111
GAMBARAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA PERAWAT DI RS. SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2009 “ Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN ” OLEH : TUTI ALAWIYAH NIM : 105103003439 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M

Tuti Alawiyah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tuti Alawiyah

GAMBARAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA

PERAWAT DI RS. SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA TAHUN 2009

“ Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN ”

OLEH :

TUTI ALAWIYAH

NIM : 105103003439

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H/2009 M

Page 2: Tuti Alawiyah

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 30 Oktober 2009

Tuti Alawiyah

Materai

Rp. 6.000

Page 3: Tuti Alawiyah

GAMBARAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA PERAWAT

DI RS. SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2009

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Kedokteran (S.Ked)

Oleh

Tuti Alawiyah

NIM: 105103003439

Pembimbing

Iting Shofwati, ST., MKKK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H/2009 M

Page 4: Tuti Alawiyah

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan Penelitian berjudul GAMBARAN GANGGUAN POLA TIDUR

PADA PERAWAT DI RS. SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN

2009 yang diajukan oleh Tuti Alawiyah (NIM: 105103003439), telah diujikan

dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 16 November

2009. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.

Jakarta, 30 Oktober 2009

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang Pembimbing Penguji

dr. Nurul Hiedayati, PhD Iting Shofwati, ST., MKKK Dr. Fika Ekayanti, M. Med.

Ed

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN

Prof. Dr. (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp

Dekan FKIK UIN

Prof. Dr. (hc). dr. M. K. Tadjudin, SpAnd

Kaprodi Pendidikan Dokter UIN

Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpRM

Page 5: Tuti Alawiyah

KATA PENGANTAR

بسن ا هلل ا لرحمن ا لر حين

ا لسال م عليكن ورحمة ا هلل و بر كا ته

Segala puji dan syukur hanyalah untuk Allah SWT. Tuhan Yang Maha Mencintai,

dengan pancaran cinta yang abadi. Yang selalu melimpahkan nikmat dan karunia

kepada hamba-Nya dengan adil dan sempurna. Shalawat dan salam semoga selalu

tercurah kepada baginda Rasulullah Saw, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Untaian rasa syukur penulis panjatkan karena dengan izin-Nya penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Gambaran Gangguan Pola

Tidur pada Perawat di RS. Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009.” tepat

pada waktunya.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari

berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi dapat terlaksana sesuai dengan yang

telah direncanakan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis bermaksud

menyampaikan rasa terima kasih yang setulusnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp. And. ; selaku dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Bapak dr. Syarif, Sp. RM ; selaku ketua program studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Iting Shofwati, ST., MKKK ; selaku pembimbing skripsi penulis, terima

kasih ibu atas bimbingan, nasihat, ilmu, motivasi, saran-saran, dan doa yang

sangat berarti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen dan staf PSPD Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Seluruh pihak RS. Syarif Hidayatullah yang telah banyak membantu sehingga

penelitian ini berjalan dengan lancar.

Selain itu dengan segala kerendahan hati penulis juga bermaksud

mengucapkan Special Thanks To :

Page 6: Tuti Alawiyah

1. Kedua orang tua ku tercinta, Ayahanda Abdul Wahid dan Ibunda Hikmah

sebagai penyemangat dalam hidupku yang tiada hentinya memberikan

motivasi, do’a, dukungan, dan kasih sayang yang tak dapat terlukiskan,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Rasa syukur yang

tiada terhingga atas anugerah yang begitu indah karena aku terlahir dari orang

tua terbaik, dibesarkan di lingkungan terbaik dengan didikan yang terbaik.

Untuk Bapak, yang tiada pernah letih berusaha dalam mengutamakan

pendidikan bagi anak-anaknya I Love U Dad. Dan untuk Mamaku tempat

berbagi segala rasa, “Makasih yach Ma karena Mama selalu jadi teman yang

hebat disetiap langkah yang ku buat, gak pernah bosen dengerin curhat Tuti

setiap saat. Saat Tuti lagi seneng, sedih, marah, kesel, dan jenuh. Mama slalu

ada buat aku I Love U Mom” Semoga Allah SWT senantiasa melindungi

kedua orang tuaku, dan memberikan yang terbaik dalam setiap langkah yang

ditapaki.

2. Kakak-kakakku tersayang, Haryanto, Yuliati, Ismawati, Hermawan, Hartono,

Wartini yang selalu menyayangi dan mengerti aku dalam keadaan apapun.

“Makasih yach Aa-Teteh atas semua doa, motivasi serta kebaikan-kebaikan

yang selalu tercurah buat adikmu yang bungsu ini.”

3. Teman perjuangan riset yang selalu menghibur dan mengingatkanku dalam

menjalankan penelitian ini.

4. Sobat-sobat seperjuangan Pendidikan Dokter ’05 “Makasih smuanya atas

kebersamaan yang sangat menyenangkan karena kalian slalu menjadikan

masa-masa kuliahku menjadi indah dan penuh warna..”

5. Teman-teman serta pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

م عليكن ورحمة ا هلل و بر كا ته و ا لسال

Jakarta, 30 Oktober 2009

Penulis

Page 7: Tuti Alawiyah

Tuti Alawiyah

Program Studi Pendidikan Dokter

Gambaran Gangguan Pola Tidur pada Perawat di RS. Syarif Hidayatullah

Jakarta Tahun. 2009

xviii + 79 halaman, 13 tabel, 2 gambar, 3 lampiran

ABSTRAK

Gangguan pola tidur merupakan keluhan yang sering dirasakan oleh perawat

yang bekerja dengan penerapan shift.RS. syarif Hidayatullah merupakan rumah

sakit yang menerapkan sistem shift dalam menjalankan sistim pelayanannya.

Untuk itu diperlukan adanya suatu penelitian untuk mengetahui gambaran

kejadian gangguan pola tidur pola tidur pada perawat yang menjalankan sistem

shift dan non shift dengan faktor-faktor yang diteliti adalah usia, jenis kelamin,

masa kerja shift, status perkawinan, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan

kafein, dan penggunaan obat tidur.

Pengumpulan data variabel dependen (pola tidur) dan variabel independen

(shift kerja, usia,jenis kelamin, masa kerja shift, status perkawinan, kebiasaan

merokok, konsumsi alkohol dan kafein, dan penggunaan obat tidur) menggunakan

instrumen penelitian berupa kuesioner. Penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif. Adapun populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat di RS.

Syarif Hidayatullah yang berjumlah 41 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat yang mengalami gangguan

pola tidur sebanyak 23 orang (56%), sedangkan 18 orang (44%) tidak mengalami

gangguan pola tidur. Perawat yang bekerja dengan penerapan shift sebanyak 25

orang (61%) dan tidak penerapan shift sebanyak 16 orang (39%). Perawat yang

bekerja dengan penerapan shift lebih banyak memiliki gangguan pola tidur

dibandingkan dengan perawat yang non shift.

Rumah sakit diharapkan meninjau kembali jadwal shift kerja, serta

menyediakan waktu libur sedikitnya 2 hari untuk perawat terutama perawat

dengan penerapan shift . Sedangkan pada perawat disarankan agar menjaga jadwal

tidur, dan untuk beristirahat sebelum bekerja shift malam.

Kata Kunci : gangguan pola tidur

Page 8: Tuti Alawiyah

Tuti Alawiyah

Department of Medical Science

Description of Sleep-Pattern Disturbance at Nurses of Syarif Hidayatullah

Hospital of Jakarta. 2009

xviii + 79 pages, 13 tables, 2 image, 3 appendix

ABSTRACT

Sleep-pattern disturbance is a complaint that is frequently felt by nurses

working by using shift application system. Syarif Hidayatullah Hospital is

hospital applying the shift system in performing its service system. Therefore, it is

need a research to know description of sleep-pattern disturbance event at nurses

performing shift and non shift system with factors that observed are age, gender,

work period of shift, marital status, smoking habit, alcohol and caffeine

consumption, and the usage of soporific.

Data collecting of dependent variable (i.e. sleep pattern) and independent

variable (shift of work, age, gender, work period of shift, marital status, smoking

habit, alcohol and caffeine consumption, and the usage of soporific) is using

research instrument in the form of questioner. This Research is quantitative

research. The population of this research is entirely nurses of Syarif Hidayatullah

Hospital that amount to 41 people.

The research result indicates that nurses experiencing sleep-pattern

disturbance are 23 peoples (56%) of amount, whereas 18 peoples (44%) of

amount is not experiencing it. Nurses working by applying the shift system are 25

peoples (61%) of amount and Nurses not applying it are 16 peoples (39%) of

amount. Nurses working by applying shift system have more disturbance of sleep-

pattern than nurses with non shift.

The hospital is expected to revise the shift schedule of work, and provide

for nurses time off at least two days especially nurses with shift application

system. The nurses are suggested to keep its schedule of sleep, and rest before

working at night shift.

Keyword: sleep-pattern disturbance

Page 9: Tuti Alawiyah

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Tuti Alawiyah

Tempat tanggal lahir : Jakarta, 11 Nopember 1987

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jln. Gelonggong NO. 63 Rt 02/Rw 03

Kel. Kedung Waringin

Kec. Bojong Gede

Bojong Gede-Bogor Kode Pos 16320

E-Mail : [email protected]

Pendidikan :

1. SD 03 Bojong Gede (1993 – 1999)

2. MTs. Al-Hamidiyah Depok (1999 – 2002)

3. MA Al-Hamidiyah Depok (2002 – 2005)

4. S-1 Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2005 – 2009)

Page 10: Tuti Alawiyah

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................... v

ABSTRAK .......................................................................................................... viii

ABSTRACT .......................................................................................................... ix

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. x

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xvi

DAFTAR ISTILAH .......................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................................ 3

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 3

1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 4

1.5 Ruang Lingkup.................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan Pola Tidur .......................................................................... 6

2.1.1 Pola Tidur......................................................................................... 6

2.1.2 Gangguan Pola Tidur ....................................................................... 9

2.1.3 Efek Gangguan Tidur ..................................................................... 19

2.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Tidur ............. 21

2.2.1 Shift Kerja ...................................................................................... 21

2.2.1.1 Definisi Shift Kerja ..................................................................... 21

2.2.1.2 Sistem Shift Kerja ....................................................................... 21

2.2.1.3 Rotasi .......................................................................................... 22

2.2.1.4 Efek Shift Kerja ........................................................................... 26

2.2.2 Usia Pekerja ................................................................................... 28

2.2.3 Masa Kerja Shift ............................................................................. 30

2.2.4 Usia Perkawinan ............................................................................ 31

2.2.5 Tempat Kerja ................................................................................. 32

2.2.6 Jenis Kelamin ................................................................................. 33

2.2.7 Status Kesehatan ............................................................................ 34

2.2.8 Kebiasaan Merokok ....................................................................... 34

2.2.9 Konsumsi Alkohol dan Kafein ....................................................... 35

2.2.10 Konsumsi Obat Tidur ................................................................... 36

2.3 Kerangka Teori ................................................................................. 37

2.4 Kerangka Konsep .............................................................................. 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian .............................................................................. 46

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 46

Page 11: Tuti Alawiyah

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................ 46

3.4 Instrumen Penelitian ......................................................................... 46

3.5 Metode Pengumpula Data ................................................................. 47

3.6 Pengolahan Data ............................................................................... 47

3.7 Analisis Data ..................................................................................... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil .................................................................................................. 49

4.1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit ..................................................... 49

4.1.2 Analisis Univariat .......................................................................... 52

4.1.2.1 Gambaran Pola Tidur Perawat di RS. Syarif Hidayatullah ......... 52

4.1.2.2 Gambaran Penerapan Shift Kerja yang Dilaksanakan di RS.

Syarif Hidayatullah Tahun 2009 ............................................... 54

4.1.2.3 Gambaran Karakteristik Perawat di RS. Syarif Hidayatullah

Tahun 2009 ............................................................................... 54

4.1.2.4 Gambaran Gaya Hidup Perawat di RS. Syarif Hidayatullah Tahun

2009 .......................................................................................... 58

4.2 Pembahasan....................................................................................... 62

4.2.1 Keterbatasan Penelitian .................................................................. 62

4.2.2 Pola Tidur....................................................................................... 63

4.2.3Gambaran Shift Kerja ...................................................................... 64

4.2.4 Gambaran Distribusi Usia .............................................................. 66

4.2.5 Gambaran Distribusi Jenis Kelamin .............................................. 67

4.2.6 Gambaran Masa Kerja Shift ........................................................... 68

4.2.7Gambaran Status Perkawinan ......................................................... 68

4.2.8 Gambaran Kebiasaan Mengkonsumsi Rokok ................................ 69

4.2.9 Gambaran Kebiasaan Mengkonsumsi Minuman Beralkohol ........ 70

4.2.10 Gambaran Kebiasaan Mengkonsumsi Minuman Berkafein ........ 71

4.2.11 Gambaran Kebiasaan Mengkonsumsi Obat Tidur ....................... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 74

5.2 Saran ................................................................................................. 75

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 77

LAMPIRAN ......................................................................................................... 79

Page 12: Tuti Alawiyah

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Metropolitan Rota ..................................................................... 27

Tabel 2.2 Continental Rota ....................................................................... 28

Tabel 2.3 Sistem empat orang Siklus 32 jam ............................................ 29

Tabel 2.4 Definisi Operasional ................................................................. 44

Tabel 4.1 Distribusi Kalitas Tidur Berdasarkan Keluhan di RS. Syarif

Hidayatullah Tahun 2009 .......................................................... 52

Tabel 4.2 Distribusi Kualitas Tidur Perawat di RS. Syarif Hiadayatullah

Tahun 2009 ................................................................................ 54

Tabel 4.3 Distribusi Kuantitas Tidur Perawat di RS. Syarif Hidayatullah

Tahun 2009 ................................................................................ 54

Tabel 4.4 Distribusi Perawat di RS. Syarif Hidayatullah Berdasarkan

Karakteristiknya Tahun 2009 .................................................... 56

Tabel 4.5 Distribusi Usia yang Berisiko Mengalami Gangguan Pola Tidur

pada Perawat di RS. Syarif Hiadayatullah Tahun 2009 ............ 58

Tabel 4.6 Distribusi Jenis Kelamin yang Berisiko Mengalami Gangguan Pola

Tidur pada Perawat di RS. Syarif Hiadayatulla Tahun 2009 .... 59

Tabel 4.7 Distribusi Masa Kerja Shift yang Berisiko Mengalami Gangguan

Pola Tidur pada Perawat di RS. Syarif Hidayatullah Tahun

2009 ........................................................................................... 60

Tabel 4.8 Distribusi Status Perkawinan yang Berisiko Mengalami Gangguan

Pola Tidur pada Perawat di RS. Syarif Hiadayatullah Tahun

2009 ........................................................................................... 61

Tabel 4.9 Distribusi Perawat di RS. Syarif Hiadayatullah Berdasarkan Gaya

Hidup Tahun 2009 ..................................................................... 62

Tabel 4.10 Distribusi Kebiasaan Merokok yang Berisiko Mengalami

Gangguan Pola Tidur pada Perawat di RS. Syarif Hiadayatullah

Page 13: Tuti Alawiyah

Tahun 2009 ................................................................................ 63

Tabel 4.11 Distribusi Konsumsi Alkohol yang Berisiko Mengalami

Gangguan Pola Tidur pada Perawat di RS. Syarif Hiadayatullah

Tahun 2009 ................................................................................ 65

Tabel 4.12 Distribusi Konsumsi Kafein yang Berisiko Mengalami

Gangguan Pola Tidur pada Perawat di RS. Syarif Hiadayatullah

Tahun 2009 ................................................................................ 66

Tabel 4.13 Distribusi Konsumsi Obat Tidur yang Berisiko Mengalami

Gangguan Pola Tidur pada Perawat di RS. Syarif Hiadayatullah

Tahun 2009 ................................................................................ 68

Page 14: Tuti Alawiyah

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Teori ............................................................ 43

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Konsep ......................................................... 44

Page 15: Tuti Alawiyah

DAFTAR SINGKATAN

NREM : Non Rapid Eye Movement

NSF : National Sleep Foundation

REM : Rapid Eye Movement

Page 16: Tuti Alawiyah

DAFTAR ISTILAH

Circadian rhythm adalah fluktuasi tubuh manusia dan hewan yang mengikuti

siklus 24 jam.

Pola tidur adalah model, bentuk, atau corak tidur dalam jangka waktu yang relatif

menetap dan meliputi jadwal jatuh (masuk) tidur dan bangun, irama tidur,

frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan kondisi tidur, dan kepuasan

tidur.

Rotasi shift adalah perputaran jadwal kerja dalam jangka waktu tertentu.

Shift kerja adalah Jadwal jam kerja yang berada di luar jam kerja normal yang

dimulai dari sekitar pukul 07.00 sampai pukul 18.00, dengan lamanya jam

kerja untuk satu orang adalah 7 – 8 jam.

Page 17: Tuti Alawiyah

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pengantar Izin Penelitian

Lampiran 2 Kuesioner penelitian

Lampiran 3 Hasil Analisis Univariat

Page 18: Tuti Alawiyah

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Tidur adalah kondisi organisme yang sedang istirahat secara regular,

berulang, dan reversibel dalam keadaan dimana ambang rangsang terhadap

rangsangan dari luar lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan sadar/jaga.12

Pola tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu tipe REM (Rapid Eye Movement) dan

tipe NREM (Non Rapid Eye Movement). Gangguan pola tidur adalah suatu

kondisi dimana seseorang mengalami resiko perubahan jumlah dan kualitas

pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan. Klasifikasi gangguan

tidur menurut International Classification of Sleep Disorder yaitu dissomnia,

parasomnia, gangguan tidur berhubungan dengan gangguan kesehatan atau

psikiatri, gangguan tidur yang tidak terklasifikasi (Japardi, 2002).

Hampir semua orang pernah mengalami gangguan tidur selama masa

kehidupannya. Diperkirakan tiap tahun 20%-40% orang dewasa mengalami

kesukaran tidur dan 17% diantaranya mengalami masalah serius (Japardi,

2002).

Prevalensi gangguan tidur setiap tahun cenderung meningkat, hal ini juga

sesuai dengan peningkatan usia dan berbagai penyebabnya. Kaplan dan

Sadock melaporkan kurang lebih 40-50% dari populasi usia lanjut menderita

gangguan tidur. Gangguan tidur kronik (10-15%) disebabkan oleh gangguan

psikiatri, ketergantungan obat dan alkohol (Japardi, 2002).

Menurut data internasional of sleep disorder, prevalensi penyebab-

penyebab gangguan tidur adalah sebagai berikut: Penyakit asma (61-74%),

gangguan pusat pernafasan (40-50%), kram kaki malam hari (16%),

psychophysiological (15%), sindroma kaki gelisah (5-15%), ketergantungan

alkohol (10%), sindroma terlambat tidur (5-10%), depresi (65). Demensia

(5%), gangguan perubahan jadwal kerja (2- 5%), gangguan obstruksi sesak

Page 19: Tuti Alawiyah

saluran nafas (1-2%), penyakit ulkus peptikus (<1%), narcolepsy (mendadak

tidur) (0,03%-0,16%) (Handayani, 2008).

Menurut NSF (National Sleep Foundation) dalam Handayani (2008),

gangguan tidur dapat menimbulkan beberapa efek pada manusia. Ketika

kurang tidur seseorangakan berpikir dan bekerja lebih lambat, membuat

banyak kesalahan, dan sulit untuk mengingat sesuatu. Hal ini

mengakibatkan penurunan produktivitas kerja dan dapat menyebabkan

keelakaan. Efek lainnya pada pekerja yaitu pekerja menjadi lebih cepat

mara, tidak sabar, gelisah dan depresi.Masalah ini dapat menggaggu

pekerjaan dan hubungan keluarga, serta mengurangi aktivitas sosial. Kurang

tidur pada pekerja merupakan penyebab utama terjadinya penurunan

produktivitas, ketidakhadiran pekerja (absentisme), dan kecelakaan di

tempat kerja (Klein, 2004).

Faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan pola tidur yaitu kerja

shift. Salah atu hal yang menjadi perhatian adalah 60-80% pekerja dengan

sistem kerja shift mengalami gangguan pola tidur (Kuswadji, 1997). Kerja

shift didefinisikan sebagai pekerjaan yang dilakukan terutama diluar jam

kerja normal. Menurut ILO dalam Handayani(2008), shift work adalah

bekerja bergilir di luar jam kerja normal baik itu bergilir atau berotasi

dengan sifat kerja tetap atau permanen (Handayani, 2008).

Selain itu faktor-faktor yang berhubungan yaitu usia pekerja, masa kerja

shift, status perkawinan, tempat kerja, jenis kelamin, status kesehatan, gaya

hidup yang meliputi kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan kafein dan

konsumsi obat tidur (Handayani, 2008).

