Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
UJI KETAHANAN PASTA Nannochloropsis sp. ISOLAT LAMPUNG
MANGROVE CENTER (LMC) PADA KULTUR SKALA INTERMEDIET
(Skripsi)
Oleh
Siti Nurjannah
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
ABSTRAK
UJI KETAHANAN PASTA Nannochloropsis sp. ISOLAT LAMPUNGMANGROVE CENTER (LMC) PADA KULTUR SKALA INTERMEDIET
Oleh
Siti Nurjannah
Nannochloropsis sp. telah digunakan sebagai pakan alami karena memiliki nutrisitinggi yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan larva. Namun,ketersediaan Nannochloropsis sp. secara kontinyu dan dalam jumlah yang kurangmencukupi sering menjadi masalah dalam pembudidayaan karena sulit untukdilakukan kultur secara massal. Penelitian ini bertujuan untuk membuat pastaNannochloropsis sp. dan uji kualitas pasta berdasarkan ketahanan hidup selNannochloropsis sp. isolat Lampung Mangrove Center pada kultur skalaintermediet dengan menggunakan kombinasi pupuk dan dosis NaOH berbeda.Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF) ) dengan2 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan pertama yaitu pemberian kombinasi pupukpertanian (P) Urea 40 ppm, ZA 20 ppm, TSP 5 ppm dan pupuk Conwy Teknis (C)sebagai kontrol. Perlakuan kedua yaitu pemberian dosis NaOH: 100 ppm, 125ppm, 150 ppm, dan 175 ppm. Data di analisis menggunakan uji Analisis of Varian(ANOVA), apabila diperoleh perbedaan nyata dilanjutkan dengan uji Beda NyataTerkecil (BNT) pada taraf (α = 0,05). Hasil penelitian menunjukan bahwa pupukconwy teknis dan dosis NaOH 175 ppm merupakan media pupuk dan dosis yangpaling efektif untuk menghasilkan berat pasta, pasta Nannochloropsis sp. LMCmemiliki tingkat ketahanan hidup tertinggi pada pemberian pupuk Conwy Teknisdan dosis NaOH 100 ppm dengan kepadatan populasi sebesar 18,066 x 104
sel/mL.
Kata kunci : Nannochloropsis sp., ketahanan hidup, kombinasi pupuk dan dosis NaOH.
UJI KETAHANAN PASTA Nannochloropsis sp. ISOLAT LAMPUNG
MANGROVE CENTER (LMC) PADA KULTUR SKALA INTERMEDIET
Oleh
Siti Nurjannah
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelarSARJANA SAINS
PadaJurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 10 April 1997 di Tiuh Balak 1,
Kecamatan Baradatu, Kabupataen Way Kanan, Provinsi
Lampung. Penulis merupakan anak ketujuh dari sepuluh
bersaudara oleh pasangan Bapak M. Slamet Hariri (Alm) dan
Ibu Isroriya.
Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Mathlaul Anwar
Tiuh Balak 1 Way Kanan pada tanggal 20 Juni tahun 2009, Sekolah Menengah
Pertama (SMP) diselesaikan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) GUPPI Banjit Way
Kanan pada tanggal 2 Juni tahun 2012 dan Sekolah Menengah Atas (SMA)
diselesaikan di Madrasah Aliyah (MA) GUPPI Banjit Way Kanan pada tanggal 15
Mei tahun 2015. Penulis melanjutkan pendidikan Strata 1 di Perguruan Tinggi
Negeri (PTN) Universitas Lampung pada tahun 2015. Penulis terdaftar sebagai
mahasiswa jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung melalui jalur PMPAP
(Penerimaan Mahasiswa Perluasan Akses Pendidikan).
Selama menjadi mahasiswi, penulis aktif di Lembaga Kemahasiswaan yang
berada di Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lampung, yakni HIMBIO (Himpunan Mahasiswa Biologi) sebagai
anggota bidang Komunilkasi dan Informasi (KOMINFO) periode 2016-2017.
vi
Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Karsinologi dan
Planktonologi di Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Lampung.
Dalam masa perkuliahan, pada tahun 2016 penulis melaksanakan Karya Wisata
Ilimiah (KWI) selama 7 hari di Desa Batutegi, Air Naningan, Tanggamus
Lampung. Kemudian penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada
periode I tahun 2018 selama 30 hari di Laboratorium Patologi Balai Veteriner
Lampung yang beralamat di Jalan Untung Suropati No. 2 Kelurahan Labuhan
Ratu, Kecamatan Kedaton, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung dengan
judul “Pengembangan Imunohistokimia untuk Deteksi Escherichia colli pada
Kasus Enteritis Pedet di Laboratorium Patologi Balai Veteriner Lampung”.
Ilmu yang didapatkan oleh penulis selama Praktik Kerja Lapangan (PKL) menjadi
bekal dan ilmu pengetahuan saat menjadi mahasiswi di jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Kemudian
penulis melaksanakan penelitian di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut
Lampung (BBPBL), menyelesaikan tugas akhirnya dalam bentuk skripsi pada
tanggal 18 Februari 2019 dengan judul “Uji Ketahanan Pasta Nannochloropsis sp.
Isolat Lampung Mangrove Center (LMC) pada Kultur Skala Intermediet”.
MOTTO
“Beautiful people are not always good, but good people are always beautiful”
(Ali Bin Abi Tholib)
“Cahaya pagi adalah pesan dari Allah SWT.
Allah ingin memberitahumu bahwa hari ini kamu masih memiliki kesempatan
untuk terus beramal baik”
“Angin tidak berhembus untuk menggoyahkan pepohonan, melainkan menguji
kekuatan akarnya, begitupun Allah SWT memberi ujian bukan untuk melemahkan
Hambanya, melainkan menguji seberapa besar kesabarannya”
“Always be posistive terhadap rencana Allah SWT”
“Sabarlah agar hatimu tenang, istighfarlah agar kecewamu hilang.
Dan terus Berdo’alah agar bahagiamu segera datang”
Penuh rasa syukur kepada Allah SWT.Saya persembahkan karya ini untuk orang-orang
yang saya cintai dan sayangi
Kedua orangtua sayaPapa (M. Slamet Hariri Alm.) dan Mama (Isroriya)
yang selama ini menjadi semangat dalam perjuanganTerimakasih atas do’a, cinta kasih dan perhatian yang telah
diberikan
Kedua orangtua kedua sayaAbi (Drs. H. M. Yusuf Yasin) dan Ibu (Alfi Ma’rifah S.I.P)
Terimakasih atas do’a, cinta kasih, motivasi dan dukunganmoral dan material yang telah diberikan
Seluruh KeluargaTerimakasih atas do’a dan segala dukungan
Bapak-Ibu Dosen dan Bapak-Ibu GuruTerimakasih atas Ilmu pengetahuan yang telah diberikan
Sahabat TercintaSenantiasa memberi semangat, selalu memberi cinta kasih
dan perhatian, mendukung dalam segala hal dan menemanihingga saat ini
DanAlmamater saya Universitas Lampung
Terimakasih
ix
SANWACANA
Alhamdulillahirobbilalamiin,
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya maka skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul “Uji Ketahanan Pasta Nannochloropsis sp. Isolat Lampung
Mangrove Center (LMC) pada Kultur Skala Intermediet” adalah salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Sains di Universitas Lampung.
