Upload
faik-fauzi
View
5.147
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Skripsi Faik FauziApabila anda ingin membutuhkan dokumen ini, silahkan hubungi email saya: [email protected]. Saya dengan senang hati akan mengirimkannya untuk anda..Semoga bermanfaat bagi dunia pendidikan dan semoga dengan publikasi online skripsi ini menjadi awal dari terbukanya semua akses informasi bagi semua kalangan..
Citation preview
PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL DARAH TIKUS JANTAN
GALUR WISTAR YANG DIBERI DIET KOLESTEROL TINGGI
SKRIPSI
Oleh:
FAIK FAUZI
06023036
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2011
UJI EFEK PROTEKSI FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK METANOL
RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma h eyneana Val.) TERHADAP
i
UJI EFEK PROTEKSI FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK METANOL
RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma heyneana Val.) TERHADAP
PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL TIKUS PUTIH JANTAN
GALUR WISTAR YANG DIBERI DIET KOLESTEROL TINGGI
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
mencapai derajat Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta
Oleh :
FAIK FAUZI
06023036
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2011
ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
Berjudul
UJI EFEK PROTEKSI FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK METANOL
RIMPANG TEMU GIRING (Curcuma heyneana Val.) TERHADAP
PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL TIKUS PUTIH JANTAN
GALUR WISTAR YANG DIBERI DIET KOLESTEROL TINGGI
Oleh:
Faik Fauzi
06023036
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan
pada tanggal 28 September 2011
Mengetahui
Dekan Fakutas Farmasi
Universitas Ahmad Dahlan
Dra. Any Guntarti, M.Si., Apt.
Pembimbing I Pembimbing II
Penguji :
2. Vivi Sofia, M.Si., Apt.
3. Laela Hayu Nurani, M.Si., Apt
4. Moch. Saiful Bachri, M.Si., Ph.D. Apt.
Prof. Dr. Nurfina Aznam, SU.. Apt, Vivi Sofia, M.Si., Apt.
1. Prof. Dr. Nurfina Aznam, S.U, Apt
iii
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :
Nama : Faik Fauzi
NIM : 06023036
Program Studi : Farmasi
Fakultas : Farmasi
Judul Penelitian : Uji Efek Proteksi Fraksi Etil Asetat Ekstrak Metanol Rimpang
Kadar Kolesterol Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diberi
Diet Kolesterol Tinggi.
Menyatakan bahwa penelitian ini adalah hasil karya sendiri dan sepanjang
pengetahuan saya tidak berisi materi yang dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain
kecuali pada bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan. Apabila terbukti
pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Yogyakarta, 28 September 2011
Yang menyatakan,
Faik Fauzi
Temu Giring (Curcuma heyneana Val.) Terhadap Peningkatan
faikfauzi@ gmail.com
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Bacalah, dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan
Tuhanmulah yang paling pemurah. Yang mengajarkan manusia dengan
perantaraan kalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”
(Qs.Al-„Alaq : 1-5)
Syukuri dan Cintai Dirimu Yang Sempurna Dengan Ketidaksempurnaannya
Do all the goods I can, All the best I can, In all times I can, In all
places I can, For all the creatures I can.
Kupersembahkan untuk :
Allah azza wa jalla, Terimakasih atas semua anugerah dan cinta kasih sayang-Mu
Nabi Muhammad SAW, Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah Kepadamu
Umi’ku, Pahlawan hidupku, Atas kekuatan cinta, pengorbanan dan do’a tulus membangkitkan sejuta harapan dan citaku
Almarhum Abah, Atas segalanya yang pernah engkau berikan kepadaku Beribu doa, maaf dan kata cinta serta
hormatku. Maafkan anakmu ini tidak sempat membalas semuanya, Semoga Allah memberikan tempat yang terindah untukmu, Semoga kita kembali bertemu di Surga-Nya kelak.
Kakak-kakakku, Abdul Halim Hafid, Bagus Lintang dan Eva Rizkiana Yang tak pernah jemu menanggapi manjaku
Adikku, Maya Aulia Yang kebahagiaannya mengukir senyumku selama ini.
Sahabat-Sahabatku, Yang jujur menerimaku apa adanya dan menghiasi hidupku
Guru-guru yang menunjukkan peta perjalanan menuju cita-cita
Semua insan yang telah berjasa dalam kehidupanku, Dan Almamaterku yang kudambakan,
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil’ alamin, Segala puji syukur kepada ALLAH SWT atas
anugerah dan cinta kasih sayangMu yang Maha Dasyat sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Uji Efek Proteksi Fraksi Etil Asetat
Ekstrak Metanol Rimpang Temu Giring (Curcuma Heyneana Val.) Terhadap
Peningkatan Kadar Kolesterol Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diberi
Diet Kolesterol Tinggi”. Setetes ilmu di hamparan samudera ilmu-Nya. Sholawat
serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW dan kita semua
mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana di
Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa
keberhasilan penulisan skripsi ini atas bantuan, dukungan, dan do’a dari berbagai
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih,
kepada :
1. Prof. Dr. Nurfina Aznam, S.U Apt, selaku Pembimbing I yang penuh
kesabaran dan keikhlasan telah memberikan bimbingan, arahan, dukungan,
dan semangat selama penelitian dan penyusunan skripsi ini
2. Vivi Sofia, M.Si., Apt, selaku Pembimbing II yang penuh kesabaran dan
keikhlasan telah memberikan bimbingan, arahan, dukungan, dan semangat
selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.
3. Laela Hayu Nurani, M.Si., Apt, selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan dan koreksi yang membangun kepada penulis.
4. Moch. Saiful Bachri, M.Si., Ph.D. Apt, selaku penguji yang telah
memberikan pengarahan dan saran untuk penyusunan skripsi ini.
vi
5. Dra. Any Guntarti, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Ahmad Dahlan Yogyakarta
6. Dr. Tedjo Yuwono, Apt. selaku dosen wali yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan serta semangat selama masa perkuliahan.
7. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta.
8. Pimpinan dan staf Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta dan Laboratorium Penelitian.
9. Pimpinan dan staf karyawan Perpustakaan Kampus 3 UAD atas bantuan,
kepercayaaan, dan perhatiannya dalam memberikan pelayanan sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
10. Umi’ (Sakinah) dan Almarhum Abah (Muhammad Nagib) yang telah
memberikan limpahan kasih sayang yang tiada henti, pengorbanan, doa,
bimbingan, nasehat, dukungan dan semangat yang senantiasa mengiringi
langkah kehidupanku.
11. Kakak-kakakku (Abdul Halim Hafid, Eva Rizkiana, Bagus Lintang dan
adikku (Maya Aulia) terima kasih atas semangat dan motivasi yang telah
diberikan.
12. Kawan-kawan seperjuangan skripsi (Edy Budiarto dan Firman Adi K.) dan
sekelompok skripsi temu giring (Mahesya Hendra P., Annisa Soraya, Ade
Fahrani, M. Fariez, Haryadi, Tofan Pranoto, dan Nurul Akbar) Terima kasih
atas kerjasama selama ini hingga skripsi dapat terselesaikan.
13. Sahabat-sahabat pencari ridho Allah, di Al-Amin Yogyakarta yang
memberikanku semangat dan nasehat pencerah hati.
14. Sahabat-sahabatku di Yogyakarta, Al Hafidz, Dony Iswandi, Taufik
Septianto, Suhatno, Pepen Nur E., Robbi Najini dan Annisa Firdaus. Terima
vii
kasih atas persahabatan yang selama ini terjalin. Motivasi dari kalian is the
best!.
15. Teman-teman seperjuangan di Alfa ’06 (Assosiasi Laskar Kelas A Farmasi
UAD 2006). Terima kasih atas atas kebersamaan yang selama ini terjalin,
Terima kasih telah membantu penulis selama kegiatan perkuliahan dan
praktikum. Salam hangat dari penulis.
16. Kawan-kawan di BEMF Farmasi UAD 2008-2010, terutama Divisi Keilmuan
dan Pengembangan Farmasi (Anindyajati Novita K., Edwien Daru A., Al
Hafidz, Via Hayati dan Septina Prasastia) yang telah memberi sentuhan dan
warna dalam hatiku. Tetaplah berjuang kawan...
17. Kawan-kawan di Kost Putra Bali Green. Terima kasih atas persahabatan yang
terjalin selama ini. I know you’re all will be great people.
18. Google Inc. Terima kasih atas mesin pencarimu yang menjadi pintu segala
sumber ilmu di dunia ini bagiku.
19. Kepada semua insan yang tidak bisa penulis sebut satu persatu atas bantuan
yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.
Semoga segala bantuan serta bimbingan yang telah diberikan pada penulis
menjadi amal sholeh serta mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
baik dari segi penyusunan maupun dari segi penulisan. Maka penulis mengharapkan
kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan ilmu pengetahuan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 28 September 2011
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii
INTISARI ........................................................................................................ xiv
ABSTRACT ...................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 3
C. Batasan Masalah .................................................................................. 4
D. Rumusan Masalah ............................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
F. Kegunaan Penelitian ............................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik ..................................................................................... 6
1. Obat Tradisional ............................................................................ 6
2. Tanaman Temu Giring (Curcuma Heyneana, Val.) ...................... 7
3. Teknik Penyarian........................................................................... 17
4. Lemak ............................................................................................ 21
5. Kolesterol ...................................................................................... 30
ix
6. Hiperlipidemia ............................................................................... 35
7. Obat Antilipemika ......................................................................... 42
8. Simvastatin .................................................................................... 49
B. Penelitian yang Relevan ...................................................................... 50
C. Kerangka Berpikir ............................................................................... 51
D. Hipotesis .............................................................................................. 52
BAB III METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian .................................................................................. 53
B. Variabel Penelitian ............................................................................... 53
C. Bahan dan Alat .................................................................................... 53
1. Bahan ............................................................................................... 54
2. Alat .................................................................................................. 54
D. Cara Kerja ........................................................................................... 55
1. Persiapan Sediaan Uji.................................................................... 55
2. Perlakuan Terhadap Hewan Uji ................................................... 59
3. Penetapan Kadar Kolesterol .......................................................... 61
E. Analisa Data ......................................................................................... 63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Identifikasi Serbuk Rimpang Temu Giring .......................................... 64
B. Pembuatan Fraksi Etil Asetat Ekstrak Metanol Temu Giring .............. 65
C. Pembuatan Pakan Diet Lemak Tinggi .................................................. 66
D. Induksi Hiperkolesterolemia ................................................................ 67
E. Pengambilan Sampel Darah Hewan Uji ............................................... 71
F. Penetapan Kadar Kolesterol Darah ...................................................... 72
G. Analisis Kadar Kolesterol .................................................................... 77
H. Perhitungan Persen Proteksi ................................................................. 80
x
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 84
B. Saran .................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 86
LAMPIRAN ................................................................................................... 89
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Struktur kimia tanin .................................................................. 12
Gambar 2. Struktur kurkumin .................................................................... 15
Gambar 3. Struktur kimia steroid ............................................................... 31
Gambar 4. Struktur kimia kolesterol .......................................................... 32
Gambar 5. Biosintesis kolesterol ................................................................ 34
Gambar 6. Struktur simvastatin .................................................................. 50
Gambar 7. Diagram alur jalannya penelitian ............................................. 61
Gambar 8. Skema preparasi sampel dan penetapan kadar kolesterol ......... 62
Gambar 9. Grafik berat badan tikus tiap kelompok pada tiap minggu ...... 69
Gambar 10. Mekanisme reaksi penetapan kadar kolesterol ......................... 74
Gambar 11. Grafik kadar kolestrol tiap kelompok pada periode I dan II .... 75
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Jenis lipoprotein, ukuran, komposisi, dan asalnya ................... 26
Tabel II. Klasifikasi hiperlipoproteinemia primer Frederickson ........... 37
Tabel III. Komposisi bahan pakan hewan uji ........................................... 54
Tabel IV. Komposisi bahan reagen kit dari Diagnostic System
International (Diasys) ............................................................... 55
Tabel V. Komposisi larutan sampel, standard dan reagen ...................... 62
Tabel VI. Purata berat badan tikus tiap kelompok pada tiap minggu ...... 68
Tabel VII. Purata kadar kolesterol (mg/dl) setiap kelompok perlakuan
pada periode I dan II ................................................................ 75
Tabel VIII. Hasil Uji t Tukey selisih kadar kolesterol antar kelompok
perlakuan pada periode 1 dan periode 2 ................................... 78
Tabel IX. Purata persen proteksi terhadap kenaikan kadar kolesterol
kelompok perlakuan dihitung terhadap kelompok II ............... 80
Tabel X. Hasil uji t Tukey terhadap persen proteksi antar kelompok
perlakuan .................................................................................. 82
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Keterangan Hasil Determinasi Temu Giring .................. 90
Lampiran 2. Data Absorbansi Serum Darah, kadar kolesterol serta
selisihnya pada periode 1 dan 2 (sebelum dilakukan
penolakan data) ........................................................................ 91
Lampiran 3. Data Absorbansi Serum Darah, kadar kolesterol serta
selisihnya pada periode 1 dan 2 (setelah dilakukan penolakan
data) .......................................................................................... 93
Lampiran 4. Data berat badan tikus tiap kelompok perlakuan tiap hari
selama 2 minggu perlakuan ...................................................... 95
Lampiran 5. Uji Statistik Selisih Berat Badan Periode 1 dan Periode 2 ....... 99
Lampiran 6. Uji Statistik Selisih Kadar Kolesterol Periode 1 dan Periode 2 103
Lampiran 7. Perhitungan Persen Proteksi ..................................................... 108
Lampiran 8. Uji Statistik Terhadap Persen Proteksi ..................................... 109
Lampiran 9. Gambar-gambar ........................................................................ 112
xiv
INTISARI
Rimpang temu giring (Curcuma heyneana Val.) merupakan salah satu
tanaman yang sering digunakan sebagai obat tradisional untuk menurunkan kadar
kolesterol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek proteksi fraksi heksan
ekstrak metanol temu giring terhadap kadar kolesterol tikus putih jantan galur Wistar
yang diberi diet kolesterol tinggi.
Dalam penelitian ini menggunakan 42 ekor tikus jantan galur Wistar
berumur 2-3 bulan dengan berat badan 150-200 gram yang terbagi ke dalam 7
kelompok perlakuan dengan 6 ekor tikus pada masing-masing kelompok. Kelompok
1 diberi pakan standar dan kelompok 2 diberi diet kolesterol tinggi serta pakan
standar. Kelompok 3 diberi pakan standar, diet kolesterol tinggi dan larutan CMC Na
1%. Kelompok 4 diberi pakan standar, diet kolesterol tinggi dan simvastatin dengan
dosis 0,9 mg/Kg BB. Sedangkan kelompok 5, 6 dan 7 diberi pakan standar, diet
kolesterol tinggi serta fraksi etil asetat ekstrak metanol temu giring dengan dosis
masing-masing 25 mg/Kg BB, 50 mg/Kg BB serta 75 mg/Kg BB. Keadaan
hiperkolesterolemia dipicu dengan menggunakan emulsi lemak sapi dengan dosis 10
ml/Kg BB. Untuk menentukan kadar kolesterol darah digunakan metode enzymatic
photometric test CHOD-PAP (Cholesterol Oxidase Phenol Antipyrin). Kadar
kolesterol darah ditentukan pada periode 1 dan periode 2. Selisih kadar kolesterol
darah pada periode 1 dan periode 2 dianalisis dengan menggunakan uji anova satu
jalur yang dilanjutkan uji t Tukey dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian fraksi etil asetat ekstrak
metanol temu giring dapat memberikan efek proteksi terhadap peningkatan kadar
kolesterol darah tikus putih jantan galur wistar yang diberi diet kolesterol tinggi.
Fraksi etil asetat ekstrak metanol temu giring dengan dosis 25 mg/kg BB, 50 mg/kg
BB dan 75 mg/kg BB dapat memberikan persen proteksi berturut-turut sebesar
25,54 %, 86,23 % dan 185,81 %. Berdasarkan uji statistik masing-masing dosis
memberikan persen proteksi yang berbeda bermakna dengan yang lainnya.
Kemampuan efek proteksi fraksi etil asetat ekstrak metanol temu giring terhadap
kenaikan kadar kolesterol darah diduga karena kandungan kurkumin dan tanin.
Kata kunci: temu giring, kolesterol, efek proteksi, tanin, kurkumin
xv
ABSTRACT
Curcuma heyneana rhizome (Curcuma heyneana Val.) is a plant that is often
used as a traditional medicine to lower cholesterol levels. This research was carried
out to determine protective effects of the ethyl asetate fraction of methanolic extract
curcuma heyneana rhizome on serum cholesterol male Wistar rats fed a high
cholesterol diet.
In this study using 42 male Wistar rats aged 2-3 months weighing 150-200
grams are divided into 7 treatment groups with 6 rats in each group. Group 1 was
given a standard diet and group 2 was given a high cholesterol diet and standard diet.
Group 3 was given a standard diet, high cholesterol diet and 1% CMC Na. Group 4
was given a standard diet, high cholesterol diet and simvastatin at a dose of 0.9 mg /
kg BW. While groups of 5, 6 and 7 were given a standard diet, high cholesterol diet
and the ethyl asetate fraction of methanolic extract curcuma heyneana with each
dose of 15 mg/kg BW, 30 mg/kg BW and 60 mg/kg BW. Hypercholesterolemic state
was triggered by using beef fat emulsion with a dose of 10 ml/kg BB. To determine
the blood cholesterol level photometric enzymatic method CHOD-PAP test. Blood
cholesterol levels are determined in period 1 and period 2. Difference in blood
cholesterol levels in period 1 and period 2 in analsis using anova followed a path that
followed Tukey test with confidence level 95%.
The result showed that the ethyl asetate fraction of methanolic extract
curcuma heyneana rhizome can provide a protective effect against elevated levels of
blood cholesterol Wistar strain male rat that induced a high cholesterol diet. The
ethyl asetate fraction of methanolic extract curcuma heyneana rhizome peroral
everyday along 2 week with dose 15 mg/kg BW, 30 mg/kg BW and 60 mg/kg BW
give an row 25,54 %, 86,23 % and 185,81 %. Based on the statistical test of each
dose provides percent protection is significantly different from each other. The
ability of the protective effect of the ethyl asetate fraction of methanolic extract of
the blood cholesterol levels rise because the content of curcumin and tannins that are
in curcuma heyneana.
Keywords: curcuma heyneana, cholesterol, tannins, curcumin
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akhir-akhir ini masyarakat dunia, khususnya dunia barat mulai
memusatkan perhatiannya ke alam, yang terkenal dengan semboyannya back to
nature, mengikuti Asia termasuk Indonesia yang sejak zaman dahulu
memanfaatkan obat-obat dari alam dalam upaya-upaya pelayanan kesehatan di
samping obat-obat farmasetik. Kembalinya perhatian dunia barat ke obat-obat
alam ini tidak lain adalah karena kembali tumbuhnya kepercayaan masyarakat
bahwa obat-obat tradisional dapat memberikan peranannya dalam upaya
pemeliharaan, peningkatan dan pemulihan kesehatan serta pengobatan penyakit.
Di samping itu diyakini pula bahwa obat-obat tradisional kurang memberikan efek
samping jika dibandingkan dengan obat-obat farmasetik (Hargono, 1996).
Perubahan gaya hidup dan pola makan masyarakat modern serta rendahnya
aktivitas tubuh dan konsumsi serat menyebabkan pembentukan kolesterol yang
berlebihan didalam tubuh. Konsentrasi kolesterol tinggi dalam darah atau
hiperkolesterolemia merupakan salah satu penyebab penyakit jantung koroner.
Menurut Murray (1997), kolesterol adalah produk khas hasil metabolisme hewan
seperti kuning telur, daging, hati dan otak. Semua jaringan yang mengandung sel-
sel berinti mampu mensintesis kolesterol. Kolesterol merupakan prekursor semua
steroid seperti kortikosteroid, hormon seks, asam empedu dan vitamin D
(Dalimartha, 2001). Kolesterol di dalam tubuh diproduksi dalam jumlah yang
diperlukan. Hiperkolesterolemia terjadi jika kadar kolesterol melebihi batas
2
normal dan dapat berkembang menjadi aterosklerosis pada pembuluh arteri,
berupa penyempitan pembuluh darah terutama di jantung, otak, ginjal, dan mata.
Pada otak, aterosklerosis menyebabkan stroke, sedangkan pada jantung
menyebabkan penyakit jantung koroner. Hiperkolesterolemia dapat terjadi karena
bobot badan, usia, kurang olah raga, stress emosional, gangguan metabolisme,
kelainan genetik, serta diet tinggi kolesterol dan asam lemak jenuh (Setiati 2009).
Selain itu juga dapat terjadi pada wanita yang kekurangan hormon estrogen
(Ganong, 1995).
Dengan meningkatnya jumlah penderita penyakit yang disebabkan
hiperkolesterolemia dari tahun ke tahun maka diperlukan upaya yang serius untuk
mengatasinya dan perlu diperhatikan segala potensi yang dapat dimanfaatkan
untuk mengatasinya. Potensi yang kita miliki berupa obat sintetis dan obat
tradisional. Dengan mengikuti perkembangan zaman yang lebih menyukai obat
tradisional dan semakin tingginya harga obat sintetis sehingga tidak dapat
dijangkau oleh kalangan menengah ke bawah, maka kita harus memanfaatkan
sumber daya alam sebagai obat tradisional dimana alam Indonesia sangat kaya
akan tanaman obat. Salah satu tanaman obat yang dapat dimanfaatkan sebagai
obat hiperkolesterolemia adalah temu giring. Temu giring mengandung flavonoid
antioksidan dan tanin yang diduga memiliki aktivitas hiperkolesterolemia
(Sudarsono dkk, 1996).
Dari hasil penelitian yang dilakukan Kuswinarti, 2006, dapat disimpulkan
bahwa ekstrak air rimpang temu giring yang diberikan secara oral dengan dosis 2
g/kg. BB selama 14 hari mampu menurunkan kadar kolesterol total secara
3
bermakna dengan P<0,02 pada tikus yang diinduksi peningkatan kolesterolnya
secara eksogen dan endogen dengan diet kolesterol dan propil tiourasil.
Berdasarkan penelitian diatas maka perlu untuk dilakukan penelitian lebih
lanjut dengan menggunakan pelarut yang berbeda sifat kepolarannya dalam hal ini
etil asetat yang bersifat semi polar mengingat kandungan kimia di dalam temu
giring terdapat senyawa yang bersifat semipolar seperti kurkumin dan tanin yang
diduga dapat berkhasiat sebagai antihiperkolesterolemia. Dengan adanya peneltian
ini harapannya dapat menambah data ilmiah mengenai rimpang temu giring yang
sudah ada dan dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian yang lebih lanjut.
B. Identifikasi Masalah
1. Apakah fraksi etil asetat ekstrak metanol rimpang temu giring (Curcuma
heyneana Val.) mempunyai efek proteksi terhadap kenaikan kadar kolesterol
dalam darah pada tikus jantan galur Wistar yang diberi diet kolesterol tinggi?
2. Bagaimana pengaruh fraksi etil asetat ekstrak metanol rimpang temu giring
(Curcuma heyneana Val.) dengan pemberian dosis yang berbeda terhadap
kenaikan kadar kolesterol dalam darah pada tikus jantan galur Wistar yang
diberi diet kolesterol tinggi.
