demikian, daerah pemukiman tersebut, lambat laun akan
hilang. Sebagai akibatnya penduduk dapat mengalami kehilangan rumahnya. Bahkan
kondisi tersebut dapat pula mengancam jiwa penduduk yang tinggal didaerah pantai tersebut.
Dua fenomena yang diungkapkan diatas, akan mengakibatkan pengaruh yang berbeda
pada daerah pemukimannya. Pada daerah pemukiman yang arus atau gelombang lautnya
tidak terlampau kuat, maka naiknya permukaan air laut fenomenanya mirip dengan daerah
yang mengalami kebanjiran, dimana permukaan air lautnya secara bertahap meningkat.
Sedangkan daerah pemukiman yang menghadapi arus atau gelombang laut yang cukup kuat
dan deras, maka fenomennya tidak sekedar seperti daerah yang mengalami kebanjiran, tetapi
penduduk akan merasa terancam dalam menghuni rumahnya.
Penduduk yang berada di daerah pantai pada umumnya adalah nelayan yang sudah
terbiasa dengan kehidupan laut. Namun demikian, naiknya air permukaan laut bukanlah
sesuatu yang diharapkan oleh para nelayan. Nelayan dalam kehidupan sehari-harinya telah
terbiasa dengan terpaan badai dan gelombang laut. Tetapi kehidupan di darat diharapkan
mempunyai hal yang berbeda dengan kehidupannya di air laut, sudah barang tentu mereka
berharap bahwa kehidupan didarat tidak ada genangan air dirumahnya. Oleh karenanya,
kenaikan permukaan air laut yang kemudian menggenangi pemukimannya merupakan
sesuatu permasalahan yang yang harus dihadapi oleh penduduk setempat. Situasi naiknya
permukaan air laut pada dasarnya dapat menimbulkan stress pada penduduk di daerah pantai.
Air laut tidak pernah diam. Air laut bergelombang di permukaannya, kadang-kadang
besar kadang-kadang kecil, tergantung pada kecepatan angin dan kedalaman dasar lautnya.
Semakin dalam dasar lautnya makin besar gelombangnya. Titik tertinggi air dalam suatu
gelombang disebut puncak gelombang dan yang terendah disebut lembah gelombang. Jarak
dari satu puncak ke puncak berikutnya disebut panjang gelombang. Waktu yang dipakai
gelombang untuk merambat dari satu puncak ke puncak berikutnya disebut periode
gelombang. Gelombang mempunyai kemampuan untuk mengikis pantai.
1
Pengaruh deformasi dan fluktuasi muka air laut, kedua hal tersebut mempengaruhi
kehidupan sehari-sehari masyarakat pesisir. Gelombang merambat dari laut dalam ke laut
dangkal. Selama penjalaran tersebut, gelombang mengalami perubahan-perubahan atau
disebut deformasi gelombang. Deformasi gelombang dapat disebabkan karena variasi
kedalaman airlaut dan juga karena terdapatnya rintangan (pantai atau bangunan
pantai).Apabila suatu gelombang bergerak menuju pantai, gelombang tersebut akan
mengalami perubahan bentuk yang disebabkan oleh proses refraksi, pendangkalan
gelombang, difraksi, dan refleksi. (Triatmodjo, 1999, hal. 65). Refraksi, pendangkalan
gelombang, difraksi, dan refleksi akanmenentukan tinggi gelombang dan pola (bentuk) garis
puncak gelombang di suatu tempat di daerah pantai.
Refraksi, pendangkalan gelombang, difraksi, dan refleksi akan menentukan tinggi
gelombang dan pola (bentuk) garis puncak gelombang di suatu tempat di daerah pantai.
Gelombang Laut Dalam Ekivalen Analisis deformasi gelombang sering dilakukan dengan
konsep gelombang laut dalam ekivalen, yaitu tinggi gelombang di laut dalam apabila
gelombang tidak mengalami refraksi. Sedangkan Refraksi Gelombang dan Wave Shoaling
Refraksi terjadi dikarenakan adanya pengaruh perubahan kedalaman laut. Refraksi dan
pendangkalan gelombang (Wave Shoaling) dapat menentukan tinggi gelombang di suatu
tempat berdasarkan karakteristik gelombang datang. Refraksi mempunyai pengaruh yang
cukup besar terhadap tinggi dan arah gelombang serta distribusi energi gelombang di
sepanjang pantai. (Triatmodjo, 1999). Difraksi gelombang terjadi bila gelombang yang
datang terhalang oleh suatu penghalang yang dapat berupa bangunan pemecah gelombang
maupun pulau.