Dengan terselesaikannya skripsi ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Sutopo Hadi, S.Si., M.Sc., selaku Dekan FMIPA Universitas
Lampung;
2. Bapak Drs. M. Kanedi, M.Si., selaku Ketua Jurusan Biologi Universitas
Lampung;
3. Bapak Drs. Tugiyono, M.Si., Ph.D., selaku Pembimbing Utama atas doa,
bimbingan, bantuan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi;
4. Ibu Emy Rusyani, S.Pi., M.Si., selaku Pembimbing Kedua atas doa,
bimbingan, bantuan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi;
x
5. Bapak Dr. G. Nugroho Susanto, M.Sc., Selaku Penguji Utama pada ujian
skripsi. Terimakasih atas masukan, saran dan kritik pada seminar Proposal
terdahulu;
6. Bapak Ir. Mimid Abdul Hamid, M.Sc., selaku Kepala Balai Perikanan
Budidaya Laut (BBPBL) Lampung atas izin yang diberikan untuk
melaksanakan penelitian;
7. Seluruh Staf administrasi FMIPA Universitas Lampung;
8. Seluruh Staf Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lmapung;
9. Papa (M. Slamet Hariri Alm) dan Mama (Isroriya), Abi (Drs. H. M. Yusuf
Yasin) dan Ibu (Alfi Ma’rifah S.I.P) Terkasih sayang, atas segala doa yang
tulus kesabaran, keikhlasan, tanggung jawab, motivasi dan dukungan yang tak
pernah surut dalam mendidik Ananda;
10. Untuk kakak-kakak dan Adik ku tersayang atas doa dan dukungan, semangat
serta kasih sayang dan pengertian yang telah diberikan sampai saat ini;
11. Sahabat saya Ika Widyawati, Rohmawati, Wuri Artika Sari, Vina Novita Sari
Desty Islami dan Puspa Sari Dewi atas doa, dukungan dan kebersamaan;
12. Seluruh rekan-rekan Biologi’15 FMIPA Universitas Lampung;
13. Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi.
Semoga kebaikan mereka menjadi amalan yang tak terbatas dan diberkahi
oleh Allah SWT.
xi
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam
penyusunan skripsi ini dan jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan
semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, Februari 2019Penulis
Siti Nurjannah
xii
DAFTAR ISI
HalamanABSTRAK ...................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iv
RIWAYAT HIDUP........................................................................................ v
PERSEMBAHAN .......................................................................................... vii
MOTTO .......................................................................................................... viii
SANWACANA ............................................................................................... ix
DAFTAR ISI................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xvi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Tujuan Penelitian...............................................................................3
C. Manfaat Penelitian.............................................................................3
D. Kerangka Pemikiran ..........................................................................3
E. Hipotesis ...............................................................................................5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi dan morfologi Nannochloropsis sp. ................................6
xiii
B. Manfaat Nannochloropsis sp. .............................................................8
C. Reproduksi Nannochloropsis sp.........................................................8
D. Pertumbuhan dan perkembangan Nannochloropsis sp...................9
E. Faktor Pembatas Nannochloropsis sp. ............................................11
F. Kultur Nannochloropsis sp. ..............................................................13
G. Pembuatan gel (pasta) Nannochloropsis sp. ...................................14
III. METODE KERJA
A. Waktu dan Tempat..........................................................................16
B. Alat dan Bahan.................................................................................16
C. Metode Penelitian ............................................................................18
D. Pelaksanaan Penelitian....................................................................19
1. Penelitian Pembuatan Pasta .......................................................19
2. Penelitian Uji Kualiatas Pasta ....................................................26
E. Parameter Penelitian .......................................................................28
1. Pengamatan Pertumbuhan ........................................................28
2. Pengamatan Kualiatas Air .........................................................29
F. Analisis Data.....................................................................................32
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Berat Pasta Nannochloropsis sp.......................................................33
B. Uji Kualitas Pasta .............................................................................36
B.1. Kepadatan Populasi Nannochloropsis sp. ..............................36
B.2. Kepadatan Populasi Maksimum Nannochloropsis sp...........38
B.3. Laju Pertumbuhan Spesifik Nannochloropsis sp. .................41
B.4. Waktu Generasi Nannochloropsis sp......................................42
C. Kualitas Air . .....................................................................................44
V. SIMPULAN DAN SARAN .....................................................................50A. Berat Pasta Nannochloropsis sp.......................................................50
B. Uji Kualitas Pasta .............................................................................50
DAFTAR PUSTAKA. ..................................................................................51
LAMPIRAN ..................................................................................................55
xiv
DAFTAR TABEL
HalamanTabel 1. Alat-Alat Yang Digunakan Dalam Penelitian ................................... 16
Tabel 2. Alat-Alat Yang Digunakan Untuk Mengukur Kualitas Air............... 17
Tabel 3. Bahan-Bahan Yang Digunakan Dalam Penelitian............................. 18
Tabel 4. Komposisi Bahan Pembuatan Pupuk Conwy Teknis ........................ 21
Tabel 5. Komposisi Trace Metal Solution dan Vitamin B12........................... 22
Tabel 6. Komposisi Larutan Pupuk Pertanian ................................................. 23
Tabel 7. Nilai Rerata Kepadatan Nannochloropsis sp. Saat Mencapai
Kepadatan Maksimum pada Setiap Perlakuan................................................. 39
Tabel 8. Rerata Laju Pertumbuhan Spesifik Nannochloropsis sp. pada Setiap
Perlakuan.......................................................................................................... 41
Tabel 9. Rerata Waktu Generasi Nannochloropsis sp. pada Setiap Perlakuan 43
Tabel 10. Data Kualitas Air Selama Penelitian pada Setiap Perlakuan ........... 45
xv
DAFTAR GAMBAR
HalamanGambar 1. Bentuk Nannochloropsis sp. .......................................................... 7
Gambar 2. Morfologi Sel Nannochloropsis sp. ............................................... 7
Gambar 3. Fase Pertumbuhan Mikroalga. ....................................................... 11
Gambar 4. Tata Letak Akuarium Penelitian Pembuatan Pasta ....................... 19
Gambar 5. Tata Letak Akuarium Penelitian Uji Kualitas Pasta ..................... 27
Gambar 6. Diagram Batang Berat Pasta Nannochloropsis sp. Setiap
Perlakuan.......................................................................................................... 33
Gambar 7. Grafik Rerata Kepadatan Populasi Nannochloropsis sp. Setiap
Perlakuan.......................................................................................................... 36
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
HalamanLampiran 1. Data Berat Pasta Nannochloropsis sp. Setiap Perlakuan ............ 55
Lampiran 2. Data Kepadatan Populasi Nannochloropsis sp. Selama
Penelitian.......................................................................................................... 56
Lampiran 3. Hasil Analisis Varian Satu Arah dan Uji Lanjut BNT Kepadatan
Populasi Maksimum Nannochloropsis sp. Selama Penelitian......................... 57
Lampiran 4. Hasil Analisis Varian Satu Arah dan Uji Lanjut BNT Laju
Pertumbuhan Nannochloropsis sp. Selama Penelitian..................................... 60
Lampiran 5. Hasil Analisis Varian Satu Arah dan Uji Lanjut BNT Waktu
Generasi Nannochloropsis sp. Selama Penelitian............................................ 63
Lampiran 6. Dokumentasi Persiapan Alat dan Media Kultur yang Digunakan
dalam Penelitian............................................................................................... 66
Lampiran 7. Dokumentasi Perlakuan dan Pengamatan dalam Penelitian........ 68
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan SK Bupati Lampung Timur No.660/305/04/SK/2005/1546/J.
26/KL/2005 pada 10 Mei 2005 Lampung Mangrove Center (LMC)
merupakan salah satu ekosistem mangrove yang terdapat di Provinsi
Lampung, terletak di Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai
Kabupaten Lampung Timur dengan luas lahan sekitar 700 Ha (Monografi
Desa Margasari, 2005). Lampung Mangrove Center sebagai suatu
ekosistem menjadi salah satu sumber penyedia pakan bagi makhluk hidup
seperti larva ikan dan udang yang terdiri dari berbagai jenis fitoplankton
maupun zooplankton.
Saat ini, plankton sebagai sumber pakan alami sangat dibutuhkan dalam
budidaya, terutama dalam kegiatan pembenihan. Namun, kebutuhan
pakan sering menjadi masalah karena ketersediaan pakan yang kurang
mencukupi. Terdapat dua jenis plankton yang digunakan sebagai pakan
alami yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton merupakan
organisme produsen yang sering disebut mikroalga (Priyadi, 1991).
Terdapat tiga jenis fitoplankton yang yang paling banyak ditemukan di
perairan Lampung Mangrove Center sebagai pakan ikan yaitu
2
Nannochloropsis sp. Tetraselmis sp. dan Nitzchia sp. (Tugiyono dkk.,
2013).
