Upload
mohamad-iyonu
View
65
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
I. Tulislah pertanyaan yang anda ketahui ?
Jawab :
1. Tulislah ruang lingkup dari Fiqih Munakahat ?
Jawab :
Ruang lingkup dari Fqih Munakahat terbagi 3 yaitu :
a) Meminang
Sebagai langkah awal dari perkawinan itu adalah menentukan
dan memilih jodoh yang akan hidup bersama dalam
perkawinan. Dalam pilihan itu dikemukakan beberapa
alternatif kriteria dan yang paling utama untuk dijadikan dasar
pilihan. Setelah mendapatkan jodoh sesuai dengan pilihan dan
petunjuk agama, tahap selanjutnya menyampaikan kehendak
untuk mengawini jodoh yang telah didapatkan itu. Tahap
inilah yang disebut meminang atau khitbah.
b) Nikah
Sesudah itu masuk kepada bahasan perkawinan itu sendiri
yang menyangkut rukun dan syaratnya, serta hal-hal yang
menghalangi perkawinan itu. Selanjutnya membicarakan
kehidupan rumah tangga dalam perkawinan yang menyangkut
kehidupan yang patut untuk mendapatkan kehidupan yang
sakinah, rahmah, dan mawaddah. Hak-hak dan kewajiban
dalam perkawinan.
c) Talak
Dalam kehidupan rumah tangga mungkin terjadi suatu hal
yang tidak dapat dihindarkan, yang menyebabkan perkawinan
itu tidak mungkin dipertahankan. Untuk selanjutnya diatur
pula hal-hal yang menyangkut putusnya perkawinan dan
akibat-akibatnya. Dalam perkawinan itu lahir anak, oleh
karena itu dibicarakan hubungan anak dengan orang tuanya.
2. Jelaskan pengertian Fiqih Munakahat ?
Jawab :
Fiqih adalah satu term dalam bahasa Arab yang terpakai dalam bahasa
sehari-hari orang Arab dan ditemukan pula dalam Al-Qur’an, yang
secara etimologi berarti “paham”. Dalam mengartikan fiqih secara
terminologis terdapat beberapa rumusan yang meskipun berbeda
namun saling melengkapi. Ibnu Subki dalam kitab Jam’al-Jawami’
mengartikan fiqih itu dengan:
التفصلية لتها أد من المكتسب العملية الشرعية باالحكام .العلم
Pengetahuan tentang hukum-hukum syara’ yang bersifat ‘amali yang
diperoleh dari dalil-dalil yang tafsili.
Dalam definisi ini “fiqih diibaratkan” dengan “ilmu” karena memang
dia merupakan satu bentuk dari ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri
dengan prinsip dan metodologinya.sedangkan kata “munakahat” yang
terdapat dalam bahasa Arab yang berasal dari akar kata na-ka-ha, yang
dalam bahasa Indonesia kawin atau perkawinan. Kata kawin adalah
terjemahan dari kata nikah dalam bahasa Indonesia. Kata menikahi
berarti mengawini, dan menikahkan sama dengan mengawinkan yang
berarti menjadikan bersuami. Dengan demikian istilah pernikahan
mempunyai arti yang sama dengan perkawinan.
Sehinggah Fiqih Munakahat diartikan sebagai perangkat peraturan
yang bersifat amaliyah furu’iyah berdasarkan wahyu Illahi yang
mengatur hal ihwal yang berkenaan dengan perkawinan yang berlaku
untuk seluruh umat yang beragama Islam.
II. Tulislah ayat dan hadits sebanyak lima
Jawab :
Ayat tentang pernikahan :
1. Q.s An-nisa’ ayat 3 :
Artinya:
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap
(hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya),
Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua,
tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat
Berlaku adil], Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak
yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada
tidak berbuat aniaya.”
2. Q.s Al-ahzab ayat 37 :
Artinya:
” Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah
telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah
memberi nikmat kepadanya: "Tahanlah terus isterimu dan
bertakwalah kepada Allah", sedang kamu Menyembunyikan di
dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu
takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk
kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan
terhadap Istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan
diasupaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk
(mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-
anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada
isteriny. dan adalah ketetapan Allah itu pasti “
3. Q.s An-nisa ayat 4 :
Artinya:
“Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi)
sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. kemudian jika mereka
menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan
senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai
makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.”