Akibatnya, gelombang akan membelok di sekitar ujung rintangan dan masuk ke
daerah terlindung di belakangnya. Dalam hal ini, terjadi transfer energi dalam arah tegak
lurus ke daerah terlindung. Fenomena difraksi gelombang penting diperhatikan dalam
perencanaan pelabuhan dan bangunan pemecah gelombang. Refleksi gelombang adalah
pemantulan gelombang yang terjadi apabila gelombang yang datang membentur tembok atau
penghalang. Fenomena refleksi dapat ditemukan di kolam pelabuhan. Pemantulan
gelombang ditentukan oleh koefisien refleksi yang berbeda-beda untuk berbagai tipe
bangunan.
Gelombang yang merambat dari laut dalam menuju pantai mengalami perubahan
bentuk karena adanya pengaruh perubahan kedalaman laut. Perubahan tersebut ditandai
2
dengan puncak gelombang semakin tajam sampai akhirnya pecah pada kedalaman
tertentu.Sedangkan elevasi muka air laut merupakan parameter penting dalam perencanaan
bangunan pantai. Fluktuasi muka air laut dapat disebabkan oleh kenaikkan muka air karena
gelombang (Wave set-up), kenaikkan muka air karena angin (Wind setup) dan pasang surut.
Kenaikkan Muka Air Karena Gelombang (Wave set-up) adalah akibat gelombang yang
datang dari laut menuju pantai menyebabkan fluktuasi muka air di daerah pantai terhadap
muka air diam.
Turunnya muka air dikenal dengan wave set-down, sedang naiknya muka air laut
disebut wave set up. Kenaikan Muka Air Karena Angin (Wind set-up) adalah akibat angin
dengan kecepatan besar (badai) yang terjadi di atas permukaan laut bisa membangkitkan
fluktuasi muka air laut yang besar di sepanjang pantai jika badai tersebut cukup kuat dan
daerah pantai dangkal dan luas.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Pengaruh Deformasi dan Flutuasi muka Air Laut terhadap Pemukiman
Perubahan lingkungan yang tidak diantisipasi sebelumnya sudah barang tentu akan
menimbulkan rasa cemas pada seseorang. Perubahan lingkungan tersebut dapat menjadi
stressor atau penyebab dari timbulnya stress pada seseorang. Reaksi seseorang dalam
menghadapi situasi stress adalah berbeda-beda. Hal ini sangat bergantung kepada
kemampuan dirinya mengolah situasi lingkungan yang menjadi stressor.
Mengacu pada bagan model stres, naiknya permukaan air laut dapat menimbulkan
stres pada penduduk. Namun demikian, stres atau tidaknya bagi seseorang tentang naiknya
permukaan air laut adalah bergantung pada individu penduduk tersebut, seperti misalnya pada
dirinya yang pernah mengalami trauma dengan lingkungan yang berubah, kemampuan
intelektualnya dalam mengolah perubahan lingkungan, pengetahuan tentang kenaikan
permukaan air laut, dan motivasinya dalam menghadapi naiknya permukaan air laut. Apabila
dari hasil dinamika kognitifnya tersebut menunjukkan pada kondisi yang mencemaskan,
maka potensi munculnya stres dapat terjadi.
Dengan munculnya reaksi awal tersebut, yaitu dengan ditandai oleh fungsi faal
digerakkan oleh sistem syaraf otonom, maka reaksi bertahan atau mempertahankan
keberadaan dirinya mulai terjadi. Tahapan ini merupakan suatu tahapan upaya mengatasi
situasi stres. Adapun bentuk upaya mengatasi situasi stres dapat merupakan perasaan marah,
emosional, takut, kompromi, atau menghindar dari situasi tersebut. Apabila pada tahapan
upaya mengatasi situasi stres gagal, maka yang terjadi adalah tahapan kejenuhan pada
dirinya, yang kemudian dapat mengakibatkan pada perilaku yang menyimpang. Namun
demikian, apabila upaya mengatasinya berhasil, maka akan terjadi perilaku adaptasi atau
adjustment.
Dalam hal ni perlu dibedakan adanya perbedaan antara adjustment dan adaptasi.
Kedua-duanya mempunyai pemahaman dapat menyesuaikan diri. Adaptasi merupakan suatu
4
proses penyesuaian diri, tetapi seseorang menyesuaikan diri sesuai dengan keinginan atau
kehendak lingkungan. Sedangkan pada konsep tentang adjustment, maka seseorang
melakukan suatu perubahan pada lingkungan, sehingga lingkungan dapat sesuai dengan
kehendak dirinya, sebagai contohnya, apabila seseorang meraa kepanasan, dirinya dapat
merubah temperatur lingkungan disekitarnya dengan memasang air conditioning, atau kipas
angin. Pada upaya adjustment, seseorang dituntut suatu kemampuan, sehingga ia mamapu
merubah lingkungan yang sesuai dengan dirinya.
