Upload
veransa-arizona
View
33
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
gilut
Citation preview
TUTORIAL KLINIK
PAROTITIS
Diajukan guna melengkapi tugas Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Disusun oleh :
Azizah Nur 01.209.5969
Nitto Agustino 01.209.5963
Nuri Fajariana 01.209.5971
Retno Asih Y.S. 01.209.5999
Luthfi Baihaqi 01.210.6212
Veransa Arizona 01.210.6293
Pembimbing :
Drg. Nu
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Parotitis merupakan penyakit infeksi pada anak-anak yang pada 30-40% kasusnya
merupakan kasus infeksi asimptomatik. Infeksi ini disebabkan oleh virus. Infeksi terjadi
pada anak-anak kurang dari 15 tahun sebelum penyebaran imunisasi. Penyebaran virus
terjadi dengan kontak langsung, percikan ludah, bahan mentah mungkin dengan urin.
Sekarang penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa muda sehingga menimbulkan
epidemic secara umum. Pada umumnya parotitis epidemika dianggap kurang menular
jika disbanding dengan morbili atau varicela, karena banyak infeksi parotitis epidemika
cenderung tidak jelas secara klinis.
Dalam perjalanannya parotitis epidemika dapat menimbulkan komplikasi walaupun
jarang terjadi. Komplikasi yang terjadi dapat berupa : Meningoencephalitis, arthritis,
miokarditis, ooporitis, orchitis, mastitis, dan ketulian.
Insidensi parotitis epidemika dengan ketulian adalah 1:15.000. meningitis yang
terjadi berupa Meningitis aseptik. Insidensi parotitis Meningoencephalitis sekitar
250/100.000 kasus. Sekitar 10% dari kasus ini penderitanya berumur kurang dari 20
tahun. Angka rata-rata kematian akibat parotitis Meningoencephalitis adalah 2%.
Kelainan pada mata akibat komplikasi parotitis dapat berupa neutitis opticus,
dacryoadenitis,uveokeratitis, scleritis dan thrombosis vena central retina. Gangguan
pendengaran akibat parotitis epidemika biasanya unilateral, namun dapat pula bilateral.
Gangguan ini seringkali bersifat permanen.
Parotitis yang tidak ditangani dengan tepat dan segera dapat menimbulkan berbagai
komplikasi serius yang akan menambah risiko terjadinya kematian.
B. Tujuan
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai parotitis epidemika, mulai dari etiologi,
epidemiologi, patogenesis, manifestasi klinis, diagnose banding, komplikasi,
penatalaksanaan dan prognosisnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI KELENJAR SALIVA
Saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva yang terdiri atas sepasang kelenjar saliva
mayor serta beberapa kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari
kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis.
Kelenjar parotis merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak bilateral di
depan telinga antara ramus mandibularis dan processus mastoideus dengan bagian
yang meluas ke muka di bawah lengkung zigomatik. Kelenjar parotis terbungkus
dalam selubung parotis (parotis shealth). Saluran parotis melintas horizontal dari tepi
kelenjar. Pada tepi anterior otot masseter, saluran parotis berbelok kea rah medial,
menembus otot buccinators, dan memasuki rongga mulut di seberang gigi molar ke-2
permanen rahang atas.
Kelenjar submandbularis merupakan kelenjar saliva terbesar kedua yang
terletak pada dasar mulut di bawah korpus mandibula. Salurannya bermuara melalui
lubang yang terdapat di samping frenulum lingualis. Kelenjar sublingualis
adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak paling dalam, pada dasar
mulut antara mandibula dan otot genioglossus. Masing-masing kelenjar sublingualis
sebelah kanan dan kiri bersatu untuk membentuk massa kelenjar di sekitar frenulum
lingualis.
Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar lingualis, bukalis, labialis,
palatinal, dan glossopalatinal. Kelenjar-kelenjar ini berada di bawah mukosa dari
bibir, lidah, pipi, serta palatum.
B. DEFINISI
Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis atau Bengkak Babi) adalah suatu
penyakit menular dimana seseorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang
menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga
menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah. Penyakit
gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemic atau epidemic.
Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85%
kasus).
Tidak semua orang yang terinfeksi mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40%
penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subklinikal). Mereka dapat menjadi
sumber penularan seperti halnya penderita parotitis yang Nampak sakit. Masa tunas
(masa inkubasi) parotitis sekitar 14-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari.
