17
1 UJI EFEKTIFITAS KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN LENGKAP AIR GAMBUT DALAM MENURUNKAN KADAR BESI (Fe) DAN WARNA DI PARIT SUNGAI RAYA DALAM Nuniek Sismiarty 1 Indah Budiastutik 2 Asmadi 3 Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak. e-mail : [email protected] Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak Dosen Poltekes Abstrak Air sangat penting untuk kesehatan manusia dan mempengaruhi semua aspek kehidupan. Masyarakat di sekitar parit Sungai Raya Dalam menggunakan air gambut sebagai alternatif air bersih. Air gambut mengandung kadar besi (Fe) dan intensitas warna yang tinggi sehingga tidak layak dipakai untuk keperluan sehari hari karena akan berdampak buruk bagi kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas intalasi pengolahan lengkap air gambut di parit Sungai Raya Dalam untuk menurunkan kadar Fe dan warna. Metode yang digunakan adalah melalui proses netralisasi, koagulasi, sedimentasi, filtrasi dan ultrafiltrasi. Penelitian ini bersifat eksperimen semu yang menggunakan desain penelitian one group pretest posttest design with control. Analisis data menggunakan uji statistik T-Test. Hasil pengukuran laboratorium dari hasil pengolahan menunjukkan adanya penurunan kadar besi (Fe) sebelum pengolahan 5,60 mg/l saat air surut menjadi 0,13 mg/l dengan efektifitas penurunan 97,6% dan 6,29 mg/l saat air pasang menjadi 0,23 mg/l dengan efektifitas penurunan 96,1%. Warna sebelum pengolahan adalah 1202,31 PtCO saat air surut menjadi 21,13 PtCO dengan efektifitas penurunan 98,1% dan 1338,38 PtCO saat air pasang menjadi 22,25 PtCO dengan efektifitas penurunan 98,2%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil olahan air gambut parit Sungai Raya Dalam menggunakan instalasi pengolahan lengkap dapat menghasilkan air bersih yang layak pakai sesuai dengan standar mutu Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat syarat dan pengawasan kualitas air, dimana baku mutu air untuk kadar besi (Fe) tidak melebihi 1,0 mg/L dan warna maksimum sebesar 50 PtCo.Saran bagi masyarakat yang menggunakan air yang mengandung air gambut sebaiknya di lakukan pengolahan secara sederhana dengan penambahan bahan penjernih seperti PAC dan tawas agar menjadi air bersih yang layak pakai. Kata Kunci : Air Gambut, Filtrasi, Kadar Besi (Fe), Intensitas Warna dan Ultrafiltrasi TEST OF THE EFFECTIVENESS OF PEAT WATER TREATMENT INSTALLATION IN REDUCING THE IRON CONCENTRATION (Fe) AND COLOUR IN PARIT SUNGAI RAYA DALAM Abstrack Water is essential to human health and it effect all facets of life. It is pertained to a group of residents in Parit Sungai Raya Dalam neighborhood who use peat water as an alternative of clean water. Peat water contains both iron (Fe)

UJI EFEKTIFITAS KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN LENGKAP …

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: UJI EFEKTIFITAS KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN LENGKAP …

1

UJI EFEKTIFITAS KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN LENGKAP

AIR GAMBUT DALAM MENURUNKAN KADAR BESI (Fe)

DAN WARNA DI PARIT SUNGAI RAYA DALAM

Nuniek Sismiarty 1 Indah Budiastutik2 Asmadi3

Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Pontianak. e-mail : [email protected]

Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Pontianak

Dosen Poltekes

Abstrak – Air sangat penting untuk kesehatan manusia dan mempengaruhi semua

aspek kehidupan. Masyarakat di sekitar parit Sungai Raya Dalam menggunakan

air gambut sebagai alternatif air bersih. Air gambut mengandung kadar besi (Fe)

dan intensitas warna yang tinggi sehingga tidak layak dipakai untuk keperluan

sehari – hari karena akan berdampak buruk bagi kesehatan. Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui efektifitas intalasi pengolahan lengkap air gambut di

parit Sungai Raya Dalam untuk menurunkan kadar Fe dan warna. Metode yang

digunakan adalah melalui proses netralisasi, koagulasi, sedimentasi, filtrasi dan

ultrafiltrasi. Penelitian ini bersifat eksperimen semu yang menggunakan desain

penelitian one group pretest – posttest design with control. Analisis data

menggunakan uji statistik T-Test. Hasil pengukuran laboratorium dari hasil

pengolahan menunjukkan adanya penurunan kadar besi (Fe) sebelum pengolahan

5,60 mg/l saat air surut menjadi 0,13 mg/l dengan efektifitas penurunan 97,6%

dan 6,29 mg/l saat air pasang menjadi 0,23 mg/l dengan efektifitas penurunan

96,1%. Warna sebelum pengolahan adalah 1202,31 PtCO saat air surut menjadi

21,13 PtCO dengan efektifitas penurunan 98,1% dan 1338,38 PtCO saat air

pasang menjadi 22,25 PtCO dengan efektifitas penurunan 98,2%. Kesimpulan dari

penelitian ini adalah hasil olahan air gambut parit Sungai Raya Dalam

menggunakan instalasi pengolahan lengkap dapat menghasilkan air bersih yang

layak pakai sesuai dengan standar mutu Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat – syarat dan pengawasan kualitas air,

dimana baku mutu air untuk kadar besi (Fe) tidak melebihi 1,0 mg/L dan warna

maksimum sebesar 50 PtCo.Saran bagi masyarakat yang menggunakan air yang

mengandung air gambut sebaiknya di lakukan pengolahan secara sederhana

dengan penambahan bahan penjernih seperti PAC dan tawas agar menjadi air

bersih yang layak pakai.

