Upload
nguyennhan
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FORMULASI DAN KARAKTERISASI
MIKROPARTIKEL EKSTRAK ETANOL 50% KULIT
BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DENGAN
METODE SEMPROT KERING (SPRAY DRYING )
SKRIPSI
NIRMALA KASIH
1110102000042
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
NOVEMBER 2014
ii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FORMULASI DAN KARAKTERISASI
MIKROPARTIKEL EKSTRAK ETANOL 50% KULIT
BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DENGAN
METODE SEMPROT KERING (SPRAY DRYING )
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Farmasi
NIRMALA KASIH
1110102000042
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
NOVEMBER 2014
iii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
iv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
v UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRAK
Nama : Nirmala Kasih
Program Studi : Farmasi
Judul : Formulasi dan Karakterisasi Mikropartikel Ekstrak Etanol
50% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
dengan Metode Semprot Kering (Spray Drying)
Mikropartikel merupakan teknologi sistem penghantaran obat yang terbukti
mampu menjaga stabilitas suatu zat aktif dari lingkungan. Ekstrak kulit buah
manggis memiliki efek antioksidan yang tinggi, namun bersifat tidak stabil dan
mudah teroksidasi. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat mikropartikel
ekstrak kulit buah manggis agar stabilitas antioksidan dari kulit buah manggis
dapat terlindungi. Mikropartikel dibuat dengan metode semprot kering
menggunakan polimer hidroksi propil metil selulosa (HPMC), dengan
perbandingan ekstrak:HPMC untuk formula 1 (FI) 1:2; formula II (FII) 1:3; dan
formula III (FIII) 1:4. Mikropartikel yang dihasilkan dikarakterisasi meliputi uji
perolehan kembali, rata-rata dan distribusi ukuran partikel, sifat alir, kadar air,
efisiensi penjerapan serta uji disolusi dalam medium dapar fosfat pH 6,8. Hasil
karakterisasi mikropartikel FI, FII, dan FIII secara berturut-turut yaitu nilai
perolehan kembali 24,96 %, 26,75 %, dan 27,02 %, rata-rata ukuran partikel 13,12
µm, 15,10 µm, dan 26,33 µm, sifat alir 0,04 g/det, 0,06 g/det, dan 0,1 g/det,
dengan sudut istirahat 46,49⁰, 39,36⁰, dan 37,19⁰, kadar air 5,58 %, 4,49 %, 3,50
%, nilai efisiensi penjerapan 9±0,8 %, 23,87±4,0 %, dan 32,83±0,6 %, serta hasil
uji disolusi mikropartikel setelah 6 jam mencapai FI 2,09±0,14 mg, FII 1,85±0,09
mg, dan FIII 1,50±0,11 mg. Sehingga disimpulkan bahwa FIII merupakan formula
terbaik berdasarkan hasil karakterisasi.
Kata kunci : mikropartikel, ekstrak kulit buah manggis, antioksidan, alfa
mangostin, HPMC, semprot kering (spray drying)
vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRACT
Name : Nirmala Kasih
Major : Pharmacy
Title : Formulation and Characterization of Microparticles Ethanol
50% Extract Peel Mangosteen (Garcinia mangostana L.) Using
Spray Drying Method
Microparticles is one of drug delivery system technology that is able to maintain
the stability of the active substance from the environment. Mangosteen peel
extracts have high antioxidant effect, but it is unstable and easily oxidized. The
purpose of this study was to make microparticles mangosteen peel extract so that
stability of antioxidants can be protected. Microparticles were prepared by spray-
drying method using a polymer hydroxy propyl methyl cellulose (HPMC), with a
ratio formula of extract to HPMC for formulation I (FI), formulation II (FII), and
formulation III (FIII) are 1:2, 1:3, and 1:4 respectively. Microparticles were
characterized with various parameter such us the yield, particle size distribution,
flow properties, moisture content, encapsulation efficiency and dissolution test in
phosphate buffer medium of pH 6,8. The results of the characterization of
microparticles FI, FII, and FIII, respectively: yield were 24,96%, 26,75%, and
27,02%; the average of particle size were 13,12μm, 15,10μm, and 26,33μm , the
flow properties were 0,04 g/s, 0,06 g/s, and 0,1 g/s, with corner break were
46,49⁰, 39,36⁰, and 37,19⁰, moisture content were 5,58%, 4,49%, 3,50%,
encapsulation efficiency value were 9 ± 0.8%, 23.87 ± 4.0%, and 32.83 ± 0.6%,
and the results of microparticles dissolution test at 6th
hour reached FI 2,09±0,14
mg, FII 1,85±0,09 mg and FIII 1,50±0,11 mg. Therefore it concluded that the FIII
was the best formula based on the characterization.
Keywords: microparticles, mangosteen peel extract, antioxidant, alpha mangostin,
HPMC, spray drying
viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil`alamiin, segala puji dan syukur penulis ucapkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini hingga selesai.
Shalawat serta salam penulis curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, para sahabat serta kita sebagai umatnya. Penulisan skripsi yang
berjudul “Formulasi dan Karakterisasi Mikropartikel Ekstrak Etanol 50%
Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan Metode Semprot
Kering (Spray Drying)” bertujuan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh
gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini penulis menyadari bahwa dalam penelitian dan
penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt. dan Nelly Suryani, Ph.D., Apt sebagai
dosen pembimbing yang dengan sabar telah memberikan banyak masukan,
ilmu, bimbingan, waktu, tenaga, dan dukungan kepada penulis.
2. Prof. Dr. (hc). Dr. M.K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Umar Mansur, M.Sc selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Seluruh dosen di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atas ilmu
pengetahuan yang telah diberikan kepada saya.
5. Kedua orang tua, ayahanda Alimuddin M.Nur dan ibunda tercinta Hasma
Basir yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, dan doa yang tidak
pernah putus dan dukungan baik moril maupun materil. Sunggu besar jasa
beliau, tidak ada apapun di dunia ini yang mampu membalas kebaikan
Bapak dan mama. Maafkan anakmu ini yang memiliki banyak kesalahan,
semoga Allah senantiasa melindungi Bapak dan mama.
6. Adik-adik saya yang tercinta Nirwana, Nurhalifa, dan Adam yang telah
memberikan kasih sayang, doa, semangat, dan dukungan baik moril maupun
ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
materi sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.
7. Dwi Susangka Haryanto, S.T, terima kasih atas kesabaran, pengertian, doa,
dukungan, semangat dan selalu sedia di saat senang ataupun susah, tanpa
lelah mendengarkan cerita selama penulis melakukan penelitian dan
penyusunan skripsi.
8. Seluruh keluarga besar Prodi Farmasi FKIK yang telah memberikan
kesempatan dan kemudahan untuk melakukan penelitian serta dukungan yang
amat besar.
9. Laboran-laboran Farmasi FKIK, Pak Rahmadi, Kak Lisna, Kak Liken, Mba
Rani, Mba Lilis, Kak Tiwi, dan Kak Eris terima kasih atas dukungan serta
kerjasamanya selama kegiatan penelitian.
10. Sahabat-sahabatku tercinta Delvina Ginting, Syarifatul Mufida, Mayta
Ravika, Chaya Ning Tyas, Dwikky Sunu P., Hanny Narulita, Liana Puspita
C., teman-teman kosan Desi Syifa Nurmila, Farida Kusumaningrum, Dias
Prakatindih, Salsabiela Dwiyudrisa, Diah Azizah, Julia Anggraini, Sri
wahyuni, dan Annisa Alfira atas kebersaaman, persaudaraan, bantuan,
semangat, motivasi dan dukungan sejak awal perkuliahan sampai saat ini.
11. Teman-teman Farmasi 2010 Andalusia atas persaudaraan dan kebersamaan
kita selama di bangku perkuliahan.
12. Semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan penyelesaian
skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung yang namanya tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sempurna dan
banyak kekurangan. Oleh karena itu saran serta kritik yang membangun sangat
diharapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Akhir
kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu saya dalam penelitian ini. Amiin Ya Rabbal’alamiin.
Ciputat, 21 November 2014
Penulis
x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Sebagai civitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nirmala Kasih
NIM : 1110102000042
Program Studi : Farmasi
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah
saya, dengan judul :
FORMULASI DAN KARAKTERISASI MIKROPARTIKEL EKSTRAK
ETANOL 50% KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.)
DENGAN METODE SEMPROT KERING (SPRAY DRYING )
untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.
Dibuat di : Ciputat
Pada Tanggal : 21 November 2014
Yang Menyatakan,
(Nirmala Kasih)
xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ORISINALITAS ..................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................... vi
ABSTRACT .................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
HALAMAN PERSUTUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............ x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4
2.1 Mikroenkapsulasi ........................................................................... 4
2.1.1 Definisi .................................................................................. 4
2.1.2 Tujuan dan Fungsi Mikroenkapsulasi ................................... 5
2.1.3 Keuntungan dan Kerugian Mikroenkapsulasi ....................... 5
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mikroenkapsulasi ........ 5
2.1.5 Bahan-bahan yang Digunakan di dalam Mikroenkapsulasi .. 6
2.2 Metode Pembuatan Mikrokapsul ................................................... 7
2.3 Mekanisme Pelepasan Obat dari Mikrokapsul .............................. 10
2.4 Evaluasi Mikrokapsul .................................................................... 11
2.5 Manggis .......................................................................................... 15
2.5.1 Klasifikasi Tanaman ............................................................. 16
2.5.2 Morfologi .............................................................................. 16
2.5.3 Kandungan Kimia ................................................................. 17
2.5.4 Khasiat dan Kegunaan .......................................................... 18
2.6 Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC) ........................................ 19
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 21
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 21
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................... 21
3.2.1 Alat ........................................................................................ 21
3.2.2 Bahan .................................................................................... 21
3.3 Prosedur Penelitian ........................................................................ 22
3.3.1 Formula Mikropartikel .......................................................... 22
3.3.2 Pembuatan Mikropartikel ...................................................... 22
3.3.3 Uji Viskositas Larutan .......................................................... 22
3.3.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi .................................................. 23
3.3.4.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Alfa Mangostin 23
xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.4.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi ............................................... 23
3.3.5 Evaluasi Mikropartikel .......................................................... 23
3.3.5.1 Uji Penentuan Faktor Perolehan Kembali .......................... 23
3.3.5.2 Uji Kadar Air ..................................................................... 24
3.3.5.3 Uji Sifat Alir ..................................................................... 24
3.3.5.4 Distribusi Ukuran Partikel ................................................. 24
3.3.5.5 Uji Efisiensi Penjerapan ..................................................... 25
3.3.5.6 Uji Disolusi In Vitro ........................................................... 25
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 27 4.1 Formula Mikropartikel ................................................................... 27
4.2 Kurva Kalibrasi Alfa Mangostin .................................................... 29
4.2.1 Penentuan Panjang Gelombang Alfa Mangostin Standar ..... 29
4.2.2 Kurva Kalibrasi Alfa Mangostin Standar ............................. 29
4.3 Evaluasi dan Karakterisasi Mikropartikel ...................................... 30
4.3.1 Uji Perolehan Kembali (UPK) .............................................. 30
4.3.2 Sifat Alir ................................................................................ 31
4.3.3 Kadar Air .............................................................................. 31
4.3.4 Distribusi Ukuran Partikel .................................................... 32
4.3.5 Efisiensi Penjerapan .............................................................. 33
4.3.6 Disolusi In Vitro .................................................................... 35
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 38
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 38
5.2 Saran .............................................................................................. 38
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 39
LAMPIRAN ................................................................................................. 45
xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Diagram Skematik Ilustrasi Mikrosfer .................................... 4
Gambar 2.2 Spray Dryer EYELA SD-1000 ................................................ 10
Gambar 2.3 Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) ............................... 17
Gambar 2.4 Struktur Dasar Xanthon ........................................................... 18
Gambar 2.5 Struktur Alfa Mangostin .......................................................... 18
Gambar 2.6 Struktur Kimia HPMC ............................................................. 19
Gambar 4.1 Distribusi Ukuran Partikel ....................................................... 33
Gambar 4.2 Profil Bobot Terdisolusi Mikropartikel ................................... 37
xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Rentang Ukuran Partikel Mikrokapsul ......................................... 14
Tabel 3.1 Formula Mikropartikel ................................................................. 22
Tabel 4.1 Viskositas Formula Mikropartikel ............................................... 28
Tabel 4.2 Persamaan Regresi Linier Alfa Mangostin .................................. 30
Tabel 4.3 Ringkasan Hasil Evaluasi Mikropartikel...................................... 30
Tabel 4.4 Bobot Terdisolusi Mikropartikel .................................................. 36
xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Alur Penelitian ...................................................................... 45
Lampiran 2. Gambar Alat dan Bahan Penelitian ...................................... 46
Lampiran 3. Scanning Alfa Mangostin Medium Metanol ........................ 47
Lampiran 4. Data Absorbansi Alfa Mangostin Medium Metanol ............ 47
Lampiran 5. Kurva Kalibrasi Alfa Mangostin Medium Metanol.............. 47
Lampiran 6. Scanning Alfa Mangostin Medium Kloroform .................... 48
Lampiran 7. Data Absorbansi Alfa Mangostin Medium Kloroform ......... 48
Lampiran 8. Kurva Kalibrasi Alfa Mangostin Medium Kloroform .......... 48
Lampiran 9. Scanning Alfa Mangostin Standar Medium Metanol :
Dapar Fosfat pH 6,8 (1:1) ..................................................... 49
Lampiran 10. Data Absorbansi Alfa Mangostin Medium Metanol:
Dapar Fosfat pH 6,8 (1:1) ..................................................... 49
Lampiran 11. Kurva Kalibrasi Alfa Mangostin Standar Medium Metanol:
Dapar Fosfat pH 6,8 (1:1) ..................................................... 49
Lampiran 12. Hasil Mikropartikel Ektrak Etanol 50 % Kulit Buah Manggis 50
Lampiran 13. Hasil Uji Perolehan Kembali (PK) ....................................... 51
Lampiran 14. Hasil Penentuan Sifat Alir Mikropartikel ............................. 51
Lampiran 15. Hasil Uji Kadar Air Pada Mikroparikel ................................ 52
Lampiran 16. Distribusi Ukuran Partikel .................................................... 52
Lampiran 17. Hasil Uji Efisiensi Penjerapan pada Mikropartikel .............. 53
Lampiran 18. Hasil Uji Statistik Nilai Efisiensi Penjerapan ....................... 53
Lampiran 19. Hasil Uji Disolusi Mikropartikel .......................................... 56
Lampiran 20. Profil Persentase Disolusi Mikropartikel .............................. 56
Lampiran 21. Bobot dan Persentase Terdisolusi FI .................................... 57
Lampiran 22. Bobot dan Persentase Terdisolusi FII ................................... 57
Lampiran 23. Bobot dan Persentase Terdisolusi FIII .................................. 58
Lampiran 24. Hasil Uji Statistik Disolusi Mikropartikel ............................ 58
Lampiran 25. Hasil Karakterisasi Ekstrak Etanol 50 % Kulit Buah Manggis 61
Lampiran 26. Contoh Perhitungan Nilai Efisiensi Penjerapan ................... 62
Lampiran 27. Contoh Perhitungan Persentase Disolusi .............................. 65
Lampiran 28. Sertifikat Analisis Alfa Mangostin ....................................... 68
Lampiran 29. Sertifikat Analisis HPMC ..................................................... 69
1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikropartikel merupakan salah satu tipe penghantaran obat di mana
partikelnya berukuran satu sampai beberapa mikron. Mikropartikel terdiri dari
dua bagian yaitu inti dan matriks penyalut. Suatu zat aktif akan terjerap atau
terdispersi pada lapisan inti dan ditutupi serta dilindungi oleh dinding
penyalut. Penyalut yang digunakan dapat bervariasi, namun yang paling
banyak digunakan di dalam preparasi mikropartikel adalah polimer baik
polimer alami maupun sintetik. Metode yang dapat digunakan dalam membuat
mikropartikel dapat disesuaikan dengan tujuan pembuatan dan sifat kelarutan
dari zat aktif. Metode tesebut dibagi menjadi dua yaitu metode kimia dan
fisika (Kumar, et al., 2011). Tujuan utama dalam pembuatan mikropartikel
antara lain menutupi rasa yang tidak enak, meningkatkan kelarutan dari suatu
zat aktif, dan melindungi zat aktif dari lingkungan sehingga stabilitasnya dapat
terjaga (Xiang, 2011). Mikropartikel sangat bermanfaat untuk suatu zat aktif
yang tidak tahan terhadap lingkungan, seperti senyawa yang memiliki
aktivitas sebagai antioksidan (Yosephine, 2010; Aimen et al., 2011).