Perubahan kuantitas dan kualitas tidur juga pernah dialami oleh berbagai

pekerja salah satunya adalah perawat. Perawat adalah mereka yang

dipersiapkan untuk mengerjakan tugas mulia dan penting untuk

menyelamatkan nyawa manusia, fisik dan mentalnya. Peran perawat yang

dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik,

dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi

kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung

keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik professional.

Page 20: Tuti Alawiyah

Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk

kejelasan. Pada peran ini perawat diharapkan mampu memberikan

pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga , kelompok atau

masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang

bersifat sederhana sampai pada masalah yang kompleks. Perawat juga

bertugas untuk memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan

klien, perawat harus memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan signifikan

dari klien (Hnadayani, 2008).

1. 2. Rumusan Masalah

Ganguan pola tidur pada pekerja dapat mempengaruhi penurunan

performance kerja, produktivitas dan kualitas kerja, hubungan dalam

pekerjaan, penurunan kewaspadaan, gangguan dalam kehidupan keluarga

dan meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan, sehingga mendorong

penulis untuk melakukan penelitian tentang bagaimana Gambaran

gangguan pola tidur pada perawat di RS. Syarif Hidayatullah Jakarta tahun

2009.

1. 3. Tujuan Penelitian

1. 3. 1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran gangguan pola tidur pada perawat di RS. Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2009.

1. 3. 2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran gangguan pola tidur perawat di RS. Syarif

Hidayatullah tahun 2009.

b. Diketahuinya gambaran penerapan shift kerja yang dilaksanakan pada oleh

perawat di RS. Syarif Hidayatullah tahun 2009.

Page 21: Tuti Alawiyah

c. Diketahuinya gambaran gangguan pola tidur dengan karakteristik (usia, jenis

kelamin, masa kerja shift, status perkawinan) perawat di RS. Syarif

Hidayatullah tahun 2009.

d. Diketahuinya gambaran gangguan pola tidur dengan gaya hidup (kebiasaan

merokok, konsumsi alkohol, konsumsi kafein, konsumsi obat tidur) perawat di

RS. Syarif Hidayatullah tahun 2009.

1. 4. Manfaat Penelitian

1. 4. 1. Manfaat Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi rumah

sakit, sehingga dapat diketahui apakah shift kerja yang diterapkan sudah

cukup baik terhadap keselamatan dan kesehatan perawat di RS. Syarif

Hidayatullah Jakarta.

1. 4. 2. Manfaat Bagi Pekerja

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan serta

pemahaman pekerja mengenai gangguan pola tidur yang diakibatkan oleh

penerapan shift kerja yang diterapkan rumah sakit.

1. 4. 3. Manfaat Bagi Peneliti

Sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan oleh

peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan shift kerja dan gangguan

pola tidur pada perawat.

1. 5. Ruang Lingkup

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola tidur pada pekerja

ditinjau dari penerapan shift kerja, karakteristik pekerja, dan gaya hidup

perawat di RS. Syarif Hidayatullah Jakarta. Sasaran penelitian adalah para

perawat di RS. Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian dilaksanakan pada

Page 22: Tuti Alawiyah

bulan Oktober 2009. Penelitian ini perlu dilakukan karena rumah sakit ini

telah menerapkan shift kerja dalam menjalankan proses pelayanan di rumah

sakit. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional

(potong lintang). Data-data tersebut disajikan dalam tabel distribusi

frekuensi, kemudian dilakukan uji statistik dan pengambilan sampel

dilakukan dengan mengambil seluruh perawat di RS. Syarif Hidayatullah.

Data yang digunakan merupakan data primer berupa kuesioner yang

diperoleh dengan cara menyebar kuesioner yang berupa pertanyaan yang

berhubungan dengan gangguan pola tidur yang digunakan untuk mengukur

adanya gejala gangguan pola tidur secara subjektif. Kuisoner ini dibagikan

kepada para perawat dan diisi oleh mereka sendiri.

Page 23: Tuti Alawiyah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Gangguan Pola Tidur

2.1.1. Pola Tidur

Tidur merupakan salah satu cara untuk melepaskan kelelahan jasmani

dan kelelahan mental. Dengan tidur semua keluhan hilang atau berkurang

dan akan kembali mendapatkan tenaga serta semangat untuk menyelesaikan

persoalan yang dihadapi (Japardi, 2002).

Tidur adalah keadaan normal yang berlangsung secara berkala. Selama

tidur terjadi penurunan kegiatan fisiologik yang disertai oleh penurunan

kesadaran (Kuswadji, 1997).

Kebutuhan tidur seseorang dapat digolongkan menjadi dua kelompok,

hal ini dikarenakan kebutuhan tidur pada setiap orang tidaklah sama

.Kelompok pertama disebut short sleepers, yaitu kelompok manusia yang

membutuhkan tidur kurang dari enam jam per hari. Biasanya mereka

memiliki sifat efisien, ambisius, pandai bergaul, bersikap tidak peduli

terhadap masalah-masalah umum, memiliki rasa puas diri, dan dapat

dikatakan terbebas dari gangguan psikologis. Kelompok kedua disebut long

sleepers, yaitu kelompok manusia yang membutuhkan tidur lebih dari

sembilan jam per hari. Umumnya kelompok ini memiliki sifat pemalu,

mudah khawatir, banyak berpikir tentang masa depan, diri sendiri, dan

masalah-masalah umum yang sebenarnya tidak perlu dirisaukan. Biasanya

mereka mengalami gangguan psikologis ringan seperti anxietas dan depresi

ringan (Handayani, 2008).

Dalam sebuah penelitian menjelaskan apabila dilihat dari usia individu

seorang bayi normal membutuhkan waktu untuk tidur selama 16 – 18 jam

sehari. Sedangkan manusia dewasa normal rata-rata membutuhkan waktu

tidur antara 7 – 8 jam sehari. Pada orang yang berusia diatas 60 tahun,

Page 24: Tuti Alawiyah

kebutuhan tidurnya akan berkurang antara 4 – 6 jam dalam seharinya. Dari

penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa kualitas tidur seseorang tidak

selamanya tergantung dari lamanya waktu yang dihabiskan untuk tidur,

akan tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi fisik dan emosional. Tidur yang

berkualitas tinggi adalah tidur yang nyenyak, tidak terlalu sering terbangun

di tengah malam, dan apabila terbangun akan mudah untuk tertidur kembali

serta tidak mengalami gangguan-gangguan yang berarti (Handayani, 2008).

Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan

beredarnya waktu dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi

bola dunia disebut sebagai irama sirkadian. Pusat kontrol irama sirkadian

terletak pada bagian ventral anterior hypothalamus. Bagian susunan saraf

pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada substansia

ventrikulo retikularis medulo oblongata yang disebut sebagai pusat tidur.

Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan sinkronisasi/desinkronisasi

terdapat pada bagian rostral medulo oblogata disebut sebagai pusat

penggugah atau aurosal state (Japardi, 2002).

Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu:

a. Tipe Rapid Eye Movement (REM)

Pada waktu REM jam pertama prosesnya berlangsung lebih cepat dan

menjadi lebih intens dan panjang saat menjelang pagi atau bangun. Pola

tidur REM ditandai dengan adanya gerakan bola mata yang cepat, tonus

otot yang sangat rendah (Japardi, 2002).

b. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)

Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium,

lalu diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan

REM terjadi secara bergantian antara 4-7 kali siklus semalam. Bayi baru

lahir total tidur 16-20 jam/hari, anak-anak 10-12 jam/hari, kemudian

menurun 9-10 jam/hari pada umur diatas 10 tahun dan kira-kira 7-7,5

jam/hari pada orang dewasa (Japardi, 2002).

Tipe NREM dibagi dalam 4 stadium yaitu:

1. Tidur stadium Satu

Page 25: Tuti Alawiyah

Fase ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal tidur. Fase ini

didapatkan kelopak mata tertutup, tonus otot berkurang dan tampak

gerakan bola mata kekanan dan kekiri. Fase ini hanya berlangsung 3-5

menit dan mudah sekali dibangunkan. Gambaran EEG biasanya terdiri

dari gelombang campuran alfa, betha dan kadang gelombang theta

dengan amplitudo yang rendah. Tidak didapatkan adanya gelombang

sleep spindle dan kompleks K (Japardi, 2002).

2. Tidur stadium dua

Pada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus otot

masih berkurang, tidur lebih dalam dari pada fase pertama. Gambaran

EEG terdiri dari gelombang theta simetris. Terlihat adanya gelombang

sleep spindle, gelombang verteks dan komplek K (Japardi, 2002).

3. Tidur stadium tiga

Fase ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya. Gambaran EEG

terdapat lebih banyak gelombang delta simetris antara 25%-50% serta

tampak gelombang sleep spindle (Japardi, 2002).

4. Tidur stadium empat

Merupakan tidur yang dalam serta sukar dibangunkan. Gambaran

EEG didominasi oleh gelombang delta sampai 50% tampak gelombang

sleep spindle. Fase tidur NREM, ini biasanya berlangsung antara 70

menit sampai 100 menit, setelah itu akan masuk ke fase REM. Pada

waktu REM jam pertama prosesnya berlangsung lebih cepat dan menjadi

lebih insten dan panjang saat menjelang pagi atau bangun. Pola tidur

REM ditandai adanya gerakan bola mata yang cepat, tonus otot yang

sangat rendah, apabila dibangunkan hampir semua organ akan dapat

menceritakan mimpinya, denyut nadi bertambah dan pada laki-laki

terjadi eraksi penis, tonus otot menunjukkan relaksasi yang dalam

(Japardi, 2002).

Pola tidur REM berubah sepanjang kehidupan seseorang seperti

periode neonatal bahwa tidur REM mewakili 50% dari waktu total tidur.

Periode neonatal ini pada EEG-nya masuk ke fase REM tanpa melalui

stadium 1 sampai 4. Pada usia 4 bulan pola berubah sehingga persentasi

Page 26: Tuti Alawiyah

total tidur REM berkurang sampai 40% hal ini sesuai dengan kematangan

sel-sel otak, kemudian akan masuk keperiode awal tidur yang didahului

oleh fase NREM kemudian fase REM pada dewasa muda dengan

distribusi fase tidur sebagai berikut:

‒ NREM (75%) yaitu stadium 1: 5%; stadium 2 : 45%; stadium 3 : 12%;

stadium 4 : 13%

‒ REM; 25 % (Japardi, 2002).

2. 1. 2. Gangguan Pola Tidur

Adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami resiko perubahan

jumlah dan kualitas pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan

(Japardi, 2002).

Ganguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling sering

ditemukan pada penderita yang berkunjung ke praktek. Gangguan tidur

dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin,

berpendidikan tinggi dan rendah maupun orang muda, serta yang paling

sering ditemukan pada usia lanjut (Japardi, 2002).

Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan

mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya,

menurun daya tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudah

tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya

dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain. Menurut

beberapa peneliti gangguan tidur yang berkepanjangan didapatkan 2,5 kali

lebih sering mengalami kecelakaan mobil dibandingkan pada orang yang

tidurnya cukup (Japardi, 2002).

Hampir semua orang pernah mengalami gangguan tidur selama masa

kehidupannya. Diperkirakan tiap tahun 20%-40% orang dewasa

mengalami kesukaran tidur dan 17% diantaranya mengalami masalah

serius (Japardi, 2002).

Prevalensi gangguan tidur setiap tahun cendrung meningkat, hal ini

juga sesuai dengan peningkatan usia dan berbagai penyebabnya. Kaplan

dan Sadock melaporkan kurang lebih 40-50% dari populasi usia lanjut

Page 27: Tuti Alawiyah

menderita gangguan tidur. Gangguan tidur kronik (10-15%) disebabkan

oleh gangguan psikiatri, ketergantungan obat dan alkohol (Japardi, 2002).

Menurut data internasional of sleep disorder, prevalensi penyebab-

penyebab gangguan tidur adalah sebagai berikut: Penyakit asma (61-74%),

gangguan pusat pernafasan (40-50%), kram kaki malam hari (16%),

psychophysiological (15%), sindroma kaki gelisah (5-15%),

ketergantungan alkohol (10%), sindroma terlambat tidur (5-10%), depresi

(65). Demensia (5%), gangguan perubahan jadwal kerja (2- 5%), gangguan

obstruksi sesak saluran nafas (1-2%), penyakit ulkus peptikus (<1%),

narcolepsy (mendadak tidur) (0,03%-0,16%) (Japardi, 2002).

Klasifikasi gangguan tidur menurut Internasional Classification of

Sleep Disorders

a. Dissomnia

• Gangguan tidur intrisik

Narkolepsi, gerakan anggota gerak periodik, sindroma kaki

gelisah, obstruksi saluran nafas, hipoventilasi, post traumatik kepala,

tidur berlebihan (hipersomnia), idiopatik (Japardi, 2002).

• Gangguan tidur ekstrinsik

Tidur yang tidak sehat, lingkungan, perubahan posisi tidur,

toksik, ketergantungan alkohol, obat hipnotik atau stimulant(Japardi,

2002).

• Gangguan tidur irama sirkadian

Jet-lag sindroma, perubahan jadwal kerja, sindroma fase

terlambat tidur, sindroma fase tidur belum waktunya, bangun tidur

tidak teratur, tidak tidur selama 24 jam (Japardi, 2002).

b. Parasomnia

• Gangguan aurosal

Gangguan tidur berjalan, gangguan tidur teror, aurosal

konfusional (Japardi, 2002).

• Gangguan antara bangun-tidur

Gerak tiba-tiba, tidur berbicara,kramkaki, gangguan gerak

berirama (Japardi, 2002).

Page 28: Tuti Alawiyah

• Berhubungan dengan fase REM

Gangguan mimpi buruk, gangguan tingkah laku, gangguan sinus

arrest (Japardi, 2002).

• Parasomnia lain-lainnya

Bruxism (otot rahang mengeram), mengompol, sukar menelan,

distonia paroksismal (Japardi, 2002).

c. Gangguan tidur berhubungan dengan gangguan kesehatan/psikiatri

• Gangguan mental

Psikosis, anxietas, gangguan afektif, panik (nyeri hebat), alkohol

(Japardi, 2002).

• Berhubungan dengan kondisi kesehatan

Penyakit degeneratif (demensia, parkinson, multiple sklerosis),

epilepsi, status epilepsi, nyeri kepala, Huntington, post traumatik

kepala, stroke, Gilles de-la tourette sindroma (Japardi, 2002).

• Berhubungan dengan kondisi kesehatan

Penyakit asma,penyakit jantung, ulkus peptikus, sindroma

fibrositis, refluks gastrointestinal, penyakit paru kronik (PPOK)

(Japardi, 2002).

d. Gangguan tidur yang tidak terklassifikasi

1. Dissomnia

Adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesukaran

menjadi jatuh tidur (failling as sleep), mengalami gangguan selama

tidur (difficulty in staying as sleep), bangun terlalu dini atau

kombinasi diantaranya (Japardi, 2002).

2. Gangguan tidur spesifik

a. Narkolepsi

Ditandai oleh serangan mendadak tidur yang tidak dapat

dihindari pada siang hari, biasanya hanya berlangsung 10-20

menit atau selalu kurang dari 1 jam, setelah itu pasien akan

segar kembali dan terulang kembali 2-3 jam berikutnya.

Page 29: Tuti Alawiyah

Gambaran tidurnya menunjukkan penurunan fase REM 30-70%.

Pada serangan tidur dimulai dengan fase REM (Japardi, 2002).

Berbagai bentuk narkolepsi:

- Narkolepsi kataplesia, adalah kehilangan tonus otot yang

sementara baik sebagian atau seluruh otot tubuh seperti jaw

drop, head drop (Japardi, 2002).

- Hypnagogic halusinasi auditorik/visual adalah halusinasi

pada saat jatuh tidur sehingga pasien dalam keadaan jaga,

kemudian ke kerangka pikiran normal (Japardi, 2002).

- Sleep paralis adalah otot volunter mengalami paralis pada

saat masuk tidur sehingga pasien sadar ia tidak mampu

menggerakkan ototnya (Japardi, 2002).

Gangguan ini merupakan kelainan heriditer, kelainannya

terletak pada lokus kromoson 6 didapatkan pada orang-orang

Caucasian white dengan populasi lebih dari 90%, sedangkan

pada bangsa Jepang 20-25%, dan bangsa Israel 1:500.000. Tidak

ada perbedaan antara jenis kelamin laki dan wanita. Kelainan ini

diduga terletak antara batang otak bagian atas dan kronik pada

malam harinya serta tidak rstorasi seperti terputusnya fase REM

(Japardi, 2002).

b. Gangguan gerakan anggota gerak badan secara periodik

(periodik limb movement disorders)/mioklonus nokturnal

Ditandai adanya gerakan anggota gerak badan secara

streotipik, berulang selama tidur. Paling sering terjadi pada

anggota gerak kaki baik satu atau kedua kaki. Bentuknya berupa

sktensi ibu jari kaki dan fleksi sebagian pada sendi lutut dan

tumit. Gerak itu berlangsung antara 0,5-5 detik, berulang dalam

waktu 20-60 detik atau mungkin berlangsung terusmenerus

dalam beberapa menit atau jam. Bentuk tonik lebih sering dari

pada mioklonus (Japardi, 2002).

Sering timbul pada fase NREM atau saat onset tidur sehingga

menyebabkan gangguan tidur kronik yang terputus. Lesi pada

Page 30: Tuti Alawiyah

pusat kontrol pacemaker batang otak. Insidensi 5% dari orang

normal antara usia 30-50 tahun dan 29% pada usia lebih dari 50

tahun. Berat ringan gangguan ini sangat tergantung dari jumlah

gerakan yang terjadi selama tidur, bila 5-25 gerakan/jam: ringan,

25-50 gerakan/jam: sedang, danlebih dari 50 kali/jam : berat.

Didapatkan pada penyakit seperti mielopati kronik, neuropati,

gangguan ginjal kronik, PPOK, rhematoid arteritis, sleep apnea,

ketergantungan obat, anemia (Japardi, 2002).

c. Sindroma kaki gelisah (Restless legs syndrome)/Ekboms

syndrome

Ditandai oleh rasa sensasi pada kaki/kaku, yang terjadi

sebelum onset tidur. Gangguan ini sangat berhubungan dengan

mioklonus nokturnal. Pergerakan kaki secara periodik disertai

dengan rasa nyeri akibat kejang otot M. tibialis kiri dan kanan

sehingga penderita selalu mendorongdorong kakinya.

Ditemukan pada penyakit gangguan ginjal stadium akut,

parkinson, wanita hamil. Lokasi kelainan ini diduga diantara lesi

batang otak hipotalamus (Japardi, 2002).

d. Gangguan bernafas saat tidur (sleep apnea)

Terdapat tiga jenis sleep apnea yaitu central sleep apnea,

upper airway obstructive apnea dan bentuk campuran dari

keduanya. Apnea tidur adalah gangguan pernafasan yang terjadi

saat tidur, yang berlangsung selama lebih dari 10 detik.

Dikatakan apnea tidur patologis jika penderita mengalami

episode apnea sekurang kurang lima kali dalam satu jam atau 30

episode apnea selama semalam. Selama periodik ini gerakan

dada dan dinding perut sangat dominan. Apnea sentral sering

terjadi pada usia lanjut, yang ditandai dengan intermiten

penurunan kemampuan respirasi akibat penurunan saturasi

oksigen. Apnea sentral ditandai oleh terhentinya aliran udara

dan usaha pernafasan secara periodik selama tidur, sehingga

pergerakan dada dan dinding perut menghilang. Hal ini

Page 31: Tuti Alawiyah

kemungkinan kerusakan pada batang otak atau hiperkapnia

(Japardi, 2002).

Gangguan saluran nafas (upper airway obstructive) pada saat

tidur ditandai dengan peningkatan pernafasan selama apnea,

peningkatan usaha otot dada dan dinding perut dengan tujuan

memaksa udara masuk melalui obstruksi. Gangguan ini semakin

berat bila memasuki fase REM. Gangguan saluran nafas ini

ditandai dengan nafas megap-megap atau mendengkur pada saat

tidur. Mendengkur ini berlangsung 3-6 kali bersuara kemudian

menghilang dan berulang setiap 20-50 detik (Japardi, 2002).

