Upload
bang-jhon-gunawan-sumpena
View
87
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ILMU ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT)
NAMA : TRISNA GUNAWAN
NPM : 2403311057
1. Bagaimana langkah-langkah dan apa tindakan yang harus diambil bila tanaman
terancam dari serangan hama ?
Jawab :
Identifikasi Hama
Dilakukan untuk mengenali jenis-jenis hama penggangu tanaman yang ada berupa
gejala dan atau tanda yang dijumpai di lapangan.
Pencegahan Hama
Hal ini dilakukan dengan tujuan mempersempit dari serangan hama dan mengelola
lingkungan biofisik tanaman sehingga kemungkinan munculnya hama penggangu
tanaman dapat diminimalkan sehingga hama tidak berkembang.
Pengendalian Hama
Pengendalian untuk membatasi serangan dari pada hama serta perlakuan
lingkungan untuk mengurangi perkembangan hama penggangu tanaman yang tidak
diinginkan sehinggga terjadi hal yang lebih baik.
Pemberantasan Hama
Dilakukan untuk memusnahkan serangan hama penggangu tanaman yang ada
berikut tanaman yang terkena serangan sehingga tidak menular pada tanaman lain
yang sehat sehingga hama akan habis dan tidak dapat berkembang lagi.
Penanggulangan pasca pemberantasan Hama
Pasca pengendalian hama penggangu tanaman sangat perlu dilakukan monitor
yaitu berfungsi untuk mengetahui efektifitas pengendalian yang dilakukan sehingga
munculnya hama penggangu tanaman baru dapat diketahui.
2. Jelaskan proses parasitasi diadegma semiclausum pada ulat daun kubis plutella
xylostella
Jawab :
Hama utama yang biasanya menyerang tanaman kubis adalah hama P. xylostella.
Serangga P. xylostella merusak tanaman pada stadium larva. Salah satu teknik
pengendalian hama tanaman pada tanaman kubis adalah dengan penggunaan serangga
parasitoid sebagai agens pengendali hayati. Musuh alami P. xylostella adalah D.
semiclausum, dimana imago betina D. semiclausum akan mendepositkan telurnya
dalam tubuh inang P. xylostella. kemampuan parasitasi Diadegma semiclausum
berpengaruh terhadap tingkat instar Plutella xylostella yang berbeda, kemunculan
imago parasitoid Diadegma semiclausum berpengaruh terhadap tingkat instar Plutella
xylostella yang berbeda, dan kemunculan imago parasitoid jantan dan betina
berpengaruh terhadap tingkat instar Plutella xylostella.
3. Jelaskan gejala Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) pada :
Jawab :
a. Plutella xylostella dan Crocidolomia binotalis
Ulat Daun (Plutella xylostella)
Gejala serangan :
memakan jaringan bagian permukaan bawah daun atau permukaan atas daun dan
meninggalkan lapisan tipis/transparan sehingga daun seperti berjendela dan
akhirnya sobek serta membentuk lubang-lubang kecil.
Ulat Krop (Crocidolomia binotalis)
Gejala serangan :
Serangannya menuju kebagian titik tumbuh sehingga bagian titik tumbuh habis,
akibatnya pembentukan krop akan terhambat atau terhenti. Kerusakan yang
ditimbulkannya dapat menurunkan hasil sampai 100%.
Larva muda bergerombol di permukaan bawah daun kubis dan meninggalkan bercak
putih pada daun yang dimakan.Larva instar ketiga sampai kelima memencar dan
menyerang pucuk tanaman kubis sehingga menghancurkan titik tumbuh. Akibatnya
tanaman mati atau batang kubis membentuk cabang dan beberapa crop yang kecil-
kecil.
b. Liriomyza huidobrensis
Gejala serangan :
Pada awal dari serangan hama pengorok daun adalah adanya bintik berwarna putih
pada daun. Setelah beberapa hari dimulai dari bintik putih tadi akan terbentuk garis
putih yang berkelok-kelok pada daun. Semakin hari garis-garis tersebut semakin
banyak dan semakin panjang warna daun menjadi keputih-putihan dan akhirnya
daun mengering dan mati pada tanaman yang diserangnya.