Antioksidan merupakan senyawa antiradikal bebas yang dapat
menghambat reaksi oksidasi, menetralkan dan menghancurkan radikal bebas
yang dapat memicu berbagai penyakit degenerative. Namun, antioksidan
bersifat tidak stabil, reaktif, dan mudah teroksidasi (Boots et al., 2008). Salah
satu tanaman yang kaya akan antioksidan alami dan banyak tumbuh di daerah
Asia adalah buah manggis (Garcinia mangostana L.). Senyawa yang
memberikan aktivitas sebagai antioksidan yang terkandung di kulit manggis
salah satunya berasal dari senyawa metabolit sekunder xanton. Konstituen
utama dari xanton adalah alfa mangostin yang terbukti mampu menghambat
pertumbuhan sel kanker prostat dengan dosis 100 mg/kg BB selama 5 kali
perminggu (Johnson, 2012). Oleh karena itu, ekstrak kulit buah manggis yang
sangat berpotensi ini perlu dibuat menjadi sediaan mikropartikel, karena
kemampuan mikropartikel untuk menjerap, menutupi, dan melindungi zat
2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
aktif sehingga diharapkan mampu menjaga stabilitas antioksidan sehingga
tidak kehilangan aktivitasnya. Seperti penelitian Yosephine (2010), alfa
tokoferol sebagai antioksidan mampu terjaga stabilitasnya ketika dibuat
menjadi mikropartikel dengan polimer hidroksi propil metil selulosa (HPMC).
Di dalam penelitian ini, dibuat mikropartikel ekstrak etanol 50% kulit
buah manggis dengan metode semprot kering (spray drying) dan hidroksi
propil metil selulosa (HPMC) sebagi bahan penyalutnya. Metode semprot
kering (spray drying) dipilih karena penggunaan alatnya yang sederhana dan
mudah, ekonomis, membutuhkan waktu yang relatif singkat, dan bisa
digunakan dalam skala besar (Xiang, 2011). HPMC dipilih sebagai bahan
penyalut karena merupakan polimer hidrofilik semi sintetik yang telah banyak
digunakan sebagai pembawa untuk memperbaiki kelarutan, menjaga stabilitas,
melindungi komponen yang tidak tahan terhadap lingkungan, dan
meningkatkan bioavailabilitas dari suatu zat aktif (Launer dan Jenifer, 2000;
Rowe, 2006).
Ruang lingkup penelitian ini adalah memformulasikan ekstrak yang
telah terkarakterisasi dengan polimer HPMC lalu dilakukan karakterisasi
terhadap mikropartikel tersebut. Karakterisasi yang dilakukan terhadap
mikropartikel antara lain efisiensi penjerapan, sifat alir, kadar air, distribusi
ukuran partikel, dan perolehan kembali untuk mengetahui keefektifan metode
yang digunakan serta uji disolusi mikropartikel. Sehingga diharapkan akan
diperoleh formula terbaik berdasarkan hasil karakterisasi tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik mikropartikel ekstrak etanol 50% kulit buah
manggis dengan polimer HPMC sebagai penyalut menggunakan metode
semprot kering (spray drying)?
2. Formulasi manakah yang terbaik berdasarkan hasil karakterisasi
mikropartikel.
3
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik
dari mikropartikel dan formulasi terbaik yang menggunakan polimer HPMC
dengan metode semprot kering (spray drying).
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai
formulasi mikropartikel ekstrak etanol 50% kulit buah manggis dengan
HPMC sebagai polimer dengan metode semprot kering (spray drying).
4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mikroenkapsulasi
2.1.1 Definisi
Mikroenkapsulasi adalah suatu proses penyalutan tipis suatu bahan inti
baik berupa padatan, cairan atau gas dengan suatu polimer sebagai dinding
pembentuk mikrokapsul. Mikrokapsul yang terbentuk dapat berupa partikel
atau bentuk agregat, dan biasanya memiliki rentang ukuran partikel antara 5 –
5000 μm. Ukuran tersebut bervariasi tergantung metode dan ukuran partikel
bahan inti yang digunakan (Lachman, 1994).
Istilah kapsul sering digunakan ketika zat aktif terenkapsulasi (inti, agen
aktif, bahan yang diisi, fase internal, atau nukleus) dikelilingi oleh material
membran (enkapsulan, pembawa, penyalut, membran, cangkang atau dinding)
dan istilah sphere digunakan ketika inti terdispersi atau terlarut dalam
pembawa (Senatore, 2008)
Gambar 2.1 Diagram skematik ilustrasi mikrosfer. (A) mikrokapsul yang
terdiri dari partikel inti yang terenkapsulasi dan (B) mikromatrik
yang terdiri dari bahan aktif yang terdispersi homogen dalam
pembawa
[Sumber : Swarbick, 2007]
Terdapat dua jenis mikrosfer yaitu mikrokapsul dan mikromatrik
(Gambar 2.1). Pada mikrokapsul, bahan inti terperangkap sepenuhnya dan
dikelilingi oleh dinding kapsul, sedangkan pada mikrometrik, bahan inti
terperangkap dan terdispersi seluruhnya pada matrik mikrosfer (Swarbick,
2007).
5
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.1.2 Tujuan dan Fungsi Mikroenkapsulasi (Wang, 2006)
Tujuan dari mikroenkapsulasi dapat meliputi :
a. Menutupi rasa dan bau yang tidak enak
b. Melindungi bahan inti dari pengaruh lingkungan
c. Memperbaiki aliran serbuk
d. Mengubah bentuk cairan menjadi padatan
e. Menyatukan bahan-bahan yang tidak tercampurkan secara kimia
f. Mengatur pelepasan inti
g. Menurunkan sifat iritasi bahan inti pada saluran cerna
h. Memperbaiki stabilitas bahan inti.
2.1.3 Keuntungan dan Kerugian Mikroenkapsulasi (Lachman, 1994)
Adapun keuntungannya yakni sebagai berikut :
a. Dengan adanya lapisan dinding polimer, bahan inti akan terlindung dari
pengaruh lingkungan luar
b. Dapat mencegah perubahan warna dan bau serta dapat menjaga stabilitas
bahan inti yang dipertahankan dalam jangka waktu yang lama
c. Dapat dicampur dengan komponen lain yang berinteraksi dengan bahan
inti
Sedangkan kerugiannya, yakni :
a. Biasanya penyalutan bahan inti oleh polimer kurang sempurna atau tidak
merata sehingga akan mempengaruhi pelepasan bahan inti dari
mikrokapsul
b. Dibutuhkan teknologi mikroenkapsulasi
c. Harus dilakukan pemilihan polimer penyalut dan pelarut yang sesuai
dengan bahan inti agar diperoleh hasil mikrokapsul yang baik.
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Mikroenkapsulasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan mikroenkapsulasi,
antara lain sifat fisikokimia bahan inti atau zat aktif, bahan penyalut yang
digunakan, tahan proses mikroenkapsulasi (tunggal/bertingkat), sifat dan
struktur dinding mikrokapsul serta kondisi pembuatan (Lachman, 1994).
6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.1.5 Bahan-Bahan yang Digunakan dalam Mikroenkapsulasi
Mikrokapsul terdiri dari beberapa komponen yaitu :
a. Bahan inti
Bahan inti merupakan bahan yang spesifik yang akan disalut, dapat
berupa cairan, padatan, bahkan gas. Komposisi bahan inti dapat bervariasi,
seperti pada bahan inti cair dapat terdiri dari bahan pendispersi atau bahan
terlarut. Sedangkan bahan inti padat dapat berupa zat tunggal atau campuran
zat aktif dengan bahan pembawa lain seperti stabilitas, pengencer, pengisi,
penghambat, atau pemacu pelepasan bahan aktif, dan sebagainya. Selain itu,
bahan inti yang digunakan sebaiknya tidak larut atau tidak bereaksi dengan
bahan penyalut yang digunakan.
b. Bahan penyalut
Bahan penyalut adalah bahan yang digunakan untuk melapisi inti dengan
tujuan tertentu seperti menutupi rasa dan bau yang tidak enak, perlindungan
terhadap pengaruh lingkungan, meningkatkan stabilitas, mencegah penguapan,
kesesuaian dengan bahan inti maupun bahan lain yang berhubungan dengan
proses penyalutan serta sesuai dengan metode mikroenkapsulasi yang
digunakan. Bahan penyalut harus mampu memberikan suatu lapisan tipis yang
kohesif dengan bahan inti, dapat bercampur secara kimia, tidak bereaksi
dengan inti (bersifat inert), dan mempunyai sifat yang sesuai dengan tujuan
penyalutan. Bahan penyalut yang digunakan dapat berupa polimer alam, semi
sintetik, maupun sintetik. Jumlah penyalut yang digunakan antara 1 – 70 %,
dan pada umumnya digunakan 3 – 30 % dengan ketebalan dinding penyalut
0,1 – 60 µm.
c. Pelarut
Pelarut adalah bahan yang digunakan untuk melarutkan bahan penyalut
dan mendispersikan bahan inti. Pemilihan pelarut biasanya berdasarkan sifat
kelarutan dari bahan inti atau zat aktif dan bahan penyalut, dimana pelarut
yang digunakan tersebut tidak atau hanya sedikit melarutkan bahan inti tetapi
dapat melarutkan bahan penyalut. Pelarut polar akan melarutkan pelarut polar
dan pelarut non polar akan melarutkan pelarut non polar.
7
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Untuk melarutkan penyalut juga dapat digunakan pelarut tunggal atau
pelarut campuran. Penggunaan pelarut campuran seringkali memberikan
kesulitan dalam proses penguapan pelarut, misalnya perbedaan kecepatan
penguapan antara dua atau lebih pelarut yang akan mengakibatkan pemisahan
komponen pelarut yang terlalu cepat, sehingga penyalut menggumpal. Untuk
menghindari hal tersebut biasanya digunakan campuran azeotrop, yaitu
campuran pelarut dengan komposisi dan titik didih yang tetap dimana selama
proses penguapan komposisi campuran tidak berubah. Jika digunakan
campuran azeotrop maka campuran tersebut harus dapat melarutkan penyalut
dengan baik.
2.2 Metode Pembuatan Mikrokapsul
Metode mikroenkapsulasi terdiri dari berbagai macam, diantaranya
adalah sebagai berikut :
a. Metode kimia
1. Polimerisasi antarpermukaan
Metode ini melibatkan reaksi beberapa monomer pada antarmuka antara
dua fase cair yang tidak tercampur satu sama lain untuk membentuk lapisan
film yang menyalut fase terdispersi, umumnya digunakan dua monomer yang
reaktif yaitu monomer larut dalam air dan monomer larut dalam pelarut
organik, di mana satu monomer dilarukan dalam fase air yang mengandung
inti terlarut atau terdispersi dan lainnya dilarutkan setelah tahap emulsifikasi
dari fase terdispersi tersebut (Benita, 1996).
2. Polimerisasi in situ
Prinsip metode ini hampir sama dengan polimerisasi antarmuka,
perbedaannya adalah metode ini hanya menggunakan satu jenis monomer
yang berada dalam satu fase yaitu fase inti/fase luar saja. Jika inti berupa zat
padat, maka monomer dilarutkan ke dalam fase luar/medium, sedangkan jika
inti berupa cairan maka monomer dilarutkan ke dalamnya. Proses polimerisasi
terjadi karena penambahan katalis yang dapat dilakukan pada fase luar/fase
inti sehingga membentuk suatu lapisan polimer yang menyelimuti seluruh
8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
permukaan inti (Deasy, 1984). Syarat sistem ini adalah polimer penyalut yang
terbentuk harus tidak larut dalam medium yang digunakan.
b. Metode fisikokimia
1. Koaservasi pemisahan fase
Merupakan metode pertama yang digunakan untuk menghasilkan produk
enkapsulasi. Istilah koaversi berasal dari bahasa latin yaitu “acervus” yang
berarti agregasi/penggumpalan dan awalan “co” yang menunjukkan bahwa
partikel koloid yang telah tergabung terlebih dahulu. Metode ini
menggambarkan proses pemisahan fase dalam larutan koloid, baik ke arah
lapisan kaya koloid disebut koaservat maupun ke arah lapisan miskin koloid.
Permisahan terjadi karena perubahan temperatur, perubahan pH, atau
pengurangan elektrolit.
2. Metode penguapan pelarut
Pada metode ini bahan penyalut dilarutkan dalam pelarut organik yang
mudah menguap dan tidak mudah bercampur dengan fase pembawa,
kemudian bahan inti yang akan dimikroenkapsulasi dilarutkan atau
didispersikan ke dalam larutan polimer penyalut. Selanjutnya campuran bahan
inti dan penyalut didispersikan dalam fase pembawa untuk membentuk
emulsi, dan pelarut diuapkan sehingga terbentuk mikrokapsul. Penguapan
pelarut dapat dilakukan dengan pemanasan, penurunan tekanan, pengadukan,
pendinginan atau pembekuan. Penguapan pelarut organik akan menyebabkan
terbentuknya lapisan film di sekeliling inti, sehingga tetesan inti menjadi
mikrokapsul.
c. Metode mekanik
1. Suspensi udara
Pada metode ini bahan inti dididspersikan dalam suatu aliran udara yang
menyangga, dan penyemprotan penyalut dari partikel yang tersuspensi oleh
udara. Inti yang digunakan harus tahan terhadap panas.
2. Metode semprot beku
Proses semprot beku atau spray chilling sama dengan semprot kering
meliputi pendispersian bahan inti dalam bahan penyalut yang dicairkan, dan
penyemprotan campuran inti – penyalut ke dalam suatu kondisi lingkungan di
9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mana pemadatan yang relatif cepat dari penyalutan diganggu. Perbedaan
antara kedua metode ini adalah cara dilaksanakannya pemadatan penyalut.