Serangan apnea pada saat pasien tidak mendengkur. Akibat

hipoksia atau hipercapnea, menyebabkan respirasi lebih aktif

yang diaktifkan oleh formasi retikularis dan pusat respirasi

medula, dengan akibat pasien terjaga danrespirasi kembali

normal secara reflek. Baik pada sentral atau obstruksi apnea,

pasien sering terbangun berulang kali di malam hari, yang

kadang-kadang sulit kembali untuk jatuh tidur. Gangguan ini

sering ditandai dengan nyeri kepala atau tidak enak perasaan

pada pagi hari. Pada anak-anak sering berhubungan dengan

gangguan kongenital saluran nafas, dysotonomi syndrome,

adenotonsilar hypertropi. Pada orang dewasa obstruksi saluran

nafas septal defek, hipotiroid, atau bradikardi, gangguan

jantung, PPOK, hipertensi, stroke, GBS, arnord chiari

malformation (Japardi, 2002).

e. Paska trauma kepala

Sebagian besar pasien dengan paska trauma kepala sering

mengeluh gangguan tidur. Jarak waktu antara trauma kepala

dengan timbulnya keluhan gangguan tidur setelah 2-3 tahun

kemudian (Japardi, 2002).

Pada gambaran polysomnography tampak penurunan fase

REM dan peningkatan sejumlah fase jaga. Hal ini juga

Page 32: Tuti Alawiyah

menunjukkan bahwa fase koma (trauma kepala) sangat berperan

dalam penentuan kelainan tidur (Japardi, 2002).

Pada penelitian terakhir menunjukkan pasien tampak selalu

mengantuk berlebih sepanjang hari tanpa diikuti oleh fase onset

REM. Penanganan dengan proses program rehabilitasi seperti

sleep hygine. Litium carbonat dapat menurunkan angka

frekwensi gangguan tidur akibat trauma kepala (Japardi, 2002).

3. Gangguan tidur irama sirkadian

Sleep wake schedule disorders (gangguan jadwal tidur) yaitu

gangguan dimana penderita tidak dapat tidur dan bangun pada

waktu yang dikehendaki,walaupun jumlah tidurnya tatap.

Gangguan ini sangat berhubungan dengan irama tidur sirkadian

normal (Japardi, 2002).

Bagian-bagian yang berfungsi dalam pengaturan sirkadian

antara lain temperatur badan,plasma darah, urine, fungsi ginjal dan

psikologi. Dalam keadan normal fungsi irama sirkadian mengatur

siklus biologi irama tidurbangun, dimana sepertiga waktu untuk

tidur dan dua pertiga untuk bangun/aktivitas. Siklus irama sirkadian

ini dapat mengalami gangguan, apabila irama tersebut mengalami

peregseran. Menurut beberapa penelitian terjadi pergeseran irama

sirkadian antara onset waktu tidur reguler dengan waktu tidur yang

irreguler (bringing irama sirkadian) (Japardi, 2002).

Perubahan yang jelas secara organik yang mengalami gangguan

irama sirkadian adalah tumor pineal. Gangguan irama sirkadian

dapat dikategorikan dua bagian:

1. Sementara (acut work shift, Jet lag) (Japardi, 2002).

2. Menetap (shift worker) (Japardi, 2002).

Keduanya dapat mengganggu irama tidur sirkadian sehingga

terjadi perubahan pemendekan waktu onset tidur dan perubahan

pada fase REM (Japardi, 2002).

Berbagai macam gangguan tidur gangguan irama sirkadian

adalah sebagai berikut:

Page 33: Tuti Alawiyah

a. Tipe fase tidur terlambat (delayed sleep phase type)

Yaitu ditandai oleh waktu tidur dan terjaga lebih lambat yang

diinginkan. Gangguan ini sering ditemukan dewasa muda, anak

sekolah atau pekerja sosial. Orang tersebut sering tertidur

(kesulitan jatuh tidur) dan mengantuk pada siang hari (insomnia

sekunder) (Japardi, 2002).

b. Tipe Jet lag

Ialah mengantuk dan terjaga pada waktu yang tidak tepat

menurut jam setempat, hal ini terjadi setelah berpergian

melewati lebih dari satu zone waktu. Gambaran tidur

menunjukkan sleep latensnya panjang dengan tidur yang

terputus-putus (Japardi, 2002).

c. Tipe pergeseran kerja (shift work type)

Pergeseran kerja terjadi pada orang tg secara teratur dan cepat

mengubah jadwal kerja sehingga akan mempengaruhi jadwal

tidur. Gejala ini sering timbul bersama-sama dengan gangguan

somatik seperti ulkus peptikum. Gambarannya berupa pola

irreguler atau mungkin pola tidur normal dengan onset tidur fase

REM (Japardi, 2002).

d. Tipe fase terlalu cepat tidur (advanced sleep phase syndrome)

Tipe ini sangat jarang, lebih sering ditemukan pada pasien

usia lanjut,dimana onset tidur pada pukul 6-8 malam dan

terbangun antara pukul 1-3 pagi. Walaupun pasien ini merasa

cukup ubtuk waktu tidurnya. Gambaran tidur tampak normal

tetapi penempatan jadwal irama tidur sirkadian yang tidak sesuai

(Japardi, 2002).

e. Tipe bangun-tidur beraturan

f. Tipe tidak tidur-bangun dalam 24 jam

4. Lesi susunan saraf pusat (neurologis)

Sangat jarang. Les batang otak atau bulber dapat mengganggu

awal atau memelihara selama tidur, ini merupakan gangguan tidur

organik. Feldman dan wilkus et al menemukan fase tidur pada lesi

Page 34: Tuti Alawiyah

atau trauma daerahventral pons, yang mana fase 1 dan 2 menetap

tetapi fase REM berkurang atau tidak ada sama sekali. Penderita

chroea ditandai dengan gangguan tidur yang berat, yang

diakibatkan kerusakan pada raphe batang otak. Penyakit seperti

Gilles de la Tourettes syndrome, parkinson, khorea, dystonia,

gerakan-gerakan penyakit lebih sering timbul pada saat pasien

tidur. Gerakan ini lebih sering terjadi pada fase awal dan fase 1 dan

jarang terjadi pada fase dalam. Pada dememsia sinilis gangguan

tidur pada malam hari, mungkin akibat diorganisasi siklus

sirkadian, terutama perubahan suhu tubuh. Pada penderita stroke

dapat mengalami gangguan tidur, bila terjadi gangguan vaskuler

didaerah batang otak epilepsi seringkali terjadi pada saat tidur

terutama pada fase NREM (stadium ½) jarang terjadi pada fase

REM (Japardi, 2002).

5. Gangguan kesehatan, toksik

Seperti neuritis, carpal tunnel sindroma, distessia, miopati

distropi, low back pain, gangguan metabolik seperti

hipo/hipertiroid, gangguan ginjal akut/kronik, asma, penyakit,

ulkus peptikus, gangguan saluran nafas obstruksi sering

menyebabkan gangguan tidur seperti yang ditunjukkan mioklonus

nortuknal (Japardi, 2002).

6. Obat-obatan

Gangguan tidur dapat disebabkan oleh obat-obatan seperti

penggunaan obat stimulan yang kronik (amphetamine, kaffein,

nikotine), antihipertensi, antidepresan, antiparkinson, antihistamin,

antikholinergik. Obat ini dapat menimbulkan terputus-outus fase

tidur REM (Japardi, 2002).

2. Parasomnia

Yaitu merupakan kelompok heterogen yang terdiri dari

kejadian-kejadian episode yang berlangsung pada malam hari pada

saat tidur atau pada waktu antara bangun dan tidur. Kasus ini sering

berhubungan dengan gangguan perubahan tingkah laku danaksi

Page 35: Tuti Alawiyah

motorik potensial, sehingga sangat potensial menimbulkan angka

kesakitan dan kematian, Insidensi ini sering ditemukan pada usia

anak berumur 3-5 tahun (15%) dan mengalami perbaikan atau

penurunan insidensi pada usia dewasa (3%) (Japardi, 2002).

Ada 3 faktor utama presipitasi terjadinya parasomnia yaitu

(Japardi, 2002):

a. Peminum alkohol

b. Kurang tidur (sleep deprivation)

c. Stress psikososial

Kelainan ini terletak pada aurosal yang sering terjadi pada

stadium transmisi antara bangun dan tidur. Gambaran berupa

aktivitas otot skeletal dan perubahan sistem otonom. Gejala

khasnya berupa penurunan kesadaran (konfuosius), dan diikuti

aurosal dan amnesia episode tersebut. Seringkali terjadi pada

stadium 3 dan 4 (Japardi, 2002).

- Gangguan tidur berjalan (sleep walking)/somnabulisme

Merupakan gangguan tingkah laku yang sangat komplek

termasuk adanya automatis dan semipurposeful aksi motorik,

seperti membuk apintu, menutup pintu, duduk ditempat tidur,

menabrak kursi, berjalan kaki, berbicara. Tingkah laku berjalan

dalam beberapa menit dan kembali tidur. Gambaran tipikal

gangguan tingkah laku ini didapat dengan gelombang tidur yang

rendah, berlangsung 1/3 bagian pertama malam selama tidur

NREM pada stadium 3 dan 4. Selama serangan, relatif tidak

memberikan respon terhadap usaha orang lain untuk

berkomunikasi dengannya dan dapat dibangunkan susah payah.

Pada gambaran EEG menunjukkan iram acampuran terutama

theta dengan gelombang rendah. Bahkan tidak didapatkan

adanya gelombang alpha (Japardi, 2002).

- Gangguan teror tidur (sleep teror)

Ditandai dengan pasien mendadak berteriak, suara tangisan

dan berdiri ditempat tidur yang tampak seperti ketakutan dan

Page 36: Tuti Alawiyah

bergerak-gerak. Serangan ini terjadi sepertiga malam yang

berlangsung selama tidur NREM pada stadium 3 dan 4. Kadang-

kadang penderita tetap terjaga dalam keadaan terdisorientasi,

atau sering diikuti tidur berjalan. Gambaran teror tidur mirip

dengan teror berjalan baik secara klinis maupun dalam

pemeriksaan polisomnografy. Teror tidur mungkin

mencerminkan suatu kelainan neurologis minor pada lobus

temporalis (Japardi, 2002).

Pada kasus ini sering kali terjadi perubahan sistem

otonomnya seperti takhicardi, keringat dingin, pupil dilatasi, dan

sesak nafas (Japardi, 2002).

- Gangguan tidur berhubungan dengan fase REM

Ini meliputi gangguan tingkah laku, mimpi buruk dan

gangguan sinus arrest. Gangguan tingkah laku ini ditandai

dengan atonia selama tidur (EMG) dan selanjutnya terjadi

aktifitas motorik yang keras, episode ini sering terjadi pada larut

malam (1/2 dari larut malam) yang disertai dengan ingat mimpi

yang jelas. Palin banyak ditemukan pada laki-laki usia lanjut,

gangguan psikiatri atau dengan janis penyakit-penyakit

degenerasi, peminum alkohol. Kemungkinan lesinya terletak

pada daerah pons atau juga didapatkan pada kasus seperti

perdarahan subarakhnoid. Gambaran menunjukkan adanya REM

burst dan mioklonik potensial pada rekaman EMG (Japardi,

2002).

2. 1. 3. Efek Gangguan Tidur

Dalam sebuah penelitian menyebutkan bahwa gangguan tidur dapat

menimbulkan beberapa efek pada manusia. Ketika kurang tidur

seseorang akan berpikir dan bekerja lebih lambat, membuat banyak

kesalahan, dan sulit untuk mengingat sesuatu. Hal ini mengakibatkan

penurunan produktivitas kerja dan dapat menyebabkan kecelakaan.

Selanjutnya, di Amerika kerugian akibat hal di atas diperkirakan

mencapai 18 milyar dollar per tahun. Efek lainnya pada pekerja yaitu

Page 37: Tuti Alawiyah

pekerja menjadi lebih cepat marah, tidak sabar, gelisah, dan depresi.

Masalah ini dapat mengganggu pekerjaan dan hubungan keluarga, serta

mengurangi aktivitas sosial (Nurmianto, 2004).

Gangguan tidur dapat menyebabkan beberapa efek pada pekerja shift ,

gangguan tidur dapat mempengaruhi penurunan performance kerja,

produktivitas dan kualitas kerja, serta hubungan dalam pekerjaan. Tanpa

tidur yang cukup pekerja menjadi lebih sulit untuk berkonsentrasi,

memahami sesuatu, dan dalam berkomunikasi. Selain itu Bell

menjelaskan akibat dari gangguan tidur sebagai berikut :

a. Kurang tidur pada pekerja menyebabkan penurunan yang signifikan

pada performance kerja dan kewaspadaan mencapai 32% (Bell, 2005).

b. Penurunan kewaspadaan dan tidur yang berlebihan berpengaruh pada

kemampuan kognitif dalam berpikir dan memproses informasi (Bell,

2005).

c. Pekerja shift akan mengalami gangguan dalam kehidupan keluarga

(Bell, 2005).

d. Tidur yang berlebihan juga meningkatkan risiko 2 kali lipat terjadinya

kesakitan akibat kerja secara terus-menerus (Bell, 2005).

Hal di atas diperkuat dengan pernyataan penelitian Klein bahwa

gangguan tidur dapat mengakibatkan kelelahan yang merupakan keluhan

kesehatan yang serius di tempat kerja. Kurang tidur pada pekerja

merupakan sebab utama penurunan produktivitas, ketidakhadiran pekerja

(absentisme), dan kecelakaan di tempat kerja (Klein, 2004).

Dalam sumber lain disebutkan bahwa gangguan tidur yang tidak

segera diatasi dalam jangka waktu yang lama akan berhubungan dengan

penyakit-penyakit serius seperti tekanan darah tinggi, serangan jantung,

gangguan jantung, stroke, kegemukan, dan luka akibat kecelakaan. Selain

itu gangguan tidur juga dapat berpengaruh terhadap masalah kesehatan

psikis seperti depresi, gangguan jiwa, kerusakan mental, mempengaruhi

pertumbuhan janin dan anak-anak, serta terjadinya penurunan kualitas

hidup.1 Menurut penelitian Doghramji, penanganan yang tidak segera

Page 38: Tuti Alawiyah

dilakukan pada orang yang mengalami insomnia atau gangguan tidur

lainnya dapat menyebabkan kerusakan fungsional tubuh sehingga

memerlukan biaya perawatan yang mahal. Dikatakan pula bahwa tidur

yang berlebih tanpa diiringi kualitas tidur yang baik juga dapat

berhubungan dengan meningkatnya angka kematian, kesakitan, dan

kecelakaan yang dapat mengancam jiwa (Handayani, 2008).

2. 2. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Tidur

2. 2. 1. Shift Kerja

Shift kerja dan waktu kerja berlebih biasanya diterapkan untuk lebih

memanfaatkan sumber daya yang ada, meningkatkan produksi, serta

memperpanjang durasi pelayanan. Shift kerja berbeda dengan hari kerja

biasa, di mana pada hari kerja biasa pekerjaan dilakukan secara teratur

pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya sedangkan shift kerja

dapat dilakukan lebih dari satu kali untuk memenuhi jadwal 24 jam/hari.

Biasanya perusahaan yang berjalan secara kontinyu yang menerapkan

aturan shift kerja ini. Alasan lain dari shift kerja adalah kebutuhan sosial

akan pelayanan. Polisi dan rumah sakit benar-benar dibutuhkan untuk 24

jam/hari, 7 hari/minggu (Kuswadji, 1997).

2. 2. 1. 1. Definisi shift kerja

Adalah semua pengaturan jam kerja, sebagai pengganti atau sebagai

tambahan kerja siang hari sebagaimana yang biasa dilakukan (Taylor,

1970).

Namun demikian ada pula definisi yang lebih operasional dengan

menyebutkan jenis kerja shift itu. Kerja shift disebutkan sebagai

pekerjaan yang secara permanen, atau sering pada jam kerja yang tidak

biasa atau bekerja pada jam yang berubah-ubah termasuk jam kerja yang

tidak teratur (Knauth, 1987).

2. 2. 1. 2. Sistem shift kerja

Page 39: Tuti Alawiyah

Ada dua kelompok besar kerja shift, yaitu permanen dan rotasi.

Namun demikian dipandang dari sudut kesehatan yang penting ialah

apakah kerja shift itu mengandung unsur kerja malam atau tidak.

Pembagian berikutnya ialah sistem shift terputus dan sistem shift terus

menerus. Sistem shift terputus berlangsung antara hari Senin sampai

dengan Jumat atau antara hari Senin sampai dengan hari Sabtu. Faktor

sosial, seperti aktivitas rekreasi keluarga pada akhir pekan dalam sistem

tadi tidak menjadi masalah. Sistem shift terus-menerus berlangsung

selama 7 hari seminggu termasuk hari-hari libur. Pada sistem shift ini

faktor rekreasi keluarga akan sangat terganggu. Dalam hal ini perlu

ditambahkan pula faktor pisah keluarga pada pekerja sistem shift terus-

menerus, yang bekerja di tempat terpencil (pekerja anjungan minyak

lepas pantai, awak kapal laut, awak pesawat tenbang, eksekutif manca

negara) (Kuswadji, 1997).

Pembagian sistem kerja shift lainnya ialah: jumlah hari kerja malam

yang berturut-turut, awal dan akhir kerja shift, jangka waktu masing-

masing shift, urutan rotasi shift, jangka daur shift dan keteraturan sistem

shift (Kuswadji, 1997).

2. 2. 1. 3. Rotasi

Pembagian menurut jumlah hari kerja malam yang berturut-turut

paling sedikit ada tiga jenis :

1) Metropolitan rota

Pada sistem ini pekerja bekerja menurut giliran 2-2-2 (pagi, pagi,

siang, siang, malam, malam, libur, libur). Sistem ini banyak dipakai

di Inggris. Pada sistem ini hari libur Sabtu dan Minggu hanya terjadi

sekali dalam 8 minggu (Tabel 2.1) (Kuswadji, 1997).

Tabel 2.1 Metropolitan Rota

Minggu

1

Senin Pagi

Minggu

5

Senin Malam

Selasa Pagi Selasa Malam

Rabu Sore Rabu Libur

Page 40: Tuti Alawiyah

Kamis Sore Kamis Libur

Jumat Malam Jumat Pagi

Sabtu Malam Sabtu Pagi

Minggu Libur Minggu Sore

Minggu

2

Senin Libur

Minggu

6

Senin Sore

Selasa Pagi Selasa Malam

Rabu Pagi Rabu Malam

Kamis Sore Kamis Libur

Jumat Sore Jumat Libur

Sabtu Malam Sabtu Pagi

Minggu Malam Minggu Pagi

Minggu

3

Senin Libur

Minggu

7

Senin Sore

Selasa Libur Selasa Sore

Rabu Pagi Rabu Malam

Kamis Pagi Kamis Malam

Jumat Sore Jumat Libur

Sabtu Sore Sabtu Libur

Minggu Malam Minggu Pagi

Minggu

4

Senin Malam

Minggu

8

Senin Pagi

Selasa Libur Selasa Sore

Rabu Libur Rabu Sore

Kamis Pagi Kamis Malam

Jumat Pagi Jumat Malam

Sabtu Sore Sabtu Libur

Minggu Sore Minggu Libur

Keterangan : Pagi pukul 6 – 14; sore pukul 14 – 22;

malam pukul 22 – 6

Page 41: Tuti Alawiyah

2) Continental rota

Pada sistem ini pekerja bekerja menurut giliran 2-2-3 (pagi, pagi,

slang, siang, malam, malam, malam, libur, libur). Sistem ini banyak

dipakai di negara-negara daratan Eropa. Pada sistem ini hari libur

Sabtu dan Minggu akan terjadi setiap 4 minggu (Tabel 2.2)

(Grandjean 1998, Kuswadji 1997).

Tabel 4.2. Continental Rota

Minggu

1

Senin Pagi

Minggu

3

Senin Malam

Selasa Pagi Selasa Malam

Rabu Sore Rabu Libur

Kamis Sore Kamis Libur

Jumat Malam Jumat Pagi

Sabtu Malam Sabtu Pagi

Minggu Malam Minggu Pagi

Minggu

2

Senin Libur

Minggu

4

Senin Sore

Selasa Libur Selasa Sore

Rabu Pagi Rabu Malam

Kamis Pagi Kamis Malam

Jumat Sore Jumat Libur

Sabtu Sore Sabtu Libur

Minggu Sore Minggu Libur

Keterangan: Pagi 6-14; sore 14-22; malam 22-6

3) Sistem 4 orang siklus 32 jam

Dalam sistem ini lepas jaga tidak ada dan tidak ada libur.

Keuntungannya ialah setiap orang akan mengalami tidak kerja pagi

sebanyak lima kali seminggu (baik buat mereka yang sekolah di pagi

hari). Pergantian pada tengah malam, sehingga pekerja dapat selalu

tidur pada malam hari (sebelum bekerja atau sesudah bekerja) (Tabel

2.3) (Kuswadji, 1997).

