12
TUTORIAL BLOK CARDIOVASCULAR KELOMPOK : B 4 PEMICU : COR PULMONALIS CHRONIC (CPC) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA

Tutor 3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dokumen

Citation preview

Page 1: Tutor 3

TUTORIAL BLOK CARDIOVASCULAR

KELOMPOK : B 4

PEMICU : COR PULMONALIS CHRONIC (CPC)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA

Page 2: Tutor 3

DISUSUN OLEH :

Defri Halasan Doloksaribu 212210102

Frisca Nia Mariana Situmorang 212210092

Suhendrik Damanik 212210080

Amelia Permata 212210082

Andreas Silaen 212210084

Sahat M Sihaloho 212210086

Rikky Roy Chandra 212210088

Novelia Christy 212210090

Dika Pranata 212210094

Ronny Pratama 212210096

Emmia Milala 212210098

Yohana P Raharjo 212210100

Damai Roma Yanti 212210104

Page 3: Tutor 3

Pemicu

Burhan, laki-laki usia 60 tahun, pekerjaan PNS dating berobat ke UGD RS dengan keluhan sesak nafas, sesak terutama waktu beraktifitas fisik, atau naik tangga rumah. Sesekali terasa nyeri dada kiri menjalar ke leher dan tangan kiri. Penderita sudah lama mengalami hipertensi dan berobat tidak teratur, perokok berat.

Vital Sign : TD 180/95, Nadi : 74 per menit, demam tidak ada, RR : 20 per menit.

1. Klasifikasi Istilah

1. Hipertensi : Tekanan darah yang diatas normal.2. Sesak nafas : Adalah perasaan sulit bernafas.

2. Definisi Masalah

1. Laki-laki berusia 60 tahun menderita sesak nafas pada saat beraktifitas,2. Nyeri dada kiri menjalar ke leher dan tangan kiri,3. Hipertensi, dengan berobat tidak teratur,4. Perokok berat.

3. Analisa Masalah

1. - Gangguan sirkulasi pernafasan,- Patofisiologi sesak nafas,- Klasifikasi sesak.

2. - Klasifikasi nyeri dada,- Gangguan jantung,- Angina pektoris.

3. - Klasifikasi NYHA,- Curah jantung yang berlebih,- Rumus cardiac output,- Obesistas,- Konsumsi garam yang berlebihan.

4. - Kecanduan nikotin.

Page 4: Tutor 3

4. Gali Konsep

Sesak nafas Nyeri dada kiri

Usia 60 tahun Penyakit Jantung

Hipertensi Kronik Perokok berat

5. Learning Objektif :

1. Definisi : - Sesak nafas ? - Penyakit Jantung Koroner (PJK) ? - Decompensasi Cordis (DC) ? - New York Heart Association (NYHA) ?

2. Patofisiologi : - Sesak nafas ? - Hipertensi ?

3. Klasifikasi : - Sesak nafas ? - Hipertensi ?

4. Bagaimana gangguan jantung dapat menyebabkan nyeri dada ?5. Kriteria Hipertensi ?6. Komplikasi Hipertensi ?7. Klasifikasi Decompensasi Cordis (DC) ?8. Penatalaksanaan Penyakit Jantung Koroner (PJK) ?

7. Jawaban

1. Definisi :

Sesak napas adalah kesulitan bernapas atau dalam medis disebut sebagai dispnea. Sesak napas dapat disebabkan oleh kondisi respirasi (saluran napas dan paru-paru) atau sirkulasi (jantung dan pembuluh darah).

Penyakit Jantung Koroner adalah penyempitan pembuluh darah kecil yang memasok darah dan oksigen ke jantung. Ini disebabkan oleh pembentukan plak di dinding arteri, dikenal pula sebagai pengerasan arteri. Pembentukan plak ini dapat menyertai perpaduan pradisposisi genetik dan pilihan gaya hidup. Faktor risiko mencakup usia, jenis kelamin, riwayat genetik dan ras. Faktor lain yang memengaruhi kemungkinan CCHD mencakup kolesterol tinggi, merokok, penyalahgunaan substansi dan masalah berat badan.

Page 5: Tutor 3

Decompensasi Cordis (DC) atau Gagal Jantung adalah kondisi ketika jaringan tidak menerima cukup oksigen untuk sementara waktu. Pemompaan jantung melemah akibat berbagai penyebab dan menyebabkan pencadangan darah dan meningkatkan tekanan dalam pembuluh darah. Peningkatan tekanan ini kemudian memaksa cairan dari pembuluh darah ke dalam jaringan tubuh. Jika dibiarkan tidak diobati, ketidakmampuan memompa darah ke seluruh tubuh dapat mengancam nyawa.