Lalat betina menusuk permukaan atas atau bawah daun dengan alat peletak telurnya
(ovipositor). Lalat betina dan jantan kemudian makan cairan daun yang keluar dari
tusukan tadi. Penusukan juga dilakukan oleh lalat betina pada saat menyisipkan
telurnya dalam jaringan daun.
c. Kutu Daun (Myzus persicae)
Gejala serangan :
1. Kerusakan langsung
Bentuk daun pada tanaman yang diserang kutu daun akan rusak dan
pertumbuhnnya terhambat
Embun madu yang dikeluarkan kutu daun yang dikeluarkan yang menempel pada
daun mengakibatkan warna daun menjadi hitam . Warna hitam tersebut disebut
cendawan jelaga. Cendawan jelaga tumbuh karena mendapat tempat hidup dari
embun madu. Cendawan ini akan menutup permukaan daun sehingga daun tidak
dapat melakukan proses fotosintesis
2. Kerusakan tidak langsung
kutu daun merupakan vektor lebih dari 150 strain virus, terutama penyakit virus
CMV (Cucumber Mosaic Virus), PVY (Potato Virus Y), dan CVMV.
d. Bractoscera dorsalis
Gejala serangan :
pada tanaman cabai / mangga , Ciri dari cabai yang terkena serangan hama lalat
buah adalah warna kulitnya menjadi hitam mengeras, busuk sehingga mengurangi
kuantitas dan kualitas hasil produksinya, dan menyebabkan cabai akan gugur
sebelum waktunya. Akibat serangan lalat buah, buah akan gugur sebelum waktunya,
hitam mengeras, dan busuk sehingga mengurangi kuantitas dan kualitas hasil
produksinya.
ovipositornya menusuk buah dan meletakkan telurnya dalam lapisan epidermis.
Pada waktu menetas, larvanya akan memakan daging buah hingga warna buah
menjadi jelek dan tidak dapat dimakan. Biasanya serangan lalat ini diikuti hama lain.
Telur kadang diletakkan tidak hanya di dalam buah, tetapi juga pada bunga dan
batang. Batang yang terserang akan menjadi bisul. Sementara itu buahnya akan
menjadi kecil dan berwarna kuning.
e. Bemisia tabaci
Gejala serangan :
Kerusakan langsung pada tanaman disebabkan oleh imago dan nimfa yangmengisap cairan daun,
berupa gejala becak nekrotik pada daun akibat rusaknya sel seldan jaringan daun.
Ekskresi kutu putih menghasilkan madu yang merupakan media yang baik untuk tempat tumbuhnya
embun jelaga yang berwarna hitam. Hal ini menyebabkan proses fotosintesa tidak berlangsung
normal.
tanaman jadi pucat, kuning kemerah-merahan pada daun muda dan terlihat jelas
pada daun muda, pertumbuhan tunas terhambat, ruas batang jadi memendek,
pertumbuhan daun jadi tidak normal seperti mengkerut dan tanaman pun menjadi
kerdil akibat serangan Bemisia tabaci.
f. Nilaparvata lugens
Gejala serangan :
Secara langsung karena kemampuan serangga Nilaparvata lugens menghisap cairan
jaringan tanaman padi sehingga tanaman menjadi kering dan akhirnya mati.
Secara tidak langsung karena serangga wereng coklat dapat menjadi vektor virus
penyakit kerdil rumput dan kerdil hampa.
berupa buah padi yang habis dihisap/dimakan. Tanaman muda yang terserang akan
menguning dan mati, tanaman tua pertumbuhannya akan merana dan bulir padi
akan hampa. menghisap cairan tanaman sehingga pada tanaman padi yang
terserang secara luas terlihat gejala terbakar (hopper burn) yang sering disebut puso.
g. Cylas formacarius
Gejala serangan :
Cylas formacarius menyerang epidemis akar atau batang dan permukaan luar umbi
dengan cara membuat lubang gerekan.
terdapat lubang-lubang kecil bekas gerekan yang tertutup oleh kotoran berwarna
hijau dan berbau menyengat. Hama ini biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang
sudah berubi. Bila hama terbawa oleh ubi ke gudang penyimpanan, sering merusak
ubi hingga menurunkan kuantitas dan kualitas produksi secara nyata.
h. Hama pada tanaman kedelai
Lalat kacang (Ophiomyia phaseoli)
Kepik hijau (Nezara viridula)
Ulat grayak (Prodenia litura)
Cantalan (Epilachana soyae)
Ulat polong (Etiela zinchenella)
Kepala polong (Riptortus linearis)
Aphis spp. (Aphis glycine)
Melano Agromyza phaseoli
Kumbang daun tembukur (Phaedonia inclusa)
4. Jelaskan strategi pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) berikut
contohnya
Jawab :
Pengendalian kutu daun (Myzus persicae) pada tanaman cabe.
a. Secara kultur teknis
Sanitasi gulma dan bagian tanaman yang terserang, dan selanjutnya dibakar atau
dimusnahkan.