C. ETIOLOGI
Disebabkan oleh virus “mumps” yaitu paramyxovirus. Virus itu sudah berada
dalam air ludah 1-6 hari sebelum pipi anak membengkak. Biasanya bila salah satu
anak terkena gondongan maka anak-anak lain di daerah itu terkena juga karena virus
itu sangat menular.
D. EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini tersebar di seluruh dunia secara endemic dan epidemic. Penyebaran
virus terjadi dengan kontak langsung, percikan ludah, bahan muntah dan mungkin
dengan urine. Virus dapat di isolasi dari faring 2 hari sebelum sampai 6 hari setelah
terjadi pembesaran parotis. Virus dapat pula diisolasi dari faring. Virus dapat
ditemukan dalam urine dari hari pertama sampai hari ke-14 setelah terjadi
pembesaran kelenjar. Baik infeksi klinis maupun subklinis menyebabkan imunitas
seumur hidup. Bayi sampai umur 6-8 bulan tidak dapat terjangkit penyakit ini karena
masih dilindungi oleh antibody yang didapatkan dari ibunya secara transplasental.
E. KLASIFIKASI
a. Parotitis Kambuhan
Anak-anak mudah terkena parotitis kambuhan yang timbul pada usia
antara 1 bulan hingga akhir masa kanak-kanak.Kambuhan berarti sebelumnya
anak telah terinfeksi virus kemudian kambuh lagi.
b. Parotitis Akut
Parotitis akut ditandai dengan rasa sakit yang mendadak, kemerahan dan
pembengkakan pada daerah parotis. Dapat timbul sebagai akibat pasca-bedah
yang dilakukan pada penderita terbelakang mental dan penderita usia lanjut,
khususnya apabila penggunaan anestesi umum lama dan adanya gangguan
dehidrasi.
F. PATOFISIOLOGI
Pada umumnya penyebaran paramyxovirus sebagai agent penyebab
parotitis (terinfeksinya kelenjar parotis) antara lain akibat:
1. Percikan ludah
2. Kontak langsung dengan penderita parotitis lain
3. Muntahan
4. urine
Virus tersebut masuk tubuh bisa melalui hidung atau mulut. Biasanya
kelenjar yang terkena adalah kelenjar parotis. Infeksi akut oleh virus mumps pada
kelenjar parotis dibuktikan dengan adanya kenaikan titer IgM dan IgG secara
bermakna dari serum akut dan serum konvalesens. Semakin banyak penumpukan
virus di dalam tubuh sehingga terjadi proliferasi di parotis/epitel traktus
respiratorius kemudian terjadi viremia (ikurnya virus ke dalam aliran darah) dan
selanjutnya virus berdiam di jaringan kelenjar/saraf yang kemudian akan
menginfeksi glandula parotid. Keadaan ini disebut parotitis.
Akibat terinfeksinya kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi
demam, anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot (Mansjoer, 2000). Kemudian
dalam 3 hari terjadilah pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral
kemudian bilateral, disertai nyeri rahang spontan dan sulit menelan. Pada manusia
selama fase akut, virus mumps dapat diisoler dari saliva, darah, air seni dan
liquor. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.
G. MANIFESTASI KLINIS
Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami
keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit
(subclinical). Namun demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang
mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber penularan penyakit tersebut. Masa
tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18
hari. Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya
masa tunas dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu
badan 38,5 – 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan,
nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku
rahang (sulit membuka mulut).
2. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang
diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar
mengalami pembengkakan.
3. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur
mengempis.
4. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula)
dan kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria dewasa adalanya terjadi
pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah.
H. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik yang
menunjukkan adanya pembengkakan di daerah temporomandibuler (antara telinga
dan hidung).
I. KOMPLIKASI
Komplikasinya meliputi septikemia, osteomielitis mandibular, ekstensi fasial,
obstruksi jalan napas, mediastinitis, thrombosis vena jugulris interna, dan disfungsi
nervus fasialis. Gondongan telah dilaporkan menyebabkan meningoensefalitis,
pankretitis, orkitis, miokarditis, perikarditis, arthritis, dan nefritis.
Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa
penyulit, tetapi kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu.
Keadaan seperti ini dapat menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat menyerang
organ selain kelenjar liur. Hal tersebut mungkin terjadi terutama jika infeksi terjadi
setelah masa pubertas.
Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau
pengobatan yang kurang dini menurut Nelson (2000) :
1. Meningoensepalitis
Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan, yang
kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang tinggi
(hiperpireksia). Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada anak-
anak.
2. Ketulian
Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun insidensinya
rendah (1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral,
kehilangan pendengaran mungkin sementara atau permanen.
3. Orkitis
Peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh, testis yang
terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis yang permanen
Sehingga kemandulan dapat terjadi pada masa setelah puber dengan gejala
demam tinggi mendadak, menggigil mual, nyeri perut bagian bawah, gejala
sistemik, dan sakit pada testis. Testis paling sering terinfeksi dengan atau tanpa
epidedimitis. Bila testis terkena infeksi maka terdapat perdarahan kecil. Orkitis
biasanya menyertai parotitis dalam 8 hari setelah parotitis. Keadaan ini dapat
berlangsung dalam 3 – 14 hari. Testis yang terkena menjadi nyeri dan bengkak
dan kulit sekitarnya bengkak dan merah. Rata-rata lamanya 4 hari. Sekitar 30-
40% testis yang terkena menjadi atrofi. Gangguan fertilitas diperkirakan sekitar
13%. Tetapi infertilitas absolut jarang terjadi.
4. Ensefalitis atau Meningitis
Peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku
kuduk, mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita mengalami meningitis dan
kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara 400-6.000 penderita yang mengalami
ensefalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf yang permanen,
seperti ketulian atau kelumpuhan otot wajah.
5. Ooforitis
Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada
penderita wanita pasca pubertas
6. Pankreatitis
Peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita
merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang
dalam waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total. Nyeri perut sering ringan
sampai sedang muncul tiba-tiba pada parotitis. Biasanya gejala nyeri epigastrik
disertai dengan pusing, mual, muntah, demam tinggi, menggigil, lesu, merupakan
tanda adanya pankreatitis akibat mumps.
7. Nefritis
Kadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap penderita dan
viruria terdeteksi pada 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak-anak belum
diketahui. Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari sesudah parotitis. Nefritis
ringan dapat terjadi namun jarang. Dapat sembuh sempurna tanpa meninggalkan
kelainan pada ginjal.
8. Tiroiditis
Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus dapat
terjadi pada umur sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan perkembangan
selanjutnya antibodi antitiroid pada penderita.
9. Miokarditis
Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi infeksi ringan
miokardium mungkin lebih sering daripada yang diketahui. Miokarditis ringan
dapat terjadi dan muncul 5–10hari pada parotitis. Gambaran elektrokardiografi
dari miokarditis seperti depresi segmen S-T, flattening atau inversi gelombang T.
Dapat disetai dengan takikardi, pembesaran jantung dan bising sistolik.
10. Artritis
Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai dengan
pembengkakan dan kemerahan sendi biasanya penyembuhannya sempurna.
Manifestasi lain yang jarang tapi menarik pada parotitis adalah poliarteritis yang
sering kali berpindah-pindah. Gejala sendi mulai 1-2minggu setelah berkurangnya
parotitis. Biasanya yang terkena adalah sendi besar khususnya paha atau lutut.
Penyakit ini berakhir 1-12 minggu dan sembuh sempurna.
11. Kelainan pada mata
Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri,
biasanya bilateral, dari kelenjar lakrimalis; neuritis optik (papillitis) dengan
gejala-gejala bervariasi dari kehilangan penglihatan sampai kekaburan ringan
dengan penyembuhan dalam 10–20 hari; uveokeratitis, biasanya unilateral dengan
fotofobia, keluar air mata, kehilangan penglihatan cepat dan penyembuhan dalam
20 hari; skleritis, tenonitis, dengan akibat eksoftalmus; trombosis vena sentral.
J. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding ini mencakup parotitis sebab lain. Seperti pada infeksi
virus termasuk infeksi virus imuno defisiensi manusia (HIV), influenza, parainfluenza
1 dan 3, sitomegalovirus atau keadaan koksavirus yang jarang dan infeksi
koriomeningitis limfositik. Infeksi-infeksi ini dapat dibedakan dengan uji
laboratorium spesifik, parotitis suparatif, parotitis berulang, kalkulus salivarius,
limfadenitis, preaurikuler/servikal anterior, limfosarkoma, tumor parotis lain yang
jarang, dan orkitis.
K. TATALAKSANA
Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh/hilang
sendiri) yang berlangsung kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi spesifik
bagi infeksi virus “Mumps” oleh karena itu pengobatan parotitis seluruhnya
simptomatis dan suportif.