Penilaian kognitif selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terdapat pada diri
individu, dipengaruhi pula oleh aspek kognitif individu dalam menilai stimulus lingkungan
yang mengancamnya, seperti misalnya, bagaimanakah kemampuan individu dalam
mengontrol yang dipersepsi tentang stimulus lingkungannya yang mengancamnya (kenaikan
permukaan air laut), kemampuan menduga kapankah bahaya naiknya permukaan air laut akan
muncul, segerakah atau masih lamakah kira-kira air laut tersebut akan mengancam penduduk
pantai? Apabila dari keseluruhan penilaian kognitif mengindikasikan bahwa naiknya
permukaan air laut akan membahayakan dirinya, maka situasi stres pada dirinya mulai
dirasakannya.
Reaksi alarm atau reaksi awal dari terjadinya kondisi stres yang dirasakan oleh
penduduk yang tinggal di pantai adalah diindikasikan dengan meningkatnya tekanan dalam
darah, jantung berdenyut dengan lebih kencang daripada biasanya, kelenjar keringat
mengeluarkan keringat secara berlebihan, dan sebagainya. Dimana ciri-ciri fisiologis tersebut
bekerja disebabkan oleh karena syaraf otonom bekerja telah menerima isyarat bahwa
stimulus lingkungan tersebut mengancam dirinya. Namun demikian, andaikan penilaian
kognitif menyatakan bahwa kondisi stimulus lingkungan tidak mengancam dirinya, maka
reaksi awal tersebut tidak akan muncul.
Deformasi dan fluktuasi muka air laut sangat mempengaruhi bagi masyarakat
terutama bagi yang bermukim di wilayah pesisir bagi mata pencarian mereka. Untuk itu akan
dibahas pengaruh dari deformasi dan fluktuasi muka air bagi perkembangan pemukiman.
Apalagi tergantung dari kondisi pemukiman terhadap tinggi tanah yang mungkin sedang
berubah (turun). Salah satu kasus deformasi dan fluktuasi muka air laut misalnya fenomena
kenaikan muka air laut merupakan issue yang mengemuka seiring dengan terjadinya
persoalan pemanasan global (global warming). Soemarwoto (2000) mengemukakan bahwa
dampak yang diakibatkannya akan sangat besar. Pemanasan global yang terjadi akan
5
menyebabkan kenaikan suhu permukaan laut yang kemudian mengakibatkan terjadinya
pemuaian air laut. Pemanasan global juga akan menyebabkan mencairnya es abadi di
pegunungan serta di daerah Arktik dan Antartik. Pemuaian air laut dan mencairnya salju-salju
abadi, pada gilirannya akan menyebabkan naiknya permukaan air laut. Naiknya permukaan
air laut ini berikutnya akan menyebabkan tergenangnya daerah-daerah pantai yang tidak
berlereng. Kenaikan muka air laut juga akan mempertinggi abrasi pantai, merusak
permukiman, tambak, daerah pertanian, dan lain-lain di kawasan pantai.
Terjadinya perubahan lingkungan yang secara teoritis diakibatkan oleh naiknya
permukaan air laut, akan menimbulkan pengaruh yang besar terhadap masyarakat, terutama
yang bertempat tinggal di sekitar pantai. Pada kondisi ini, apa yang akan/dapat dilakukan
oleh atau bagaimana masyarakat (khususnya yang tinggal di kawasan pantai) akan
menyesuaikan/mengadaptasikan diri terhadap perubahan dan kondisi lingkungan yang baru,
akan menjadi issue penting lain yang haruss dicermati dengan baik.
Kenaikan ini juga akan menenggelamkan pulau-pulau kecil secara umum, dampak
yang ditimbulkan akan sangat besar. Namun demikian, secara khusus, apakah kenaikan muka
air laut ini akan menimbulkan dampak yang negatif terhadap misalnya ekosistem mangrove,
terumbu karang, habitat kerang-kerangan laut atau lainnya? Kajian-kajian ekologis/biologis
barangkali akan dapat memperkirakan persoalan-persoalan yang akan terjadi terhadap hal-hal
itu. Dalam konteks ini, belum mendapatkan pemahaman yang cukup jelas tentang persoalan-
persoalan seperti itu, yang dalam batas tertentu sebenarnya dibutuhkan untuk mengkaji
6
bagaimana masyarakat di pemukiaman akan mengadaptasikan dirinya. umum tentang
adaptasi dan interaksi manusia (masyarakat dan budaya) dengan lingkungannya.
Dampak yang ditimbulkan oleh fenomena kenaikan muka air laut dan kerangka
konsep adaptasi pada uraian sebelumnya memperlihatkan bahwa aspek mata pencaharian
(infrastruktur) masyarakat merupakan hal yang akan terpengaruh oleh perubahan lingkungan
yang terjadi dan mempengaruhi kebudayaan masyarakat secara keseluruhan. Hal lain yang
penting untuk diperhatikan adalah pengaruh dari perubahan muka air laut terhadap aspek
tempat tinggal/hunian masyarakat..