Penggunaan kain kassa / kelambu di bedengan pesemaian baik untuk menekan
serangan kutu daun, Penggunaan perangkap air berwarna kuning sebanyak 40 buah
per hektar atau 2 buah per 500 m2 dipasang ditengah pertanaman sejak tanaman
berumur 2 minggu.
b. Secara biologis dengan cara memanfaatkan musuh alami
Musuh alami kutu daun ada yang berupa predator, parasitoid, dan patogen. Berupa
predator yaitu Kumbang macan (Coccinella transversalis, Harmonia octomaculata)
larva syrphidae, dan belalang sembah. Pemanfaatan parasitoid Aphidius sp.,
Chrysopa sp. Microphis lineata, Veranius sp. dan patogen Entomophthora sp.,
Verticillium sp. Patogen Entomophthora sp., Verticillium sp.
c. Dengan Menggunakan Insektisida
Penyemprotan dengan insektisida bila populasi tinggi (diatas ambang batas), yaitu
populasi lebih dari 25-30 ekor setiap tanaman muda, tanaman pindahan, maupun
tanaman hampir panen. Pengendalian menggunakan pestisida antara lain:
dapat dengan menggunakan insektisida berbahan aktif dimethoate, alfametrin,
abamektin dan sipermetrin secara penyemprotan terbatas pada tunas-tunas
yang terserang dan apabila serangan parah dapat dikendalikan dengan
imidakloprid yang diaplikasikan melalui saputan batang.
dapat menggunakan tanaman pengendali hama yaitu daun sirkaya, lombok,
tuba, bawang putih, nimba dan tembakau.
menggunakan mineral dan abu
1. tanah diatom dicampur dengan air lalu disemprotkan pada tanaman yang
diserang kutu daun;
2. abu ditaburkan pada waktu pagi pada tanaman, kedua perlakuan ini diulang-
ulang tiap 3 kali setiap minggu. Untuk areal seluas 200 m2 diperlukan 20 liter
Air kencing (urine): untuk penyemprotan paa tanaman yang diserang kutu daun,
perbandingan antara air kencing dan air adalah 1: 2. Dengan penyemprotan
urine kutu daun akan terbunuh sampai 60 % dan ulat grayak 10 %. Urine yang
akan membunuh kutu daun sampai 95 %, ulat 67 %, dan tunga 83 %. Dianjurkan
pengenceran menggunakan perbandingan 1: 1 supaya tidak merusak tanaman
karena keracunan.
5. Uraikan secara singkat kasus OPT yang terjadi di wilayah saudara
Jawab :
Ulat penggerek polong (Etiella zinckenella) pada tanaman kedelai
Penggerek polong dikenal dengan nama Etiella zinckenella, E. Hobsoni, Pod Borer,
atau Lima Bean Borer. Hama ini merupakan hama utama pada kedelai, selain
kumbang kedelai. Tanaman inang hama ini antara lain Crotalaria strata, orok-orok,
kacang tunggak, kacang krotok, dan Teprosia candida.
Gejala
Gejala kerusakan tanaman akibat serangan hama ini adalah terdapatnya bintik atau
lubang berwarna cokelat tua pada kulit polong, bekas jalan masuk larva ke dalam
biji. Seringkali, pada lubang bekas gereka terdapat butir-butir kotoran kering yang
berwarna coklat muda dan terikat benang pintal atau sisa-sisa biji terbalut benang
pintal.
Merusak biji dengan menggerek kulit polong muda dan kemudian masuk serta
menggerek biji, sebelum menggerek larva baru menetas menutupi dirinya dengan
selubung putih hingga ada bintik coklat tua sebagai jalan masuk hama tersebut.
Pengendalian
1. Pengolahan tanah minimum 1 (satu) kali
2. Jarak tanam 30 cm x 20 cm
3. Cara tanam yaitu tunggal 2 - 3 cm
4. Jumlah tanaman per rumpun adalah 2 benih per lobang
5. Pemupukan Urea 50 kg, TSP 100 kg dan KCL 100 kg/ha
6. Penyiangan dilakukan 2 kali yaitu 20 dan 40 hari setelah tanam
7. Pembumbunan dilakukan 1 kali yaitu 20 hari setelah tanam
8. Pengendalian hama yaitu:
- Untuk perlakuan benih digunakan Furadan minimal 3 gram
- Selama penanaman digunakan Decis 2,5 EC dalam takaran 0,5 cc /liter dan
Metonyl 2 cc per liter pada umur 25 hari setelah tanam.