Kata Kunci : Air Gambut, Filtrasi, Kadar Besi (Fe), Intensitas Warna dan

Ultrafiltrasi

TEST OF THE EFFECTIVENESS OF PEAT WATER TREATMENT

INSTALLATION IN REDUCING THE IRON CONCENTRATION (Fe)

AND COLOUR IN PARIT SUNGAI RAYA DALAM

Abstrack – Water is essential to human health and it effect all facets of life. It is

pertained to a group of residents in Parit Sungai Raya Dalam neighborhood who

use peat water as an alternative of clean water. Peat water contains both iron (Fe)

Page 2: UJI EFEKTIFITAS KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN LENGKAP …

2

and high colour intensity so that it is not suitable for daily activities. It is

recognized that peat water may cause some negative effect for health. Based on

the background before hand, the purpose of this research was to find out the

effectiveness of the peat water treatment installation in Parit Sungai Raya Dalam

in reducing the iron concentration (Fe) and its colour. There were some processes

applied in this procedure namely, neutralization process, coagulation,

sedimentation, filtration and ultrafiltration. In line with the purpose, this research

was conducted by employing a pre experimental design with one group pretest-

posttest design with control. The data gathered were analyzed by using statistical

T-test. Based on the laboratory test results,it was found that there was a

decreasing iron value before treatment as in 5,60 mg/l to 0,13 mg/l when the water

concentrated at low tide with its effectiveness decline 97,6%. A decreasing iron

value was 6,29 mg/l to 0,23 mg/l when the water concentrate at high tide. Its

effectiveness decline was 96,1%. The colour before treatment at low tide as was

1202,31 PtCO to 21,14 PtCO with 98,1% effectiveness decline, and the colour

before treatment at high tide was 1338,38 PtCO to 22,25 PtCO with 98,2%

effectiveness decline. The findings showed that the result of the peat water

treatment installation can produce a feasible clean water based on the quality

standars of the regulation of the health Minister of the Republic of Indonesia

No.416/Menkes/Per/IX/1990 about requirements and Monitoring of Water

Quality where the quality standards for iron concentration (Fe) should not exceed

0,2 mg/l and the maximum colour is 50 PtCO. As a result,it is recommended that

the society can use peat water with water purification material (PAC) and alum

water treatment for feasible clean water.

Keywords : Peat water, Filtration,Iron (Fe), Colour Intensity and Ultrafiltration.

PENDAHULUAN

Air merupakan salah satu

sumber yang sangat penting bagi

kehidupan manusia. Sebagian besar

zat pembentuk tubuh manusia terdiri

dari air, oleh karena itu manusia

tidak dapat hidup tanpa air. Selain itu

air juga digunakan untuk mencuci,

memasak, mandi dan untuk

keperluan lainnya seperti

pengairan, pertanian, perikanan,

pembangkit listrik dan sebagainya

(Asmadi, 2011).

Pelayanan air bersih di Indonesia

masih rendah. Perusahaan penyedia

air bersih PDAM (Perusahaan

Daerah Air Minum) hanya mampu

memasok kebutuhan di kota – kota

saja dengan kuantitas yang juga

masih kecil, sehingga masyarakat

sering mengalami kesulitan

mendapatkan air bersih. Akibatnya,

sebagian besar masyarakat yang

tidak terjangkau oleh pelayanan air

bersih, umumnya menggunakan air

tanah atau air permukaan untuk

keperluan hidupnya sehari – hari

(Rahman, 2004).

Salah satu sumber air permukaan

yang banyak dimanfaatkan sebagai

Page 3: UJI EFEKTIFITAS KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN LENGKAP …

3

air bersih bagi masyarakat luas

adalah air gambut. Air gambut

merupakan air permukaan dari tanah

bergambut yang banyak terdapat di

daerah berawa atau dataran rendah

terutama di daerah Sumatera dan

Kalimantan. Air gambut memiliki

ciri yang mencolok yaitu intensitas

warna yang tinggi. Warna air gambut

biasanya merah kecoklatan, warna

ini menandakan air gambut

mengandung zat organik tinggi. Air

gambut juga mengandung besi (Fe)

dan mangan (Mn) dengan kadar

cukup tinggi, rasanya asam, keruh,

memiliki pH rendah (2 – 5), dan

memiliki tingkat kesadahan yang

rendah (Asmadi, 2011).

Air gambut tergolong air yang

tidak memenuhi persyaratan air

bersih yang telah ditetapkan oleh

Permenkes RI Nomor:

416/Menkes/Per/IX/1990 tentang

syarat – syarat dan pengawasan

kualitas air. Ada beberapa

persyaratan mengenai kualitas air,

baik air minum maupun air bersih.