Pemadatan pada semprot beku dilaksanakan dengan pembekuan secara termal
suatu bahan penyalut yang melebur, atau dengan memadatkan suatu penyalut
yang dilarutkan dengan memasukkan bahan inti dan bahan penyalut ke dalam
suatu pelarut. Penghilangan bahan bukan pelarut atau pelarut dengan cara
teknik peresapan, ekstraksi atau penguapan. Sedangkan semprot kering
dipengaruhi oleh penguapan cepat dari pelarut dimana bahan penyalut
dilarutkan (Bakan, 1986).
3. Metode semprot kering
Sebagian besar metode mikroenkapsulasi yang umum digunakan dalam
industri adalah semprot kering (spray drying) karena metode ini paling mudah
diterapkan dan paling ekonomis. Di samping itu, peralatan yang digunakan
untuk mikroenkapsulasi dengan metode ini banyak tersedia. Ukuran partikel
mikrokapsul yang diperoleh dari semprot kering (spray drying) kisarannya
lebih kecil dibandingkan dengan metode lain, sehingga dapat tercapai
keseragaman ukuran partikel .
Proses semprot kering (spray drying) meliputi proses pendispersian
bahan inti ke dalam bahan penyalut dengan cara menghomogenisasi dan
menyemprotkan dispersi bahan penyalut – inti ke dalam suatu lingkungan
dengan pemadatan yang relatif cepat dari penyalut. Pemadatan penyalut dalam
semprot kering (spray drying) dipengaruhi oleh penguapan cepat dari pelarut
bahan penyalut (Masters, 1979).
Menurut Risch (1995), secara praktis semprot kering (spray drying)
dilakukan dengan cara mendispersikan bahan inti ke dalam bahan penyalut,
kemudian campuran diatomisasi melalui pipa-pipa ke dalam aliran udara
panas yang menyediakan panas laten penguapan. Panas tersebut diperlukan
untuk menghilangkan pelarut dari bahan penyalut sehingga menghasilkan
partikel-partikel kering sebagai produk mikroenkapsulasi (Onwulata, 1986).
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.2 Spray Dryer EYELA SD-1000
[Sumber : Koleksi Pribadi]
4. Metode penyalutan dalam panci
Mikroenkapsulasi dengan menggunakan metode penyalutan dalam panci
telah luas digunakan dalam industri farmasi. Pada metode ini penyalut
digunakan sebagai satu larutan atau sebagai semprotan halus ke suatu bahan
inti padat di dalam panci penyalut untuk memindahkan larutan penyalut,
biasanya air hangat digunakan pada bahan-bahan tersalut saat penyalutan ada
di dalam panci penyalut. Penghilangan penyalut dilakukan dalam oven
pengering (Bakam, 1986).
2.3 Mekanisme Pelepasan Obat dari Mikroskapsul
Pelepasan obat dari mikrokapsul dapat melalui berbagi cara yaitu
melalui proses difusi melewati lapisan polimer, erosi dari lapisan polimer atau
kombinasi dari erosi dan difusi. Umumnya obat yang dibuat dengan cara ini
lebih banyak dilepaskan melalui difusi membran. Cairan dari saluran
pencernaan berdifusi melalui membran ke dalam sel, kemudian obat akan
melalui difusi pasif dari larutan konsentrasi tinggi di dalam sel kapsul melalui
membran ke tempat konsentrasi rendah pada cairan saluran pencernaan. Jadi
kecepatan pelepasan ditentukan oleh sifat difusi obat pada membran (Deasy,
1984).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan obat dari mikrokapsul
antara lain :
11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
a. Sifat fisik dari mikrokapsul, meliputi bentuk, ukuran, susun inti, dan
materi penyalut.
b. Sifat fisikokima dari obat, meliputi kelarutan, dan difusitas.
c. Sifat fisikokimia dari penyalut, meliputi ketebalan dan porositas.
2.4 Evaluasi Mikrokapsul
Pembuatan suatu produk obat khususnya mikrokapsul, tidak lepas dari
berbagai jenis evaluasi untuk mengontrol kualitas produk dan mengetahui
layak atau tidaknya mikrokapsul yang diperoleh tersebut untuk digunakan dan
dipasarkan ke masyarakat. Evaluasi yang dilakukan pada mikrokapsul
meliputi perolehan kembali, pemeriksaan bentuk dan morfologi mikrokapsul,
penetapan kadar air, penentuan kandungan zat aktif pada mikrokapsul dan
efisiensi penyerapan, uji pelepasan secara in vitro, serta distribusi ukuran
partikel.
a. Perolehan kembali
Faktor perolehan kembali ditentukan dengan membandingkan total
mikrokapsul yang diperoleh terhadap total ekstrak kulit buah manggis dengan
polimer yang digunakan pada mikrokapsul. Untuk menentukan faktor
perolehan kembali digunakan rumus (Kumar et al., 2011):
(2,1)
Keterangan : % PK = faktor perolehan kembali (g), Wm = bobot mikropartikel yang diperoleh
(g), Wt = bobot bahan pembentuk mikropartikel (%)
b. Pemeriksaan bentuk dan morfologi mikrokapsul
Pemeriksaan bentuk dan morfologi permukaan mikrokapsul dengan
Scanning Electron Microscopy (SEM) untuk mengetahui karakteristik
permukaan dan adanya pori-pori pada permukaan mikrokapsul. Mikrokapsul
disalut dengan logam emas menggunakan coater di bawah vakum dan sampel
diuji dengan SEM (Sutriyo, 2004).
c. Penetapan kadar air
Mikrokapsul diukur kadar airnya menggunakan alat pengukur kadar
lembab (moisture balance). Lalu dihitung kadar air konstan (Sugindro, 2008).
d. Sifat alir
12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sifat alir serbuk sangat penting untuk pembuatan tablet yang efisien.
Aliran serbuk atau granul yang baik unutk dikempa sangat penting untuk
memastikan pencampuran yang efisien dan keragaman bobot yang dapat
diterima untuk tablet kempa. Sifat aliran serbuk yang baik merupakan hal
penting untuk pengisian yang seragam ke dalam lubang cetak mesin tablet dan
untuk memudahkan gerakan bahan di sekitar fasilitas produksi (Sing, 1993).
Sifat aliran dipengarahi oleh ukuran dan bentuk partikel, partikel yang
bulat dan lebih besar menunjukkan aliran yang lebih baik (Oakland, 1996).
Selain itu, kebanyakan sifat aliran sangat dipengaruhi oleh bobot jenis, muatan
elektrostatik, dan lembap yang diabsorpsi. Metode untuk mengevaluasi aliran
serbuk antara lain metode sudut istirahat dan metode corong :
1. Metode sudut istirahat
Metode sudut istirahat telah digunakan sebagai metode tidak langsung
untuk mengukur mampu alir serbuk karena hubunganya dengan kohesi antar
partikel. Banyak metode yang berbeda untuk menetapkan sudut istirahat dan
salah stunya yang sering digunakan adalah metode corong (Kohli, 1998).
Serbuk seberat 100 gram dilewatkan melalui corong dan jatuh ke aras
sehelai kertas grafik. Setelah onggokan serbuk membentuk kerucut stabil,
sudut istirahatnya diukur. Metode ini disebut “uji sudut jatuh”. Untuk
kebanyakan serbuk farmasetik, nilai sudut istirahat berkisar dari 25⁰ sampai
45⁰, dengan nilai yang lebih rendah menunjukkan karakteristik yang lebih
baik (Sing, 1993).
Sudut istirahat diperoleh dengan mengukur ketinggian dan diameter
sampel serbuk yang mengalir tersebut dengan persamaan berikut :
(2,2)
Keterangan: α = sudut istirahat, H = tinggi maksimum kerucut, R = jari-jari serbuk
2. Metode Corong (Langsung)
Kecepatan alir diketahui melalui metode corong. Metode ini paling
sederhana untuk menetapkan mampu alir serbuk secara langsung, yakni
kecepatan alir serbuk dengan bobot tertentu melalui corong diukur dalan detik.
Suatu penutup sederhana ditempatkan pada lubang keluar corong lalu diisi
dengan serbuk yang telah ditimbang terlebih dahulu, biasanya 100 gram
13
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
serbuk. Ketika penutup dibuka, dicatat waktu yang dibutuhkan serbuk untuk
keluar. Dengan membagi serbuk dengan waktu keluar tersebut, kecepatan alir
diperoleh sehingga dibandingkan untuk perbandingan kuantitatif berbagai
serbuk yang berbeda (Kohli, 1998).
(2,3)
Jika kecepatan alir serbuk
dianggap baik
(Lieberman, 1990).
e. Evaluasi distribusi ukuran partikel
Karakterisasi ukuran partikel merupakan hal yang penting untuk
diketahui apakah ukuran partikel mikrokapsul tersebut berada dalam rentang
yang optimal. Ada banyak metode yang digunakan misalnya :
1. Mikroskopi
Menggunakan alat mikroskopi optik untuk pengukuran ukuran partikel yang
berkisar 0,2 µm sampai kira-kira 100 µm.
2. Pengayakan
Pada metode ini menggunakan suatu seri ayakan standar yang dikalibrasi
oleh The National Standars. Ayakan umumnya digunakan untuk memilih
partikel-partikel yang lebih besar, tetapi jika digunakan sangat hati-hati,
ayakan-ayakan tersebut dapat digunakan untuk mengayak bahan sampai 44
µm. Untuk menguji kehalusan serbuk suatu sampel tertentu ditaruh suatu
ayakan yang cocok dan digoyangkan selama waktu tertentu dan bahan yang
melalui suatu ayakan ditahan oleh ayakan berikutnya yang lebih halus
kemudian dikumpulkan dan ditimbang.
3. Sedimentasi (Metode Andreason Pipette)
Penggunaan ultrasentrifugasi untuk penentuan berat molekul dari
polimer yang tinggi. Sampel ditarik dari bawah menggunakan pipet, dan
sejumlah padatan ditentukan dengan pegeringan dan penimbangan.
14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 2.1 Rentang Ukuran Partikel Mikrokapsul pada Beberapa Metode
Mikroenkapsulasi
f. Penentuan kandungan zat aktif dalam mikrokapsul dan efisiensi
penjerapan
Penentuan kandungan obat mikrokapsul dilakukan untuk mengetahui
banyaknya zat aktif yang dapat terkapsulasi dan efiseiensi metode yang
digunakan. Mikrokapsul dapat mengandung bahan inti sampai 99% dihitung
terhadap berat mikrokapsul. Metode yang digunakan tergantung dari kelarutan
bahan penyalut dan bahan inti, salah satu metodenya yaitu dengan
spektrofotometri UV-Vis.
Jika bahan inti dan bahan penyalut larut dalam pelarut bukan air, maka
penentuan kandungan mikrokapsul dilakukan dengan melarutkan mikrokapsul
dalam pelarut organik yang sesuai dan kadar obat kemudian ditentukan
dengan metode analisa yang sesuai. Jika hanya bahan inti saja yang larut
dalam air, sedangkan bahan penyalutnya tidak larut makan dapat dilakukan
pelarutan mikrokapsul dalam air dengan pengadukan kecepatan tinggi,
sehingga bahan penyalut akan terlarut atau dapat pula dilakukan penggerusan
mikrokapsul sehingga penyalut pecah dan inti dapat terlarut dalam pelarut
yang sesuai. Setelah itu dilakukan penyaringan untuk menghilangkan fragmen
polimer yang tidak larut. Bahan inti selanjutnya ditentukan kadarnya dengan
metode analisa yang sesuai (Lachamn, 1994).
Metode mikroenkapsulasi Bahan inti Rentang ukuran (µm)
Suspensi udara Padat 35 – 5000
Pemisahan fase koaservasi Padat dan cair 1 – 5000
Penyalut dalam panik Padat 600 – 5000
Penguapan pelarut Padat dan cair 1 – 5000
Semprot kering (spray
drying) Padat dan cair 5 – 600
[Sumber : Emsap, 2002; Martin et al., 1993]
15
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kandungan obat (fraksi zat aktif dalam mikropartikel) ditentukan dengan
menggunakan rumus (Kumar et al., 2011) :
(2,4)
g. Uji pelepasan secara in vitro
Laju pelepasan in vitro adalah jumlah bahan padat yang terlarut pada
setiap waktu tertentu. Proses pelepasan zat aktif ini sangat berpengaruh
terhadap kecepatan dan besarnya ketersediaan zat aktif dalam tubuh dan
selanjutnya akan mempengaruhi respon klinis yang dihasilkan oleh suatu
sediaan. Untuk obat yang kelarutannya sangat kecil, laju pelepasan
menentukan proses absorbsi obat pada saluran cerna.
Uji pelepasan in vitro ini dilakukan untuk mengukur laju dan jumlah
pelarutan obat dalam suatu medium dengan adanya satu atau lebih bahan
tambahan yang terkandung dalam zat aktif. Noyes dan Whitney
menggambarkan proses pelepasan bahwa padat dimulai dengan pelarutan
bahan pada permukaan partikel zat aktif, yang membentuk larutan jernih di
sekeliling partikel. Obat yang terlarut dalam larutan jernih diasumsikan
sebagai stagnan layer atau lapisan tetap yang tipis, yang selanjutnya berdifusi
dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.
Adapun persamaan yang menggambarkan persamaan disolusi adalah :
(2,5)
Keterangan: dC = Perubahan konsentrasi suatu fungsi obat, k = Konstanta kecepatan disolusi,
Cs = Konstanta jenuh larutan, C = Konstanta larutan pada waktu tertentu.
2.5 Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
Buah manggis (Garcinia mangostana L.) adalah tanaman tropis yang
banyak ditemukan di Asia Teggara, termasuk Indonesia. Dari Asia Tenggara,
tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya
seperti Filipina, Papua New Guinea, Kamboja, Thailand, Srilanka,
Madagaskar, Honduras, Brazil, dan Australia Utara. Manggis mempunyai
berbagai macam nama lokal khususnya di Indonesia seperti manggu (Jawa
Barat), manggus (Lampung), manggusto (Sulawesi Utara), manggista
16
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(Sumatera Barat). Pusat penanaman pohon manggis adalah Kalimantan Timur,
Kalimantan Tengah, Jawa Barat (Jasinga, Ciamis, Wanayasa), Sumatera
Barat, Sumatera Utara, Riau, Jawa Timur dan Sulawesi Utara (Prihatman,
2000).
2.5.1 Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Guttiferanales
Family : Guttiferae
Genus : Garcinia
Spesies : Garcinia mangostana L. (Hutapea, 1994)
2.5.2 Morfologi
Buah manggis memiliki tinggi sekitar 15 meter. Berbatang kayu bulat,
tegak, memiliki percabangan simodial dan berwarna hijau kotor. Berdaun
tunggal dengan bentuk lonjong, ujung meruncing, pangkal yang tumpul dan
tepi rata, pertulangan menyirip, panjang daun sekitar 20 sampai 25 cm dengan
lebar 6 hingga 9 cm, tebal dan tangkai berbentuk silinder berwarna hijau.
Manggis berbunga tunggal dan berkelamin dua berada di ketiak daun dengan
panjang sekitar 1 sampai 2 cm. Buahnya berbentuk bulat dengan diameter 6
sampai 8 cm dan berwarna cokelat keunguan. Bijinya bulat berwarna kuning
dengan diameter 2 cm dan dalam satu buah terdapat 5 sampai 7 biji. Berakar
tunggang dengan warna putih kecokelatan (Hutapea, 1994).