2. Definisi Cor Pulmonalis Chronic (CPC) ?

Cor Pulmonalis Chronic (CPC) adalah hipertrofi/dilatasi ventrikel kanan akibat hipertensi pulmonal yang disebabkan penyakit parenkim paru dan atau pembuluh darah paru yang tidak berhubungan dengan kelainan jantung kiri.

3. Etiologi Cor Pulmonalis Chronic (CPC) ?

Etiologi Cor Pulmonalis Chronic (CPC) dapat digolongkan dalam 4 kelompok :

1. Penyakit pembuluh darah paru,2. Tekanan darah pada arteri pulmonal oleh tumor mediastinum, aneurisma,

granuloma, atau fibrosis,3. Penyakit neuro muscular dan dinding dada,4. Penyakit yang mengenai aliran udara paru, alveoli, termasuk PPOK. Penyakit paru

lain adalah penyakit paru interstisial dan gangguan pernafasan saat tidur.

4. Patofisiologi Cor Pulmonalis Chronic (CPC) ?

Penyakit paru kronis akan mengakibatkan :1. Berkurangnya “vaskular bed” paru, dapat disebabkan oleh semakin terdesaknya

pembuluh darah oleh paru yang mengembang atau kerusakan paru,2. Asidosis dan hiperkapnia,3. Hipoksia alveolar, yang akan merangsang vasokontriksi pembuluh darah,4. Polisitemia dan hiperviskositas darah.

Keempat kelainan ini akan menyebabkan timbulnya hipertensi pulmonal. Dalam jangka panjang akan mengakibatkan hipertrofi dan dilatasi ventrikel kanan dan kemudian berlanjut menjadi gagal jantung kanan.

Page 6: Tutor 3

5. Gejala klinis Cor Pulmonalis Chronic (CPC) ?

Diagnosis kor pulmonale terutama berdasarkan pada dua kriteria yaitu:1. Adanya penyakit pernapasan yang disertai hipertensi pulmonl.2. Bukti adanya hipertrofi ventrikel kanan.

Adanya hipoksemia menetap, hiperkapnea, dan asidosis atau pembesaran ventrikel kanan pada radiogram menunjukan kemungkinan penyakit paru-paru yang mendasarinya. Adanya emfisema cenderung mengaburkan gambaran diagnosis kor pulmonale. Dispnea timbul sebagai gejala emfisema dengan atau tanpa kor pulmonale. Dispnea yang memburuk dengan mendadak atau kelelahan, siknop pada waktu bekerja, atau rasa tidak enak angina pada substernal mengisyaratkan keterlibatan jantung. Tanda-tanda fisik dari hipertensi pulmonal berupa kuat angkat sistolik pada area parasternal, mengerasnya bunyi pulmonik kedua,dan bising akibat insufisiensi katup trikispidalis dan pulmonalis, irama gallop (S3 dan S4) distensi vena jugularis dengan gelombang A yang menonjol, hepatomegali, dan edema perifer dapat terlihat pada pasien dengan gagal ventrikel kanan.

6. Diagnosis Cor Pulmonalis Chronic (CPC) ?

Pada anamnesis, biasanya pasien mengeluhkan :1. Fatigue, takipnue, exertional dyspnea, dan batuk.2. Nyeri dada atau angina yang disebabkan oleh iskemia pada ventrikel kanan atau

teregangnya arteri pulmonalis.3. Hemoptisis, karena rupturnya arteri pulmonalis yang sudah mengalami

arteroslerotik atau terdilatasi akibat hipertensi pulmonal.

Page 7: Tutor 3

4. Bisa juga ditemukan variasi gejala-gejala neurologis, akibat menurunnya curah jantung dan hipoksemia.

5. Pada tahap lanjut, gagal jantung kanan akan mengakibatkan kongestif hepar, sehingga muncul gejala anoreksia, nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut kanan atas, dan ikterus.

Selanjutnya pada pemeriksaan fisik, kita bisa mendapatkan :1. Inspeksi : diameter dinding dada yang membesar, sianosis2. Palpasi : edema tungkai, peningkatan vena jugularis yang menandakan terjadinya

gagal jantung kanan.3. Perkusi : pada paru bisa terdengar hipersonor pada PPOK, pada keadaan yang

berat bisa menyebabkan asites.4. Auskultasi :pada paru ditemukan wheezing dan rhonki, bisa juga ditemukan

bising sistolik di paru akibat turbulensi aliran pada rekanalisasi pembuluh darah pada chronic thromboembolic pulmonary hypertension. Split pada bunyi jantung II, dapat ditemukan pada tahap awal, namun pada tahap lanjut dapat terdengar systolic ejection murmur yang terdengar lebih keras di area pulmonal. Bunyi jantung III dan IV juga terdengar serta mumur sistolik dari regurgitasi pulmonal.