Tabel 2.3. Sistem empat orang siklus 32 Jam

Page 42: Tuti Alawiyah

Shift Hari dalam Seminggu

S S R K J S A S S R K J S A S S R K J S A

Malam A B C D A B C D A B C D A B C D A B C D A

Pagi D A B C D A B C D A B C D A B C D A B C D

Sore C D A B C D A B C D A B C D A B C D A B C

Malam B C D A B C D A B C D A B C D A B C D A B

Pagi A B C D A B C D A B C D A B C D A B C D A

Sore D A B C D A B C D A B C D A B C D A B C D

Keterangan : Malam 00-08; pagi 08-16; sore 16-24

Menurut awal dan akhir jam kerja shift, lama satu shift, dan

keteraturannya sistem dapat dibagi sebagai berikut:

1) Sistem 3 shift biasa

Masing-masing pekerja akan mengalami 8 jam kerja yang sama

selama 24 jam: dinas pagi antara pukul 6-14, dinas sore antara pukul

14-22 dan dinas malam antara pukul 22-6. Dinas pagi

memungkmnkan keluargadapat makan bersama pada malam harinya,

bisa mengerjakan hobby baik pada sore hari atau malamnya. Bila

dinas pagi dimulai terlalu pagi misalnya pukul 4, akan sangat

melelahkan dan tidur malam menjadi lebih singkat. Dinas sore

sangat tidak baik untuk kehidupan sosial, namun sebaliknya untuk

tidur sangat menguntungkan. Dinas malam buruk dipandang dan

berbagai segi. Makan malam bersama dan kegiatan hobby terganggu.

Tidur terganggu akibat berbagai sebab: bising di siang hari, tidur

terputus karena harus makan siang, tidur terus sampai sore. Akhirnya

mereka mengalami kelelahan karena tidur yang tidak pulas

(Kuswadji, 1997).

2) Sistem Amerika

Menurut sistem ini dinas pagi mulai pukul 8-16, dinas sore

antarapukul 16-24 dan dinas malam antara pukul 24-8. Sistem ini

memberikan keuntungan fisiologik dan sosial. Kesempatan tidur

akan banyak terutama pada pekerja pagi dan sore. Setiap shift akan

Page 43: Tuti Alawiyah

mengalami makan bersama keluarga paling sedikit sekali dalam

sehari (Kuswadji, 1997).

3) Sistem 12-12

Di penambangan minyak lepas pantai dipakai sistem 12-12.

Selama 12 jam dinas pagi dan selama 12 jam dinas malam. Jadwal

antara 7-19 dan 19-7. Satu minggu kerja siang dan satu minggu kerja

malam. Pisah dengan keluarga. Setelah dinas 2 minggu, biasanya

setelah dinas malam, pulang ke rumah dan tinggal dengan keluarga.

Dipandang dari sudut kesehatan kerja atau ergonomi bekerja

menurut cara demikian tidak baik. Namun beberapa perkecualian

dapat dilakukan, misalnya bila pekerjaan im tidak terlalu berat. Bila

pekerjaan shift dilakukan selama ini, masing-masing shift baik siang

atau malam, harus diikuti dengan istirahat dua hari (Kuswadji,

1997).

2. 2. 1. 4. Efek shift kerja

Variabel utama manusia yang berkaitan dengan kerja shift adalah

circadian rhytm. Kebanyakan fungsi tubuh manusia berjalan secara

ritmik dalam siklus 24 jam. Inilah yang disebut circadian rhytm (ritme

sirkadian). Fungsi-fungsi tubuh yang meningkat pada siang hari dan

menurun pada malam hari termasuk temperatur tubuh, detak jantung,

tekanan darah, kemampuan mental, produksi adrenalin, dan

kemampuan fisik (Pulat, 2002).

Secara umum, semua fungsi tubuh berada dalam keadaan siap

digunakan pada siang hari. Sedangkan pada malam hari adalah waktu

untuk istirahat dan pemulihan sumber daya (energi) (Pulat, 2002).

Fungsi tubuh yang ditandai dengan sirkadian adalah tidur, kesiapan

untuk bekerja, dan banyak proses otonom, fungsi vegetatif seperti

metabolisme, temperatur tubuh, detak jantung, dan tekanan darah.

Page 44: Tuti Alawiyah

Semua fungsi manusia yang telah dipelajari menunjukkan siklus harian

yang teratur (Pulat, 2002).

Selain itu disebutkan bahwa kerja shift malam akan berdampak pada

respon fisiologis tubuh, efek sosial, dan efek penampilan (kerja) (Pulat,

2002).

1. Efek fisiologis

Beberapa efek kerja shift terhadap tubuh:

a. Mempengaruhi kualitas tidur. Tidur siang tidaklah seefektif tidur

pada malam hari karena terdapat banyak gangguan. Biasanya

memakan waktu dua hari istirahat untuk menggantikan waktu

tidur malam akibat kerja shift malam(Pulat, 2002).

b. Kurangnya kemampuan fisik untuk bekerja pada malam hari.

Walaupun masalah penyesuaian sirkadian merupakan alasan yang

utama, ada alasan lain yaitu perasaan mengantuk dan lelah (Pulat,

2002).

c. Mempengaruhi kemampuan mental. Johnson dalam Pulat

melaporkan bahwa berkurangnya kapasitas mental mempengaruhi

perilaku waspada terhadap pekerjaan seperti pengontrolan dan

monitoring kualitas. Lebih lanjut, Kelly dan Schneider dalam

Pulat menyatakan bahwa kesalahan dapat meningkat secara

bermakna (80% sampai 180%) karena bertambahnya lama kerja

shift (Pulat, 2002).

d. Gangguan kegelisahan juga telah dilaporkan terjadi di antara

pekerja shift malam. Kehilangan waktu tidur dan efek sosial dari

kerja shift juga merupakan alasan utama(Pulat, 2002).

e. Gangguan saluran pencernaan. Thiis-Everson melaporkan bahwa

dari 6000 pekerja Norwegia, 35% pekerja shift malam mengalami

gangguan perut, 13,4% mengalami ulserasi, dan 30% mengalami

gangguan usus (Pulat, 2002).

2. Efek Sosial

Page 45: Tuti Alawiyah

Sebagai tambahan, kerja shift juga mempengaruhi kehidupan

sosial (Pulat, 2002):

a. Mengganggu kehidupan keluarga.

b. Sedikitnya kesempatan untuk berinteraksi dengan kerabat dan

rekan.

c. Mengganggu aktivitas kelompok.

3. Efek Performansi

Wyatt dan Marriott dalam Pulat mengkonfirmasikan bahwa

sebagai akibat dari efek fisiologis dan sosial, performansi

(penampilan) juga akan menurun pada malam hari. Browne

menemukan bahwa kelambatan atau penundaan menjawab panggilan

telepon pada operator telepon meningkat secara drastis pada shift

malam. Bjerner et al mengobservasi kesalahan yang lebih tinggi

secara bermakna dilakukan oleh pembaca meteran di perusahaan gas

pada waktu shift malam dari pada shift lainnya. Monk dan Embrey

menyatakan bahwa kebanyakan dari efek ini akibat kurangnya

kewaspadaan pekerja pada waktu shift malam (Pulat, 2002).

Penasehat medis perusahaan telah mencatat banyaknya kasus

gangguan tidur siang di antara pekerja malam. Gangguan pada tidur

siang ini dihubungkan dengan kebisingan, akan tetapi kebanyakan

pekerja malam menyatakan mereka merasakan kegelisahan selama

siang hari dan tidur siang mereka tidak cukup menyegarkan (Pulat,

2002).

2. 2. 2. Usia Pekerja

Dalam sebuah penelitian menjelaskan penyebab gangguan tidur yang

berasal dari individu meliputi usia, gaya hidup (seperti mengkonsumsi

alkohol dan kafein, dan penggunaan obat), dan akibat suatu penyakit

yang sedang diderita oleh individu tersebut (Handayani, 2008). Faktor

usia dan masa kerja dapat mempengauhi pola tidur. Semakin tua usia

seseorang, semakin sulit untuk beradaptasi terhadap kerja malam, lagi

pula mereka cepat lelah dan tidak dapat menikmati tidur yang panjang

Page 46: Tuti Alawiyah

karena sangat mudah terganggu dalam tidurnya. Oleh sebab itu, pekerja

yang berumur kurang dari 25 tahun atau lebih dari 50 tahun sebaiknya

tidak bekerja shift, terutama shift malam (Grandjean, 1998).

Pekerja yang berusia kurang dari 25 tahun atau lebih dari 50 tahun

merupakan usia yang rentan mengalami gangguan tidur. Hal ini

didasarkan pada kemampuan pekerja untuk beradaptasi dengan

lingkungan kerjanya, dimana usia di bawah 25 tahun merupakan usia

awal seorang pekerja untuk bekerja, sehingga pada masa inilah pekerja

mulai beradaptasi dengan pekerjaannya. Sedangkan untuk pekerja yang

berusia di atas 50 tahun didasarkan pada banyaknya keluhan kesehatan

dan penurunan terhadap beberapa fungsi organ yang timbul pada usia

tersebut, hal ini diduga dapat menyebabkan gangguan pada pola tidur

pekerja (Grandjean, 1998).

Dalam sumber lain disebutkan bahwa seseorang yang berumur muda

sanggup melakukan pekerjaan berat, dan sebaliknya jika seseorang sudah

berumur lanjut maka kemampuannya untuk melakukan pekerjaan berat

akan menurun. Pekerja yang telah berumur lanjut akan merasa cepat lelah

dan tidak dapat bergerak dengan leluasa ketika melaksanakan tugsanya

sehingga mempengaruhi kinerjanya. Kemampuan untuk dapat melakukan

pekerjaan dengan baik setiap individu berbeda dan dapat juga

dipengaruhi oleh umur tersebut. Kapasitas kemampuan bekerja tersisa

80% pada umur 50 tahun dan mejadi 60% pada umur 60 tahun

dibandingkan kapasitas pada orang-orangyang berumur 25 tahun

(Handayani, 2008).

Kebutuhan tidur seseorang akan berkurang seiring dengan

bertambahnya usia. Sebagian besar kelompok usia lanjut mempunyai

risiko mengalami gangguan pola tidur sebagai akibat dari pensiun,

perubahan lingkungan sosial, penyakit yang diderita, dan perubahan

irama sirkadian (Noor, 2003).

Page 47: Tuti Alawiyah

Pada penelitian Afriani (2002) dalam Handayani (2008) diketahui

bahwa responden yang paling banyak mengalami gangguan tidur adalah

pekerja yang berusia 26-35 tahun yaitu sebanyak 71 orang (63,4%) dan

yang paling sedikit adalah usia 36-40 tahun sebanyak 2 orang (1,8%).

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara usia dengan gangguan pola tidur pada pekerja dengan P

value sebesar 0,028.

Pada penelitian Handayani (2008) diketahui bahwa responden yang

paling banyak mengalami gangguan tidur adalah pekerja yang berusia 38

tahun atau lebih sebanyak 41 orang (70,7%) dan yang paling sedikit

adalah usia kurang dari 38 tahun sebanyak 18 orang (37,5%). Hasil

penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara usia dengan gangguan pola tidur pada pekerja dengan P value

sebesar 0,001 (Handayani, 2008).

Sedangkan pada penelitian Rosmaliana (2004) dalam Handayani

(2008) dikatakan bahwa pekerja usia muda (30-34) tahun lebih banyak

mengalami gangguan pola tidur dibandingkan dengan pekerja yang

berusia di atas 50 tahun. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

usia dengan gangguan pola tidur pada pekerja pada penelitian ini dengan

P value sebesar 0,202. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh

Kurnialyn (2002) dalam Handayani (2008), pada peneltitian ini dikatakan

bahwa responden dengan kelompok usia 26-33 tahun merupakan

kelompok usia yang paling banyak mengalami gangguan tidur yaitu

sebanyak 91,5%, sedangkan kelompok usia yang paling sedikit

mengalami gangguan tidur adalah diatas 50 tahun (75%) dengan P value

sebesar 0,753 (Handayani, 2008).

2. 2. 3. Masa Kerja Shift

Pada tahun 1999 di Jepang dilakukan sebuah penelitian mengenai

hubungan antara shift malam dengan beberapa masalah pada perawat

wanita muda, responden yang diteliti adalah perawat yang bekerja di

Page 48: Tuti Alawiyah

rumah sakit yang sama dengan rata-rata lama masa kerja shift 2 tahun 3

bulan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari 620 sampel yang diteliti,

sebagian besar dari mereka mengalami gangguan tidur (Handayani, 2008).

Selain itu, menurut penelitian Bohle dalam Handayani (2008)

gangguan pola tidur biasa terjadi pada 5 tahun pertama atau pada masa

adaptasi. Jika ditinjau secara teoritis masalah serius baru akan terjadi pada

saat masa kerja shift mencapai 30 tahun, karena efek dari kerja shift pada

gangguan pola tidur bersifat akumulasi (Handayani, 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2008) telah menyebutkan

bahwa tidak terdapat hubungan antara masa kerja shift dengan gangguan

pola tidur (P value = 0,292). Pada penelitian ini gangguan tidur terbanyak

dialami oleh pekerja dengan masa kerja shift 5-10 tahun, dan yang paling

sedikit mengalami hal tersebut adalah pekerja dengan masa kerja shift

lebih dari 10 tahun. Menurut Afriani hal ini terjadi karena mereka sudah

mulai toleran terhadap kerja shift, walaupun belum seutuhnya bisa

beradaptasi. Semakin lama masa kerja seseorang maka semakin bisa

pekerja tersebut beradaptasi terhadap kerja shift yang dijalani karena

pekerja telah memiliki pengalaman dalam hal ini (Handayani, 2008).

Hal serupa juga diungkapkan oleh Rosmaliana (2004) dalam Handayani

(2008), dalam penelitiannya diketahui bahwa gangguan pola tidur

terbanyak dialami oleh pekerja dengan masa kerja shift 11-15 tahun

sebanyak 17 orang (47,2%) dan terendah pada pekerja dengan masa kerja

shift 16-20 tahun sebanyak 3 orang (37,5%). Dengan P value sebesar 0,074

maka dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

masa kerja shift dengan gangguan pola tidur pada pekerja (Handayani,

2008).

2. 2. 4. Status Perkawinan

Colligan et al (1997) dalam Handayani (2008) menjelaskan bahwa

status perkawinan merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan

perubahan pada pola tidur. Biasanya kegiatan sosial dan keluarga terjadi

Page 49: Tuti Alawiyah

pada sore hari atau saat akhir pekan. Pekerja shift seharusnya beristirahat

ketika kembali ke rumah, akan tetapi waktu untuk beristirahat sering kali

digunakan untuk kegiatan keluarga sehingga waktu untuk tidur menjadi

berkurang dan dapat berakibat pada pola tidur pekerja (Handayani, 2008).

Menurut Maasen et.al dalam (Handayani,2008) status perkawinan

sangat mempengaruhi tidur pekerja shift. pekerja yang sudah menikah

cenderung mengalami gangguan pola tidur yang lebih tinggi karena

bertambahnya tanggung jawab terhadap keluargaseperti istri atau suami

dan anak-anak. Pekerja yang belum menikah lebih bebas memulai tidur

kapan saja ketika selesai bekerja tanpa harus terbebani oleh tugas-tugas

lain (Handayani, 2008).

Kurnialyn (2002) dalam Handayani (2008), dalam penelitiannya

mengenai analisis hubungan antara faktor-faktor pada perawat dengan

gangguan tidur di RSUP Fatmawati menyebutkan bahwa tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara status perkawinan dengan gangguan pola

tidur pada pekerja (P value = 0,220). Pada penelitian ini diketahui

gangguan tidur terbanyak dialami oleh pekerja yang sudah menikah

sebanyak 105 orang (86,8%), pekerja yang berstatus janda ataupun duda

sebanyak 8 orang, sedangkan pekerja yang belum menikah dan mengalami

gangguan tidur sebanyak 37 orang. Hal serupa juga diungkapkan oleh

Rosmaliana (2004) dalam Handayani (2008), dengan P value sebesar

0,374 dinyatakan tidak ada hubungan antara status perkawinan dengan

gangguan pola tidur pada pekerja. Pekerja yang mengalami gangguan tidur

sebanyak 47 orang dari 88 orang, 43 orang (55,8%) diantaranya adalah

pekerja yang sudah menikah (Handayani, 2008).

2. 2. 5. Tempat Kerja

Selain itu dalam penelitian Madeleine R. Estryn Behar (1978) dan

Blanchard (1992) yang dikutip oleh Handayani (2008), disebutkan bahwa

dari penelitian pada 635 perawat di Massachusetts yang bekerja pada rawat

inap dewasa, pediatri, dan intensif ditemukan pekerja pada rawat inap

Page 50: Tuti Alawiyah

dewasa mengalami gangguan pola tidur yang lebih tinggi dibandingkan

dengan perawat pediatri dan intensif. Hal ini disebabkan tempat kerja

rawat inap dewasa cukup luas terdiri atas beberapa kamar sehingga

perawat harus berjalan kurang lebih 6 kilometer untuk mengontrol keadaan

pasien. Sedangkan perawat di bagian pediatri dan intensif tidak perlu

berjalan jauh karena lingkupnya yang sempit.4

Afriani (2002) dalam Handayani (2008), dalam penelitiannya mengenai

tinjauan pelaksanaan shift kerja terhadap pola tidur perawat di instalasi

rawat inap A & B RS. Pusat Pertamina Jakarta, menyebutkan bahwa tidak

terdapat hubungan antara tempat kerja dengan gangguan pola tidur pada

pekerja (P value = 0,186). Ganggua tidur tertinggi dialami oleh perawat

yang bertugas di lantai 3B sebanyak 18 orang (16%), hal ini disebabkan

karena jumlah pasien pada area kerja ini cukup banyak dibandingkan

bagian lain.4

2. 2. 6. Jenis Kelamin

Menurut Hestiantoro dalam Handayani (2008) selaku staf bagian

obstetri dan ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

gangguan tidur lebih sering dialami oleh perempuan dibandingkan dengan

laki-laki. Penyebab gangguan tidur pada perempuan antara lain:

- Stres psikis, secara statistik 34% kaum perempuan lebih sering

mengalami gangguan tidur jika dibandingkan dengan laki-laki yang hanya

sekitar 22% yang mengalaminya. Kemungkinan hal ini dapat terjadi

karena perempuan merupakan pribadi yang lebih sensitif (Handayani,

2008).

- Gangguan mitra tidur, kurang lebih 17% perempuan mengeluh

mengalami kesulitan tidur karena mitra tidurnya memiliki kebiasaan

mendengkur dan hanya 5% laki-laki yang mengalami hal serupa

(Handayani, 2008).

- Pekerja malam seperti perawat rumah sakit, penjaga malam, buruh

pabrik, dan lain-lain. Perempuan yang bekerja pada malam hari lebih

Page 51: Tuti Alawiyah

sering mengalami gangguan tidur, mereka juga biasanya mengalami

gangguan siklus haid dan masalah kehamilan (Handayani, 2008).

- Terkait dengan masalah haid, gangguan tidur terjadi pada saat

hormon progesterone mengalami penurunan, yaitu beberapa hari

menjelang datangnya haid (hari ke 22-28 dari siklus haid) (Handayani,

2008).

- Terkait dengan masalah kehamilan, pada kehamilan 7-9 bulan

biasanya perempuan hamil akan mengalami gangguan tidur. Berdasarkan

data statistik sekitar 97% perempuan akan lebih sering terbangun pada

tengah malam dan sukar untuk tertidur kembali, dan sekitar 30%

perempuan yang tidak pernah mendengkur akan tidur dengan mendengkur

(Handayani, 2008).

Menurut penelitian Afriani dalam Handayani (2008), tidak ada

hubungan antara jenis kelamin dengan gangguan pola tidur pada pekerja

shift (P value = 0,301). Dari 112 responden yang mengalami gangguan

tidur 95 orang (84,8%) diantaranya adalah perawat perempuan dan 17

orang (15,2%) lainnya adalah perawat laki-laki. Hal yang sama

diungkapkan oleh Kurnialyn (2002) dalam Putri (2008), dengan P value

sebesar 0,152 diketahui bahwa dari 150 responden yang mengalami

gangguan tidur, 130 orang (90,9%) diantaranya adalah perawat perempuan

dan 20 orang lainnya adalah perawat laki-laki (Handayani, 2008).

2. 2. 7. Status Kesehatan

Menurut Klein (2004) dalam Handayani (2008), salah satu faktor

pencetus gangguan tidur yang berasal dari individu adalah suatu penakit

yang diderita. Dalam sumber lain disebutkan pula bahwa sakit fisik dapat

menjadi penyebab gangguan tidur, seperti sesak napas pada orang yang

terserang asma, sinus dan influenza sehingga hidung yang tersumbat dapat

menyebabkan gangguan tidur. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa

gangguan tidur akan tetap terjadi selama penyakit tersebut belum dapat

ditanggulangi dengan baik (Klein, 2004).