Adapun persyaratan tersebut yaitu

persyaratan fisik, kimia,

mikrobiologi, dan radioaktivitas.

Beberapa unsur yang tidak

memenuhi persyaratan adalah

dengan adanya warna, kekeruhan dan

bau pada air gambut akan

mengurangi efektifitas usaha

desinfeksi, karena mikroba

terlindung oleh zat padat

tersuspensi,baik yang bersifat

anorganik maupun yang organik

(Sutrisno, 1991).

Masyarakat yang menggunakan

air gambut untuk kebutuhan sehari –

hari dapat beresiko mengalami

gangguan kesehatan. pH rendah pada

air gambut menyebabkan air terasa

asam yang dapat menimbulkan

kerusakan gigi dan sakit perut. Air

gambut juga mengandung besi (Fe)

dan mangan (Mn) dengan kadar yang

cukup tinggi sehingga dapat

menyebabkan keracunan dan

menimbulkan berbagai penyakit.

Kelebihan zat besi (Fe) bisa

menyebabkan keracunan dimana

terjadi muntah, kerusakan usus,

penuaan dini hingga kematian

mendadak. Selain itu juga dapat

menimbulkan berbagai penyakit

diantaranya kanker, sirosis ginjal,

dan diare. (Suprihanto,1994;

Said, 2008).

Keterbatasan akan air bersih

telah menjadi masalah penting bagi

masyarakat Indonesia, begitu juga

Page 4: UJI EFEKTIFITAS KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN LENGKAP …

4

dengan masyarakat Sungai Raya

Dalam. Masyarakat yang tidak

mendapatkan cakupan air bersih,

memilih air gambut menjadi

alternatif air bersih. Masyarakat di

daerah sekitar Sungai Raya Dalam

biasanya menggunakan air dari parit

Sungai Raya Dalam untuk mandi,

mencuci dan keperluan sehari – hari.

Hasil pengujian awal terhadap

kadar besi (Fe) dan warna air gambut

yang berasal dari air parit Sungai

Raya Dalam diperoleh hasil yang

sangat tinggi melebihi standar baku

mutu air bersih berdasarkan

Permenkes RI Nomor:

416/MenKes/Per/IX/1990 sehingga

peggunaan air tersebut untuk

keperluan sehari – hari tanpa

pengolahan oleh masyarakat akan

berdampak buruk bagi kesehatan.

Maka dari itu, penting sekali

dilakukan pengolahan pada air

gambut terlebih dahulu sebelum

digunakan.

Teknologi konvensional yang

umumnya digunakan dalam

pengolahan air yang mengandung zat

organik alam yang tinggi meliputi

netralisasi, koagulasi, flokulasi,

sedimentasi, filtrasi dan ultrafiltrasi.

Metode ini dapat menghasilkan air

bersih mendekati kualitas air yang

ditetapkan Depkes RI.

Berdasarkan data yang

didapatkan dari Puskesmas

Sungai Raya Dalam yaitu data

tentang penyakit yang berhubungan

dengan air diketahui bahwa penyakit

diare merupakan salah satu penyakit

yang memiliki rata – rata cukup

tinggi diderita oleh masyarakat di

sekitar parit Sungai Raya Dalam.

Selain diare, penyakit lain yang

timbul akibat kurangnya air bersih

adalah scabies. Oleh karena itu,

untuk menghindari terjadinya

penyakit yang berhubungan dengan

air gambut, maka air gambut yang

akan digunakan hendaknya diolah

terlebih dahulu agar dapat menjadi

air bersih yang layak pakai.

Selain itu, untuk mempercepat

program pemerintah dalam mencapai

target MDGs tahun 2015 yaitu

memperluas pelayanan air bersih

kepada masyarakat maka dilakukan

penelitian tentang uji efektifitas

kinerja instalasi pengolahan lengkap

air gambut dalam menurunkan kadar

besi (Fe) dan warna di Sungai Raya

Dalam sehingga diperoleh air gambut

sebagai alternatif air bersih yang

Page 5: UJI EFEKTIFITAS KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN LENGKAP …

5

layak pakai masyarakat dalam

kehidupan sehari – hari.

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat

eksperimen semu (quasi experimen)

yang menggunakan desain penelitian

one group pretest – posttest design

with control, yaitu setiap percobaan

dikenakan perlakuan dengan dua kali

pengukuran, yaitu sebelum dan

sesudah diberikan perlakuan.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan

pada bulan September 2014 –

Februari 2015. Lokasi pengambilan

sampel di Parit Sungai Raya Dalam

dan lokasi penelitian di

Unit Laboratorium Kesehatan

Prov. Kalbar.

Objek Penelitian dan Sampel

Objek penelitian dan sampel

dalam penelitian ini adalah air

gambut yang bersumber dari parit

Sungai Raya Dalam yang diambil

saat pasang dan surut sebelum dan

sesudah pengolahan. Perhitungan

sampel dapat dilakukan dengan

menggunakan rumus pengulangan :

t(r – 1) ≥ 15 = (t - 1) (r – 1) ≥ 15

Dimana t= banyaknya kelompok

perlakuan; r= jumlah replikasi/

pengulangan. Maka :

(2 - 1) (r – 1) ≥ 15

1 (r – 1) ≥ 15

(r – 1) ≥ 15

r ≥ 16

Jumlah pengulangan untuk tiap

perlakuan adalah 16 kali.