Pada pemeriksaan penunjang :1. Pada foto thorak, ditemukan corakan vaskuler meningkat, pelebaran hilus dan

trunkus pulmolnal. Kemudian tanda-tanda pembesaran ventrikel kanan, seperti apeks terangkat, pinggang jantung menghilang.

2. Pada EKG, ditemukan gelompang P pulmonal, deviasi aksis jantung ke kanan dan RVH.

3. Pada Echokardiografi ditemukan penebalan dinding ventrikel kanan, pelebaran rongga ventrikel kanan ke arah kiri, septum interventrikuler bergeser ke kiri dan bergerak berlawanan selama siklus jantung.

4. Kateterisasi jantung, akan membantu untuk menilai tekanan vaskuler paru, kalkulasi tahanan vaskular paru serta responnya terhadap pemberian oksigen dan vasolilator.

7. Penatalaksaan Cor Pulmonalis Chronic (CPC) ?

Tujuan dari terapi pada kor pulmonal kronik adalah :1. Mengoptimalkan efisiensi pertukaran gas,2. Menurunkan hipertensi pulmonal,3. Meningkatkan kelangsungan hidup,4. Pengobatan penyakit dasar dan komplikasinya.

Page 8: Tutor 3

Penatalaksanaan tentu diawali dengan istirahat, diet jantung yang rendah garam, kemudian menghentikan faktor resiko seperti merokok pada pasien PPOK. Kemudian penatalaksanaan selanjutnya sebagai berikut :

1. Terapi OksigenMekanisme bagaimana terapi oksigen dapat menigkatkan kelangsungan

hidup belum diketahui pasti, namun ada 2 hipotesis : (1) terapi oksigen mengurangi vasikontriksi dan menurunkan resistensi vaskular paru yang kemuadian meningkatkan isi sekuncup ventrikel kanan. (2) terapi oksigen meningkatkan kadar oksigen arteri dan meningkatkan hantaran oksigen ke jantung, otak dan organ vital lainnya.

Pemakaian oksigen secara kontinyu selama 12 jam (National Institute of Health, USA); 15 jam (British Medical Research Counsil) meningkatkan kelangsungan hidup dibanding pasien tanpa terapi oksigen. Indikasi terapi oksigen adalah : PaO2 ≤ 55 mmHg atau SaO2 ≤ 88%, PaO2 55-59 mmHg disertai salah satu dari : edema disebabkan gagal jantung kanan, P pulmonal pada EKG, eritrositosis hematokrit > 56%.

2. VasodilatorPemakaian vasodilator seperti nitrat, hidralazin, antagonis kalsium, agonis

alfa adrenergik, ACE- I, dan postaglandin belum direkomendasikan secara rutin. Vasodilator dapat menurunkan tekanan pulmonal pada kor pulmonal kronik, meskipun efisiensinya lebih baik pada hipertensi pulmonal yang primer. Vasodilator yang biasa dipakai adalah nifedipine dengan dosis 10-30 mg PO 3 kali sehari, maksimal 120 -180 mg per hari.

3. DigitalisHanya digunakan pada pasien kol pulmonal bisa disertai gagal jantung kiri.

Digoksin bisa diberikan dengan dosis 0,125-0,375 mg PO 1 x 1. Pada pemberian digitalis perlu diwaspadai resiko aritmia.

4. DiuretikDiberikan bila ditemukan gagal jantung kanan, pemberian diuretik berlebihan

dapat menimbulkan alkalosis metabolik yang dapat memicu peningkatan hiperkapnia. Disamping itu pemberian diuretik dapat menimbulkan kekurangan cairan sehingga mengakibatkan preload ventrikel kanan dan curah jantung menurun. Furosemid dapat diberikan dengan dosis 20-80 mg per hari PO / IV, dosis maksimal 600 mg per hari.

Page 9: Tutor 3

5. AntikoagulanDiberikan untuk menurunkan resiko terjadinya tombroemboli akibat disfungsi

dan pembesaran ventrikel kanan adanya faktor imobilisasi pada pasien. Warfarin dapat diberikan dengan dosis 2-10 mg PO 1 x 1.

8. Prognosis Cor Pulmonalis Chronic (CPC) ?

Pada Cor Pulmonalis Chronic (CPC) yang disertai gagal jantung kanan, prognosisnya buruk. Namun dengan pemberian terapi oksigen dalam jangka panjang dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.

9. Komplikasi Cor Pulmonalis Chronic (CPC) ?

Komplikasi Cor Pulmonalis Chronic (CPC) adalah :1. Emfisema,2. Gagal jantung kanan,3. Gagal jantung kiri,4. Hipertensi pulmonal primer.

Terima Kasih