Nannochloropsis sp. telah digunakan sebagai pakan alami karena memiliki
nutrisi tinggi yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan larva ikan
dan udang, selain itu mikroalga ini mudah tumbuh dalam berbagai kondisi
lingkungan (Martosudarmo dan Wulani, 1990). Ketersediaan
Nannochloropsis sp. secara kontinyu dan dalam jumlah yang kurang
mencukupi sering menjadi masalah dalam pembudidayaan yaitu sulit
untuk dilakukan kultur secara massal (Muliono, 2004).
Usaha penyedia stok pakan alami dapat dilakukan dengan pembuatan
pasta Nannochloropsis sp., pembuatan pasta dilakukan dengan cara
mengendapkan Nannochloropsis sp. dengan menambahkan NaOH dalam
media kultur, sehingga nilai pH dalam air dapat meningkat (Kokarkin dan
Kusnendar, 1999). Untuk itu dilakukan penelitian ini tentang pembuatan
pasta menggunakan kombinasi pupuk dan dosis NaOH berbeda yang
bertujuan untuk mengetahui ketahanan hidup Nannochloropsis sp. LMC.
3
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Membuat pasta Nannochloropsis sp. isolat Lampung Mangrove Center
pada kultur skala intermediet dengan dosis NaOH yang berbeda.
2. Mengetahui perbedaan ketahanan hidup sel Nannochloropsis sp. isolat
Lampung Mangrove Center dengan dosis NaOH yang berbeda.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
pembuatan pasta Nannochloropsis sp. LMC pada kultur skala intermediet
serta dapat memberikan informasi mengenai perbedaan ketahanan hidup
sel Nannochloropsis sp. LMC pada kultur skala intermediet dengan
penggunaan kombinasi pupuk dan dosis NaOH berbeda.
D. Kerangka Pemikiran
Sebagai suatu ekosistem mangrove, Lampung Mangrove Center
menyediakan banyak berbagai makhluk hidup yang dapat digunakan
sebagai pakan alami bagi budidaya larva ikan dan udang. Untuk budidaya
ini dibutuhkan pakan alami yang mudah untuk dikembangkan. Salah satu
fitoplankton yang mudah untuk dikembangkan yaitu Nannochloropsis sp.
fitoplankton ini mudah dikultur secara massal maupun semi massal
(intermediet) karena mudah tumbuh dalam berbagai kondisi lingkungan
dan memiliki nutrisi yang baik untuk pertumbuhan larva. Namun, dalam
4
kultur massal sering menjadi masalah yang disebabkan oleh adanya faktor
perubahan lingkungan dan kurangnya sinar matahari saat musim hujan.
Sehingga dilakukan penelitian ini mengenani pembuatan pasta
Nannochloriopsis sp. sebagai sumber penyedia stok pakan alami yang
dilakukan dengan kultur secara semi massal (intermediet).
Pembuatan pasta Nannochloropsis sp. merupakan cara praktis yang
dilakukan untuk memenuhi ketersediaan pakan alami larva-larva ikan
maupun udang sehingga dengan peningkatan jumlah populasi pakan alami
dapat meningkatkan populasi saat budidaya. pembuatan pasta ini
dilakukan dengan penambahan dosis NaOH pada medianya untuk
meningkatkan pertumbuhan sel Nannochloropsis sp.
Pemberian dosis pupuk dan dosis NaOH yang tepat dapat meningkatkan
pertumbuhan dan ketahanan hidup Nannochloropsis sp. berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan pemberian NaOH dengan dosis 125 ppm
merupakan dosis yang paling baik untuk meningkatkan pertumbuhan
Nannochloropsis sp. dan pemberian pupuk pertanian dapat memenuhi
kebutuhan mikronutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan sel
Nannochloropsis sp. oleh sebab itu pada penelitian ini akan diuji
penggunaan kombinasi pupuk serta dosis NaOH yang tepat untuk
meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan hidup Nannochloropsis sp.
5
E. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah penggunaan
kombinasi pupuk pertanian dan dosis NaOH 125 ppm akan menghasilkan
pasta terbanyak dan meningkatkan ketahanan pasta Nannochloropsis sp.
isolat Lampung Mangrove Center.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi dan Morfologi Nannochloropsis sp.
Adehoog dan Simon (2001) menggolongkan sel Nannochloropsis sp. kedalam
klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Protista
Divisi : Chromophyta
Kelas : Eustignatophyceae
Ordo : Eustigmatales
Famili : Monodopsidaceae
Genus : Nannochloropsis
Spesies : Nannochloropsis sp.
Nannochloropsis sp. merupakan mikroalga uniseluler berukuran 2-4 mikron,
berwarna kehijauan, selnya berbentuk bola, memiliki dua flagella
(Heterokontous) dengan salah satu flagelnya berambut tipis. Nannochloropsis
sp. memiliki kloroplas dan nukleus yang dilapisi membran. Kloroplas
memiliki stigma (bintik mata) yang bersifat sensitif terhadap cahaya
sehingga dapat berfotosintesis karena memiliki kloroplas. Ciri khas dari
mikroalga ini adalah dinding selnya yang tersusun dari komponen selulosa
7
(Sleigh dan Williams, 1991). Bentuk Nannochloropsis sp. dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1. Bentuk Nannochloropsis sp. (CSIRO, 2009).
Menurut Belasco (1996) karakteristik yang dimiliki ganggang hijau
Nannochloropsis sp. adalah dinding sel yang terbuat dari selulosa, sel
berbentuk seperti bola, memiliki kloroplas seperti mangkuk dan
perkembangbiakan vegetatif dilakukan dengan cara membelah diri. Berikut
morfologi sel Nannochloropsis sp. dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Morfologi Sel Nannochloropsis sp. (Wagoner dan Speer, 1999).
8
B. Manfaat Nannochloropsis sp.
Nannochloropsis sp. atau yang lazim dikenal Chlorella laut biasa digunakan
sebagai pakan Rotifera, karena kandungan vitamin B12 yang dimiliki oleh
Nannochloropsis sp merupakan unsur penting untuk meningkatkan populasi
Rotifer dan nutrisinya sebagai pakan larva dan juvenil ikan laut (Fulks dan
Main, 1991). Menurut Bentley et al. (2008) kandungan gizi yang dimiliki oleh
Nannochloropsis sp cukup tinggi yaitu protein sebesar 52,11%, karbohidrat
16,00%, dan lemak sebesar 27,64% yang terdiri dari Eicosapentaenoic acid
(EPA) 31,42% dan Arachidonic acid (ARA/AA) 3,94%. Rezaa (2011) juga
menyatakan bahwa Nannochloropsis sp. memiliki kandungan vitamin C
sebesar 0,85% dan klorofil A 0,89% yang baik digunakan sebagai pakan
Rotifer dan Artemia ( Anon, et al., 2009).
C. Reproduksi Nannochloropsis sp.
Nannochloropsis sp. bereproduksi secara aseksual dan seksual. Pembelahan
secara aseksual dilakukan dengan cara membelah diri membentuk autospora.
Autospora adalah spora non flagella yang bentuknya menyerupai sel
induknya, tetapi mempunyai ukuran tubuh lebih kecil. Setiap sel yang sudah
masak akan membelah diri dan menghasilkan dua atau empat autospora.
Autospora yang dihasilkan kemudian dibebaskan dari sel induk dengan
penghancuran dinding sel dewasa dan berkembang hingga mencapai ukuran
sel induknya (Gualtieri dan Barsanti, 2006). Sedangkan pembelahan secara
seksual dapat dilakukan antara lain melalui isogami, anisogami maupun
oogami. Isogami adalah bentuk dari reproduksi seksual yang melibatkan
9
gamet dengan morfologi (bentuk dan ukuran) yang sama, anisogami atau
sering disebut heterogami adalah bentuk reproduksi seksual yang melibatkan
gamet dengan morfologi (bentuk dan ukuran) yang berbeda, dan oogami
adalah bentuk heterogami yang lebih maju, satu gamet kecil dan motil
(sperma) dan yang satunya motil besar dan non motil (telur) (Kawaroe, 2010).