Jumlah sampel = (r + 1) t

= (16 + 1) 2

= 34

Banyaknya sampel yang diuji 34

sampel. Pengambilan sampel akan

dilakukan pada satu titik, dengan

pengulangan 16 kali sebelum

pengolahan saat air pasang dan surut,

dan 16 kali setelah pengolahan pada

saat air pasang dan surut.

Tahapan Penelitian

1. Alat : Bak penampungan/ tangki,

batang pengaduk, ember, gelas/

wadah, kertas label, gergaji pipa,

lem, penyambung pipa wadah

sampel (botol), pH meter, pipa

PVC, pompa/ blower aquarium,

pompa air, selang, stop kran,

timbangan, 1 unit membran UF,

1 unit tabung media filter (FRD),

1 unit pompa air, dan 2 buah bak

penampung/ tangki fiber.

Page 6: UJI EFEKTIFITAS KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN LENGKAP …

6

2. Bahan :Air gambut, Soda Ash,

Tawas, Mangan Zeolit, Karbon

Aktif, dan Pasir Silika.

3. Pengambilan Sampel Air :

Sampel air gambut diambil

menggunakan botol sampling

yang terlebih dahulu dibilas

dengan sampel tersebut sebanyak

3 kali. Botol ditenggelamkan

hingga kedalaman kira – kira

20 cm dari permukaan air. Jika

sudah terisi penuh botol diangkat,

ukur pH kemudian botol ditutup

rapat dan dibawa ke laboratorium

untuk diperiksa.

4. Prosedur Kerja Pengolahan Air

Gambut :

a. Penentuan Dosis

Soda ash (netralisasi).

Sampel air gambut dimasukkan

masing – masing 1 Liter ke

dalam 5 buah becker glass

yang berukuran 1000 ml,

kemudian ukur pH air tersebut.

Tambahkan soda ash 0,1 gr;

0,2 gr; 0,3 gr; 0,4 gr; 0,5 gr ke

masing – masing gelas becker

yang berisi air ( Contoh : untuk

0,2 gr/1 liter artinya untuk

menjernihkan 1000 liter air di

perlukan 0,2 gr soda ash ).

Ukur pH dan lihat pH masing –

masing yang mendekati pH

netral (pH = 7).

Tawas (koagulan). Sampel

air gambut dimasukkan masing

– masing 1 Liter ke dalam

5 buah becker glass yang

berukuran 1000 ml, kemudian

tambahkan soda ash 0,2 gr.

Setelah itu, tambahkan tawas

0,1 gr; 0,2 gr; 0,3 gr; 0,4 gr; 0,5

gr ke masing – masing gelas

becker yang berisi air. Proses

koagulasi melalui Jar Test

dilakukan dengan kecepatan

pengadukan 200 rpm dengan

waktu 1 menit. Pengendapan

dilakukan selama 40 – 45

menit. Dilihat tingkat

kekeruhan dengan melihat

terbentuknya flok.

b. Pengolahan Air Gambut

- Proses pencampuran bahan.

Sampel air gambut di

masukan ke dalam 2 ember

yang berukuran 10 liter.

Kemudian tambahkan ke

dalam ember 1 soda ash

sebanyak 0,2 gr aduk hingga

merata dan ember ke

2 tambah tawas sebanyak

0,2 gr aduk hingga rata.

- Proses sedimentasi.

Page 7: UJI EFEKTIFITAS KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN LENGKAP …

7

Ukur pH sampel air gambut.

Sampel air gambut disedot

dengan pompa air kapasitas

30 liter/menit. Setelah itu,

sampel masuk ke dalam bak

penampungan (250 liter)

bersamaan dengan larutan

soda ash dan larutan tawas.

Di dalam bak terjadi

pengadukan hidrolis. Setelah

penambahan bahan koagulan

(tawas), akan terjadi

pembentukan flok yang biasa

disebut dengan proses

flokulasi. Kemudian terjadi

proses proses sedimentasi/

pengendapan (waktu tinggal

yang efektif adalah selama

60 menit).

- Proses Filtrasi.

Setelah proses pengendapan

dilakukan, air dari bak

penampungan awal dialirkan

dengan pompa ke dua ke

dalam tabung filtrasi untuk

kemudian dilanjutkan dengan

proses filtrasi dengan media

karbon aktif, mangan zeolit

dan pasir silika untuk

memisahkan endapan yang

sudah membentuk flok – flok.

- Proses Ultrafiltrasi

Dari proses filtrasi,

selanjutnya air masuk ke

dalam unit membran

ultrafiltrasi dan kemudian

ditampung ke dalam bak

penampungan akhir untuk

proses mendapatkan air

bersih. Sampel air hasil

olahan diuji ke laboratorium

untuk diperiksa kadar besi

(Fe) dan intensitas warna.