4. Q.s Al-israa ayat 32 :
Artinya:
“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”.
5. Q.s An-nuur ayat 32 :
Artinya:
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian[1035] diantara
kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba
sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang
perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka
dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi
Maha mengetahui.”
Hadits tentang pernikahan
1. Hadits No. 993
� �الل ه رس!ول! لنا قال عنه الله رضي ع!ود* مس+ �+ن ب �الل ه �+د عب عن+
تطاع ( ! اس+ �من �باب الش مع+شر يا وسلم عليه الله صلى
, , , �ج +فر+ �ل ل وأح+صن! �+بصر �ل ل أغض6 �ن ه! فإ +يتزو ج+ فل +باءة ال !م! +ك م�ن
و�جاء? ; ( له! �ن ه! فإ � �الص و+م ب �+ه فعلي تط�ع+ يس+ لم+ +ه� ومن+ علي م!ت فق?
Artinya :
“Abdullah Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda pada kami: "Wahai
generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu
berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan
pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu
hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu." Muttafaq
Alaihi.
2. Hadits No. 994
� الله ( و صلى �ي الن ب أن عنه الله رضي مال�ك* �+ن ب �أنس عن+
!صلFي , , : أ أنا Fي �ن لك وقال �+ه علي +نى وأث الل ه حم�د وسلم عليه
Fساء , , الن وأتزو ج! ف+ط�ر!! وأ وأص!وم! وأنام!
+ه علي م�نFي (م!ت فق? +س فلي �ي ن ت س! عن+ رغ�ب فمن+
�
Artinya:
“Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam setelah memuji Allah dan
menyanjung-Nya bersabda: "Tetapi aku sholat, tidur, berpuasa,
berbuka, dan mengawini perempuan. Barangsiapa membenci
sunnahku, ia tidak termasuk ummatku." Muttafaq Alaihi.
3. Hadits No. 995
( و : م!ر! + يأ وسلم عليه الله صلى �الل ه رس!ول! كان قال +ه! عن
: , , تزو ج!وا ويق!ول! شد�يدLا Lا نه+ي �6ل الت بت �عن +هى وين �+باءة �ال ب
) �+ق�يامة ال يو+م �ياء +ب ن األ+ !م! �ك ب �ر? م!كاث Fي �ن إ !ود +ول ال +ود!ود رواه! ال
ب ان , �ح +ن! �ب ا وصح حه! أح+مد!
Artinya:
“Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan kami berkeluarga
dan sangat melarang kami membujang. Beliau bersabda:
"Nikahilah perempuan yang subur dan penyayang, sebab dengan
jumlahmu yang banyak aku akan berbangga di hadapan para Nabi
pada hari kiamat." Riwayat Ahmad. Hadits shahih menurut Ibnu
Hibban.
4. Hadits No. 997
عليه الله صلى Fي� الن ب �عن عنه الله رضي +رة ه!ري �ي أب وعن+
, , : ) : �ها �حسب ول �ها �مال ل بع* ر+ �أل أة! +مر+ ال +كح! !ن ت قال وسلم
يداك , , ( تر�بت+ �الدFين ��ذات ب فاظ+فر+ �ها �د�ين ول �ها �جمال م!ت فق? ول
�+عة ب الس �بق�ي ة مع �+ه علي
Artinya:
“Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Perempuan itu
dinikahi karena empat hal, yaitu: harta, keturunan, kecantikan,
dan agamanya. Dapatkanlah wanita yang taat beragama, engkau
akan berbahagia." Muttafaq Alaihi dan Imam Lima.
5. Hadits No. 1000
: و الله صلى �الل ه رس!ول! قال قال عنه الله رضي �ر* جاب عن+
, ) أن+ تطاع �س+ ا �ن+ فإ أة +مر+ ال !م! أحد!ك خطب �ذا إ وسلم عليه
+يف+عل+ , ( فل �كاح�ها ن �لى إ يد+ع!وه! ما +ها م�ن +ظ!ر !و , ين وأب أح+مد! رواه!