Berikut adalah gambar morfologi dari buah manggis :
17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.3 Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
[Sumber: Koleksi Pribadi]
2.5.3 Kandungan Kimia
Kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) mengandung flavonoid,
xanton dan derivatnya, dan tannin (Heyne, 1997; Soedibyo, 1998). Senyawa
metabolit sekunder yang bersifat bioaktif terbesar adalah senyawa xanton dan
turunannya. Alfa-mangostin (α-mangostin) dan gamma-mangostin (γ-
mangostin) merupakan senyawa bioaktif xanton yang utama (Jung et al.,
2006). Senyawa xanton lain yang terdapat dalam kulit buah manggis adalah β-
mangostin, gartanin, 8-deoxygartanin, garcinone A, B, C, D dan E,
mangostinon, dan isomangostin (Obolskiy et al., 2009; Ji et al., 2007; Walker,
2007).
Senyawa xanton yang terkandung di dalam kulit buah manggis ini
merupakan senyawa fenolik yang tergolong dalam kelas polifenol, yang
memiliki aktivitas antioksidan dan manfaat lainnya dalam bidang kesehatan
(Ji et al., 2007; Walker, 2007). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Chaverri
et al. (2008) disebutkan bahwa alfa-mangostin memiliki berbagai macam
bioaktivitas dan merupakan mayor compound dalam ekstrak kulit manggis,
alfa mangostin memiliki aktivitas sebagai antioksidan, anti-inflamasi, anti-
malaria, antitumor, anti-alergi, anti-bakteri dan antifungi
(Pothitirat et al., 2009). Penelitian lain menyebutkan bahwa alfa-mangostin
memiliki aktivitas anti-inflamasi sebaik aktivitasnya sebagai antikanker
(Wang et al., 2012).
18
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.4 Struktur Dasar Xanton
[Sumber: Chaverri et al., 2008]
Gambar 2.5 Struktur Alfa-Mangostin
[Sumber: Sukatta et al., 2013]
Alfa mangostin merupakan serbuk amorfus berwarna kuning yang
mempunya titik leleh 180 – 182⁰C dan dapat dilihat menggunakan
spektorofotometer Uv-Vis dengan panjang gelombang maksimum 243,4, 254,
316,4, dan 352 nm ( Aisha et al., 2013; Ahmad et al., 2013). Alfa mangostin
memiliki nama IUPAC (1,3,6-trihidroksi-7-metoksi-2,8-bis (3metil-2-butenil)-
9H xanten-9on). Rumus molekul : C24H26O6 dengan berat molekul 410,46 dan
kemurnian : ≥98,45% menggunakan HPLC (Biopurify). Kestabilan
antioksidan pada xanton akan menurun jika dilakukan pemanasan pada suhu
lebih dari 75⁰C (Suvarnakuta, 2010).
2.5.4 Khasiat dan Kegunaan
Kulit buah manggis (Garcinia mangostana L) memiliki aktivitas
antioksidan (Yu, Zhao M., Yang, & Zhao Q., Jiang, 2006), antibakteri
kariogenik (Torrungruang, Piraporn, & Suchada, 2007), antiinflamasi dan
antialergi (Nakatani et al., 2002), antifungi dan antibakteri (Suksamrarn et al.,
2003), serta aktivitas antikanker; diantaranya kanker hepatoseluler, kanker
19
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
payudara (Moongkarndi, Kosem, Lurantana, Jogsonboonkusol, Pongpan, &
Neungton, 2004), dan leukemia (Matsumoto et al., 2004).
Menurut Obolskiy et al. (2009) xanton merupakan kelas utama fenol
dalam tanaman. Xanton memiliki kandungan senyawa yang meliputi
mangostin, mangostenol, mangostinon A, mangostenon B, trapezifolixanton,
tovophyllin B, α-mangostin, γ-mangostin, β-mangosteen, garcinon B,
mangostanol, flavonoid epicatechin, dan gartanin. Turunan xanton yang paling
banyak terdapat dalam kulit manggis (mayor compound) adalah α-mangostin.
Selain komposisinya yang paling banyak, α-mangostin juga memiliki aktivitas
biologi yang paling baik (Parveen et al., 1991).
Xanton yang telah diisolasi dari kulit, buah, kulit kayu, dan daun
manggis (Garcinia mangostana L.) dalam beberapa studi menunjukkan bahwa
xanton yang terkandung tersebut memiliki aktivitas farmaologi (Suksamram et
al., 2006). Antioksidan, antitumoral, anti inflamasi, antialergi, antifungi, dan
antivirus adalah beberapa aktivitas farmakologi yang telah dilaporkan
terdapat dalam xanton yang diisolasi dari manggis (Chaverri et al., 2008).
2.6 Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC)
Gambar 2.6 Struktur Kimia HPMC
[Sumber : Rowe, 2009]
Hidroksi propel metal selulosa (HPMC) merupakan polimer semi
sintetik turunan selulosa yang bersifat hidrofilik. Nama lain HPMC adalah
benecel MPHCE464, hydroxypropyl methylcellulose, methocel,
methycelullulose propylene glycol ether, methyl hydroxypropylcellulose,
metholose, pharmacoat, thylopur. Nama kimianya cellulose, 2-hydroxypropy
20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
methyl ether (Rowe, 2009). Struktur kimia HPMC ditunjukkan pada gambar
2.6.
HPMC merupakan campuran eter selulosa yang terdiri dari 16,5 – 30%
gugus hidroksi yang termetilasi dan 4 – 32% hidroksipropil, tergantung dari
tipe subtitusinya masing-masing. Tipe subtitusi tersebut akan berpengaruh
pada kecepatan hidrasi dari partikel-partikel HPMC serta kekuatan gelnya
yang akhirnya akan memperngaruhi profil disolusinya (Leuner dan Jennifer,
2000).
HPMC memiliki pemerian berupa serbuk granul berwarna putih, praktis
tidak berbau dan tidak berasa. HPMC mempunyai berat molekul dengan
rentang 10.000 – 15.000. HPMC larut dalam air, praktis tidak larut dalam
kloroform, etanol, dan eter tetapi larut dalam campuran etanol dengan
diklorometan, dan campuran methanol dengan diklorometan. HPMC telah
banyak digunakan sebagai sistem pembawa untuk memperbaiki laju pelepasan
dan bioavabilitas obat yang sukar larut dalam air. Selain itu, HPMC juga dapat
digunakan untuk menghambat rekristalisasi obat (Rowe, 2006; Leuner dan
Jennifer, 2000). Penelitian Alazi (2007) menunjukkan HPMC dapat membantu
meningkatkan kelarutan obat yang sukar larut dalam air.
21 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Sediaan Padat, Laboratorium
Penelitian 1, Laboratorium Penelitian 2 Program Studi Farmasi dan
Laboratorium Multiguna Program Studi Pendidikan Kedokteran Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah, Laboratorium
Kesehatan Lingkungan Program Studi Kesehatan Masyarakat, Pusat
Laboratorium Terpadu (PLT), penelitian berlangsung 3 bulan, dari bulan
Agustus sampai dengan Oktober 2014.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan meliputi spray dryer (EYELA SD-1000),
spektrofotometer UV-Vis (Hitachi U-2910), optical microscopy (Olympus
1x71), homogenizer (ACE), rotary evaporator (EYELA SB-1000), dissolution
tester (Erweka DT626HH), alat uji sifat alir (Pyrex), moisture balance
(WIGGEN), pengaduk magnetik (Advantec SRS710HA), timbangan analitik
(AND GH-120), kertas saring, membran filter 22 µm, spuit, vial, dan alat-alat
gelas lainnya yang sering digunakan di laboratorium.
3.2.2 Bahan
Ekstrak etanol 50% kulit buah manggis yang telah terkarakterisasi,
hidroksi propil metil selulosa VK10058 (DOW Europa GMBH), standar baku
alfa mangostin (Biopurify), kloroform pro analisa (Merck), metanol pro
analisa (Merck), silica blue (PT. Brataco), natrium hidroksida (Merck), kalium
dihidrogen fosfat (Merck), aquadest, dan minyak zaitun (Wardah)
22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Formula Mikropartikel
Rancangan formula mikropartikel ekstrak etanol 50 % kulit buah
manggis dengan perbandingan ekstrak: HPMC formula 1 (FI) 1:2, formula 2
(FII) 1:3, dan formula 3 (FIII) 1:4. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Formula Mikropartikel Ekstrak Etanol 50 % Kulit Buah Manggis
3.3.2 Pembuatan Mikropartikel
HPMC dan ekstrak kulit buah manggis ditimbang secara akurat. Dibuat
larutan HPMC 2% dengan cara melarutkannya ke dalam sejumlah aquadest
dan diaduk dengan pengaduk magnetik. Di gelas beker yang berbeda ekstrak
juga didispersikan ke dalam sejumlah aquadest kemudian diaduk dengan
pengaduk magnetik. Selanjutnya dispersi ekstrak kulit buah manggis dituang
ke dalam larutan HPMC lalu dihomogenkan dengan homogenizer pada
kecepatan ±1000 rpm selama 30 menit. Larutan yang telah homogen diukur
viskositasnya setelah itu dimasukkan ke dalam alat semprot kering (spray
drying) dengan suhu inlet 165 – 170⁰C dan suhu outlet 75 – 80⁰C, blower 0,35
– 0,42, dan atomizing 6 kPa. Mikropartikel yang terbentuk dikumpulkan
dalam sebuah wadah untuk selanjutnya dilakukan karakterisasi.
3.3.3 Uji Viskositas Larutan
Larutan yang berisi HPMC dan ekstrak kulit buah manggis yang telah
dihomogenkan, selanjutnya dilakukan uji viskositas menggunakan viscometer
Brookfield dengan spindle nomor 2.
BAHAN FORMULA
FI FII FIII
Ekstrak kulit buah manggis (g) 10,041 10,064 10,091
HPMC (g) 20,035 30,006 40,010
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi
3.3.4.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Alfa Mangostin
Penentuan panjang gelombang maksimum alfa mangostin diukur pada
medium metanol pro analisis, kloroform pro analisis dan metanol:dapar fosfat
pH 6,8 (1:1). Ditimbang secara akurat 5 mg alfa mangostin standar kemudian
dilarutkan ke dalam 25 mL medium (200 µg/ml), diencerkan menjadi
konsentrasi 8 ppm, kemudian discanning menggunakan spektrofotometer UV-
Vis pada panjang gelombang 200 – 400 nm (Aisha et al., 2013, dengan
modifikasi).
3.3.4.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi
Kurva kalibrasi dibuat dalam medium metanol, kloroform dan dapar
fosfat pH 6,8. Standar alfa mangostin ditimbang secara akurat 5 mg kemudian
dilarutkan ke dalam 25 mL masing-masing medium, sehingga diperoleh
larutan induk 200 µg/ml. Dari larutan induk diambil sebanyak 12,5, 50, 100,
200, 250, 300, 350, dan 400 µl kemudian dicukupkan hingga 5 mL, sehingga
dihasilkan larutan dengan konsentrasi 0,5; 2; 4; 8; 10; 12; 14; dan 16 ppm.
Masing- masing larutan alfa mangostin standar diukur absorbansinya dengan
panjang gelombang yang telah diperoleh sebelumnya (Aisha et al., 2013,
dengan modifikasi).
3.3.5 Evaluasi Mikropartikel
3.3.5.1 Uji Perolehan Kembali (%PK)
Faktor perolehan kembali ditentukan dengan membandingkan bobot
total mikropartikel yang diperoleh terhadap bobot tbahan pembentuk
mikropartikel. Ditimbang dan dicatat dengan seksama ekstrak dan HPMC
sebagai bobot bahan pembentuk mikropartikel. Selanjutnya partikel hasil
semprot kering (spray drying), ditimbang dan dicatat sebagai bobot total
mikropartikel yang diperoleh. Kemudian, dimasukkan ke dalam persamaan
(Kumar et al.,2011) :
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keterangan : % PK = faktor perolehan kembali (g), Wm = bobot mikropartikel yang diperoleh
(g), Wt = bobot bahan pembentuk mikropartikel (%).
3.3.5.2 Uji Kadar Air
Mikropartikel diukur kadar airnya menggunakan alat pengukur kadar air
(moisture balance). Mikropartikel ditimbang di atas cawan aluminium
sebanyak 1 g, lalu dihitung kadar airnya pada suhu 105⁰ (Sugindro, 2008,
dengan modifikasi).
3.3.5.3 Uji Sifat Alir
Sifat alir dari mikropartikel ditentukan dari laju alir dan sudut istirahat.
Laju alir dihitung dengan menggunakan metode corong. Mikropartikel
dimasukkan ke dalam corong yang lubang bawahnya ditutup dengan alat yang
sederhana. Ketika penutup dibuka, dicatat waktu yang dibutuhkan oleh
mikropartikel untuk keluar dengan persamaan berikut :
Sudut istirahat diperoleh dengan mengukur ketinggian dan diameter
sampel yang mengalir tersebut dengan persamaan berikut (Sing, 1993;
Lieberman, 1990; Goldbreg, 1991) :
Keterangan: α = sudut istirahat, H = tinggi maksimum kerucut, R = jari-jari serbuk
3.3.5.4 Distribusi Ukuran Partikel
Distribusi ukuran mikropartikel ekstrak kulit buah manggis diukur
menggunakan mikroskop optik (optical microscopy). Sejumlah mikropartikel
didispersikan ke dalam minyak zaitun, kemudian diletakkan di kaca objek dan
dilihat di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 kali (Weekarody, 2008,
dilakukan modifikasi).
25
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.5.5 Uji Efisiensi Penjerapan
Jumlah alfa mangostin yang terjerap di dalam mikropartikel ditentukan
dengan cara menghitung selisih kadar total terhadap kadar bebas alfa
mangostin. Kadar total alfa mangostin dihitung dengan cara menimbang
secara akurat 50 mg mikropartikel lalu dilarutkan ke dalam 10 mL metanol
pro analisis. Larutan tersebut kemudian disonikasi selama 5 – 10 menit untuk
memecah mikropartikel. Hasilnya dihitung absorbansinya pada panjang
gelombang 316 nm dan kadarnya dihitung menggunakan persamaan kurva
kalibrasi alfa mangostin standar dalam metanol. Sedangkan kadar bebas alfa
mangostin dihitung dengan cara menimbang secara akurat 50 mg
mikropartikel lalu dilarutkan ke dalam 10 mL kloroforom pro analisis
kemudian disaring. Hasil filtratnya diukur serapannya menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 311,5 nm dan kadar alfa
mangostin ditentukan menggunakan persamaan kurva kalibrasi alfa mangostin
standar dalam kloroform.
Kandungan alfa mangostin yang terjerap pada mikropartikel kemudian
dihitung dengan menggunakan rumus :
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 29. (Kumar et
al., 2011, dilakukan modifikasi dan triplo).
3.3.5.6 Uji Disolusi In Vitro
A. Cara pembuatan larutan dapar fosfat pH 6,8
Larutan fosfat dibuat dengan cara melarutkan 50,0 mL kalium
dihidrogenfosfat 0,2 M dengan 22,4 mL natrium hidroksida 0,2 N dan
diencerkan dengan aquadest hingga 200 mL. Kemudian diaduk dan diatur pH
hingga 6,8 (Aulton; Depkes RI, 1995).