2. 2. 8. Kebiasaan Merokok

Page 52: Tuti Alawiyah

Menurut sebuah penelitian, gangguan tidur dapat disebabkan oleh

banyak faktor salah satunya adalah faktor gaya hidup yang meliputi kafein,

alkohol, dan nikotin yang berasal dari rokok (Noor, 2003).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ohida et al (2001) yang

dikutip dari Handayani (2008) di Jepang pada tahun 1999 diketahui bahwa

ada hubungan antara konsumsi minuman beralkohol dan kebiasaan

merokok dengan gangguan pola tidur pada perawat yang bekerja pada

malam hari (shift malam), dimana minuman beralkohol dan rokok dapat

membantu mereka untuk tetap terjaga selama melaksanakan tugasnya

(Handayani, 2008).

Pada penelitian Kurnialyn (2002) yang dikutip dari Handayani (2008)

dinyatakan bahwa ada hubungan antara gangguan tidur dengan kebiasaan

merokok pada responden yang diteliti. Hal ini dapat terlihat dari hasil P

value yang diperoleh yaitu sebesar 0,001 lebih rendah dari nilai alphanya

(0,05). Dari hasil odds ratio yang diperoleh, dapat ditarik kesimpulan

bahwa responden yang tidak memilki kebiasaan merokok memiliki

peluang yang lebih besar untuk mengalami gangguan tidur jika

dibandingkan dengan responden yang memiliki kebiasaan merokok

(Handayani, 2008).

Hal tersebut dapat terjadi sebagai akibat dari kemampuan seseorang

untuk mengatasi permasalahan yang ada pada dirinya. Merokok

merupakan salah satu hal yang biasa dilakukan seseorang untuk

mengurangi ketegangan pada dirinya sehingga dengan merokok mereka

menganggap bahwa masalah yang sedang mereka hadapi sedikit

terlupakan. Berbeda halnya dengan orang yang tidak memiliki kebiasaan

merokok, bagi mereka ketegangan yang mereka hadapi akan tetap ada dan

berpengaruh pada saat mereka tertidur (Handayani, 2008).

2. 2. 9. Konsumsi Alkohol dan Kafein

Mengkonsumsi alkohol dan kafein merupakan salah satu penyebab

gangguan tidur yang diakibatkan oleh faktor gaya hidup (Klein, 2004).

Page 53: Tuti Alawiyah

Colligan et al (1997) dalam Handayani (2008) menjelaskan bahwa seorang

pekerja shift sering kali mengkonsumsi alkohol agar mudah tertidur.

Alkohol dapat membuat seseorang menjadi mudah tertidur. Alkohol dapat

membuat seseorang menjadi mudah tertidur, tetapi dapat juga mengganggu

tidur. Setelah mengkonsumsi alkohol, seseorang menjadi sering terbangun

dari tidurnya dan kemudian tertidur kembali. Alkohol juga dapat

mengurangi tidur seseorang, sehingga orang tersebut tidak dapat tidur

selama yang mereka inginkan/butuhkan. Colligan et al menyarankan untuk

menghindari alkohol selama 1-2 jam sebelum tidur, khususnya jika

seseorang harus bekerja setelah tidur (Handayani, 2008).

Kafein adalah stimulan yang dapat membantu seseorang untuk tetap

terjaga dan mungkin dapat membantu orang tersebut untuk bekerja lebih

baik. Kafein telah banyak digunakan oleh semua orang di seluruh dunia.

Kandungan alaminya biasa terdapat dalam kopi dan teh, dan ada pula yang

ditambahkan ke dalam minuman ringan (soft drinks) seperti minuman

bersoda. Minuman berkafein sudah menjadi bagian dalam pola makan

sehari-hari dan mudah untuk didapat. Oleh karena itu, kafein banyak

digunakan untuk menjaga kewaspadaan dan performance, atau untuk

membantu menyingkirkan rasa kantuk (Handayani, 2008).

2. 2. 10. Konsumsi Obat Tidur

Obat tidur terbagi menjadi dua macam yaitu obat tidur yang diperoleh

berdasarkan resep dokter dan obat todur yang dijual bebas. Obat tidur

yang dijual bebas sering kali membuat seseorang mengantuk dan

menolong mereka untuk tertidur. Hal ini akan berlangsung lama, artinya

orang yang mengkonsumsi obat ini akan tetap merasakan kantuk setelah

mereka terbangun dari tidur (Handayani, 2008).

Tipe obat tidur yang diperoleh dengan resep dokter bekerja dengan

baik untuk membantu seseorang untuk tertidur dan mempertahankan

tidur, bahkan sampai sepanjang hari. Walau bagaimanapun tidak

dianjurkan bagi seseorang untuk terbiasa mengkonsumsinya (misalnya

Page 54: Tuti Alawiyah

lebih dari satu atau dua kali dalam seminggu) kaena tidak ada penelitian

pada pekerja shift dan penggunaan obat tidur dalam jangka waktu yang

lama. Penggunaan obat tidur oleh pekerja shift di setiap waktu pada saat

mereka ingin tertidur sepanjanghari bukanlah jalan keluar yang baik.

Pada beberapa orang, obat tidur dapat diperoleh dengan mudah, mereka

selalu menggunakan obat tidur ketika ingin tertidur. Apabila hal ini terus

berlangsung, orang tersebut akan menjadi gelisah atau mudah marahjika

konsumsi obat tidur dihentikan. Penggunaan obat tidur dalam waktu yang

lama akan menimbulkan rasa kantuk yang berlebihan setelah terbangun

dari tidur (Handayani, 2008).

2. 3. Kerangka teori

Page 55: Tuti Alawiyah

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Teori

Sumber: Grandjean(1988), Klein (2004), Handayani (2008)

Page 56: Tuti Alawiyah

2. 4. Kerangka konsep

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Konsep

Page 57: Tuti Alawiyah

2. 5. Definisi operasional

Tabel 2.4

Definisi operasional

No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil ukur Skala

1. Pola tidur

Ritme jadwal tidur dan bangun

seseorang dalam jangka waktu

tertentu sesuai aktivitas.

Perubahan pola tidur ini dilihat

dari segi kualitas dan kuantitas

tidur.

Kualitas tidur adalah nyenyak

atau tidaknya tidur seseorang.

Kuantitas tidur adalah lamanya

seseorang untuk tidur selama 24

jam (dalam satu hari) Pheasant

dalam Handayani (2008).

Kuesioner Menyebarkan

kuesioner kepada

pekerja

1. Tidak

baik

2. Baik

Ordinal

2. Penerapan

Shift Kerja

Kerja bergilir yang dilakukan di

luar jam kerja normal (Kuswadji,

1997)

Kuesioner 1. Menyebarkan

kuesioner

kepada

pekerja

2. Wawancara

dengan pihak

perusahaan

1. Shift

2.non Shift

Nominal

3. Usia

Pekerja

Masa yang pernah dilalui

seseorang sejak tahun kelahiran

sampai waktu penelitian (Afriani,

2002 dalam Handayani, 2008).

Kuesioner

No. A2

Menyebarkan

kuesioner kepada

pekerja

1. < 27

tahun

2. > 27

tahun

Ordinal

4. Masa Kerja

Shift

Waktu yang telah dijalani pekerja

dalam menjalankan kerja shift

(Afriani, 2002 dalam Handayani,

2008).

Kuesioner

No. A5

Menyebarkan

kuesioner kepada

pekerja

1. < 4 tahun

2. > 4 tahun

Ordinal

5. Status

Perkawinan

Status atau identitas diri yang

menyatakan belum atau sudah

menikahnya responden (Afriani,

2002 dalam Handayani, 2008).

Kuesioner

No. A3

Menyebarkan

kuesioner kepada

pekerja

1. Menikah

2. Belum

menikah

Nominal

Page 58: Tuti Alawiyah

6. Kebiasaan

Merokok

Perilaku yang dilakukan

responden ditandai dengan biasa

atau tidaknya responden dalam

hal merokok (Kurnialyn, 2002

dalam Handayani, 2008).

Kuesioner

No. C26

Menyebarkan

kuesioner kepada

pekerja

1. Ya

2. Tidak

Ordinal

7. Konsumsi

Alkohol

Frekuensi responden dalam

menggunakan minuman yang

mengandung zat yang

memabukkan (Colligan, 1997

dalam Handayani, 2008).

Kuesioner

No. C22

Menyebarkan

kuesioner kepada

pekerja

1. Ya

2. Tidak

Ordinal

8. Konsumsi

Kafein

Frekuensi responden dalam

menggunakan minuman yang

mengandung zat penahan kantuk.

(Colligan, 1997 dalam Handayani,

2008).

Kuesioner

No. C24

Menyebarkan

kuesioner kepada

pekerja

1. Sering

2. Jarang

Ordinal

9.

Penggunaan

obat tidur

Frekuensi responden dalam

mengkonsumsi zat yang dapat

membantu untuk mudah tertidur

(Colligan, 1997 dalam Handayani,

2008)

Kuesioner

No. C3

Menyebarkan

kuesioner kepada

pekerja

1. Ya

2. Tidak

Ordinal

Page 59: Tuti Alawiyah

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif. Adapun

desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian cross

sectional, karena pengumpulan data dilakukan pada satu saat atau satu

periode tertentu dan pengamatan hanya dilakukan satu kali selama

penelitian.

3.2 Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada September - Nopember 2009 di RS.

Syarif Hidayatullah berlokasi di wilayah Jakarta Selatan.

3.3 Populasi dan sampel

Jumlah sampel yang kami gunakan dalam penelitian ini sebanyak 41

orang dengan mengambil seluruh sampel yang ada di rumah sakit.

3.4 Instrumen penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan dalam penelitian untuk

memperoleh data. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah

kuesioner. Kuesioner ini modifikasi dari kuesioner yang pernah

digunakan dalam penelitian sebelumnya oleh Handayani (2008).

Kuesioner ini mencakup pertanyaan mengenai karakteristik perawat,

kualitas dan kuantitas tidur perawat. Keseluruhan jawaban dari kuesioner

akan dijumlahkan, kemudian dihitung nilai mediannya. Selanjutnya hasil

perhitungan dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu:

1. Pola tidur kurang baik apabila nilainya ≤ nilai median dari soal

kuesioner.

2. Pola tidur baik apabila nilainya > nilai median dari soal kuesioner.

Page 60: Tuti Alawiyah

Penilaian yang dilakukan untuk pertanyaan kualitas tidur nomor 1, 3,

5, 7, 9, 11, 13, 15, 18, 20, 22, 24, 26. Nilai median yang didapatkan dari

hasil penghitungan adalah 26.

a. Option 1 mendapat nilai 3 untuk kategori kurang baik

b. Option 2 mendapat nilai 2 untuk kategori kurang baik

c. Option 3 mendapat nilai 1 untuk kategori baik

3.5 Metode pengumpulan data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder

1. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari seluruh

perawat dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari penelusuran dokumen,

catatan, dan laporan dari rumah sakit. Seperti jadwal kerja shift dan

profil rumah sakit.

3.6 Pengolahan data

Kuesioner yang telah diisi oleh responden, dalam hal ini adalah

seluruh perawat, dikumpulkan kemudian diperiksa kelengkapannya, di-

entry dan diolah dengan sistem komputerisasi dengan tahap-tahap

sebagai berikut:

1. Editing, yaitu kegiatan untuk melihat dan memeriksa kelengkapan dan

ketepatan data, jelasnya jawaban yang ada di kuesioner, serta relevan

dan konsisten.

2. Coding, yaitu untuk mengkode jawaban huruf ke dalam bentuk

angka.

3. Proccessing, yaitu kegiatan memproses data yang dilakukan dengan

cara melakukan entry data dari kuesioner ke program komputer.

4. Cleaning, yaitu kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-

entry, apakah ada kesalahan atau tidak.

5. Manajemen data, yaitu proses memanipulasi atau merubah bentuk

data.

Page 61: Tuti Alawiyah

6. Analisis data, yaitu proses pengolahan data serta menyusun hasil yang

akan dilaporkan.

3.7 Analisis data

‒ Analisis Univariat

Analisis yang dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dan

persentase dari setiap variabel independen dan dependen yang

dikehendaki dari tabel distribusi.

Page 62: Tuti Alawiyah

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

Pelaksanaan penelitian yang dilakukan meliputi wawancara dan

penyebaran kuesioner kepada seluruh perawat di RS. Syarif Hidayatullah.

Wawancara dilakukan terhadap perawat rumah sakit dalam hal ini pihak

personalia untuk mengetahui sistem shift yang diterapkan di perusahaan.

Hasil penelitian kemudian digambarkan dalam bentuk distribusi frekuensi.

Penyebaran kuesioner dilakukan pada bulan Oktober 2000. Dari 41 kuesioner

yang dibagikan kepada responden, hanya 41 kuesioner yang dikembalikan

kepada peneliti karena 2 responden sisanya sedang mengambil cuti sehingga

tidak bisa mengisi kuesioner.

4.1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit

a. Sejarah Singkat Rumah Sakit

Rumah Sakit Syarif Hidayatullah adalah rumah sakit swasta yang

telah melayani masyarakat sejak tahun 1961. Berawal dari sebuah Klinik

kecil dilingkungan UIN (IAIN) yang kemudian berkembang menjadi

Rumah Sakit swasta pertama ditahun 2007. Berdirinya Rumah Sakit

Syarif Hidayatullah ( RSSH ) diawali dari adanya sebuah kebutuhan

dikalangan mahasiswa dan pegawai IAIN (sekarang UIN) beserta

keluarganya terhadap pelayanan kesehatan di wilayah Ciputat

Corps kesehatan Mahasiswa 1962

Berdiri sebuah BKIA dan RB 1969

Puskes IAIN, dikelola IAIN 1976

Puskes IAIN, dikelola Yayasan 1986

Klinik Syarif Hidayatullah 1990

Rumah Sakit Syarif Hidayatullah 2007

Page 63: Tuti Alawiyah

b. Visi dan Misi Rumah Sakit

1. Visi

Menjadi rumah sakit bernuansa Islam yang memiliki citra positif

dan mampu memberikan pelayanan secara paripurna kepada

masyarakat.

2. Misi

a. Melaksanakan integralisasi nilai Islam ke seluruh aspek manajemen

pelayanan.

b. Mengembangkan sumber daya manusia Islami yang tanggu, handal

dan berakhlak mulia.

c. Mengupayakan kepuasan dan kesan mendalam kepada pelanggan

secara berkelanjutan.

d. Memberikan dukungan dalam penyediaan fasilitas pendidikan dan

pelatihan dibidang medis/kesehatan kepada masyarakat.

e. Menjadi bagian integral dari jaringan pelayanan kesehatan nasional

c. Fasilitas RS. Syarif Hidayatullah

RS. Syarif Hidayatullah mempunyai fasilitas yang terbagi menjadi 3

unit:

Pelayanan 24 Jam , yang meliputi : Unit Gawat Darurat (UGD),

Persalinan, Apotek, Laboratorium, Radiologi, Pelayanan

Ambulance.

Rawat Jalan , yang meliputi : Unit Gawat Darurat (UGD), Klinik

Gigi & Mulut, Klinik Spesialis Orthodontic, Klinik Spesialis Anak,

Klinik Spesialis Kandungan, Klinik Spesialis Penyakit Dalam,

Klinik Spesialis THT, Klinik Spesialis Mata, Klinik Spesialis Kulit

& Kelamin, Klinik Spesialis Syaraf, Klinik Spesialis Bedah Umum,

Klinik Spesialis Bedah Mulut, Klinik Spesialis Jantung, Klinik

Spesialis Orthopedi & Traumatologi, Klinik Spesialis Gizi Klinis,

Psikiater, Psikologi.

Page 64: Tuti Alawiyah

Rawat Inap , Meliputi : Ruang Perawatan yang terdiri dari Kelas

Utama, Kelas I, Kelas II, Kelas III. Dan Pelayanan Tindakan Medis

yang terdiri dari Kamar Tindakan, Kamar Bersalin, Kamar Operasi,

Kamar Bayi.

d. Pengembangan RS. Syarif Hidayatullah

Pengembangan yang akan dilakukan pada tahun 2007-2010

1. Pengembangan gedung agar sesuai rencana induk (master plan RS)

2. Penyediaan layanan rawat intensif (intensive care)

3. Perluasan jenis layanan bedah/operasi

4. Pengembangan layanan medical check up, diagnostik dan penunjang

medis.

e. Profil perawat RS. Syarif Hidayatullah

Perawat adalah seorang petugas kesehatan professional bertujuan untuk

merawat, menjaga keselamatan dan menyembuhkan orang yang sakit

atau terluka baik akut maupun kronik, melakukan perencanaan

perawatan kesehatan dan melakukan perawatan gawat darurat dalam

kerangka pemeliharaan kesehatan dalam lingkup yang luas. Perawat di

RS. Syarif Hidayatullah berjumlah 43 orang yang tersebar di 3 unit kerja

yaitu 10 orang di UGD (Unit Gawat Darurat), 18 orang di rawat inap dan

15 orang di rawat jalan. Tugas perawat di RS. Syarif Hidayatullah

adalah:

1. Menyiapkan fasilitas dan lingkungan untuk kelancaran pelayanan.

2. Melakukan pertolongan pertama kepada pasien dalam keadaan darurat

secara tepat dan cepat.

3. Memberikan asuhan keperawatan kepada seluruh pasien dan

melaksanakan evaluasi tindakan perawatan yang telah dilakukan.

4. Menciptakan dan memelihara hubungan kerja sama yang baik dengan

anggota tim (dokter, ahli gizi, analis, pekarya, pekarya rumah tangga).

5. Melaksanakan tugas jaga pagi, sore, malam dan hari libur secara

bergiliran sesuai dengan jadwal dinas.

6. Mengikuti pertemuan ilmiah dan penataran untuk meningkatkan

pengetahuan serta keterampilan.

Page 65: Tuti Alawiyah

7. Memberikan health education kepada pasien dan keluarga.

4.1.2 Analisis Univariat

4.1.2.1 Gambaran Pola Tidur Perawat di RS. Syarif Hidayatullah

Indikator pola tidur pada penelitian ini berdasarkan pada 16

pertanyaan mengenai kualitas dan kuantitas tidur, jawaban pekerja atas

pertanyaan tersebut kemudian diberi skor. Untuk memudahkan analisis,

setelah diperoleh skor total dari seluruh pertanyaan, maka pola tidur

pekerja dikategorikan menjadi dua yaitu pola tidur tidak baik dan pola

tidur baik. Distribusi pekerja berdasarkan kualitas tidur dapat terlihat

pada tabel 4.1

Tabel 4.1

Distribusi kualitas tidur berdasarkan keluhan perawat

di RS. Syarif Hidayatullah tahun 2009

Kualitas tidur Shift Non shift Tidak

mengalami

keluhan

N % N % N %

Sulit tidur 12 29,3% 6 14,6% 23 56,1%

Penggunaan

obat tidur

2 4,9% 0 0% 39 95,1%

Sering

terbangun

22 53,6% 14 34,2% 5 12,2%

Sulit tertidur

kembali

23 56,1% 13 31,7% 5 12,2%

Mimpi buruk 9 22% 10 24,4% 22 53,6%

Tidak segar saat

terbangun

18 43,9% 13 31,7% 10 24,4%

Sulit terbangun 23 56,1% 16 39% 2 4,9%

Tidur tidak

nyenyak

19 46,3% 15 36,6% 7 17,1%

Page 66: Tuti Alawiyah

Tidur secara

bertahap

16 39% 9 22% 16 39%

Mengantuk saat

bekerja

25 61% 16 39% 0 0%

Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa diantara seluruh keluhan,

yang paling sering dirasakan oleh perawat shift adalah mengantuk saat

bekerja dan sulit terbangun yaitu sebanyak 25 orang (61%) dan sulit

terbangun sebanyak 16 orang (39%) pada perawat non shift.

Distribusi perawat shift dan non shift berdasarkan kualitas tidur yang

baik dan tidak dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2

Distribusi kualitas tidur perawat di RS. Syarif Hidayatullah tahun 2009

Kualitas tidur Waktu kerja

Shift Non shift

N % N %

Berkualitas 12 29,3% 7 17,1%

Tidak berkualitas 13 31,7% 9 21,9%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa diantara seluruh perawat shift

yang memiliki tidur yang berkualitas sebanyak 12 orang (29,3%) dan

tidak berkualitas sebanyak 13 orang (31,7%) sedangkan, perawat non

shift yang memiliki tidur yang berkualitas sebanyak 7 orang (17,1%) dan

yang tidak berkualitas sebanyak 9 orang (21,9%).

Sedangkan, distribusi perawat shift dan non shift berdasarkan

kuantitas tidur yang cukup dan kurang dapat dilihat pada tabel 4.3.