Teknik analisa data yang

digunakan adalah analisa secara

deskriptif dan menggunakan Uji

T-Test, yaitu membandingkan

sebelum dan sesudah pengolahan.

Hasil pengukuran kadar besi

(Fe) dan warna pada air gambut parit

Sungai Raya Dalam yang telah

dianalisa dibandingkan dengan baku

mutu Peraturan Menteri Kesehatan

RI Nomor: 416/Menkes/Per/IX/1990

tentang air bersih, dimana kadar besi

(Fe) tidak melebihi 1,0 mg/l, dan

Page 8: UJI EFEKTIFITAS KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN LENGKAP …

8

warna maksimum diperbolehkan

50 PtCO.

Untuk menguji efektifitas dari

alat pengolahan lengkap dalam

menurunkan kadar besi (Fe) dan

warna pada air gambut menggunakan

rumus :

Efektifitas = (A - B) x 100 %

A

Keterangan :

A = intensitas kadar besi (Fe) /

intensitas warna sebelum

perlakuan

B = intensitas kadar besi (Fe) /

intensitas warna setelah

perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Pendahuluan Penelitian

Uji pendahuluan pemeriksaan sampel

air gambut dilakukan di

Unit Laboratorium Kesehatan

Prov. Kalbar dan diperoleh hasil

seperti pada tabel 1.

Pada tabel 1. dapat dilihat hasil

pemeriksaan karakteristik awal

air gambut parit Sungai Raya Dalam.

Berdasarkan hasil pemeriksaan

tersebut dapat dinyatakan bahwa

kadar besi (Fe) dan intensitas warna

untuk air gambut parit Sungai Raya

Dalam tidak memenuhi standar baku

mutu air bersih menurut Permenkes

RI Nomor: 416/MenKes/Per/IX/1990

sehingga penggunaan air gambut

tersebut untuk keperluan sehari –

hari tanpa pengolahan oleh

masyarakat sekitar akan berdampak

buruk bagi kesehatan.

Uji pendahuluan melalui Uji

Jar Test terhadap dosis bahan kimia

yang akan ditambahkan ke dalam

pengolahan air gambut menjadi air

bersih dilakukan juga di

Unit Laboratorium Kesehatan

Prov. Kalbar. Berdasarkan hasil Uji

Jar Test yang telah dilakukan,

didapatkan dosis optimum pada soda

ash dan tawas. Soda ash dengan

dosis0,2 mg dapat menetralkan pH

yang sebelumnya 5,4 menjadi 7,8.

Tawas dengan dosis 0,2 mg dapat

menghasilkan air yang jernih dalam

waktu pengendapan selama 60 menit.

Pasir silika, mangan zeolit dan

karbon aktif sebagai media di dalam

Page 9: UJI EFEKTIFITAS KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN LENGKAP …

9

filtrasi ganda dan membran

ultrafiltrasi untuk menurunkan kadar

besi (Fe) dan warna pada air gambut

yang sebelumnya tidak memenuhi

standar dan berbahaya bisa menjadi

air bersih yang layak pakai bagi

pemenuhan kebutuhan masyarakat

sehari – hari.

Proses Penelitian

Pengambilan sampel air gambut

dilakukan sebelum dan setelah

pengolahan pada saat air pasang dan

surut. Pengambilan sampel akan

dilakukan pada satu titik, dengan

pengulangan 16 kali sebelum

pengolahan dan 16 kali setelah

pengolahan.

Sampel air gambut sebelum

proses pengolahan merupakan

sampel air yang tidak diberikan

perlakuan apa pun yang diambil pada

saat air pasang dan surut. Sampel air

gambut setelah proses pengolahan

adalah sampel yang diambil pada

saat air pasang dan surut setelah

melewati proses instalasi pengolahan

lengkap yaitu melalui tahapan proses

netralisasi, koagulasi, sedimentasi,

filtrasi dan ultrafiltrasi.

Proses netralisasi bertujuan

untuk melakukan perubahan derajat

keasaman (pH) air gambut yang

bersifat asam menjadi netral. Proses

netralisasi dalam penelitian ini

dilakukan dengan cara penambahan

sodium carbonat (Na2CO3) atau di

kenal dengan nama “Soda Ash”.

Penambahan bahan kimia berupa

soda ash ini selain bertujuan untuk

menjadikan pH air gambut yang

bersifat asam menjadi netral juga

untuk membantu efektifitas proses

selanjutnya, yaitu agar proses

koagulasi – flokulasi dapat berjalan

baik dan efektif karena proses

koagulasi dapat berjalan efektif pada

pH 6.

Proses koagulasi dan flokulasi

adalah suatu proses pemisahan

partikel – partikel halus penyebab

kekeruhan dari dalam air. Proses

koagulasi sendiri adalah proses

pembubuhan dan pencampuran

bahan koagulan dengan air yang

diolah, sementara proses flokulasi

Page 10: UJI EFEKTIFITAS KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN LENGKAP …

10

yaitu dilakukan setelah proses

koagulasi. Bahan koagulan yang

yang digunakan pada penelitian ini

adalah Aluminium sulfat (Alum),

Al2(SO4)3.18 H2O atau lebih dikenal

dengan nama tawas.