D. Pertumbuhan dan Perkembangan sel Nannochloropsis sp.
Nannochloropsis sp. adalah organisme yang mampu hidup di berbagai kondisi
lingkungan (kosmopolit), dapat tumbuh pada salinitas 0 -35%, pada salinitas
20-25% merupakan salinitas optimum pertumbuhannya. Pada suhu 40oC
mikroalga ini masih dapat bertahan hidup tetapi tidak tumbuh normal.
Mikroalga ini dapat tumbuh optimal pada suhu kisaran 25-30 oC (Sachlan,
1982). Menurut Hirata (1980) pada kisaran pH 8-9,5 dan intensitas cahaya
1000-10.000 lux mikroalga ini dapat tumbuh dengan baik.
Dwijoseputra (1994) menyatakan bahwa yang dimaksud pertumbuhan adalah
bertambahnya substansi atau protoplasma berupa perbanyakan sel,
pembesaran sel, dan penggabungan berbagai materi dari sekitar sel. Dalam
mikroalga Nannochloropsis sp. pertumbuhan diartikan sebagai pertambahan
jumlah sel dan bertambah besarnya ukuran sel. Menurut Becker (1994)
pertumbuhan fitoplankton dibagi menjadi lima fase pertumbuhan sebagai
berikut:
1. Fase lag
Fase lag mengalami sedikit peningkatan densitas sel. Pada fase lag disebut
10
juga sebagai fase adaptasi karena sel mikroalga sedang beradaptasi
terhadap media tumbuhnya. Lamanya fase lag tergantung pada umur
inokulum yang dimasukkan. Sel-sel yang diinokulasikan pada awal fase
lag akan mengalami fase lag yang singkat. Inokulum yang berasal dari
kultur yang sudah tua akan mengalami fase lag yang lama, karena
membutuhkan waktu untuk menyusun enzim-enzim yang tidak aktif.
Ukuran sel pada fase lag ini pada umumnya meningkat. Organisme
mengalami metabolisme, tetapi belum terjadi pembelahan sel sehingga
kepadatan sel belum meningkat.
2. Fase Logaritmik atau Eksponensial
Fase eksponensial ditandai pada saat sel fitoplankton telah mengalami
pembelahan sel. Laju pertumbuhannya meningkat dengan pesat dan
selnya aktif berkembang biak. Ciri metabolisme pada fase ini adalah
tingginya aktivitas fotosintesis yang berguna untuk pembentukan protein
dan komponen-komponen penyusun plasma sel yang dibutuhkan dalam
pertumbuhan.
3. Fase Penurunan Laju Pertumbuhan
Fase ini ditandai dengan penurunan laju pertumbuhan. Selain itu terjadi
penurunan pertambahan populasi per satuan waktu bila dibandingkan
dengan fase eksponensial sehingga fase ini disebut juga fase decline.
4. Fase Stasioner
Pada fase stationer pertumbuhan mengalami penurunan dibandingkan
fase logaritmik. Laju reproduksi sama dengan laju kematian. Dengan
demikian penambahan dan pengurangan jumlah mikroalga relatif sama
11
atau seimbang sehingga kepadatannya tetap. Jumlah sel cenderung tetap
diakibatkan sel telah mencapai titik jenuh.
4. Fase Kematian
Pada fase kematian, ditandai dengan kepadatan populasi selnya yang terus
berkurang, karena nutrien telah habis. Pada fase ini laju kematian lebih
tinggi daripada laju pertumbbuhannya (Becker, 1994). Grafik
pertumbuhan mikroalga menurut Becker (1994) dapat dilihat pada
gambar 3.
Gambar 3. Fase Pertumbuhan Mikroalga (Becker, 1994).
E. Faktor pembatas Nannochloropsis sp.
Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroalga
Nannochloropsis sp. antara lain cahaya, suhu, pH, salinitas dan nutrien
(Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).
1. Cahaya
Menurut Lavens dan Sorgeloos (1996), cahaya merupakan sumber energi
utama mikroalga untuk melakukan fotosintesis. Dalam suatu ekosistem
12
peraitran, mikroalga dapat melakukan proses asimilasi bahan oganik
apabila kebutuhan cahaya tercukupi dengan baik. Intensitas cahaya
optimum bagi pertumbuhan mikroalga Nannochloropsis sp. adalah 2000-
8000 lux. Intensitas cahaya yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
penghambatan fotosintesis.
2. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan mikroalga. Suhu secara langsung mempengaruhi efisiensi
fotosintesis dan merupakan faktor yang menentukan pertumbuhan
mikroalga. Dalam kultur mikroalga Nannochloropsis sp. selain cahaya,
perubahan suhu juga sering menjadi penyebab penghambatan
pertumbuhan mikroalga. Kisaran optimum suhu bagi pertumbuhan
mikroalga Nannochloropsis sp. adalah 25°C– 35 °C (Isnansetyo dan
Kurniastuty, 1995). Ismi (1996) juga menyatakan bahwa pada suhu 15°C,
20°C, dan 25°C menghasilkan perkembangan populasi yang baik
dibandingkan pada suhu 30°C.
3. pH
pH adalah derajat keasaman, fitoplankton dan zooplankton sangat peka
terhadap derajat keasaman cairan yang mengelilinginya. Menurut
Suriwaria (1985) batas pH untuk pertumbuhan merupakan suatu
gambaran dari batas pH bagi kegiatan enzim. Pada pH tertentu enzim
dapat mengubah substrat menjadi hasil akhir sedangkan perubahan pH
dapat membalik aktifitas enzim dengan merubah hasil akhir menjadi
13
substrat. Umumnya fitoplankton dan zooplankton dapat tumbuh baik
pada kisaran pH optimum 8,0-8,5.
4. Salinitas
Salinitas merupakan salah satu faktor pembatas bagi pertumbuhan dan
perkembangan mikroalga. Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty (1995)
Kisaran salinitas optimum untuk pertumbuhan Nannochloropsis sp.
adalah 25-35‰.
5. Nutrien
Nutrien memiliki peranan penting dalam pengaturan produksi, biomassa
dan keragaman spesies mikroalga. Nutrien yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan mikroalga meliputi makronutrien (C, H, O, K, N, S, P, Ca,
Mg) dan mikronutrien (Fe, Zn, Mn, Cu, Mo, B, Ni, Cl dan vitamin)
(Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Unsur nutrien tersebut masing-
masing memiliki fungsi pada pertumbuhan mikroalga (Isnansetyo dan
Kurniastuty, 1995). Kebutuhan nutrien yang tidak tercukupi
menyababkan penghambatan pada pertumbuhan dan penurunan biomassa
mikroalga (Reynolds, 2006).
F. Kultur Nannochloropsis sp.
Menurut Rusyani (2007) kultur plankton dibagi menjadi tiga tahapan yaitu
kultur skala laboratorium, skala semi massal (intermediet) dan skala massal.
Dalam kegiatan budidaya kultur dilakukan untuk mendukung stok mikroalga
dimana kultur merupakan proses penggandaan mikroalga yang dilakukan
14
dalam ruangan terkendali, biasanya dilakukan di laboratorium sehingga
diperoleh satu spesies mikroalga dalam jumlah yang cukup.
Kultur skala semi massal merupakan kultur mikroalga yang dilakukan pada
ruangan semi terbuka tanpa dinding dan menggunakan atap transparan. Pada
kultur ini ruangan menjadi perhatian sangat penting karena pada proses kultur
ini memanfaatkan sinar matahari untuk mikroalga melakukan fotosintesis.
Bibit kultur skala semi massal diperoleh dari hasil kultur murni skala
laboratorium. kultur dilakukan mulai dari bak fiber 20 liter atau bak beton
dengan volume 100 liter. Kultur dilakukan dengan pemberian pupuk
kombinasi berbeda (Rusyani dkk.,2007).
G. Pembuatan gel (Pasta) Nannochloropsis sp.
Pembentukan gel adalah suatu fenomena penggabungan atau pengikatan
silang rantai- rantai polimer, sehingga terbentuk suatu jala tiga dimensi
bersambungan. Jala tersebut dapat menangkap atau mengimobilisasikan air
di dalamnya dan membentuk struktur yang kuat dan kaku. Sifat
pembentukan gel ini beragam dari satu jenis hidrokoloid dan gel mempunyai
sifat seperti padatan, khususnya sifat elastis dan kekakuan (Fardiaz,
1989).