Page 67: Tuti Alawiyah

Tabel 4.3

Distribusi kuantitas tidur perawat di RS. Syarif Hidayatullah tahun 2009

Kuantitas tidur Waktu kerja

Shift Non shift

N % N %

Cukup tidur(≥ 7 jam) 6 14,6% 7 17,1%

Kurang tidur (< 7 jam) 19 46,3% 9 22%

Dari tabel tersebut diketahui bahwa pada perawat shift yang

mengalami tidur yang cukup sebanyak 6 orang (14,6%) dan kurang tidur

sebanyak 19 orang (46,3%) sedangkan, perawat non shift yang

mengalami tidur yang cukup sebanyak 7 orang (17,1%) dan kurang tidur

sebanyak 9 orang (22%).

4.1.2.2 Gambaran Penerapan Shift Kerja yang Dilaksanakan di RS. Syarif

Hidayatullah Tahun 2009

RS. Syarif Hidayatullah merupakan rumah sakit yang menerapkan

kerja shift dalam menjalankan proses pelayananannya. Sistem shift yang

digunakan adalah bekerja selama 6 hari berturut-turut yang diikuti hari

istirahat selama 1 hari. Hari kerja adalah senin sampai dengan minggu

dengan ketentuan bahwa 1 hari diantaranya adalah hari libur. Waktu

kerja yang diterapkan adalah 7 jam kerja per hari untuk shift pagi dan

sore, dan 10 jam kerja per hari untuk pekerja shift malam.

4.1.2.3 Gambaran Karakteristik Perawat di RS. Syarif Hidayatullah Tahun

2009.

Karakteristik perawat dalam penelitian ini meliputi usia perawat, masa

kerja shift, dan status perkawinan perawat. Distribusi perawat di RS.

Syarif Hidayatullah menurut karakteristiknya dapat terlihat pada tabel

4.4.

Page 68: Tuti Alawiyah

Tabel 4.4

Distribusi perawat di RS. Syarif Hidayatullah

berdasarkan karakteristiknya tahun 2009

Variabel N %

1. Usia perawat

< 27 tahun

≥ 27 tahun

27

14

65,9%

34,1%

2. Jenis kelamin

Laki-laki

Perempuan

13

28

31,7%

68,3%

3. Masa kerja shift

< 4 tahun

≥ 4 tahun

30

11

73,2%

26,8%

4. Status perkawinan

Menikah

Belum menikah

20

21

48,8%

51,2%

Usia Perawat

Gambaran usia dilaporkan bahwa perawat yang diteliti memiliki

kisaran usia 20 – 43 tahun. Perawat terbanyak adalah perawat yang

berusia di bawah 27 tahun yaitu sebanyak 27 orang (65,9%),

sedangkan perawat yang berusia di atas 27 tahun sebanyak 14 orang

(34,1%).

Jenis kelamin

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa dari 41 perawat terdapat 13

orang (31,7%) dengan jenis kelamin laki-laki, dan 28 orang (68,3%)

lainnya adalah perawat dengan jenis kelamin perempuan.

Masa Kerja Shift

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa dari 41 perawat yang

diteliti terdapat 30 orang (73,2%) yang memiliki masa kerja di bawah

4 tahun, dan 11 orang (26,8%) lainnya adalah perawat yang telah

melalui masa kerja shift di atas 4 tahun di RS. Syarif Hidayatullah.

Status Perkawinan Perawat

Distribusi perawat berdasarkan status perkawinannya dapat

terlihat pada tabel 4.4. berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa

perawat yang yang berstatus belum menikah daripada perawat yang

Page 69: Tuti Alawiyah

berstatus menikah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 41

perawat yang diteliti terdapat sebanyak 20 orang (48,8%) yang

memiliki status menikah, dan 21 orang (51,2%) lainnya belum

menikah.

Tabel 4.5

Distribusi usia yang berisiko mengalami gangguan pola tidur

pada perawat di RS. Syarif Hidayatullah tahun 2009

Usia Kualitas tidur Total

Baik Tidak

N % N %

< 27

tahun

14 34,1% 13 31,7% 27(65,8%)

≥ 27

tahun

5 12,2% 9 22% 14 (34,2%)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa usia pada perawat yang

berisiko mengalami gangguan pola tidur lebih banyak pada usia di

bawah 27 tahun sebanyak 13 orang dan pada usia di atas 27 tahun

sebanyak 9 orang sedangkan, perawat yang tidak mengalami

gangguan pola tidur lebih banyak pada usia di bawah 27 tahun yaitu

sebanyak 14 orang dan pada usia di atas 27 tahun sebanyak 5 orang.

Tabel 4.6

Distribusi jenis kelamin yang berisiko mengalami gangguan pola tidur

pada perawat di RS. Syarif Hidayatullah tahun 2009

Jenis

kelamin

Kualitas tidur Total

Baik Tidak

N % N %

Laki-laki 8 19,5% 5 12,2% 13(31,7%)

Perempuan 11 26,8% 17 41,5% 28(68,3%)

Page 70: Tuti Alawiyah

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jenis kelamin pada

perawat yang berisiko mengalami gangguan pola tidur lebih banyak

pada perempuan sebanyak 17 orang dan pada laki-laki sebanyak 5

orang sedangkan, perawat yang tidak mengalami gangguan pola tidur

lebih banyak pada perempuan yaitu sebanyak 11 orang dan pada

perawat laki-laki sebanyak 8 orang.

Tabel 4.7

Distribusi masa kerja shift yang berisiko mengalami gangguan

pola tidur pada perawat di RS. Syarif Hidayatullah tahun 2009

Masa

kerja

shift

Kualitas tidur Total

Baik Tidak

N % N %

< 4 tahun 14 29,3% 16 43,9% 30(73,2%)

≥ 4 tahun 5 12,2% 6 14,6% 11(26,8%)

Berdasarkan tabel di atas dilaporkan distribusi masa kerja shift

pada perawat yang berisiko mengalami gangguan pola tidur terjadi

pada perawat yang mempunyai masa kerja shift di bawah 4 tahun

yaitu sebanyak 16 orang dan perawat yang mempunyai masa kerja

shitf di atas 4 tahun sebanyak 6 orang sedangkan perawat yang tidak

berisiko mengalami gangguan pola tidur lebih banyak terjadi pada

perawat yang memiliki masa kerja shift di bawah 4 tahun yaitu

sebanyak 14 orang dibandingkan dengan perawat yang mempunyai

masa kerja shift di atas 4 tahun sebanyak 5 orang.

Page 71: Tuti Alawiyah

Tabel 4.8

Distribusi status perkawinan yang berisiko mengalami gangguan

pola tidur pada perawat di RS. Syarif Hidayatullah tahun 2009

Status

perkawinan

Kualitas tidur Total

Baik Tidak

N % N %

Menikah 8 19,5% 12 29,3% 20(48,8%)

Belum

menikah

11 26,8% 10 62,5% 21(51,2%)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui distribusi status

perkawinan yang mempunyai risiko gangguan pola tidur lebih banyak

terjadi pada perawat yang berstatus menikah yaitu sebanyak 12 orang

dibandingkan dengan perawat yang belum menikah sebanyak 10

orang sedangkan, perawat yang tidak mempunyai risiko gangguan

pola tidur lebih banyak terjadi pada perawat yang belum menikah

yaitu sebanyak 11 orang dibandingkan dengan perawat yang sudah

menikah yaitu sebanyak 8 orang.

4.1.2.4 Gambaran Gaya Hidup Perawat di RS. Syarif Hidayatullah Tahun

2009

Gaya hidup perawat dalam penelitian ini meliputi kebiasaan merokok,

konsumsi alkohol, konsumsi kafein, dan penggunaan obat tidur.

Distribusi perawat di RS. Syarif Hidayatullah menurut gaya hidup dapat

terlihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9

Distribusi perawat di RS. Syarif Hidayatullah

berdasarkan gaya hidup tahun 2009

Variabel N %

1. Kebiasaan merokok

Ya

Tidak

4

37

9,8%

90,2%

2. Konsumsi alkohol

Page 72: Tuti Alawiyah

Ya

Tidak

2

39

4,9%

95,1%

3. Konsumsi kafein

Sering

Jarang

12

29

29,3%

70,7%

4. Penggunaan obat tidur

Ya

Tidak

2

39

4,9%

95,1%

Kebiasaan Merokok Perawat

Berdasarkan data pada tabel 4.9 diketahui bahwa dari 4 perawat

yang memiliki kebiasaan merokok dalam penelitian ini dibagi menjadi

dua kategori yaitu ya (merokok) dan tidak (tidak merokok). Hasil

penelitian terlihat dalam tabel 4.8 menunjukkan bahwa terdapat 4

orang (9,8%) pekerja yang memiliki kebiasaan merokok, dan 37 orang

(90,2%) pekerja yang lain tidak memiliki kebiasaan merokok. Perawat

yang memilki kebiasaan merokok biasanya merokok 4-12 batang per

hari.

Tabel 4.10

Distribusi kebiasaan merokok yang berisiko mengalami gangguan

pola tidur pada perawat di RS. Syarif Hidayatullah tahun 2009

Kebiasaan

merokok

Kualitas tidur Total

Baik Tidak

N % N %

Ya 4 9,7% 0 0% 4(9,7%)

Tidak 15 36,6% 22 53,7% 37(90,3%)

Dari tabel 4.10 dapat dilaporkan distribusi perawat yang

mempunyai kebiasaan merokok yang berisiko mengalami gangguan

pola tidur terjadi pada perawat yang tidak mempunyai kebiasaan

merokok yaitu sebanyak 22 orang sedangkan, perawat yang tidak

mempunyai gangguan pola tidur lebih banyak terdapat pada perawat

Page 73: Tuti Alawiyah

yang tidak mempunyai kebiasaan merokok yaitu sebanyak 15 orang

dibandingkan dengan perawat yang mempunyai kebiasaan merokok

sebanyak 4 orang.

Konsumsi Alkohol

Gambaran kebiasaan mengkonsumsi alkohol pada perawat yang

diteliti dapat terlihat pada tabel 4.9. Kebiasaan mengkonsumsi alkohol

perawat dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kategori yaitu ya dan

tidak. Dari hasil penelitian dilaporkan bahwa perawat yang

mengkonsumsi minuman beralkohol lebih sedikit yaitu sebanyak 2

orang (4,9%) dibandingkan dengan perawat yang tidak mengkonsumsi

minuman beralkohol sebanyak 39 orang (95,1%).

Tabel 4.11

Distribusi konsumsi alkohol yang berisiko mengalami gangguan

pola tidur pada perawat di RS. Syarif Hidayatullah tahun 2009

Konsumsi

alkohol

Kualitas tidur Total

Baik Tidak

N % N %

Ya 2 4,8% 0 4,8% 2(4,8%)

Tidak 17 41,5% 22 53,7% 39(95,2%)

Dari tabel 4.11 dapat dilaporkan bahwa distribusi kebiasaan

mengkonsumsi minuman beralkohol yang berisiko mengalami

gangguan pola tidur hanya terjadi pada perawat yang tidak

mempunyai kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol yaitu

sebanyak 22 orang sedangkan, perawat yang tidak mempunyai

gangguan pola tidur lebih banyak terdapat pada perawat yang tidak

mempunyai kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol yaitu

sebanyak 17 orang dibandingkan dengan perawat yang mempunyai

kebiasaan mengkonsumsi alkohol yaitu sebanyak 2 orang.

Page 74: Tuti Alawiyah

Konsumsi Kafein

Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa jumlah pekerja yang

sering mengkonsumsi minuman berkafein lebih sedikit dibandingkan

dengan pekerja yang jarang mengkonsumsi minuman berkafein, yaitu

sebanyak 12 orang (29,3%). Sedangkan, yang jarang mengkonsumsi

minuman berkafein sebanyak 29 orang (70,7%).

Tabel 4.12

Distribusi konsumsi kafein yang berisiko mengalami gangguan pola

tidur pada perawat di RS. Syarif Hidayatullah tahun 2009

Konsumsi

kafein

Kualitas tidur Total

Baik Tidak

N % N %

Sering 8 19,5% 4 9,7% 12(29,2%)

Jarang 11 26,8% 18 44% 29(70,8%)

Dari tabel 4.12 dapat diketahui distribusi kebiasaan mengkonsumsi

minuman berkafein yang mempunyai risiko gangguan pola tidur lebih

banyak terjadi pada perawat yang jarang mengkonsumsi minuman

beralkohol yaitu sebanyak 18 orang dibandingkan dengan yang sering

mengkonsumsi minuman berkafein yaitu sebanyak 4 orang sedangkan,

perawat yang tidak mengalami gangguan pola tidur lebih banyak

terjadi pada perawat yang jarang mengkonsumsi minuman berkafein

yaitu sebanyak 11 orang dibandingkan dengan perawat yang sering

mengkonsumsi minuman berkafein yaitu sebanyak 8 orang.

Penggunaan Obat Tidur

Berdasarkan data pada tabel 4.9 kebiasaan perawat dalam

menggunakan obat tidur, dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga

kategori yaitu ya, kadang-kadang dan tidak pernah. Dari hasil

penelitian dilaporkan bahwa perawat yang jarang menggunakan obat

Page 75: Tuti Alawiyah

tidur lebih sedikit yaitu sebanyak 2 orang (4,9%) dibandingkan

dengan perawat yang tidak menggunakan obat tidur sebanyak 39

orang (95,1%).

Dari tabel 4.13 dapat diketahui distribusi kebiasaan mengkonsumsi

obat tidur yang mempunyai risiko mengalami gangguan pola tidur

hanya terjadi pada perawat yang tidak mempunyai kebiasaan

mengkonsumsi obat tidur yaitu sebanyak 22 orang sedangkan, perawat

yang tidak mempunyai gangguan pola tidur lebih banyak terdapat

pada perawat yang tidak mempunyai kebiasaan mengkonsumsi obat

tidur yaitu sebanyak 17 orang dibandingkan dengan perawat yang

mempunyai kebiasaan mengkonsumsi obat tidur yaitu sebanyak 2

orang.

Tabel 4.13

Distribusi konsumsi obat tidur yang berisiko mengalami gangguan

pola tidur pada perawat di RS. Syarif Hidayatullah tahun 2009

Konsumsi

obat tidur

Kualitas tidur Total

Baik Tidak

N % N %

Ya 2 4,8% 0 0% 2(4,8%)

Tidak 17 41,5% 22 53,7% 39(95,2%)

4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 Keterbatasan Penelitian

a. Hasil penelitian ini merupakan gambaran suatu keadaan pada saat

tertentu, artinya gambaran pola tidur seluruh perawat shift dan non shift

RS. Syarif Hidayatullah pada saat ini dan dapat berubah pada saat yang

akan datang. Dengan demikian hasil penelitian tidak dapat

digeneralisasikan pada waktu dan tempat yang berbeda.

Page 76: Tuti Alawiyah

b. Peneliti tidak dapat mengobservasi secara langsung pola tidur perawat

ketika berada di rumah. Dengan demikian, penelitian ini hanya

mengkaji secara subjektif sehingga pembahasan yang dikemukakan

pada penelitian ini merupakan asumsi peneliti kemudian dibandingkan

dengan teori yang ada.

c. Hasil penelitian tidak dapat digeneralisir ke responden perawat di

intansi lain dikarenakan penelitian ini menggunakan sampel jenuh.

d. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang berisi pertanyaan untuk

mengukur pola tidur yang sudah disediakan alternatif jawabannya,

sehingga memungkinkan responden tidak dapat mengemukakan

jawabannya dengan bebas.

e. Kelemahan penggunaan kuesioner pada penelitian ini antara lain :

Kesibukan responden pada saat bekerja menyebabkan responden

agak lambat dalam pengisian kuesioner.

Bentuk pertanyaan pada kuesioner harus di buat sesederhana

mungkin agar responden dapat dengan mudah memahami maksud

dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Kualitas data yang diperoleh tergantung dari motivasi pekerja pada

saat pengisian kuesioner dilakukan.

4.2.2 Pola Tidur

Bagi setiap manusia tidur merupakan fenomena biologis alamiah yang

terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Tidur merupakan proses yang sangat

diperlukan oleh manusia untuk pembentukan sel tubuh yang baru,

perbaikan sel tubuh yang rusak, serta memberi waktu bagi organ tubuh

untuk beristirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme

tubuh. Dalam tidur seseorang akan beralih dari fase sadar ke tidak sadar.

Tidur yang cukup dan berkualitas akan membantu seseorang memiliki

energi, sehingga dapat mempersiapkan diri untuk kembali melakukan

aktivitas setelah terbangun.

Tidur merupakan suatu cara untuk melepaskan kelelahan jasmani dan

kelelahan mental (Japardi, 2002). Tidur yang baik adalah tidur yang selalu

mengikuti pola normal. Pola tidur merupakan model, bentuk, atau corak

Page 77: Tuti Alawiyah

tidur dalam jangka waktu yang relatif menetap serta meliputi jadwal jatuh

tidur dan bangun, irama tidur, frekuensi tidur dalam sehari,

mempertahankan kondisi tidur, dan kepuasan tidur (Noor, 2003).

Pola tidur perawat dalam penelitian ini ditinjau dari kualitas dan

kuantitas tidur pekerja tersebut. Dari hasil penelitian yang terdapat pada

tabel 4.1 dan tabel 4. 2 diketahui bahwa perawat yang mengalami

gangguan pola tidur lebih banyak dibandingkan perawat yang tidak

mengalami gangguan pola tidur.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Afriani

dalam Putri bahwa pekerja yang mengalami gangguan pola tidur lebih

banyak jika dibandingkan dengan yang tidak mengalami ganggun pola

tidur. Afriani (2002) dalam Handayani (2008), mengungkapkan bahwa

56% gangguan pola tidur dialami oleh perawat di instalasi rawat inap

Rumah Sakit Pusat Pertamina. Selain itu dalam sebuah penelitian pada

pekerja shift di PT. Bridgestone menunjukkan bahwa 53,4% pekerja

mengalami perubahan pada pola tidurnya (Handayani, 2008).

Hasil penelitian ini didukung oleh pernyataan perawat yang

menjelaskan bahwa waktu yang perawat butuhkan untuk tidur dalam

sehari berkurang. Distribusi kuantitas tidur perawat dapat terlihat pada

tabel 4.3, berdasarkan data pada tabel tersebut diketahui bahwa sebagian

besar perawat mengeluhkan waktu yang mereka butuhkan untuk tidur

menjadi kurang dari 7 jam per hari terutama pada hari kerja.

Hal tersebut sejalan dengan adanya penelitian yang melaporkan bahwa

40% responden mengeluhkan bahwa jam tidur mereka berkurang menjadi

di bawah 7 – 8 jam pada hari kerja (Bell, 2005).

4.2.3 Gambaran shift kerja

Pola tidur pekerja dalam penelitian ini ditinjau dari kualitas dan

kuantitas tidur perawat yang mengalami sistem kerja shift dan non shift

tersebut. Dari hasil penelitian yang ditinjau dari kualitas tidur yang

Page 78: Tuti Alawiyah

terdapat pada tabel 4.2 diketahui bahwa perawat yang mengalami

gangguan pola tidur lebih banyak pada perawat yang bekerja dengan

sistem shift dibandingkan perawat yang bekerja dengan sistem non shift.

Hasil penelitian yang ditinjau dari kuantitas tidur yang terdapat pada tabel

4.3 diketahui bahwa perawat yang mengalami gangguan pola tidur lebih

banyak pada perawat yang bekerja dengan sistem shift dibandingkan

perawat yang bekerja dengan sistem non shift.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan pada 877 staf

rumah sakit jiwa di Prancis tahun 2002, bahwa responden yang bekerja

dengan rotasi shift lebih sering mengalami keluhan sulit tidur

dibandingkan dengan pekerja shift pagi, dan durasi tidur menjadi lebih

pendek dibandingkan dengan pekerja lain (Maurice, 2007). Selain itu,

penelitian yang dilakukan oleh Afriani (2002)dalam Handayani (2008)

menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara shift kerja

dengan pola tidur, diantara 112 perawat yang mengalami gangguan pola

tidur, paling banyak dialami oleh pekerja yang bertugas pada malam hari

(shift malam). Demikian pula pada penelitian Rosmaliana (2004) dalam

Handayani (2008) yang menyebutkan bahwa 69,7% dari 88 orang pekerja

yang mengalami gangguan pola tidur adalah pekerja shift malam

(Handayani, 2008).

Distribusi kuantitas tidur pekerja dapat terlihat pada tabel 4.3,

berdasarkan data pada tabel tersebut diketahui bahwa sebagian besar

perawat shift mengeluhkan waktu yang mereka butuhkan untuk tidur

menjadi kurang dari 7 jam per hari terutama pada hari kerja.