B. Uji disolusi mikropartikel
Sejumlah mikropartikel yang mengandung setara dengan 5 mg
alfa mangostin dilakukan uji disolusi menggunakan medium dapar fosfat 500
mL pada suhu 37⁰±0,5⁰C dengan kecepatan pengadukan 100 rpm dan metode
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dayung (tipe 2). Pengambilan cuplikan 3 ml dilakukan dengan interval 5, 15,
30, 45, 60, 90, 120, 180, 240, 300, dan 360 menit. Setelah pengambilan
sampel selesai dilakukan analisa menggunakan spektorofotmeter UV-Vis pada
panjang gelombang 355 nm (Aimen et al., 2013; Yosephine, 2008, dilakukan
modifikasi dan triplo).
27 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Formula Mikropartikel
Pada penelitian ini dibuat mikropartikel ekstrak etanol 50 % kulit buah
manggis yang telah terkarakaterisasi (Narulita, 2014) dengan polimer hidroksi
propil metil selulosa (HPMC). Hasil karakterisasi ekstrak kulit buah manggis
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 25. Berdasarkan hasil karakterisasi
diketahui bahwa di dalam ekstrak etanol 50% kulit buah manggis mengandung
alfa mangostin sebanyak 4%. Alfa mangostin merupakan senyawa terbesar di
dalam buah manggis yang berfungsi sebagai antioksidan, namun antioksidan
bersifat tidak stabil terhadap lingkungan. Oleh karena itu, ekstrak kulit buah
manggis dibuat menjadi sediaan mikropartikel dengan tujuan zat aktif akan
terenkapsulasi di dalam penyalut polimer sehingga stabilitas antioksidan dapat
terlindungi. HPMC digunakan sebagai polimer penyalut karena telah banyak
digunakan sebagai pembawa yang terbukti mampu untuk menjaga stabilitas
suatu zat aktif dan melindungi komponen yang tidak tahan terhadap
lingkungan (Yosephin,2008). HPMC diharapkan mampu membentuk
cangkang yang melindungi antioksidan ekstrak kulit buah manggis. Pada
proses pembuatan mikropartikel dibuat dalam 3 formula dengan perbandingan
ekstrak terhadap HPMC yaitu 1:2 (FI), 1:3 (FII), dan 1:4 (FIII), dengan
konsentrasi HPMC 2% b/v.
Mikropartikel dibuat menggunakan metode semprot kering (spray
drying) karena metode ini mempunyai beberapa keuntungan yaitu ekonomis,
menghasilkan mikropartikel dalam waktu yang relatif singkat, menghasilkan
randemen yang tinggi, dan operasi alatnya juga sederhana, serta dapat
digunakan untuk produksi mikropartikel dalam skala besar. Selama proses
semprot kering (spray drying) zat aktif akan didispersikan ke dalam pelarut
yang sesuai dan mengandung polimer, kemudian larutan diubah menjadi
serbuk dengan menyemprotkan ke medium pengering panas (Nina et al.,
2011).
28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ekstrak didispersikan ke dalam aquadest dibantu dengan pengadukan
magnetik, dan HPMC dilarutkan ke dalam aquadest dibantu dengan
pengadukan magnetik. Alasan pemilihan pelarut aquadest didasarkan pada
sifat air yang netral, tidak toksik, kelarutan polimer yang digunakan serta
kemampuan alat semprot kering (spray drying) yang tidak memungkinkan
menggunakan pelarut organik. Setelah homogen kedua larutan lalu
dicampurkan dan diaduk dengan homogenizer dengan kecepatan pengadukan
±1000 rpm selama 30 menit sehingga membentuk suatu dispersi yang
homogen. Setelah itu dispersi ekstrak dalam larutan HPMC diukur
viskositasnya menggunakan viscometer Brookfield menggunakan spindle
nomor 2 pada variasi kecepatan yang berbeda. Evaluasi viskositas dilakukan
untuk mengetahui kekentalan sehingga dapat mengetahui respon aliran
formula ketika akan disemprotkan ke dalam alat semprot kering. Hasil
viskositas dari tiap formula menunjukkan nilai viskositas <100cPs. Hal ini
sesuai dengan uji pendahuluan yang dilakukan bahwa dengan viskositas <100
cPs dapat mengalirkan larutan di dalam selang alat semprot kering (spray
drying).
Tabel 4.1 Viskositas Formula Mikropartikel Ekstrak Kulit Buah Manggis
Larutan yang masuk ke dalam alat semprot kering (spray drying) akan
disemprotkan ke dalam tabung dengan suhu panas untuk menguapkan pelarut
yang digunakan, selanjutnya akan melewati tabung vakum dengan suhu
rendah sehingga terbentuk mikropartikel. Spesifikasi yang digunakan
berdasarkan hasil optimasi yang dilakukan terhadap alat semprot kering (spray
drying) yaitu suhu inlet/outlet adalah 165 – 170⁰/ 75 – 80⁰C, blower 0,35 –
0,42, dan atomizing 6 kPa. Berdasarkan penelitian Rosidah (2010), suhu yang
Formula Viskostas (cps)
FI 29 – 52
FII 21 – 55
FIII 23 – 61
29
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dipakai untuk pengeringan dipilih melalui optimasi untuk menghasilkan
mikropartikel yang kering dan tidak lembab, karena jika mikropartikel yang
dihasilkan lembab maka serbuk mikropartikel akan melekat dan membentuk
agregat.
4.2 Kurva Kalibrasi Alfa Mangostin
4.2.1 Penentuan Panjang Gelombang Alfa Mangostin Standar
Penentuan panjang gelombang maksimum alfa mangostin standar dibuat
dalam larutan dengan konsentrasi 20 ppm pada medium metanol, kloroform,
dan metanol:dapar fosfat pH 6,8 (1:1). Berdasarkan literatur alfa mangostin
memiliki beberapa panjang gelombang yang spesifik yaitu 243,4, 254, 316,4,
dan 352 nm (Aisha et al., 2013; Ahmad et al., 2013). Alfa mangostin
mempunyai gugus kromofor berupa ikatan rangkap terkonjugasi yang
menyebabkan terjadinya serapan di daerah ultraviolet (190 – 400 nm). Dari
hasil analisa menunjukkan panjang gelombang yang berbeda dari tiap
medium. Pada medium metanol panjang gelombang maksimum 243 dan 316
nm, medium kloroform yaitu 311,5 nm dan medium metanol:dapar fosfat pH
6,8 (1:1) yaitu 355,5 nm. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3,
6, dan 9.
Adanya perbedaan panjang gelombang maksimum alfa mangostin
standar yang dihasilkan disebabkan karena berbedanya medium yang
digunakan. Nilai polaritas yang berbeda dari tiap medium menyebabkan
posisi, intensitas dan bentuk dari spektrum absorbansi berbeda. Pergeseraan
spektrum biasanya dipengaruhi oleh interaksi ikatan hidrogen pada pelarut dan
zat terlarut atau antarzat terlarut tersebut serta adanya bulk di dalam pelarut.
Pergeseran juga dipengaruhi sifat asam basa dan interaksi antar muatan
(Homocianu et al., 2011).
4.2.2 Kurva Kalibrasi Alfa Mangostin Standar
Kurva kalibrasi alfa magsotin dibuat di dalam medium metanol,
kloroform, dan metanol:dapar fosfat pH 6,8 (1:1). Kurva kalibrasi di dalam
medium metanol dilakukan untuk menentukan nilai efisiensi penjerapan total
30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada mikropartikel. Kurva kalibrasi pada medium kloroform juga digunakan
untuk menentukan nilai efisiensi penjerapan khususnya kadar bebas alfa
mangostin yang tidak terjerap. Dan kurva kalibrasi dalam medium
metanol:dapar fosfat pH 6,8 (1:1) dilakukan untuk uji pelepasan zat aktif
secara in vitro. Data hasil regresi linier yang diperoleh adalah seperti pada
Tabel 4.2. Hasil kurva kalibrasi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3,
4, dan 5.
Tabel 4.2 Persamaan Regresi Linier Alfa Mangostin
4.3 Evaluasi dan Karakterisasi Mikropartikel
Ringkasan hasil dari evaluasi dan karakterisasi mikropartikel ekstrak
etanol 50% kulit buah manggis dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4. 3 Ringkasan Hasil Evaluasi Mikropartikel Ekstrak Etanol 50% Kulit
Buah Manggis
Keterangan : PK = % Perolehan Kembali
4.3.1 Faktor Perolehan Kembali (PK)
Setelah mikropartikel ekstrak etanol 50% kulit buah manggis terbentuk,
selanjutnya dihitung randemen atau nilai perolehan kembali (PK). Nilai PK
merupakan faktor yang penting untuk mengetahui metode yang digunakan
sudah baik atau tidak (Rosidah, 2010). Dari perhitungan nilai PK diperoleh
Medium Persamaan Regresi Linier Nilai r
Metanol y = 0,0572x - 0,003 0,999
Kloroform y = 0, 0602x - 0,030 0,999
Metanol:dapar fosfat pH 6,8 (1:1) y = 0,06x - 0,001 0,999
Formula PK
Sifat alir
Kadar
Air (%)
Diameter
rata –
rata
(µm)
Nilai
efisiensi
penjerapan
(%)
Laju alir
(g/detik)
Sudut
istirahat
(⁰) FI 24,96 0,04 46,49 5,58 13,12 9±0,8
FII 26,75 0,06 39,36 4,49 15,10 23,87±4,0
FIII 27,02 0,1 37,19 3,50 26,33 32,83±0,6
31
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
persentase yang cukup rendah yaitu berkisar dari 24,96 - 27,02%. Dengan
rincian untuk tiap formula dapat dilihat pada Tabel 4.3. Nilai PK dari
formulasi mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya perbandingan
penyalut HPMC yang digunakan, dimana nilai PK pada FIII lebih besar dari
FII dan FI, dan FII lebih besar dari FI. Adanya perbedaan ini dipengaruhi oleh
volume yang berbeda dari tiap formula partikel (FIII > FII > FI) namun yang
tertinggal pada alat kurang lebih akan sama.
Hasil persentase nilai PK yang sangat rendah ini mungkin disebabkan di
dalam proses pembuatan banyak mikropartikel yang menempel pada
permukaan tabung. Selain itu, juga disebabkan karena viskositas larutan yang
sangat rendah sehingga membutuhkan energi dan tekanan yang lebih kecil dan
droplet dapat lolos dan terbuang melalui blower alat semprot kering (spray
drying) (Rosidah, 2010).
4.3.2 Sifat Alir
Hasil penentuan sifat alir dari serbuk mikropartikel dari masing-masing
formula dapat dilihat pada Tabel 4.3. Sifat alir yang diperoleh dari hasil
mikropartikel kurang baik disebabkan karena ukuran serbuk yang sangat kecil
sehingga sudut kontak serbukpun semakin kecil yang menyebabkan
kohesivitas semakin besar dan adhesivitas terhadap alat pengukur sifat alir
juga semakin besar. Namun, sifat alir membaik seiring dengan bertambahnya
bahan penyalut yang digunakan. Hal ini disebabkan karena dengan seiring
bertambahnya bahan penyalut maka ukuran mikropartikel semakin besar dan
semakin sferis (bulat) bentuknya sehingga serbuk makin mudah mengalir.
Ditambah lagi gaya kohesivitas dan adhesivitasnya semakin rendah karena
semakin besarnya sudut kontak serbuk (Nugraharani, 2005).
4.3.3 Kadar Air
Pemeriksaan kadar air pada mikropartikel ekstrak etanol 50% kulit buah
manggis dilakukan dengan alat moisture balance. Mikropartikel ditimbang di
atas cawan aluminium sebanyak 1 g, lalu dihitung kadar airnya pada suhu
32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
105⁰. Hasil analisa kadar air mikropartikel berkisar antara 3,50 – 5,58%.
Selengkapnya dapat dilihat pada ringkasan Tabel 4.3.
Kadar air mikropartikel yang dihasilkan dari proses semprot kering
penting untuk diketahui karena kadar air yang tinggi dapat mempengaruhi
stabilitas dari sediaan. Syarat kadar air pada suatu matriks adalah 3 – 5%
(Voight, 1994). Dan hasil uji kadar air menunjukkan bahwa dari ketiga
formulasi masih berada dalam rentang standar. Kecuali FIII yang memiliki
kadar air di atas rentang yaitu 5,58%, hal ini dapat dipertimbangkan untuk
dikeringkan lebih lanjut setelah di semprot kering menggunakan oven.
4.3.4 Distribusi Ukuran Partikel
Ditribusi ukuran partikel merupakan evaluasi fisik pada mikropartikel
yang ditujukan untuk mengetahui diameter rata-rata pada partikel. Metode
yang digunakan adalah mikroskop optik dengan medium minyak zaitun.
Pemilihan medium berdasarkan dari ketidakmampuan zat aktif dan polimer
untuk terlarut atau mengembang sehingga diharapkan mikropartikel dapat
terdistribusi secara baik. Pada pengukuran diameter partikel dibantu dengan
vortex untuk mencegah timbulnya agregat yang sangat berpengaruh pada hasil
diameter partikel (Hinrics et al.,2006). Distribusi ukuran partikel dari tiap
formula dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Profil distribusi ukuran partikel menunjukkan bahwa FIII yang
mengandung perbandingan polimer yang lebih tinggi memiliki nilai diameter
rata-rata partikel yang lebih besar dibanding formula yang lain yaitu 26,33µm
sedangkan untuk FII 15,10µm dan FI memiliki diameter rata-rata 13,12 µm.
Adanya perbedaan diameter rata-rata partikel yang dihasilkan dipengaruhi
oleh perbandingan jumlah polimer yang digunakan. Polimer yang digunakan
semakin banyak maka ukuran partikel akan semakin besar (Rosida,2010).
Ukuran mikropartikel yang dihasilkan masih memenuhi persyaratan
yaitu 5 – 600 µm (Emsap, 2002).
33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
0
20
40
60
80
3,5 8 13 18 23 28 33 38 43 45
Jum
lah P
arti
kel
Ukuran Partikel (µm)
FII
0
10
20
30
40
3,5 8 13 18 23 28 33 38 43 45
Jum
lah P
arti
kel
Ukuran Partikel (µm)
FIII
Gambar 4.1 Distribusi Ukuran Partikel FI, FII, dan FIII
4.3.5 Efisiensi Penjerapan
Nilai efisiensi penjerapan dari tiap formula FI, FII, dan FIII masing-
masing adalah 9±0,8%, 23,87±4,0%, dan 32,83±0,6%. Tujuan dilakukannya
evaluasi efisiensi penjerapan zat aktif di dalam mikropartikel yaitu untuk
mengetahui kemampuan polimer dalam menjerap zat aktif dan mengetahui
efisiensi dari metode yang digunakan. Hasilnya menunjukkan nilai efisiensi
penjerapan dari FIII yang lebih besar dari FII dan FI, dan FII lebih besar dari
FI.