3. Bagaimana efek proteksi fraksi etil asetat ekstrak metanol rimpang temu
giring (Curcuma heyneana Val.) dalam darah pada tikus jantan galur Wistar
yang diberi diet kolesterol tinggi jika dibandingkan dengan simvastatin.
4
C. Batasan Masalah
Penelitian ini hanya dibatasi pada permasalahan apakah fraksi etil asetat
ekstrak metanol temu giring (Curcuma heyneana Val.) mempunyai efek proteksi
terhadap kenaikan kadar kolestrol darah tikus galur Wistar yang diberi diet
kolesterol tinggi serta mengetahui berapa besar efek proteksi yang dihasilkan.
D. Rumusan Masalah
1. Apakah fraksi etil asetat ekstrak metanol temu giring (Curcuma heyneana
Val.) mempunyai efek proteksi terhadap kenaikan kadar kolestrol darah darah
tikus galur Wistar yang diberi diet kolesterol tinggi?
2. Berapa dosis fraksi etil asetat ekstrak metanol temu giring (Curcuma
heyneana Val.) yang mempunyai efek proteksi terhadap kenaikan kadar
kolestrol darah darah tikus galur Wistar yang diberi diet kolesterol tinggi?
3. Bagaimana efek proteksi fraksi etil asetat ekstrak metanol temu giring
(Curcuma heyneana Val.) jika dibandingkan dengan Simvastatin dalam
aktivitas proteksi terhadap kenaikan kadar kolestrol darah terhadap hewan uji
yang diberi diet kolesterol tinggi?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk membuktikan aktivitas fraksi etil asetat ekstrak metanol temu giring
(Curcuma heyneana Val.) terhadap kenaikan kadar kolestrol darah tikus puith
jantan galur Wistar.
5
2. Untuk mengetahui dosis dosis fraksi etil asetat ekstrak metanol temu giring
(Curcuma heyneana Val.) yang dapat memproteksi kenaikan kadar kolestrol
darah darah tikus galur Wistar yang diberi diet kolesterol tinggi.
3. Untuk mengetahui efek proteksi fraksi etil asetat ekstrak metanol temu giring
(Curcuma heyneana Val.) jika dibandingkan dengan simvastatin.
F. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat mengembangkan dan memajukan
sumber daya alam di Indonesia yang terkenal tanaman obat tradisionalnya. Selain
itu, melalui penelitian ini juga dapat memberikan informasi dan data ilmiah
tentang aktivitas fraksi etil asetat ekstrak metanol temu giring (Curcuma heyneana
Val.) dalam mencegah hiperkolesterolemia sehingga dapat dikembangkan menjadi
suatu sediaan obat tradisional yang berasal dari bahan alam khususnya temu
giring sehingga dapat dihasilkan obat antihiperkolesterolemia yang potensial dan
terjangkau oleh masyarakat.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik
1. Obat Tradisional
Obat bahan alam yang semula banyak dimanfaatkan secara terbatas di
negara-negara Asia dan Afrika, sekarang sudah meluas sampai ke negara-negara
maju di Benua Eropa dan Amerika. Awalnya obat bahan alam digunakan sebagai
tradisi turun temurun dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan
berkembangnya teknologi baik produksi maupun informasi, uji praklinik dan
klinik dilakukan untuk memperoleh bukti tentang khasiat obat bahan alam.
Berdasarkan cara pembuatan, penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat,
obat bahan alam indonesia dikelompokkan menjadi:
a. Obat Tradisional (Jamu)
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan sarian atau galenik atau dari campuran bahan
tersebut yang telah secara turun-temurun digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman.
b. Obat Herbal Terstandar
Obat Herbal Terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan
bakunya telah distandarisasi.
7
c. Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik. Bahan baku dan
produk jadinya telah distandardisasi (Handayani, 2008).
2. Tanaman Temu Giring (Curcuma Heyneana, Val)
Temu giring banyak ditemukan tumbuh liar di hutan-hutan kecil atau
peladangan dekat rumah penduduk, terutama di kawasan Jawa Timur. Kini, temu
giring sudah banyak diusahakan oleh masyarakat sebagai tanaman apotik hidup,
terutama di pulau Jawa. Penduduk Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat
sudah mengusahakannya sebagai bahan jamu atau obat tradisional yang relatif
menguntungkan (Muhlisah, 1999).
a. Klasifikasi Tanaman
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Curcuma
Jenis : Curcuma heyneana Val.
(Anonim, 2001).
8
b. Nama Umum dan Nama Daerah
Nama Umum : Temu Giring
Nama Daerah : Temu Giring (Jawa)
(Anonim, 2001).
c. Deskripsi Tanaman
Habitus : Sernak, semusim, tegak, tinggi ± 1 m.
Akar : Akar serabut, kuning kotor.
Batang : Semu, terdiri dari pelepah daun, tegak, permukaan licin,
membentuk rimpang, hijau muda.
Daun : Tunggal, permukaan licin, tepi rata, ujung dan pangkal runcing,
panjang 40-50 cm, lebar 15-18 cm, pertulangan menyirip,
pelepah 25-35 cm, hijau muda.
Bunga : Majemuk, berambut halus, panjang 15-40 cm, kelopak hijau
muda, pangkal meruncing, ujung membulat, mahkota kuning
muda, hijau muda.
(Anonim, 2001).
d. Morfologi
Habitus herba, semusim, tinggi + 1 m. Batang semu, terdiri dari pelepah
daun, tegak, permukaan licin, hijau muda. Daun tunggal, jumlah 3-8, permukaan
licin, tepi rata, ujung dan pangkal runcing, panjang 40-50 cm, lebar 15-18 cm,
pertulangan menyirip, tangkai daun 25-35 cm, hijau muda. Bunga tersusun
majemuk bulir, berambut halus, panjang ibu tangkai bunga 15-40 cm, kelopak
hijau muda, pangkal meruncing, yang membulat; mahkota putih atau putih di tepi
9
merah muda. Akar serabut, rimpang keputih-putihan sampai kuning muda,
kadang-kadang berwarna kuning di bagian tengah rimpang (Backer dan Van Den
Brink, 1968).
Rimpang temu giring tumbuh menyebar di sebelah kiri dan kanan batang
secara memanjang sehingga terlihat kurus atau membengkok ke bawah. Secara
kesuluruhan, rimpang temu giring umumnya tumbuh mengarah ke bawah dengan
percabangan berbentuk persegi. Apabila rimpang dibelah, akan terlihat daging
rimpang berwarna kuning, berbau khas temu giring. Rimpang bagian samping
umumnya memiliki rasa lebih pahit (Muhlisah, 1999).
Tanaman ini tumbuh pada daerah hingga ketinggian 750 m di atas
permukaan laut. Temu giring dijumpai sebagai tanaman liar di hutan jati atau di
halaman rumah, terutama di tempat yang teduh. Perbanyakan dilakukan dengan
stek rimpang induk atau rimpang cabang yang bertunas. (Mursito, 2003)
e. Efek Farmakologi dan Kegunaan
Rimpang temu giring berkhasiat sebagai obat cacing pada anak-anak, di
samping itu untuk bahan kosmetika. Untuk obat cacing pada anak-anak dipakai ±
20 gram rimpang segar temu giring, dicuci lalu diparut, ditarnbah 1/2 gelas air
matang dan 1/2 gram garam, diaduk kemudian disaring. Hasil saringan didiamkan
selama 1 jam, diminum pada waktu pagi sebelum makan.
Akar rimpangnya memberikan warna kuning segar serta merupakan bahan
utama dari lulur pada perawatan kulit tradisional Jawa dan sering diberikan untuk
calon pengantin . Akar rimpang yang pahit diberikan bersama dengan tanaman
obat lainnya yang digunakan untuk pengobatan, untuk degenerasi lemak dan juga
10
digunakan sebagai obat rakyat untuk menjaga stamina. Tanaman ini juga
digunakan di salon kecantikan modern. Akar rimpangnya dianggap sebagai
pendingin dan sabun pembersih, berguna untuk mengatasi penyakit kulit, luka
tergores ringan dan luka. Patinya dapat dibuat menjadi bubur (Aliadi dkk, 1996).
f. Kandungan Kimia
Kandungan kimia rimpang temu giring antara lain minyak atsiri dengan
komponen utama 8(17),12-labdadiene-15,16-dial, tanin dan kurkuminoid yang
terdiri dari kurkumin, desmetoksi-kurkumin dan bis-desmetoksi-kurkumin (Ditjen
POM, 1989), pati, saponin, dan flavonoid (Anonim, 2001).
1) Minyak Atsiri
Pada mulanya istilah minyak atsiri adalah istilah yang digunakan untuk
minyak yang mudah menguap dan diperoleh dari tanaman dengan penyulingan
uap. Definisi ini dimaksudkan untuk membedakan minyak/lemak dengan minyak
atsiri yang berbeda tanaman penghasilnya (Guenther, 1987).
Minyak atsiri yang bersifat mudah menguap ini terdiri dari campuran zat
menguap, dengan komposisi dan titik didih yang berbeda-beda. Setiap substansi
yang bisa menguap memiliki titik didih dan tekanan uap tertentu dan hal ini
dipengaruhi oleh suhu. Pada umumnya tekanan uap ini sangat mudah untuk
persenyawaan yang memiliki titik didih yang sangat tinggi. Selanjutnya intensitas
suatu bau (harum yang dihasilkan dengan beberapa pengecualian pada kondisi
tertentu) merupakan manifestasi dari sifat mudah menguap yang menghasilkan
bau harum tersebut (Guenther, 1987)
11
Minyak atsiri yang mudah menguap terdapat di dalam kelenjar minyak
khusus di dalam kantung minyak atau di dalam ruang antar sel dalam jaringan
tanaman. Minyak atsiri tersebut harus dibebaskan sebelum disuling yaitu dengan
merajang/memotong jaringan tanaman dan membuka kelenjar minyak sebanyak
mungkin, sehingga minyak dapat dengan mudah diuapkan (Guenther, 1987).
Minyak atsiri yang bagian utamanya terpenoid terdapat pada fraksi atsiri
yang tersuling uap. Zat inilah penyebab harum, wangi dan bau yang khas pada
banyak tumbuhan (Harborne, 1996).
Kegunaan minyak atsiri sebagai bahan antiseptik internal atau eksternal,
bahan analgesik, haemolitik, atau sebagai entienzimatik, sedatif dan stimulan
untuk sakit perut. Minyak atsiri mempunyai sifat membius, merangsang dan
memuakkan. Disamping itu beberapa jenis minyak atsiri dapat digunakan sebagai
obat cacing dan sebagai fungisida maupun bakterisida (Guenther, 1987).
2) Tanin
Tanin (Gambar 1) merupakan salah satu jenis senyawa yang termasuk ke
dalam golongan polifenol. Senyawa tanin ini banyak dijumpai pada tumbuhan.
Tanin dahulu digunakan untuk menyamakkan kulit hewan karena sifatnya yang
dapat mengikat protein. Selain itu juga tanin dapat mengikat alkaloid dan glatin.
Tanin secara umum didefinisikan sebagai senyawa polifenol yang memiliki berat
molekul cukup tinggi (lebih dari 1000) dan dapat membentuk kompleks dengan
protein. Berdasarkan strukturnya, tanin dibedakan menjadi dua kelas yaitu tanin
terkondensasi (condensed tannins) dan tanin terhidrolisiskan (hydrolysable
tannins) (Harbone, 1996).
12
Tanin memiliki peranan biologis yang kompleks. Hal ini dikarenakan sifat
tanin yang sangat kompleks mulai dari pengendap protein hingga pengkhelat
logam. Maka dari itu efek yang disebabkan tanin tidak dapat diprediksi. Tanin
juga dapat berfungsi sebagai antioksidan biologis. Oleh karena itu, semua
penelitian tentang berbagai jenis senyawa tanin mulai dilirik para peneliti
sekarang (Hagerman, 2002).
Gambar 1. Struktur kimia tanin
Senyawa tanin terdapat luas di dalam tumbuhan berpembuluh. Senyawa
ini merupakan penghambat enzim yang kuat bila terikat dengan protein. Menurut
batasannya tanin dapat bereaksi dengan dengan protein membentuk kopolimer
mantap yang tidak larut di dalam air. Di dalam tumbuhan letak tanin terpisah dari
protein dan sitoplasma tetapi apabila jaringan rusak, misalnya jaringan yang
dimakan oleh hewan maka bisa terjadi reaksi penyamakan. Tanin merupakan
senyawa bakteriostatik terhadap gram positif dan gram negatif (Pramono, 1989)
Secara kimia tanin dibagi menjadi dua yaitu tanin yang terhidrolisis dan
tanin yang terkondensasi.
13
a) Tanin Terhidrolisis (hydrolysable tannins).
Tanin ini biasanya berikatan dengan karbohidrat dengan membentuk
jembatan oksigen, maka dari itu tanin ini dapat dihidrolisis dengan menggunakan
asam sulfat atau asam klorida. Salah satu contoh jenis tanin ini adalah gallotanin
yang merupakan senyawa gabungan dari karbohidrat dengan asam galat.
Selain membentuk gallotanin, dua asam galat akan membentuk tanin
terhidrolisis yang bisa disebut Ellagitanins. Ellagitanin sederhana disebut juga
ester asam hexahydroxydiphenic (HHDP). Senyawa ini dapat terpecah menjadi
asam galic jika dilarutkan dalam air.
Tanin jenis penyebarannya terbatas pada tumbuhan berkeping dua. Deteksi
pendahuluan dalam jaringan lain dengan mengidentifikasi asam galat atau asam
elagat dalam fraksi eter atau etil asetat yang dipekatkan dengan sinar UV akan
tampak bercak ungu yang menjadi gelap bila diuapi NH3 selain itu juga bisa
dengan menggunakan KCKT (Harborne, 1996)
b) Tanin terkondensasi (condensed tannins).
Tanin jenis ini biasanya tidak dapat dihidrolisis, tetapi dapat terkondensasi
menghasilkan asam klorida. Tanin jenis ini kebanyakan terdiri dari polimer
flavonoid yang merupakan senyawa fenol dan telah dibahas pada bab yang lain.
Nama lain dari tanin ini adalah Proanthocyanidin. Proanthocyanidin merupakan
polimer dari flavonoid yang dihubungkan dengan melalui C8 dengan C4. Salah
satu contohnya adalah Sorghum procyanidin, senyawa ini merupakan trimer yang
tersusun dari epiccatechin dan catechin.
14
Tanin jenis ini terdapat di dalam paku-pakuan dan gimnospermae serta
angiospermae terutama pada jenis tumbuhan berkayu. Tanin terkondensasi dapat
dideteksi langsung dalam jaringan dengan mencelupkannya ke dalam HCl 2M
mendidih selama 30 menit. Bila terdapat warna merah yang dapat diekstraksi
dengan amil atau butil alkohol maka ini merupakan bukti adanya tanin. Selain itu
tanin jenis ini juga dapat dideteksi dengan kromatografi kertas dua arah memakai
fase atas pengembang butanol-asam asetat (14:1:5) diikuti dengan asam asetat
6%. Selain itu dapat pula dideteksi dengan UV dan KCKT (Harborne, 1996).
3) Kurkumin
Kurkumin (Gambar 2) adalah senyawa aktif yang ditemukan pada kunir,
berupa polifenol dengan rumus kimia C21H20O6. Kurkumin merupakan salah satu
produk senyawa metabolit sekunder dari tanaman kunyit dan temulawak.
Senyawa ini merupakan golongan karatenoid yaitu pigmen (zat warna) yang larut
dalam lemak berwarna kuning sampai merah. Kurkumin termasuk golongan
senyawa polifenol dengan struktur kimia 1,7-bis (4’hidroksi-3 metoksifenil)-1,6
heptadien 3,5-dion. Kurkumin dapat memiliki dua tautomer yaitu keton dan enol.
Sturktur keton lebih dominan dalam bentuk padat sedangkan struktur enol
ditemukan dalam bentuk cairan. Pada struktur kurkumin terdapat ikatan rangkap
terkonjugasi dan pasangan elektron bebas sehingga berpotensi sebagai ligan.
Kurkumin juga termasuk senyawa β-ketoenolat yang dapat membentuk kompleks
khelat cincin enam yang sangat stabil (Herlinawati, 1984) Kurkumin mempunyai
sifat sebagai antioksidan (Sudarsono dkk, 1996)
15
Gambar 2. Struktur kimia kurkumin
4) Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu metabolit sekunder, kemungkinan
keberadaannya dalam daun dipengaruhi oleh adanya proses fotosintesis sehingga
daun muda belum terlalu banyak mengandung flavonoid. Senyawa flavonoid
adalah senyawa yang mempunyai struktur C6-C3-C6. tiap bagian C6 merupakan
cincin benzen yang terdistribusi dan dihubungkan oleh atom C3 yang merupakan
rantai alifatik Dalam tumbuhan flavonoid terikat pada gula sebagai glikosida dan
aglikon flavonoid yang mungkin terdapat dalam satu tumbuhan dalam bentuk
kombinasi glikosida (Harbone, 1987).
Aglikon flavonoid (yaitu flavonoid tanpa gula terikat) terdapat dalam
berbagai bentuk struktur. Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan
senyawa C6-C3-C6, artinya kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin
benzena) disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon. Kelas-kelas yang
berlainan dalam golongan flavonoid dibedakan berdasarkan cincin heterosiklik-
oksigen tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar menurut pola yang berlainan.
Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang baik, menghambat banyak
reaksi oksidasi, baik secara enzim maupun non enzim. Flavonoid bertindak
16
sebagai penampung yang baik radikal hidroksi dan superoksida dengan demikian
melindungi lipid membran terhadap reaksi yang merusak. Aktivitas
antioksidannya dapat menjelaskan mengapa flavonoid tertentu merupakan
komponen aktif tumbuhan yang digunakan secara tradisional untuk mengobati
gangguan fungsi hati (Robinson, 1995).
Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol alam. Flavonoid
merupakan senyawa polar karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil yang tak
tersulih atau suatu gula, sehingga akan larut dalam pelarut polar seperti etanol,
metanol, butanol, aseton, dimetilsulfoksida, dimetilformamida, dan air. Adanya
gula yang terikat pada flavonoid cenderung menyebabkan flavonoid lebih mudah
larut dalam air dan dengan demikian campuran pelarut di atas dengan air
merupakan pelarut yang lebih baik untuk glikosida. Sebaliknya, aglikon yang
kurang polar seperti isoflavon, flavanon, dan flavon serta flavonol yang
termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan
kloroform. Analisa flavonoid lebih baik dengan memeriksa aglikon yang terdapat
dalam ekstrak tumbuhan yang telah dihidrolisis sebelum memperhatikan
kerumitan glikosida yang ada dalam ekstrak asal (Harbone, 1987).
Kegunaan senyawa flavonoid menunjukan aktivitas biologi yang beragam
diantaranya adalah sebagai antivirus, antihistamin, diuretik, antiinflamasi,
antimikroba dan antioksidan (Dewick, 2002).
17
3. Teknik Penyarian
Berbagai macam metode penyarian yang digunakan tergantung dari wujud
dan kandungan zat dari bahan yang akan disari dan untuk analisis fitokimia
idealnya digunakan jaringan yang masih segar. Cara lain, tumbuhan dapat
dikeringkan sebelum ekstraksi. Bahan harus dikeringkan secepatnya, lebih baik
dengan aliran udara sampai betul-betul kering untuk mencegah perubahan kimia
yang terlalu banyak (Harborne, 1996).
Pembuatan sediaan ekstrak dimaksudkan agar zat berkhasiat yang terdapat
dalam bentuk yang mempunyai kadar tinggi dan hal ini memudahkan zat
berkhasiat diatur dosis atau konsentrasinya. Ekstrak adalah sediaan yang dapat
kering, kental, dan cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani
menurut cara yang sesuai yaitu maserasi, perkolasi dan penyeduhan dengan air
mendidih. Sebagai cairan penyari digunakan air, eter, atau campuran etanol, atau
campuran etanol air. Penyarian dilakukan diluar pengaruh cahaya matahari
langsung (Anief, 2000)
Metode Penyarian yang sering digunakan adalah infundasi, maserasi,
perkolasi dan alat Soxhlet.
a. Infundasi
Infundasi adalah proses penyarian simplisia dengan air pada suhu 90º C
selama 15 menit. Infundasi umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan
altif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan cara ini
menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang.
18
Oleh sebab itu sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan selama 24
jam.
Infundasi umumnya dilakukan dengan mencampur simplisia yang telah
dihaluskan sesuai dengan derajat kehalusan yang ditetapkan dengan air
secukupnya dalam sebuah panci. Kemudian dipanaskan dalam tangas air selama
15 menit, dhitung mulai suhu didalam panci mencapai 90º C, sambil sesekali
diaduk. Infus diserkai sewaktu panas melalui kain flanel. Untuk mencukupi
kekurangan air, ditambahkan air melalui ampasnya (Anonim, 1986)
b. Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif. Zat aktif akan larut dan karena perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif
didalam sel dengan zat aktif yang berada diluar sel, maka larutan yang
konsentrasinya pekat di dalam sel akan didesak keluar. Peristiwa tersebut
berulang hingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di dalam dan luar
sel. Maserasi dapat dibantu dengan pengadukan yang kontinu (maserasi kinetik).
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif
yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah
mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirak. Cairan
penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol dan lain-lain. Bila
penyari yang digunakan maka untuk mencegah tumbuhnya kapang dapat
ditambahkan bahan pengawet yang diberikan pada awal penyarian.
19
Keuntungan penyarian dengan maserasi adalah peralatan yang sederhana,
murah dan pengerjaannya. Kerugian cara maserasi ini adalah membutuhkan waktu
yang lama dan penyarian kurang sempurna.
Maserasi pada umumnya dilakukan dengan cara: 10 bagian simplisia
dengan derajat halus dimasukkan ke dalam bejana, kemudian ditambah dengan air
75 bagian cairan penyari, ditutup, dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari
cahaya, sambil diaduk sesekali secara berulang-ulang. Setelah 5 hari diserkai,
ampas diperas. Kemudian ampas ditambah cairan penyari secukupnya diaduk dan
diserkai sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup,
dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari kemudian endapan
dipisahkan (Anonim, 1986).
c. Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan
cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi
adalah sebagai berikut: serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder
yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke
bawah melalui serbuk tersebut. Cairan penyari akan mengalirkan zat aktif dalam
sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh (Anonim, 1986).
Cara perkolasi lebih baik dibandingkan maserasi karena :
1) Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi
dengan lautan yang konsentrasinya lebih rendah sehingga meningkatkan
derajat perbedaan konsentrasi
20
2) Ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat
mengalir cairan penyari. Kecilnya saluran kapiler tersebut menyebabkan
kecepatan pelarutan cukup untuk mengurangi lapisan batas sehingga dapat
meningkatkan perbedaan konsentrasi.
Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang
digunakan untuk menyari disebut menstruum atau cairan penyari, larutan zat aktif
yang keluar dari perkolator disebut sari atau perkolat, sedang sisa setelah
dilakukannya penyarian disebut ampas atau sisa perkolasi (Anonim, 1986).
d. Penyarian dengan Alat Soxhlet
Sistem penyarian dengan alat soxhlet disebut juga penyarian
berkesinambungan. Cairan penyari diisikan pada labu, serbuk simplisia diisikan
ke dalam tabung. Cairan penyari dipanaskan hingga mendidih. Uap penyari akan
naik ke atas melalui pipa samping kemudian diembunkan kembali oleh pendingin
balik. Embun turun melalui serbuk simplisia sambil melarutkan zat-zat aktifnya
dan kembali ke labu. Cairan akan menguap kembali dan berulang seperti proses di
atas.