Menurut NSF, gangguan tidur dapat menimbulkan beberapa efek pada

manusia. Ketika kurang tidur seseorang akan berpikir dan bekerja lebih

lambat, membuat banyak kesalahan, dan sulit untuk mengingat sesuatu.

Hal ini mengakibatkan penurunan produktivitas kerja dan dapat

menyebabkan kecelakaan. Selanjutnya, di Amerika kerugian akibat hal di

atas diperkirakan mencapai 18 milyar dollar per tahun. Efek lainnya pada

pekerja yaitu pekerja menjadi lebih cepat marah, tidak sabar, gelisah, dan

Page 79: Tuti Alawiyah

depresi. Masalah ini dapat mengganggu pekerjaan dan hubungan keluarga,

serta mengurangi aktivitas sosial (NSF, 2005). Selain itu, Bell

menambahkan bahwa gangguan tidur yang tidak segera diatasi dalam

jangka waktu yang lama akan berhubungan dengan penyakit-penyakit

serius seperti tekanan darah tinggi, serangan jantung, gangguan jantung,

stroke, kegemukan, dan kecelakaan. Selain itu gangguan tidur juga dapat

berpengaruh terhadap masalah kesehatan psikis seperti depresi, gangguan

jiwa, kerusakan mental, mempengaruhi pertumbuhan janin dan anak-anak,

serta terjadinya penurunan kualitas hidup (Bell, 2005).

4.2.4 Gambaran distribusi usia

Berdasarkan data pada tabel 4.4 diketahui bahwa distribusi perawat

berdasarkan usia kurang merata, perawat yang berusia kurang dari 27

tahun jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan perawat yang berusia

lebih dari 27 tahun. Hal ini dikarenakan usia-usia tersebut merupakan usia

produktif untuk bekerja. Rumah sakit menerapkan sistem rotasi shift pada

seluruh perawat yang mengikuti sistem shift, baik perawat yang berusia

kurang dari 27 tahun maupun 27 tahun atau lebih. Dari tabel 4.5 diketahui

bahwa pola tidur yang kurang baik paling banyak dialami oleh perawat

yang berusia kurang dari 27 tahun. Hal ini dapat disebabkan oleh jumlah

perawat yang berusia kurang dari 27 tahun lebih banyak dibanding dengan

usia lebiha dari 27 tahun.

Selanjutnya, Grandjean menjelaskan bahwa pekerja yang berusia

kurang dari 25 tahun atau lebih dari 50 tahun merupakan usia yang rentan

mengalami gangguan tidur. Hal ini didasarkan pada kemampuan pekerja

untuk beradaptasi dengan lingkungan kerjanya, dimana usia di bawah 25

tahun merupakan usia awal seorang pekerja untuk bekerja, sehingga pada

masa inilah pekerja mulai beradaptasi dengan pekerjaannya. Sedangkan

untuk pekerja yang berusia di atas 50 tahun didasarkan pada banyaknya

keluhan kesehatan dan penurunan terhadap beberapa fungsi organ yang

timbul pada usia tersebut, hal ini diduga dapat menyebabkan gangguan

pada pola tidur pekerja (Grandjean, 1998).

Page 80: Tuti Alawiyah

Berdasarkan data yang diperoleh, kisaran usia pekerja yang diteliti

adalah 20 – 43 tahun. Apabila disesuaikan dengan pendapat Grandjean di

atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar perawat RS. Syarif

Hidayatullah memiliki risiko yang cukup besar untuk mengalami

perubahan pola tidur .

4.2.5 Gambaran distribusi jenis kelamin

Berdasarkan data dari tabel 4.6 diperoleh bahwa perawat perempuan

lebih banyak mengalami gangguan pola tidur dibandingkan dengan

perawat laki-laki. Hal ini mungkin disebabkan oleh jumlah perawat wanita

kurang lebih dua kali lebih banyak dibandingkan dengan perawat laki-laki.

Hal ini sejalan dengan penelitian seorang staf bagian obstetri dan

ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, gangguan tidur

lebih sering dialami oleh perempuan dibandingkan dengan laki-laki.

Penyebab gangguan tidur pada perempuan antara lain :

a. Stres psikis, secara statistik 34% kaum perempuan lebih sering

mengalami gangguan tidur jika dibandingkan dengan laki-laki yang

hanya sekitar 22% yang mengalaminya. Kemungkinan hal ini dapat

terjadi karena perempuan merupakan pribadi yang lebih sensitif

(Remelda, 2008).

b. Gangguan mitra tidur, kurang lebih 17% perempuan mengeluh

mengalami kesulitan tidur karena mitra tidurnya memiliki kebiasaan

mendengkur dan hanya 5% dari laki-laki yang mengalami hal serupa

(Remelda, 2008).

c. Pekerja malam seperti perawat rumah sakit, penjaga malam, buruh

pabrik, dan lain-lain. Perempuan yang bekerja pada malam hari lebih

sering mengalami gangguan tidur, mereka juga biasanya mengalami

gangguan siklus haid dan masalah kehamilan (Remelda, 2008).

d. Terkait dengan masalah haid, gangguan tidur terjadi pada saat hormon

progesterone mengalami penurunan, yaitu beberapa hari menjelang

datangnya haid (hari ke 22 – 28 dari siklus haid) (Remelda, 2008).

Page 81: Tuti Alawiyah

e. Terkait dengan masalah kehamilan, pada kehamilan 7 – 9 bulan

biasanya perempuan hamil akan mengalami gangguan tidur.

Berdasarkan data statistik diketahui sekitar 97% perempuan akan lebih

sering terbangun pada tengah malam dan sukar untuk tertidur kembali,

dan sekitar 30% perempuan yang tidak pernah mendengkur akan tidur

dengan mendengkur (Remelda, 2008).

4.2.6 Gambaran masa kerja shift

Berdasarkan data pada tabel 4.4, distribusi perawat menurut masa kerja

shift kurang merata. Hal ini dikarenakan sebagian besar perawat memiliki

lama masa kerja shift yang telah dilalui adalah di bawah 4 tahun. Data

pada tabel 4.7 terlihat bahwa pola tidur kurang baik paling banyak dialami

oleh perawat dengan masa kerja shift kurang dari 4 tahun.

Hal ini sejalan dengan penelitian Bohle (1991) dalam Handayani

(2008) gangguan pola tidur biasa terjadi pada 5 tahun pertama atau pada

masa adaptasi. Jika ditinjau secara teoritis masalah serius baru akan terjadi

pada saat masa kerja shift mencapai 30 tahun, karena efek dari kerja shift

pada gangguan pola tidur bersifat akumulasi (Handayani, 2008).

Selain karena adanya proses adaptasi pada perawat yang mengalami

masa kerja shift kurang dari 4 tahun, dalam penelitian ini juga di dapatkan

data bahwa perawat yang mengalami masa kerja kurang dari 4 tahun

jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah perawat yang

mengalami masa kerja shift lebih dari 4 tahun sehingga yang mengalami

gangguan pola tidur lebih banyak pada perawat yang mengalami masa

kerja shift kurang dari 4 tahun.

4.2.7 Gambaran status perkawinan

Status perkawinan merupakan faktor internal ketiga yang diduga dapat

mempengaruhi pola tidur perawat. Berdasarkan data pada tabel 4.4

diketahui bahwa perawat yang berstatus menikah lebih banyak

dibandingkan dengan perawat yang belum menikah. Hal ini diduga

disebabkan oleh faktor usia dan kemapanan pekerja, biasanya usia 25

Page 82: Tuti Alawiyah

tahun merupakan usia yang ideal bagi seorang laki-laki untuk menikah dan

21 tahun bagi seorang wanita menikah. Ditambah lagi apabila perawat

tersebut sudah mempunyai pekerjaan yang tetap, sehingga mereka merasa

telah memiliki kemampuan untuk membina rumah tangga.

Data pada tabel 4.8, menunjukkan bahwa perawat yang mengalami

gangguan pola tidur paling banyak dialami oleh perawat yang berstatus

menikah dibandingkan dengan perawat yang belum menikah.

Hal ini sejalan dengan Maasen et.al dalam Handayani (2008) status

perkawinan sangat mempengaruhi tidur pekerja shift. pekerja yang sudah

menikah cenderung mengalami gangguan pola tidur yang lebih tinggi

karena bertambahnya tanggung jawab terhadap keluargaseperti istri atau

suami dan anak-anak. Pekerja yang belum menikah lebih bebas memulai

tidur kapan saja ketika selesai bekerja tanpa harus terbebani oleh tugas-

tugas lain (Handayani, 2008).

Colligan et al (1997) dalam Handayani (2008) menjelaskan bahwa

status perkawinan merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan

perubahan pada pola tidur. Biasanya kegiatan sosial dan keluarga terjadi

pada sore hari atau saat akhir pekan. Pekerja shift seharusnya beristirahat

ketika kembali ke rumah, akan tetapi waktu untuk beristirahat sering kali

digunakan untuk kegiatan keluarga sehingga waktu untuk tidur menjadi

berkurang dan dapat berakibat pada pola tidur pekerja (Handayani, 2008).

4.2.8 Gambaran kebiasaan mengkonsumsi rokok

Berdasarkan data pada tabel 4.9, distribusi pekerja berdasarkan

kebiasaan merokok kurang merata, perawat yang tidak memiliki kebiasaan

merokok lebih banyak dibandingkan dengan perawat yang memiliki

kebiasaan merokok.

Data pada tabel 4.10 terlihat bahwa yang mengalami gangguan pola

tidur paling banyak dialami oleh perawat yang tidak memiliki kebiasaan

merokok dibandingkan dengan perawat yang memiliki kebiasaan merokok.

Page 83: Tuti Alawiyah

Hal ini dapat disebabkan karena perawat merupakan petugas kesehatan

yang mengerti akan efek samping yang kurang baik dari rokok, selain itu

dapat juga disebabkan oleh jumlah perawat perempuan jauh lebih banyak

dibandingkan dengan perawat laki-laki.

Gangguan tidur dapat disebabkan oleh banyak faktor salah satunya

adalah faktor gaya hidup yang meliputi kafein, alkohol, dan nikotin yang

berasal dari rokok (Noor, 2003).

Hal ini sejalan dengan penelitian Kurnialyn (2002) yang dikutip dari

Handayani (2008) dinyatakan bahwa ada hubungan antara gangguan tidur

dengan kebiasaan merokok pada responden yang diteliti. Hal ini dapat

terlihat dari hasil P value yang diperoleh yaitu sebesar 0,001 lebih rendah

dari nilai alphanya (0,05). Dari hasil odds ratio yang diperoleh, dapat

ditarik kesimpulan bahwa responden yang tidak memilki kebiasaan

merokok memiliki peluang yang lebih besar untuk mengalami gangguan

tidur jika dibandingkan dengan responden yang memiliki kebiasaan

merokok (Handayani,2008).

4.2.9 Gambaran kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol

Berdasarkan data pada tabel 4.8 diketahui bahwa perawat yang

mengkonsumsi minuman beralkohol lebih sedikit dibandingkan dengan

perawat yang tidak mengkonsumsi minuman beralkohol. Hal ini

disebabkan karena sebagian besar perawat di bagian produksi beragama

Islam. Islam mengharamkan setiap umat-Nya mengkonsumsi minuman

beralkohol, apalagi sampai memiliki kebiasaan. Jika ditinjau dari segi

kesehatan, alkohol dapat berdampak buruk bagi kesehatan setiap orang

yang mengkonsumsinya secara berlebihan. Selain itu dapat juga

disebabkan oleh karena perawat merupakan petugas kesehatan sehingga

mengetahui efek samping alkohol yang kurang baik serta adanya jumlah

perawat perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah perawat

laki-laki.

Page 84: Tuti Alawiyah

Data pada tabel 4.11, menunjukkan bahwa perawat yang tidak

mengkonsumsi alkohol lebih banyak mengalami gangguan pola tidur

dibandingkan dengan perawat yang mengkonsumsi alkohol.

Mengkonsumsi alkohol dan kafein merupakan salah satu penyebab

gangguan tidur yang diakibatkan oleh faktor gaya hidup (Klein, 2004).

Colligan et al (1997) dalam Handayani (2008) menjelaskan bahwa seorang

pekerja shift sering kali mengkonsumsi alkohol agar mudah tertidur.

Alkohol dapat membuat seseorang menjadi mudah tertidur. Alkohol dapat

membuat seseorang menjadi mudah tertidur, tetapi dapat juga

mengganggu tidur. Setelah mengkonsumsi alkohol, seseorang menjadi

sering terbangun dari tidurnya dan kemudian tertidur kembali. Alkohol

juga dapat mengurangi tidur seseorang, sehingga orang tersebut tidak

dapat tidur selama yang mereka inginkan/butuhkan (Handayani, 2008).

4.2.10 Gambaran kebiasaan mengkonsumsi minuman berkafein

Konsumsi kafein merupakan salah satu hal yang diduga dapat

mempengaruhi pola tidur seseorang. Berdasarkan data pada tabel 4.8

diketahui bahwa perawat yang sering mengkonsumsi minuman berkafein

lebih sedikit dibandingkan dengan pekerja yang jarang mengkonsumsi

minuman berkafein.

Data pada tabel 4.12, menunjukkan bahwa perawat yang jarang

mengkonsumsi minuman berkafein lebih banyak mengalami gangguan

pola tidur dibandingkan dengan perawat yang jarang mengkonsumsi

minuman berkafein. Hal tersebut dapat disebabkan oleh faktor yang ada

pada responden yaitu adanya gangguan pola tidur, selain itu dapat juga

disebabkan oleh karena perawat merupakan tenaga kesehatan sehingga

mengerti bahwa minuman berkafein dapat menimbulkan efek yang tidak

baik serta jumlah perawat perempuan yang lebih banyak dibandingkan

dengan perawat laki-laki yang lebih sering mengkonsumsi minuman

berkafein.

Page 85: Tuti Alawiyah

Mengkonsumsi alkohol dan kafein merupakan salah satu penyebab

gangguan tidur yang diakibatkan oleh faktor gaya hidup (Klein, 2004).

Kafein adalah stimulan yang dapat membantu seseorang untuk tetap

terjaga dan mungkin dapat membantu orang tersebut untuk bekerja lebih

baik. Kafein telah banyak digunakan oleh semua orang di seluruh dunia.

Kandungan alaminya biasa terdapat dalam kopi dan teh, dan ada pula yang

ditambahkan ke dalam minuman ringan (soft drinks) seperti minuman

bersoda. Minuman berkafein sudah menjadi bagian dalam pola makan

sehari-hari dan mudah untuk didapat. Oleh karena itu, kafein banyak

digunakan untuk menjaga kewaspadaan dan performance, atau untuk

membantu menyingkirkan rasa kantuk (Handayani, 2008).

4.2.11 Gambaran kebiasaan mengkonsumsi obat tidur

Penggunaan obat tidur diduga menjadi salah satu faktor gaya hidup

yang dapat mempengaruhi perawat shift untuk mengalami gangguan pola

tidur. Berdasarkan data pada tabel 4.8 diketahui bahwa perawat yang tidak

menggunakan obat tidur lebih banyak dibandingkan dengan perawat yang

kadang-kadang menggunakan obat tidur. Hal ini diduga disebabkan karena

para perawat tersebut tidak terbiasa untuk mengkonsumsi obat tidur.

Data pada tabel 4.13, menunjukkan bahwa perawat yang tidak

mengkonsumsi obat tidur lebih banyak mengalami gangguan pola tidur

dibandingkan dengan perawat yang mengkonsumsi obat tidur. Hal ini

dapat disebabkan karena gangguan pola tidur pada masing-masing perawat

yang berbeda-beda dan dapat juga disebabkan karena perawat merupakan

tenaga kesehatan sehingga mengerti bahwa mengkonsumsi obat tidur

dapat menimbulkan efek yang tidak baik.

Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Colligan et al (1997)

dalam Handayani (2008) pada penjelasan di atas. Menurut Colligan et al,

penggunaan obat tidur yang berlebih tidak dianjurkan bagi seseorang

untuk terbiasa mengkonsumsinya (misalnya lebih dari satu atau dua kali

dalam seminggu) karena belum ada penelitian pada pekerja shift dan

Page 86: Tuti Alawiyah

penggunaan obat tidur dalam jangka waktu yang lama. Penggunaan obat

tidur oleh pekerja shift di setiap waktu pada saat mereka ingin tertidur

sepanjang hari bukan merupakan jalan keluar yang baik. Pada beberapa

orang, obat tidur dapat diperoleh dengan mudah, mereka selalu

menggunakan obat tidur ketika ingin tertidur. Apabila hal ini terus

berlangsung, orang tersebut akan menjadi gelisah atau mudah marah jika

konsumsi obat tidur dihentikan. Penggunaan obat tidur dalam waktu yang

lama akan menimbulkan rasa kantuk yang berlebihan setelah terbangun

dari tidur (Handayani, 2008).

Page 87: Tuti Alawiyah

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB sebelumnya,

maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut :

1. Perawat yang mengalami gangguan pola tidur lebih banyak

dibandingkan dengan perawat yang tidak mengalami gangguan pola tidur

sebanyak 53,6%.

2. RS. Syarif Hidayatullah merupakan rumah sakit yang menerapkan kerja

shift dalam menjalankan proses pelayananannya. Sistem shift yang

digunakan adalah tidak beraturan dan terdapat 1 hari libur setelah 2 hari

bekerja shift malam.

3. Gambaran karakteristik (usia, jenis kelamin, masa kerja shift, status

perkawinan) perawat antara lain:

a. Perawat yang berusia di bawah 27 tahun lebih banyak dibandingkan

dengan perawat yang berusia di atas 27 tahun sebanyak 65,9%.

b. Perawat perempuan lebih banya dibandingkan dengan perawat laki-

laki sebanyak 68,3%.

c. Perawat yang telah melalui masa kerja shift di bawah 4 tahun lebih

banyak dibandingkan dengan perawat yang telah melalui masa kerja

shift di atas 4 tahun sebanyak 73,2%.

d. Perawat yang memiliki status belum menikah lebih banyak

dibandingkan dengan perawat yang sudah menikah sebanyak 51,2%.

4. Gambaran gaya hidup (kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, konsumsi

kafein, konsumsi obat tidur) perawat antara lain:

Page 88: Tuti Alawiyah

a. Perawat yang tidak memiliki kebiasaan merokok lebih banyak

dibandingkan dengan perawat yang memiliki kebiasaan merokok

sebanyak 90,2%.

b. Perawat yang tidak mengkonsumsi minuman beralkohol lebih banyak

dibandingkan dengan perawat yang mengkonsumsi minuman beralkohol

sebanyak 95,1%.

c. Perawat yang jarang mengkonsumsi minuman berkafein lebih banyak

dibandingkan dengan perawat yang sering mengkonsumsi minuman

berkafein sebanyak 70,7%.

d. Perawat yang tidak menggunakan obat tidur untuk mengatasi masalah

sulit tidur lebih banyak dibandingkan dengan pekerja yang kadang-

kadang menggunakan obat tidur sebanyak 95,1%.

5.2 Saran

1. Bagi Rumah Sakit

a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih ada perawat shift yang

mengeluhkan bahwa mereka mengalami gangguan pola tidur. Rumah

sakit diaharapkan meninjau kembali jadwal shift kerja untuk menjaga

kesegaran dan kewaspadaan pada saat bekerja dengan demikian

kualitas pekerjaan juga diharapkan akan tetap terjaga..

b. Rumah Sakit diharapkan menyediakan waktu libur kepada perawat

sedikitnya 2 hari berturut-turut setelah shift malam. Hal ini dapat

membantu perawat untuk memulihkan jadwal tidur yang terganggu

pada saat menjalani shift malam.

2. Bagi Perawat

a. Perawat disarankan untuk menjaga jadwal tidur seperti biasa. Tidur di

tempat yang sejuk (dingin) dapat membantu mempertahankan tidur.

b. Perawat disarankan untuk istirahat sebelum bekerja shift malam agar

dapat bekerja secara optimal.

Page 89: Tuti Alawiyah

3. Bagi peneliti

a. Peneliti selanjutnya diharapkan mengikutsertakan variabel-variabel

lain yang diduga merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan

gangguan pola tidur, yang tidak dapat diteliti pada penelitian ini.

b. Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian mengenai

hubungan-hubungan yang dapat mempengaruhi gangguan pola tidur.

Page 90: Tuti Alawiyah

DAFTAR PUSTAKA

Bell, Vicki. How Sleep Deprivation Affects Work Performance. June 14, 2005

[cited

2009October28th].Available:http://www.thefabricator.com/Safety/Safety_Arti

cle.cfm?ID

Budiarto, Eko. Penelitian Deskriptif. Dalam: Metodologi Penelitian

Kedokteran Sebuah Pengantar. Jakarta: EGC. 2004. Hal 48.