0
20
40
60
80
3,5 8 13 18 23 28 33 38 43 45 Ju
mal
h P
arti
kel
Ukuran Partikel (µm)
FI
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kadar alfa mangostin total pada mikropartikel ditentukan dengan
melarutkan mikropartikel dengan metanol. Alasan pemilihan pelarut metanol
disebabkan karena zat aktif dan polimer HPMC mampu terlarut dengan baik
di dalam metanol. Sehingga cangkang polimer dapat pecah dan diharapkan
alfa mangostin yang terjerap di dalam polimer dapat terlarut dengan baik.
Sedangkan untuk alfa mangostin yang bebas atau tidak terjerap ditentukan
dengan menggunakan pelarut kloroform, dengan alasan kloroform tidak
mampu melarutkan polimer HPMC tetapi mampu melarutkan alfa mangostin.
Dari selisih kadar total terhadap kadar bebas alfa mangostin, maka diperoleh
kadar alfa mangostin yang terjerap. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 29.
Dari hasil evaluasi ini menunjukkan bahwa semakin tinggi perbandingan
polimer HPMC yang digunakan maka semakin tinggi pula nilai efisiensi
penjerapannya. Jumlah polimer yang tinggi dapat membentuk lapisan penyalut
yang lebih kuat sehingga ekstrak kulit buah manggis yang terjerap juga
semakin tinggi (Rosidah,2010). Hal lain yang dapat menyebabkan terjadi
perbedaan pada nilai efisiensi penjerapan dari tiap formula adalah nilai
perolehan kembali (PK) dari tiap formula, dimana PK FI lebih kecil
dibandingkan FII dan FIII. Semakin kecil mikropartikel yang diperoleh maka
kemungkinan terbuangnya zat aktif semakin besar sehingga FI dengan PK
yang lebih kecil memiliki nilai efisiensi penjerapan yang juga kecil.
Hasil nilai efisiensi penjerapan yang diperoleh cukup kecil. Hal ini
disebabkan karena zat aktif alfa mangostin akan terdegrasi dengan adanya
proses pemanasan yang berlebih (Suvarnakuta et al.,2011). Pemilihan suhu
inlet/oulet yang tinggi pada alat semprot kering disebabkan karena pelarut
yang digunakan adalah aquadest, dimana air membutuhkan suhu yang lebih
tinggi untuk menguap. Penelitian lain yang dilakukan oleh Aimen et al (2013)
juga berhasil memikroenkapsulasi alfa mangostin dengan metode penguapan
pelarut dengan hasil nilai efisiensi penjerapan sebesar 37,81%. Hal ini
menunjukkan dengan metode tanpa menggunakan pemasananpun alfa
mangostin yang terenkapsulasi juga tidak jauh berbeda, tetapi juga
dipengaruhi oleh kadar alfa mangostin di dalam ekstrak.
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Berdasarkan data statistik SPSS 20 diketahui bahwa nilai efisiensi
penjerapan dari tiap formula berbeda secara siginifakan. Hal ini terlihat dari
hasil Uji Kruskal-Wallis, nilai signifikansi <0,05. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa nilai efisiensi penjerapan dari tiap formulasi berbeda secara bermakna.
4.3.6 Disolusi In Vitro
Uji disolusi merupakan proses di mana suatu zat padat akan masuk ke
dalam pelarut menghasilkan suatu larutan. Laju pelarutan obat dalam carian
saluran cerna merupakan satu tahapan penentu (rate limiting step) absorpsi
sistemik obat (Sutriyo,2005). Uji disolusi secara in vitro pada penelitian ini
ditujukan untuk melihat profil disolusi alfa mangostin dari mikropartikel yang
menggunakan polimer HPMC sebagai bahan penyalutnya. Uji disolusi
dilakukan pada medium dapar fosfat pH 6,8 sebanyak 500 mL yang
diasumsikan sama dengan kondisi usus, menggunakan alat uji disolusi tipe
dayung (tipe 2) dengan suhu 37±0,5⁰C, kecepatan pengadukan 100 rpm.
Cuplikan diambil pada tempat yang sama pada menit ke-5, 15, 30, 45, 60, 90,
120, 180, 240, 300, dan 360. Profil disolusi alfa mangostin dapat dilihat pada
Gambar 4.2 dan Tabel 4.4.
Dari hasil disolusi alfa mangostin selama 6 jam pada Tabel 4.4 dapat
dilihat bahwa bobot zat aktif yang terdisolusi untuk FI 2,09±0,14mg, FII
1,85±0,09mg, dan FIII 1,50±0,11mg. Mikropartikel yang mengandung HPMC
terbanyak memiliki waktu disolusi yang lebih rendah jika dibandingkan
dengan mikropartikel yang mengandung HPMC paling sedikit. Hal ini
membuktikan bahwa jumlah polimer yang terkandung dalam suatu
mikropartikel merupakan salah satu parameter yang sangat berpengaruh
terhadap kecepatan disolusi suatu sediaan. Selain itu, kecepatan disolusi juga
dipengaruhi oleh bentuk partikel yang dihasilkan. Pada FI distribusi ukuran
partikel yang dihasilkan lebih kecil jika dibandingkan dengan FII dan FIII.
Sehingga luas permukaan untuk berinteraksi dengan medium lebih luas dan
mempercepat proses disolusi.
Bobot disolusi FI yang tinggi sangat dipengaruhi oleh nilai efisiensi
penjerapan, karena berdasarkan hasil uji efisiensi penjerapan diketahui kadar
36
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
bebas alfa mangostin pada FI memiliki jumlah paling besar jika dibandingkan
dengan FII dan FIII. Sehingga diasumsikan bahwa alfa mangostin yang
terlarut lebih dahulu di dalam medium dapar fosfat pH 6,8 adalah alfa
mangostin yang tidak terjerap atau bebas tersebut. Sedangkan untuk FIII kadar
alfa mangostin yang terjerap lebih besar dibandingkan kadar bebasnya
sehingga bobot terdisolusinya lebih kecil dibandingkan FI dan FII.
Dari hasil pengolahan data menggunakan statistik SPSS 20 menunjukkan
bahwa persentase disolusi alfa mangostin pada setiap formula terdapat
perbedaan yang signifikan, hal ini terlihat dengan hasil uji Kruskal-Wallis
dengan nilai signifikansi <0,05. Persentase disolusi alfa mangostin antara FI,
FII, dan FIII menunjukkan perbedaan yang bermakna.
Tabel 4.4 Bobot Disolusi Mikropartikel Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis
Menit ke Bobot terdisolusi (mg)
FI FII FIII
0 0 0 0
5 0,71±0,03 0,41±0,06 0,49±0,09
15 0,84±0,12 0,46±0,10 0,57±0,11
30 1,36±0,04 0,65±0,18 0,68±0,10
45 1,43±0,06 0,76±0,19 0,79±0,15
60 1,50±0,09 1,01±0,33 0,92±0,11
90 1,56±0,13 1,11±0,26 1,09±0,10
120 1,61±0,14 1,30±0,24 1,15±0,14
180 1,83±0,11 1,60±0,16 1,24±0,12
240 1,94±0,10 1,72±0,10 1,31±0,12
300 2,01±0,12 1,81±0,06 1,38±0,07
360 2,09±0,14 1,85±0,09 1,50±0,11
37
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.2 Profil Bobot Terdisolusi Mikropartikel
0
0,5
1
1,5
2
2,5
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Bo
bo
t T
erd
iso
lusi
(m
g)
Waktu (Menit)
FI FII FIII
38 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Hasil karakterisasi mikropartikel dari tiap formula secara berturut-turut
adalah sebagai berikut nilai PK yaitu FI 24,96 %, FII 26,75 %, dan FII
27,02 %. Sifat Alir FI 0,04 g/s, FII 0,06 g/s dan FIII 0,1g/s. Sedangkan
sudut istirahat FI 43,38⁰, FII 39,31⁰, dan FIII 38,27. Kadar air FI 5,58 %,
FII 4,49 %, dan FIII 3,50 %.Diameter rata-rata dari partikel FI 13,12 µm,
FII 15,10 µm, dan FIII 26,33 µm. Nilai efisiensi penjerapan FI 9±0,8 %,
FII 23,87±4,0 %, dan FIII 32,83±0,6 %. Hasil dari disolusi mikropartikel
selama 6 jam, bobot terdisolusi untuk FI 2,09±0,14mg, FII 1,85±0,09mg,
dan FIII 1,50±0,11mg.
2. Berdasarkan hasil karakterisasi maka disimpulkan bahwa FIII adalah
formula terbaik.
5.2 Saran
1. Pembuatan mikropartikel dengan metode lain, misalnya dengan metode
penguapan pelarut atau gelasi ionik.
2. Dapat digunakan pelarut organik dengan alat semprot kering (spray
drying) yang sesuai.
39 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, B., Yamin, M.B., dan Lazim, A.M. (2013). A Study on Dispersion and
Characterisation of α-mangostin Loades pH Sensitive Microgel Systems.
Malaysia : Chemistry Central Journal, (7):85.
Aisha, A. F.,et al. (2013). Determintaion Of Total Xanthones In Garcinia
Mangostana Fruit Rind Extracts By Ultraviolet (UV) Spectrophotometry.
Malaysia : Journal of medicinal plants research vol. 7 (1),pp. 29-35.
Aimen, A.E., Taher, Muh., Mohamed, dan Farahidah. (2013). Microencapsulation
of Alpha Mangostin Into PLGA Microspheres and Optimization Using
Response Surface Methodology Intended for Pulmonary Delivery.
Malaysia : Departement of Pharmaucetical Technology.
Bakam, J.A. (1986) . Microencapsulation dalam Lachman, L., et al. The Theory
and Practice of Industrial Pharmacy (3rd
.ed). Philadelphia : Lea & Febiger.
861-889.
Banu, P.S., dan Malay, K.D. (2013). Preparation and In Vitro/In Vivo Evaluation
of Felodipine Nanosuspension. France : Springer.
Benita, S. (1996). Microencapsulation : Methods and Industrial Application. New
York : Marcel Dekker, inc. : 1-139.
Chivapat, Songpol, et al. (2011). Chronic Toxicity Study of Garcinia mangostana
Linn. Pericarp Extract. Thailand : Medical Plant Research Institute Vet
Med. 2011, 41 (1) : 45-53.
Deasy, P.B. (1984). Microencapsulation an Drelated Drug Processes. New York :
Marcel Dekker, Inc.:1-6-,85,119,145,161,181.
Deasy, P.B. (1984). Microencapsulation and Related Drug Process. New York :
Marcel Dekker Inc. 21-37
40
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Materia Medika Indonesia
Jilid III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 20-27.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia Edisi
IV. Jakarta : 976.
Departemen Kesehatan RI. (1998). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik.
Dhakar, C., R., et al. (2012). Review Article. From Formulation Variables to Drug
Entrapment Efficiency of Microspheres. India : Journal of Drug Delivey &
Theraupetitc, 2 (6), 128-133.
Fahmi, A., dan Deddy K.W., (2012). Formulasi Mikroenkapsulasi Oleoresin
Kayumanis (Cinnamin burmanni) dan Cengkeh ( Caryophyllus aromaticus
L.). Semarang : Universitas Diponegoro : 30-35.
Fernando, G.H., Juana, C., Josefa, E., Fransisco, G.C., dan Mercedes, J.A. (
2013).Encapsulation of the Most Potent Antioxidant Betalains in Idible
Matrixes as Powders of Diffetent Colour. Spain : Journal of Agriculture
and Food Chemistry : 4294-4302.
Freiberg, S., dan Zhu, X.X. (2004). Polymer Micropsheres For Controlled Drug
Release. Canada : Departement De Chimie.
Gardfield, E.M. (1994). Quality Assurance for the Analytical Labororatories.
AOAC International. pp. 17, 64-85.
Goldbreg, F. (1991). Pharmaucetical Manufacturing Quality Management in the
Industry. EBUR.
Gopalakrishnan, G., Banumathi, B., dan Suresh, G. (1997). Evaluation of The
Antifungal Activity of Natural Xanthones From Garcinia Mangostana and
Their Synthetic Derivatives. J. Nat. Prod., 60, 519-524.
Hinrichs, W.L.J., et al. (2006). The Choice of a Suitable Oligosaacharide to
Prevent Aggregation of PEGylated Nanoparticles during Freeze Thawing
and Freeze Drying. Internationa Journal of Phamaucetics, 311, 237-244.
Homocianu, M.,Airinei, A., dan Dorohoi,D.O. (2011). Solvents Effect on the
Electronic Absorption and Flourescence Spectra. Journal of Advanced
Research in Physics 2 (1), 011105.
41
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jinsart, W., Tenai, B., Buddhasukh, D., dan Polya, G.M. (1992). Inhibition of
Wheat Embryo Calcium-Dependent Protein Kinase and Other Kinases By
Mangostin and Gamma Mangostin. Phytochemystry, 31 (11):3711-3713.
Kohli, D.P.S dan Shah D.H. (1998). Drug Formulation Manual. India : Eastern
Publishers.
Kumar, B.Pavan., Chandiran, L. Sarath., Bhavya, L., dan Sindhuri, M., (2011).
Microparticulate Drug Delivery System A Riview. India : Departement of
Pharmaucetical.
Lachman,L., Herbert, L., dan Joseph, L.K. (1994). Teori dan Praktek Farmasi
Industri Edisi 1 dan 2.Terj. dari The Theory and Practice of Industrial
Pharmacy, oleh Siti Suyatmi. Jakarta : Penerbit UI Press. : 429 dan 860-
892.
Launer, C. dan Jennifer, D. (2000). Review Article. Improving Drug Solubility for
Oral Delivery Using Dispersions. European Journal of Pharmaucetics and
Biopharmaucetics, 50, 47-60.
Lestari, Sopianita. (2011). Studi aktivitas antioksidan dan identifikasi senyawa
xanthon dari ektrak kulit buah manggis. Depok : Universitas Indonesia.
Leuner,C., dan Jennifer, D. (2000). Review Article. Improving Drug Solubility for
Oral Delivery Using Solid Dispersions. European Journal of
Pharmaucetics and Biopharmaceutics. 50. 47-60.
Liebermen, H. A. et al. (1990). Pharmaucetical Dosage Forms : Tablets, Second
Edition, Revised and Expanded. Volume 3. Marcel Dekker, Inc.
Moongkarndi, P., Kosem, N., Kaslungka, S., Luanratana, O., Pongpan, N., dan
Neungton, N. (2004). Antiproliferation, Antioxidation and Induction Of
Apoptosit By Garcinia Mangostana (Mangosteen) on SKBR3 Human
Breast Cancer Cell Line. J. Ethonopharmacol. 90(1): 161-166.
Narulita, Hanny. (2014). Studi Praformulasi Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah
Manggis (Garcinia mangostana L.). Jakarta : Farmasi FKIK UIN Syarif
Hidayatullah.
Nilar, Nguyen, L.H.D., Venkatraman, G., Sim, K.Y., Harrison, L. J. (2005).
Xanthones and Benzophenones From Garcinia Griffithiia and Garcinia
mangostana. Phytochemistry, 66, 1718-1723.
42
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nugrahani, I., Rahmat, H., dan Djajadisastra, J. (2005). Karakterisasi Granul dan
Tablet Propanolo Hidrokloridan dengan Metode Granulasi Peleburan.
Depok : FMIPA UI. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol II. No 2, 100-109.