Keuntungan penyarian dengan alat soxhlet:
1) Cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan secara langsung diperoleh
hasil yang pekat
2) Serbuk simplisia disari oleh cairan penyari murni, sehingga dapat menyari zat
aktif lebih banyak
3) Penyarian dapat diteruskan sesuai keperluan tanpa menambah volume cairan
penyari
21
4) Kerugian penyarian dengan alat soxhlet
5) Cairan penyari dipanaskan terus menerus sehingga zat aktif yang tidak tahan
pemanasan kuang cocok
6) Cairan penyari dididihkan terus menerus sehingga cairan penyari yang baik
harus murni atau campuran azeotrof (Anonim, 1986).
4. Lemak
Lemak merupakan substansi yang tampak seperti lilin dan tidak larut
dalam air. Lemak yang terdapat dalam zat makanan kita umumnya terdiri dari
gabungan tiga gugus asam lemak dan gliserol serta dikenal sebagai trigliserida.
Lemak dalam bahan makanan dapat dbagi menjadi tiga golongan yaitu lemak
jenuh (saturated fat), lemak tidak jenuh tunggal (mono-unsaturated fat) dan
lemak tidak jenuh majemuk (poli-unsaturated fat). Penggolongan menjadi tiga
jenis tersebut penting artinya dalam hubungannya dengan kesehatan jantung dan
pembuluh darah dimana lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh
majemuk merupakan lemak yang baik bagi tubuh untuk memproduksi zat-zat
essensial lainnya bagi tubuh seperti esterogen, progesteron, testosteron dan
sebagainya sedangkan lemak jenuh adalah lemak yang tidak baik untuk
dikonsumsi, yang apabila tidak dimetabolisme oleh hati akan menyebabkan lemak
terakumulasi dalam jaringan perifer dan menyebabkan penyumbatan pembuluh
darah sehingga terjadi penyakit jantung koroner (Soeharto, 2000).
22
a. Lemak Jenuh
Lemak jenuh pada temperatur kamar berbentuk padat. Sumber lemak
jenuh adalah lemak yang berasal dari binatang. Lemak jenis ini juga terdapat
dalam usus, keju, mentega, es krim, dan minyak yang berasal dari tumbuhan
seperti minyak kelapa, minyak palem, dan lain-lain. Semua makan yang digoreng
dengan dengan minyak tersebut berarti bercampur dengan lemak jenuh berkadar
tinggi. Kita tidak dapat menghindari sama sekali lemak jenuh dari diet kita, karena
banyak makanan yang rendah lemak tetapi mengandung lemak jenuh karena
dimasak dengan lemak yang memiliki kadar lemak jenuh tinggi (Soeharto, 2000)
b. Lemak Tidak Jenuh
Lemak tidak jenuh dibagi menjadi dua yaitu lemak tidak jenuh tunggal dan
lemak tidak jenuh majemuk. Lemak tidak jenuh tunggal adalah lemak yang
sebagian asam lemaknya mono-unsaturated, seperti olive dan anola. Minyak-
minyak tersebut berbentuk cair pada temperatur kamar sedangkan di dalam lemak
tidak jenuh majemuk yang dominan adalah asam lemak poly-unsaturated.
Contohnya minyak bunga matahari, minyak jagung, minyak kedelai, dan lain-lain.
Dari sudut kimia, asam lemak jenuh ini tidak memiliki ikatan diantara
atom-atom karbon di dalam molekulnya, sedangkan asam lemak tidak jenuh
tunggal terdapat satu ikatan rangkap dan asam lemak tidak jenuh majemuk
terdapat dua ikatan rangkap atau lebih (Soeharto, 2000).
Sebagian besar lipid plasmanya tidak bersirkulasi dalam bentuk bebas.
Asam-asam lemak bebas sering disebut FFA (Free Fatty Acids), UFA
(Unesterified Fatty Acids), NEFA (Nonesterified Fatty Acids) terikat pada
23
albumin, sementara kolesterol, trigliserida dan fosfolipid ditransport dalam bentuk
kompleks lipoprotein. Lipoprotein berfungsi mengangkut lemak dari tempat
pembentukannya menuju tempat penggunaannya. Digambarkan bahwa partikel
lipopretein pada intinya terdapat ester kolestrol dan trigliserida, dikelilingi oleh
fosfolipid, kolestrol non ester, dan apoliprotrein. Zat-zat tersebut beredar dalam
darah sebagai lipopretein larut plasma.
Tubuh mengatur kadar lipoprotein melalui beberapa cara:
1) Mengurangi pembentukan liprotein dan mengurangi jumlah lipoprotein yang
masuk ke dalam darah
2) Meningkatkan atau menurunkan kecepatan pembuangan lipoprotein dari
dalam darah.
Lipid plasma diangkut dengan dua cara yaitu jalur eksogen dan endogen:
1) Jalur Eksogen
Trigleserida dan kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus dikemas
dalam bentuk partikel besar lipoprotein yang disebut kilomikron. Kilomikron ini
akan membawanya ke dalam darah. Kemudian trigliserida dalam kilomikron tadi
mengalami penguraian oleh enzim lipoprotein lipase sehingga terbentuk asam
lemak bebas dan kilomikron rennant. Asam lemak bebas akan menembus jaringan
lemak atau sel otot untuk diubah menjadi trigliserida kembali sebagai cadangan
energi. Sedangkan kilomikron rennant akan dimetabolisme dalam hati sehingga
menghasilkan kolesterol bebas. Kilomikron rennant adalah kilomikron yang telah
dihilangkan sebagian besar tigliseridanya sehingga ukurannya mengecil tetapi
jumlah kolesterolnya tetap (Ganiswara, 1995)
24
Sebagian kolestrol yang mencapai organ hati diubah menjadi asam
empedu, yang akan dikeluarkan ke dalam usus dan membantu proses penyerapan
lemak dari makanan sebagian lagi dari kolesterol dikeluarkan melalui saluran
empedu tanpa dimetabolisme menjadi asam empedu kemudian organ hati akan
mendistribusikan kolesterol ke jaringan tubuh lainnya melalui jalur endogen. Pada
akhirnya, kilomikron yang tersisa (yang lemaknya telah diambil), dibuang dari
aliran darah melalui hati (Ganiswara, 1995)
Kolesterol juga dapat diproduksi oleh jaringan hati dengan bantuan enzim
yang disebut HMG koenzim-A reduktase, Kemudian dikirimkan ke dalam aliran
darah. Asupan kolesterol dari darah juga diatur oleh jumlah reseptor LDL yang
terdapat pada permukaan sel hati (Ganiswara, 1995).
2) Jalur Endogen
Trigliserida dan kolesterol disintesis oleh hati, diangkut secara endogen
dalam bentuk Very Low Density Lipoprotein (VLDL) kaya trigliserida dan
mengalami hidrolisis dalam sirkulasi oleh lipoprotein lipase yang juga
menghidrolisis kilomikron menjadi partikel lipoprotein yang mengandung
kolesterol paling banyak (60-70%). LDL mengalami katabolisme melalui reseptor
dan jalur non reseptor. Jalur katabolisme reseptor dapat ditekan oleh produksi
kolesterol endogen. Penderita hiperkolesterolemia familial heterozigot
mempunyai kira-kira 50% reseptor LDL yang fungsional. Pada pasien ini,
katabolisme LDL oleh hati dan jaringan perifer berkurang sehingga kadar
kolesterol plasma meningkat. Peningkatan kadar kolesterol sebagian disalurkan ke
dalam makrofag yang akan membentuk sel busa (foam cells) yang berperan dalam
25
terjadinya aterosklerosis premature. Bentuk homozigot lebih jarang dan lebih
berbahaya sehingga pada usia anak dapat terjadi serangan infark jantung. HDL
berasal dari hati dan usus sewaktu terjadi hidrolisis kilomikron di bawah pengaruh
enzim lechitin cholesterolacyltransferase (LCAT). Ester kolesterol ini akan
mengalami perpindahan dari HDL kepada IDL sehingga dengan demikian terjadi
kebalikan arah transport kolesterol dari perifer menuju hati untuk dikatabolisasi.
Aktivitas ini mungkin berperan sebagai antiaterogenik (Ganiswara, 1995).
Lipid utama dalam lipoprotein adalah kolesterol, trigliserida dan
fosfolipid. Trigliserida dan bentuk teresterifikasi dari kolesterol adalah lipid non
polar yang tidak larut dalam lingkungan berair dan mengisi pusat dari lipoprotein.
Fosfolipid dan sejumlah kecil dari kolesterol bebas yang solubel dalam kedua
lingkungan lipid dan air, melingkupi permukaan partikel dimana berfungsi
sebagai permukaan antara komponen plasma dan inti lipoprotein. Famili dari
protein, apoliprotein, juga berada di permukaan lipoprotein untuk memertahankan
struktur lipoprotein yang spesifik dan nenyediakan permukaan antara lipid dan
lingkungan berair. Protein-protein ini mempunyai peranan-peranan penting pada
regulasi transport lipid dan metabolisme lipoprotein. Pengobatan diarahkan untuk
memperbaiki kelainan lipoprotein, bukan hanya menurunkan kadar total
kolesterol dan trigliserida plasma saja (Tjay dan Raharja, 2007).
26
Tabel I. Jenis lipoprotein, ukuran, komposisi dan asalnya (Tjay dan Raharja, 2007)
Lipoprotein plasma darah digolongkan berdasarkan densitasnya (gram/ml)
yang juga merupakan gambaran kandungan lipida dari molekul yang
bersangkutan. Semakin besar kandungan lipida molekul ini, semakin rendah
densitasnya dan semakin besar kecenderungan molekul untuk bergerak ke atas
atau mengapung, jika plasma darah disentrifuge pada kecepatan tinggi (Leichner,
1997)
Ada enam keluarga lipoprotein (Tabel I), yang dikelompokkan menurut
besar dan kandungan lipidnya (densitas):
a) Kilomikron
Merupakan lipoprotein terbesar terbentuk di mukosa usus selama absorbsi
produk-produk pencernaan lemak. Sekitar satu jam setelah makan makanan yang
mengandung banyak lemak. Konsentrasi kilomikron dalam plasma dapat
meningkat satu sampai dua persen, dan karena ukuran kilomikron besar, plasma
terlihat keruh dan terkadang kuning, tampak seperti susu (lipemia). Kilomikron
Macam
Lipoprotein
Ukuran
(nm)
Komposisi Asal
Protein Kolesterol Ester
Kolesterol Trigiserida Fosfolipid
Kilomikron 75-
1000 2 2 3 90 3 Usus
Sisa
Kilomikron 30-80 - - - - - Kapiler
VLDL 30-80 8 4 16 55 17 Hati &
usus
IDL 25-40 10 5 25 40 20 VLDL
LDL 20 20 7 46 6 21 IDL
HDL 7,5-10 50 4 16 5 25 Hati &
Usus
27
dibersihkan dari sirkulasi oleh kegiatan lipoprotein lipase, yang terletak
dipermukaan endotel pembuluh kapiler. Enzim mengkatalisis pemecahan
trigliserida didalam kilomikron tersebut menjadi FFA dan gliserol, yang masuk
sel-sel adipose dan direesterifikasi. Kalau tidak, FFA (Free Fatty Acid) tetap
berada di dalam sirkulasi terikat pada albumin. Kilomikron yang kehabisan
trigliseridanya tetap berada dalam sirkulasi sebagai lipoprotein kaya kolesterol
yang disebut sisa kilomikron. Sisa-sisa ini dibawa ke hati, yang mengikat sisa-sisa
ini dengan reseptor LDL. Kilomikron dan sisa-sisanya merupakan suatu system
transport untuk lipid eksogen yang dimakan. Juga ada system endogen yang
terdiri dari VLDL, IDL, LDL, dan HDL yang mengangkut trigliserida dan
kolesterol ke seluruh tubuh (Ganong, 1998). Kadar kilomikron meningkat setelah
makan, memerlukan 12-16 jam untuk membersihkan semua kilomikron dari
serum. Kilomikronemia pasca makan mereda 8-10 jam sesudah makan. Adanya
kilomikron dalam plasma sewaktu puasa dianggap abnormal. Kilomikron
membentuk lapisan krim di atas plasma yang didinginkan (Ganiswara, 1995).
b) VLDL (Very Low Density Lipoprotein)
Lipoprotein yang terdiri dari 60% trigliserida (endogen) dan 10-15%
kolesterol dan fosfolipid. Jika plasma pasien didinginkan semalam (40C) maka
peningkatan kadar VLDL tampak sebagai kekeruhan di bawah lapisan atas.
Apabila lapisan atas berupa krim maka kadar kilomikron juga meningkat
(Ganiswara, 1995). VLDL terbentuk di hati dan mengangkut trigliserida yang
terbentuk dari asam lemak dan karbohidrat di hati ke jaringan ekstrahepatis.
Setelah trigliseridanya sebagian dikeluarkan oleh kerja lipoprotein lipase, VLDL
28
ini menjadi IDL (Ganong, 1998). Karena asam lemak bebas dan gliserol dapat
disintetis dari karbohidrat, maka makanan kaya karbohidrat akan meningkatkan
jumlah VLDL (Ganiswara, 1995).
c) IDL (Intermediate Density Lipoprotein)
Lipoprotein yang sangat rendah densitasnya, yang sebagian besar
trigliseridanya sudah dikeluarkan sehingga konsentrasi kolesterol dan fosfolipid
meningkat (Guyton and Hall, 1997). IDL menyerahkan fosfolipid dan kolesterol
melalui kerja enzim plasma lechitin cholesterol asyltransferase (LCAT),
mengambil ester kolesterol yang terbentuk dari kolesterol di HDL. Beberapa IDL
diambil oleh hati, IDL sisanya kemudian melepaskan lebih banyak trigliserida dan
protein, kemudian di sinusoid-sinusoid hati menjadi LDL (Ganong, 1998). Bila
terdapat dalam jumlah banyak IDL akan terlihat sebagai kekeruhan pada plasma
yang didinginkan meskipun ultrasentifugasi perlu dilakukan untuk memastikan
adanya IDL (Ganiswara, 1995).
d) LDL (Low Density Lipoprotein)
Merupakan IDL dimana hampir semua trigliserida telah dikeluarkan,
meninggalkan terutama konsentrasi kolesterol yang tinggi dan konsentrasi sedang
fosfolipid. LDL menyediakan kolesterol bagi jaringan. Kolesterol adalah
merupakan unsur pokok essensial di membran sel dan digunakan oleh sel kelenjar
untuk membentuk hormon steroid. Di dalam hati dan kebanyakan jaringan
ekstrahepatik, LDL diambil dengan endositosis dengan mediator reseptor. Dalam
proses endositosis berperantara reseptor, situasi ini mencetuskan pelepasan
reseptor LDL yang berdaur ulang ke membran sel sehingga kolesterol terbentuk
29
dari ester-ester kolesteril oleh lipase asam di dalam lisosom menjadi siap untuk
memenuhi kebutuhan sel tersebut. Kolesterol di dalam sel juga menghambat
sintesis kolesterol intraseluler dengan menghambat HMG-CoA reduktase,
merangsang esterifikasi kelebihan kolesterol yang dilepaskan. Semua reaksi ini
menjadi kendali umpan balik bagi banyaknya kolesterol di dalam sel tersebut.
LDL juga diambil oleh sistem yang berafinitas lebih rendah di dalam makrofag
dan beberapa sel lain. Kalau terlalu terbebani oleh kadar LDL plasma yang tinggi,
makrofag menjadi penuh dengan ester kolesterol dan membentuk sel-sel busa
yang tampak pada awal lesi aterosklerotikdan memainkan suatu bagian pada
pembentukan lesi ini (Ganong, 1998). Kadar LDL serum yang tinggi umumnya
dianggap sangat memperbesar kemungkinan aterosklerosis (Speicher and Smith,
1983). LDL adalah komponen normal plasma pada keadaan puasa. Plasma yang
mengandung LDL kadar tinggi tetap jernih setelah proses pendinginan karena
LDL berukuran relative kecil (Ganiswara, 1995).
e) HDL (High Density Lipoprotein)
Mengandung konsentrasi protein tinggi, kira-kira 50% protein tetapi
konsentrasi kolesterol dan fosfolipid yang lebih kecil (Guyton, 1997). HDL
penting untuk membersihkan kolesterol dan trigliserida dan untuk transport serta
metabolisme ester kolesterol dalam plasma. HDL secara normal terdapat dalam
plasma puasa, tetapi plasma yang didinginkan tetap jernih, walaupun HDL
terdapat dalam jumlah besar karena HDL lebih kecil daripada LDL (Ganiswara,
1995). HDL disintesis di dalam hati dan usus (Ganong, 1998). HDL berfungsi
mengangkut kelebihan kolesterol dari jaringan perifer ke hati, sehingga
30
penimbunan kolesterol di perifer berkurang. Kadar HDL yang normal atau tinggi
penting dalam menurunkan resiko aterosklerosis baik dengan mencegah
pengendapan tipe-tipe kolesterol lain maupun dengan menghilangkan kolesterol
dari dinding arteri (Speicher and Smith, 1983).
Jadi LDL yang terutama terdiri dari kolesterol (70%) sepertiganya
dikeluarkan oleh hati dan duapertiga sisanya diserap dan dirombak oleh jaringan-
jaringan perifer dimana sel-sel perifer tidak mampu merombak kolesterol, maka
zat ini harus dikembalikan ke hati dan transportnya dilakukan oleh HDL. Selain
itu HDL berdaya, dengan bantuan enzim LCAT, untuk melarutkan kolesterol yang
karena sesuatu sebab telah diendapkan LDL pada dinding pembuluh yang menjadi
aktif jika terdapat kekurangan kolesterol endogen. Asupan kolesterol dari darah
juga diatur oleh jumlah reseptor LDL yang terdapat pada permukaan sel hati.
5. Kolesterol
Kolesterol (bahasa Yunani: chole = empedu, stereos = padat) adalah zat
alamiah dengan sifat-sifat berupa lemak dan steroid. Kolesterol merupakan bahan
bangun essensial untuk sintesa zat-zat penting seperti hormon kelamin dan anak
ginjal, glikosida-glikosida jantung dan vitamin D. Kolesterol terdapat dalam
semua sel hidup, misalnya sebagai bahan isolasi sekitar serat-serat saraf dan
disalut-salut sel begitu pula dalam lemak-lemak hewani dan sebagai komponen
utama dari batu-batu empedu. Resorpsinya dari usus hanya terjadi bila terdapat
cukup asam empedu (asam kolat) untuk mengemulsi jumlah kolesterol yang
diresorpsinya berbeda-beda secara individual dan antara lain tergantung dari
31
susunan makanan (adanya serat-serat) dan lamanya perjalanan di usus, batasnya
terletak antara 200 mg dan 800 mg sehari. Sebagai pedoman dianjurkan 250-300
sehari (Tjay dan Rahardja, 2007).
Proses yang meningkatkan kadar kolesterol adalah 1) Pengambilan
lipoprotein yang mengandung kolesterol oleh reseptor LDL. 2) Pengambilan
lipoprotein yang mengandung kolesterol oleh lintasan yang tidak diperantai
reseptor. 3) Pengambilan kolesterol bebas dari lipoprotein yang kaya akan
kolesterol itu oleh membran sel. 4) Sintesis kolesterol. 5) Hidrolis ester kolesterol
oleh enzim ester kolesterol hidrolase (Mayes dkk, 1997).
Pada manusia kadar kolesterol total dalam plasma 5,2 mmol/l dan kadar
ini meningkat bersamaan dengan penambahan umur, sekalipun diantara berbagai
individu terdapat variasi yang luas (Mayes dkk, 1997). Kolesterol merupakan
senyawa sterol yaitu bentuk alkohol steroid yang mempunyai ikatan rangkap.
Senyawa steroid yang memiliki struktur yang sama yaitu terdiri dari sistem
gabungan cincin yang disebut siklopentana perhidrofenatrena. Struktur kimia
steroid dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Struktur kimia steroid (Lehninger, 1982)
32
Sterol merupakan steroid yang mengalami modifikasi, karena kehadiran 1
rantai hidrokarbon yang mengandung 8 sampai 10 atom karbon pada posisi 17 dan
kehadiran hidroksil pada posisi 3 pada cincin. Kolesterol (Gambar 4) mengandung
8 atom karbon, dan mengandung ikatan rangkap pada posisi C5-C6 cincin
siklopentana perhidrofentatre.
Gambar 4. Struktur kimia kolesterol (Poedjiadi, 1994)
Kolesterol merupakan zat yang berguna untuk menjalankan fungsi tubuh.
Kolesterol berasal dari lemak yang menghasilkan 9 kalori. Sementara itu,
karbohidrat dari tepung dan gula hanya menghasilkan 4 kalori. Selain berguna
untuk proses metabolisme, kolesterol untuk membungkus jaringan saraf, meliputi
sel dan sebagai pelarut vitamin. Pada anak-anak, kolesterol dibutuhkan untuk
mengembangkan jaringan otak (Wiryowidagdo dan Sitanggang, 2003).
Resorpsi kolesterol dari usus hanya terjadi bila ada cukup asam empedu
yang berasal dari embedu untuk mengemulsikannya. Tergantung dari susunan
makanannya antara lain jumlah kolesterol, lemak hewani dan serat nabati setiap
hari dapat diserap sebanyak 200-600mg kolesterol. Di samping itu, tubuh
33
terutama hati membentuk 700-1000 mg kolesterol sehari untuk memenuhi
kebutuhannya (Tjay dan Rahardja 2007).
Biosintesis kolesterol dibagi menjadi lima tahap yaitu: 1) Asam
Mevalonat, yang merupakan senyawa enam karbon disintesis dari asetil-KoA. 2)
Isoprenoid dibentuk dari mevalonat melalui pelepasan CO2. 3) Enam unit
isoprenoid mengadakan kondensasi untuk membentuk senyawa-antara skualena.
4) Skualena mengalami siklisasi untuk menghasilkan senyawa steroid induk yaitu
lanosterol. 5) Kolesterol dibentuk dari lanosterol melewati beberapa tahap
selanjutnya termasuk pelepasan tiga gugus metil (Mayes dkk, 1997)
Pengaturan sintesis kolesterol dilakukan di dekat awal lintasan yakni pada
tahap HMG-KoA reduktase. Dalam hati terdapat mekanisme dimana HMG-KoA
dihambat oleh mevalonat. Karena penghambatan langsung enzim tersebut oleh
kolesterol tidak dapat diperagakan, kolesterol (atau metabolitnya, misal sterol
teroksigenasi) dapat berkerja melalui represi sintesis enzim reduktase yang baru
atau dengan memicu sintesis enzim yang menguraikan enzim reduktase yang ada.
Sintesis kolesterol juga dihambat oleh LDL-kolesterol reduktase yang ada.