Bermacam-macam faktor memengaruhi volume dan massa lautan yang
mengakibatkan perubahan muka laut eustatik dalam jangka panjang. Dua pengaruh paling
utama adalah temperatur (karena volume air bergantung pada temperatur), dan massa air
yang tersimpan di darat dan laut sebagai air segar (fresh water) di sungai, danau, glasier,
tutupan es di kutub, dan es di lautan. Pada skala waktu yang panjang (skala geologis),
perubahan bentuk samudera dan distribsi daratan/lautan akan memengaruhi tinggi muka laut.
Dalam hal ini sudah banyak pakar meteorologi yang mengatakan , itu sudah
merupakan implikasi dari pemanasan global. Tejadinya pemanasan global menyebabkan
mencairnya lapisan es di kutub utara dan selatan bumi, sekaligus memicu ” naiknya
permukaan laut “.
Tapi dalam hal naiknya permukaan air laut, ada beberapa faktor yang sangat dominan
yang terlupakan oleh para analis, di antaranya adalah :
1. Di bumi ini terdapat ribuan sungai, semuanya bermuara ke laut. Setiap sungai selalu
membawa partikel atau meterial ke laut berupa lumpur atau tanah misalnya. Kejadian
ini telah berlangsung ribuan tahun. Yang paling tinggi kadarnya tentu saja disaat
banjir.Sudah banyak jutaan meter kubik material yang mengendap di dasar laut dan
sudah ratusan ha delta yang terbentang di muara sungai. Faktor ini tentu saja membuat
pendangkalan dasar laut di daerah tertentu.
7
Banjir Bandang sering terjadi di mana-mana belahan dunia.
( Banjir di Kota Padang Sumatera Barat Indonesia. foto Harian Singgalang)
2. Di Indonesia saja panjang pantai le bih kurang 88.000 km. Pada sebahagian besar dari
pantai tersebut telah terjadi abrasi atau pengikisan tanah oleh air laut. Semua
materialnya mengendap ke dasar laut. Bayangkan saja berapa km panjang pantai di
bumi yang telah diterjang ombak. Saya yakin bahwa jumlah materialnya juga sudah
jutaan meter kubik. Ini juga akan mendorong permukaan air laut naik.
8
3. Di seluruh dunia ini atau di banyak negara ada banyak pelabuhan, ukurannya besar atau kecil jumlahnya saya juga tidak tahu. Hampir semua dari pelabuhan tersebut dibangun dengan jalan reklamasi atau penimbunan pinggiran pantai. Dalam hal ini juga termasuk reklamasi untuk pembuatan jalan dan pelebaran kawasan. Contoh terbaik bagi kita adalah perluasan kota Singapura, atau tempat-tempat rekreasi The word di kawasan Teluk Parsia atau kota venesia. Jutaan meter kubik material dibenam kelaut.
Banyak pelabuhan, bandara, pengembangan perumahan dan perkantoran serta pelebaran jalan dilaksanakan di daera pantai
yang telah direklamasi.
4. Sampai saat ini manusia menebang hutan terus saja berlangsung di seluruh dunia.
Sudah jutaan ha hutan tidak lagi berfungsi sebagai reservoir. Biasanya air dalam
jumlah besar tertahan oleh belantara hutan. Hutan berfungsi sebagai penyimpan dan
mengatur air yang mengalir di sungai. Sekarang luas hutan sudah semakin dan akan
terus berkurang, jika hujan turun, air dengan kecepatan yang lebih tinggi dari
normalnya segera sampai di laut. Hal ini juga akan menambah debet air laut.
5. Hutan juga terbakar dalam jumlah besar. Kebakaran hutan juga berlansung setiap
tahun tanpa menyisakan tanaman yang mungkin untuk hijau kembali.
9
Di seluruh dunia ribuan hektar hutan terbakar setiap tahun. Di seluruh dunia ribuan hektar hutan terbakar setiap tahun.
6. Sampai saat ini sudah jutaan ha tanah rawa di seluruh dunia yang ditimbun. Rawa
sangat potensial untuk menampung dan menyimpan air, sekarang telah beubah
menjadi tempat pemukiman. Air rawapun telah hijrah ke samudera karena diusir oleh
pengembang.
7. Danau pun ikut menyumbang untuk kenaikan permukaan air laut. Semuanya itu
pengaruh pendangkalan danau karena endapan hasil erosi.
8. Mungkin juga ? Dari dalam perut bumi sudah jutaan material yang telah keluar,
seperti minyak bumi, dan gas serta material gunug berapi. Tentu saja mungkin bumi
menjadi keriput juga.
10
9. Dalam waktu yang bersamaan, permukaan air laut naik, permukaan atau lapisan
teratas dari daratan juga mengalami penurunan karena erosi.