Heyne (1987) menyatakan peristiwa terbentuknya gel disebabkan oleh
suatu bahan karbohidrat yang memiliki kemampuan mengikat dengan air
menjadi massa yang padat. Bentuk gel dapat bertahan pada waktu 1-2
15
hari dan berubah menjadi lembek dalam waktu yang lama karena keluarnya
kandungan air di dalam gel.
Anidiastuti dkk (2000) terbentuknya pasta atau padatan dalam bentuk gel dari
Nannochloropsis sp. disebabkan oleh reaksi dari dinding sel yang tersusun
atas selulosa dan NaOH pada pH tinggi (mencapai 10). Selulosa
merupakan bentuk polisakarida struktur rantai terdiri dari unit-unit
anhidroglukosa yang terikat satu sama lain dengan ikatan1, 4 Ɓ-D
glukopiranosa yang menyebabkan struktur selulosa linear.
Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan gel adalah NaOH (Natrium
Hidroksida), NaOH bersifat korosif dan bisa menghasilkan panas apabila
diberi air. Hasil pencampuran air dan NaOH bisa mencapai suhu 90°C,
larutan NaOH pada air akan membentuk ion sehingga membentuk larutan
elektrolit (Hamazaro, 2009).
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-November 2018 di
Laboratorium Zooplankton, Divisi Paliasrum, Balai Besar Perikanan
Budidaya Laut (BBPBL) Lampung. Beralamat di Jalan Yos Sudarso Desa
Hanura, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1
dan Tabel 2.
Tabel 1. Alat- Alat Yang Digunakan Dalam Penelitian
No Nama Alat Fungsi
1
2
3
4
5
6
Akuarium
Toples kaca
Meja
Pipet tetes
Haemocytometer
Kain saring
Untuk wadah kultur
Untuk wadah kultur
Untuk meletakkan akuarium
Untuk mengambil sampel/larutan untuk
dipindahkan
Untuk menghitung kepadatan populasi
Nannochloropsis sp.
Sebagai alat bantu penyaring pasta
17
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Mikroskop
Cover glass
Erlenmeyer
Gelas ukur
Timbangan
Spatula
Sendok
Piring plastik
Beaker glass
Selang plastik
Hand counter
Corong plastik
Magnetik stirrer
Saringan
Nannochloropsis sp.
Alat bantu untuk menghitung kepadatan
populasi fitoplankton
Untuk menutup haemocytometer
Untuk wadah stok larutan pupuk
Untuk mengukur dosis pupuk yang akan
diberikan
Untuk menimbang bahan
Untuk mengaduk larutan
Untuk mengambil media pupuk
Untuk wadah pupuk yang telah ditimbang
Untuk menampung larutan pupuk
Sebagai alat aerasi
Sebagai alat bantu menghitung kepadatan
sel Nannochloropsis sp.
Untuk mengaduk larutan
Untuk menyaring hasil kultur
Tabel 2. Alat- Alat Yang Digunakan Untuk Mengukur Kualitas Air
No Nama Alat Fungsi
1
2
3
4
5
Thermometer
DO meter
Spectrophotometer
pH meter
Refractometer
Untuk mengukur suhu air
Untuk mengukur oksigen terlarut
Untuk mengukur ammonia
Untuk mengukur pH
Untuk mengukur salinitas
18
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Bahan-Bahan Yang Digunakan Pada Penelitian
No Nama Alat Fungsi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Bibit Nannochloropsis
sp. LMC
Pupuk pertanian (Urea,
ZA, TSP)
Media Conwy Teknis
Vitamin B12
NaOH
Air laut steril
Vidone
Asam sitrat
Akuabides
Alkohol 70%
Air tawar
Sabun cair
Larutan kaporit
Sebagai bahan uji
Sebagai sumber nutrisi
Nannochloropsis sp.
Sebagai sumber nutrien
Sebagai sumber nutrien
Sebagai bahan pembuat pasta (gel)
Nannochloropsis sp.
Untuk media kultur
Untuk sterilisasi media kultur
Untuk mengatur keseimbangan pH air
Sebagai pelarut pupuk
Untuk sterilisasi
Untuk mencuci peralatan kultur
Untuk mencuci peralatan kultur
Untuk mencuci peralatan kultur
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
(experimental design) menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial
(RALF) dengan 2 perlakuan dan masing-masing dalam 3 ulangan. Perlakuan
pertama yaitu terdiri dari 12 Akuarium diberi kombinasi pupuk pertanian (P)
Urea 40 ppm, ZA 20 ppm, TSP 5 ppm dan 12 akuarium lainnya diberi pupuk
19
Conwy Teknis (C) sebanyak 1 mL/liter sebagai kontrol. Perlakuan kedua
yaitu pemberian dosis NaOH: 100 ppm, 125 ppm, 150 ppm, dan 175 ppm.
Adapun tata letak wadah kultur hasil pengacakan dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Tata Letak Akuarium Penelitian Pembuatan Pasta
Keterangan : A = 100 ppm NaOH P = Pupuk pertanian
B = 125 ppm NaOH C = Pupuk Conwy Teknis
C = 150 ppm NaOH
D = 175 ppm NaOH
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Penelitian Pembuatan Pasta
Penelitian ini dilaksanakan untuk mendapatkan pasta Nannochloropsis sp.
LMC yang akan dilakukan uji ketahanan hidupnya. Adapun pelaksanaan
penelitian ini yaitu sebagai berikut:
A1P A2P
a
A3P B1P B2P B3P
C1P D1PC3PC2P D2P
A1C
D3P
A2C A3C B1C B2C B3C
C1C C2C C3C D1C D2C D3C
20
a). Sterilisasi alat dan media kultur
Sterilisasi merupakan tahap awal dalam kultur fitoplankton. Dalam
tahap sterilisasi akan mementukan keberhasilan selama proses kultur
dilakukan. Tahapan sterilisasi alat yaitu: Disiapkan peralatan yang
akan digunakan untuk kultur. Kemudian direndam menggunakan
kaporit dosis 100 ppm selama 24 jam. Dicuci alat-alat menggunakan
sabun cair dan dibilas hingga bersih menggunakan air tawar.
Disemprotkan disekitar alat tersebut dengan alkohol 70% kemudian
ditiriskan diatas rak. Sterilisasi alat ukur yang bukan terbuat dari
gelas kaca seperti selang aerasi, batu aerator dan batu pemberat
dilakukan dengan cara direbus menggunakan air tawar sampai
mendidih kemudian didinginkan dan ditiriskan.
Adapun tahapan sterilisasi media kultur yaitu sebagai berikut
(Rusyani, 2012): Diambil media air laut dari bagian dasar laut yang
berpasir dan berkarang. Dimasukan media air laut kedalam tandon air
menggunakan saluran pipa, media air dari tandon kemudian
disalurkan ke penyaring pertama (sand filter) menggunakan pipa.
Disaring media air laut dengan menggunakan penyaringan dengan 3
tahapan yaitu menggunakan cartidge filter 10 ppm, cartridge filter 5
ppm dan menggunakan karbon aktif untuk menyaring partikel atau
bahan-bahan organik. Disterilisasi media air laut tersebut
menggunakan sinar (UV) ultra violet. Selanjutnya ditampung
menggunakan wadah penampungan sementara dan diukur salinitas
21
nya menggukan alat refractometer. Direbus media kultur sampai air
mendidih (100°C - 125°C). Air laut yang telah steril ini selanjutnya
siap digunakan sebagai media kultur.
b). Pembuatan larutan pupuk Conwy Teknis
Tahapan dalam pembutan pupuk conwy teknis adalah disiapkan alat
dan bahan yang akan digunakan antara lain: timbangan, sendok, piring
plastik, beaker glass dan magnetik stirer. Selanjutnya ditimbang
bahan-bahan yang akan digunakan sesuai komposisi yang diperlukan
menggunakan timbangan. Bahan-bahan yang telah ditimbang
dimasukkan kedalam beaker glass yang telah berisi akuabides
sebanyak 800 mL secara berurutan sambil diaduk menggunakan
magnetik stirer. Bahan-bahan yang diperlukan disajikan pada Tabel 5.