Sintesis juga bisa dihambat oleh LDL-kolesterol yang diambil melalui reseptor
LDL (reseptor E, apo B-100). Variasi diurnal terdapat sejumlah efek pada
aktivitas reduktase yang terjadi lebih cepat daripada yang dapat dijelaskan hanya
oleh perubahan pada kecepatam sintesis protein. Pemberian hormon insulin dan
hormaon tiroid meningkatkan aktivitas HMG-KoA reduktase, sedangkan hormon
glukagon atau glukokortiroid menurunkannya. Enzim tersebut terdapat dalam
bentuk aktif maupun inaktif secara reversibel dapat dimodifikasi oleh mekanisme
34
fosforilasi-defosforilasi, dimana sebagian diantaranya mungkin bergantung pada
cAMP dan dengan demikian bereaksi segera terhadap hormon glukagon (Mayes
dkk, 1997). Mekanisme biosintesis kolesterol dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Biosintesis kolesterol (Mayes, 1997).
35
Biosintesis kolesterol dari asetat diringkas dari Gambar 5, enam asam
mevalonat berkondensi untuk membentuk skualen yang kemudian dihidrolis dan
diubah ke kolesterol. Panah putus-putus menunjukkan inhibisi umpan balik oleh
kolesterol menghambat sintetisnya sendiri dengan menghambat HMG-koA
reduktase, enzim yang mengubah β-hidroksi-βmetil glutaril koA ke asam
mevalonat sehingga bila dimasukkan kolesterol diet tinggi maka sintesis hati
menurun serta sebaliknya (Ganong, 1995).
6. Hiperlipidemia
Hiperlipidemia adalah meningkatnya kadar kolesterol dan atau trigliserida.
Hiperlipidemia didefinisikan sebagai serum kolesterol minimal 200mg/dl atau
serum trigliserida minimal 150 mg/dl (Mihardja, 1999). Hiperlipidemia (lebih
tepat hiperlipoproteinemia) adalah keadaan dimana kadar lipoprotein meningkat.
Dapat dibedakan dua jenis, yakni:
a. Hiperkolesterolemia dengan peningkatan kadar LDL (dan kolesterol total)
b. Hipertrigliseridemia dimana kadar trigliserida meningkat (Tjay dan Rahardja,
2007)
c. Hiperlipidemia, kelebihan lipid dalam plasma ini sinonim dengan
hiperlipoproteinemia, istilah yang lebih memberikan gambaran mengenai
abnormalitas metabolik yang sesungguhnya karena lipid plasma sebenarnya
ada dalam bentuk kompleks lipoprotein. hiperlipoproteinemia ini mungkin
primer atau sekunder, akibat diet, penyakit, atau pemberian obat. Bentuk-
bentuk hiperlipoprotein tertentu dihubungkan dengan naiknya kejadian
36
aterosklerosis, proses patologis yang menyebabkan penyakit jantung koroner
dan penyakit-penyakit serius lainnya (Montgomery dkk, 1983).
Mekanisme terjadinya hiperlipidemia ada bermacam-macam yaitu a)
Akibat lemak yang umumnya tinggi kolesterol, lemak jenuh dan kalori berlebihan.
b) Pengaruh lingkungan, gaya hidup dan alkohol. c) Karena faktor genetik seperti
pada hiperlipidemia primer (Setiati, 2009).
Dalam kebanyakan hal hiperlipidemia bersifat familiar dengan faktor
keturunan dan jarang sudah terdapat sejak lahir. Gejala-gejala yang timbul sangat
khas yaitu xhantomata yaitu bercak-bercak kuning (Yunani xantos) di atas kulit
khususnya pada kelopak mata. Juga keluhan-keluhan perut, pankreatis dan
aterosklerosis (Tjay dan Rahardja, 2007).
Pengobatan hiperproteinemia didasarkan karena adanya hubungan
hiperlipidemia dengan aterosklerosis (koroner dan perifer), pankreatis akut
(dengan hipergliseridemia) dan tendonitis serta xanthom (kosmetik). Pengobatan
hiperkolesterolemia terutama ditujukan pada pasien dengan riwayat aterosklerosis
premature dalam keluarga dan dengan adanya faktor resiko lainnya seperti
diabetes mellitus, hipertensi dan merokok. Pengobatan ini meliputi penyelusuran
jenis kelamin, lipid pasien, lalu pemberian obat sesuai dengan keadaan
patofisiologis penyakit (Ganiswara, 1995).
Ada berbagai macam klasifikasi dislipidemia (tingginya kadar kolesterol
dan trigliserida), diantaranya klasifikasi fenotipik dan klasifikasi patogenik.
37
a. Klasifikasi Fenotipik
1) Klasifikasi NHLBI
Klasifikasi ini biasa disebut dengan klasifikasi Frederickson yang
membagi hiperlipoproteinemia atas dasar fenotip plasma. Klasifikasi ini
merupakan alat bantu yang penting karena meliputi berbagai kelainan
metabolisme yang berhubungan dengan metabolisme yang berhubungan dengan
hiperlipoproteinemia, mengidentifikasi jenis lipoprotein yang meningkat dengan
gejala klinik serta bermanfaat dalam menentukan pengobatan tanpa memandang
etiologi penyakit. Kekurangannya adalah sistem ini cenderung menggabungkan
jenis penyakit yang secara etiologi berbeda kedalam satu kelas penyakit
(Ganiswara, 1995). Klasifikasi Frederickson ini dapat dilihat pada Tabel II.
Tabel II. Klasifikasi Hiperlipoproteinemia Primer Frederickson (Ganiswara,
1995)
Tipe
Peningkatan utama dalam pidana Resiko
aterosklerosis Klinis
Lipoprotein Lipid
I Kilomikron Trigliserid
eksogen Rendah
Hati dan limpa nyeri
perut
IIA LDL Kolesterol Sangat Tinggi
Xantoma, Aerus cornea
IIB VLDL, LDL Trigliserida,
kolesterol Sangat Tinggi
Aerus senilis,
Xanthelasma
III IDL,
Kiloremnants
Kolesterol,
Trigliserida Sangat Tinggi Xanthoma, Nyeri perut
IV VLDL Trigliserida,
endogen Tinggi
Xanthoma,
Lipomaretinalis
V VLDL,
Kilomikron
Trigliserida,
endogen Rendah
Nyeri perut, pankreatis,
Hati & limpa
38
2) Klasifikasi EAS (European Atherosclerosis Society)
a) Kadar kolesterol darah meningkat (hiperkolesterolemia) bila kadar kolesterol
total ≥ 240 mg/dl
b) Kadar trigliserida darah meningkat (hipertrigliseridemia) bila ≥ 200 mg/dl
c) Kadar kolesterol dan trigliserida darah keduannya meninggi (dislipidemia
campuran) (Dalimartha, 2003).
b. Klasifikasi Patogenik
Klasifikasi ini ada dua macam yaitu dislipidemia primer dan sekunder.
1) Dislipidemia Primer
Dislipidemia primer dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu dislipidemia
poligenik dan dislipidemia monogenik. Contoh kelainan dislipidemia poligenik
diantaranya sebagai berikut:
a) Hiperkolesterolemia poligenik (Common Hipercholesterolemia)
Lebih dari 90% penderita hiperkolesterolemia disebabkan oleh jenis ini.
Kadar kolesterol biasanya meningkat ringan atau sedang, tanpa adanya benjolan
atau bercak berwarna kekuning-kuningan pada kulit yang disebabkan oleh
penimbunan lemak setempat (xanthoma). Penyebab tingginya kolesterol LDL
belum diketahui, tetapi beberapa faktor dianggap berperan seperti adanya
gangguan ringan pada fungsi reseptor LDL, berkurangnya katabolisme kolesterol,
dan penyerapan kolesterol yang meningkat.
b) Hiperkolesterol Familial (FH)
Kelainan ini bersifat autosomal dominan, ada yang bentuk homozigot dan
ada yang heterozigot. Kolesterol-LDL meningkat akibat berkurangnya ataupun
39
ketidakmampuan reseptor LDL untuk berfungsi dengan baik dan penderitanya
pasti mendapat PJK. Pada bentuk homozigot, kadar kolesterol total berkisar 600-
1000 mg/dl tanpa dapat diobati. Jenis ini jarang ditemukan karena penderitanya
sudah mendapat serangan jantung dan mati mendadak pada usia muda akibat
aterosklerosis yang luas. Pada FH heterozigot, kadar kolesterol total berkisar 350-
600 mg/dl karena reseptor LDL masih bekerja sebagian. Kadang terdapat benjolan
xanthoma di tendon dan lingkaran arkus senilis di mata. Penderita pada umumnya
mendapat infark jantung pada usia sekitar 40-50 tahun. Diagnosis ini perlu
dipikirkan bila dijumpai kolesterol total dengan nilai > 260 mg/dl pada usia < 16
tahun atau > 300 mg/dl pada orang dewasa (Dalimartha, 2003).
2) Dislipidemia Sekunder
Dislipidemia sekunder terjadi akibat mengidap penyakit tertentu.
Dislipidemia sekunder juga bisa terjadi akibat infeksi, stress, dan kurang olah
raga. Berbagai macam obat juga dapat meningkatkan kadar lemak darah, misalnya
tiazid yang digunakan untuk peluruh kencing, retinoid, glukokortikoid, penyekat
beta, progesterone dan androgen. Perempuan yang sudah mati haid (pasca-
menopouse) bila menggunakan terapi estrogen dapat menurunkan kadar kolesterol
total sebesar 15% dan meningkatkan kolesterol HDL 15% tetapi dapat
meningkatkan kadar trigliserida.
Pada dislipidemia sekunder, resiko terjadi PKV (penyakit kardiovaskuler)
mungkin kurang bila dibandingkan dengan dislipidemia primer karena
peningkatan kadar lemak lebih pendek. Namun, pada hipertrigliseridemia
sekunder yang berat sering menyebabkan panreatitis akut. Dislipidemia sekunder
40
merupakan kelainan yang reversible. Penanggulangan penyakitnya atau
menghentikan pemakaian obat-obatan tadi akan memperbaiki dislipidemianya
(Dalimartha, 2003).
Arteriosklerosis adalah salah satu penyakit yang ditandai dengan
penebalan dan hilangnya elastisitas dinding arteri. Dikenal tiga bentuk
arteriosklerosis yaitu aterosklerosis, arteriosklerosis monokeberg dan
arteriolosklerosis. Aterosklerosis adalah bentuk arteriosklerosis yang paling
umum ditemukan, ditandai dengan adanya aterom pada bagian intima arteri yang
berisi kolesterol, zat lipoid dan lipofag. Pembuluh darah yang terkena arteri besar
dan sedang yaitu pembuluh seberal, vertebral, koroner, renar, aorta, dan
pemnbuluh di tungkai (Ganiswara, 1995).
Apabila kadar total kolesterol, LDL, dan trigliserida dalam darah tinggi
dalam waktu yang berkepanjangan, maka kelebihan LDL dan trigliserida yang
melayang-layang di dalam darah menyusup ke dalam dinding lapisan dalam arteri
(faity streak). Peristiwa ini merupakan awal dari terjadinya aterosklerosis. Di
lokasi tersebut endapan cairan pekat yang terdiri dari kolesterol, lemak, kapur, dan
lain-lain menggelembung, makin lama makin banyak yang disebut cholesterol
plaque atau plak. Karena penggelembungan ini, maka dinding atau tutup plak
menjadi rentan untuk pecah. Bila hal tersebut terjadi, maka plak menumpahkan
isinya ke dalam arteri. Keadaan diatas memicu berkumpulnya platelet yaitu
komponen darah yang berfungsi untuk menutup luka. Berkumpulnya platelet dan
zat-zat lain di suatu titik arteri dapat mendorong penggumpalan atau clotting dan
41
menyumbat darah. Penyumbatan pada arteri koroner itu disebut coronary
thrombosis (Soeharto, 2001).
Peristiwa penyumbatan darah arteri koroner secara total atau okulasi
(occulation) karena pecahnya plak inilah yang merupakan penyebab paling sering
terjadinya serangan jantung atau stroke. Bila penyumbatan terjadi pada arteri ke
otak, bisa menyebabkan stroke (Soeharto, 2001). Timbulnya aterosklerosis
berawal dari tingginya kolesterol-LDL akibat kurangnya pembentukan reseptor
LDL. Hal ini bisa terjadi akbat kelainan genetik seperti hiperkolesterolemia
familial atau jenuhnya reseptor LDL sehubungan konsumsi makanan yang terlalu
banyak mengandung kolesterol tinggi (Dalimartha, 2003).
Komplikasi terpenting dari aterosklerosis adalah penyakit jantung koroner
(PJK), gangguan pembuluh darah serebral dan gangguan pembuluh darah perifer.
Penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian tersbesar di negara yang
telah maju dan makin sering ditemukan di negara kita. Faktor-faktor yang
merupakan predisposisi untuk timbulnya penyakit jantung koroner adalah
hiperlipidemia, hipertensi, kebiasaan merokok, diabetes mellitus, kurang gerak,
keturunan dan stress (Ganiswara, 1995). Aterosklerosis juga dapat menimbulkan
penyakit pembuluh darah perifer seperti caudicatio intermittent dan impotensi
(Dalimartha, 2003).
42
7. Obat Antilipemika
Obat-obat antilipemika adalah obat-obat yang dapat menurunkan kadar
kolesterol dan atau trigliserida darah yang tinggi. Obat-obat yang kini tersedia
adalah sebagai berikut:
a. Damar Penukar Ion (Damar pengikat Asam Empedu)
Khususnya menurunkan LDL (tipe IIA) dan kolesterol total, dengan rata-
rata 20% bersama nikotinat sampai 40%, tidak bekerja terhadap HDL, trigliserida
dan VLDL dapat dinaikkan.
1) Kolestiramin: Questran
Secara kimiawi damar penukar ion ini adalah polistiren dengan gugusan
NH4 kuarterner, yang tidak direabsorbsi oleh usus. Berkhasiat menurunkan LDL
dan kolesterol total, berdasarkan pengikatan garam empedu dalam usus halus
menjadi kompleks yang dikeluarkan melalui tinja. Kadar asam empedu dalam
plasma menurun dan hati di stimulasi untuk meningkatkan sintesa asam empedu
dari kolesterol. Efeknya adalah turunnya LDL rata-rata 25%.
Kegunaannya, pada hiperkolesterolemia tipe IIA, sedang pada tipe IIB
biasanya kombinasi dengan klofibrat karena tidak efektif terhadap VLDL. Namun
bila dalam waktu 2-3 bulan hasilnya kurang baik, terapi hendaknya dihentikan
(Tjay dan Rahardja, 2007).
2) Kolestipol: Colestid
Penukar ion ini dengan rumus kopolimer triamin memiliki khasiat dan
efek samping yang sama dengan kolestiramin, perbedaaannya adalah tidak berbau
dan tanpa rasa. Digunakan pada hiperkolesterolemia dan pada intoksikasi
43
digitoksin. Pada penggunaan terus-menerus, kadar kolesterol dapat meningkat.
Kombinasinya dengan nikotinat dapat menurunkan kolesterol sampai 45% (Tjay
dan Rahardja, 2007).
b. Asam Nikotinat dan Acipimox
Terutama menurunkan kadar trigliserida dan VLDL, efeknya terhadap
kolesterol total dan LDL lebih ringan. Berhuubng efek sampingnya yang tidak
enak (vasodilatasi pembuluh muka, flushing) khususnya dipakai sebagai obat
tambahan pada damar dan fibrat.
1) Asam nikotinat: niacin
Asam piridin-3-karbonat ini berkhasiat menurunkan LDL dan VLDL,
sedangkan HDL dinaikkan. Mekanisme kerjanya diperkirakan adalah
dihambatnya sintesa LDL dan VLDL. Pembebasan asam lemak (lipolysis) dari
trigliserida jaringan dihambat pula, sehingga dalam hati tidak tersedia cukup asam
lemak bebas untuk sintesa lipida dan lipoprotein. Dalam tubuh, derivat ini diubah
menjadi nikotinamid. Penggunaannya pada hiperlipidemia tipe II, III, IV, dan V,
juga dikombinasi dengan obat-obat lain (Tjay dan Rahardja, 2007).
2) Acipimox: Olbetam, Nedios
Derivat pirazinkarbonat ini adalah analog dari nikotinat dengan khasiat
dan efek samping yang sama. Selain itu, berkhasiat menghambat pembebasan
asam lemak dari trigliserida, juga menstimulasi lipoprotein lipase di jaringan
lemak, yang berakibat percepatan perombakan VLDL dan trigliserida. Acipimox
terutama digunakan pada hiperlipidemia tipe IIB dan IV.
44
c. Fibrat
Berkhasiat menurunkan trigliserida dan VLDL dengan kuat, kolesterol
total hanya sedikit. LDL dapat diturunkan pula, HDL dinaikkan sedikit, kecuali
gemfibrozil yang menaikkan HDL dengan kuat. Obat-obat ini dapat menurunkan
secara efektif kadar trigliserida yang tinggi berdasarkan penghambatan
pemasukan kilomikron dari usus ke darah dan aktivasi proteinlipase, juga
digunakan pada HDL campuran.
1) Klofibrat
Ester butirat ini berkhasiat menurunkan kadar VLDL dan trigliserida
berdasarkan stimulasi aktivitas lipoproteinlipase sehingga perombakkan dan
ekskresi trigliserida dan kolesterol dipercepat. Maka, zat ini akan sangat efektif
untuk menurunkan kadar trigliserida, tetapi kerjanya terhadap kolesterol (LDL)
lebih ringan, karena umumnya penurunan VLDL disertai kenaikan LDL.
Digunakan pada trigliserida yang meningkat (Tipe III, ada kalanya tipe IIB dan
IV). Resorbsinya dalam usus lambat tetapi lengkap, di dalam hati segera
dihidrolisa menjadi metabolit aktif. Ekstresinya berlangsung dengan kemih
sebagau glukonida (Tjay dan Rahardja, 2007).
a) Simfibrat (Cholesolvin) merupakan senyawa dari dua molekul klofibrat
dengan khasiat, sift, dan penggunaan yang sama
b) Fenofibrat (Lipanthyl) adalah derivat dengan sifat dan penggunaan yang
sama, tetapi khasiatnya lebih kuat
c) Bezafibrat (Bezalip/retard) adalah derivat dengan sifat dan penggunaan sama
pula (Tjay dan Rahardja, 2002).
45
2) Gemfibrozil
Derivat asam fibrat ini terutama berkhasiat menurunkan kadar trigliserida
(VLDL) dan kolesterol (LDL), sedangkan kadar HDL dinaikkan. Mekanisme
kerjanya diperkirakan berdasarkan penghambatan produksi VLDL dan stimulasi
lipase untuk merombak trigliserida. Digunakan terutama pada
hipertrigliseridemia, juga pada hiperlipidemia tipe IIB, III, IV, dan V, ada kalanya
bersama obat-obat lain (Tjay dan Rahardja, 2002).
d. Statin
Statin berkhasiat menurunkan dengan kuat kolesterol total, LDL,
trigliserida dan VLDL lebih sedangkan HDL dinaikkan sedikit. Efeknya adalah
berupa peningkatan kuosien HDL. Dapat dikombinasi dengan damar. Zat-zat
statin bila dikombinasikan dengan fibrat dapat meningkatkan resiko akan suatu
gangguan fatal (rhabdomylysis) yang ditandai nyeri otot mendadak, gejala-gejala
flu atau urin gelap.
Obat-obat terbaru dari golongan statin (penghambat reduktase) adalah
lovastatin, simvastatin, paravastatin, flustatin dan artovastatin. Simvastatin dan
pravastatin diturunkan dari produk fermentasi jamur, sedangkan zat-zat lainnya
adalah derivat sintetis. Di samping blockade sintesa kolesterol, statin juga
meningkatan jumlah reseptor LDL. Mekanisme kerjanya berdasarkan
penghambatan enzim HMG-CoA-reduktase yang berperan dalam hati untuk
pengubahan HMG-Co-A menjadi asam mevalonat. Melalui langkah lain akhirnya
menjadi kolesterol. Penggunaannya pada hiperkolesterolemia primer dan familial
46
untuk mengurangi resiko dan prevensi PJK (Penyakit Jantung Koroner) (Tjay dan
Rahardja, 2007).
1) Simvastatin adalah ester naftyl dari asam butirat, dapat menurunkan LDL dan
kadar kolesterol total dalam 2-4 minggu, VLDL dan trigliserida juga dapat
diturunkan, sedangkan HLD dinaikkan sedikit. Pada umumnya, efek sudah
nyata setelah 2 minggu dan maksimal sesudah 1 bulan. Khasiat menurunkan
LDLnya sangat kuat, tetapi lebih lemah dari atorvastatin.
2) Pravastatin adalah derivat naftalen dengan khasiat, efek samping, dan
penggunaan sama, dan dikatakan urang mengganggu fungsi hati.
3) Fluvastatin adalah derivat indol dengan fluor yang profil kerja dan
penggunaannya sama pula.
4) Artovastatin adalah derivat pyrol terbaru dengan khasiat terkuat dari semua
statin (Tjay dan Rahardja, 2007).
e. Neomisin
Antibiotik ini adalah campuran dari Neomisin A, B, dan C, yang dibentuk
oleh jamur Steroptomyces fradiae. Zat-zat A dan B adalah stereoisomer,
sedangkan C adalah zat perombakan dari A dan B, menurunkan kolesterol dan
LDL dengan jalan mengubah micel dalam rongga usus.
Mekanisme kerjanya mungkin sama dengan damar, yakni mengikat asam
kolat di duodenum hingga absrobsi kolesterol menurun. Ekskresi asam empedu
naik 3-5 kali, hingga depot kolesterol menurun. Efeknya terhadap trigliserida,
VLDL, dan HDL bervariasi. Digunakan pada hiperlipidemia primer, misalnya tipa
47
IIA. Adakalanya pada hiperkolesterolemia familial dikombinasikan dengan damar
bila obat ini efeknya kurang (Tjay dan Rahardja, 2007).
f. Lipoprotein densitas tinggi (HDL, High Density Lipoprotein)
Saat ini dikenal 3 jenis HDL yaitu HDL1, HDL2, dan HDL3. HDL1
didapatkan pada hewan dan manusia yang mengkonsumsi diet tinggi kolesterol
dan pernah dihubungkan dengan induksi aterosklerosis. Komponen HDL kira-kira
sama pada laki-laki dan perempuan sampai pubertas, kemudian menurun pada
laki-laki sampai 20% lebih rendah dari pada perempuan. Pada individu dengan
nilai lipid yang normal, kadar HDL relative menetap sesudah dewasa (kira-kira 45
mg/dl pada pria dan 54 mg/dl pada wanita).
HDL penting untuk membersihkan trigliserid dan kolesterol, dan untuk
transport serta metabolisme ester kolesterol dalam plasma. HDL biasanya
membawa 20%-25% kolesterol darah. Kadar tinggi HDL2 dan HDL3 dihubungkan
dengan penurunan insiden penyakit dan kematian karena aterosklerosis.
Mekanisme proteksi HDL terhadap penyakit jantung koroner belum diketahui
dengan jelas. HDL berfungsi mengangkut kolesterol dari jaringan perifer ke hati,
sehingga penimbunan kolesterol di perifer berkurang.
Kadar HDL menurun pada kegemukan, perokok, penderita diabetes yang
tidak terkontrol dan pada pemakaian kombinasi estrogen-progestin. HDL secara
normal terdapat dalam plasma puasa, tetapi plasma yang didinginkan tetap jernih
walaupun HDL terdapat dalam jumlah besar karena HDL lebih kecil daripada
LDL (Tjay dan Rahardja, 2007).