Sampai saat ini mencairnya lapisan es di kutub utara dan selatan bumi tetap saja
menjadi keraguan (bagi saya) sebagai faktor utama yang menyebabkan kenaikan
permuakaan air laut. Sebab sampai saat ini salju saja belum terbang dari Puncak Jayawijaya,
Cayanbe dan Kalimanjoro. Mana mungkin lapisan es di kutub utara dan selatan bumi telah
semakin mencair ? Perlu juga kita ketahui bahwa kutub utara dan selatan bumi tidak lapisan
es semua. Kutub utara dan selatan bumi itu bergunung dan berbukit batu dan tanah juga.
Gunung dan bukit itu yang dilapisi oleh es dan salju. Berapa meter tingkat ketebalan lapisan
es-nya perlu juga diteliti. Namun demikian daerah kutub tentu saja kena dampaknya. Bagian
datara rendahnya akan digenangi air laut. Tentu saja aka mengurangi luasnya daerah kutub
tersebut.
Setiap tahun sekitar 8 mm air dari seluruh permukaan laut mengalir ke lempengan es
Antartika dan Greenland sebagai hujan salju. Jika tidak ada dari es itu yang kembali ke laut,
maka muka laut akan turun 8 mm setiap tahunnya. Meskipun air dalam jumlah yang hampir
sama kembali ke laut dalam gunung es dan dari melelehnya es di tepinya, para ilmuwan tidak
tahu mana yang lebih besar - es yang masuk atau es yang keluar. Perbedaan antara input dan
output es disebut sebagai kesetimbangan massa (mass balance). Kesetimbangan ini sangat
penting karena menyebabkan perubahan muka laut global.
11
Paparan-paparan es (ice shelves) yang melayang di permukaan laut jika mencair tidak
akan mengubah permukaan laut. Demikian juga halnya dengan mencairnya tutupan es di
kutub utara yang terdiri dari kumpulan es yang melayang yang tidak akan menaikkan muka
laut secara signifikan. Hal ini terjadi karena yang mencair adalah air segar yang meskipun
akibat mencairnya mereka dapat menaikkan permukaan laut, namun ordenya cukup kecil dan
umumnya dapat diabaikan. Namun demikian hal itu dapat juga dibantah dengan menyatakan
bahwa jika paparan es mencair, maka ia adalah sebuah pertanda dari mencairnya lempengan
es di Greenland dan Antartika.
Jika semua glasier dan tutupan es mencair, kenaikan muka laut diproyeksikan
sekitar 0,5 m. Jika pencairan juga terjadi pada lempengan es di Greenland dan Antartika
(keduanya memiliki es di atas permukaan laut), maka kenaikan akan menjadi lebih drastis
lagi, 68,8 m. Keruntuhan reservoir interior lempengan es Antartika Barat akan menaikan
permukaan laut setinggi 5-6 m. Misal contohnya dengan banyaknya pulau-pulau kecil yang
telah tenggelam di Teluk Benggala.
Sebagaimana telah diungkapkan pada pendahuluan, bahwa tergenangnya pemukiman
penduduk oleh air laut dapat disebabkan oleh: Arus atau gelombang laut yang tidak
terlampau kuat, dan arus atau gelombang laut yang kuat.
Pada daerah pemukiman yang menghadapi arus atau gelombang laut yang tidak
terlampau kuat, kenaikan permukaan air laut adalah berangsur-angsur, sehingga fenomenanya
seperti daerah yang mengalami kebanjiran, dan airnya naik secara perlahan-lahan. Pada
situasi ini pada awalnya akan mencemaskan penduduknya, kerena terjadinya adalah secara
mendadak, dan bukan merupakan kejadian yang biasa. Penduduk setiap harinya melihat
halamannya mulai tergenang oleh air laut, sehingga fenomenanya seperti daerah yang
mengalami kebanjiran.
Apabila kondisi diatas dapat dianalogikan dengan daerah pemukiman yang sering
mengalami banjir, maka kenaikan permukaan air laut yang secara perlahan-lahan tidak
terlampau dipersepsi sebagai hal yang mencemaskan dirinya. Pada pemukiman yang sering
mengalami banjir, tingkat stresnya adalah pada tahap stres ringan. Seperti penelitian yang
telah dilakukan oleh Zulrizka Iskandar pada daerah banjir pada tahun, maka derajat stres yang
dirasakan oleh penduduk yang sering mengalami stres adalah ringan, bahkan adanya merasa
tidak stres, dan hanya sedikit penduduk yang merasakan stres pada saat dirinya mengalami
kebanjiran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
12
Tabel 1: Persentase penghuni yang mengalami banjir
Kategori Tingkat stres Daerah BanjirTidak Stres 35,72 %Stres ringan 42,86 %
Stres tingkatan cukup 11,90 %Stres berat 9,52 %
Jumlah 100,00 %
Mengacu pada tabel 1 diatas, maka nampaknya penghuni di daerah banjir dapat
melakukan adaptasi dengan situasi lingkungannya.