Selanjutnya ditambahkan larutan Trace Metal Solution masing-masing
sebanyak 1 mL kedalam larutan dan disaring dan disimpan dalam
botol masing-masing berukuran 500 mL.
Tabel 4. Komposisi Bahan Pembuatan Pupuk Conwy Teknis
Bahan Dosis pupuk ConwyEDTA 45 gram
FeCl36H2O 1,3 gram
H3BO3 33,6 gram
NaH2PO42H2O 20 gram
MnCl2 0,36 gram
NaNO3 100 gram
Akuabides (sampai menjadi) 100 mL
Trace Metal Solution 1 mL
22
c). Pembuatan larutan Trace Metal Solution dan Vitamin B12
Larutan Trace Metal solution dibuat dengan cara dilarutkan dalam
beaker glass 1000 mL, kemudian diaduk secara perlahan menggunakan
magnetik stirer hingga homogen.
Vitamin dibuat dengan cara yaitu dimasukan 8 mL vitamin B12
kedalam 500 mL akuabides kemudian dihomogenkan. Komposisi bahan
larutan trace metal solution dan vitamin B12 yang diperlukan disajikan
pada Tabel 6.
Tabel 5. Komposisi Trace Metal Solution dan Vitamin B12
No Bahan Dosis
A
1
2
3
4
5
Trace Metal Solution
ZnCl2
CuSO45H2O
CoCl26H2O
(NH4)6Mo7O24H2O
Akuabides (sampai menjadi)
2,10 gram
2,00 gram
2,00 gram
0,90 gram
100 mL
B
1
2
Vitamin
B12
Akuabides
8 mL
500 mL
d). Pembuatan larutan pupuk pertanian
Tahapan dalam pembuatan larutan pupuk pertanian yaitu: disiapkan
akuabides sebanyak 1000 mL ditempatkan dalam beaker glass 1000 mL.
23
Kemudian ditimbang bahan-bahan pupuk pertanian dengan komposisi
yang telah ditentukan seperti pada Tabel 7 berikut ini:
Tabel 6. Komposisi Larutan Pupuk Pertanian
Bahan Dosis (ppm)
Urea
ZA
TSP
40
20
5
Selanjutnya di larutkan bahan-bahan dengan 1000 mL akuabides dan
dihomogenkan. Setelah itu dimasukkan masing-masing larutan kedalam
botol kaca dan siap digunakan sebagai larutan pupuk perlakuan.
e). Kultur Nannochloropsis sp. LMC
Kultur Nannochloropsis sp. LMC ini dilakukan dalam skala intermediet
(semi massal). Adapun tahapan dalam kultur Nannochloropsis sp. LMC
yaitu:
1. Dikultur bibit Nannochloropsis sp. LMC menggunakan wadah
erlenmeyer pada skala laboratorium untuk digunakan pada saat kultur
secara intermediet.
2. Dipindahkan bibit Nannochloropsis sp. LMC kedalam kultur skala
intermediet menggunakan akuarium volume 100 liter
3. Dikultur kembali bibit Nannochloropsis sp. LMC kedalam akuarium
dan dikultur ulang hingga menjadi 24 akuarium.
4. Dipindahkan bibit Nannochloropsis sp. LMC dari akuarium kedalam 1
bak berukuran 1 m3 dan dipanen.
24
5. Dihitung kepadatan awal bibit Nannochloropsis sp. LMC
menggunakan Haemocytometer.
6. Dihitung kepadatan bibit awal tebar dan volume air laut yang
digunakan untuk masing-masing akuarium menggunakan rumus
(Villegas, 1995):
V1 x N1 = V2 x N2
Keterangan:V1 = Volume bibit untuk penebaran awal (mL)V2 = Volume media kultur Nannochloropsis sp. yang
dikehendaki (mL)N1 = Kepadatan bibit / stok Nannochloropsis sp. (sel/mL)N2 = Kepadatan bibit Nannochloropsis sp. LMC yang dikehendaki
(sel/mL)
7. Diisi 24 akuarium dengan air laut steril dan diberi pupuk Conwy teknis
kedalam 12 akuarium dan pupuk pertanian (Urea, ZA dan TSP)
kedalam 12 akuarium lainnya.
8. Dilakukan pengukuran salinitas, suhu, DO, dan intensittas cahaya.
9. Dilakukan uji kualitas air pada awal dan akhir perlakuan. Pengujian
kualitas air dilakukan di Laboratorium Kualitas Air Balai Besar
Perikanan dan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung. Jenis pengukuran
yang diukur meliputi: Nitrit, Nitrat, Fosfat, Amoniak dan pH.
10. Dihitung kepadatan sel Nannochloropsis sp. LMC 24 akuarium.
menggunakan Haemocytometer.
25
f). Pembuatan pasta Nannochloropsis sp. LMC
Tahapan dalam pembuatan pasta yaitu sebagai berikut:
1. Ditimbang dosis NaOH untuk pembuatan pasta Nannochloropsis sp.
LMC. yaitu dosis 100 ppm, 125 ppm, 150 ppm dan 175 ppm.
2. NaOH dilarutkan dalam botol kaca sesuai dengan dosis yang telah
ditentukan. Kemudian dituangkan NaOH kedalam akuarium berisi
Nannochloropsis sp. LMC.
3. Diaduk secara perlahan dengan pengaduk sampai homogen dan
diaerasi selama ± 10 menit, lalu diamkan untuk proses pengendapan.
4. Ditutup Nannochloropsis sp. yang ada didalam akuarium menggunakan
terpal agar tidak terkena sinar matahari. Kemudian didiamkan selama
24 jam.
5. Di panen Nannochloropsis sp. dengan cara disaring menggunakan
wadah penyaring. Diletakkan kain penyaring dibagian atas wadah
penyaring kemudian diambil endapan Nannochloropsis sp. LMC.
6. Dipindahkan endapan Nannochloropsis sp. LMC dari akuarium ke
wadah penyaringan menggunakan toples kaca untuk memudahkan
penyaringan.
7. Dituangkan endapan tersebut ke wadah penyaringan kemudian diamkan
selama 24 jam untuk mendapatkan pasta Nannochloropsis sp. LMC
yang bebas dari air.
8. Diambil pasta Nannochloropsis sp. LMC yang sudah mengendap
kemudian dimasukkan kedalam plastik dan ditimbang berat masing-
26
masing pasta kemudian diberi label sesuai dengan dosis NaOH yang
digunakan.
2. Penelitian Uji Kualitas Pasta
Tahapan dalam pelaksanaan penelitian uji pasta yaitu sebagai berikut:
a. Disiapkan air laut steril dan bibit pasta Nannochloropsis sp. LMC hasil
pelaksanaan penelitian pendahuluan.
b. Disiapkan wadah kultur (toples kaca) sebanyak 24 buah serta aerasi.
c. Ditimbang 5% asam sitrat dan diencerkan menggunakan air laut steril
secukupnya.
d. Dimasukan bibit pasta Nannochloropsis sp. kedalam wadah dengan
disaring menggunakan kain saring dan diencerkan menggunakan air
laut steril. Kemudian masing-masing sampel bibit diberi asam sitrat
konsentrasi 5%.
e. Kepadatan awal inokulum adalah 500 x104sel/mL.
f. Dihitung kepadatan awal tebar bibit Nannochloropsis sp. LMC
masing-masing sampel menggukan Hemocytometer. Kemudian
dihitung kembali menggunakan rumus (Villegas, 1995):
V1 x N1 = V2 x N2
Keterangan:V1 = Volume bibit untuk penebaran awal (mL)V2 = Volume media kultur Nannochloropsis sp. yang
dikehendaki (mL)N1 = Kepadatan bibit/stok Nannochloropsis sp. (sel/mL)N2 = Kepadatan bibit Nannochloropsis sp. yang dikehendaki
(sel/mL).
27
g. Diatur tata letak wadah kultur sebanyak 24 buah dan dilakukan
pengacakan menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial
(RALF) dengan 2 perlakuan dan masing-masing dalam 3 ulangan.