48
g. Bawang Putih
Bawang putih memiliki khasiat anti aterogen (menurunkan LDL
menghambat agregasi trombosit, dan menurunkan tekanan darah). Kandungan
terpentingnya adalah Aliin (S-allyl-L-cysteinsulfoxide) yang oleh enzim ellinase
diubah menjadi zat aktif allicin (diallyl-dithio-sulfoxide). Allicin mampu
mengaktifkan sekresi insulin dan sintesa glikogen hati sehingga dapat berkhasiat
sebagai hipoglikemis (Tjay dan Rahardja, 2007).
h. Minyak Ikan
Sediaan minyak ikan bermanfaat dalam pengobatan hipertrigliserida berat.
Meskipun demikian kadang-kadang minyak ikan dapat memperburuk
hiperkolesterolemia. Minyak ikan dengan kandungan asam lemak-omega-3 (n-3)
EPA dan DHA berkhasiat anti litenis, anti trombotis dan anti hipertensif ringan,
serta berfungsi pula sebagai zat tambahan pada pengobatan dan prevensi PJP. Dari
banyak studi dengan hasil bertentengan dapat di simpulkan bahwa EPA dapat
menurunkan kadar trigliserida dengan meningkatkan kadar trigliserida sampai
dengan 25%, sedangkan kadar LDL dan HDL di naikkan sampai 3%., sehingga
kadar kolesterol total tidak berubah (Tjay dan Raharja, 2007).
i. Serat Nabati
Serat nabati terdiri dari polisakarida yang tidak dapat dicerna oleh flora
usus dan tidak diserap. Yang terpenting adalah selulosa, hemiselulosa, lignin,
pektin, dan jenis gom. Banyak terdapat sebagai dinding sel dari jenis gandum,
sayuran dan buah-buahan. Berkhasiat antilipemis karena menyerap asam empedu,
kemudian dikeluarkan lewat tinja. Tanpa asam empedu dalam plasma menurun
49
dan hati distimulasi untuk meningkatkan sintesa asam empedu dari kolesterol,
sehingga kadar kolesterol dalam plasma turun (Tjay dan Rahardja, 2007).
j. Vitamin C
Vitamin C dilaporkan berdaya antisklerotik karena dapat memobilisasi
kolesterol dari arteri dan mengangkutnya ke hati, vitamin C menstimulasi
perombakan kolesterol menjadi asam empedu. Pada manusia, dosis dari 500 mg
sehari dikatakan efektif untuk menurunkan kolesterol plasma (Tjay dan Rahardja,
2007).
8. Simvastatin
Ester-naftyl dari asam butirat ini dapat menurunkan kadar LDL dan
kolesterol total dalam 2-4 minggu. VLDL dan trigliserida juga dapat diturunkan
sedangkan HDL dinaikkan sedikit. Pada umumnya efeknya sudah setelah 2
minggu dan maksimal sesudah 1 bulan.
Simvastatin dan pravastatin diturunkan dari produk fermentasi jamur.
Dapat menurunkan LDL 30-50%. Resorpsinya dari usus baik, tetapi mengalami
FPE (First Pass Effect) besar atau dimetabolisme berlebihan di dalam hati
sehingga obat yang sampai ke sirkulasi sistemik hanya sedikit. Di dalam hati
simvastatin inaktif segera diubah menjadi suatu metabolit aktif. Ekskresinya
berlangsung 69% melalui empedu dan tinja serta 13% lewat kemik.
Metabolit utamanya berupa β-asam hidroksi simvastatin. Simvastatin
merupakan prodrug paling poten untuk menghambat HMG-CoA reduktase. Data
pada hewan menunjukkan bahwa simvastatin diserap melalui usus halus.
50
Simvastatin dan β-asam hidroksi simvastatin diikat protein plasma sebesar 95%
pada darah manusia. Struktur kimia dari simvastatin dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Struktur simvastatin (Ganiswara, 1995)
Mekanisme kerjanya berdasarkan penghambatan enzim HMG-CoA
reduktase, yang berperan essensial dalam hati untuk mengubah HMG-CoA
(hidroximetilglutaril-coenzim A) menjadi asam mevalomat. Melalui langkah lain
akhirnya terbetuk kolesterol.
B. Penelitian yang Relevan
Temu giring (Curcuma heyneana Val.) secara ilmiah telah dibuktikan
dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Ekstrak air rimpang temu giring secara
oral dengan dosis 2 g/kg. BB selama 14 hari mampu menurunkan kadar kolesterol
total secara bermakna dengan P < 0,02. Khasiat temu giring pada dosis dengan
cara ini sama dengan soya lesitin yang diberikan dengan dosis yang sama, hanya
saja soya lesitin lebih bermakna dengan P < 0,01 (Kuswinarti, 1994). Selain itu
juga dari penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemberian Perasan Rimpang
51
Temugiring (Curcuma Heyneana Val. Terhadap Kadar Kolesterol Dalam Serum
Darah Kelinci” oleh Oktavianus (1994), hasil penelitian menunjukkan bahwa
perasan rimpang temu giring dengan dosis 20%, 40%, 60% dapat menghambat
peningkatan kadar koleslerol secara signifikan (P < 0,05) dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Diduga perasan rimpang mampu menghambat peningkatan
kadar kolesterol serum darah karena dapat menghambat absorbsi kolesterol yang
berasal dari luar (eksogen) atau meningkatkan ekskresi kolesterol melalui feses.
C. Kerangka Berfikir
Salah satu cara untuk menurunkan kadar kolesterol darah agar diperoleh
kadar yang normal adalah menggunakan antihiperkolesterolemia.
Antihiperkolesterolimia adalah obat yang digunakan untuk menurunkan kadar
kolesterol darah. Antihiperkolesterolimia dapat berasal dari senyawa kimia
sintetik, hormon maupun bahan alam. Bahan alam yang dapat digunakan sebagai
antihiperkolesterolimia adalah temu giring.
Pemanfaatan temu giring sebagai antihiperkolesterolimia didukung oleh
adanya pustaka yang menyebutkan bahwa dalam temu giring mengandung tanin
dan kurkumin (Ditjen POM, 1989). Berdasarkan sifatnya tanin dan kurkumin
dapat tersari dalam pelarut semi polar yaitu etil asetat. Oleh karena ini, peneliti
dalam penelitian ini menggunakan pelarut etil asetat. Senyawa tanin yang
terkandung dalam temu giring dapat mengendapkan mukosa protein yang ada di
dalam permukaan usus halus sehingga dapat mengurangi penyerapan makanan.
Dengan demikian proses pengikatan lipid dan kolesterol dapat dihambat. Selain
52
tanin, kurkumin yang terkandung dalam temu giring juga telah terbukti dapat
menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Kurkumin merupakan senyawa
antioksidan yang mampu menghambat berbagai reaksi oksidasi, sehingga
senyawa ini diharapkan mampu menghambat proses oksidasi pada karbon ke-3
dari farnesil pirofosfat sebelum terjadi siklisasi skualen menjadi lanosterol yang
akhirnya terbentuk kolesterol.
D. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah fraksi etil asetat ekstrak metanol temu
giring dapat mencegah kenaikan kadar kolesterol darah pada tikus putih jantan
galur Wistar yang diberi diet kolesterol tinggi.
53
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Penelitian ini menggunakan tikus putih jantan galur Wistar dengan berat
badan 150–200 g berumur kurang 2-3 bulan yang diperoleh dari Laboratorium
Farmakologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
B. Variable Penelitian
1. Variabel bebas meliputi dosis pemberian fraksi etil asetat ekstrak metanol
rimpang temu giring.
2. Variabel terpengaruh meliputi kadar kolesterol darah setelah perlakuan.
3. Variabel terkendali meliputi pemberian pakan standard dan diet kolesterol
tinggi, jenis kelamin, berat badan, usia dan asupan makan tikus serta metode
pengukuran kadar kolesterol darah
.
C. Bahan dan Alat
1. Bahan
a. Bahan Uji
Bahan yang digunakan didalam penelitian ini adalah rimpang temu
giring (Curcuma heyneana Val).
b. Senyawa pembanding
Senyawa yang digunakan sebagai pembanding (kontrol positif) adalah
simvastatin.
54
c. Pakan Hewan Uji
Makanan standard adalah pakan BR II. Adapun komposisi makanan
standard BR II Comfeed (PT. Jafra Comfeed Indonesia) dapat dilihat pada
Tabel III berikut:
Tabel III. Komposisi bahan pakan hewan uji BR II.
No Nama Komposisi
1 Air maks 12 %
2 Protein kasar min 19 %
3 Lemak kasar min 4 %
4 Serat kasar maks 5 %
5 Abu maks 6,5 %
6 Kalsium 0,9 – 1,1 %
7 Fosfor 0,7 – 0,9 %
8 aa Coccidiostat +
9 Antibiotik +
d. Makanan penginduksi kolesterol
Makanan penginduksi ini berfungsi untuk meningkatkan kadar
kolesterol hewan terdiri dari lemak sapi 5 bagian, kuning telur 10 bagian dan
air hingga 100 bagian.
e. Bahan untuk pengukuran kadar kolesterol
Bahan yang digunakan untuk pengukuran kadar kolesterol yaitu:
reagen kit dari Diagnostic System International (Diasys). Adapun komposisi
reagen kit ini dapat dilihat pada Tabel IV berikut:
55
Tabel IV. Komposisi bahan reagen kit dari Diagnostic System International
(Diasys)
No Nama Komposisi
1 Good’s Buffer pH 6,7 50 mmol/L
2 Phenol 5 mmol/L
3 4-Aminoantipirine 0,3 mmol/L
4 Cholesterol esterase ≥ 200 U/L
5 Choesterol oksidase ≥ 50 U/L
6 Peroxidase ≥ 3 KU/L
7 Standard 200 mg/dl (5,2 mmol/L)
2. Alat
Digunakan blender, mortir, stamper, timbangan analitik, evaporator, kopor
listrik, penangas air, cawan porselen. Alat lain yang digunakan adalah timbangan
hewan (OHAUS), lemari es, sentrifugator STAT S-208R, pipet Pasteur,
mikropipet, mikrohematokrit, tabung sentrifuga mikro, pipet nerkala, tabung
reaksi, effendorf, spektrofotometer visible Shimadzu.
D. Cara Kerja
1. Persiapan Sediaan Uji
a. Identifikasi Serbuk
Identifikasi tanaman dilakukan di di Laboratorium Biologi Farmasi
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk memastikan
identitas tanaman tersebut sehingga menghindari kesalahan dalam pengambilan
tanaman dan menjaga kemurnian bahan dari tercampurnya dengan tanaman lain.
56
b. Pembuatan Serbuk Temu Giring
Bagian tanaman temu giring yang diambil adalah bagian rimpangnya yang
sudah tua, dimana proses metabolisme telah sempurna, sehingga diharapkan
kandungan zat aktifnya juga maksimal.
Rimpang yang telah dipilih dicuci dengan air bersih yang mengalir untuk
menghilangkan kotoran, debu, maupun zat-zat kimia seperti insektisida yang
mungkin menempel pada permukaan tanaman. Setelah itu ditiriskan dan diangin-
anginkan kurang lebih 5 jam uintuk mempermudah proses pengeringan.
Pengeringan dilakukan dengan menggunakan lemari pengering pada suhu 50’ C
selama 24 jam. Setelah itu rimpang temu giring diserbuk.
c. Pembuatan Fraksi Etil Asetat Ekstrak Metanol Temu Giring
2,9 Kg rimpang temu giring yang telah diserbuk selanjutnya ditambah
pelarut metanol sebanyak 4500 ml dan didiamkan selama 24 jam sambil sesekali
digojok. Setelah itu disaring dengan menggunakan kertas saring, filtrat yang
diperoleh disimpan dalan kulkas sebagai filtrat 1. Selanjutnya ampas diberi
perlakuan yang sama seperti filtrat 1 hingga diperoleh filtrat 2 dan filtrat 3.
Ketiga filtrat kemudian dicampur dan pelarut diuapkan dengan
menggunakan evaporator. Proses ini dilakukan hingga diperoleh sebanyak 1/3
volume awal atau didapatkan volume tetap. Kemudian dipartisi dengan n-Heksana
menggunakan corong pisah. Ampas dari hasil partisi tersebut dipartisi lagi dengan
etil asetat menggunakan corong pisah, kemudian diuapkan sampai kental
kemudian ditimbang dan diperoleh fraksi sebanyak 62,25 gram fraksi etil asetat
ekstrak metanol atau sebesar 2,15 %.
57
d. Pembuatan Larutan CMC Na 1%
Serbuk CMC Na Ditimbang sebanyak 1 gram lalu dimasukkan gelas
beker. Larutkan dengan air panas sedikit demi sedikit sambil digerus.sampai
homogen, bila perlu dipanaskan hingga terbentuk gel yang jernih. Kemudian
ditambahkan aquadest sampai volume 100 ml
e. Penetapan Dosis Temu Giring
Dosis temu giring yang secara tradisional digunakan oleh masyarakat
adalah berkisar 5-20 g/hari. Berdasarkan dosis tersebut, maka dosis yang akan
diberikan pada hewan uji adalah 12,5 g/hari
1) Dosis 12,5 g/hari
Dosis untuk tikus (200 g) : 12,5 g x 0,018 : 0,225 g/hari
Dosis fraksi etil asetat :
x 62,25 g
: 5x10-3
g/200 g BB/hari
: 5 mg/200 g BB/hari
: 25 mg/Kg BB/hari
2) Dosis 25 g/hari
Dosis untuk tikus (200 g) : 25 g x 0,018 : 0,45 g/hari
Dosis fraksi etil asetat :
x 62,25 g
: 10x10-3
g/200 g BB/hari
: 10 mg/200 g BB/hari
: 50 mg/kg BB/hari
58
3) Dosis 37,5 g/hari
Dosis untuk tikus (200 g) : 37,5 g x 0,018 : 0,675 g/hari
Dosis fraksi etil asetat :
x 62,25 g
: 15 mg/200 g BB/hari
: 75 mg/Kg BB/hari
f. Pembuatan Suspensi Fraksi Etil Asetat Ekstrak Metanol Temu Giring
Larutan pembawa yang digunakan sebagai sebagai pensuspensi adalah
CMC Na 1%. Sediaan ini dibuat dengan mensuspensikan fraksi etil asetat temu
giring ke dalam larutan CMC Na. Suspensi fraksi etil asetat temu giring dibuat
dengan 3 konsentrasi yaitu didasarkan peringkat dosis yang diberikan yaitu 5
mg/200 g tikus, dan 10 mg/200 g tikus dan 15 mg/200 g tikus.
g. Pembuatan Pakan Diet Lemak Tinggi
Diet kolesterol tinggi diinduksi dengan pemberian diet lemak tinggi
dengan kuning telur dan lemak sapi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Mauli pada tahun 2005, komposisi 5 bagian lemak sapi, 10 bagian kuning telur
dan air sebagai bahan pembawanya hingga 100 bagian dapat disimpulkan diet
kolesterol tinggi ini dapat menginduksi kenaikan kadar kolesterol darah pada
hewan uji. Pembuatan emulsi ini dimulai dengan menimbang semua bahan yaitu
10 g kuning telur dan 5 g lemak sapi. Lemak sapi dipanaskan hingga meleleh
kemudian ditambahkan dengan kuning telur dan diaduk hingga homogen. Setelah
itu, tambahkan air 15 ml dan diaduk cepat hingga diperoleh korpus emulsi dan
ditambahkan sisa air hingga 100 ml. Pembuatan pakan diet lemak tinggi ini
dilakukan setiap hari selama dua minggu perlakuan diet lemak tinggi karena
59
apabila dibuat sekaligus pakan menjadi tengik dan berjamur sehingga
dikhawatirkan tikus tidak akan memakannya (Mauli, 2005).
h. Pembuatan Suspensi Simvastatin
Timbang 25 mg simvastatin kemudian ditambah dengan larutan CMC Na
0,1 % hingga 250 ml (konsentrasi 0,1 mg/ml)
Penentuan jumlah suspensi simvastatin yang akan diberikan
Dosis simvastatin untuk manusia : 10 mg/hari
Dosis untuk tikus : 10 mg/hari x 0,018
: 0,18 mg/hari ( 200 g BB )
: 0,9 mg/kg BB
Volume pemberian obat setiap hari, untuk 200 g tikus :
= 1,8 ml
2. Perlakuan Terhadap Hewan Uji
a. Pengelompokan
Tikus yang dijadikan subyek penelitian dikelompokan menjadi 7
kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 6 tikus. Kelompok subyek
penelitian:
Kelompok 1 : diberi pakan standard
Kelompok 2 : diberi pakan standard + diet kolesterol tinggi
Kelompok 3 : diberi pakan standard + diet kolesterol tinggi + larutan CMC
0,1%
60
Kelompok 4 : diberi pakan standard + diet kolesterol tinggi + simvastatin
0,9 mg/Kg BB
Kelompok 5 : diberi pakan standard + diet kolesterol tinggi + fraksi etil
asetat ekstrak metanol temu giring 25 mg/Kg BB
Kelompok 6 : diberi pakan standard + diet kolesterol tinggi + fraksi etil
asetat ekstrak metanol temu giring 50 mg/Kg BB
Kelompok 7 : diberi pakan standard + diet kolesterol tinggi + fraksi etil
asetat ekstrak metanol temu giring 75 mg/Kg BB
b. Tikus diadaptasikan selama satu minggu ada tempat percobaan sebelum
digunakan untuk penelitian dengan diberi cukup makan dan minum aquades
ad libitum
c. Tikus ditimbang dan diambil darahnya dan ditetapkan kadar kolesterolnya.
d. Tikus ditimbang dan diberi perlakuan sesuai dengan kelompoknya selama 2
minggu.
e. Setelah 14 hari perlakuan, darah tikus diambil untuk pengkuran kadar
kolesterol total.
f. Setiap kali akan diambil darahnya, tikus dipuasakan terlebih dahulu 12-18
jam, tetapi tetap diberi minum ad libitum. Pengambilan darah menggunakan
mikrohematokrit pada mata bagian sinus orbitalis.
61
Skema jalannya penelitian
42 ekor tikus jantan
Bagi menjadi 7 kelompok
Diadaptasikan selama 7 hari
Dipuasakan 12-18 jam
Diambil darah ± 3 cc, tetapkan kadar kolesterol total
Beri perlakuan sesuai kelompok selama 14 hari
Puasakan 12 -18 jam
Ambil darah tetapkan kadar kolesterol
Analisa statistik
Gambar 7. Diagram alur jalannya penelitian
3. Penetapan kadar kolesterol
a. Preparasi sampel darah
Darah diambil ± 3 cc dari tikus melalui sinus orbitalis dengan
menggunakan mikrohematokrit. Selanjutnya disentrifungsi selama 15 menit
dengan kecepatan 4000 rpm. Bagian jernih (serum) diambil 10 µl dan
digunakan untuk analisis.
b. Penetapan kadar kolesterol
Pemeriksaan kadar kolesterol total serrum darah yaitu dengan
meggunakan metode Enzimatic Photometric Test CHOD-PAP (Cholesterol
Oxidase Phenol Aminoantipyrin). Skema preparasi dapat dilihat pada Gambar
62
12. Dengan menggunakan mikropipet, dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan komposisi seperti yang tersaji pada Tabel V.
Tabel V. Komposisi larutan sampel, standard dan reagen
Jenis Blanko Larutan Standard Larutan Sampel
Sampel - - 10 µl
Standard - 10 µl -
Aquades 10 µl - -
Reagen 1000 µl 1000 µl 1000 µl
Masing – masing diaduk, inkubasi selama 20 menit pada suhu 20 – 25º C dan
dibaca serapan dalam 60 menit terhadap blanko dengan panjang gelombang 500
nm. Kolesterol total dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan: Ks sp : Kadar kolesterol dalam serum subjek penelitian
A sp : Serapan pada sampel
A st : Serapan pada standard
K st : Kadar kolesterol standard
Skema preparasi sampel dan penetapan kadar kolesterol
Darah diambil ± 2 ml, sentrifugasi selama 15 menit pada 4000 rpm
Serum dihasilkan diambil 10 µl dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan reagen kit sebanyak 1000 µl
Diinkubasikan selama 20 menit pada suhu 20-25 ºC, Serapan dibaca pada panjang
gelombang 500 nm
Gambar 8. Skema preparasi sampel dan penetapan kadar kolesterol
63
E. Analisis Data
Hasil pengukuran kadar kolesterol total yang diperoleh dihitung kadar
kolesterol pada dua periode pengambilan darah yaitu sebelum dan sesudah
perlakuan. Kemudian dihitung selisih kadarnya antara periode I dan periode II.
Dari data selisih kadar tersebut kemudian dilakukan analisis statistik untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antar kelompok tiap periode.
Uji pendahuluan dengan uji kolmogorov-Smirnov untuk melihat normalitasnya
dan uji levene umtuk melihat homogenitas variabelnya. Jika didapat hasil
distribusi normal dan homogen, maka dilanjutkan uji parametrik denga uji anova
satu jalur. kemudian dilanjutkan dengan uji t rancangan t Tukey’s untuk
menunjukan ada tidaknya perbedaan yang signifikan antar pasanganan kelompok.
Jika data tidak terdistribusi normal dan atau tidak homogen, maka uji dilakukan
dengan uji non parametrik.
Pada uji statistik parametrik, dilakukan uji Anova satu jalur untuk
mengetahui apakah ada perbedaan kadar kolesterol pada tiap-tiap kelompok dan
uji t Tukey untuk mengetahui letak perbedaan tersebut. Sedangkan apabila
dilanjutkan dengan uji statistik non parametrik maka digunakan uji Kruskal Wallis
untuk mengetahui apakah ada perbedaan kadar kolesterol pada tiap-tiap kelompok
dan uji Mann Whitney untuk mengetahui letak perbedaan tersebut.
64
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek proteksi fraksi etil
asetat ekstrak metanol rimpang temu giring terhadap peningkatan kadar kolesterol
tikus putih jantan galur Wistar yang diberi diet kolesterol tinggi. Hewan uji yang
digunakan adalah tikus putih jantan galur Wistar umur 2-3 bulan dimana
metabolismenya telah sempurna dengan berat badan 150-200 gram. Tikus
merupakan salah satu hewan laboratorium yang pembawaannya tenang dan
mudah ditangani serta memiliki kesamaan fisiologi dengan manusia. Pada tikus
galur Wistar mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi dan merupakan model
yang cocok untuk berbagai macam penelitian. Menurut Murwani, et al (2006),
tikus putih jantan galur Wistar dapat dipakai sebagai hewan model untuk
penelitian yang berhubungan dengan hiperkolesterolemia. Tikus putih jantan galur
Wistar juga memiliki sedikit hormon esterogen sehingga kadar kolesterolnya yang
tidak terpengaruh variasi hormon.
A. Identifikasi Serbuk Rimpang Temu Giring
Dalam penelitian ini, langkah kerja yang pertama dilakukan adalah
identifikasi terhadap serbuk simplisia yang akan digunakan yaitu serbuk temu
giring. Tujuan dari identifikasi adalah memastikan identitas serbuk tersebut
sehingga menghindari kesalahan dalam pengambilan tanaman dan menjaga
kemurnian bahan dari tercampurnya dengan tanaman lain atau bahan lain.
Identifikasi tersebut dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi Fakultas Farmasi
65
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Dari hasil identifikasi dapat disimpulkan
bahwa serbuk yang digunakan adalah serbuk rimpang temu giring (Curcuma
heyneanae Val.) dari familia Zingiberaceae. Surat keterangan dari hasil
identifikasi tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1.