Sampel air gambut yang telah

dicampur dengan larutan soda ash

(proses netralisasi) dan larutan tawas

(proses koagulasi) akan terjadi

pengadukan hidrolis. Setelah itu,

akan terjadi proses flokulasi dan

kemudian terjadi proses

pengendapan yang biasa disebut

dengan proses sedimentasi.

Tujuan proses sedimentasi

(pengendapan) ini adalah pemisahan

air dan suspensi dimana air menjadi

bentuk yang lebih jernih dan

suspensi menjadi larutan yang lebih

pekat. Dengan kata lain, air akan

berada dipermukaan atas terpisah

dari gangguan suspensi lainnya yang

membentuk endapan di dasar tangki,

sehingga pada akhirnya air yang

meninggalkan tangki/bak ini berada

dalam kondisi jernih.

Setelah proses pengendapan

dilakukan, air dari bak penampungan

awal disedot dengan pompa ke ke

dalam tabung filtrasi untuk kemudian

dilanjutkan dengan proses filtrasi.

Proses filtrasi bertujuan untuk

menyaring air hasil dari proses

koagulasi – flokulasi – sedimentasi

sehingga dihasilkan air bersih dengan

kualitas tinggi. Tabung filter yang

digunakan didalam penelitian ini

adalah tabung filter dengan media

yang digunakan yaitu pasir silika,

mangan zeolit dan karbon aktif.

Filter mangan zeolit berfungsi untuk

menyaring atau menghilangkan zat

besi (Fe) atau mangan (Mn) yang ada

dalam air serta menghilangkan

padatan tersuspensi. Filter karbon

aktif (arang) berfungsi untuk

menghilangkan kandungan zat

organik, bau, rasa serta polutan

mikro lainnya. Selain itu, filter

karbon aktif ini juga berfungsi untuk

menyaring partikel partikel kotoran

yang belum tersaring pada filter

mangan zeolit. Dari filter karbon

aktif, air dialirkan ke membran

ultrafiltrasi untuk menghasilkan air

bersih yang layak pakai.

Proses membran ultrafiltrasi

(UF) merupakan upaya pemisahan

dengan membran untuk proses

mendapatkan air bersih. Sifat

membran yang sangat selektif telah

terbukti mampu rnemisahkan

berbagai kontaminan dari dalam air

Page 11: UJI EFEKTIFITAS KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN LENGKAP …

11

sehingga diperoleh air yang bersih,

baik secara fisik, kimia maupun

biologi dan bahkan aman untuk

dikonsumsi sesuai dengan standar

kualitas air menurut Peraturan

Menteri Kesehatan RI Nomor:

416/Menkes/Per/IX/1990 tentang

syarat – syarat dan pengawasan

kualitas air bersih.

Pengukuran Kadar Besi (Fe)

Pengukuran Fe (kadar besi)

dilakukan dengan menggunaan

proses instalasi pengolahan air

gambut lengkap dengan pengulangan

sebanyak 16 kali dan selisih waktu

pengambilan 15 Menit., dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Berdasarkan pada tabel 2 diketahui

rata – rata hasil pengukuran besi

yaitu 0,13 mg/l dengan efektifitas

97,7% pada saat air surut dan 0,23

m/l dengan efektifitas 96,3% pada

saat air pasang.

Pada Gambar 3 dapat dilihat

penurunan kadar besi (Fe) pada saat

air pasang dan surut melalui proses

pengolahan dengan menggunakan

instalasi pengolahan lengkap air

gambut sangat besar. Tingkat kadar

besi (Fe) awal sebelum pengolahan

pada saat surut rata – rata adalah

5,61 mg/l dan pada saat pasang rata –

rata adalah 6,29 mg/l, setelah

dilakukan pengolahan menjadi

0,13 mg/l dengan efektifitasnya

97,7% pada saat air surut dan

Page 12: UJI EFEKTIFITAS KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN LENGKAP …

12

0,23 mg/l pada saat air pasang

dengan efektifitas 96,3% setelah

dilakukan 16 (enam belas) kali

pengulangan. Berdasarkan hasil

pengukuran tersebut maka dapat

dinyatakan bahwa kadar besi (Fe)

dari proses instalasi pengolahan

lengkap air gambut ini telah

memenuhi standar baku mutu air

untuk air bersih menurut Permenkes

RI Nomor: 416/Menkes/Per/IX/1990.

Pengukuran Intensitas Warna

Pengukuran intensitas warna

dilakukan dengan menggunaan

proses instalasi pengolahan air

gambut lengkap dengan pengulangan

sebanyak 16 kali dan selisih waktu

pengambilan 15 Menit, dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Berdasarkan Tabel 3. diketahui

rata – rata hasil pengukuran warna

yaitu 21,13 PtCo dengan efektifitas

98,28% saat air surut dan 22,25 PtCo

dengan efektifitas 98,35% pada saat

air pasang.