Peristiwa naiknya permukaan air laut sudah barang tentu bukanlah merupakan sesuatu
yang dapat dimaknakan secara wajar atau merupakan kejadian yang tidak sesuai. Oleh
karenanya, akan muncul situasi stres pada diri penduduk yang tinggal didaerah pantai.
Apabila kondisi ini merupakan sesuatu yang sering terjadi pada setiap tahunnya, maka akan
terjadi perilaku adaptasi. Hal ini berarti bahwa peristiwa yang selalu berulang kejadiannya,
akan memunculkan peningkatan kesadaran diri tentang lingkungannya, dan ia akan
melakukan evaluasi pada dirinya. Hasil evaluasi yang kurang memuaskan standar dirinya
(standar yang wajar adalah daerah pemukiman tidak pernah tergenang oleh air laut), dan
peristiwa ini terus berulang-ulang, maka ketidak puasan yang kumulatif, ketidak berdayaan
dirinya, dan kejenuhan yang mulai muncul pada dirinya, maka ia mulai menurunkan standar
dirinya, sehingga ia dapat menerima bahwa peristiwa tersebut adalah biasa. Kondisi
demikian disebut sebagai perilaku adaptasi dari penghuni yang tinggal ditepi pantai. Dengan
demikain, ia akan menerima kondisi naiknya permukaan air laut kedaerah pemukimannya
sebagai salah satu bagian dari pemukimannya.
Proses adaptasi tersebut dapat pula dipengaruhi oleh faktor situasional yang dinilainya
sebagai sesuatu yang tidak membahayakan dirinya dan keluarganya. Anggota masyarakat
lainnya menilai bahwa naiknya permukaan air laut yang melanda pem,ukimannya sebagai hal
yang dapat diterima, maka proses adaptasipun akan segera diterimanya. Selain itu pula,
kondisi sosial ekonomi dirinya dapat mempengaruhi pada penduduk. Apabila penduduk
menilai dirinya tidak mampu untuk membeli rumah.
didaerah yang terbebas dari kemungkinan tergenangnya pemukimannya oleh air alut,
maka perilaku adaptasi paling mungkin terjadi.
Anadaikan penduduk memiliki kemampuan ekonomi yang terbatas, maka ia masih
mungkin melakukan perilaku adjustment. Adapun perilaku adjustmentnya adalah dengan
melakukan peninggian rumahnya, misalnya menjadi rumah panggung. Dengan demikian ia
13
mencoba mengatasi permasalahannya dengan meningkatkan lantai rumahnya, sehingga air
laut tidak dapat masuk kedalam rumahnya. Oleh karena itu, pada penduduk yang menghayati
naiknya permukaan air laut sebagai kondisi banjir biasa, maka tingkat stresnya adalah rendah.
Tetapi pada penduduk yang tetap mempertahankan standarnya tentang suatu pemukiman atau
rumah, maka naiknya permukaan air laut walaupun lambat dan “dianggap tidak terlampau
membahayakan dirinya dan keluarganya”, maka ia akan tetap dalam situasi yang stres, baik
pada tingkat stres yang cukup atau stres yang berat.
Selain tingkatan stres yang dialami oleh penduduk yang mengalami kebanjiran,
keluhan psikologis yang diungkapkan adalah seperti misalnya dinyatakan dengan
kekhawatiran pada dirinya sendiri, merasa masalahnya tidak dapat diselesaikan, marah-
marah, merasa bosan dan tertekan. Adapun sebagai gambaran bagaimana keluhan psikologis
yang dirasakan pada penduduk yang sering mengalami banjir, dapat dilihat ada tabel berikut
ini.
Kategori keluhan psikologis Daerah banjirSering sekali 2,38 %Agak sering 2,38 %
Kadang-kadang 23,81 %Hanya dalam keadaan tertentu 42,86 %
Jarang/tidak pernah 28, 57 %Jumlah 100 %
Berdasarkan pada tabel 2, nampaklah bahwa penduduk yang tinggal didaerah banjir
hanya dalam keadaan tertentu mengeluhkan kondisi psikologisnya atau bahkan tidak pernah
mengeluhkannya. Oleh karena itu, proses adaptasi dengan lingkungan banjir dapat
dilakukannya, tanpa adanya upaya untuk pindah ketempat yang lebih baik. Hal ini
nampaknya penduduk seolah-olah menerima kondisi lingkungan pemukimannya.
Apabila dikaji pada data lain, yaitu bagaimanakah gambaran penduduk dalam
menghadapi banjir tersebut, apakah mereka mempunyai keluhan fisik atau tidak? Adapun
yang dimaksud dengan keluhan fisik pada penelitian yang dilakukan di daerah banjir adalah
berupa sakit kepala, tidak bisa santai dirumah, lelah, kurang bersemangat, gemetar, dan
kurang dapat tidur. Gambaran keluhan fisik tersebut nampaknya hampir sama seperti dengan
keluhan psikologis. Hanya sebagian kecil saja yang agak sering mengeluhkan kondisi
fisiknya sehubungan dengan daerah pemukimannya yang dilanda oleh banjir. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini.