Grandjean, Etienne. Fitting the Task to the Man 4th Edition. Taylor & Francis

Publisher, London. 1998

Handayani, Putri. Hubungan Antara Penerapan Shift Kerja Dengan Pola

Tidur Pekerja di Bagian Produksi PT. Enka Parahiyangan. Jakarta. Skripsi.

Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. 2008. Hal 2, 26-54.

Japardi, Iskandar. Gangguan Tidur. Fakultas Kedokteran Bagian Bedah

Universitas Sumatera Utara. USU Digital Library. 2002. Hal 1-11.

Klein, Dion. Sleeping on The Job.Canberra Times.[cited 2009 October 28th

].

2004. Available: http://www.sleepdex.org/b4.htm

Knauth P. Rutenfranz J. Shift work in Recent Advances in Occupational

Health Edited by Harrington JM Churchill Livingstone. 263281. 1987.

Kuswadji, Sudjoko. Pengaturan tidur Pekerja Shift. Cermin Dunia

Kedokteran No.116. Jakarta. 1997. Hal 42-48.

Maurice et al,. Prevalence and Consequences of Sleep Disorders in a Shift

Worker Population [abstract]. Journal of Psychosomatic Research Volume 53.

New York. 2007 [cited 2009 October 30th

]. Available:

http://cat.inist.fr/?aModele=afficheN&cpsidt=13856210

Page 91: Tuti Alawiyah

National Sleep Foundation (NSF). Strategies for shift Worker : The Night Shift

Worker and Sleep. [cited 2009 October 28th

]. 2005. Available:

http://www.sleepfoundation.org/site/c.hulXKjM0IxF/b.2421189/k.DF93/strate

gies_for_shift_worker.htm

Nurmianto, Eko. Ergonomi: Konsep Dasar & Aplikasinya. Guna Widya,

Surabaya. Edisi III. 2004.

Noor, Asyikin. Mengatasi Insomnia. Banjarmasin Post. 2003 [cited 2009

October28th

].Available:

http://www.Indomedia.com/bpost/052007/21/ragam/art-1.htm

Prayitno, A. Gangguan Pola Tidur pada Kelompok Usia Lanjut dan

Penatalaksanaannya. Jurnal Kedokteran Trisakti ; Volume 21 No. 1: 23 – 30.

2002.

Pulat, Mustafa B. The Fundamental Ergonomics. Prentice Hall Englewood

Cliffs, New Jersey. 2002.

Remelda. Susah Tidur. 2008 [cited 2009 October 28th

]. Artikel Kesehatan.

Available : http://remelda.wordpress.com/2008/05/23/susah-tidur/

Taylor PJ. Shift work - Some Medical and Social Factors. Trans. Soc. Occup.

1970. Med. 20: 1270132

Page 92: Tuti Alawiyah

LAMPIRAN 1

KUESIONER

Assalamualaikum Wr. Wb

Saya Tuti Alawiyah bermaksud meneliti “GAMBARAN GANGGUAN

POLA TIDUR PADA PERAWAT DI RS. SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2009”. Penelitian ini merupakan tugas akhir untuk memenuhi syarat

mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada

penelitian ini peneliti akan bertanya mengenai karakteristik pekerja, kualitas, dan

kuantitas tidur pada perawat yang terkait dengan jadwal kerja shift. Wawancara

akan berlangsung selama 15-20 menit . Responden diharapkan menjawab setiap

pertanyaan dengan sejujur-jujurnya. Setiap jawaban Anda akan dijaga

kerahasiaannyadari siapapun dan tidak akan mempengaruhi penilaian terhadap

kinerja Anda, kemudian kuesioner akan disimpan oleh peneliti. Partisipasi

responden bersifat sukarela, responden dapat menolak untuk menjawab atau tidak

melanjutkan wawancara. Untuk itu dimohon kesediaan kepada perawat di instalasi

rawat inap RS. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta selaku responden untuk mengisi

kuesioner ini.

Saya menyatakan bahwa saya telah membaca pernyataan di atas, dan saya setuju

untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

Jakarta,...........................................2009

Page 93: Tuti Alawiyah

(........................................................) (........................................................)

Peneliti Responden

(LANJUTAN)

Nomor Responden

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

A. KARAKTERISTIK PEKERJA (Diisi oleh peneliti)

1. Nama responden

2. Tanggal lahir: Tanggal...........Bulan............Tahun............... [ ] [ ] A2

3. Status perkawinan (PILIH SALAH SATU JAWABAN)

1. Menikah

2. Belum menikah

[ ] A3

4. Sudah berpa lama Anda bekerja di RS. UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta?.........................................Tahun

[ ] [ ] A4

5. Sudah berpa lama Anda bekerja dengan sistem shift di RS.

UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta?.........................................................................Tahun

[ ] [ ] A5

6. Sebelum bekerja di RS. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, [ ] A6

Page 94: Tuti Alawiyah

apakah Anda sudah pernah bekerja?(PILIH SALAH SATU

JAWABAN)

1. Ya

2. Tidak

7. Apakah di tempat kerja sebelumnya Anda juga bekerja

dengan sistem shift? (PILIH SALAH SATU JAWABAN)

1. Ya

2. Tidak

[ ] A7

B. KUANTITAS TIDUR (Diisi oleh peneliti)

1. Berapa lama Anda tidur sesudah bekerja dengan shift pagi?

.............................................................................................jam

[ ] [ ] B1

2. Berapa lama Anda tidur sesudah bekerja dengan shift sore?

...........................................................................................jam

[ ] [ ] B2

3. Berapa lama Anda tidur sesudah bekerja dengan shift malam?

............................................................................................jam

[ ] [ ] B3

4. Menurut Anda apakah kebutuhan jam tidur Anda selama ini

sudah terpenuhi?(PILIH SALAH SATU JAWABAN)

1. Ya

2. Tidak

[ ] [ ] B4

C. KUALITAS TIDUR (Diisi oleh peneliti)

1. Apakah Anda merasa sulit untuk memulai tidur?(PILIH

SALAH SATU JAWABAN)

1. Ya

[ ] C1

Page 95: Tuti Alawiyah

2. Tidak(LANGSUNG KE NOMOR 3)

2. Pada shift apa biasanya Anda mengalami sulit tidur?(PILIH

SALAH SATU JAWABAN)

1. Shift pagi

2. Shift sore

3. Shift malam

[ ] C2

3. Frekuensi Anda menggunakan obat tidur untuk mengatasi

masalah sulit tidur?(PILIH SALAH SATU JAWABAN)

1. Ya

2. Tidak (LANGSUNG KE NOMOR 5)

[ ] C3

4. Pada shift apa biasanya Anda mnegkonsuksi obat tidur unutk

mengatasi masalah sulit tidur?(PILIH SALAH SATU

JAWABAN)

1. Shift pagi

2. Shift sore

3. Shift malam

[ ] C4

5. Apakah Anda sering terbangun pada saat tidur?(PILIH

SALAH SATU JAWABAN)

1. Ya

2. Kadang-kadang

3. Tidak pernah (LANGSUNG KE NOMOR 9)

[ ] C5

6. Pada shift apa biasanya Anda mengalami sering terbangun

dari tidur?(PILIH SALAH SATU JAWABAN)

[ ] C6

Page 96: Tuti Alawiyah

1. Shift pagi

2. Shift sore

3. Shift malam

7. Apakah Anda sulit tertidur kembali setelah terbangun dari

tidur?(PILIH SALAH SATU JAWABAN)

1. Ya

2. Kadang-kadang

3. Tidak pernah (LANGSUNG KE NOMOR 9)

[ ] C7

8. Pada shift apa Anda sulit tertidur kembali setelah terbangun

dari tidur?(PILIH SALAH SATU JAWABAN)

1. Shift pagi

2. Shift sore

3. Shift malam

[ ] C8

9. Apakah Anda sering bermimpi buruk pada saat tidur?(PILIH

SALAH SATU JAWABAN)

1. Ya

2. Kadang-kadang

3. Tidak pernah (LANGSUNG KE NOMOR 11)

[ ] C9

10. Pada shift apa biasanya Anda bermimpi buruk pada saat

tidur?(PILIH SALAH SATU JAWABAN)

1. Shift pagi

2. Shift sore

3. Shift malam

[ ] C10

Page 97: Tuti Alawiyah

11. Pada saat bangun tidur apakah Anda merasa segar?(PILIH

SALAH SATU JAWABAN)

1. Tidak segar

2. Kurang segar

3. Segar (LANGSUNG KE NOMOR 13)

[ ] C11

12. Pada shift apa biasanya Anda merasa tidak segar pada saat

bangun tidur?(PILIH SALAH SATU JAWABAN)

1. Shift pagi

2. Shift sore

3. Shift malam

[ ] C12

13. Pada saat bangun tidur apakah Anda merasa sulit untuk

terbangun?(PILIH SALAH SATU JAWABAN)

1. Ya

2. Kadang-kadang

3. Tidak pernah (LANGSUNG KE NOMOR 15)

[ ] C13

14. Pada shift apa biasanya Anda merasa sulit untuk

terbangun?(PILIH SALAH SATU JAWABAN)

1. Shift pagi

2. Shift sore

3. Shift malam

[ ] C14

15. Apakah Anda merasa tidur Anda tidak nyenyak?(PILIH

SALAH SATU JAWABAN)

[ ] C15

Page 98: Tuti Alawiyah

1. Ya

2. Kadang-kadang

3. Tidak pernah (LANGSUNG KE NOMOR 17)

16. Pada shift apa biasanya Anda merasa tidur Anda tidak

nyenyak?(PILIH SALAH SATU JAWABAN)

1. Shift pagi

2. Shift sore

3. Shift malam

[ ] C16

17. Jika tidur Anda tidak nyenyak, menurut Anda apa

penyebabnya? (PILIH SALAH SATU JAWABAN)

1. Lingkungan (lebih bising, lebih terang, lebih panas)

2. Jam kerja

3. Keluarga (seperti : mengurus anak)

4. Lain-lain,

sebutkan......................................................................

[ ] C17

18. Apakah Anda mengalami tidur secara bertahap (tidur

kemudian bangun, lalu tidur kembali)? (PILIH SALAH

SATU JAWABAN)

1. Ya

2. Kadang-kadang

3. Tidak pernah (LANGSUNG KE NOMOR 20)

[ ] C18

19. Pada shift apa biasanya Anda mengalami tidur secara

bertahap? (PILIH SALAH SATU JAWABAN)

[ ] C19

Page 99: Tuti Alawiyah

1. Shift pagi

2. Shift sore

3. Shift malam

20. Apakah Anda sering merasa mengantuk pada saat bekerja?

(PILIH SALAH SATU JAWABAN)

1. Ya

2. Kadang-kadang

3. Tidak pernah (LANGSUNG KE NOMOR 22)

[ ] C20

21. Pada shift apa biasanya Anda sering merasa mengantuk pada

saat bekerja? (PILIH SALAH SATU JAWABAN)

1. Shift pagi

2. Shift sore

3. Shift malam

[ ] C21

22. Frekuensi Anda mengkonsumsi minuman yang mengandung

alkohol? (PILIH SALAH SATU JAWABAN)

1. Ya

2. Tidak (LANGSUNG KE NOMOR 24)

[ ] C22

23. Pada shift apa biasanya Anda mengkonsumsi minuman yang

mengandung alkohol? (PILIH SALAH SATU JAWABAN)

1. Shift malam

2. Shift sore

3. Shift malam

[ ] C23

24. Frekuensi Anda mengkonsumsi minuman yang mengandung [ ] C24

Page 100: Tuti Alawiyah

kafein?(seperti kopi, teh, minuman bersoda). (PILIH SALAH

SATU JAWABAN)

1. Sering

2. Jarang

25. Pada shift apa biasanya Anda mengkonsumsi minuman yang

mengandung kafein?(seperti kopi, teh, minuman bersoda).

(PILIH SALAH SATU JAWABAN)

1. Shift malam

2. Shift sore

3. Shift malam

[ ] C25

26. Apakah Anda merokok?

1. Ya

2. Tidak

[ ] C26

27. Berapa batang rokok yang Anda habiskan dalam sehari?

....................................................................................batang

[ ] C27

28. Pada shift apa biasanya Anda lebih sering merokok?

1. Shift pagi

2. Shift sore

3. Shift malam

[ ] C28

D. Lain-Lain

1. Siapa saja yang hadir pada saat Anda mengisi kuesioner?

(PILIH SALAH SATU JAWABAN)

1. Teman kerja

[ ] D1

Page 101: Tuti Alawiyah

2. Atasan

3. Lain-lain, sebutkan

2. Siapa saja yang membantu menjelaskan pertanyaan pada saat

Anda mengisi kuesioner?

1. Teman kerja

2. Atasan

3. Lain-lain, sebutkan

[ ] D2

3. Siapa saja yang membantu menjawab pertanyaan pada saat

Anda mengisi kuesioner?

1. Teman kerja

2. Atasan

3. Lain-lain, sebutkan

[ ] D3

Page 102: Tuti Alawiyah

LAMPIRAN 2

HASIL ANALISIS UNIVARIAT

Sistem shift pada responden

Ya Tidak Total

Sulit tidur Ya Count 12 6 18

% within Sistem shift pada

responden 48.0% 37.5% 43.9%

Tidak Count 10 10 20

% within Sistem shift pada

responden 40.0% 62.5% 48.8%

3 Count 3 0 3

% within Sistem shift pada

responden 12.0% .0% 7.3%

Total Count 25 16 41

% within Sistem shift pada

responden 100.0% 100.0% 100.0%

Crosstab

Sistem shift pada responden

Ya Tidak Total

Penggunaan obat tidur Kadang-kadang Count 2 0 2

% within Sistem shift

pada responden 8.0% .0% 4.9%

Page 103: Tuti Alawiyah

Tidak pernah Count 23 16 39

% within Sistem shift

pada responden 92.0% 100.0% 95.1%

Total Count 25 16 41

% within Sistem shift

pada responden 100.0% 100.0% 100.0%

(LANJUTAN)

Crosstab

Sistem shift pada responden

Ya Tidak Total

Sering terbangun Ya Count 0 2 2

% within Sistem shift pada

responden .0% 12.5% 4.9%

Kadang-kadang Count 22 12 34

% within Sistem shift pada

responden 88.0% 75.0% 82.9%

Tidak pernah Count 3 2 5

% within Sistem shift pada

responden 12.0% 12.5% 12.2%

Total Count 25 16 41

% within Sistem shift pada

responden 100.0% 100.0% 100.0%

Crosstab

Sistem shift pada responden

Ya Tidak Total

Sulit tertidur kembali Ya Count 4 2 6

% within Sistem shift pada

responden 16.0% 12.5% 14.6%

Kadang-kadang Count 19 11 30

% within Sistem shift pada

responden 76.0% 68.8% 73.2%

Tidak pernah Count 2 3 5

Page 104: Tuti Alawiyah

% within Sistem shift pada

responden 8.0% 18.8% 12.2%

Total Count 25 16 41

% within Sistem shift pada

responden 100.0% 100.0% 100.0%

(LANJUTAN)

Crosstab

Sistem shift pada responden

Ya Tidak Total

Mimpi buruk Kadang-kadang Count 9 10 19

% within Sistem shift pada

responden 36.0% 62.5% 46.3%

Tidak pernah Count 16 6 22

% within Sistem shift pada

responden 64.0% 37.5% 53.7%

Total Count 25 16 41

% within Sistem shift pada

responden 100.0% 100.0% 100.0%

Crosstab

Sistem shift pada responden

Ya Tidak Total

Perasaan segar ketika

bangun dari tidur

Tidak segar Count 3 0 3

% within Sistem shift

pada responden 12.0% .0% 7.3%

Kurang segar Count 15 13 28

% within Sistem shift

pada responden 60.0% 81.2% 68.3%

Segar Count 7 3 10

% within Sistem shift

pada responden 28.0% 18.8% 24.4%

Page 105: Tuti Alawiyah

Total Count 25 16 41

% within Sistem shift

pada responden 100.0% 100.0% 100.0%

(LANJUTAN)

Crosstab

Sistem shift pada responden

Ya Tidak Total

Sulit untuk terbangun

dari tidur

Ya Count 5 1 6

% within Sistem shift

pada responden 20.0% 6.2% 14.6%

Kadang-kadang Count 18 15 33

% within Sistem shift

pada responden 72.0% 93.8% 80.5%

Tidak pernah Count 2 0 2

% within Sistem shift

pada responden 8.0% .0% 4.9%

Total Count 25 16 41

% within Sistem shift

pada responden 100.0% 100.0% 100.0%

Crosstab

Sistem shift pada responden

Ya Tidak Total

Tidur tidak nyenyak Kadang-kadang Count 19 15 34

% within Sistem shift

pada responden 76.0% 93.8% 82.9%

Tidak pernah Count 6 1 7

% within Sistem shift

pada responden 24.0% 6.2% 17.1%

Total Count 25 16 41

Page 106: Tuti Alawiyah

Crosstab

Sistem shift pada responden

Ya Tidak Total

Tidur tidak nyenyak Kadang-kadang Count 19 15 34

% within Sistem shift

pada responden 76.0% 93.8% 82.9%

Tidak pernah Count 6 1 7

% within Sistem shift

pada responden 24.0% 6.2% 17.1%

Total Count 25 16 41

% within Sistem shift

pada responden 100.0% 100.0% 100.0%

(LANJUTAN)

Crosstab

Sistem shift pada responden

Ya Tidak Total

Tidur secara bertahap Ya Count 2 2 4

% within Sistem shift

pada responden 8.0% 12.5% 9.8%

Kadang-kadang Count 14 7 21

% within Sistem shift

pada responden 56.0% 43.8% 51.2%

Tidak pernah Count 9 7 16

% within Sistem shift

pada responden 36.0% 43.8% 39.0%

Total Count 25 16 41

% within Sistem shift

pada responden 100.0% 100.0% 100.0%

Page 107: Tuti Alawiyah

Crosstab

Sistem shift pada responden

Ya Tidak Total

Mengantuk pada saat

bekerja

Ya Count 2 2 4

% within Sistem shift

pada responden 8.0% 12.5% 9.8%

Kadang-kadang Count 23 14 37

% within Sistem shift

pada responden 92.0% 87.5% 90.2%

Total Count 25 16 41

% within Sistem shift

pada responden 100.0% 100.0% 100.0%

(LANJUTAN)

kualitas tidur * Sistem shift pada responden Crosstabulation

Sistem shift pada responden

Ya Tidak Total

kualitas tidur berkualitas Count 12 7 19

% within Sistem shift pada

responden 48.0% 43.8% 46.3%

tidak berkualitas Count 13 9 22

% within Sistem shift pada

responden 52.0% 56.2% 53.7%

Total Count 25 16 41

% within Sistem shift pada

responden 100.0% 100.0% 100.0%

Crosstab

Sistem shift pada responden

Page 108: Tuti Alawiyah

Ya Tidak Total

kuantitas tidur yang sudah

dikelompokkan

cukup tidur Count 6 7 13

% within Sistem shift

pada responden 24.0% 43.8% 31.7%

kurang

tidur

Count 19 9 28

% within Sistem shift

pada responden 76.0% 56.2% 68.3%

Total Count 25 16 41

% within Sistem shift

pada responden 100.0% 100.0% 100.0%

Page 109: Tuti Alawiyah

(LANJUTAN)

usia perawat yang sudah dikelompokkan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid <27 tahun 27 65.9 65.9 65.9

>=27 tahun 14 34.1 34.1 100.0

Total 41 100.0 100.0

Jenis kelamin responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-laki 13 31.0 31.7 31.7

Perempuan 28 66.7 68.3 100.0

Total 41 97.6 100.0

Missing System 1 2.4

Total 42 100.0

Masa kerja shift

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid < 4 tahun 30 73.2 73.2 73.2

>= 4 tahun 11 26.8 26.8 100.0

Total 41 100.0 100.0

Status Perkawinan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid menikah 20 48.8 48.8 48.8

belum

menikah 21 51.2 51.2 100.0

Total 41 100.0 100.0

Page 110: Tuti Alawiyah

Kebiasaan merokok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Ya 4 9.8 9.8 9.8

Tidak 37 90.2 90.2 100.0

Total 41 100.0 100.0

Frekuensi mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Ya 2 4.9 4.9 4.9

Tidak 39 95.1 95.1 100.0

Total 41 100.0 100.0

Frekuensi mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sering 12 29.3 29.3 29.3

Jarang 29 70.7 70.7 100.0

Total 41 100.0 100.0

Penggunaan obat tidur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Ya 2 4.9 4.9 4.9

Tidak 39 95.1 95.1 100.0

Total 41 100.0 100.0

Page 111: Tuti Alawiyah