16
Tajhiz Jenazah D I S U S U N Oleh Zahratul Firdaus (140209106) Fakultas Tarbiyah Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

tugas ushul fiqih

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas

Citation preview

Tajhiz JenazahDISUSUNOleh Zahratul Firdaus (140209106)

Fakultas TarbiyahPendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

UIN AR-RANIRY BANDA ACEH TAHUN AJARAN 2014/2015

Tajhiz Jenazah

1. Pendahuluan1.1 Latar BelakangFiqih adalah kesimpulan hukum yang di pahami dari dalil-dalil. Memahami masalah fiqih dengan mengetahui dailil yang menjadi landasannya menjadikan kita tenang dalam beragama, terutama dalam beribadah.Salah satu ibadah adalah tahjhiz jenazah. Tajhiz jenazah merupakan proses memandikan, mengkafani menshalatkan, dan menguburkan jenazah. Setiap yang bernyawa pasti akan merasan kematian, tetapi tidak ada satupun manusia yang mengetahui kapan dan bagaimana saat ajal datang menyjemputnya. Dan setiap manusia tidak bisa lari dari kematian.Mengingat kematian dan membekali diri dengan amal shalwh, sangat dianjurkan oleh Islam dan merupakan pertanda baik. Ibnu Umar ra, berkata: Kami bersepuluh menemui Rasulullah SAW, dan seorang laki-laki Anshar berdiri dan bertanya, Wahai Nabi, siapakah yang paling bijaksana dan yang paling teliti ?. Nabi SAW bersabda Yaitu orang yang paling sering mengingat kematian dan yang paling banyak membekali diri sebelum kematian tiba. Merekalah orang-orang yang bijaksana. Mereka membawa kehormatan dunia dan kemuliaan akhirat.1.2 TujuanTajhiz jenazah bertujuan agar kita dapat memahami bagaimana proses memandikan, mengkafani menshalatkan, dan menguburkan jenazah sesuai dengan dalil atau ketentuan ajaran agama Islam.

2. Pembahasan2.1 Memandikan JenazahJumhur ulama berpendapat bahwa memandikan jenazah seorang muslim hukumnya fardhu kifayah. Artinya, jika sebagian orang telah melakukannya maka yang lain sudah terwakili. Wajib memandikan jenazah orang muslim yang tidak syahid dalam peperangan ditangan orang-orang kafir.[footnoteRef:2] [2: Sayyid Sabid, Fiqih Sunah, (Jakarta : Al-Itisham, 2010), hlm.44]

Jika seorang muslim meninggal karna kecelakaan yang mengakibatkan bagian-bagian tubuhnya terpisah, maka menurut ulama mazhab syafiI dan maliki wajib memandikan bagian yang diperoleh itu, meskipun hanya sedikit.para ahli fiqh ssepakat mengatakan bahwa yang memandikan jenazah laki-laki adalah laki-laki yang tergolong asabahnya yaitu bapak, anak cucu, saudara kandung, anak saudara, paman dan anak paman. Diantara mereka yang paling diutamakan ialah orang yang paling dekat nasabnya dengan mayat. Dan jenazah perempuan adalah perempuan pula yang memandikan. Yang lebih utama memandikan jenazah perempuan adalah kerabatnya yang mahramah (seandainya ia laki-laki maka haram hukumnya untuk menikahinya), seperti ibu, saudara kandung, putri, dari saudara, putri saudara laki-laki, tante, dan bibi. Tetapi jika ada diantara mereka yang lebih mengetahui tata cara memandikan jenazah, maka ia diutamakan dari yang lebih dekat nasabnya tetapi tidak mengertikan tata`cara memandikan jenazah. Karna tujuan dari memandikan itu ialah terlaksanya kewajiban kifayah yang mesti dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan ajaran Islam.[footnoteRef:3] [3: Rahman ritongan dan Zainudin, Fiqh Ibadah, (jakarta : Gaya Media Pratama, 2002), hlm.124]

Orang yang mengurusi proses memandikan mayat ialah orang yang paling mengetahui tentang sunah-sunah pemandian, terlebih lagi apabila ia termasuk dari keluarga mayat. Karena yang mengurusi pemandian Rasulullah SAW adalah keluarga beliau.[footnoteRef:4] [4: Abdul Azim, Panduan Fiqih lengkap, (Bogor : Pustaka Ibnu Katsir, 2005), hlm.12]

Syarat-syarat yang dimandikan :a. Beragama Islamb. Tubuh/ anggota badan masih adac. Jenazah tersebut bukan mati syahid (dunia akhirat)