B. Pembuatan Fraksi Etil Asetat Ekstrak Metanol Temu Giring
Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah Temu Giring.
Bagian tanaman temu giring yang diambil adalah bagian rimpangnya yang sudah
tua, dimana proses metabolisme telah sempurna, sehingga diharapkan kandungan
zat aktifnya juga maksimal.
Rimpang yang telah dipilih dicuci dengan air bersih yang mengalir untuk
menghilangkan kotoran, debu, maupun zat-zat kimia seperti insektisida yang
mungkin menempel pada permukaan tanaman. Setelah itu ditiriskan dan diangin-
anginkan kurang lebih 5 jam uintuk mempermudah proses pengeringan.
Pengeringan dilakukan dengan menggunakan lemari pengering pada suhu 50’ C
selama 24 jam. Setelah itu rimpang temu giring diserbuk.
Bahan yang telah diserbuk sebanyak 2,9 kg selanjutnya ditambah pelarut
metanol sebanyak 4500 ml dan didiamkan selama 24 jam sambil sesekali digojok.
Setelah itu disaring dengan menggunakan kertas saring, filtrat yang diperoleh
disimpan dalan kulkas sebagai filtrat 1. Selanjutnya ampas diberi perlakuan yang
sama seperti filtrat 1 hingga diperoleh filtrat 2 dan 3.
Ketiga filtrat kemudian dicampur dan pelarut diuapkan dengan
menggunakan evaporator. Proses ini dilakukan hingga diperoleh sebanyak 1/3
66
volume awal atau didapatkan volume tetap. Kemudian dipartisi dengan n-Heksana
menggunakan corong pisah. Ampas dari hasil partisi tersebut dipartisi lagi dengan
etil asetat menggunakan corong pisah, kemudian diuapkan sampai kental dan
ditimbang dan diperoleh fraksi sebanyak 62,25 gram fraksi etil asetat dan ekstrak
metanol atau sebesar 2,15 %. Fraksi etil asetat yang diperoleh dari ekstrak
metanol yang dipartisi setelah sebelumnya terlebih dahulu dipartisi dengan n-
heksan sehingga diperoleh zat-zat yang larut dalan etil asetat yaitu zat-zat yang
bersifat semipolar.
C. Pembuatan Pakan Diet Lemak Tinggi
Lemak yang digunakan adalah lemak sapi, yang merupakan lemak hewani
yang mengandung asam lemak jenuh yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kadar lipid plasma. Pemberian pakan sebagai upaya meningkatkan kolesterol ini
adalah dengan pemberian lemak sapi yang dibuat dalam bentuk emulsi yang
diberikan peroral dengan injeksi jarum oral selain itu diberikan makanan standar
BR II.
Pembuatan emulsi ini dimulai dengan menimbang semua bahan yaitu 10 g
kuning telur dan 5 g lemak sapi. Lemak sapi dipanaskan hingga meleleh kemudian
dimasukkan ke dalam mortir hangat dan tambahkan emulgator kuning telur aduk
hingga homogen kemudian tambahkan air 15 ml dan diaduk cepat hingga
diperoleh korpus emulsi dan ditambahkan sisa air hingga 100 ml. Mortir dijaga
agar tetap hangat untuk menghindari lemak sapi mengeras kembali atau
melengket pada mortir. Namun sebaiknya mortir jangan terlalu panas karena dapat
67
mengakibatkan kuning telur sebagai emulgator akan menggumpal sehingga akan
mengganggu terbentuknya emulsi yang stabil. Selain sebagai emulgator, kuning
telur disini juga bisa meningkatkan kadar kolesterol karena mengandung kadar
kolesterol yang tinggi.
Sediaan emulsi tidak boleh disimpan dalam waktu yang lama karena
adanya air dalam sediaan ini dapat mengakibatkan tumbuhnya kapang atau jamur
sehingga bisa membusuk dalam penyimpanan oleh karena itu emulsi selalu dibuat
baru setiap harinya. Selain itu emulgator yang digunakan kuning telur tidak tahan
lama dalam penyimpanan karena mudah membusuk sehingga dikhawatirkan tikus
tidak akan memakannya dan memuntahkannya.
D. Induksi Hiperkolesterolemia
Keadaan hiperkolesterolemia pada hewan uji diinduksi dengan diet lemak
tinggi berupa emulsi lemak sapi yang diberikan sebelum pemberian pakan standar
BR II karena apabila diberikan sesudah pemberian makanan BR II dikhawatirkan
tikus akan kekenyangan sehingga ketika pemberian emulsi secara oral dengan
injeksi oral, tikus akan memuntahkannya.
Emulsi lemak sapi merupakan lipid hewani yang mengandung asam lemak
jenuh sehingga dapat menaikkan kadar kolesterol sedangkan pada kuning telur
mengandung kolesterol yang tinggi yaitu rata-rata 213 mg (Brown, 2000). Pada
percobaan yang telah dilakukan oleh Mauli (2005) dibuktikan bahwa pemberian
emulsi lemak sapi tersebut sebanyak 2 ml/200 gram tikus secara terus menerus
68
selama 14 hari sudah dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kadar kolesterol
total secara signifikan.
Pemberian emulsi lemak sapi tersebut dilakukan setiap hari yang diberikan
sebelum pemberian pakan BR II. Pemberian diet kolesterol tinggi pada tikus
secara oral dapat menyebabkan turunnya nafsu makan nafsu makan tikus selama
periode hiperkolesteolemia. Hal tersebut ditandai dengan berkurangnya asupan
pakan pada kelompok dengan perlakuan hiperkolesterol apabila dibandingkan
dengan kelompok normal. Keadaan hiperkolesterolemia dalam penelitian ini
ditandai oleh kadar kadar kolesterol diatas normal diatas normal. Kadar kolesterol
serum normal kurang dari 200 mg/100 ml sementara trigliserida kurang dari 125
mg/100ml (Djamhuri 1995).
Selama penelitian, telah terjadi kenaikan berat badan tikus pada masing
kelompok sebelum perlakuan (periode 1) maupun sesudah perlakuan
hiperkolesterolemia (periode 2). Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari
selama perlakuan, hal ini dilakukan untuk mengetahui perubahan berat badan
selain itu juga untuk menentukan volume pemberian sediaan selama periode 2.
Purata berat badan tikus setiap minggunya dapat dilihat pada Tabel VI.
Tabel VI. Purata berat badan tikus tiap kelompok pada tiap minggu
Kelompok Purata Berat Badan (gram)
Minggu I Minggu II Minggu III
1 176,93 ± 12,90 180,07 ± 13,13 183,34 ± 12,87
2 178,47 ± 15,23 185,30 ± 14,80 194,62 ± 15,23
3 180,8 ± 8,70 189,57 ± 8,27 199,83 ± 8,31
4 181,47 ± 7,15 183,47 ± 7,17 186,15 ± 6,97
5 179,37 ± 9,12 185,83 ± 9,48 192,97 ± 9,63
6 178,68 ± 12,42 183,77 ± 12,68 189,68 ± 11,76
7 177,88 ± 8,23 181,82 ± 7,03 186,52 ± 7,27
69
Purata berat badan tikus tiap kelompok pada tiap minggu dapat dilihat
pada Gambar 9.
Gambar 9. Grafik berat badan tikus tiap kelompok pada tiap minggu.
Pada Tabel IV dan Gambar 9 menunjukkan adanya peningkatan berat
badan pada tiap kelompok perlakuan setiap minggunya. Kenaikan ini terjadi
karena tikus mengalami pertumbuhan dan perkembangan selama percobaan
walaupun kecepatan pada masing-masing tikus berbeda.(Ganong, 1995).
Peningkatan berat badan tikus ini juga dapat disebabkan oleh pemberian diet
kolesterol tinggi serta tempat hidup (kandang) yang sempit sehingga kurang
memungkinkan untuk bergerak sehingga energi yang diperoleh dari makanan
hanya sedikit dipergunakan dan menimbulkan sisa energi akan disimpan dalam
tubuh sehingga menyebabkan kegemukan pada hewan uji, karena terjadi
ketidakseimbangan penggunaan energi antara yang diperoleh dengan yang
digunakan.
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pada masing-masing
perlakuan antar kelompok dan apakah pemberian diet kolesterol berpengaruh pada
peningkatan berat badan tikus selama penelitian maka dilakukan uji statistik
175
180
185
190
195
200
205
Minggu I Minggu II Minggu III
Be
rat
Bad
am (
gram
)
Kelompok I
Kelompok II
Kelompok III
Kelompok IV
Kelompok V
kelompok VI
Kelompok VII
70
terhadap selisih berat badan pada periode 1 dan 2. Pengujian dimulai dengan
melakukan perhitungan selisih berat badan antara periode 1 dan periode 2,
kemudian data tersebut digunakan dalam analisis statistik. Dari data selisih berat
badan hewan uji pada masing-masing kelompok kemudian dilakukan uji
Kolmogorov Smirnov untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau
tidak. Dari uji ini diperoleh kesimpulan bahwa data terdistribusi normal karena
nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,930 atau lebih besar dari 0,05. Uji
Levene selanjutnya dilakukan untuk mengetahui homogenitas data. Dari uji
didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,150 sehingga dapat disimpulkan bahwa
data homogen karena nilai signiifikansinya lebih besar dari 0,05.
Uji analisis terhadap berat badan ini dilanjutkan dengan uji parametrik.
Hal ini dikarenakan datanya terdistribusi normal dan mempunyai varian yang
homogen. Uji parametrik ini dilakukan dengan menggunakan ANOVA satu jalur.
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antar kelompok dimana
terdapat perbedaan jika nilai signifikansi dari uji ini lebih kecil dari 0,05.
Berdasarkan uji ini diketahui bahwa terdapat adanya perbedaan antar kelompok
karena nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,000. Selanjutnya untuk
mengetahui letak perbedaan tersebut maka dilakukan uji Tukey. Hasil uji t Tukey
terhadap berat badan hewan uji secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 5.
Berdasarkan uji t Tukey yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa diet
kolesterol tinggi dapat meningkatkan berat badan hewan uji, ini disimpulkan dari
nilai signifikansi sebesar 0,000 antara kelompok I dengan kelompok II.
Selanjutnya pada kelompok II dan kelompok III, dari hasil analisis diketahui
71
terdapat perbedaan tidak bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa larutan CMC Na
tidak mempengaruhi peningkatan berat badan hewan uji.
Pada kelompok IV apabila dibandingkan dengan kelompok II diperoleh
kesimpulan bahwa kedua kelompok tersebut berbeda bermakna. Hal ini
menunjukkan bahwa simvastatin mempunyai pengaruh dalam kenaikan berat
badan dimana pada penelitian ini pemberian simvastatin mampu mencegah
kenaikan berat badan hewan uji. Hasil analisis pada kelompok VI dan VII
diperoleh perbedaan bermakna dengan kelompok II. Hal ini berarti bahwa fraksi
etil asetat ekstrak metanol temu giring pada dosis 50 mg/kg BB dan 75 mg/kg BB
dapat mencegah kenaikan berat badan hewan uji. Tetapi pada kelompok V,
kelompok pemberian fraksi etil asetat ekstrak metanol temu giring dengan dosis
25 mg/kg BB menunjukkan perbedaan tidak bermakna sehingga dapat
disimpulkan pada dosis tersebut temu giring tidak mempunyai pengaruh terhadap
berat badan hewan uji.
E. Pengambilan Sampel Darah Hewan Uji
Pada penelitian ini dilakukan 2 kali proses pengambilan sampel darah
hewan uji. Pengambilan darah yang pertama dilakukan pada hari ke-7 setelah
adaptasi atau satu hari sebelum perlakuan, sedangkan pengambilan darah ke-2
dilakukan pada hari ke-14 perlakuan, atau hari ke-21 penelitian.
Pengambilan darah tikus dilakukan secara sinus orbitalis dengan
menggunakan mikrohematokrit karena dengan menggunakan cara ini proses
pengambilannya lebih mudah, memungkinkan untuk mendapatkan darah dalam
72
jumlah yang cukup karena pembuluh arteri banyak terdapat di mata, tidak
membutuhkan anestesi selain itu juga proses recovery lebih cepat dan lebih
beretika. Sebelumnya Tikus dipuasakan terlebih dahulu selama 12 jam dengan
tetap diberi air minum dengan maksud mengurangi pengaruh asupan makanan
terhadap kadar kolesterol darah. Volume darah diambil kurang lebih 2 ml.
F. Penetapan Kadar Kolesterol Darah
Sampel darah yang telah didapatkan melalui sinus orbitalis selanjutnya
disentrifugasi untuk mendapatkan serumnya. Serum digunakan disini dengan
pertimbangan lebih mudah untuk mendapatkannya dan tidak membutuhkan
koagulan. Sentrifugasi dilakukan dengan kecepatan 4000 rpm selama 15 menit
hingga diperoleh dual lapisan yang terpisah, bagian atas yang tidak berwarna
(bening) merupakan serum. Serum diambil 10µl dengan mikropipet kemudian
serum ditambahkan dengan CHOD-PAP 1000µl dan dilakukan vortex agar
campuran tersebut homogen kemudian diiinkubasi pada suhu 20-25º C selama 25
menit. Tujuan dari inkubasi ini adalah agar reaksi berjalan stabil pada saat
pembacaan absorbansi sehingga data absorbansi yang diperoleh stabil dan baik.
Pengukuran dilakukan dengan spektofotometri karena memiliki karakteristik
pengukuran terhadap kolesterol darah sehingga memiliki akurasi yang baik dan
memuaskan (Speicher dan Smith, 1997).
Kadar kolesterol serum ditetapkan dengan metode enzimatik kolesterol
oksidase melalui penambahan reagen kit kolesterol, CHOD-PAP. Metode ini
dipilih karena kolesterol dapat bereaksi dengan reagen CHOD-PAP sehingga
73
terbentuk quinoneimine yang merupakan berwarna merah dapat ditetapkan
intensitas warnanya dengan menggunakan spektrofotometer visibel dengan
panjang gelombang serapan maksimal 500 nm. Intensitas warna yang terbentuk
akan berbanding lurus dengan kadar kolesterol darah pada sampel uji. Metode
enzimatik kolesterol oksidase ini merupakan salah satu metode yang dapat
dilakukan dengan cepat, tidak membutuhkan banyak tindakan sehingga
mempunyai presisi yang cukup baik. Menurut Sidhi (1991) dasar dari metode
enzimatik kolesterol oksidase terdiri dari 3 tahap. Tahap pertama adalah proses
hidrolisis dari ester kolesterol dengan menggunakan enzim kolesterol esterase
sehingga dihasilkan kolesterol dan asam lemak. Pada tahap kedua adalah
kolesterol akan mengalami oksidasi oleh oksigen dengan bantuan enzim kolesterol
oksidase sebagai katalisator, sehingga akan terbentuk peroksida (H2O2) dan
kolestenon. Tahap yang terakhir adalah pengukuran penggunaan oksigen maupun
peroksida yang terbentuk direaksikan dengan fenol dan 4-aminoantipirin dengan
bantuan katalisator peroksidase sehingga akan terbentuk senyawa Quinoneimine
yang dapat diukur intensitas warnanya dengan menggunakan spektrofotometer.
Mekanisme reaksinya seperti pada Gambar 10.
74
Gambar 10. Mekanisme reaksi penetapan kadar kolesterol (Sonnenwirth dan
Jarret, 1980)
Dari data absorbansi yang diperoleh kemudian dilakukan penetapan kadar
kolesterol total darah hewan uji pada periode I dan periode II. Hasil Purata kadar
kolesterol total secara lengkap tersaji pada Tabel VII.
75
Tabel VII. Purata kadar kolesterol (mg/dl) setiap kelompok perlakuan pada
periode I dan periode II
Kelompok Periode 1 (mg/dl) Periode 2 (mg/dl) Perubahan (mg/dl)
I 66,12 ± 4,93 69,38 ± 4,08 - 3,26
II 105,87 ± 5,38 136,55 ± 10,88 + 30,68
III 101,52 ± 12,08 125,56 ± 12,05 - 24,04
IV 126,57 ± 11,15 90,02 ± 14,04 - 36,55
V 56,74 ± 11,49 79,59 ± 9,17 + 22,85
VI 69,55 ± 14,64 73,77 ± 14,68 + 4,22
VII 95, 11 ± 9,09 68,76 ± 8,07 - 26,35
Keterangan:
+ : Terjadi kenaikan kadar kolesterol dari periode 1 ke periode 2
- : Terjadi penurunan kadar kolesterol dari periode 1 ke periode 2
Perubahan kadar kolestrol pada tiap-tiap kelompok perlakuan dapat dilihat
pula pada Gambar 11.
Gambar 11. Grafik kadar kolestrol tiap kelompok pada periode I dan II.
Berdasarkan Tabel VII dan grafik pada Gambar 11 dapat diketahui secara
jelas bahwa perbedaan nilai purata kadar kolesterol yang diperoleh dari masing-
masing kelompok percobaan bahwa pemberian diet kolesterol tinggi mampu
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Periode 1 Periode 2
Kad
ar m
g/m
l
Kelompok I
Kelompok II
Kelompok III
Kelompok IV
Kelompok V
Kelompok VI
Kelompok VII
76
meningkatkan kadar kolesterol. Hal tersebut dapat dilihat dari kenaikan grafik
sebelum pemberian diet kolesterol tinggi (periode 1) dibandingkan dengan setelah
pemberian kolesterol tinggi (periode 2) pada kelompok II. Pada kelompok III
juga terjadi kenaikan kadar kolesterol yang signifikan dari hal ini dapat
disimpulkan bahwa CMC Na tidak memiliki efek terhadap peningkatan kadar
kolesterol yang dipicu oleh diet kolesterol tinggi.
Dari perubahan kadar kolesterol pada kelompok II dan III tersebut dapat
disimpulkan bahwa pemberian diet kolesterol tinggi mampu meningkatkan kadar
kolesterol darah dan CMC Na tidak mempunyai efek terhadap kadar kolesterol
darah. Asumsi ini ditegakkan berdasarkan kelompok I yang hanya terjadi sedikit
kenaikan kadar kolesterol darah yaitu sebesar 3,26 mg/dL. Adapun kenaikan yang
terjadi pada kelompok I yang tidak diberi diet kolesterol tinggi disebabkan oleh
asupan pakan standar BR II yang mengandung kolesterol. Pada kelompok IV, VI
dan VII masing mempunyai efek menghambat peningkatan kadar kolesterol yang
disebabkan diet kolesterol tinggi bahkan tejadi penurunan pada periode 2, bahkan
pada kelompok VII efek proteksinya hampir sama dengan kelompok IV, hanya
pada kelompok V masih tejadi peningkatan walaupun masih lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok II sedangkan pada kelompok VI, pemberian
fraksi etil asetat ekstrak metanol temu giring dengan dosis 50 mg/kg BB tidak
terjadi penurunan kadar kolesterol namun nilainya tidak jauh berbeda
dibandingkan dengan kelompok kontrol normal yaitu 0,96. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa dengan dosis tersebut ekstrak ini sudah dapat menghambat
kenaikan kadar kolesterol darah sehingga kadar kolesterol menjadi normal dan
77
belum sampai dengan menurunkan kadar kolesterol darah hewan uji. Untuk
mengetahui perbedaan kadar kolesterol antar kelompok maka dilakukan uji
statistik terhadap selisih kolesterol pada periode 1 dan 2.
G. Analisis Kadar Kolesterol
Analisis kadar kolesterol ini digunakan untuk besarnya perbedaan pada
masing-masing perlakuan. Analisis ini dimulai dengan melakukan perhitungan
selisih data kadar kolesterol pada tiap kelompok antara periode 1 dan 2 dan
kemudian data selisih kadar ini diuji dalam analisis statistik. Pengujian diawali
dengan uji Kolmogorov Smirnov. Uji ini dilakukan untuk mengetahui data
terdistribusi normal atau tidak. Nilai signifikansi yang diperoleh di Uji
Kolmogorov Smirnov tersebut adalah sebesar 0,410 dari nilai tersebut dapat
disimpulkan bahwa data terdistribusi normal karena karena nilai signifikansinya
lebih besar dari 0,05. Uji Levene kemudian dilakukan untuk melihat homogenitas
data. Dari uji ini diperoleh kesimpulan bahwa data homogen karena nilai
signifikansi yang diperoleh sebesar 0,130 atau lebih besar dari 0,05.
Uji analisis ini kemudian dilanjutkan dengan uji parametrik karena datanya
terdistribusi normal dan variannya homogen dalam hal ini digunakan ANOVA
satu jalur. ANOVA satu jalur dipilih karena sampel lebih dari dua, terdistribusi
normal, varian sama / homogen, sampel tidak berhubungan satu dengan yang lain
dan satu jalur karena faktor yang dibandingkan hanya satu yaitu kadar kolesterol
total. Uji ini dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan kadar kolesterol total
pada masing-masing perlakuan dimana apabila nilai signifikansi lebih kecil dari
78
0,05 maka terdapat perbedaan demikian juga sebaliknya apabila nilai signifikansi
lebih besar dari 0,05 maka berbeda tak bermakna. Selanjutnya untuk mengetahui
letak perbedaan antar kelompok perlakuan dianalisis dengan menggunakan uji t
Tukey. Dari uji ini diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan bermakna antar
kelompok dan juga perbedaan yang tidak bermakna antar kelompok. Hasil uji t
Tukey secara lengkap tersaji pada Tabel VIII.
Tabel VIII. Hasil Uji t Tukey selisih kadar kolesterol antar kelompok perlakuan
pada periode 1 dan periode 2
Kelompok Signifikansi Kesimpulan
I vs II 0.000 Berbeda bermakna
I vs III 0.000 Berbeda bermakna
I vs IV 0.000 Berbeda bermakna
I vs V 0.000 Berbeda bermakna
I vs VI 1.000 Berbeda tidak bermakna
I vs VII 0.000 Berbeda bermakna
II vs III 0.471 Berbeda tidak bermakna
II vs IV 0.000 Berbeda bermakna
II vs V 0.287 Berbeda bermakna
II vs VI 0.000 Berbeda bermakna
II vs VII 0.000 Berbeda bermakna
III vs IV 0.000 Berbeda bermakna
III vs V 1.000 Berbeda bermakna
III vs VI 0.000 Berbeda bermakna
III vs VII 0.000 Berbeda bermakna
IV vs V 0.000 Berbeda bermakna
IV vs VI 0.000 Berbeda bermakna
IV vs VII 0.082 Berbeda tidak bermakna
V vs VI 0.000 Berbeda bermakna
V vs VII 0.000 Berbeda bermakna
VI vs VII 0.000 Berbeda bermakna
Berdasarkan data pada Tabel VIII dapat diketahui bahwa antara kelompok
I dan kelompok II menunjukkan signifikansi 0,000 yang berarti terdapat
perbedaan bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa diet kolesterol tinggi yang
79
diberikan pada hewan uji dapat meningkatkan kadar kolesterol darah. Sedangkan
pada kelompok II dan kelompok III, hasil analisis menyimpulkan terdapat
perbedaan tidak bermakna, hal ini menunjukkan bahwa larutan CMC Na yang
digunakan sebagai pensuspensi tidak mempunyai efek terhadap kadar kolesterol
darah selain itu juga dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa apabila
terjadi perubahan kadar kolesterol hewan uji pada penelitian ini bukan disebabkan
larutan CMC Na melainkan karena zat yang diuji.