Diisi dengan air laut steril, kemudian di aerasi. Adapun tata letak
pengacakan wadah kultur dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Tata Letak Akuarium Penelitian Uji Kualitas Pasta
Keterangan: A = 100 ppm NaOH P = Pupuk Pertanian
B = 125 ppm NaOH C = Pupuk Conwy Teknis
C = 150 ppm NaOH
D = 175 ppm NaOH
h. Dimasukan air laut steril kedalam wadah kultur, kemudian bibit
Nannochloropsis sp. LMC yang akan di uji dimasukan kedalam
wadah kultur dan diberi aerasi.
i. Diberi pupuk pertanian, pupuk conwy teknis dan vitamin B12 masing-
masing 2 mL.
j. Dilakukan pengukuran salinitas, suhu, DO, dan intensitas cahaya.
k. Dilakukan uji kualitas air awal. Uji kualitas air dilakukan di
Laboratorium Kualitas Air Balai Besar Perikanan dan Budidaya Laut
D2c C1c A1c B2P C3c D1c A3P D2P A2P C3PC2c B3P
B1c D1P D1C C1P A3c D3C C2P A2c B1P B2c A1P B3c
28
(BBPBL) Lampung. Jenis pengukuran yang diukur meliputi: Nitrit,
Nitrat, Fosfat, Amoniak dan pH.
l. Ditutup wadah kultur menggunakan aluminium foil agar tidak
menguap.
m. Dihitung jumlah sel dan laju pertumbuhan hariannya setiap 24 Jam
sampai hari ke-5 penelitian.
n. Dilakukan uji kualitas air kembali yaitu pada hari terakhir penelitian.
E. Parameter Penelitian
Parameter pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini meliputi:
1. Pengamatan Pertumbuhan
Pengamatan pertumbuhan dilakukan dengan menghitung kepadatan
populasi sel Nannochloropsis sp. LMC. Menggunakan Haemocytometer.
Perhitungan kepadatan sel dilakukan menggunakan rumus kepadatan sel
menurut Fatuchri (1985):
a. Dalam 400 kotak (bila kepadatan rendah):
Jumlah sel/mL = Jumlah sel x 104
b. Dalam beberapa kotak dipilih secara acak (bila kepadatan tinggi):
Jumlah sel/mL = Rata-rata jumlah sel perkotak x 400 x 104
Setelah didapatkan hasil perhitungan jumlah kepadatan populasi sel
Nannochloropsis sp. LMC kemudian dapat dihitung laju pertumbuhan
harian speseifik. Perhitungan laju pertumbuhan spesifik dilakukan dengan
menggunakan rumus modifikasi Becker (1994) yaitu:
29
µ = Ln Nt – Ln No X 100%
t
Keterangan :
No : Kepadatan awal populasi (sel/ml)
Nt : Kepadatan puncak populasi (sel/ml)
t : Waktu (hari) dari No ke Nt
µ : Laju pertumbuhan populasi spesifik (%/hari).
2. Pengamatan Kualitas Air
Pengamatan kualitas air yang dilakukan meliputi pengamatan fisika dan
kimia air.
(a) Suhu
Pengukuran suhu menggunakan thermometer. Pengukuran suhu
dilakukan dengan cara memasukan thermometer kedalam air sampel
kemudian dilihat angka yang tertera pada alat tersebut. Setelah angka
menunjukkan konstan kemudian dicatat dan dilakukan pada setiap
sampel.
(b) Dissolved Oxigen (DO)
Pengukuran DO atau yang biasa disebut oksigen terlarut dilakukan
dengan alat DO meter. Yaitu DO meter di masukkan kedalam air
sampel beberapa saat sampai diperoleh kisaran kandungan oksigen
terlarut.
30
(c) Derajat keasaman (pH)
pengukuran pH dilakukan menggunakan pH meter yaitu dengan
membilas ujung elektroda menggunakan akuades lalu dimasukkan
kedalam larutan penyangga sebagai langkah kalibrasi. Selanjutnya
mengatur nilai larutan penyangga pada pH meter dan membilas
kembali dengan akuades. Kemudian memasukkan pH meter tersebut
kedalam sampel air beberapa saat hingga nilai menunjukkan konstan.
(d) Salinitas
Pengukuran salinitas menggunakan refractometer. Mula-mula
refractometer dikalibrasi menggunkan akuades hingga skala
menunjukkan 10‰. Kemudian dilakukan pengukuran dengan
meneteskan sampel air menggunakan pipet tetes pada prisma
refractometer.
(e) Intensitas cahaya
Pengamatan intensitas cahaya dilakukan dengan alat light meter.
Pengamatan dilakukan dengan cara menekan tombol ON/OF pada alat
tersebut tepat diatas wadah kultur untuk menangkap pencahayaan sinar
matahari, diamkan beberapa saaat hingga diperoleh nilai intensitas
cahaya yang konstan.
(f) Nitrit
Pengukuran nitrit dilakukan menggunakan alat spectrophotometer.
Mula-mula sampel yang akan di analisis kandungan nitritnya di saring
31
menggunakan kertas saring (whatman paper) dan dimasukan kedalam
erlenmeyer 100 mL. Kemudian ukur sebanyak 250 mL. Selanjutnya
ditambahkan sebanyak 2 mL larutan pewarna dan dihomogenkan.
Diamkan selama 10 menit kemudian dimasukan kedalam
spechtrophotometer untuk dilakukan uji kualitas nitrit.
(g) Nitrat
Pengukuran nitrat juga dilakukan menggunakan alat
spectrophotometer. Sampel disaring menggunakan kertas saring
(whatman paper) dan dimasukan kedalam erlenmeyer 100 mL. Ukur
sebanyak 250 mL dan ditambahakan 1 tetes sodium arsenit, 0,25 mL
brucine dan 5 mL asam sulfat kemudian dihomogenkan. Diamkan
selama 10 menit selanjutnya dimasukan kedalam spectrophotometer
untuk dilakukan analisis kualitas nitrat.
(h) Amoniak
Pengukuran amoniak didasarkan pada pembentukan senyawa indifenol
berwarna biru. Analisis parameter amoniak ini dilakukan
menggunakan alat spectrophotometer dengan cara sampel disaring
menggunakan kertas saring (whatman paper) dan diambil sebanyak
250 mL. Ditambahkan 1 mL larutan fenol, 1 mL larutan natrium
nitroprusid dan 2,5 mL larutan oksidator kemudian dihomogenkan dan
diamkan selama 10 menit. Selanjutnya dimasukan kedalam alat
spectrophotometer dan dilakukan analisis parameter amoniak.
32
(i) Fosfat
Pengukuran fosfat didasarkan pada pembentukan senyawa berwarna
merah muda. Analisis pengukuran phospat dilakukan dengan cara
membuat larutan standar fosfat: 0,0 ; 0.05 ; 0,01 ; 0,2 ; 0,4 ; 0,6 ; 0,8
dan 1 ppm. Masing-masing larutan standar sebanyak 50 mL dimasukan
kedalam beaker glass 100 mL. Ukur sebanyak 250 mL dan
ditambahkan 2 mL larutan pewarna kemudian dihomogenkan. Diamkan
selama 10 menit untuk membentuk reaksi kompleks. Selanjutnya
diukur dengan spectrophotometer.
F. Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel dan
grafik. Data kepadatan sel dan laju pertumbuhan harian sel Nannochloropsis sp.
LMC disajikan dalam bentuk tabel dan grafik serta dianalisis menggunakan
analisis deskriptif. Analisis data dilakukan menggunakan One Way Analisis of
Varian (ANOVA) dan jika terdapat perbedaan nyata dilanjutkan dengan uji Beda
Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 95% (α = 0,05).
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Pemberian pupuk Conwy Teknis dan dosis NaOH 175 ppm merupakan
media pupuk dan dosis yang paling efektif untuk menghasilkan berat
pasta Nannochloropsis sp. tertinggi.