Cara memandikan jenazah : a. Jenazah ditempatkan ditempat yang tinggib. Diberi basahanc. Bersihkan otoran atau najisd. Bersihkan pada mulut, kuku dan gigie. Siramkan air keseluruh tubuh dari atas kebawahf. Sabun dan siram kembalig. Wudhukan, siram dengan air kapur barus.h. Memandikan jenazah disunnahkan 3xSyarat-syarat yang memandikan :1. Islam2. Berakal3. Amanah4. Alim5. merahasiakan[footnoteRef:5] [5: http://tata cara pengurusan jenazah blogspot.com]

2.2 Mengkafani JenazahYang dimaksud dengan mengkafani jenazah adalah membungkus jenazah dengan kain. Kain kafan dibeli dari harta peninggalan mayat.jika mayat tidak meninggalkan harta, maka kain kafan menjadi tanggungan orang yang menanggung nafkahnya juga tidak ada, maka kain kafan menjadi tanggungan kaum muslimim yang mampu.Dari Aisyah ra, Rasulullah SAW telah dikafani dengan tiga lapis kain ynag putih bersih yang terbuat dari kapas, tidak ada didalamnya baju maupun sorbam. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).Rasulullah SAW bersabda: pakailah kain kamu yang putih. Karena sesungguhnya sebaik-baik kain adalah kain yang putih dan kafanilah oleh kamu dengan kain yang putih itu. (HR. Ahmad dab Al-Baihaqi)[footnoteRef:6] [6: Sayyid Sabiq, Fiqih Sunah, hlm.52i ]

Mengkafani jenazah dengan apa saja yang dapat menutupi tubuhnya walau dengan satu helai kain. Hukumnya adalah fardhu kiffayah. Bukhari meriwayatkan bahwa Khabbab ra, bercerita kami berhijrah bersanma Rasullah SAW dengan mengharapkan keridhaan Allah. Karena itu kami menerima pahala dari Allah. Diantara kami ada yang meninggal dunia sebelum menerima balasan sedikitpun dari pahalanya, termasuk muzha ab bin Umair. Ia syahid di perang Uhud dan kami tidak menemukan kafannya kecuali selembar kain. Jika kepalanya ditutup maka kakinya terbuka, jika kakinya tertutup maka kepalanya terbuka. Maka nabi SAW menyuruh kami menutupi kepalanya dan menaruh rumput pada kedua kakinya. [footnoteRef:7] [7: Sayyid Sabiq, Fiqih Sunah, hlm.52]

Ukuran yang wajiob dari kafan adalah kain yang bisa menutupi seluruh jasad mayat, jika tidak ditemukan kevuali kain pendek yang tidak cukup untuk menutupi semjua badannya, ,maka kepalanya ditutup dengan kain tersebut. Dan kakinya ditutup dengan idzkhir (rumput-rumputan yang harumnya), seperti dalam hadis Khabbab. Kain kafan pun harganya hendaklah diambil dari harta si mayit, walaupun dia tidak meninggalkan harta kecuali harta yang digunakan untuk membeli kain tersebut.[footnoteRef:8] [8: Abdul Azhim, Panduan Fiqih Lengkap, hlm14.]

Hal yang di sunahkan dalam mengkafani jenazah1. Hendaknya kain kafan yang digunakan bagi mayit laki-laki sebanyaknya. 3 lapis. Dan bagi wanita 5 lapis.2. Menggunakan kain yang bersih & baik serta menutupi seluruh tubuh3. Menggunakan kain yang berwarna putih4. Memberikan wewangian5. Tidak berlebih-lebihan dalam kain kafan.6. Menaburi kain kafan dengan kafur7. Hendaknya kain kafan yang terbaik diletakkan dibagian atas.[footnoteRef:9] [9: http://tata cara pengurusan jenazah.blogspot.com]

Cara mengkafaniJika jenazah itu laki-laki maka cara mengkafaninya adalah sebagai berikut : 1. Membentangkan kain kafan satu persatu. Kemudian menaburinya dengan wangi-wangian. Lembaran yang paling bawah dibuat lebih lebar dan luas. Di bawah kain itu sebelumnya telah dibentangkan tali pengikat sebanyak lima helai yaitu dikepala, dada, punggung, lutut dan tumit2. Secara perlahan-lahan mayit diletakkan diatas kain-kain tersebut dalam posisi membujur, dan kalau mungkin menaburi tubuhnya lagi dengan wangi-wangian.3. Menyelimutkan kain kafan dari sebelah kanan paling atas kemudian ujung lembaran kain sebelah kiri paling atas kemudian dilanjtkan dengan cara berurutan dan dengan cara yang sama. 4. Jika semua kain kafan telah membalut jasab jenazah, baru diikat dengan tali-tali yang telah disiapkan dibawahnya