Oakland, J. S. dan Sohal, A.S.. (1996). Total Quality Management. Pasific Rim
Edition Maryborough : Mc Pherson’s Printing Group.
Onwulata, C., Smith,P.W., Craig, Jr., dan Holsinger, V. H. (1986). Physical
Properties of Encapsulated Spray Dried Milkfat. Journal of Food Science
59 : 316-320.
Parveen, M., U. K. Nizam, A. Basudeb, dan K. D. Pradeep. (1991). A Triterpen
From Garcinia Mangostana. Phytochemistry 30 (1):361-362.
Rismana, E., Susi, K., Olivia, B., Idah, R., dan Marhamah. (2013). Sintesis dan
Karakterisasi Nanopartikel Kitosan- Ekstrak Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana). Serpong: Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi : 189-196.
Rismana, Eriawan., et al. (2013). Sintesis dan Karakterisasi Nanopartikel Kitosan-
Ektsrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana). Jakarta : Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Rosida, Idah. (2010). Mikroenkapsulasi Fraksi Aktif Dari Herba Sambiloto
(Andrographis paniculata Ness) Yang Berkhasiat Sitotoksik Dengan
Metode Semprot Kering. Depok : FMIPA, Universitas Indonesia.
Rowe, R. C., Shesky, P.L, dab Owen, S.C. (ed). (2006). Handbook of
Pharmauceticals Excipients. (5th
.ed). London : The Pharmauceticals Press
and The American Pharmacists Association. 611-616.
Rowe, R.C., Shesky, P.L., dan Owen, S.C., (ed). (2006). Handbook
Pharmaucetical Excipients. (5th
.Ed.). London : The pharmaucetical Press
and The American Pharmacist Association. 611-616.
Sahu, Bhanu P., Das, dan Malay K. (2013). Preparation and In vitro/In Vivo
Evaluation of Felodopine Nanosuspension. India : Departement of
Pharmaucetical Science.
Schafroth, Nina., et al. (2011). Nano and Microparticle Engineering of Water
Insoluble Drugs Using A Novel Spray Drying Process. Switzherland :
University of Greenwich.
43
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Septiani, Faizah. (2010). Penggunaan Eksipien Koproses Pragletinisasi Pati
Singong Dan Hidroksipropil Metilselulosa Sebagai Matriks Hidrofilik
Dalam Mikrosfer.Depok :Universitas Indonesia.
Setiani, Normalita. (2010). Penggunaan Eksipien Koproses Pragletinisasi Pati
Singkong Dan Natrium Karboksimetil Selulosa Sebagai Matriks Hidrofilik
Pada Mikrosfer. Depok : Universitas Indonesia.
Sing, A. N. (1993). ISO 9000 Quality System. New Delhi : Dolphin Books.
Siregar, Ch. J.P. (2004). Farmasi Rumah Sakit. Jakarta : EGC Penerbit Buku
Kedokteran.
Siregar, J.P. Charles. (2007). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar – Dasar
Praktis. Bandung : Penerbit Buku Kedokteran.
Sluis, W.G. (1985). Secoiridoids and Xanthones in The Genus Centaurium Hill
(Gentianaceae). Drukkerij Elinkwijk, Utrecht.
Sugindro, Etik, M., dan Joshita, D. (2008). Pembuatan dan Mikroenkapsulasi
Ekstrak Etanol Bii Jinten HItam Pahit (Nigella sativa Linn.). Depok :
Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol (V) No.2, Agustus 2008, 58-66.
Sukatta, Udomlak. (2013) . Distribution of Major Xanthones in the Pericarp, Aril,
and Yellow Gum of Mangosteen (Garcinia mangostana Linn.) Fruit and
Their Contribution to Antioxidative Activity. Jepang : Tsukuba 305-8642.
Suksamrarn, S., et al. (2003). Antimycobacterial Activity of Prenylated
Xanthones From The Fruits Of Garcinia Mangostana.Chem. Pharm. Bull.
51, 857-859.
Suksamrarn, S., et al. (2002). Xanthones From The Green Fruit Hulls of Garcinia
Mangostana. J. Nat. Prod. 6, 761-763.
Surini,S., Anggrian, V., dan Anwar, E. (2009). Study of Muchoadhesive
Microspheres Based on pragelatinized Cassava Starch Succinate a New
Carrier for Drug Delivery. J. Med, Sci, 6, 249-256.
Sutriyo, Joshita, D., dan Ardilla, N. (2004). Mikroenkapsulasi Propanolol
Hidrokloridam Dengan Penyalut Etil Selulosa Menggunakan Metode
Penguapan Pelarut. Majalah kefarmasian, 1 (2).
44
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Suvarnakuta, P., et al. (2010). Effect of Drying on Assay and AntioxidantActivity
of Xanthones in Mangosteen Rind. Science Direct Elsevier Foof
Chemistry. Thailand : Thammasat University.
Swarbick, J. (2007). Encyclopedia of Pharmaucetical Technology. (3rd
. ed).
(Volume. 1) USA : Informa Healthcare USA, inc 2328-2338.
Voight, R. (1994). Buku pelajaran Teknologi Farmasi. (ed. Ke-5). (Noerono, S.,
penerjemah). Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 169 – 171.
Wang, Z., dan Shmeis, R.A. (2006). Dissolution Controlled Druf Delivery
Systems. Dalam : Li x dan Jasti B.R. Design of Controlled Release Drug
Delivery System. McGraw-Hill :162.
Weecharangsan, Wanlop, et al. (2006). Antioxidative and Neuroprotective
Activities of Extract From the Fruit Hull of Mangosteen (Garcinia
mangostana Linn.). Thailand : Silpakorn University and National Cancer
Institute.
Weerakody, R., Fagan, P., Kosaraju, S.L. (2008). Chitosan Microspheres For
Encapsulation Of α-Lipoic Acid. Australia : Food Science Australia.
Xiang, Li, et al. (2011). Microencapsulation of Nanoemulsions : Novel Trojan
Particles For Bioactive Lipid Molecule Delivery. France : International
Journal of Nanomedicine : 1313-1325.
Yodhnu, S., Sirikatitham, A., dan Wattanapiromsakul, C. (2009). Validation of
LC for the Determinatiom α-mangostin in Mangosteen Peel Extract: A
Tool for Quality Assesment of Garcinia mangostana L. Journal of
Chromatographic Science, Vol 47.
Yosephine, Susan. (2008). Mikroenkapsulasi Alfat Tokoferol Menggunakan
Penyalut Hidroksipropil Metilselosa Dengan Metode Spray Drying. Depok
: Universitas Indonesia.
Zarena,A.S., Sankar, K.U. (2009). A Study Of Antioxidant Properties From
Garcinia mangostana L. Pericarp Extract. India : Central Food
Technological research Institute . Acta Sci, pol., Technol. Aliment. 8 (1)
2009, 23-34.
45
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 1. Alur Penelitian
Pembahasan
Kesimpulan
Perhitungan kadar α-mangostin
Pembuatan kurva kalibrasi
dan penentuan panjang
gelombang maksimum α-
mangostin di dalam medium
metanol, kloroform, dan
metano:dapar fosfat pH 6,8
(1:1)
Formulasi mikropartikel
ekstrak etanol 50% kulit
buah manggis
Pembuatan mikropartikel
Analisis Data
Uji
Perolehan
kembali
Uji Sifat
Alir
Uji
Distribusi
Ukuran
Partikel
Uji Kadar
Air
Uji Efisiensi
Penjerapan
Uji Disolusi
In Vitro
Uji Viskositas
46
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 2. Gambar Alat dan Bahan Penelitian
Gambar Proses Semprot
Kering (Spray Drying)
Gambar Rangkaian
Alat Uji Disolusi
Ekstrak Etanol 50 % Kulit
Buah Manggis Alat Sonikasi
Mikroskop
Optik Olympus
Spektrofotometer
UV-Vis
Moisture Balance
Mikroskop Optik Olympus Spektrofotometer Uv-Vis
47
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Ab
sorb
ansi
Konsentrasi (ppm)
Lampiran 3. Scanning Panjang Gelombang Maksimum Alfa Mangostin Medium
Metanol (λ maks = 243 dan 316 nm)
Lampiran 4. Data Absorbansi Kurva Standar Alfa Mangostin Medium Metanol
Lampiran 5. Kurva Kalibrasi Alfa Mangostin Standar Medium Metanol
C (ppm) Absorbansi
2 0,110
4 0,224
8 0,450
10 0,561
12 0,686
14 0,797
16 0,912
y = 0,0572x – 0,003
r = 0,999
243
316
48
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 6. Scanning Panjang Gelombang Alfa Mangostin Standar Medium
Kloroform (λ maks = 243 dan 311,5 nm)
Lampiran 7. Data Absorbansi Kurva Standar Alfa Mangostin Medium Kloroform
Lampiran 8. Kurva Kalibrasi Alfa Mangostin Standar Medium Kloroform
C (ppm) Absorbansi
2 0,092
4 0,241
8 0,483
10 0,583
12 0,692
14 0,823
16 0,935
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Ab
sorb
ansi
Konsentrasi (ppm)
y = 0, 0602x - 0,030
r = 0,999
243
311,5
49
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Ab
sorb
ansi
Konsentrasi (ppm)
Lampiran 9. Scanning Panjang Gelombang Alfa Mangostin Standar Medium
Metanol : Dapar Fosfat pH 6,8 (1:1) (λ maks = 243 dan 355,5 nm)
Lampiran 10. Data Absorbansi Kurva Standar Alfa Mangostin Medium
Metanol:Dapar Fosfat pH 6,8 (1:1)
Lampiran 11. Kurva Kalibrasi Alfa Mangostin Standar Medium Metanol:Dapar
Fosfat pH 6,8 (1:1)
C (ppm) Absorbansi
0,5 0.032
2 0,123
4 0,243
8 0,469
10 0,591
12 0,721
14 0,842
y =0,060x - 0,001
r = 0,999
243
355,5
50
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 12. Hasil Mikropartikel Ektrak Etanol 50 % Kulit Buah Manggis
Formula 1 (FI)
Formula 2 (FII)
Formula 3 (FIII)
51
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 13. Hasil Uji Perolehan Kembali (PK)
Formula Wm (g) Wt (g) %PK
FI 7,5328 30,1767 24,96
FII 10,7267 40,0711 26,75
FIII 13,5394 50,1023 27,02
Keterangan : %PK = faktor perolehan kembali (g), Wm = bobot mikropartikel yang diperoleh (g),
Wt = bobot bahan pembentuk mikropartikel (%)
Lampiran 14. Hasil Penentuan Sifat Alir Mikropartikel
Formula Sifat Alir Laju
serbuk
(g/det.)
Rata-
rata
Sudut
istirahat
(⁰)
Rata-
rata B
(g)
W
(det.)
T
(cm)
D
(cm)
FI
3 70 3,5 7,4 0,04
0,04
43,38
46,49 3 78 4 7 0,03 48,74
3 73 3,8 7 0,04 47,35
FII
3 47 3,4 8,3 0,06
0,06
39,31
39,36 3 50 3,5 8 0,06 41,19
3 41 3 7,8 0,07 37,57
FIII
3 29 3 7,6 0,10
0,10
38,27
37,19 3 25 2,8 8,1 0,12 34,65
3 35 3,2 8 0,09 38,65
Keterangan :
Sifat alir :
Sudut istirahat :
B = bobot yang dtimbang (g), W = waktu (detik), T = tinggi (cm), D = diameter (cm), α = sudut
istirahat (⁰), H = tinggi maksimum kerucut (cm), R = jari-jari serbuk (cm)
52
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 15. Hasil Uji Kadar Air Pada Mikroparikel
Lampiran 16. Distribusi Ukuran Partikel
Formula % Moisture
FI 5,58
FII 4,49
FIII 3,50
Ukuran
Partikel
(µm)
Rata-
Rata
(Median)
FI FII FIII Rata-
rata FI
Rata-
rata FII
Rata-
rata FIII
< 1 1 1 0 0 1 0 0
2 - 5 3,5 5 5 0 17,5 17,5 0
6- 10 8 47 29 1 376 232 8
11 - 15 13 59 58 18 767 754 234
16 - 20 18 28 41 30 504 738 540
21 - 25 23 4 8 33 92 184 759
26 - 30 28 3 3 22 84 84 616
31 - 35 33 0 1 16 0 33 528
36 - 40 38 1 0 9 38 0 342
41 - 45 43 1 1 11 43 43 473
> 45 45 1 4 10 45 180 450
Total 150 150 150 1967,5 2265,5 3950
Rata-rata ukuran partikel 13,12 15,10 26,33
53
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 17. Hasil Uji Efisiensi Penjerapan pada Mikropartikel
Keterangan : * Bobot mikropartikel yang ditimbang sebanyak 50 mg dari tiap formulasi
** Bobot zat aktif terjerap = bobot zat aktif total – bobot zat aktif bebas
Fm = fraksi zat aktif pada mikropartikel, Ft = fraksi teoritis zat aktif yang
ditambahkan, Fp = fraksi zat aktif yang terjerap
Lampiran 18. Uji Statistik Nilai Efisiensi Penjerapan
1. Uji Normalitas Saphiro-Wilk
Tujuan : Untuk mengetahui normalitas dari distribusi data efisiensi
penjerapan
Hipotesis :
Ho : Data efisiensi penjerapan terdistribusi normal
Ha : Data efisiensi penjerapan tidak terdistribusi normal
Pengambilan keputusan :
Jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Formula
Bobot
Zat Aktif
Total
(mg)
Bobot
Zat Aktif
Bebas
(mg)
Bobot
Zat Aktif
Terjerap
(mg)**
Fm
(%)
Ft
(%)
Fp
(%)
Rata -
Rata SD
I*
0,123 0,057 0,066 0,132 1,334 9,90
9% ±0,8 0,115 0,058 0,057 0,144 1,334 8,55
0,119 0,062 0,057 0,144 1,334 8,55
II*
0,144 0,030 0,114 0,288 1 28,8
23,87% ±4,0 0,138 0,029 0,109 0,218 1 21,8
0,138 0,029 0,109 0,218 1 21,8
III*
0,163 0,032 0,131 0,262 0,8 32,75
32,83 % ±0,6 0,164 0,035 0,129 0,258 0,8 32,25
0,170 0,036 0,134 0,268 0,8 33,5
54
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keputusan : Data efisiensi penjerapan tidak terdistribusi secara normal
2. Uji Homogenitis Leveme
Tujuan : Untuk mengetahui homogenitas dari data efisiensi penjerapan
Hipotesis :
Ho : Data efisiensi penjerapan homogen
Ha : Data efisiensi penjerapan tidak homogen
Pengambilan keputusan :
Jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Test of Homogeneity of Variances
EfisiensiPenjerapan
Levene Statistic df1 df2 Sig.
10.173 2 6 .012
Keputusan : Data efisiensi penjerapan tidak homogen
Dari data uji normalitas dam homogenitas diperoleh hasil bahwa
data efisiensi penjerapan tidak terdistribusi normal dan tidak homogen
sehingga analisa data dianjutkan menggunakan uji non parametric
Kruskal-Wallis.