9. Musuh alami menggunakan Parasitoid telur, Trichogrammatoidea bactrae bactrae
(Hymenoptera: Trichogrammatidae). Parasitoid larva, Baeognatha spp.dan
Phanerotoma sp. (Hymenoptera: Braconidae.
10. Semprot insektisida
6. Jelaskan perkembangan populasi rattus-rattus argentiventer
Jawab :
a. Bagian punggung warna coklat muda berbecak hitam, perut dan dada putih
b. Panjang kepala dengan badan 130-210 mm, ekor 120-200 mm, dan tungkai 34-43
mm.
c. Jumlah puting susu tikus betina 12 buah, 3 pasang di dada dan 3 pasang di perut
d. Kepadatan populasi tikus berkaitan dengan fase pertumbuhan tanaman padi
e. Serangan tikus sejak di persemaian, pertanaman sampai pasca panen
f. Sejak persemaian sampai negetatif populasi rendah, populasi meningkat pada fase
generatif
g. Tikus jantan siap kawin pada umur 60 hari, tikus betina siap kawin umur 28 hari
h. Masa bunting berlangsung selama 19-23 hari
i. Dua hari setelah melahirkan, tikus betina mampu kawin lagi
j. Jumlah anak berkisar 2-18 ekor/induk/kelahiran
Kelahiran I : 6-18 ekor/induk
Kelahiran II s.d VI : 6-8 ekor/induk
Kelahiran VII, dst : 2-6 ekor/induk
k. Tikus berkembang biak dengan sangat cepat, tikus menjadi dewasa dalam arti
dapat kawin mulai umur 3 bulan, masa bunting tikus betina sangat singkat, kira-kira
3 minggu. Jumlah anak yang dihasilkan setiap kelahiran berkisar antara 4 – 12 ekor
(rata-rata 6 ekor) tergantung dari jenis dan keadaan makanan di lapangan. Dan
setelah 2-3 hari setelah melahirkan tikus-tikus tersebut sudah siap kawin lagi.
l. Secara teoritis dari 1 pasang tikus dapat menjadi ± 2.000 ekor dalam waktu 1 tahun.
m. Pada fase vegetatif tikus soliterdan diluar liang, fase generatif tikus hidup
berpasang-pasangan dan tinggal di dalam liang.
n. Pada fas evegetatif kontruksi liang dangkal dan tidak bercabang-cabang
o. Fase generatif liang lebih dalam, lebih panjang, bercabang-cabang dan mempunyai
pintu lebih dari satu.
p. Sumber makanan melimpah daya jelajah 50-125 m
q. Sumber makanan sedikit daya jelajah 100-200 m
r. Migrasi tikus mencapai 1-2 km.
s. Kelangsungan hidup tikus memerlukan pakan, air, dan tempat persembunyian
7. Jelaskan pengertian ambang ekonomi dan beri contoh OPTnya pada tanaman yang di
budidayakan
Jawab :
Ambang Ekonomi adalah batas populasi hama atau kerusakan oleh hama yang
digunakan sebagai dasar untuk digunakannya pestisida. Diatas AE populasi hama
telah mengakibatkan kerugian yang nilainya lebih besar daripada biaya
pengendalian.
Ulat grayak, Spodoptera litura F pada tanaman kedelai
salah satu hama penting pada tanaman kedelai di Indonesia. Hama ini menyerang
daun pada pertanaman stadium vegetatif hingga pengisian biji, menyebabkan
gangguan pada proses fotosintesis dan mengakibatkan kehilangan hasil panen.
Salah satu komponen penting dalam menentukan ambang ekonomi adalah
kehilangan hasil. Stone dan Pedigo (6) menentukan kehilangan hasil panen kedelai
dengan membandingkan antara hasil panen tanaman sehat dan yang didefoliasi
secara buatan melalui pengguntingan daun. Metode tersebut mempunyai
kelemahan karena dinamika proses defoliasi oleh hama daun dan kemampuan
tanaman mengkompensasi kerusakan daun tidak diperhitungkan (1,5). Mengingat
kelemahan tersebut, maka kehilangan hasil panen oleh ulat grayak ditentukan
dengan membandingkan hasil panen antara tanaman sehat dan tanaman yang
diinfestasi serangga.