�م! , , +حاك ال وصح حه! �قات? ث !ه! ور�جال داو!د
Artinya :
“Dari Jabir bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Apabila salah seorang di antara kamu melamar
perempuan, jika ia bisa memandang bagian tubuhnya yang menarik
untuk dinikahi, hendaknya ia lakukan." Riwayat Ahmad dan Abu
Dawud dengan perawi-perawi yang dapat dipercaya. Hadits shahih
menurut Hakim”
III. Jelaskan macam-macam talak
Jawab :
1. Ditinjau dari keadaan istri, dibagi menjadi 2 :
a) Talak sunni, yaitu talak yang sesuai dengan
ketentuan agama, yaitu seorang suami
menalak istrinya yang pernah dicampuri
dengan sekali talak dimasa bersih dan belum
didukhul selama bersih tersebut.
b) Talak bid'i, yaitu talak yang menyalahi ketentuan agama,
misalnya talak yang diucapkan dengan tiga kali talak pada saat
bersamaan atau talak dengan ucapan talak tiga, atau menalak
istri dalam keadaan haid atau menalak istri dalam keadaan suci.
2. Ditinjau dari berat ringannya akibat, dibagi menjadi:
a) Talak raj’i adalah talak yang boleh bagi suami untuk merujuk
pada istrinya dengan tanpa perlu akad baru selama masa
‘iddah, meskipun istri tidak mau untuk dirujuk. Talak raj’i ini
terjadi dalam talak satu dan dua tetapi setelah masa ‘iddah istri
sudah habis, suami tidak dapat merujuk kembali melainkan
dengan akad baru sebagaimana di tegaskan didalam Qur’an
surah al-baqarah ayat 229 :
Artinya:
Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk
lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara
yang baik. tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu
dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau
keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-
hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami
isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka
tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan
oleh isteri untuk menebus dirinya[144]. Itulah hukum-hukum
Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa
yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-
orang yang zalim.
b) Talak ba’in ada dua macam:
Ba’in shughraa )ba’in kecil)
Talak ba’in shughraa adalah talak yang suami tidak
dapat untuk rujuk kembali pada mantan istrinya,
melainkan dengan akad dan mahar baru. Talak ba’in
shughraa terjadi bagi istri yang belum didukhul, istri
yang berkhuluk dengan menyerahkan ‘iwad )ganti
rugi), talak yang dijatuhkan oleh Hakim, dan talak
sebab ila’.
Ba’in kubraa )ba’in besar)
Talak ba’in kubraa adalah talak yang suami tidak boleh
untuk merujuk kembali kepada istri kecuali bila istri
telah kawin lagi dengan orang lain dan telah
dicampurinya, kemudian ia ditalak dan telah berakhir
‘iddahnya dari suami yang kedua. Talak macam ini
terjadi dalam talak tiga.
IV. Pendapat ulama tentang masa iddah’
Jawab:
Didalam iddah ini ulama berbeda pendapat diantaranya iddah bagi
wanita hamil yang di tinggal mati oleh suamainya.
Madzhab pertama : Imam Ali bin Abi Tholib RA dan sebagian Ulama
menyatakan bahwa hendaklah wanita yang sedang hamil melewati
masa Iddah terlama antara ia melahirkan atau menunggu empat bulan
10 hari.
Madzhab kedua : Jumhur Ulama dan Ibnu Hazm menyatakan bahwa
hendaklah ia mengakhiri masa Iddahnya sdetelah ia melahirkan, baik
kelahiran itu lebih pendek ataupun lebih panjang dibandingkan dengan
masa Iddah 4 bulan 10 hari.
V. Tulislah pertanyaan yang anda ketahui
Jawab :
1. Sebutkan macam-macam maasa iddah :
a. Iddah bagi perempuan yang belum digauli
Ibnu Rusyd berkata : bahwa wanita yang belum digauli,
tidak ada masa ‘Iddah atas dirinya menurut Ijma’ para
Ulama.
Hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam Surat Al
Ahzab ayat 49:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi
perempuan- perempuan yang beriman, kemudian kamu
ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya Maka
sekali-sekali tidak wajib atas mereka 'iddah bagimu yang
kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka
mut'ah dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang
sebaik- baiknya.”
b. Iddah karena cerai mati
Iddah perempuan yang ditinggal mati oleh suaminya, yaitu
ada dua keadaan, yaitu Jika perempuan tersebut hamil, dan
dalam keadaan tidak hamil.
c. Iddah cerai hidup
Iddah bagi wanita yang diceraikan oleh suaminya bukan
karena kematian dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok
:
- Dalam keadaan hamil
- Dalam keadaan dewasa )tidak hamil)
- Belum dewasa
2. tuliskan dan sebutkan hikma dan tujuan dari pernikahan
Jawab :
a. Perkawinan Dapat Menentramkan Jiwa
Dengan perkawinan orang dapat memnuhi tuntutan nasu
seksualnya dengan rasa aman dan tenang, dalam suasana
cinta kasih, dan ketenangan lahir dan batin.
Firman Allah SWT :
“Dan diantara tanda - tanda kekuasaa-Nya ialah dia
menciptkan istri - istri dari jenismu sendiri supaya kamu
cenderung dan merasa tentram kepadanya.” (Ar
Rum/30:21)
b. Perkawinan dapat Menghindarkan Perbuatan maksiad
Salah satu kodrat manusia adalah penyaluran kodrat
biologis. Dorongan biologis dalam rangka kelangsugan
hidup manusia berwujud nafsu seksual yang harus
mendapat penyaluran sebagaimana mestinya.
Penyaluran nafsu seksual yang tidak semestinya akan
menimbulkan berbagai perbuatan maksiat, seperti
perzinaan yang dapat megakibatkan dosa dan beberapa
penyakit yang mencelakakan. Dengan melakukan
perkawinan akan terbuaka jalan untuk menyalurkan
kebutuhan biologis secara benar dan terhindar dari
perbuatan - pebuatan maksiad.
3. Perkawinan untuk Melanjutkan Keturunan
Dalam surah An Nisa ayat 1 ditegaskan bahwa manusia
diciptakan dari yang satu, kemudian dijadika baginya istri,
dan dari keduanya itu berkembang biak menjadi manusia
yang banyak, terdiri dari laki - laki dan perempuan.
Memang manusia bisa berkembang biak tanpa melalui
pernikahan, tetapi akibatnya akan tidak jelas asal usulnya /
jalur silsilah keturunannya. Dengan demikian, jelas bahwa
perkawinan dapat melestarikan keturunan dan menunjang
nilai - nilai kemanusiaan.
VI. Jelaskan pendapat anda tentang kafa’ah, li’an, nusus, mut’ah,
kontrak
Jawab :
1. Kafa’ah yaitu kesetaraan diantara seorang calon suami
dan calon istri yng mana calon suami memiliki hak
untuk memilih terhadap seorang calon istrinya sehingga
akan timbul adanya kebaikan bersama dan keutuhan
sebuah jalinan pernikahan.
2 Li’an yaitu sumpah dengan redaksi tertentu yang mana
seorang suami menuduh istrinya berzina atau atau ia
menolak bayi yang lahir dari isterinya sebagai anak
kandungnya. Tetapi kemudian isterinya menganggap
bahwa tuduhannya bohong, maka pihak suami harus
dijatuhi hukuman dera, kecuali dia mempunyai bukti-
bukti yang kuat terhadap istrinya yang melakukan zina.
3 Nusus yaitu seorang istri yang durhaka terhadap
suaminya atau suami yang durhaka terhadap istrinya.
Jika terjadi didalam suatu perkara ini maka seorang
suami harus memberikan nasihat terhadap istrinya atau
sebaliknya, jika tidak mempan maka harus dipisahkan
ranjang antara seorang suami atau istri demi
kemaslahatan mereka berdua, jika tidak bisa lagi maka
mengundang pembela dari keluarga lalaki maupun
perempuan agar masalahnya selesai, dan jika tidak bisa
lagi maka gunakan dengan cara terakhir yaitu pukullah
karena ini merupakan jalan satu-satunya, didalam kata
pukullah ini terjadi penafsiran yakni pukullah ini adalah
menceraikan istrinya, karena demi kemaslahatan mereka
berdua.
4 Nikah Mut’ah atau nikah kontrak yaitu seseorang
menikah dengan seorang wanita dalam batas waktu
tertentu, dengan sesuatu pemberian kepadanya, berupa
harta, makanan, pakaian atau yang lainnya. Jika
masanya telah selesai, maka dengan sendirinya mereka
berpisah tanpa kata thalak dan tanpa warisan.
VII. Jelaskan hal-hal yang membolehkan poligami dan poliyandri
Jawab :
1. Hal yang membolehkan poligami.
Mendapat izin dari istri
istri yang tidak bisa memberikan keturunan
istri yang tidak mampu melayani suami
2. hal-hal yang membolehkan poliyandri
mendapat ridha dan izin suami