3. Uji Kruskal-Walllis
Tujuan : Untuk mengetahui perbedaan nyata dari nilai efisiensi penjerapan
Hipotesis :
Ho : data nilai efisiensi penjerapan tidak berbeda nayata
Ha : data nilai efisiensi penjerapan berbeda nyata
Formula Kolmogorov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
EfisiensiPenjerapan
FI .385 3 . .750 3 .000
FII .385 3 . .750 3 .000
FIII .219 3 . .987 3 .780
a. Lilliefors Significance Correction
55
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keputusan :
Jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Ranks
Formula N Mean Rank
EfisiensiPenjera
pan
FI 3 2.00
FII 3 5.00
FIII 3 8.00
Total 9
Keputusan : Nilai efisiensi penjerapan berbeda secara nyata
Test Statisticsa,b
EfisiensiPenjerapan
Chi-Square 7.322
df 2
Asymp. Sig. .026
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Formula
56
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 19. Hasil Uji Disolusi Mikropartikel Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah
Manggis
Menit
Ke
Bobot terdisolusi (mg) Persen terdisolusi (%)
FI FII FIII FI FII FIII
0 0 0 0 0 0 0
5 0,71±0,03 0,41±0,06 0,49±0,09 79,37±3,37 28,97±4,05 23,83±4,42
15 0,84±0,12 0,46±0,10 0,57±0,11 94,16±13,54 32,91±7,26 27,32±5,11
30 1,36±0,04 0,65±0,18 0,68±0,10 152,30±4,14 46,20±13,19 32,97±4,94
45 1,43±0,06 0,76±0,19 0,79±0,15 160,36±6,46 54,02±13,83 37,85±7,03
60 1,50±0,09 1,01±0,33 0,92±0,11 167,54±10,42 72,39±23,52 44,10±5,35
90 1,56±0,13 1,11±0,26 1,09±0,10 175,06±14,24 79,37±18,84 52,53±4,94
120 1,61±0,14 1,30±0,24 1,15±0,14 180,14±15,36 92,93±16,91 55,51±6,61
180 1,83±0,11 1,60±0,16 1,24±0,12 204,84±12,54 114,51±11,26 59,85±5,70
240 1,94±0,10 1,72±0,10 1,31±0,12 216,93±1170 122,72±6,97 63,15±5,57
300 2,01±0,12 1,81±0,06 1,38±0,07 224,72±13,82 129,20±4,58 66,73±3,30
360 2,09±0,14 1,85±0,09 1,50±0,11 234,11±15,36 132,33±6,36 72,20±5,47
Lampiran 20. Profil Persentase Disolusi Mikropartikel
0
50
100
150
200
250
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Per
sen
Ter
dis
olu
si (
%)
Waktu (menit)
FI FII FIII
57
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 21. Bobot dan Persentase Terdisolusi FI
Menit
Ke
Bobot
terdisolusi (mg)
Rata-
rata±SD Persen terdisolusi (%)
Rata-
rata±SD
0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0,74 0,70 0,68 0,71±0,03 83,10 78,43 76,56 79,37±3,37
15 0,84 0,72 0,96 0,84±0,12 93,87 80,77 107,84 94,16±13,54
30 1,38 1,32 1,38 1,36±0,04 155,12 147,54 154,23 152,30±4,14
45 1,45 1,37 1,48 1,43±0,06 162,58 153,09 165,42 160,36±6,46
60 1,50 1,40 1,59 1,50±0,09 168,21 156,80 177,61 167,54±10,42
90 1,55 1,44 1,69 1,56±0,13 173,87 161,46 189,86 175,06±14,24
120 1,59 1,48 1,75 1,61±0,14 177,69 166,14 196,58 180,14±15,36
180 1,78 1,75 1,96 1,83±0,11 199,27 196,06 219,20 204,84±12,54
240 1,85 1,91 2,05 1,94±0,10 206,97 214,01 229,81 216,93±11,70
300 1,92 1,95 2,15 2,01±0,12 214,70 218,98 240,48 224,72±13,82
360 2,00 2,02 2,25 2,09±0,14 224,34 225,85 252,14 234,11±15,63
Lampiran 22. Bobot dan Persentase Terdisolusi FII
Menit
Ke
Bobot terdisolusi
(mg)
Rata-
rata±SD Persen terdisolusi (%)
Rata-
rata±SD
0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0,43 0,45 0,34 0,41±0,06 30,36 32,14 24,40 28,97±4,05
15 0,53 0,51 0,34 0,46±0,10 37,68 36,50 24,55 32,91±7,26
30 0,84 0,63 0,47 0,65±0,18 59,93 45,05 33,63 46,20±13,19
45 0,95 0,75 0,57 0,76±0,19 68,03 53,65 40,37 54,02±13,83
60 1,36 0,98 0,70 1,01±0,33 97,00 70,04 50,14 72,39±23,52
90 1,37 1,13 0,84 1,11±0,26 97,58 80,58 59,96 79,37±18,84
120 1,44 1,43 1,03 1,30±0,24 102,91 102,48 73,41 92,93±16,91
180 1,53 1,49 1,78 1,60±0,16 109,47 106,66 127,41 114,51±11,26
240 1,61 1,75 1,79 1,72±0,10 114,87 125,14 128,16 122,72±6,97
300 1,74 1,87 1,81 1,81±0,06 124,47 133,61 129,51 129,20±4,58
360 1,75 1,92 1,88 1,85±0,09 125,19 137,36 134,44 132,33±6,36
58
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 23. Bobot dan Persentase Terdisolusi FIII
Menit
Ke
Bobot terdisolusi
(mg)
Rata-
rata±SD Persen terdisolusi (%)
Rata-
rata±SD
0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 0,60 0,43 0,45 0,49±0,09 28,92 20,88 21,69 23,83± 4,42
15 0,66 0,45 0,59 0,57±0,11 31,90 21,81 28,24 27,32±5,11
30 0,71 0,57 0,77 0,68±0,10 34,10 27,56 37,25 32,97±4,94
45 0,72 0,68 0,95 0,79±0,15 34,70 32,95 45,90 37,85±7,03
60 0,97 0,79 0,99 0,92±0,11 46,55 37,96 47,78 44,10±5,35
90 1,20 0,99 1,08 1,09±0,10 57,67 47,83 52,08 52,53±4,94
120 1,26 1,00 1,20 1,15±0,14 60,82 48,11 57,61 55,51±6,61
180 1,34 1,11 1,27 1,24±0,12 64,79 53,61 61,16 59,85±5,70
240 1,39 1,18 1,37 1,31±0,12 66,78 56,74 65,93 63,15±5,57
300 1,40 1,31 1,44 1,38±0,07 67,57 63,09 69,53 66,73±3,30
360 1,49 1,39 1,62 1,50±0,11 71,57 67,07 77,96 72,20±5,47
Lampiran 24. Hasil Uji Statistik Disolusi Mikropartikel
1. Uji Normalitas Saphiro-Wilk
Tujuan : Untuk mengetahui normalitas dari distribusi data disolusi
mikropartikel
Hipotesis :
Ho : Data disolusi mikropartikel terdistribusi normal
Ha : Data disolusi mikropartikel tidak terdistribusi normal
Pengambilan keputusan :
Jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
PersenTerdisolusi .154 9 .200* .969 9 .885
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
59
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keputusan : Data disolusi mikropartikel terdistribusi secara normal
2. Uji Homogenitis Leveme
Tujuan : Untuk mengetahui homogenitas dari data disolusi mikropartikel
Hipotesis :
Ho : Data disolusi mikropartikel homogen
Ha : Data disolusi mikropartikel tidak homogen
Pengambilan keputusan :
Jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Keputusan : Data disolusi mikropartikel homogen
3. Uji ANOVA
Tujuan : Untuk mengetahui perbedaan nyata dari nilai disolusi
mikropartikel
Hipotesis :
Ho : data nilai disolusi mikropartikel tidak berbeda nyata
Ha : data nilai disolusi mikropartikel berbeda nyata
Keputusan :
Jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Test of Homogeneity of Variances
Persen.Terdisolusi
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.570 2 6 .594
ANOVA
Persen.Terdisolusi
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1049.336 2 524.668 19.790 .002
Within Groups 159.067 6 26.511
Total 1208.404 8
60
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keputusan : Data disolusi mikropartikel berbeda nyata
Dari hasil uji ANOVA diperoleh hasil bahwa disolusi mikropartikel
berbeda nyata sehingga analisis dilanjutkan menggunakan uji Leas Significants
Difference (LSD)
4. Uji LSD
Tujuan : Untuk mengetahui beda nyata terkecil dari data persen terdisolusi
mikropartikel terhadap perbedaan konsentrasi polimer
Hipotesis :
Ho : data nilai disolusi mikropartikel tidak berbeda nyata antar
perbedaan konsentrasi polimer
Ha : data nilai disolusi mikropartikel berbeda nyata antar
perbedaan konsentrasi polimer
Pengambilan keputusan :
Jika nilai signifikansi > 0,05 maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
Keputusan : Data persen disolusi mikropartikel berbeda secara nyata antar
formula terhadap kosentrasi polimer yang digunakan.
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Persen.Terdisolusi
LSD
(I)
Formulasi
(J)
Formulasi
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
FI FII 10.52667
* 4.20406 .046 .2397 20.8136
FIII 26.27667* 4.20406 .001 15.9897 36.5636
FII FI -10.52667
* 4.20406 .046 -20.8136 -.2397
FIII 15.75000* 4.20406 .010 5.4630 26.0370
FIII FI -26.27667
* 4.20406 .001 -36.5636 -15.9897
FII -15.75000* 4.20406 .010 -26.0370 -5.4630
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
61
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 25. Hasil Karakterisasi Ekstrak Etanol 50 % Kulit Buah
Manggis (Narulita, 2014)
Determinasi Buah Manggis
Spesies : Garcinia Mangostana L
Suku : Clusiaceae
Randemen Ekstrak 12,5 %
Ket : bobot awal 4000 gr dan hasil
ekstrak kental 500 gr
Parameter spesifik :
1. Identitas :
- Nama ekstrak
- Nama Latin
Ekstrak etanol 50 % kulit buah
manggis
Garcinia mangostana L.
- Bagian Tanaman Kulit buah
2. Organoleptis Memiliki bentuk padat seperti
caramel, berwarna coklat keunguan,
bau aromatik dan rasa pahit.
3. Kadar senyawa larut etanol 87,05±0,43%
4. Kadar senyawa larut air 62,54±1,09%
Parameter non spesifik :
1. Bobot jenis ekstrak 5%
2. Bobot jenis ekstrak 10%
1,036
1,074
3. Susut pengeringan (b/b)
4. Kadar abu (b/b)
5. Kadar abu tidak larut asam
(b/b)
6,66±0,11%
5,07±0,23%
0,13±0,02%
Panjang gelombang maksimum
alfa mangostin pada ekstrak
243,4 dan 316,4 nm
Kadar alfa mangostin pada
ekstrak
4%
62
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 26. Contoh Perhitungan Nilai Efisiensi Penjerapan
Formula 1 (FI)
Diketahui : Kadar alfa mangostin pada ekstrak = 4 %
Persamaan kurva kalibrasi metanol (316 nm): y = 0,0572 x – 0,003
Persamaan kurva kalibrasi kloroform (311,5 nm) : y = 0,0617 x –
0,030
Absorbansi zat aktif total (y )= 0,138
Absorbansi zat aktif bebas (y) = 0,321
Ditanya : a. Bobot zat aktif total pada mikropartikel (mg) =?
b. Bobot zat aktif bebas pada mikropatikel (mg) = ?
c. Bobot zat aktif yang terjerap pada mikropartikel (mg) =?
d. Fraksi zat aktif pada mikropartikel (Fm) =?
e. Fraksi teoritis pada mikropartikel (Ft) =?
f. Fraksi zat aktif yang terjerap pada mikropartikel (Fp) =?
Penye. : a. Bobot zat aktif total pada mikropartikel :
y = 0,138
y = 0,0572 x – 0,003
0,138 = 0,0572 x – 0,003
x =
2,465 ppm
= 2,465 x 10 mL x Faktor Pengenceran
= 2,465 x 10 mL x 5 kali
= 123,25 µg x 0,001
63
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
= 0,123 mg
b. Bobot zat aktif bebas pada mikropartikel :
y = 0,321
y = 0,0671 x – 0,030
0,321 = 0,0671 x – 0,030
x =
5,689 ppm
= 5,689
x 10 mL
= 56,89 µg x 0,001
= 0,057 mg
c. Bobot zat aktif yang terjerap(mg) = bobot total – bobot bebas
Bobot zat aktif yang terjerap (mg) = 0,123 mg – 0,057 mg
= 0,066 mg
d. Fraksi zat aktif pada mikropartikel :
Fm =
=
= 0,132 %
e. Fraksi teoritis pada Formula 1 (1:2)
Jumlah ekstrak pada formulasi I =
= 16,67 mg
Jumlah alfa mangostin = 4 % x 16,67 mg = 0,667 mg
Ft =
= 1,334 %
64
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
f. Fraksi zat aktif yang terjerap pada mikropartikel :
Fp =
Fp =
= 9,90 %
65
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 27. Contoh Perhitungan Persentase Disolusi
Formula 1 (FI)
Diketahui : Y = 0,060x – 0,001
Y0 = 0,000
Y5 = 0,088
Y15 = 0,099
Kadar zat aktif untuk FI tiap 50 mg = 0,119 mg
Bobot mikropartikel yang ditimbang untuk FI = 325 mg
Ditanya : a. C0 = ?
b. C5 = ?
c. C15= ?
d. Bobot zat aktif di 325 mg = ?
Penye. : a. Mencari nilai x pada menit ke-0 :
y = 0,060x – 0,001
0,000 = 0,060x – 0,001
C0 = 0,000 ppm
b. Mencari nilai x pada menit ke- 5 :
y = 0,060x – 0,001
0,088 = 0,060x – 0,001
C5 = 1,48 ppm
c. Mencari nilai x pada menit ke-15 :
y = 0,060x – 0,001
e. % disolusi zat aktif pada t0 = ?
f. % disolusi zat aktif pada t5 = ?
g. % disolusi zat aktif pada t15 = ?
66
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
0,099= 0,060x – 0,001
C15 = 1,67 ppm
d. Bobot zat aktif di 325 mg :
e. Jumlah zat aktif yang terdisolusi pada menit ke-0 :
Bobot terdisolusi = C0 x Volume (L) x Faktor Pengenceran
= 0,000 x 0,5 L x 1
= 0 mg
% disolusi =
= 0 %
e. Jumlah zat aktif yang terdisolusi pada menit ke-5 :
Faktor koreksi t0 = C0 x
= 0,000 x
= 0,000
Bobot terdisolusi = (C0 + FK0) x Volume (L) x Faktor
Pengenceran
= (1,48
+ 0,000) x 0,5 L x 1
= 0,8925 mg
67
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
= 0,74 mg
% disolusi =
= 83,10 %
f. Jumlah zat aktif yang terdisolusi pada menit ke-15 :
Faktor koreksi t5 = C5 x
= 1,67
x
= 0,01
Bobot terdisolusi = (C0 + FK0 + FK5) x Volume (L) x Faktor
Pengenceran
= (1,67
+ 0,000 + 0,01) x 0,5 L x 1
= 0,84mg
% disolusi =
= 93,87%
68
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 28. Sertifikat Analisis Alfa Mangostin
69
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 29. Sertifikat Analisis HPMC
70
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
71
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
72
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta