1
2. Dampak Ketunarunguan terhadap Keberbakatan Istilah tunarungu berarti kekurangan pendengaran. Ketunarunguan terjadi karena kerusakan, gangguan, atau tidak berfungsinya satu atau lebih alat pendengaran , sehingga getaran suara atau bunyi yang ditangkap oleh telinga tidak dapat diteruskan dan diubah menjadi kesan suara atau tanggapan akustik. Tingkat kehilangan pendengaran, yang dinyatakan dengan decibel (dB), penyandang tunarungu diklasifikasikan menjadi dua, yakni tuli (deaf) dan lemah/kurang pendengaran (hard of hearing). Dikatakan kehilangan pendengaran yakni 70 dB atau lebih, sehingga mengalami kesulitan untuk dapat mengerti atau memahami bicara orang lain melalui telinganya, walaupun menggunakan atau tidak menggunakan alat bantu dengar. Sedangkan, pendengaran lemah mengalami kesulitan untuk mendengar tetapi tidak terhalang untuk mengerti atau mencoba memahami bicara orang lain melalui telingannya dengan atau tanpa menggunakan alat bantu dengar (Mores, 1978). Yang dimaksud dengan anak berbakat penyandang tunarungu adalah anak-anak berbakat yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan pendengaran sehingga mengalami kesulitan atau ketidakmampuan dalam memahami bicara orang lain melalui telingannya, dengan atau tanpa menggunakan alat bantu dengar. Praktek pendidikan ditemukan dua jenis anak berbakat penyandang tunarungu yaitu anak berbakat yang tuli dan alat berbakat yang menyandang lemah/kurang pendengaran.

tunarungu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tunarungu

Citation preview

Page 1: tunarungu

2. Dampak Ketunarunguan terhadap Keberbakatan

Istilah tunarungu berarti kekurangan pendengaran. Ketunarunguan terjadi karena kerusakan, gangguan, atau tidak berfungsinya satu atau lebih alat pendengaran , sehingga getaran suara atau bunyi yang ditangkap oleh telinga tidak dapat diteruskan dan diubah menjadi kesan suara atau tanggapan akustik. Tingkat kehilangan pendengaran, yang dinyatakan dengan decibel (dB), penyandang tunarungu diklasifikasikan menjadi dua, yakni tuli (deaf) dan lemah/kurang pendengaran (hard of hearing). Dikatakan kehilangan pendengaran yakni 70 dB atau lebih, sehingga mengalami kesulitan untuk dapat mengerti atau memahami bicara orang lain melalui telinganya, walaupun menggunakan atau tidak menggunakan alat bantu dengar. Sedangkan, pendengaran lemah mengalami kesulitan untuk mendengar tetapi tidak terhalang untuk mengerti atau mencoba memahami bicara orang lain melalui telingannya dengan atau tanpa menggunakan alat bantu dengar (Mores, 1978).

Yang dimaksud dengan anak berbakat penyandang tunarungu adalah anak-anak berbakat yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan pendengaran sehingga mengalami kesulitan atau ketidakmampuan dalam memahami bicara orang lain melalui telingannya, dengan atau tanpa menggunakan alat bantu dengar. Praktek pendidikan ditemukan dua jenis anak berbakat penyandang tunarungu yaitu anak berbakat yang tuli dan alat berbakat yang menyandang lemah/kurang pendengaran.