2. Pasta Nannochloropsis sp. LMC memiliki tingkat ketahanan hidup
tertinggi pada pemberian pupuk Conwy Teknis dan dosis NaOH 100
ppm dengan kepadatan populasi sebesar 18,066 x 104 sel/mL pada hari
ketiga kultur.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan penggunaan koagulan MgOH pada
pembuatan pasta untuk mengetahui kualitas dan ketahanan pasta
Nannochloropsis sp.
2. Perlu penelitian lanjutan pada sub kultur Nannochloropsis sp. tahap awal
uji ketahanan pasta pada fase eksponensial untuk mengetahui tingkat
ketahanan hidup sel Nannochloropsis sp.
DAFTAR PUSTAKA
Adehoog & K. F. Simon. 2001. Marine Ecological Proceses. Great Britain.London.
Anon, Sen M.A.T., M.T. Kocer, & H. Erbas. 2009. Studies on Growth MarineMicroalgae in Batch Cultures: Nannochloropsis oculata(Eustigmatophyta). Asian J. of Plant Sciences. 4(6): 642-644.
Anidiastuti, Kadek A.W., Emy R. Warsito. 2007. Budidaya Skala Massal dalamBudidaya Fitoplankton dan Zooplankton. Balai Besar PengembanganBudidaya Laut Lampung.
Bentley, C. D., et al. 2008. Intensive Rotifer Production in a pilot-scale Continuousculture recirculating system using nonviable microalgae and an ammonianeutralizer. Issue journal of the world aquaculture sosiety 39 (5):625-635.
Barsanti, L. & P, Gualtieri. 2006. Algae Anatomy, Biochemistry, and Biothecnology.CRC Press. United States of America.
Balesco. 1996. Fitoplankton dan Zooplankton. Kanisius. Yogyakarta.
Becker, E. W. 1994. Microalga Biotechnology and Mikrobiology. CambridgeUniversity Press. Great Britain England.
Borowitzka, M.A. 1988. Alga Growth Media And Sources Of Alga Cultures, In:Borowitzka, M.A & L.J Borowitzka (Eds) Microalga Biotechnology.Cambridge University Press: Cmbridge. Pp. 456-456.
Bougis, P. 1979. Marine Plankton Ecology. American Elseiver PublishingCompany. New York.
CSIRO. 2009. Nannochloropsis sp. (online).(htttp://www.cienceimage.csiro.au/image/10697 diakses 16 September 2018)
Dwidjoseputro. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia PustakaUtama. Jakarta.
52
Dugan, P.R. 1972. Biochemical Ecology of Water Pollution. New York (US):Plenumm Pr.
De Morais, M.G., and J.A.V. Costa. 2007. Carbon dioxide fixation by Chlorellakes-sleri, C.vulgaris, Scenedesmus obliquus and Spirulina sp. cultivated in flasksand vertical tubular photobioreactors, Biotechnol. Lett., 29: 1349-1352.
Fardiaz, S., 1992. Mikrobiologi Pangan. Gramedia. Jakarta
Fardiaz, S., 1989. Mikrobiologi Pangan. Direktorat Jenderal PendidikanTinggi Pusat Antar Universitas IPB, Bogor.
Fulk and Main. 1991. Rotifer and Microalgae Culture System. Proceding of a U.S.Asia Workshop. Honolulu. Hawai.
Fogg, G. E. 1987. Algal Cultures and Phytoplankton Ecology. The University ofWisconsin press. London.
Fachturi M. 1985. Budidaya Rotifera (Brachionus plicatilis O.F Muller). ProyekPenelitian dan Pengembangan Budidaya Laut. 192: 9-16.
Fauzi dan Panji. 2012. Pengaruh Penambahan Senyawa Bikarbonat dan SenyawaNitrogen terhadap Kandungan Biomassa dan Lipid Alga Mikro Chorella sp.Laboratorium Metodologi Perancangan dan Pengendalian Proses. Hal 8-10.
Hamazaro, 2009. Penggunaan NaOH dalam pembentukan gel rumput laut.[Skripsi]. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid II. Terjemahan. YayasanSarana Wana Jaya. Jakarta.
Hendersen-Seller , B. dan Markland, H.R. 1987. Decaying lakes. The origins andcontrol of cultural eutropication.John Willey and Sons.Chichester.
Hirata, 1980 dalam Redjeki dan Murtiningsih, 1991.
Isnansetyo A dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Fitoplankton danZooplankton. Kanisius. Yogyakarta.
Ismi, S. 1996. Perkembangan Populasi Nannochloropsis oculata pada Suhudan Salinitas yang Berbeda. Jurnal Pendidikan Perikanan Indonesia. 2(2):71-75.
Kementrian Lingkungan Hidup (KLH). 2004. Baku Mutu Air Laut UntukBiota Laut Budidaya. Kep. Men. Lingkungan Hidup No. 51 Tahun.2004.
53
Kurniastuty dan Yulinasari. 1995. Pertumbuhan Alga Dunaliella sp. Padamedia kulturYang berbeda dalam skala missal (semi outdoor) dalambulletin Budidaya laut No 9. BBl Lampung 11- 67 halaman
Laven, P., & P. Sorgeloos. 1996. Manual on The Production and Use of Live
Food for Aquaculture. FAO Fisheries Technical Paper. Rome.
Lapu, P. 1994. Analisis beberapa sumber air tambak di Maranak KabupatenMaros, Sulawesi Selatan. Universitas Hasanudin. 46p.
Monografi Desa Margasari. 2005. Potensi Desa Margasari, Kecamatan LabuhanMaringgai, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung.
Martosudarmo & Wulani. 1990. Petunjuk Pemeliharaan Kultur Murni danMassal Mikroalgae. Proyek Pengembangan Budidaya Udang Situbondo.Situbondo.
Pujiono, A. E. 2013. Pertumbuhan Tetraselmis chuii pada medium air laut denganintensitas cahaya, lama penyinaran, dan jumlah inokulan yang berbeda padaskala laboratorium.(Skripsi).Universitas Jember. Jember.
Pelczar, M. J., E. C. S. Chan & N. R. Krieg. 1986. Microbiology. McGraw-HillBook Company. Singapura
Pelczar, M. J., E. C. S. Chan & N. R. Krieg. 1976. Microbiology. McGraw-Hill New York.
Rusyani. 2014. Produksi Fitoplankton Pasta (Nannochloropsis sp.) SebagaiPenyedia Konsentrat Fitoplankton untuk ProduksiRotifer Kepadatan TinggiDalam Mendukung Kesetimbangan Produksi Benih. Balai Besar PerikananBudidaya Laut, Lampung.
Rusyani, E., A.I.M. Sapta, & M. Firdaus. 2007. Budidaya Phytoplankton DanZooplankton Skala Laboratorium. Seri Budidaya laut No. 9. Balai BesarPengembangan Budidaya Laut Lampung. Direktorat Jenderal PerikananBudidaya Laut. Departemen Kelautan dan Perikanan.
Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Fakultas Peternakan dan Perikanan UniversitasDiponegoro. Semarang.
Suriawiria, U. 1985. Pengantar Mikrobiologi Umum. Angkasa. Bandung.
Sleigh, dan Williams. 1991. Marine. Univ New Zealand.
Tugiyono, Murwani, S., Bakri, A., dan Erwinsyah. 2013. Studi Status KualitasPerairan Ekosistem Mangrove Desa Margasari Kecamatan LabuhanMaringgai Kabupaten Lampung Timur. Proseding Seminar Nasional Sains
54
dan Teknologi V Tahun 2013 ISBN 978-979-8510-71-7.
Taw, N. 1990. Petunjuk Kultur Murni dan Massal Mikroalga. ProyekPengembangan Udang. Umited Nation Development Programme. Food andAgriculture Organization of the United Station.
Villegas, C. T., 1995. Production Natural Food Organism. Southeast AsianFisheries Development Center. Philippines.
Wardhana, W. A. 1994. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Ofset.Yogyakarta. 459 hlm.
Wijarnako dan E. S Murtini. 2007. Ekstraksi dan Stabilitas Betasianin DaunDarah (Alternathera denata) Kajian Perbandingan Pelarut Air : Etanol danSuhu Ekstraksi. Jurna Teknologi Pertanian. Vol 8 (3).