Pada kelompok IV, VI, dan VII dengan kelompok II dalam tabel hasil uji
analisis diperoleh kesimpulan bahwa data berbeda bermakna. Hal ini
menunjukkan bahwa baik simvastatin maupun fraksi etil asetat ekstrak metanol
temu giring pada dosis 50 mg/Kg BB dan 75 mg/Kg BB mempunyai efek proteksi
untuk mencegah terjadinya peningkatan kolesterol tinggi dalam darah pada hewan
uji. Tetapi pada kelompok V, kelompok pemberian fraksi etil asetat ekstrak
metanol temu giring dosis 25 mg/Kg BB menunjukkan perbedaan tidak bermakna
dengan kelompok II. Hal ini berarti pada dosis 25 mg/Kg BB, fraksi etil asetat
ekstrak temu giring belum mampu mencegah terjadinya hiperkolesterolemia.
Pada kelompok IV dengan kelompok V, VI dan VII hasil statistik
menunjukkan perbedaan bermakna pada kelompok V dan VI, sedangkan
perbedaan tidak bermakna terjadi pada kelompok VII. Hal ini dapat diperoleh
kesimpulan bahwa fraksi etil asetat ekstrak temu giring pada dosis 25 mg/kg BB
dan 50 mg/kg BB memberikan efek proteksi yang berbeda dengan kelompok
simvastatin dengan 0,9 mg/kg BB dan pada kelompok fraksi etil asetat ekstrak
80
temu giring pada dosis 25 mg/kg BB memberikan efek proteksi terhadap kenaikan
kadar kolesterol yang sama dengan simvastatin.
Pada kelompok perlakuan temu giring V, VI dan VII masing-masing
terdapat perbedaan yang bermakna sehingga dapat disimpulkan bahwa masing-
masing dosis fraksi etil asetat ekstrak metanol temu giring mempunyai
kemampuan yang berbeda dalam mencegah kenaikan kadar kolesterol darah
hewan uji dimana fraksi etil asetat ekstrak metanol pada dosis 75 mg/Kg BB
menyebabkan penurunan kadar kolesterol darah yang paling besar dibanding
dengan dosis 25 mg/kg BB dan 50 mg Kg/BB.
H. Perhitungan Persen Proteksi
Untuk megetahui tingkat proteksi pada masing-masing kelompok
dilakukan perhitungan persen proteksi. Perhitungan ini secara lengkap dapat
dilihat di Lampiran 7. Hasil dari perhitungan persen proteksi ini dapat dilihat pada
Tabel IX.
Tabel IX. Purata persen proteksi terhadap kenaikan kadar kolesterol kelompok
perlakuan dihitung terhadap kelompok II
No. Kelompok Persen Proteksi (%)
1 Kelompok IV 219,13 ± 15,27
2 Kelompok V 25,54 ± 10,02
3 Kelompok VI 86,23 ± 2,78
4 Kelompok VII 185,81 ± 5,55
Persen proteksi diperoleh dari purata selisih kadar kolesterol kelompok II
pada periode 2 dengan selisih kadar kolesterol darah kelompok perlakuan
(simvastatin dan temu giring) dibagi purata selisih kadar kolesterol kelompok II
81
pada periode 2 dalam persen. Pada tabel menunjukkan bahwa simvastatin dan
fraksi etil asetat temu giring dapat memproteksi peningkatan kadar kolesterol.
Simvastatin dapat mencegah peningkatan kadar kolesterol sebesar 219,13 % dari
nilai persen proteksi ini dapat disimpulkan bahwa simvastatin selain dapat
mencegah juga dapat menurunkan kadar kolesterol darah sedangkan pada fraksi
etil asetat ekstrak temu giring dengan dosis 25 mg/Kg BB, 50 mg/Kg BB, 75
mg/Kg BB masing-masing dapat memproteksi kenaikan kadar kolesterol darah
berturut-turut sebesar 25,54 %, 86,23 % dan 185,81 %. Dari hasil perhitungan
persen proteksi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kelompok fraksi etil
asetat ekstrak temu giring memiliki efek proteksi. Selain itu, semakin besar dosis
fraksi etil asetat ekstrak temu giring yang diberikan kepada hewan uji maka akan
semakin besar pula efek proteksinya, dimana pada penelitian ini, fraksi etil asetat
ekstrak temu giring dengan dosis 75 mg/Kg BB mempunyai aktivitas proteksi
yang paling besar.
Uji statistik terhadap hasil perhitungan persen proteksi selanjutnya
dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara kelompok IV, V, VI
dan VII. Dari data persen proteksi pada hewan uji masing-masing kelompok
dilakukan uji Kolmogrov Smirnov untuk mengetahui apakah data terdistribusi
normal atau tidak. Dari uji ini dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi nomal
hal ini karena nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari 0,05 yaitu 0,349.
Selanjutnya dilakukan Uji Levene untuk mengetahui homogenitas data. Dari uji
ini didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,241 sehingga dapat disimpulkan bahwa
data homogen karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05.
82
Uji analisis terhadap persen proteksi ini dilanjutkan dengan uji parametrik
karena datanya terdistribusi normal dan variannya homogen dalam hal ini
digunakan ANOVA satu jalur. Berdasarkan uji Anova satu jalur ini diketahui
adanya perbedaan antar kelompok yang dilihat dari besarnya nilai sigfikansi yang
lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan uji Anova satu jalur dengan metode t Tukey
diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
ada perbedaan antar kelompok perlakuan. Selanjutnya dilakukan uji t Tukey, dari
uji ini dapat diketahui apakah ada perbedaan yang bermakna diantara semua
kelompok perlakuan. Hasil uji t Tukey terhadap persen proteksi antar kelompok
perlakuan tersaji pada Tabel X.
Tabel X. Hasil uji t Tukey terhadap persen proteksi terhadap kenaikan kadar
kolesterol antar kelompok perlakuan
Kelompok Signifikansi Kesimpulan
IV vs V 0.000 Berbeda bermakna
IV vs VI 0,000 Berbeda bermakna
IV vs VII 0,002 Berbeda bermakna
V vs VI 0,000 Berbeda bermakna
V vs VII 0,000 Berbeda bermakna
VI vs VII 0,000 Berbeda bermakna
Berdasarkan Tabel X dapat diperoleh kesimpulan bahwa simvastatin dosis
0,9 mg/Kg BB dan fraksi etil asetat ekstrak metanol temu giring dengan dosis 25
mg/Kg BB, 50 mg/Kg BB dan 75 mg/Kg BB mempunyai persen proteksi yang
berbeda bermakna.
Kemampuan efek proteksi fraksi etil asetat ekstrak metanol terhadap
kenaikan kadar kolesterol darah diduga karena kandungan kurkumin dan tanin.
Kurkumin dapat menurunkan kadar kolesterol darah melalui tiga cara yaitu
menghambat penyerapan kolesterol di usus, peningkatan kapasitas pengikatan
83
LDL Reseptor dan peningkatan aktivitas enzim cholesterol-7 alpha-hydroxylase
enzim (Peschel, 2006). Selain itu sebagai antioksidan, kurkumin juga berperan
dalam menghambat biosintesis kolesterol. Dalam biosintesis kolesterol terdapat
tahap oksidasi pada karbon ketiga dari skualen sebelum terjadi siklisasi skualen
menjadi lanosterol yang akhirnya menjadi kolesterol sehingga sintesis kolesterol
bisa dihambat. Tanin yang juga terkandung di dalam temu giring mampu
menurunkan kadar kolesterol dengan membentuk ikatan komplek dengan protein
di usus yang akan melapisi mukosa usus sehingga absorbsi kolesterol yang berasal
dari luar (eksogen) dapat dihambat (Oktavianus, 1994). Dengan dihambatnya
proses penyerapan kolesterol di dalam saluran pencernaan maka kadar kolesterol
yang masuk ke dalam pembuluh darah menjadi berkurang dan kolesterol yang
tidak terabsorbsi tadi akan dikeluarkan bersama feses (Astawan, 2010).
84
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis statistik, dapat disimpulkan bahwa:
1. Fraksi etil asetat ekstrak metanol temu giring (Curcuma Heyneanae Val.)
dapat memberikan efek proteksi terhadap peningkatan kadar kolesterol
darah tikus putih jantan galur wistar yang diberi diet kolesterol tinggi.
2. Fraksi etil asetat ekstrak metanol temu giring (Curcuma Heyneanae Val.)
dengan dosis 25 mg/kg BB, 50 mg/kg BB dan 75 mg/kg BB dapat
memberikan persen proteksi berturut-turut sebesar 25,54 %, 86,23 % dan
185,81 %. dan berdasarkan uji statistik masing-masing dosis memberikan
persen proteksi yang berbeda bermakna dengan yang lainnya.
3. Kemampuan fraksi etil asetat ekstrak metanol temu giring (Curcuma
Heyneanae Val.) dengan dosis 25 mg/kg BB, 50 mg/kg BB dan 75 mg/kg
BB dalam memproteksi terjadinya peningkatan kadar kolesterol total
berbeda bermakna jika dibandingkan dengan simvastatin.
B. Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan disarankan untuk:
1. Dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kandungan zat aktif
dari fraksi etil asetat ekstrak metanol temu giring yang dapat mencegah
peningkatan kadar kolesterol darah.
85
2. Dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana
mekanisme dari fraksi etil asetat ekstrak metanol temu giring dalam
mencegah peningkatan kadar kolesterol darah.
86
DAFTAR PUSTAKA
Aliadi, A., Sudibya, R. B., Hargono, F., Djoko, Staryadi, Pramono, S., 1996,
Tanaman Obat Pilihan, Penerbit Yayasan Sidowayah, Yogyakarta. hal.
62-65
Anief, M., 1990, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
hal. 170-171
Anonim, 1986, Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta hal. 8-12, 15-16, 21, 26
Anonim, 2001, Inventaris Tanaman Obat Indonesia l Jilid II, Badan penelitian
dan Pengembangan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta,
hal. 105
Astawan, M., 2010, Menilik Nutrisi dan Zat Anti Gizi Leguminosa, Graha Medika,
Jakarta
Backer, C.A., Backhuizen van den Brink, R.C., 1965, Flora of Java, Volume III,
N.V.P. Noordhoff, Gronigen, The Netherlands
Dalimartha, Setiawan, 2001, 36 Resep Tumbuhan Obat untuk Menurunkan
Kolesterol, Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta, hal 12
Dewick, P.M., 2002, Medical Natural Products A Biosyntetic Approach, Second
Edition,, John Wiley dan Sons Inc, New York, USA, hal. 13-15
Ditjen POM., 1989, Materia Medika Indonesia, Jilid V, Jakarta, Departemen
Kesehatan RI. Hal. 169 – 171
Ganiswara, S.G.,1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 365-368, 372-
377, 471-472
Ganong, W.F., 1995, Buku Ajar Fisio Kedokteran Edisi 14, Penerbit ECG,
Jakarta, hal. 280
Guenther, E, 1987, Minyak Atsiri I, Diterjemahkan S. Kateren, Jilid I, Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 19-20, 92, 103
Handayani, Lestari dan Suharmiati, Cara Benar Meracik Obat Tradisional,
Agromedia Pustaka, Jakarta, hal. 3-6
Hagerman, A.E., Zhao, Y., dan Johnson, S. 1997. Methods for Determination of
Condensed and Hydrolysable Tannins. American Chemical Society.
Washington D.C.
87
Harbone, J.B., 1996, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganilis
Tumbuhan, diterjemahkan Kokasih Padmawinata dan Iwang Sudiro, Edisi
Kedua, Penerbit Institut Teknologi Bandung, Bandung, hal 102-108
Hargono, Djoko, 1996, Sekelumit Mengenai Obat Nabati dan Sistim Imunitas,
Cermin Dunia Kedokteran Edisi 108. Departemen Kesehatan RI, Jakarta,
hal 5
Herlinawati, 1984, Isolasi Zat Warna dari Curcuma Heyneana Rhizoma serta
Penentuan Sifat Kimia Fisikanya, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta
Kuswinarti, 1989, Efek Ekstrak Temu Giring Terhadap Kadar Kolesterol Darah
Tikus Jantan, Tesis, Institut Teknologi Bandung, Bandung
Lehninger, A. L., 1982, Dasar-Dasar Biokimia (Principle of Biochemistry) Jilid
I, Diterjemahkan oleh Widjaya, M. T, Erlangga, Jakarta, hal. 355
Mauli, I., 2005, Pengaruh Perasan Segar Buncis (Phaseolus vulgaris L.) Terhadap
Kadar Kolesterol Total Tikus Putih Jantan Galur Wistar yang Diberi Diet
Kolesterol Tinggi, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan,
Yogyakarta
Mayes, P.A., Murray, Robert K., David A Bender, Kathleen M. Botham, P.J.
Kennelly, V.W. Rodwell, dan P.A. Weil, 1997, Biokimia Harper, Edisi 24,
diterjemahkan oleh dr. Andry Hartono, Penerbit EGC, Jakarta, hal. 277-
282
Montgomery, R., Robert, D., Arthur. 1993. Biokimia: Suatu Pendekatan
Berorientasi Kasus Jilid 2, Penerbit Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, hal. 719, 724-727
Muhlisah, F. 1999, Temu-temuan dan Empon-empon: Budi Daya dan
Manfaatnya, Yogyakarta, Penerbit Kanisius, hal. 53–54
Mursito, Bambang. 2003. Ramuan Tradisional Untuk Pelangsing Tubuh. Penebar
Swadaya. Jakarta, hal. 82-83
Oktavianus, 2004, Pengaruh Pemberian Perasan Rimpang Temugiring (Curcuma
heyneana Val. V. Zijp) terhadap kadar kolesterol dalam serum darah
kelinci, Skripsi, Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya
Peschel, Dieter, 2006, Curcumin Induces Changes in Expression of Genes
Involved in Cholesterol Homeostasis, Institute of Nutritional Sciences,
Halle, Germany
Pramono, S.,1989, Diktat Petunjuk Pemisahan Flavonoid, Universitas Gadjah
Mada Press, Yogyakarta, hal. 12-14
88
Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Edisi VI,
Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Institut Teknologi Bandung,
Bandung, hal. 191-192
Setiati, Eni, 2009, Bahaya Kolesterol, Penerbit Dokter Books, Yogyakarta, hal.
14-27
Sidhi, P, 1991, Perbandingan Penetapan Kadar Kolesterol Metode CHOD-PAP,
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Soeharto, Iman, 2000, Penyakit Jantung Koroner, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
Speiccher, C.E., Smith J.W.E., 1997, Handbook of Lipoprotein Testing, AACC
Press, Washington, hal. 25-48
Sudarsono, Pudjoarinto, A. Gunawan, D., Wahyuono S., I.A., Drajad, M.
Wibowo, S,. Dan Ngatidjan, 1996, Tumbuhan Obat Edisi I, Pusat
Penelitian Obat Tradisional Universitas Gajah Mada, Yogykarta, hal. 62
Tjay, T. H., Rahardja, K., 2007, Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan, dan
Efek-efek Sampingnya, Edisi V, Elex Media Kompotindo Kelompok
Gramedia, Jakarta, hal. 569-575
Wiryowidagdo, S., Sitanggang, M., 2003. Tanaman Obat untuk Penyakit Jantung
Darah Tinggi dan Kolesterol, Agromedia Pustaka, Jakarta, hal. 23-24
LAMPIRAN
90
Lampiran 1. Surat Keterangan Hasil Determinasi Temu Giring
91
Lampiran 2. Data Absorbansi Serum Darah, kadar kolesterol serta
selisihnya pada periode 1 dan 2 (sebelum dilakukan
penolakan data)
Kelompok No.
Tikus
Periode I Periode II Selisih
Absorbansi Kadar Absorbansi Kadar
I
1 0.1490 104.05 0.1782 122.90 -18.85
2 0.0863 60.27 0.1316 90.76 -30.49
3 0.0876 61.17 0.1022 72.48 -11.31
4 0.1538 107.40 0.1293 89.17 18.23
5 0.1630 113.83 0.1676 115.59 -1.76
6 0.1532 106.98 0.1378 95.03 11.95
7 0.0909 63.48 0.0929 64.07 -0.59
8 0.1037 72.42 0.1054 72.69 -0.27
9 0.0965 67.39 0.0990 68.28 -0.89
II
1 0.1624 113.41 0.2179 150.28 -36.87
2 0.1195 83.45 0.1724 118.90 -35.45
3 0.1472 102.79 0.1796 123.86 -21.07
4 0.1135 79.26 0.1602 110.48 -31.22
5 0.1517 105.94 0.1996 137.66 -31.72
6 0.1451 101.33 0.1949 134.41 -33.08
III
1 0.1531 106.91 0.1742 120.14 -13.23
2 0.1019 71.16 0.1416 97.66 -26.5
3 0.1205 84.15 0.1626 112.14 -27.90
4 0.1600 111.73 0.2026 139.72 -27.99
5 0.0853 59.57 0.1407 97.03 -37.46
6 0.1479 103.28 0.1890 130.34 27.06
IV
1 0.1228 85.75 0.0591 40.76 44.99
2 0.0933 65.15 0.1544 106.48 -41.33
3 0.1754 122.49 0.1231 84.90 37.59
4 0.1857 129.68 0.1277 88.07 41.61
5 0.1631 113.90 0.1119 77.17 36.73
6 0.2008 140.22 0.1594 109.93 30.29
92
V
1 0.1646 114.94 0.1639 113.03 1.91
2 0.0741 51.75 0.1106 76.28 -24.53
3 0.0686 47.91 0.1062 73.24 -25.33
4 0.0645 45.04 0.0998 68.82 -23.78
5 0.0833 58.17 0.1203 82.97 -24.80
6 0.1031 71.99 0.1309 90.27 -18.28
VI
1 0.0370 25.84 0.0853 58.83 -32.99
2 0.0876 61.17 0.0959 66.14 -4.97
3 0.0892 62.29 0.0970 66.90 -4.61
4 0.0906 63.27 0.0961 66.28 -3.01
5 0.1111 77.58 0.1159 79.93 -2.35
6 0.1310 91.48 0.1389 95.79 -4.31
VII
1 0.1212 84.63 0.0875 60.34 24.29
2 0.1144 79.89 0.0889 61.31 18.58
3 0.1327 92.67 0.0967 66.69 25.89
4 0.1384 96.65 0.0990 68.28 28.37
5 0.1525 106.49 0.1156 79.72 26.77
6 0.1895 132.33 0.1320 91.03 41.30
Keterangan:
Kelompok I : diberi pakan standar
Kelompok II : diberi pakan standar + diet kolesterol tinggi
Kelompok III : diberi pakan standar + diet kolesterol tinggi + larutan
CMC 0,1%
Kelompok IV : diberi pakan standar + diet kolesterol tinggi + simvastatin
0,9 mg/Kg BB
Kelompok V : diberi pakan standar + diet kolesterol tinggi + fraksi etil
asetat ekstrak metanol temu giring 25 mg/Kg BB
Kelompok VI : diberi pakan standar + diet kolesterol tinggi + fraksi etil
asetat ekstrak metanol temu giring 50 mg/Kg BB
Kelompok VII : diberi pakan standar + diet kolesterol tinggi + fraksi etil
93
Lampiran 3. Data Absorbansi Serum Darah, kadar kolesterol serta
selisihnya pada periode 1 dan 2 (setelah dilakukan penolakan
data)
Kelompok No.
Tikus
Periode I Periode II Selisih
Absorbansi Kadar Absorbansi Kadar
I
3 0.0876 61.17 0.1022 72.48 -11.31
7 0.0909 63.48 0.0929 64.07 -0.59
8 0.1037 72.42 0.1054 72.69 -0.27
9 0.0965 67.39 0.0990 68.28 -0.89
II
1 0.1624 113.41 0.2179 150.28 -36.87
3 0.1472 102.79 0.1796 123.86 -21.07
5 0.1517 105.94 0.1996 137.66 -31.72
6 0.1451 101.33 0.1949 134.41 -33.08
III
1 0.1531 106.91 0.1742 120.14 -13.23
3 0.1205 84.15 0.1626 112.14 -27.90
4 0.1600 111.73 0.2026 139.72 -27.99
6 0.1479 103.28 0.1890 130.34 27.06
IV
3 0.1754 122.49 0.1231 84.90 37.59
4 0.1857 129.68 0.1277 88.07 41.61
5 0.1631 113.90 0.1119 77.17 36.73
6 0.2008 140.22 0.1594 109.93 30.29
V
2 0.0741 51.75 0.1106 76.28 -24.53
4 0.0645 45.04 0.0998 68.82 -23.78
5 0.0833 58.17 0.1203 82.97 -24.80
6 0.1031 71.99 0.1309 90.27 -18.28
VI
2 0.0876 61.17 0.0959 66.14 -4.97
3 0.0892 62.29 0.0970 66.90 -4.61
4 0.0906 63.27 0.0961 66.28 -3.01
6 0.1310 91.48 0.1389 95.79 -4.31
VII
1 0.1212 84.63 0.0875 60.34 24.29
3 0.1327 92.67 0.0967 66.69 25.89
4 0.1384 96.65 0.0990 68.28 28.37
5 0.1525 106.49 0.1156 79.72 26.77
94
Keterangan:
Kelompok I : diberi pakan standar.
Kelompok II : diberi pakan standar + diet kolesterol tinggi
Kelompok III : diberi pakan standar + diet kolesterol tinggi + larutan
CMC 0,1%
Kelompok IV : diberi pakan standar + diet kolesterol tinggi + simvastatin
0,9 mg/Kg BB
Kelompok V : diberi pakan standar + diet kolesterol tinggi + fraksi etil
asetat ekstrak metanol temu giring 25 mg/Kg BB
Kelompok VI : diberi pakan standar + diet kolesterol tinggi + fraksi etil
asetat ekstrak metanol temu giring 50 mg/Kg BB
Kelompok VII : diberi pakan standar + diet kolesterol tinggi + fraksi etil
95
Lampiran 4. Data berat badan tikus tiap kelompok perlakuan tiap hari selama
2 minggu perlakuan
Hari No.