Pasien dengan parotitis harus ditangani dengan kompres hangat, sialagog
seperti tetesan lemon, dan pijatan parotis eksterna. Cairan intravena mungkin
diperlukan untuk mencegah dehidrasi karena terbatasnya asupan oral. Jika respons
suboptimal atau pasien sakit dan mengalami dehidrasi, maka antibiotik intravena
mungkin lebih sesuai.
Berikut tata laksana yang sesuai dengan kasus yang diderita:
1. Penderita rawat jalan
Penderita baru dapat dirawat jalan bila tidak ada komplikasi (keadaan umum
cukup baik).
a. Istirahat yang cukup, di berikan kompres.
b. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup
c. Kompres panas dingin bergantian
d. Medikamentosa
Analgetik-antipiretik bila perlu
- Metampiron : anak > 6 bulan 250 – 500 mg/hari maksimum 2 g/hari
- Parasetamol : 7,5 – 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis
- Hindari pemberian aspirin pada anak karena pemberian aspirin berisiko
menimbulkan Sindrom Reye yaitu sebuah penyakit langka namun
mematikan. Obat-obatan anak yang terdapat di apotik belum tentu bebas
dari aspirin. Aspirin seringkali disebut juga sebagai “salicylate“ atau
“acetylsalicylic acid“.
2. Penderita rawat inap
Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala hebat, gejala
saraf perlu rawat inap diruang isolasi
a. Diet lunak, cair dan TKTP
b. Analgetik-antipiretik
c. Berikan kortikosteroid untuk mencegah komplikasi
3. Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi
a. Encephalitis
simptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi berguna untuk
mengurangi sakit kepala.
b. Orkhitis
- istrahat yang cukup
- pemberian analgetik
- sistemik kortikosteroid (hidrokortison, 10mg /kg/24 jam, peroral,
selama 2-4 hari
c. Pankreatitis dan ooporitis
Simptomatik saja
L. PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi pasif
dan imunisasi aktif.
1. Pasif
Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau
mengurangi komplikasi.
2. Aktif
Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika
yang hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme) atau
diberikan subkutan pada anak berumur 15 bulan (Ngastiyah, 2007). Vaksin ini tidak
menyebabkan panas atau reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan tidak
menular. Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama vaksin
campak dan rubella (MMR yakni vaksin Mumps, Morbili, Rubella). Pemberian
vaksinasi dengan virus “mumps”, sangat efektif dalam menimbulkan peningkatan
bermakna dalam antibodi “mumps” pada individu yang seronegatif sebelum vaksinasi
dan telah memberikan proteksi 15 sampai 95 %. Proteksi yang baik sekurang-
kurangnya selama 12 tahun dan tidak mengganggu vaksin terhadap morbili, rubella,
dan poliomielitis atau vaksinasi variola yang diberikan serentak.
Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal;
Individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen vaksin; demam akut;
selama kehamilan; leukimia dan keganasan; limfoma; sedang diberi obat-obat
imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit; sedang mendapat radiasi.
Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila diberikan setelah
pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan vaksin “Mumps” dalam
situasi ini
BAB III
KESIMPULAN
Pembengkakan akut pada kelenjar saliva dapat berupa parotitis dan sialadenitis.
Penyakit parotitis yang lebih awam disebut gondongan (mumps) merupakan suatu
penyakit menular dimana sesorang terinfeksi oleh virus (paramyxovirus) yang menyerang
kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan
pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah. Gejala yang ditimbulkan
berupa pembengkakan, rasa sakit, kemerahan, dan kelembutan pada saluran kelenjar
ludah, namun juga terjadi kelainan berupa pelebaran dan penyumbatan saluran.
Gangguan parotitis cenderung menyerang anak-anak usia dibawah usia 15 tahun (sekitar
85% kasus). Dahulu keadaan ini sering terlihat pada pasien yang mendapat perawatan
dari operasi abdomen, tetapi sekarang kasus ini telah jarang terlihat, hanya kadang-
kadang terlihat pada parotitis kronis rekuren, tetapi tidak sesering yang diperkirakan.
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3.Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran: EGC
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit buku
Kedokteran EGC
Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2 Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapicus Penerbit FK UI
Ngastiyah. 2007. Perawatan Pada Anak. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC
Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Soemarmo.2008.Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi 2.Jakarta:Penerbit IDAI