14
Kategori Keluhan Fisik Daerah BanjirSering sekali -Agak sering 7,14 %
Kadang-kadang 23,81 %Hanya dalam keadaan tertentu 47,62 %
Jarang/tidak pernah 21,43 %Jumlah 100 %
Adanya peristiwa banjir yang sering menimpa dirinya, maka penduduk di daerah
tersebut nampaknya sudah terbiasa, sehingga mereka tidak lagi mengeluh kondisi fisiknya.
Keluhan fisik dan psikologis dapat muncul manakala kondisi penduduk sedang mengalami
banjir yang cukup lama, atau besarnya banjir yang menimpa pemukimannya (kategori hanya
dalam keadaan tertentu). Oleh karenanya nampak bahwa penduduk di daerah banjir dapat
beradaptasi dengan lingkunganya.
Bagaimanakah dengan penduduk pantai yang mengalami genangan air laut,
dikarenakan dengan naiknya permukaan air laut? Variabel tinggi rendahnya naiknya air laut,
lamanya genangan dan besarnya gelombang air laut yang menerpa pemukimannya
nampaknya akan merupakan variabel yang cukup penting untuk diperhatikan. Apabila air
laut yang naik kedaerah pemukiman tidak terlampau tinggi, dan ombaknya tidak terlampau
besar, maka proses adaptasi dapat terjadi. Hal ini berarti bahwa penduduk dapat menerima
kondisi lingkungannya, dan menurunkan standar hidupnya. Atau mereka akan melakukan
adjustment dengan menaikkan lantai rumahnya.
Namun demikian, walaupun kenaikan permukaan air laut secara perlahan, tetapi
dirasakan semakin tinggi permukaannya, maka kondisi demikian jelas akan mempengaruhi
pada kondisi psikologis penduduk. Penduduk akan merasa kekhawatirannya akan
kelangsungan hidupnya pada daerah tersebut. Kondisi demikian sudah barang tentu akan
menimbulkan stres pada penduduk di sekitar pantai tersebut.
Apabila arus atau gelombang air laut tersebut sangat kencang atau kuat, dan dapat
mengikis pantai, maka situasi kenaikan permukaan air laut ini akan menimbulkan stres yang
berat pada penduduk. Lahan pemukiman penduduk dapat hilang tertelan oleh laut, sehingga
penduduk akan kehilangan tempat tinggalnya.
Kehilangan tempat tinggal bagi penduduk karena tenggelam oleh laut merupakan
masalah yang tidak dapat diduga sebelumnya. Selain itu pula, penduduk di daerah pantai
tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang kehadiran arus gelombang laut yang
membahayakan dirinya, keluarganya, dan rumahnya yang berpotensi hanyut ke laut. Dengan
15
demikian, penilaian kognitifnya akan menyatakan bahwa arus gelombang air laut adalah
membahayakan keberlangsungan hidupnya.
Kehilangan tempat tinggal bagi penduduk yang kurang mampu dalam sosial
ekonominya, merupakan suatu permasalahan yang berat bagi dirinya. Perumahan yang layak
huni mungkin akan sulit untuk dimilikinya. Dengan kondisi demikian, naiknya permukaan
air laut disertai dengan adanya arus atau gelombang laut yang besar, dapat membawa dampak
negatif pada penghuni di daerah pantai.
Stres berat akan dialami oleh penduduk didaerah pantai (walaupun data tentang
masalah ini belum pernah dilakukan penelitiannya). Stres berat akan terjadi dikarenakan
kehilangan rumah tinggal merupakan sesuatu yang dirasakan mendalam bagi setiap orang.
Dengan demikian, masalah psikologis akan muncul dan keluhan fisik akan terjadi pada
penduduk yang mengalami kehilangan rumah sebagai akibat naiknya permukaan air laut.
16
Pada situasi dimana penduduk dapat kehilangan rumah atau tempat tinggalnya,
sebagai akibat naiknya permukaan air laut, maka proses adaptasi tidak akan terjadi. Tetapi,
apabila penduduk dapat membuat suatu evaluasi yang baik dan melakukan prediksi tentang
apa yang akan terjadi dimasa mendatang, maka perilaku yang akan terjadi adalah pindah
rumah atau membuat tanggul untuk memecah ombak, atau apabila memungkinkan untuk
menahan air laut. Perilaku adjustment ini akan sulit dilakukan oleh penduduk daerah pantai
yang pada umumnya adalah nelayan.
Hal ini dikarenakan upaya untuk memecah gelombang air laut atau membuat
bendungan penahan air laut memerlukan biaya yang cukup besar, dan menuntut memiliki
pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi.