Pada Gambar 4. dapat dilihat

penurunan intensitas warna pada saat

air surut dan pasang melalui proses

pengolahan dengan menggunakan

instalasi pengolahan lengkap air

gambut sangat besar. Intensitas

warna sebelum pengolahan pada

keadaan surut adalah rata – rata

1225,88 PtCO dan pada saat pasang

adalah rata – rata 1351,38 PtCO,

setelah dilakukan pengolahan

menjadi rata – rata 21,13 PtCO

dengan efektifitasnya 98,28% pada

saat surut dan 22,25 PtCO saat

Page 13: UJI EFEKTIFITAS KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN LENGKAP …

13

pasang dengan efektifitas 98,35%

setelah dilakukan 16 kali

pengulangan. Berdasarkan hasil ini

menunjukkan bahwa intensitas warna

dari proses instalasi pengolahan

lengkap air gambut ini telah

memenuhi standar mutu air untuk air

bersih yaitu tidak melebihi 50 PtCO

menurut standar mutu warna

Permenkes RI. Nomor:

416/Menkes/Per/IX/1990.

Pembahasan

1. Penurunan Kadar Besi (Fe)

Besi (Fe) merupakan unsur

kimia yang dapat mempengaruhi

kualitas air. Kadar besi (Fe) yang

terlalu tinggi di dalam air dapat

menyebabkan air berwarna dan

berbau. Sekalipun besi (Fe)

diperlukan oleh tubuh, tetapi dalam

dosis besar dapat merusak dinding

usus dan menyebabkan kematian.

Upaya penurunan kadar besi (Fe)

pada air gambut parit Sungai Raya

Dalam adalah dengan proses instalasi

pengolahan lengkap air gambut yang

terdiri dari penambahan bahan kimia,

proses filtrasi dengan tiga media,

salah satunya media mangan zeolit

yaitu mineral yang dapat menukar

elektron sehingga dapat

mengoksidasi besi dan proses

membran ultrafiltrasi (UF).

Hasil pengukuran laboratorium

menunjukkan bahwa hasil kadar besi

(Fe) yang terkandung di dalam air

gambut parit Sungai Raya Dalam

pada saat sebelum diberikan

perlakuan adalah rata – rata

5,61 mg/l pada saat air surut dan rata

– rata 6,29 mg/l pada saat air pasang.

Kadar besi (Fe) lebih tinggi pada saat

air pasang daripada air surut

disebabkan karena pada keadaan

pasang, seluruh air mengalir dan

menjadi satu pada badan air sehingga

air buangan limbah rumah tangga

dan industri di sekitar parit yang

memungkinkan mengandung

pencemar logam menjadi satu

dengan air baku yang ada di parit

Sungai Raya Dalam.

Setelah dilakukan pengolahan

air menggunakan proses instalasi

pengolahan air gambut, kadar besi

(Fe) pada air gambut parit Sungai

Raya Dalam tersebut mengalami

penurunan yang signifikan, dengan

hasil rata – rata 0,13 mg/l pada saat

air surut dan 0,23 mg/l pada saat air

pasang, dengan nilai rata – rata

efektifitas 97,7% saat air surut dan

96,3 % saat air pasang. Berdasarkan

Page 14: UJI EFEKTIFITAS KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN LENGKAP …

14

hasil uji ini, terlihat bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan pada

penurunan kadar besi (Fe) antara air

saat surut dan air saat pasang setelah

pengolahan dengan instalasi

pengolahan lengkap air gambut.

Baku mutu air bersih untuk

kadar besi (Fe) berdasarkan

Permenkes RI. Nomor:

416/Menkes/Per/IX/1990, kadar besi

(Fe) maksimum adalah 1,0 mg/l.

Dari hasil penelitian yang telah

dilakukan menunjukkan bahwa air

parit Sungai Raya Dalam dari segi

kadar besi (Fe) sudah dapat

dikatakan layak sebagai air bersih

karena sudah di bawah standar

maksimum yang diperbolehkan dan

tercantum di dalam Permenkes RI

No. 416/Menkes/Per/IX/1990.

2. Pengukuran Intensitas Warna

Air gambut parit Sungai Raya

Dalam berwarna coklat kemerahan,

sehingga perlu di lakukan

pengolahan. Warna coklat

kemerahan pada air gambut

merupakan akibat dari tingginya

kandungan zat organik (bahan

humus) terlarut terutama dalam

bentuk asam dan turunannya. Asam

humus tersebut berasal dari

dekomposisi bahan organik seperti

daun, pohon, atau kayu (Kusnaedi,

2006). Pengolahan yang dilakukan

pada air gambut di parit Sungai Raya

Dalam adalah dengan proses instalasi

pengolahan air gambut yang terdiri

dari penambahan bahan kimia,

proses sedimentasi, proses filtrasi

dan membran ultrafiltrasi (UF).

Pengukuran warna pada air

gambut parit Sungai Raya Dalam

dilakukan dengan 16 kali

pengulangan, dari hasil pengukuran

diperoleh hasil kontrol sebelum

pengolahan adalah rata – rata

1351,38 PtCO pada saat air pasang

dan rata – rata 1225,88 PtCO saat air

surut. Setelah pengolahan dengan

proses instalasi pengolahan lengkap

air gambut, diperoleh rata – rata

warna adalah 22,25 PtCO pada saat

air pasang dengan rata – rata

efektifitas 98,35% dan rata – rata

warna 21,13 PtCO saat air surut

dengan rata – rata efektifitas 98,28%.