Tikus
Kelompok
1 2 3 4 5 6 7
1
1 164,5 170,3 170,3 182,9 184,2 179,1 172,5
2 184,1 153,4 175,0 173,8 175,5 190,1 168,3
3 170,5 182,3 176,3 180,3 169,4 183,6 182,5
4 175,8 185,2 183,4 181,4 172,4 187,5 176,2
5 154,8 181,2 185,3 194,3 180,2 176,2 191,7
6 191,5 198,4 194,5 176,1 194,5 155,6 176,1
7 173,4
8 182,5
9 195,3
2
1 164,8 171,9 171,6 183,4 185,7 179,9 172,9
2 183,9 154,5 177,5 173,9 176,9 191,2 169,2
3 170,8 183,1 177,2 180,6 170,5 184,5 182,6
4 176,1 186,5 184,4 181,7 173,6 188,3 177,1
5 155,0 182,3 186,7 194,7 181,1 177,0 192,4
6 191,7 199,9 196,7 176,5 195,7 155,9 177,7
7 173,8
8 182,9
9 195,6
3
1 165,3 173,1 173,2 183,6 186,8 181,1 173,8
2 184,4 155,6 178,4 174,3 178,1 191,9 170,0
3 171,3 184,7 177,9 180,9 171,4 185,4 183,0
4 176,8 187,8 185,7 182,1 174,7 189,2 177,6
5 155,5 183,4 187,3 195,0 182,4 177,8 193,0
6 192,1 201,0 198,1 176,6 196,2 156,8 178,2
7 174,0
8 183,2
9 195,9
4
1 166,0 174,5 174,5 184,0 188,1 182,3 174,2
2 185,1 156,4 179,7 174,6 179,3 193,0 171,4
3 171,8 185,9 178,9 181,4 172,7 186,1 183,5
4 177,3 188,7 187,3 182,3 175,5 190,4 178,2
5 156,0 184,4 189,1 195,6 183,6 178,5 193,5
6 192,4 202,3 200,0 177,1 197,6 157,5 178,6
7 174,4
8 183,7
9 196,3
96
5
1 166,9 176,1 176,0 184,2 189,3 183,1 175,4
2 186,2 157,8 181,2 174,9 180,4 194,3 173,9
3 172,3 187,2 180,1 181,8 172,3 186,8 183,6
4 178,1 190,3 189,2 182,9 177,0 191,5 178,7
5 156,7 185,7 190,4 195,7 185,0 179,9 193,9
6 193,0 203,5 200,8 177,6 198,8 158,5 179,1
7 174,9
8 184,3
9 196,9
6
1 167,9 178,2 177,5 184,3 190,8 184,3 176,7
2 187,3 159,1 182,6 175,2 181,5 194,9 174,1
3 173,1 188,4 182,3 182,3 173,6 187,3 183,5
4 178,8 191,0 191,4 182,0 177,8 192,7 179,0
5 157,4 186,8 192,5 196,4 186,7 181,3 194,6
6 193,8 204,2 201,4 178,4 199,4 159,2 179,4
7 175,3
8 185,1
9 197,4
7
1 168,4 179,4 180,1 184,1 192,5 185,2 178,0
2 190,1 160,6 183,8 175,2 182,1 195,4 175,2
3 172,8 187,3 184,7 182,5 174,2 187,7 183,4
4 178,4 191,2 192,1 183,2 178,9 193,4 179,4
5 157,7 187,9 194,2 196,5 187,1 180,5 195,1
6 194,1 205,4 202,5 179,3 200,2 160,4 179,8
7 175,1
8 185,7
9 198,3
8
1 169,1 180,8 182,1 184,9 192,3 186,7 178,9
2 189,6 161,7 184,3 175,7 183,2 196,1 176,2
3 174,3 189,1 185,4 182,9 175,6 188,3 183,9
4 179,1 191,8 193,7 183,6 179,5 194,1 179,8
5 157,2 189,1 196,1 197,0 188,4 182,4 195,7
6 193,5 206,7 203,6 179,9 201,7 161,3 180,3
7 175,6
8 185,9
9 199,0
97
9
1 170,5 182,0 184,5 185,3 193,7 187,3 179,3
2 188,4 162,8 185,7 176,0 184,5 197,8 177,2
3 175,2 190,4 186,2 183,1 176,8 189,4 184,5
4 180,0 192,4 193,9 184,0 180,7 195,0 180,6
5 157,9 190,3 197,3 197,4 189,8 182,7 196,4
6 193,3 207,6 204,9 180,5 202,9 161,9 181,1
7 175,8
8 186,4
9 199,3
10
1 170,9 183,2 185,7 185,7 194,9 188,6 180,5
2 189,3 164,1 186,8 176,4 185,7 198,5 178,0
3 175,7 191,7 187,9 183,8 178,0 190,2 185,0
4 180,9 193,2 195,1 184,5 182,1 195,9 181,3
5 158,5 191,2 198,6 197,7 190,5 183,4 197,2
6 194,3 209,0 206,3 180,9 203,7 162,7 181,9
7 176,1
8 186,9
9 199,7
11
1 171,4 184,7 187,3 185,9 196,3 189,2 181,2
2 190,1 165,4 188,1 176,9 186,3 199,3 178,1
3 176,4 193,0 189,0 184,3 179,9 190,9 185,6
4 181,5 194,0 197,4 184,7 183,2 196,8 181,9
5 158,9 192,3 200,3 198,1 192,0 183,9 197,8
6 194,8 210,1 208,6 181,3 204,6 163,5 182,4
7 176,6
8 187,3
9 200,3
12
1 171,8 185,9 188,4 186,2 197,8 190,1 181,7
2 190,7 166,8 189,3 177,4 187,5 198,9 179,0
3 177,0 193,9 190,3 184,6 181,0 191,5 185,9
4 182,0 195,3 199,0 185,1 184,0 197,5 182,4
5 159,4 193,2 203,4 198,4 192,9 184,7 198,6
6 195,1 211,3 210,1 181,8 206,0 165,0 183,1
7 177,1
8 187,8
9 201,0
98
13
1 172,1 187,1 190,3 186,6 198,8 190,5 182,9
2 191,4 168,0 191,2 177,8 188,5 199,6 179,5
3 177,7 194,5 191,8 184,9 180,0 192,3 186,9
4 182,7 196,1 202,5 185,6 184,5 198,4 183,4
5 160,4 194,7 204,6 198,7 193,9 185,8 199,6
6 195,5 213,1 211,3 182,4 206,8 166,0 184,4
7 177,5
8 188,3
9 201,4
14
1 172,3 188,2 192,3 186,7 200,1 191,1 183,2
2 192,5 169,2 192,9 178,1 189,2 200,1 180,3
3 178,5 197,3 195,5 184,9 181,7 193,5 186,8
4 183,4 203,2 205,7 185,8 185,1 198,8 183,4
5 160,1 195,4 207,1 198,9 194,3 186,7 200,7
6 195,6 214,4 213,5 182,5 207,4 167,9 184,7
7 177,2
8 188,8
9 201,7
Keterangan:
Kelompok I : diberi pakan standar
Kelompok II : diberi pakan standar + diet kolesterol tinggi
Kelompok III : diberi pakan standar + diet kolesterol tinggi + larutan
CMC 0,1%
Kelompok IV : diberi pakan standar + diet kolesterol tinggi + simvastatin
0,9 mg/Kg BB
Kelompok V : diberi pakan standar + diet kolesterol tinggi + fraksi etil
asetat ekstrak metanol temu giring 25 mg/Kg BB
Kelompok VI : diberi pakan standar + diet kolesterol tinggi + fraksi etil
asetat ekstrak metanol temu giring 50 mg/Kg BB
Kelompok VII : diberi pakan standar + diet kolesterol tinggi + fraksi etil
99
Lampiran 5. Uji Statistik Selisih Berat Badan Periode I dan Peiode II
A. Uji Kolmogorov Smirnov
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Kelompok 28 4,00 2,037 1 7
Berat Badan 28 11,3679 5,49795 3,80 22,30
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Berat Badan
N 28
Normal Parametersa,b
Mean 11,3679
Std. Deviation 5,49795
Most Extreme Differences Absolute ,103
Positive ,103
Negative -,084
Kolmogorov-Smirnov Z ,543
Asymp. Sig. (2-tailed) ,930
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
100
B. Uji Levene
Descriptives
Berat Badan
N Mean Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval
for Mean Minimum Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
Kelompok I 4 6,1250 1,73469 ,86735 3,3647 8,8853 3,80 8,00
Kelompok II 4 15,7750 1,59661 ,79831 13,2344 18,3156 14,20 17,90
Kelompok III 4 20,6250 1,76706 ,88353 17,8132 23,4368 19,00 22,30
Kelompok IV 4 5,0000 ,93808 ,46904 3,5073 6,4927 4,40 6,40
Kelompok V 4 13,3500 ,66081 ,33040 12,2985 14,4015 12,70 14,10
Kelompok VI 4 10,8750 1,14419 ,57209 9,0543 12,6957 9,90 12,30
Kelompok VII 4 7,8250 2,75121 1,37561 3,4472 12,2028 4,30 10,70
Total 28 11,3679 5,49795 1,03901 9,2360 13,4997 3,80 22,30
Test of Homogeneity of Variances
Berat Badan
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,791 6 21 ,150
ANOVA
Berat Badan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 759,514 6 126,586 46,944 ,000
Within Groups 56,628 21 2,697
Total 816,141 27
101
C. Uji Parametrik ANOVA Satu Jalur: t Tukey
Multiple Comparisons
Berat Badan
Tukey HSD
(I) Kelompok (J) Kelompok
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kelompok I Kelompok II -9,65000* 1,16115 ,000 -13,4247 -5,8753
Kelompok III -14,50000* 1,16115 ,000 -18,2747 -10,7253
Kelompok IV 1,12500 1,16115 ,955 -2,6497 4,8997
Kelompok V -7,22500* 1,16115 ,000 -10,9997 -3,4503
Kelompok VI -4,75000* 1,16115 ,008 -8,5247 -,9753
Kelompok VII -1,70000 1,16115 ,762 -5,4747 2,0747
Kelompok II Kelompok I 9,65000* 1,16115 ,000 5,8753 13,4247
Kelompok III -4,85000* 1,16115 ,057 -8,6247 -1,0753
Kelompok IV 10,77500* 1,16115 ,000 7,0003 14,5497
Kelompok V 2,42500 1,16115 ,394 -1,3497 6,1997
Kelompok VI 4,90000* 1,16115 ,006 1,1253 8,6747
Kelompok VII 7,95000* 1,16115 ,000 4,1753 11,7247
Kelompok III Kelompok I 14,50000* 1,16115 ,000 10,7253 18,2747
Kelompok II 4,85000* 1,16115 ,057 1,0753 8,6247
Kelompok IV 15,62500* 1,16115 ,000 11,8503 19,3997
Kelompok V 7,27500* 1,16115 ,000 3,5003 11,0497
Kelompok VI 9,75000* 1,16115 ,000 5,9753 13,5247
Kelompok VII 12,80000* 1,16115 ,000 9,0253 16,5747
Kelompok IV Kelompok I -1,12500 1,16115 ,955 -4,8997 2,6497
Kelompok II -10,77500* 1,16115 ,000 -14,5497 -7,0003
Kelompok III -15,62500* 1,16115 ,000 -19,3997 -11,8503
Kelompok V -8,35000* 1,16115 ,000 -12,1247 -4,5753
Kelompok VI -5,87500* 1,16115 ,001 -9,6497 -2,1003
Kelompok VII -2,82500 1,16115 ,234 -6,5997 ,9497
Kelompok V Kelompok I 7,22500* 1,16115 ,000 3,4503 10,9997
Kelompok II -2,42500 1,16115 ,394 -6,1997 1,3497
Kelompok III -7,27500* 1,16115 ,000 -11,0497 -3,5003
Kelompok IV 8,35000* 1,16115 ,000 4,5753 12,1247
Kelompok VI 2,47500 1,16115 ,371 -1,2997 6,2497
Kelompok VII 5,52500* 1,16115 ,002 1,7503 9,2997
102
Kelompok VI Kelompok I 4,75000* 1,16115 ,008 ,9753 8,5247
Kelompok II -4,90000* 1,16115 ,006 -8,6747 -1,1253
Kelompok III -9,75000* 1,16115 ,000 -13,5247 -5,9753
Kelompok IV 5,87500* 1,16115 ,001 2,1003 9,6497
Kelompok V -2,47500 1,16115 ,371 -6,2497 1,2997
Kelompok VII 3,05000 1,16115 ,168 -,7247 6,8247
Kelompok VII Kelompok I 1,70000 1,16115 ,762 -2,0747 5,4747
Kelompok II -7,95000* 1,16115 ,000 -11,7247 -4,1753
Kelompok III -12,80000* 1,16115 ,000 -16,5747 -9,0253
Kelompok IV 2,82500 1,16115 ,234 -,9497 6,5997
Kelompok V -5,52500* 1,16115 ,002 -9,2997 -1,7503
Kelompok VI -3,05000 1,16115 ,168 -6,8247 ,7247
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets: Berat Badan
Tukey HSDa
Kelompok N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 5
Kelompok IV 4 5,0000
Kelompok I 4 6,1250
Kelompok VII 4 7,8250 7,8250
Kelompok VI 4 10,8750 10,8750
Kelompok V 4 13,3500 13,3500
Kelompok II 4 15,7750
Kelompok III 4 20,6250
Sig. ,234 ,168 ,371 ,394 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
103
Lampiran 6. Uji Statistik Selisih Kadar Kolesterol Periode I dan Peiode II
A. Uji Kolmogorov Smirnov
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Selisih 28 -3,1689 24,79817 -36,87 41,61
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Selisih
N 28
Normal Parametersa,b
Mean -3,1689
Std. Deviation 24,79817
Most Extreme Differences Absolute ,168
Positive ,168
Negative -,152
Kolmogorov-Smirnov Z ,888
Asymp. Sig. (2-tailed) ,410
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
104
B. Uji Levene
Descriptives
Selisih
N Mean Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval
for Mean Minimum Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
Kelompok I 4 -3,2650 5,36930 2,68465 -11,8088 5,2788 -11,31 -,27
Kelompok II 4 -30,6850 6,77027 3,38514 -41,4580 -19,9120 -36,87 -21,07
Kelompok III 4 -24,0450 7,22215 3,61108 -35,5371 -12,5529 -27,99 -13,23
Kelompok IV 4 36,5550 4,68704 2,34352 29,0969 44,0131 30,29 41,61
Kelompok V 4 -22,8475 3,07542 1,53771 -27,7412 -17,9538 -24,80 -18,28
Kelompok VI 4 -4,2250 ,85376 ,42688 -5,5835 -2,8665 -4,97 -3,01
Kelompok VII 4 26,3300 1,70396 ,85198 23,6186 29,0414 24,29 28,37
Total 28 -3,1689 24,79817 4,68641 -12,7847 6,4468 -36,87 41,61
Test of Homogeneity of Variances
Selisih
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,891 6 21 ,130
ANOVA
Selisih
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 16117,970 6 2686,328 116,159 ,000
Within Groups 485,653 21 23,126
Total 16603,623 27
105
C. Uji Parametrik ANOVA Satu Jalur: t Tukey
Post Hoc Test: Multiple Comparisons
Selisih
Tukey HSD
(I) Kelompok (J) Kelompok
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kelompok I Kelompok II 27,42000* 3,40047 ,000 16,3658 38,4742
Kelompok III 20,78000* 3,40047 ,000 9,7258 31,8342
Kelompok IV -39,82000* 3,40047 ,000 -50,8742 -28,7658
Kelompok V 19,58250* 3,40047 ,000 8,5283 30,6367
Kelompok VI ,96000 3,40047 1,000 -10,0942 12,0142
Kelompok VII -29,59500* 3,40047 ,000 -40,6492 -18,5408
Kelompok II Kelompok I -27,42000* 3,40047 ,000 -38,4742 -16,3658
Kelompok III -6,64000 3,40047 ,471 -17,6942 4,4142
Kelompok IV -67,24000* 3,40047 ,000 -78,2942 -56,1858
Kelompok V -7,83750 3,40047 ,287 -18,8917 3,2167
Kelompok VI -26,46000* 3,40047 ,000 -37,5142 -15,4058
Kelompok VII -57,01500* 3,40047 ,000 -68,0692 -45,9608
Kelompok III Kelompok I -20,78000* 3,40047 ,000 -31,8342 -9,7258
Kelompok II 6,64000 3,40047 ,471 -4,4142 17,6942
Kelompok IV -60,60000* 3,40047 ,000 -71,6542 -49,5458
Kelompok V -1,19750 3,40047 1,000 -12,2517 9,8567
Kelompok VI -19,82000* 3,40047 ,000 -30,8742 -8,7658
Kelompok VII -50,37500* 3,40047 ,000 -61,4292 -39,3208
Kelompok IV Kelompok I 39,82000* 3,40047 ,000 28,7658 50,8742
Kelompok II 67,24000* 3,40047 ,000 56,1858 78,2942
Kelompok III 60,60000* 3,40047 ,000 49,5458 71,6542
Kelompok V 59,40250* 3,40047 ,000 48,3483 70,4567
Kelompok VI 40,78000* 3,40047 ,000 29,7258 51,8342
Kelompok VII 10,22500 3,40047 ,082 -,8292 21,2792
Kelompok V Kelompok I -19,58250* 3,40047 ,000 -30,6367 -8,5283
Kelompok II 7,83750 3,40047 ,287 -3,2167 18,8917
Kelompok III 1,19750 3,40047 1,000 -9,8567 12,2517
Kelompok IV -59,40250* 3,40047 ,000 -70,4567 -48,3483
Kelompok VI -18,62250* 3,40047 ,000 -29,6767 -7,5683
Kelompok VII -49,17750* 3,40047 ,000 -60,2317 -38,1233
106
Kelompok VI Kelompok I -,96000 3,40047 1,000 -12,0142 10,0942
Kelompok II 26,46000* 3,40047 ,000 15,4058 37,5142
Kelompok III 19,82000* 3,40047 ,000 8,7658 30,8742
Kelompok IV -40,78000* 3,40047 ,000 -51,8342 -29,7258
Kelompok V 18,62250* 3,40047 ,000 7,5683 29,6767
Kelompok VII -30,55500* 3,40047 ,000 -41,6092 -19,5008
Kelompok VII Kelompok I 29,59500* 3,40047 ,000 18,5408 40,6492
Kelompok II 57,01500* 3,40047 ,000 45,9608 68,0692
Kelompok III 50,37500* 3,40047 ,000 39,3208 61,4292
Kelompok IV -10,22500 3,40047 ,082 -21,2792 ,8292
Kelompok V 49,17750* 3,40047 ,000 38,1233 60,2317
Kelompok VI 30,55500* 3,40047 ,000 19,5008 41,6092
*. The mean difference is significant at the 0.05 level
Homogeneous Subsets: Selisih Kadar Kolesterol
Tukey HSDa
Kelompok N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
Kelompok II 4 -30,6850
Kelompok III 4 -24,0450
Kelompok V 4 -22,8475
Kelompok VI 4 -4,2250
Kelompok I 4 -3,2650
Kelompok VII 4 26,3300
Kelompok IV 4 36,5550
Sig. ,287 1,000 ,082
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
107
Keterangan:
Kelompok I : diberi pakan standar
Kelompok II : diberi pakan standar + diet kolesterol tinggi
Kelompok III : diberi pakan standar + diet kolesterol tinggi + larutan
CMC 0,1%
Kelompok IV : diberi pakan standar + diet kolesterol tinggi + simvastatin
0,9 mg/Kg BB
Kelompok V : diberi pakan standar + diet kolesterol tinggi + fraksi etil
asetat ekstrak metanol temu giring 25 mg/Kg BB
Kelompok VI : diberi pakan standar + diet kolesterol tinggi + fraksi etil
asetat ekstrak metanol temu giring 50 mg/Kg BB
Kelompok VII : diberi pakan standar + diet kolesterol tinggi + fraksi etil
108
Lampiran 7. Perhitungan Persen Proteksi
Rumus Persen Proteksi:
Persen Proteksi =
Keterangan:
P : Purata selisih kadar kolesterol tikus kelompok II (-30,685 mg /dl)
Q : Selisih kadar kolesterol tikus kelompok perlakuan (mg/dl)
Tabel Perhitungan Persen Proteksi
Kelompok Nomor
Tikus
Selisih Kadar
Kolesterol Persen Proteksi
IV 3 30,29 198,71
IV 4 37,59 222,50
IV 5 41,61 235,60
IV 6 36,73 219,70
V 2 -24,53 20,06
V 4 -23,78 22,50
V 5 -24,80 19,18
V 6 -18,28 40,43
VI 2 -4,97 83,80
VI 3 -4,61 84,98
VI 4 -3,01 90,19
VI 6 -4,31 85,95
VII 1 28,37 195,46
VII 3 24,29 179,16
VII 4 25,89 184,37
VII 5 26,77 187,24
Keterangan:
Kelompok IV : diberi pakan standar + diet kolesterol tinggi + simvastatin 0,9
mg/Kg BB
Kelompok V : diberi pakan standar + diet kolesterol tinggi + fraksi etil asetat
ekstrak metanol temu giring 25 mg/Kg BB
Kelompok VI : diberi pakan standar + diet kolesterol tinggi + fraksi etil asetat
ekstrak metanol temu giring 50 mg/Kg BB
Kelompok VII : diberi pakan standar + diet kolesterol tinggi + fraksi etil ekstrak
metanol temu giring 50 mg/Kg BB
109
Lampiran 8. Uji Statistik Terhadap Persen Proteksi
A. Uji Kolmogorov Smirnov
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Kelompok 16 5,50 1,155 4 7
Berat Badan 16 129,1775 80,27019 19,18 235,60
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Berat Badan
N 16
Normal Parametersa,b
Mean 129,1775
Std. Deviation 80,27019
Most Extreme Differences Absolute ,233
Positive ,186
Negative -,233
Kolmogorov-Smirnov Z ,933
Asymp. Sig. (2-tailed) ,349
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
110
B. Uji Levene
Descriptives
Persen Proteksi
N Mean
Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
Kelompok IV 4 219,1299 15,27470 7,63735 194,824
4
243,435
3
198,71 235,60
Kelompok V 4 25,5418 10,02256 5,01128 9,5937 41,4899 19,18 40,43
Kelompok VI 4 86,2311 2,78232 1,39116 81,8038 90,6584 83,80 90,19
Kelompok VII 4 185,8074 5,55306 2,77653 176,971
2
194,643
6
179,16 192,46
Total 16 129,1775 80,27019 20,06755 86,4046 171,950
5
19,18 235,60
Test of Homogeneity of Variances
Persen Proteksi
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,600 3 12 ,241
ANOVA
Persen Proteksi
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 95532,520 3 31844,173 342,092 ,000
Within Groups 1117,038 12 93,087
Total 96649,558 15
111
C. Uji Parametrik ANOVA Satu Jalur: t Tukey
Multiple Comparisons
Persen Proteksi
Tukey HSD
(I) Kelompok (J) Kelompok
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Kelompok IV Kelompok V 193,58807* 6,82226 ,000 173,3335 213,8427
Kelompok VI 132,89881* 6,82226 ,000 112,6442 153,1534
Kelompok VII 33,32247* 6,82226 ,002 13,0678 53,5771
Kelompok V Kelompok IV -193,58807* 6,82226 ,000 -213,8427 -173,3335
Kelompok VI -60,68926* 6,82226 ,000 -80,9439 -40,4346
Kelompok VII -160,26560* 6,82226 ,000 -180,5202 -140,0110
Kelompok VI Kelompok IV -132,89881* 6,82226 ,000 -153,1534 -112,6442
Kelompok V 60,68926* 6,82226 ,000 40,4346 80,9439
Kelompok VII -99,57634* 6,82226 ,000 -119,8310 -79,3217
Kelompok VII Kelompok IV -33,32247* 6,82226 ,002 -53,5771 -13,0678
Kelompok V 160,26560* 6,82226 ,000 140,0110 180,5202
Kelompok VI 99,57634* 6,82226 ,000 79,3217 119,8310
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets: Persen Proteksi
Tukey HSDa
Kelompok N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
Kelompok V 4 25,5418
Kelompok VI 4 86,2311
Kelompok VII 4 185,8074
Kelompok IV 4 219,1299
Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
112
Lampiran 9. Gambar-gambar
Gambar Pakan Standar BR II
Gambar Emulsi Lemak Sapi
113
Gambar Fraksi Etil Asetat Ekstrak Temu Giring dosis 25 mg/kg BB, 50 mg/kg BB
dan 75 mg/kg BB
Gambar kondisi tikus di dalam kandang individu.
114
Gambar pemberian emulsi minyak sapi
115
Gambar pengambilan darah secara sinus orbitalis.
Gambar alat sentrifugasi
Gambar alat spektrometer