Cara mengkafani mayit perempuan :1. Kain kafan sebaiknya disediakan sebanyak 5 lembar2. Sebelumnya tali-tali pengikat telah disediakan dibawah jasabnya untuk membungkus jasadnya dengan cara a. memakai kain kelima yang terletak dibagian pinggulnya (sebagai rok)b. memakaikan kain keempat sebagai sarungkc. kain ketiga sebagai baju kurung d. kain kedua sebagai kerudunge. membungkuskan kain pertama dengan kepada seluruh tubuhnya dengan cara mempertemukan kedua tepi kain . kemudian menggulungkan keduanya kearah kanan dan kebagian dalam.3. Setelah semua kain dipakaikan menurut fungsinya, baru mengikatkan tali-tali yang telah disediakan dibawahnya. Jika tidak diperoleh kain sebanyak lima lapis, maka menurut kesepakatan ulama cukup mengkafaninya dengan sehelai kain yang dapat menutup seluruh tubuhnya.[footnoteRef:10] [10: Rahman ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah, hlm.132]

2.3 Menshalatkan jenazah Sudah menjadi kesepakatan para ulama bahwa salaht jenazah hukumnya fardhu kifayah. Shalat jenazah lebih dianjurkan berjamaah, tetapi jika yang hadir hanya sendirian maka ia wajib melaksananya secara sendirian.Syarat-syarat shalat jenazah :a. Shalat jenazah sama halnya dengan shalat yang lain, yaitu harus menutup aurat, suci dari hadas besar dan kevil, suci badan pakaian dan tempatnya serta menghadap kiblat.b. Mayit sudah dimandikan dan dikafanic. Letak mayit sebelah kiblat orang yang menyalatinya

Rukun dan cara mengerjakan shalat jenazah : a. Niatb. Membaca Al-fatihah setelah takbir, kemudian langsung takbir keduac. Setelah takbir kedua terus membaca shalawat atas Nabi kemudian takbird. Membaca doa sekurang-kurangnya Allahummaghfirlahu warhamhu waaafihii wafuanhu. Kemudian takbir keempate. Setelah itu membaca doa sekurang-kurangnya Allahumma laa tahrimnaa ajrahu wa laa taftinna badahu waghfirlana walahu.[footnoteRef:11] [11: Moh RifaI, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, (Semarang : PT Kary a Toha Putra, Semarang, 2008 hlm.73]

2.4 menguburkan jenazahpara ahli fiqh telah sepakat bahwa menguburkan mayat itu adalah fardhu kiffayah. Hikmah dari penguburan jenazah itu ialah agar kemuliaan dan kehormatannya sebagai manusia dapat terpelihara dan tidak menyerupai bangkai hewan, karena Allah SWT telah menjadikan manusia sebagai makhluk-Nya yang mulia. Selain itu manuusia yang hidup tidak merasa terganggu oleh bau yang timbul dari jasad mayat tersebut[footnoteRef:12] [12: Rahman ritonga dan Zainuddin, Fiqh Ibadah, hlm.144 ]

jenazah dikuburkan setelah dishalatkan. Menguburkan jenazah ini hendaknya disegerakan karena sesuai dengan sabda Nabi SAW : Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda : Segeralah membawa jenazah, karena jika ia orang yang shaleh maka kamu menyegerakannya kepada kebaikan, dan jika ia bukan orang 144 shaleh maka supaya kejahatannya itu terbuang dari tanggunganmu. (HR. Jamaah).

Jenazah hendaknya dipikul oleh empat orang dan diantarjan oleh keluarga dan teman-temannya sampai ke pemakaman. Dari Ibnu Masud ra, ia berkata : siapa yang menghantarkan jenazah maka hendaklah memikul pada keempat penjuru keranda, karena sesungguhnya yang demikian itu merupakan sunnah. (HR. Ibnu Majah).