Berdasarkan hasil uji efektifitas

penurunan intensitas warna saat air

pasang dan surut menunjukkan

bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan pada penurunan intensitas

warna antara saat air pasang dan

surut setelah pengolahan dengan

instalasi pengolahan lengkap air

Page 15: UJI EFEKTIFITAS KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN LENGKAP …

15

gambut. Penurunan warna pada saat

air pasang lebih baik daripada saat

surut disebabkan karena debit air saat

air pasang lebih besar daripada saat

air surut.

Standar baku mutu air bersih

untuk warna berdasarkan Permenkes

RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990,

warna maksimum diperbolehkan

adalah 50 PtCO. Dari hasil penelitian

yang telah dilakukan menunjukkan

bahwa air gambut parit Sungai Raya

Dalam dari segi warna yang

sebelumnya mencapai rata – rata

1338,38 PtCO pada saat air pasang

dan 1202,31 PtCO saat air surut bisa

diturunkan menjadi hanya sekitar dua

puluhan ptCO saja dengan metode

instalasi pengolahan lengkap air

gambut. Intensitas warna yang

dihasilkan dari proses ini

menunjukkan bahwa air olahan

berupa air gambut dari parit Sungai

Raya Dalam sudah layak digunakan

sebagai air bersih karena sudah di

bawah standar maksimum yang

diperbolehkan dan tercantum di

dalam Permenkes RI

Nomor: 416/Menkes/Per/IX/1990

tentang syarat – syarat kualitas air.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kadar besi (Fe) air gambut di

Parit Sungai Raya Dalam sebelum

proses pengolahan pada saat air

pasang dengan rata – rata sebesar

6,29 mg/l dan saat surut dengan

rata – rata 5,60 mg/l. Setelah

proses pengolahan saat air pasang

dengan rata – rata sebesar 0,23

mg/l dan saat surut dengan rata –

rata 0,13 mg/l.

2. Intensitas warna air gambut di

Parit Sungai Raya Dalam sebelum

proses pengolahan pada saat air

pasang dengan rata – rata sebesar

1338,38 ptCo dan saat surut

dengan rata - rata 1202,31 ptCo.

Setelah proses pengolahan saat air

pasang dengan rata – rata sebesar

22,25 ptCo dan saat surut dengan

rata – rata 21,13 ptCo.

3. Efektifitas kinerja instalasi

pengolahan lengkap air gambut

dalam penurunan kadar besi (Fe)

setelah pengolahan adalah rata –

rata 96,1% pada saat air pasang

dan 97,6% pada saat surut.

Efektifitas kinerja instalasi

pengolahan lengkap air gambut

dalam penurunan intensitas warna

setelah pengolahan adalah rata –

Page 16: UJI EFEKTIFITAS KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN LENGKAP …

16

rata 98,2% pada saat air pasang

dan 98,1% saat surut.

4. Ada perbedaan penurunan kadar

besi (Fe) dan warna sebelum dan

setelah menggunakan pengolahan

lengkap pada air gambut pada saat

pasang dan surut, dengan nilai

penurunan kadar besi (Fe) 0,23

mg/l pada saat pasang dan surut

0,13 mg/l. Warna pada saat air

pasang 22,25 ptCo dan surut

21,13 ptCo.

Saran

1. Bagi peneliti selanjutnya,

sebaiknya dilakukan pengukuran

pada setiap tahapan –

tahapan olahan, yaitu dari setelah

proses netralisasi, koagulasi

flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan

setelah proses ultrafiltrasi, dengan

maksud untuk mengetahui

seberapa besar penurunan –

penurunan kadar parameter yang

akan diuji pada setiap tahapan –

tahapannya sampai diperoleh air

bersih yang layak pakai.

2. Bagi masyarakat, apabila ingin

menggunakan air gambut untuk

kebutuhan sehari – hari sebaiknya

dilakukan pengolahan secara

sederhana dengan penambahan

bahan penjernih seperti PAC dan

tawas terlebih dahulu untuk

menjadi air bersih yang layak

pakai sehingga terhindar dari

berbagai penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, 2011., Teknologi

Pengolahan Air Minum, Gosyen

Publishing, Yogyakarta.

Kusnaedi, 2006, Mengolah Air

Gambut Dan Air Kotor Untuk

Air Minum, Penebar Swadaya,

Jakarta.

Rahman, Abdur dan Hartono, Budi,

2004. Penyaringan Air Tanah

Dengan Zeolit Alami Untuk

Menurunkan Kadar Besi Dan

Mangan, Departemen Kesehatan

Lingkungan, Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas

Indonesia.

Sutrisno, 1991, Teori dan praktek

irigasi, PAU Ilmu Teknik,

UGM, Yogyakarta.

Suprihanto, 1994, Pengolahan Air

Gambut, LPPM ITB Dan

DirektoratPenyehatan Air,

Ditjen PPM &PLP.Depkes RI.,

Jakarta.

Said, N.I, 2008, Teknologi

Pengolahan Air Minum (Teori

dan Pengalaman Praktis),

Page 17: UJI EFEKTIFITAS KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN LENGKAP …

17

Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi (BPPT).

Jakarta.