Stres yang berat akan dialami oleh penduduk yang tidak memiliki kemampuan secara
ekonomi dan mereka tidak mungkin melakukan adaptasi, atau bahkan kemungkinan
melakukan adjustment adalah sangat sulit. Dengan demikian, upaya mengatasi masalah stres
yang dihadapinya adalah gagal. Situasi yang demikian akan selalu berulang, sehingga
kegagalan akan selalu membayangi dirinya, dan kejenuhan yang memuncak akan terjadi.
Dengan demikian, kondisi psikologis yang paling parah adalah akan munculnya gangguan
psikologis pada penduduk yang mengalami bencana ini (naiknya permukaan air laut secara
tiba-tiba dan disertai oleh arus gelombang yang kuat dan besar). Apabila penduduk masih
memiliki kemampuan ekonomi, maka ia akan memilih pindah rumah, sehingga situasi stres
berat dapat dihindarinya. Oleh karena itu, masyarakat nelayan yang tinggal di daerah pantai
yang arus gelombang lautnya keras perlu mendapatkan pembinaan yang baik.
Pada kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan bagi penduduk, dan yang akan
mengalami ancaman genangan air laut karena naiknya permukaan air laut, maka perlunya
17
suatu upaya pemindahan pemukiman penduduk dan penyuluhan tentang lingkungannya.
Struktur dan konstruksi rumah serta kualitas rumah penduduk yang tinggal didaerah
berpotensi tergenang oleh air laut, karena naiknya permukaan air laut, nampaknya perlu
mulai dipikirkan. Pemukiman yang aman bagi penduduk adalah sangat penting, sehingga
penduduk yang bermata pencahariannya harus berinteraksi dengan laut, dapat
mengembangkan dirinya atau potensi dirinya dengan baik. Hal ini dikarenakan stres yang
mengancam pemukimannya dapat dieliminr.
18
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas maka dapatlah ditarik beberapa kesimpulan yang berkaitan
dengan pengaruh genangan air terhadap penduduk di kawasan pantai akibat kenaikan muka
air laut dan proses adaptasinya, yaitu:
1. Variabel yang perlu diperhatikan pada daerah pantai yang mengalami genangan akibat
adanya kenaikan permukaan air laut adalah: Tingginya air laut yang menggenang
pemukimannya, Lamanya genangan air laut, Besarnya arus gelombang air laut yang
mengenai pemukimannya, dan Kondisi sosial ekonomi penduduk yang berada
didaerah pantai yang tergenang kawasannya.
2. Stres berat akan terjadi pada penduduk yang mengalami genangan air laut yang airnya
tinggi, genangannya lama surutnya, arus gelombang laut adalah kuat, sehingga
kondisi lingkungan yang demikian dapat mengakibatkan penduduk kehilangan
rumahnya. Pada kondisi lingkungan yang demikian, proses adaptasi akan sulit
dilakukan oleh penduduk pantai yang mengalaminya.
3. Sres ringan akan terjadi pada penduduk yang mengalami genangan air lautnya tidak
terlampau tinggi, air genangan cepat surut, dan arus gelombang lautnya tidak
terlampau kuat. Pada situasi demikian, penduduk dapat melakukan adaptasi, dan
penduduk dapat mentolerir keadaan lingkungannya. Atau dengan perkataan lain,
penduduk menurunkan standar kondisi hidupnya yang sehat.
4. Nelayan yang taraf hidupnya agak kurang baik, atau kondisi sosial ekonominya yang
kurang baik, dan tinggal didaerah yang rawan terkena abrasi, sera permukaan air laut
yang naik, perlu mendapatkan suatu pembinaan dan perlindungan dari pemerintah.
5. Perlu adanya pemetaan yang akurat tentang daerah-daerah pantai yang mengalami
genangan air laut karena adanya kenaikan permukaan air laut. Pada daerah-daerah
tersebut perlu dipikirkan bentuk pemukimanya yang sesuai dengan kondisi
lingkungan setempat.
6. Struktur dan konstruksi bangunan pada pemukiman yang rawan mengalami genangan
air laut, karena naiknya permukaan air laut serta pengaruh gelombang laut, perlu
segera diperhatikan oleh pemerintah. Seperti membuat tanggul pemecah gelombang,
membuat dinding penahan gelombang, dan SPD (Sistem Peringatan Dini). Dengan
kuatnya struktur dan konstruksi bangunan pada daerah yang rawan akan genangan air
laut, maka penduduk akan merasa aman tinggal dipemukimannya.
19
DAFTAR PUSTAKA
“Ilmu Dari Segala Ilmu: Gelombang laut dan Manfaat laut bagi kehidupan” http://riise-
aeza.blogspot.com/2012/10/gelombang-laut-dan-manfaat-laut-bagi.html
“PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PESISIR BERBASIS MITIGASI
BENCANA DI DESA AENG BATU-BATU KECAMATAN GALESONG UTARA
KABUPATEN TAKALAR “ http://dplannerscare.blogspot.com/2010/12/pengembangan-
kawasan-permukiman-pesisir.html
20