Langkah-langkah pemakamn jenazah : 1. menggali liang kubur sepanjang badan jenazah dengan lebar satu meter dan dalam lebih kurang dua meter. Didasar lubang dibuatkan liang lahat miring ke kiblat kira-kira muat mayat, atau jika tanahnya mudah runtuh dapat digali liang tengah. Dengan demikian binatang buas tidak dapat membongkarnya atau jika mayat membusuk tidak tercium baunya. Dari Amir bin Saad ia berkata : Bukanlah untuk saya lubang lahat dan pasanglah diatasku batu bata sebagaimana dibuat untuk kubur Rasulullah SAW. (HR. Ahmad dan Muslim)2. jenazah yang telah sampai di kubur dimasukkan ke dalam liang lahat itu dengan miring ke kanan menghadap kiblat. Pada saat meletakkan jenazah hendaklah dibacakan lafazh : Bismillah waalaa millati rasulillah. (Dengan nama Allah atas agama Rasulullah SAW). (HR. At-Turmudzi dan Abu Dawud)3. semua tali pengikat kain kafan dilepas, pipi kanan dan ujung kaki diletakkan pada tanah. Setelah itu liang lahat atau liang tengah ditutup dengan papan atau kayu atau bambu, kemudian diatasnya ditimbun dengan tanah sampai galian lubang rata, dan ditinggalkan dari tanah biasa. Diatas arah kepala diberi tanda batu nisan, sesungguhnya Nabi SAW telah meninggikan kubur putra beliau Ibrahim kira-kira sejengkal. (HR.Al- Baihaqi).4. Meletakkan pelepah yang masih sesuai dengan Hadist dari Ibnu Abbas atau meletakkan kerikil diatas kubur dan diatasnya kubur dan menyiramnya dengan air. Dari Jafar bin Muhammad, dari bapaknya, sesungguhnya Nabi SAW telah menaruh batu-batu kecil diatas kubur putra beliau Ibrahim. (HR. Asy-Syafii)5. Mendoakan dan memohonkan ampunan untuk mayit. Dari Usman ra, adalah Nabi SAW apabila tekah selesai menguburkan mayat, beliau berdiri diatasnya dan bersabda : Mohonkanlah ampunan untuk saudaramu dan mintalah untuknya supaya diberi ketabahan karena sesungguhnya ia sekarang sedang ditanya. (HR. Abu Dawud dan disahkan oleh Al-Hakim)[footnoteRef:13] [13: http://tajhiz jenazah.blogspot.com]

Tidak dibolehkan memakamkan jenazah dalam keadaan berikut ini kecuali darurat :1. Dari Uqbah bin Amir ra, ia berkata : ada 3 waktu yang Rasulullah SAW melarang kami untuk shalat dan menguburkan mayit, yaitu ketika matahari terbit hingga meninggi, ketika tengah hari hingga matahari condong kearah barat dan ketika matahari akan terbenam hingga terbenam.2. Dari Jabir ra, ia berkata dikabarkan kepada Rasulullah SAW tentang sahabatnya yang meninggal, lalu dikafani dengan kain kafan yang tidak sempurna menutupi semua jasadnya kemudian dikebumikan pada malam hari. Maka beliau SAW mengecam pemakaman jenaza pada malam hari, kecuali jika terpaksa melakukan hal tersebut.[footnoteRef:14] [14: Abdul Azhi, Panduan Fiqih Lengkap, hlm.31]

Simpulan

Di dalam jajhiz mayit terdapat proses memandikan, mengkafani, menshalatkan, dan menguburkan jenazah. Keempat hal tersebut ada tata cara yang sesuai dengan dalil atau tuntunan agama Islam, sehingga kita tidak salah dalam melaksanakannya. Dengan memoelajari tajhiz jenazah mayit ini kita dapat mengingat kematian dan kita tau apa arti hidup yang sebenarnya.

SaranMakalah ini masih terbatas atau masih banyk kekurangan untuk dijadikan landasan kajian ilmu, maka kepada para pembaca agar melihat referensi lain yang terkait dengan pembahasan makalah ini sebagai bahan komparasi demi relevansi kajian ilmu fiqh yang valid.Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan bernilai ibadah disisi Allah SWT. Kritik dan saean yang membangun sangat kami harapkan dari pembaca sekalian, untuk perbaikan dan evaluasi dari apa yang penulis dapat sajikan, terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Sabiq, sayyid, Fiqih Sunah,(Jakarta: AlITishom, 2010)

http://tata-cara-pengurusan-jenazah.blogspot.com

Azhim, Abdul, Panduan Fiqih Lengkap. (Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2005)

http://Tajhiz-jenazah.blogspot.com

Ritongan, Rahman. Fiqh Ibadah. (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002)

Rifa;I, Moh. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. (Semarang: PT Karya Toha Putra, 2008)